You are on page 1of 27

MAKALAH

DINASTI MUGHAL
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

DISUSUN OLEH :
1. M. AL FAQIH RAMADHAN
2. IYA SALASWATI
3. IYA SALASWATI
4. AZZIKRA MAGDA KHAIRA
5. MELISA
6. SYAHRUL GUNAWAN

Jakarta: Balai

1
A.Islam Di India
Semenjak masa Nabi Muhammad SAW mulai tahun 610 M,
pedagangpedagang Arab yang telah menganut Islam sudah berhubungan
erat dengan dunia Timur melalui pelabuhan-pelabuhan India, sehingga
mereka sambil berdagang juga berdakwah. Islam masuk ke India secara
damai melalui perdagangan, pengajaran tasawuf dan pernikahan.
Pada masa ini pula Cherman Perumal, raja Kadangalur dari pantai Malabar
telah memeluk Islam dan menemui Nabi. Pada saat itu raja menceritakan
mimpinya bahwa bulan terbagi menjadi dua, sebagian jatuh di wilayahnya
dan sebagian lagi jatuh di mana Nabi SAW berada. Kemudian ahli nujum
menafsirkan bahwa sang raja akan mengubah akidahnya dari agama Hindu
menjadi agama Islam kemudian namanya diganti menjadi Tajuddin. Inilah
awal sejarah masuknya Islam di India.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, mulailah arus bangsa Arab
melanda daerah ini dari barat laut, yang berlangsung terus menerus sampai
abad ke-18 M. Sebagian dari mereka menetap di daerah-daerah tersebut
hingga membentuk beberapa kerajaan yang mempunyai pengaruh besar di
dalam kebudayaan islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab (643-644 M), jalan menuju
India telah diperiksa, tetapi Umar tidak menginginkan perluasan di India.
Sedangkan pada masa Khalifah Usman bin Affan, diangkatlah Abdullah bin
Amir saudara sepupunya sebagai gubernur di Irak, dan diperintahkan agar
mengutus seseorang ke India guna mendapatkan informasi mengenai daerah
itu dan menyelidiki adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Inilah awal
mula Islam menyebar ke India melalui jalan darat. Kemudian dikirimlah
Hakim bin Jabalah Al-Abdi, yang setelah kembali, melaporkan hasil
kunjungannya itu, namun daerah itu tidak diserbu. Pada masa Ali bin Abi
Thalib baru dikerahkan satu pasukan di bawah pimpinan Harits bin Murrah
yang ternyata berhasil tetapi akhirnya Harits terbunuh di daerah Qiqan di
Sind.
Lima tahun kemudian yaitu pada masa Muawiyah bin Abi Sufyan (660-680
M) seorang panglima bernama Muhallib bin Abi Suffah membuka negeri
Sind, kemudian Lahore dan kota-kota antara Kabul dan Multhan. Dengan
demikian semakin luaslah daerah Islam. Pada masa Abdul Malik (685-704
Jakarta: Balai

2
M), Gubernur Jenderal di wilayah Timur, pada saat itu terjadi perampokan
terhadap orang-orang Islam di India, wilayah kekuasaan raja Dahir. Atas
izin khalifah alWalid, ia mengutus Muhammad ibn Qasim untuk memimpin
pasukan dan dalam waktu empat tahun lebih Sind dan Punjab dapat
ditaklukkan kemudian mendirikan sebuah masjid. Penggantinya ialah Yazid
al-Suksuki hanya bertahan delapan belas hari akibat rakyat memberontak.
Masa Habib al-Muhallaf hanya dapat menguasai daerah Alor. Setelah itu
ada sembilan guberbur tetap berkuasa di wilayah itu sampai datangnya
Dinasti Ghaznawiyah.

B. Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Berdirinya Kerajaan


Mughal
1. Dinasti Ghaznawiyah
Perluasan selanjutnya baru terjadi 300 tahun kemudian. Di sebelah
timur Iran timbul suatu kerajaan baru yaitu Dinasti Ghaznawiyah (962-1186
M). Kerajaan ini didirikan oleh Alp at-Takin, ia menaklukan Ghazni dan
memperkuat kota dengan parit dan benteng. Tahun 976 M ia wafat dan
diganti oleh puteranya yang bernama Sabaktakin. Pengganti Sabaktakin
ialah Mahmud Ghaznawi. Dinasti ini merupakan dinasti Islam pertama di
India. Golongan ini berasal dari bangsa Turki yang telah menduduki
Afghanistan dan mempunyai kerajaan di daerah itu.
Kejayaan Dinasti Ghaznawi ialah pada saat pemerintahan Mahmud
Ghaznawi. Ia melakukan ekspedisi ke India selama dua puluh enam tahun.
Tujuh belas ekspedisi dipimpinnya untuk menaklukkan India. Ia berhasil
menaklukkan beberapa daerah di India. Keberhasilan dalam menaklukkan
wilayah ini, dalam perkembangannnya telah mendorong orang-orang Islam
untuk bermigrasi dan berdiam di daerah itu. Ia juga menguasai beberapa
wilayah di India sekaligus menundukkan dan mengislamkan para raja.
Ketika Mahmud wafat, wilayah kekuasaanya menjadi daerah yang paling
mengesankan di bagian timur dunia Islam selama berabad-abad, tentaranya
termasuk yang terkuat saat itu. Namun di bawah kepemimpinan puteranya,
bagian timur kekuasaan ini jatuh dalam kekuasaan Seljuk Turki. Pada tahun
1059 M sebuah perjanjian perdamaian dibuat dengan Seljuk, perjanjian ini
Jakarta: Balai

