You are on page 1of 12

HIBAH SODAQOH DAN HADIAH

Makalah Ini Ditulis Sebagai Persyaratan Untuk Menyelasaikan tugas


Mata Kuliah Fiqh Muamalah

Disusun

Rizal Santoso (2211011473)


Yoga Dwi Prasetya (2211011458)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr. Masruri, M.pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM STRATA-1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF
SINTANG
2023
DAFTAR ISi

DAFTAR ISi.....................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

C. Tujuan Makalah........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Hibah Sodaqoh dan Hadiah....................................................................3

A. Hibah.........................................................................................................................3

B. Shodaqoh...................................................................................................................4

C. Hadiah.......................................................................................................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

A. Kesimpulan...............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Hibah, Sodaqoh,
dan Hadiah dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai tambahan pengetahuan dan pengalam bagi pembaca.
Penulisan makalah ini tidak dapat tercipta dengan sendirinya tanpa dorongan dari
berbagai pihak, terutama dosen pengampu mata kuliah yang selalu memberikan
masukan dan bimbingan yang membangun. Pihak lain yang berjasa dalam penulisan ini
adalah keluarga yang selalu mendukung dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis sadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangatlah diharapkan.
Sekali lagi semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan pembaca
umumnya.

Sintang, November 2023

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat memerintahkan manusia untuk saling berbagi. Biasanya orang yang suka
memberi maka dia juga akan diberi. Kebiasaan saling berbagi adalah perilaku yang
sangat manusiawi sebagai ucapan terima kasih. Makna berbagi erat sekali kaitannya
dengan arti memberi. Pemberian dapat berupa sedekah, hibah atau hadiah. Sekalipun
dalam istilah ini terdapat perbedaan dari segi makna dan hukum, namun memiliki
kesamaan dalam hal menyerahkan kepemilikan barang tanpa ada pengganti.

Secara sederhana sedekah, hadiah dan hibah, mungkin menjadi sebuah


pemahaman yang tampaknya sama, yang dipahami sebagai istilah dalam bahasa arab
biasa disebut ‘athiyah yang kesemuanya bermuara pada makna pemberian. Ulama
mengatakan bahwa praktik pemberian kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan
yang tujuannya adalah pahala maka praktik semacam ini disebut sebagai sedekah. Lain
lagi jika hal itu bertujuan untuk menghormati dan melanggengkan hubungan [sosial],
maka praktik semacam ini dapat disebut sebagai hadiah. Sedangkan hibah, tujuannya
memang bukan untuk menghormati atau membina hubungan sosial, sekedar pemberian
sukarela.

Dapat dipahami bahwa, sedekah tujuannya memberikan sesuatu kepada orang lain
(biasanya diberikan kepada orang miskin), orang menyedekahkan tentunya
mengharapkan pahalanya, Sementara hibah maupun hadiah berbeda pada motivasi
pemberiannya. Contoh, pengusaha yang menghadiahi Umroh bapak ibunya atau bahkan
ustaz atau kiainya saat ia telah meraih kesuksesan dalam bisnisnya, bisa jadi
motivasinya adalah sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan hingga rasa terima
kasihnya, sedangkan hibah adalah sekedar pemberian yang biasanya tanpa ada dorongan
dan kepentingan apa pun. Hadiah itu sendiri adalah merupakan suatu pemberian dari
seseorang kepada orang lain atas dasar apresiasi.

B. Rumusan Masalah

iv
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan hibah ?
2. Apa yang di maksud dengan sodaqoh ?
3. Apa yang di maksud dengan hadiah ?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas


sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari hibah.
2. Mengetahui pengertian dari sedaqoh.
3. Mengetahui pengertian hadiah.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibah Sodaqoh dan Hadiah