3
memungkinkan Ghaznawiyah untuk berkonsentrasi lagi pada wilayah-
wilayah India. Akan tetapi, sejak itu tidak ada lagi ekspansi yang luas.
Keadaan tersebut terus berlangsung kemudian kekuatan militernya
terpecah-pecah dan Dinasti Ghaznawiyah digulingkan oleh Dinasti
Ghuriyah.
2.Dinasti Ghuriyah
Dinasti Ghuriyah (1186-1206 M) berhasil meletakkan sendi-sendi
pemerintahan Islam yang kokoh di India Utara ialah bangsa Ghur, yaitu
bangsa yang memerintah sebuah negara kecil pegunungan di Afghanistan.
Bangsa Ghur menaklukkan Multan pada tahun 1176 M, kemudian
mengalahkan raja Ghaznawi yang terakhir di Punjab. Kemerosotan politik
yang diderita Dinasti Ghaznawi telah mendorong Muhammad Ghuri
pemimpin bangsa Ghur untuk menumbangkan Bahram, seorang penguasa
terakhir dari Dinasti Ghaznawi sekaligus memusnahkan kota Ghazna. Ghuri
memberlakukan undang-undang Islam. orang-orang Hindu bebas
menjalankan agama dan mendirikan kuil dengan membayar upeti dan
jizyah.
Raja-raja Hindu mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawan
musuh baru itu. Mereka mengatur suatu konfederasi di bawah seorang
pahlawan besar Prithwi Raja, dan berangkat untuk menghentikan
Muhammad Ghuri di Tarain utara Delhi. Pasukan Rajput pun kalah, padahal
pasukan mereka lebih besar dari pada pasukan Turki, tetapi mutunya tidak
dapat diharapkan sama sekali. Orang Turki mengatur pasukan pemanah
berkuda sehingga dapat berputar dan berbalik, membuat gerakan tipu dan
mundur, kemudian mengepung untuk mengadakan serangan mendadak dari
samping. Pasukan gerak cepat yang berbahaya ini dilawan oleh prajurit
Hindu yang terikat tradisi dengan gajahgajahnya yang lamban serta
gerombolan infanteri tak teratur yang mengayunkan gada, tekhnik
bertempur satu lawan satu. Akhirnya Muhammad Ghuri bebas untuk
melanjutkan penaklukkannya.
Setelah Muhammad Ghuri wafat, ia tidak mempunyai anak laki-laki
dan tidak ada yang menguasai Delhi dari Ghur, di samping itu Muhammad
Ghuri memberi letter of manumission (merdeka dari perbudakan) maka
diangkat lah Quthubuddin Aibek, bekas budak dan panglima perangnya
Jakarta: Balai

4
menggantikan Muhammad Ghuri untuk melanjutkan usahanya dan
memperkokoh kekuasaan Islam ia menjadi sultan dan berkedudukan di
Delhi.

3.Kesultanan Delhi
Penobatan Quthubuddin Aibek dikenal sebagai awal dimulainya
keberadaan Kesultanan Delhi (1206-1290 M) atau wangsa budak yaitu
wangsa yang merupakan suatu oligarki orang-orang yang menutup pintunya
erat-erat terhadap orang-orang yang bukan Turki.
Pada masa pemerintahannya, Quthubuddin Aibek mendirikan masjid
Quwat al-Islam di Delhi yang terkenal dengan menara Quthbnya Ia
memiliki kemampuan manajemen politik dan keterampilan yang sangat
hebat, hingga akhirnya Quthubuddin Aibek secara independen membentuk
dinasti yang berpusat di Delhi dengan Nama Kesultanan Delhi. Setelah lima
tahun memerintah, ia wafat dan digantikan puteranya Aram Shah yang
ternyata tidak terampil. Aram kemudian digantikan oleh Shams Ad-Din
Iltutmish, seorang menantunya. Ia berjasa melanjutkan perluasan kekuasaan
Islam ke sebelah utara (Malawa) dan menyelamatkan negeri dari serangan
Mongol secara diplomatis. Ia disebut sebagai pendiri Kesultanan Delhi
yang sebenarnya. Pada masa ini, India hampir diserang oleh Mongol, ia
menaklukkan seluruh Asia Tengah, Turkistan, Afghanistan, Ghazni dan
tanah Rusia Selatan. Ia menunjuk anak perempuannya yang bernama
Raziya sebagai pengganti, karena anak laki-lakinya tidak ada yang mampu.
Para pembesar istana yang keberatan dengan sultan perempuan mengangkat
saudaranya bernama Rukunuddin Firuz, ternya ia tidak mampu maka
Raziya diangkat kembali.
Penguasa terakhir ialah Balban, seorang pahlawan dan bekas hamba
sultan Iltutmish. Pada zamannya kebudayaan amat berkembang di Delhi,
dan ia segan kepada bangsa Mongol yang memerangi negeri-negeri mereka
di bawah pimpinan keturunan Jengiz Khan Sultan Balban juga dapat
menahan serangan Mongol yang kedua kemudian mengusir mereka. Sultan
Balban wafat pada tahun 1290 M.

Jakarta: Balai

5
4. Dinasti Khalji
Malik Firuz seorang Jenderal yang tangguh dan administrator yang
cakap, ia berhasil menduduki Delhi dan merebut kekuasaan sultan
kemudian mendirikan Dinasti Khalji (1290-1320 M). Di bawah wangsa
Khalji pembedaan antara Turki dan bukan Turki lenyap, semua pintu
kekuasaan dan jabatan terbuka untuk muslim India, baik muslim turunan
maupun muslim baru, mereka meluaskan lagi kekuasaan Islam jauh ke
India Selatan.
Pada masa pemerintahan Khalji banyak sekali orang Mongol yang
masuk Islam dan diizinkan tinggal di Delhi. Kedatangan bangsa Mongol
rupanya bukan untuk memerintah dan memperluas daerah jajahannya,
tetapi semata-mata untuk merampas segala harta kekayaan yang ada di
Delhi, sehingga setelah maksudnya berhasil, ia segera kembali dengan
membawa harta kekayaan yang tidak ternilai. Pengganti Malik Firuz yaitu
sultan Jalaludin Khalji pada waktu itu ia berusia 70 tahun dan tidak sanggup
lagi memberikan perlawanan menahan orang Mongol, tetapi ia dapat
mengadakan perdamaian dengan bangsa Mongol. Khusru Khan penguasa
terakhir Dinasti Khalji dibunuh oleh Ghazi Malik seorang gubernur
Punjab. Ia menduduki tahta dengan gelar Ghiyas Ad-Din Tughluq sah.
Berakhirlah Dinasti Khalji dan digantikan dengan Dinasti Tughluq (1320-
1398
M).
5. Dinasti Tughluq
Rezimnya merupakan rezim muslim pertama yang mengintegrasikan
sejumlah panglima perang Turki, kalangan feodal Hindu dan ulama muslim
di dalam elite politik. Tughluq berupaya keras memulihkan stabilitas
ekonomi dan administratif kesultanan dengan menaikkan pajak yang
diperlukan untuk menjaga agar kondisi keuangan tetap bagus. Dan berhasil
menangkis invasi Tarmashirin Mongol Chaghatayiyyah dari Transoxania
pada tahun 1329 M.
Pada masa ini mulai mengadopsi motif-motif Hindu ke dalam
arsitektur muslim sebagai sebuah lambang kebijaksanaan muslim terhadap
otoritas politik Hindu. Arsitektur Tughluqiyah meminjam sejumlah desain-
Jakarta: Balai

6
desain ruangan seperti chatri atau kios Hindu, batu langkan yang besar,
bagian atap, pilar pemisah dan ruang utama.
Pada tahun 1351 M, ia wafat ketika negara dilanda pemberontakan.
Firuz Shah, sepupunya, naik tahta setelah meredam pemberontakan di Sind
dan penyerangan Mongol. Setelah kematian Firuz Shah tahun 1388 M
penggantinya tidak ada yang mampu. Meninggalnya raja Tughluq yang
terakhir, Kerajaan Tughluq menjadi terpecah-pecah ke dalam beberapa
kerajaan kecil yang dikuasai oleh panglima-panglima yang bergelar Sayyid.