A. Hibah

Secara bahasa isim kata hibah berasal dari akar kata ‫ هبوب‬yang berarti tiupan,
yang berkonotasi, seolah-olah barang yang diberikan tersebut ditiupkan dari si pemberi
kepada penerima hadiah, atau dari akar kata ‫هب‬yang maksudnya terjaga, seolah-olah
pemberi itu kehidupannya akan selalu terjaga karena melakukan kebaikan melalui
praktik hibah/hadiah.
Menurut termenologi hibah berarti pemberian hak milik tanpa ganti. Di dalam
Kamus Ilmu Al-Qur’an yang dimaksud hibah ialah pemberian kepada seseorang semasa
hidupnya, tanpa mengharapkan balasan atau ikatan baik secara lisan ataupun tertulis.
Istilah ini diperkuat sebagaimana pengertian hibah menurut istilah terminologi syara’
adalah Akad yang menjadikan kepemilikan harta, tanpa adanya jaminan ganti rugi oleh
seseorang ketika masih hidup, yang dilakukannya kepada orang lain secara sukarela
(bukan kewajiban).
Maksudnya pemberian secara sukarela, maka arti hibah mencakup definisi hadiah
dan sedekah, sebab keduanya juga bentuk pemberian kepemilikan tanpa imbalan,
namun dalam makna yang lebih khusus, hadiah adalah apresiasi [ikraman] untuk
mengecualikan suap [risywah], yang biasanya ada bentuknya berupa pengiriman
barang. Sedangkan sedekah motifnya adalah ibadah atau kebutuhan [hajah] penerima,
penggunaan istilah seperti inilah dapat dipahami kenapa nabi kemudian hanya
diperbolehkan menerima hadiah dan dilarang menerima sedekah.
Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa hibah merupakan pemberian
harta kepada kepada orang lain tanpa imbalan untuk mendekatkan diri kepada Allah
diman orang yang diberi bebas menggunakan harta tersebut.
1. Syarat Hibah
Syarat-syarat hibah diantaranya ialah :
a. Wahib (Penghibah) wajib memiliki barang sendiri secara sah yang dihibahkan, baik
dalam arti yang sebenarnya atau dari segi hukum.

vi
b. Wahib orang yang sudah aqil-baligh (dewasa dan berakal), tidak sah hibah yang
dilakukan orang gila, anak kecil.
c. Ada ijab dan qabul.
2. Rukun-Rukun Hibah
Menurut Ibnu Rusyd, rukun hibah ada tiga :
a. ‫( الواهب‬Al-Wahib) pemberi hibah sekaligus pemilik sah barang, orang yang cakap dan
memiliki kapabilitas. Melakukan hibah itu dalam keadaan mempunyai iradah dan
ikhtiar, tidak dalam paksaan.
b. ‫( إليه املوهوب‬Al-Mauhub Ilaih) penerima hibah bisa terdiri dari semua orang bahkan
lembaga dan badan hukum, yang layak menerima dana/barang hibah, sebenarnya
tidaklah terdapat persyaratan khusus bagi pihak yang akan menerima hibah, sehingga
hibah bisa saja diberikan kepada siapa pun dengan beberapa pengecualian seperti :
jika penerima hibah adalah anak di bawah umur atau gila, maka dapat diserahkan
melalui wali sebagai pengampu yang sah mereka sebagai walinya.
c. ‫( لبْةا عملية‬Amaliyatul Hibah) transaksi hibah ini ditandai dengan adanya serah terima
barang atau dana atau komoditas yang dimaksud dalam akad ini.

B. Shodaqoh

Secara bahasa kata sedekah berasal dari bahasa Arab ‫ صدقلة‬yang berarti tindakan
yang benar. Pada awal pertumbuhan islam sedaqoh diartikan sebagai pemberian yang di
sunnahkan. Tetapi, setelah kewajiban zakat disyariatkan dalam Al-qur’an sering disebut
shodaqoh maka, shadaqoh mempunyai dua arti yakni shadaqah sunnah dan wajib
(zakat).
Secara istilah sedekah merupakan pemberian seseorang dengan sukarela dan tanpa
pamrih kepada orang lain yang berhak menerima sebagai bentuk interpretasi kebaikan
seorang hamba, dalam rangka taábbud dan bertaqarrub kepada Allah, maka tidak
termasuk di dalamnya pemberian berupa hadiah dan semacamnya yang biasanya
digunakan untuk menjaga hubungan baik dan kasih sayang (bukan pula seperti hukum
kewajiban yang lain seperti zakat).
Abdul Aziz Dahlan, dkk, mengutip penjelasan Imam Al-Jurjani, dalam kitabnya
at-Ta’rifat, bahwa sedekah adalah pemberian secara ikhlas kepada orang yang berhak
menerimanya sekaligus berharap untuk mendapatkan pahala, maka dalam hal ini infak