6. Dinasti Sayyid
Karena mengaku-ngaku keturunan Nabi maka dinastinya mendapat
nama Sayyidiyyah atau Dinasti Sayyid (1398-1451 M), dinasti ini dipimpin
oleh Khizr.
Karena sebelumnya dinasti ini sudah bergantung pada Timuriyyah, maka
mereka tidak disukai di kalangan kelas-kelas militer Turki dan Afghan di
Delhi. Tahun 1421 M ia wafat kemudian digantikan oleh anaknya Mubarak
Shah terkenal sebagai sultan yang sangat baik, namun ia terbunuh pada
tahun 1434 M oleh seorang bangsawan bernama Sardarul Mulk.
Ada beberapa sultan yang menaiki tahta, sultan terakhir yaitu Alam
Sah. Ia hanya menghabiskan kekayaan negara yang memang disediakan
oleh Bahlul Lodi, seorang pemimpin suku Afghan Lodis, mantan gubernur
Sirhind dan Lahore. Ia sama kuatnya dengan Tughluqiyah agung dan
berupaya keras memulihkan reputasi muslim di India. Keadaan Dinasti
Sayyid bertambah parah dan akhirnya Alam Shah secara sukarela
menyerahkan tahtanya kepada Bahlul Lodi. Sejak saat itu, Dinasti Lodi
berkuasa di Delhi menggantikan Dinasti Sayyid.

7. Dinasti Lodi
Masa pemerintahan Dinasti Lodi (1451-1526 M), otoritas Delhi
kembali ditegakkan di sebagian besar India tengah dan penguasa-penguasa
Sharqi di Jawnpur pun ditumbangkan pada tahun 1477 M. Namun setelah
Bahlul wafat, kekuasaan digantikan oleh Nizam Khan yang bergelar
Sikander Lodi. Ia melakukan operasi melawan negara-negara Rajput dan
berhasil. Setelah ia wafat kemudian digantikan oleh Ibrahim Lodi. Ternyata,
Jakarta: Balai

7
pemerintahanannya sangat buruk sehingga dapat dihancurkan. Ia
menjauhkan banyak bangsawan dan panglimanya dan memenjarakan
orang-orang yang menentangnya. Hal ini memicu lebih banyak
pemberontakan, beberapa wilayah menyatakan kemerdekaannya. Tentu saja
hal ini mengundang campur tangan (intervensi) Babur dari Mughal
Chaghatayiyyah, yang pada waktu itu ada di Kabul.
Pada tahun 1526 M merupakan tahun yang sangat penting dalam
sejarah India sebab dengan dihancurkannya kekuasaan Lodi, maka terjadi
babak baru kerajaan Islam di India, yaitu berdirilah Kerajaan Mughal
(1526-1858 M).

Jakarta: Balai

8
C, Sejarah Lahirnya Daulah Mughal
Perjalanan panjang untuk membentuk sebuah imperium India Muslim
dimulai dari Kesultanan Delhi. Daulah Mughal bukanlah daulah pertama di
India, sebelumnya sudah berdiri kekuasaan Islam, namun belum
menemukan kejayaannya. Jadi, Daulah Mughal bisa dikatakan sebagai
penerus Kesultanan Delhi yang sudah berdiri terlebih dahulu.
Daulah Mughal dirintis oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M),
ia adalah salah satu cucu dari Timur Lenk. Ayahnya adalah Umar Mirza,
yaitu penguasa Farghana. Kepemimpinan Babur sudah diwariskan oleh
ayahnya pada saat Babur masih berusia 11 tahun. Ia punya ambisi kuat
untuk menguasai Samarkand, yaitu kota terpenting di Asia Tengah pada
saat itu. Dalam usaha pertamanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena
mendapat amunisi tambahan dari Daulah Syafawi, akhirnya Samarkand
bisa dikuasai pada tahun 1494 M. Setelah Samarkand, target berikutnya
adalah Kabul (ibu kota Afghanistan) dan setelah Kabul berhasil
ditaklukkan, Babur melanjutkann ekspansinya ke India.
India dalam keadaan krisis di bawah kepemimpinan Ibrahim Lodi. Kondisi
dalam negeri diliputi kekacauan. Paman Ibrahim Lodi yang bernama Alam
Khan bersama Daulat Khan (gubernur Lahore) meminta utusan ke Kabul
dan meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan Ibrahim Lodi di Delhi.
Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Babur. Pada tahun 1525 M
Punjab langsung dikuasai oleh Babur.
Setelah punjab dikuasai, Babur beserta pasukannya bergerak ke Delhi.
Ibrahim Lodi akhirnya berhasil dikalahkan dan meninggal dunia beserta
ribuan tentaranya dalam pertempuran dahsyat di Panipat pada tanggal 21
April 1526 M. Babur tampil sebagai pemenang dan kemudian menegakkan
pemerintahannya di Delhi. Dengan demikian, berdirilah Daulah Mughal di
India.
Daulah Mughal telah memberi warna baru bagi peradaban orang-orang
India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu. Walaupun Babur,
pendiri Mughal bukanlah asli orang India, tapi dia adalah peletak peradaban
Islam yang baru di India.

Jakarta: Balai

9
D. Strategi dan Kebijakan Pemerintahan Daulah Mughal
Sebagai daulah yang besar Daulah Mughal mampu membawa Islam di
tengah daratan India yang didominasi oleh masyarakat Hindu. Mughal
berjaya menguasai wilayah mayoritas berpenduduk Hindu, walaupun umat
Islam adalah penduduk minoritas. Dalam kurun kurang lebih tiga setengah
abad, Daulah Mughal dipimpin oleh beberapa Sultan, di antaranya adalah;
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M).
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, ia lahir
pada tanggal 24 Februari 1483 M di kota Ferghana. Dalam tubuhnya
mengalir darah ksatria yang diwarisi dari leluhurnya karena ayahnya Umar
Syek Mirza adalah keturunan kelima Timur Lenk sedangkan ibunya
seorang putri keturunan langsung Jakutai putera dari Jenghiz Khan.
Sebagai akibatnya ia disebut Mongol, kata ini dalam perkembangannya
berubah menjadi Mughal. Kerajaan Mongol dan Kerajaan Mughal di India
memiliki keterkaitan karena sama-sama didirikan oleh bangsa Mongol dan
keturunannya sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari nama
kebesaran bangsa Mongol.
Sepeninggal ayahnya Umar Syek Mirza, pada tahun 1494 M Sultan Babur
menggantikan ayahnya sebagai penguasa di Ferghana pada usia 12 tahun.
Meskipun masih muda, Sultan Babur telah dipersiapkan untuk menjadi
pemimpin yang tangguh dan berambisi. Dalam mewujudkan ambisinya,
Sultan Babur menyerang Samarkand tiga kali dan tiga kali pula gagal.
Bahkan penyerangan yang ketiga menyebabkan ia terusir dari Ferghana,
namun kegagalan itu tidak membuatnya putus asa. Akhirnya Sultan Babur
berhasil menaklukkan Samarkand atas bantuan raja Syafawi, Ismail I.
Kemudian menduduki Kabul tahun 1504.
Setelah menaklukkan Kabul, Sultan Babur meneruskan ekspansinya ke
India. Pada awalnya Sultan Babur tidak merencanakan akan menaklukkan
India, apalagi mendirikan salah satu kerajaan terbesar di India. Sebenarnya
Babur tidak menyukai India, sejak kecil hingga dewasa hidup dalam iklim
segar dan alam terbuka Ferghana. Ia sama sekali tidak tertarik pada
keindahan alam India, dalam karangan riwayat hidupnya ia mengatakan
bahwa: “Hindustan tidak memiliki banyak hal yang menarik, penduduknya
Jakarta: Balai

10
tidak cantik dan tidak gagah, mereka tidak ramah, tidak memahami makna
saling kunjung mengunjungi, mereka tidak memiliki orang cerdas dan tidak
mampu memahami pikiran orang lain, mereka tidak memiliki keterampilan
dalam bidang kerajinan tangan, seni perencanaan dan pembangunan.
Disana tidak ada kuda dan anjing yang baik, tidak ada buah anggur dan
semangka serta buah lainnya yang sedap, tidak ada es atau air dingin, tidak
ada daging segar dan roti. Mereka tidak mempunyai kolam air hangat, tidak
ada sekolah dan juga tidak ada lilin. Sebagai pengganti lilin mereka
menggunakan orang pelita yang kotor, orang pelita itu memegang sumbu
disalah satu tangannya dan menuangkan minyak dari kulit labu kering dari
tangan lainnya. Selain sungai mereka tidak memiliki saluran air, ditaman
dan didalam rumah mereka pun tidak ada air, rumah mereka tidak menarik,
tidak memiliki udara segar dan rancanganannya pun tidak indah”, ia juga
mengeluh tentang cara orang India berpakaian “para petani dan orang kelas
bawah hanya berjalan dengan mengenakan selembar kain yang tergantung
dua jengkal dibawah pusatnya, para wanitanya mengikat selembar kain
dipinggangnya dan menutup kepalanya dengan ujung kain itu”. Di sisi lain
Sultan Babur menulis beberapa kelebihan India, hal yang menarik ialah
India merupakan daerah yang luas dan memiliki banyak sumber daya emas
dan perak, jika hujan datang, udara terasa nyaman.
Pada saat itu India dipimpin oleh Dinasti Lodi dan karena Dinasti Lodi
sedang mengalami masa krisis dan sistem pemerintahan yang buruk,
sehingga Alam Khan, paman Ibrahim Lodi bersama Daulat Khan dan para
kaum ningrat meminta pertolongan kepada Sultan Babur untuk
menjatuhkan kekuasaan Ibrahim Lodi. Dengan mata ahli catur politik ia
melihat bagaimana besarnya bahagia yang akan diperolehnya jika ia
memenuhi permintaan tersebut. Kesempatan emas itu tidak akan disia-
siakan oleh Sultan Babur. Maka pada tahun 1525 M Sultan Babur
menguasai Punjab dengan ibukota Lahore. Setelah itu ia memimpin
tentaranya menuju Delhi.
Sultan Babur datang dengan pasukan yang tangguh dan dengan mudah
dapat menghancurkan Delhi. Sultan Ibrahim Lodi dan tentaranya dapat
dihancurkan dalam pertempuran yang berlangsung di Panipat pada tanggal
21 April 1526 M. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh dan
Jakarta: Balai

11
Sultan Babur langsung mengikrarkan kemenangan dan kemudian
menegakkan pemerintahannya. Kemudian Sultan Babur bergerak maju
untuk menduduki Delhi serta Agra dan disini tidak mendapat perlawanan
dan kemudian maju terus menuju pusat-pusat besar orang muslim serta
Hindu lainnya di India Utara, menemui serta mengalahkan sebagian besar
perlawanan orang Rajput.
Memang, pada awalnya Hindu menolak kehadiran Kerajaan Mughal karena
kemenangan yang dicapai oleh Sultan Babur merupakan ancaman bagi para
raja Hindu di India. Sultan Babur harus menghadapi orang Rajput di bagian
barat dan orang Afghan di bagian timur. Rana Sangha, penguasa Mewar,
dan merupakan panglima Rajput menghimpun orang-orang Rajput untuk
melawannya. Kedua kekuatan bertemu di Khanua, sebuah desa di sebelah
barat Agra pada tanggal 16 Maret 1527 M. Taktik Sultan Babur lebih
unggul dan membuatnya menang dalam pertempuran. Selain
pemberontakan orang Hindu, tahun berikutnya Sultan Babur mengalahkan
pasukan gabungan para ketua suku Afghan dari Bihar dan Benggala di
Ghagra dekat Patna. Ia pun akhirnya menjadi penguasa dataran Gangga
sampai kota Patna di timur.
Tentara Mughal memang militer yang kuat sehingga beberapa kali usaha
koalisi para raja-raja Hindu maupun kerajaan Islam lainnya selalu menemui
kegagalan. Dengan kalahnya para raja Hindu itu maka wilayah kekuasaan
kesultanan ini terbentang meliputi seluruh Jazirah India dan Afghanistan.
Setelah penaklukkan tersebut, ulama, penulis, sufi, pujangga dan intelektual
muslim berhamburan menuju India, mencari perlindungan di dalam rezim
baru tersebut, mengorganisir beberapa perguruan dan membuka jalan bagi
konversi masyarakat India ke agama Islam. Peranan waliyullah dan sufi
dalam menyiarkan agama Islam di tanah India sangat besar yang
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah mereka yang datang ke India.
Mereka termasuk golongan pertama yang menyebarkan agama Islam
sebelum Islam masuk ke India secara formal.
Sultan Babur menyebut dirinya Padisyah gelar raja dalam bahasa Persia
yang mengandung arti bahwa ia bukanlah kepala beberapa kabilah Turki
yang demokratik tetapi raja Iran yang berdaulat dan otokratik. Susunan
Jakarta: Balai