vii
pun dapat berarti sumbangan harta atas nama kemanusiaan yang tujuannya untuk
menciptakan kebaikan dan kecukupan di antara sesamanya dan termasuk dalam kategori
sedekah.
Dalam sedekah, tidak ada persyaratan khusus, sebagaimana zakat, tidak ada
kewajiban nishab (batas minimal), juga tidak harus menunggu hitungan haul, kapan saja
bisa bersedekah dengan jumlah berapa pun tanpa batasan dan ketentuan secara umum.
Sebaliknya zakat, ada ketentuannya, kalkulasinya sudah ditetapkan oleh syariat, seperti
mencapai hitungan nishab, sudah bertahan selama satu tahun (haul), dan dikeluarkan
zakatnya dengan nilai tertentu, pada waktu tertentu pula.
Hukum shadaqah ialah sunah muaqqad. Tetapi pada kondisi tertentu hukum
shadaqah bisa menjadi wajib. Misalnya ada seorang yang sangat membutuhkan
makanan, kemudian datang kepada kita meminta shadaqah dalam keadaan yang sangat
kritis dan kita memiliki sesuatu yang amat sangat diperlukannya. Seandainya kita tidak
memberi, maka nyawa orang tersebut bisa terancam, maka wajib bagi kita
membantunya (memberikan shadaqah). Nabi saw bersabda, yang artinya:
“Barang siapa di antara kamu tidak sanggup memelihara diri dari api neraka, maka
bersedekahlah meskipun hanya dengan sebiji kurma, maka barang siapa tidak sanggup
maka bersedekahlah dengan perkataan yang baik.” (HR. Ahmad dan Muslim).
1. Rukun dan Syarat Shadaqah
Rukun dan syarat shadaqah masing-masing ialah: sebagai berikut;
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda tersebut dan berhak
untuk mentasharrufkan (memperedarkannya).
b. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak sah memberi
kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang,
karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
c. Ijab dan qabul. Ijab ialah: pernyataan pemberian dari orang yang memberi, sedangkan
qabul, ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian.
d. Barang yang diberikan, syaratnya ialah: barang tersebut dapat dijual”.

viii
C. Hadiah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, hadiah merupakan pemberian


(kenang-kenangan, penghargaan, penghormatan). Memurut pendapat Zakariyya Al-
Anshari Hadiah ialah penyerahan hak milik harta benda tanpa ganti rugi yang umumnya
dikirimkan kepada penerima untuk memuliakannya. Sedangkan menurut Muhammad
Qal‘aji Hadiah ialah pemberian sesuatu tanpa imbalan untuk menyambung tali
silaturrahim, mendekatkan hubungan, dan memuliakan.
Adapun hadiah berasal dari kata hadi ‫ ھادى‬berasal dari suku kata yang terdiri dari
huruf ha’, dal, dan ya’. Setidaknya dua hal dapat dipahami. Pertama, maju paling depan
sehingga bisa memberi petunjuk. Dari sinilah kemudian kata hadi dapat dipahami
sebagai arti penunjuk jalan, karena posisinya paling depan. Kedua, berdakwah dengan
baik dan dengan lemah lembut, kemudian muncullah kata hidayah ‫ ھداية‬yang merupakan
penyampaian dakwah dengan cara lemah lembut agar penuh simpati dan dipahami
secara positif. Hadiah tidak jauh berbeda dengan hibah, karena hadiah merupakan
bentuk pemberian bermakna positif dari segala macam hibah.
Hadiah merupakan bentuk penyerahan kepemilikan seperti harta, tanpa
pertimbangan ganti rugi yang biasanya dikirimkan kepada penerima sebagai bentuk
apresiasi kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah
kalian saling berkirim hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai satu sama lainnya”
(HR. Bukhari).
Imam Syafi’i membagi tabarru‘ât (pemberian) seseorang kepada yang lain
menjadi dua bagian yang pertama dikaitkan dengan kematian dan itu ialah wasiat, yang
kedua dilakukan saat masih hidup. Pemberian saat masih hidup ini ada dua bentuk yakni
murni pemindahan kepemilikan seperti hibah, sedekah dan wakaf. Dan yang murni
pemindahan kepemilikan itu ada tiga macam yaitu hibah, sedekah sunah dan hadiah.
Jalan untuk menentukannya ialah pemindahan kepemilikan tanpa kompensasi
(tamlik bi la ‘iwadh), jika ditambah (adanya) pemindahan sesuatu yang dihibahkan dari
suatu tempat ke tempat yang lain (dimana pemberian tersebut) sebagai penghormatan
maka itu ialah hadiah. Jika ditambah bahwa pemindahan kepemilikantersebut ditujukan
kepada orang yang membutuhkan, sebagai suatu taqarrub kepada Allah dan untuk
meraih pahala akhirat maka itu ialah: sedekah. Perbedaan hadiah dari hibah ialah

ix
dipindahkannya sesuatu yang dihibahkan dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena
itu, lafadz hadiah tidak bisa digunakan dalam hal property.
Dengan demikian, tidak bisa dikatakan, “Saya menghadiahkan rumah atau tanah”.
Akan tetapi, hadiah tersebut digunakan dalam hal harta bergerak yang bisa dipindah-
pindahkan seperti pakaian, hamba sahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dari
macam-macam Definisi di atas bisa dibedakan antara yang umum dan yang khusus. Jadi
semua hadiah dan sedekah merupakan hibah, tetapi tidak sebaliknya.
1. Syarat Hadiah
Syarat yang harus terpenuhi agar pemberian berupa hadiah itu sempurna untuk
dimiliki yaitu harus ada serah terima ‫ القبض‬yaitu penyerahan al-muhda ‫دى‬ee‫ مله‬yaitu
kepada al-muhda ilaih ‫ إليه املهدى‬. meskipun kemudian tidak ditemukan adanya lafadz
qabul secara rinci, jika al-qabdh ‫ القبض‬ini sudah dapat terlaksana, hal itu sebenarnya
dianggap bisa mewakili terjadinya pemindahan hak milik. Penyerahan barang sebagai
ijab dan penerimaan hadiah oleh al-muhda ilaih ‫ إليه املهدى‬adalah ketentuan sebagai
qabulnya.
2. Rukun Hadiah
a. (‘Aqidain) terdiri dari ‫دى‬ee‫ امله‬dan ‫دى‬ee‫دى امله‬ee‫ه امله‬ee‫ إلي‬haruslah orang yang memiliki
kapabilitas utk melakukan transaksi dan juga tanpa paksaan tentunya, sebaliknya ‫إليه‬
‫ املهدى‬juga sama, bukan anak kecil dan orang gila, jika ini terjadi seharusnya diwakili
oleh orang tuanya atau yang lainnya.
b. ‫( املهدى‬al-muhda) harta terkait barang yang ingin dihadiahkan juga harus diketahui
dan dapat diserahkan baik secara fisik atau secara hukum.
c. Ijab Qabul namun tidak harus dengan shigatnya yang kaku, sudah menjadi maklum
akan hal ini redaksinya dapat menyesuaikan perkembangan masyarakat dan sistemik
yang ada, dapat dinyatakan dengan kalimat tertulis, diwakili dengan grafi /emoticon,
bahkan isyarat sekalipun.

x
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hibah adalah pemberian sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada
orang lain. Lebih mendetail lagi penjelasan dalam Kamus Ilmu Al-Qur’an, hibah
merupakan pemberian kepada seseorang semasa hidupnya, dengan tidak mengharapkan
balasan atau ikatan baik secara lisan ataupun tertulis. Sedekah merupakan pemberian
seseorang dengan sukarela dan tanpa pamrih kepada orang lain yang berhak menerima
sebagai bentuk interpretasi kebaikan seorang hamba, dalam rangka taábbud dan
bertaqarrub kepada Allah, maka tidak termasuk di dalamnya pemberian berupa hadiah
dan semacamnya yang biasanya digunakan untuk menjaga hubungan baik dan kasih
sayang, bukan pula seperti hukum kewajiban yang lain seperti zakat. Hadiah merupakan
bentuk penyerahan kepemilikan seperti harta, tanpa pertimbangan ganti rugi yang
biasanya dikirimkan kepada penerima sebagai bentuk apresiasi kepadanya.
Rukun hibah :
a. (‘Aqidain) terdiri dari ‫ الواهب‬dan ‫إليه ا‬
b. ‫وب‬ee‫( املوه‬Mauhub) Adalah barang, dana, atau komoditas yang menjadi pokok
pemberian itu sendiri, Barang hibah ada dalam arti yang sebenarnya saaat hibah di
laksanakan.
c. Shighat atau yang biasa disebut dengan ijab dan qobul.
Rukun hadiah :
a. (‘Aqidain) terdiri dari
b. ‫ املهدى‬dan ‫ إليه املهدى‬b. ‫( املهدى‬al-muhda)
c. Ijab Qabul
Rukun dan syarat sedekah :
a. Orang yang memberi sedekah.
b. Orang yang menerima sedekah.
c. Materi atau harta yang diinfakkan harus memenuhi syarat.
d. Ijab dan qabul.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Subairi. 2021. Fiqh Muamalah. Pamekasan ; Duta Media Publising


Hasan A.F. 2018. Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Konteporer (Teori dan
Praktek). Malang ; UIN Maliki Malang Press.
Ghazaly A.R. Dkk .2010. Fiqh Muamalat Edisi Pertama. Jakarta ; Kencana Prenada
Media Grup.

xii

You might also like