12
kekuasaan Mughal bersendi kepada kaum aristokrat muslim yang
heterogen, yang terdiri dari pendatang-pendatang baru dari Transoksiana,
bangsawan-bangsawan Iran yang mencari kedudukan di dalam negeri yang
baru ditaklukkan itu, dan dari aristokrataristokrat Turki dan Afghan yang
sudah berakar di India tetapi sekarang tidak menguasai kekuasaan tertinggi
lagi. Kaum Mughal sendiri hanyalah minoritas yang terkecil, tetapi mampu
mempertahankan kekuasaan mereka. Selama masa panjang imigrasi dari
Asia Tengah dan Iran berlangsung terus hingga kaum aristokrat muslim di
India mengalami Indianisasi.
Kemenangan ini hanyalah permulaan, struktur pemerintahan Kerajaan
Mughal belum mantap. Sultan Babur wafat pada tanggal 26 Desember 1530
M. Konon, sebelum Sultan Babur wafat, Sultan Humayun sakit keras,
semua pengobatan yang dilakukan belum membuatnya sembuh. Beberapa
orang bijak mengatakan, hidup putera mahkota bisa diselamatkan hanya
saja segala sesuatu yang paling berharga di dunia dikurbankan, yaitu
hidupnya sendiri. Dengan berjalan tiga kali mengelilingi tempat tidur
Sultan Babur berdo’a: “datanglah sakit itu kepadaku” kemudian ia berseru
dengan penuh sukacita, “aku berhasil, aku telah mengambil sakit itu”. Sejak
saat itu Sultan Humayun sedikit demi sedikit sembuh dari sakitnya
sedangkan Sultan Babur sendiri langsung jatuh sakit kemudian wafat.
Sultan Babur dimakamkan di Kabul. Setelah itu kepemimpinan Mughal
diteruskan oleh anaknya, Nasiruddin Muhammad Humayun.

2. Nasiruddin Muhammad Humayun (1530-1556 M).


Ia memerintah antara tahun 1530-1539 dan 1555-1556 M. Meskipun
Sultan Babur telah wafat, bukan berarti perasaan dendam para raja di India
berhenti. Ancaman masih terus datang, musuh Sultan Humayun yang
terburuk adalah saudara-saudaranya sendiri. Salah satu dari mereka mencari
perlindungan ke raja Gujarat ialah Bahadur Syah, namun serangannya dapat
dipatahkan. Namun setahun kemudian Bahadur Syah dapat merebut
kembali Gujarat dengan bantuan orang-orang Portugis.
Sultan Humayun merupakan pendiri sekolah-sekolah dan
perguruanperguruan tinggi pertama di India zaman Mughal. Tetapi
Jakarta: Balai

13
pemerintahan Sultan Humayun amat pendek. Ia kurang berwibawa
dibanding ayahnya yang tersohor itu. Sembilan tahun pertama
pemerintahan Sultan Humayun dipenuhi dengan pemberontakan di dalam
negeri yang dilancarkan oleh saudara-saudaranya. Pada tahun 1539 M, ia
harus menghadapi Sher Khan Suri musuh yang tangguh dan gagah berani
yang mulai mengancamnya sebagai saingan merebut tahta Delhi. pasukan
Humayun disergap dikalahkan oleh pasukan Sher Khan di Chausa sehingga
Humayun melarikan diri. Pemerintahan Humayun terputus selama lima
belas tahun karena tampilnya kembali pemerintahan Afghan, tepatnya
pemerintahan Dinasti Sur yang didirikan oleh Sher Khan Suri setelah
mengalahkan Humayun namanya diganti menjadi Sher Syah Suri, ia adalah
seorang yang berbakat dan seorang ahli strategi yang bagus.
Ketika mengetahui Humayun berada di Gujarat, Sher Shah Suri
memberontak pada tahun 1536 M. Ketika Humayun mendengar hal ini, ia
cepatcepat pulang, mengumpulkan pasukan dan menghadapi Sher Shah
Suri. Sultan Humayun membuat kesalahan dengan menghentikan
pengepungan benteng pertahanan Sher Shah Suri di Chunar dalam
perjalanannya ke Bihar. Lalu Sher Shah Suri menggunakan kesempatan ini
untuk menaklukkan Benggala. Setelah beberapa bulan ketika Humayun
mengejarnya ke Benggala, Sher Shah Suri berbalik melalui rute sebelah
utara dan menyerbu Bihar dan Oudh. Humayun sendiri menunda
perjalanan, kemudian dua kekuatan tersebut bertemu di Chaunsa pada tahun
1539 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Sher Shah Suri, tahun
berikutnya dikalahkan lagi di Bilgam dekat Kanauj, lalu Humayun
melarikan diri setelah pertempuran itu.
Karena Delhi tidak memberikan bantuan, Humayun pergi ke Lahore, tetapi
Kamran menolak untuk membantunya. Sementara itu Sher Shah Suri tetap
mengejar-ngejar Humayun.
Sher Shah Suri (1540-1545 M) menjadi penguasa di India utara, ia
menaklukkan Gakkar, membangun dan menempatkan sejumlah pasukan di
benteng Rohtar. Ia meninggal pada tanggal 22 Mei 1545 M ketika gedung
senjata di luar benteng Kalinjar meledak. Dalam lima tahun
pemerintahannya, secara administratif dan militer sudah berhasil. Ia
seorang Jenderal yang baik dan seorang ahli strategi besar, dan sebagai
Jakarta: Balai

14
seorang administrator ia mempunyai beberapa kelebihan yaitu sentralisasi
pemerintahan, membangun sebuah pelayanan sipil yang kompeten,
memperbaharui alat tukar, membangun sebuah pasukan yang kuat, merevisi
sistem pajak tanah, menangani sendiri masalahmasalah negara. Ia pun
menghukum para pejabat-pejabat yang korup baik di kota maupun
pedesaan, ia jujur pada setiap orang, lembut kepada wanita dan anakanak.
Ia membangun jalan raya dari Benggala sampai Peshawar, menanam
pohonpohon pelindung sepanjang jalan dan membangun tempat-tempat
peristirahatan bagi para pelancong.
Sultan Humayun hidup dalam pengembara (1540-1543 M). Ia
meninggalkan Sind dan diikuti oleh pasukan yang setia kepadanya. Dalam
pengembaraanya ini ia menikah dengan Hamidah Banu Begum puteri
Shaikh Ali Akbar Jami, seorang Persia. Ia menikah pada tanggal 21
Agustus 1541, dan dikaruniai seorang anak bernama Jalaludin Muhammad
Akbar yang lahir pada tanggal 11 Oktober 1542.
Sher Shah Suri menyerang Sultan Humayun, oleh karena itu Sultan Akbar
diserahkan ke Maham Angga yang merupakan pelayannya. Sultan
Humayun dan istrinya menuju ke Qandhar. Hindal, yang merupakan
saudaranya, namun ia tidak membantunya. Karena tidak mendapat bantuan
dari Askari, Kamran, dan Hindal, akhirnya Sultan Humayun meneruskan
perjalanan ke Persia untuk mencari perlindungan dari Shah Tahmasp.
Sultan Humayun tidak tinggal diam, ia dan Bairam Khan senantiasa
mengumpulkan kekuatan akhirnya ia berhasil menduduki tahta
kerajaannya. Pada tahun 1555 M, ia menguasai kembali Delhi setelah
mengalahkan keturunan Sher Shah Suri dan menaklukkan India sebelah
utara, dengan bantuan raja Iran (Persia). Shah Tahmasp, memutuskan untuk
membantunya dengan 14.000 pasukan berkuda dengan syarat bahwa Sultan
Humayun harus berpindah keyakinan dari aliran Sunni menjadi Syiah dan
Kandahar harus diberikan kepadanya setelah kemenangan itu.
Akhirnya ia pun bertemu dengan anaknya yaitu Jalaludin Muhammad
Akbar yang kelak akan menggantikan pemerintahannya. Ketika ayahnya
kembali berkuasa Sultan Akbar di percaya menjadi gubernur di Punjab.
Akan tetapi, Sultan Humayun tidak bisa lama menikmati kehormatan
Jakarta: Balai

15
kerajaan, ia wafat karena jatuh dari tangga istananya pada bulan Januari
1556 M. Ia mewariskan tumpuan kaki yang teramat lemah di India kepada
Sultan Akbar. Tetapi Sultan Akbar mampu membawa Kerajaan Mughal
mencapai puncak kegemilangan.
3. Jalaludin Muhammad Akbar (1556-1605 M).
Masa Sultan Akbar (1556-1605 M), sistem keadilan lebih diutamakan dari
pada kebenaran agama. Masa pemerintahannnya tangguh tanpa saingan.
Kerajaan Mughal pada masa Sultan Akbar mengalami kemajuan dalam
segala bidang yang meliputi ekonomi, politik, militer, pendidikan,
keagamaan, sosial, seni, dan budaya.
Menurut paham Sultan Akbar suatu kerajaan besar dan yang mempunyai
rakyat yang terdiri dari berbagai bangsa-bangsa yang berbeda-beda dalam
agama, harus mempunyai dasar yang lebar dan kuat, rakyat tidak boleh
dipisah-pisah dan harus mempunyai hak yang sama.
Oleh sebab itu, Sultan Akbar berusaha memperkuat kerajaannya dengan
membawa perdamaian dan stabilitas negaranya. Perbedaan agama dan
budaya itu mengancam terjadinya gangguan dan kekacauan. Untuk itu,
Sultan Akbar mendorong setiap orang untuk bergaul dan bersikap toleran
satu sama lain.
Sultan Akbar juga mengembangkan toleransi beragama, ia mendirikan Din
Illahi yang memadukan ajaran-ajaran yang mencakup seluruh agama di
India. Namun, masa pemerintahan Jehangir, Din Illahi dihentikan
kegiatannya.
Sebelum Sultan Akbar wafat, Jehangir telah diangkat menjadi
penggantinya. Ia sangat sayang pada puteranya itu, namun Jehangir selalu
melawan politiknya sehingga rakyat menyangka bahwa yang akan naik
tahta adalah cucunya yang bernama Khusru yang sangat dicintai oleh
rakyat.
Jehangir, Shah Jehan dan Aurangzeb adalah sultan-sultan besar yang
mampu meneruskan keberhasilan pendahulunya, Akbar. Ketiga sultan ini
didukung oleh militer yang sangat kuat. Maka, semua pemberontakan dapat
dipatahkan, sehingga rakyat hidup dengan tentram dan damai.
Jakarta: Balai

16
4. Jehangir/Salim (1605-1627 M).
Tujuh hari setelah Sultan Akbar wafat, Sultan Jehangir dinobatkan menjadi
raja, ia memerintah dari tahun 1605-1627 M, dengan gelar Nuruddin
Muhammad Jehangir Pasha Ghazi. Jehangir dalam memerintah kerajaan
tidak sehebat ayahnya, ia terlalu baik hati dan lemah terutama karena
pengaruh isterinya Nur Jahan yang suka mencampuri urusan pemerintahan.
Sehingga isterinya itu yang sebenarnya memerintah. Pengaruhnya ialah
tertera dari gambarnya pada uang logam kerajaan yang diedarkan pada
masa itu di India.
Jehangir tidak dapat dibandingkan dengan Sultan Akbar, pekerjaannya
hanya meneruskan pemerintahan yang sudah teratur. Jehangir menerapkan
hukum Islam hanya sebatas pada lembaga pengadilan saja seperti pada
masa Sulan Akbar. Hukum Islam hanya berlaku bagi umat Islam. Ia
merupakan sultan yang toleran dan sekuler serta kebijakan-kebijakan
politik yang liberal, seperti yang diteladani dari Sultan Akbar.
Namun, Jehangir tidak berhemat tentang pengeluaran belanja negeri, gaji
pegawai luar biasa tingginya. Di istana dan dalam perjalanan pun ia
memperlihatkan kekayaan dan kemewahan yang mengakibatkan beban
yang luar biasa beratnya pada rakyat. Tabiatnya tidak tetap dan tenang,
kadang-kadang bengis sehingga jiwa manusia tidak berharga baginya dan
terkadang juga berperasaan sangat halus. Sultan Jehangir menuliskan
riwayatnya sendiri yang berjudul Tzuk-i-Jahangiri.
Sultan Jehangir wafat pada tahun 1628 M dan meninggalkan dua orang
putera yaitu Shah Jehan dan Shahriar, yang bersaing untuk merebut tahta
kerajaan. Shah Jehan sebagai anak yang tertua sebenarnya tidak banyak
menghadapi kesulitan untuk naik tahta. Ketika ayahnya wafat, Shah Jehan
berada di daerah Dakka, sedangkan Shahriar telah menyatakan diri sebagai
raja di
Lahore. Dengan alasan itu, Shah Jehan memerangi dan menangkapnya.
Pada tahun 1628 M, ia naik tahta dengan gelar Abdul Muzaffar
Shahabuddin Muhammad Shah Jehan Ghazi.
5. Shah Jehan (1628-1658 M)
Jakarta: Balai

17
Shah Jehan, memerintah pada tahun 1628-1658 M. Ia merupakan seorang
yang terpelajar, ia memiliki bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa
intelektual dan seni. Ia peminat lukisan, pandai menyanyi dan peminat
karya-karya kesusasteraan. Ia pernah mengusir seorang pedagang dari
Portugis yang menyalahgunakan kepercayaannya, ia menarik pajak kepada
rakyat dan menyebarkan agama Kristen kepada anak-anak. Akan tetapi
Sultan Shah Jehan melarang mendirikan candi-candi Hindu.
Abdul Hamid Lahori seorang ahli sejarah pada masa itu yang menulis
riwayat Sultan Shah Jehan dalam kitabnya yang berjudul Padshah Nama
melukiskan keadaan yang sangat buruk itu dengan jiwa terharu. Dalam
riwayatnya, pemerintahan Shah Jehan penuh perlawanan antara putera-
puteranya agar diangkat menjadi raja. Diantara mereka ada empat orang
putera Mumtaz Mahal yaitu Aurangzeb, Dara Suqoh, Shujah dan Murad
Bakhs. Mereka berpengalaman baik tentang pemerintahan maupun tentang
keprajuritan, sebab masing-masing memegang jabatan gubernur di
beberapa bagian-bagian kerajaan.
Di akhir kekuasaannya, ada dua kebijakan secara keseluruhan yang
dimainkan oleh kedua orang puteranya, Dara Suqoh dan Aurangzeb. Dara
Suqoh lebih berpikiran universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-
hukum Hindu bila dalam al-Qur’an tidak ditemukan. Sedangkan Aurangzeb
lebih menekankan tradisi keislaman (nilai-nilai syariah, tradisional). Dan
pada akhirnya Dara Suqoh dibunuh oleh Aurangzeb dan Shah Jehan
dipenjarakan, ia di tahan oleh Aurangzeb selama tujuh tahun, menantikan
kematiannya, ia di jaga oleh puterinya yang bernama Jahanara yang setia
kepadanya. Sultan Shah Jehan meninggal pada usianya yang ke 74 tahun.
Motif pembunuhan yang dilakukan Aurangzeb masih banyak diperdebatkan
oleh kalangan ahli sejarah apakah karena ingin menegakkan Islam atau
hanya karena ingin kekuasaan.
Demikianlah nasib seorang sultan yang mengagumkan dunia dengan
ciptaan-ciptaan kebudayaan yang ditinggalkannya. Salah satu
peninggalannya yang terkenal yaitu Taj Mahal, makam terindah
permaisurinya Arjumand Bano Begum/Mumtaz Mahal yang wafat pada
tahun 1631 M di Deccan pada saat sultan berperang. Memakan waktu 22
tahun dan dikerjakan oleh dua puluh ribu buruh untuk mendirikan makam
Jakarta: Balai

18
tersebut. Sesudah selesai barulah jenazah permaisuri dipindahkan dari
Deccan ke Agra. Makam itu menunjukkan bagaimana sucinya cinta seorang
raja kepada permaisurinya.
Awalnya ia ingin mendirikan makam untuk baginda sendiri di dekat Taj
Mahal. Makam tersebut tidak dapat dibuat karena berada dibawah
pengawasan
Sultan Aurangzeb yang tidak menyukai gedung-gedung yang indah. Maka
Sultan Shah Jehan pun dimakamkan di dekat istrinya.
6. Aurangzeb (1658-1707 M).
Sultan Aurangzeb dinobatkan menjadi raja pada tahun 1659-1707 M,
dengan gelar Sultan Aurangzeb Alamgir, ia teguh memegang Islam dan
menjalankan hukum dan syariat-syariat Islam, ia juga hafal al-Qur’an,
makan, minum dan berpakaian dengan sederhana. Untuk menyenangkan
hati rakyat yang mengeluh selama pemerintahan Shah Jehan karena
mengeluarkan belanja berjuta-juta untuk memperlihatkan kekayaan
kerajaan. Maka Sultan Aurangzeb menurunkan beberapa macam pajak.
Sultan Aurangzeb meneruskan politiknya, segala waktu dan tenaganya
dipergunakan untuk menaklukkan India. Ia selalu mencapai kemenangan
sehingga pemerintahannya pun semakin luas melebihi Sultan Akbar.
Namun, berbeda dengan Sultan Akbar. Pada masa Aurangzeb Golongan
Hindu selalu ditindas, mereka tidak diberi kesempatan untuk turut ambil
bagian dalam pemerintahan. Ia hanya berhubungan dengan raja-raja Hindu
jika menguntungkan bagi politiknya. Sekolah Hindu ditutup dan dibongkar
begitu pun dengan candi-candi maupun kuil, perhiasan-perhiasan dan
segala sesuatu yang berharga pada candi-candi itu dipergunakan untuk
mendirikan masjid-masjid.
Dalam pandangannya hanya Islam yang dapat menyelesaikan berbagai
masalah kehidupan. Oleh karena itu, undang-undang yang harus dipakai
pemerintahan ialah undang-undang Islam. ia menetapkan kembali peraturan
jizyah yang telah dihapus Sultan Akbar. Aurangzeb melarang dan
menghapuskan pusatpusat minuman keras, nyanyi-nyanyian, musik dan
berbagai persoalan yang dipandang mubadzir menurut agama Islam. untuk
itu, ia membuat undang-undang dalam kitab Fatawa Alamgiri. Ia juga
Jakarta: Balai

19
mengawasi perkembangan dan kegiatankegiatan agama lain di India,
terutama Hindu sebagai agama mayoritas di India. Setiap kegiatan
keagamaan harus ada izin sultan, sehingga tidak sedikit kuil-kuil Hindu
yang disalahgunakan untuk kegiatan politik dihancurkan olehnya.
Diantara berbagai kebijakan yang melatarbelakangi munculnya konflik,
diantaranya :
1. Kebijakan yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, bukan
hanya menetapkan kembali jizyah bahkan dilarang mendirikan kuil-
kuil baru. Tindakannya menghancurkan kuil-kuil karena alasannya
sebagai sarang politik orang-orang Hindu telah menimbulkan
kebangkitan dan kemarahan pengikut Hindu.
2. Aurangzeb tidak mempersiapkan penggantinya untuk meneruskan
kesultanan Mughal karena ia kesulitan memilih putera-puteranya. Hal
ini disebabkan ia mengikuti jejak orang tuanya yang tidak
menunjuknya untuk memerintah.
3. Membuka jalur perdagangan yang bebas. Hal ini merupakan akar
yang paling berbahaya. Selain itu, kesalahannya adalah ia telah
memperkenankan orang Inggris menduduki Surat dan mengibarkan
bendera Inggris di tempat itu.
Sepanjang masa pemerintahannya, banyak mencapai keberhasilan seperti
para pendahulunya, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan agama. Dalam
penaklukkan wilayah-wilayah keberhasilannya sangat luar biasa
dibandingkan Sultan Akbar. Motif penaklukkannya didasarkan atas cita-
citanya menyatukan kawasan wilayah Islam dan menerapkan nilai-nilai
syariat Islam. ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada
pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu
diperhatikan bahkan diabaikan. Semangat politik
Islamnya didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah serta dukungan para
ulama, tetapi di lain pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin
menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaannya pada nilai-nilai
syariah, hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa.
Sebaliknya, orang-orang Hindu fanatik menganggap ia sebagai pemimpin

Jakarta: Balai

20
yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non muslim yang
memberi dukungan karena keadilannya.
7. Bahadur Shah (1707-1712 M).
Para pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak
mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Para pemimpin
sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan
Mughal. Bahadur Shah menggantikan kedudukan Aurangzeb.
Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah.
Jehandar memenangkan persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan
sebagai Sultan Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar
adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang
oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri.
8.Jehandar (1712-1713 M).
Jehandar menjadi pemimpin yang paling singkat dalam periodesasi
kepemimpinan Mughal. Nama lengkapnya adalah Murza Mu`izzuddin
Muhammad Khan. Pada masa pemerintahan Syah Alam Daulah Mughal
diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan
Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal
ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi
dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah
Alam, memberikan konsesi kepada East India Company (EIC) untuk
mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh
pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus
menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi
awal masuknya pengaruh Inggris di India.
9.Bahadur Syah (1837-1858 M).
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian
yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara
Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan
Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.

Jakarta: Balai

21
Sejak saat itu umat Islam dihadapkan pada perjuangan untuk
mempertahankan eksistensinya di bawah kekuasaan Inggrisdan di tengah
mayoritas umat Hindu India.
E. Kemajuan Peradaan Islam Masa Daulah Mughal
1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan wilayah pada masa Daulah Mughal berhasil menguasai Chundar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir,
Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan
konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan
Aurangzeb. Aurangzeb menjalankan roda pemerintahan secaramiliteristik.
Hampir semua pejabat pemerintahan terdiri dari kaum militer.
Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala
komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar(komandan). Jabatan-
jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran.
Pejabat-pejabat pada masa itu diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
Akbar menerapkan politik toleransi sulakhul (universal). Dengan politik ini,
semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena
perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang
pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam. Pada Masa Akbar terbentuk
landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang
dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India.

2.Bidang Ekonomi
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian. Adanya
sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil
pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai
oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel,
kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada
atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak
kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak
mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
Jakarta: Balai

22
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada
masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India
Company (EIC) yaitu Perusahaan Inggris-India Timur untuk menjalankan
usaha perdagangan di India sejak tahun 1600 M. Mereka mengekspor katun
dan busa sutera India, bahanbaku sutera, sendawa, nila dan rempah dan
mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
3.Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal
mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-
Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat
Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-
Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu
merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di
India.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan
Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan
tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa
disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh
Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia
menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu
percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan
budaya Islam India yang dikembangkan oleh Daulah Mughal.
4.Bidang Seni dan Budaya
Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang
mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi,
seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari
yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya. Daulah Mughal termasuk
sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya
arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar
dan Mesjid Raya Delhi di Lahore.

Jakarta: Balai

23
Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal,
terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197),
makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki
(1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di
kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di
kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405). Taman-taman kreasi
Mughal menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung
pencapaian kemajuan dalam berbagai bidang, di antaranya dalam bidang
ekonomi, ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan dalam bidang
ekonomi ditandai dengan kemajuan sektor pertanian dan perindustrian.
Pada masa ini penanganan pertanian sangat diperhatikan secara terstruktur.
Bidang ilmu pengetahuan tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan
daulahdaulah sebelumnya. Yang lebih maju justru bidang seni syair dan
seni arsitektur.
Berbagai bangunan monumental masih bisa disaksikan hingga sekarang, di
antaranya:
1.Benteng Agra atau Agra Fort.
Terbentang seluas 94 hektar, terletak sejajar dengan Sungai Yamuna dan 2
kilometer barat laut dari Taj Mahal. Tepatnya di kota Agra, Uttar Pradesh,
India Utara. Benteng Agra sudah ada sejak masa Sikarwar Rajarputs.
Namun setelah jatuh ke tangan Daulah Mughal, Akbar melakukan renovasi
besar-besaran benteng pada benteng ini. Butuh lebih dari 4000 pekerja dan
delapan tahun masa penyelesaian. Kota Agrapun dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan Mughal dan menjadikan benteng ini sebagai kediaman utama
sultan-sultan Daulah Mughal sampai tahun 1638.
2.Benteng Merah atau Red Fort.
Benteng Merah merupakan kediaman utama dari penguasa dari Daulah
Mughal selama hampir 200 tahun sampai tahun 1856. Sultan Shah Jihan
menugaskan pembangunan Benteng Merah pada 12 Mei 1639, ketika ia
memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya dari Agra ke Delhi.
Jakarta: Balai

24
3.Taj Mahal.
Nama Taj Mahal tentu tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Istana dari
marmer putih gading yang terletak di tepi selatan Sungai Yamuna, Agra
India ini sebenarnya adalah makan dari Mumtaz Mahal, istri kesayangan
Shah Jihan. Dibangun dari tahun 1632-1653 M. Taj Mahal dianggap
sebagai contoh terbaik arsitektur Mughal dan simbol sejarah kekayaan
India.
4.Jama Masjid.
Merupakan salah satu masjid terbesar di India. Masjid ini dibangun oleh
Sultan Mughal Shah Jahan antara 1644 M dan 1656 M. Masjid ini menjadi
masjid kerajaan sampai akhir periode Mughal. Masjid ini juga salah satu
masjid terbesar di India. Halaman Jama Masjid mampu menampung lebih
dari 25.000 jamaah.
Melihat kemegahan bangunan-bangunan tersebut, tidak heran jika Daulah
Mughal disebut sebagai salah satu Daulah yang berjaya di abad ke-17.
Dunia Islam sangat beruntung dan berterima kasih ke pemerintah India
yang terus melestarikan peninggalan ini sebagai salah satu sumber
pemasukan negara.
F. Kemunduran Peradaban Islam Pada Masa Daulah Mughal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Daulah Mughal
mengalami kemunduran pada setengah abad terakhir sebelum akhirnya
berakhir pada tahun 1858 M.
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga
tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Tanda-tanda
kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut. Internal;
Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan
lemahnya kontrol pemerintahan pusat. Eksternal; Terjadinya
pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara,
gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur,
dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui East India Company (EIC).
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal.
Pada waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan
Jakarta: Balai

25
sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang
tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat
merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam
bangkit mengadakan pemberontakan.
Singkatnya, kemunduran Daulah Mughal disebabkan karena faktor-faktor
sebagai berikut;
1. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di lingkungan istana yang
mengakibatkan pemborosan dalam keuangan.
3. Pendekatan yang dilakukan oleh Aurangzeb terlalu kasar terhadap
toleransi umat beragama, sehingga konflik antar umat beragama
sangat sulit diatasi oleh sultansultan sesudahnya.
4. Semua generasi penerus Daulah Mughal pada periode terakhir adalah
orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan.

Jakarta: Balai

26
SUMBER REFERENSI MAKALAH:
1. Buku paket SKI
2. (sc.syekhnurjati.ac.id)
3. journal.uny.ac.id
4. journal.uinbanten.ac.id

27

You might also like