You are on page 1of 11

MAKALAH STRATEGI DAN TEKNIK MENEMUKAN

KELUARGA DUAFA

Disusun Oleh:
M. Wahyu Ramadhan : 2221201020
Rohman Renaldi : 2221201012
Muhammad Rafi A. : 2221201040
Andika Kurniawan : 2221201043
Verdy Rahadian R. : 2121201075 konversi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“MAKALAH STRATEGI DAN TEKNIK MENEMUKAN KELUARGA
DUAFA”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini
kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin

Tangerang, 1 Oktober 2023

Penulis
1. Pendahuluan
Dalam KBBI keluarga diartikan sebagai ibu dan bapak beserta anak-
anaknya; seisi rumah, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih,
sanak saudara, kaum kerabat atau satuan kekerabatan yang sangat mendasar
dalam masyarakat. Sementara duafa diartikan sebagai orang-orang lemah
(ekonominya dan sebagainya). Dengan demikian keluarga duafa didefinisikan
sebagai kumpulan sanak saudara saisi rumah atau dalam satu tanggungan yang
secara ekonomi lemah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
sehari-harinya secara layak.
Dalam khazanah islam terdapat istilah faqr dan miskin yang berarti orang
yang membutuhkan dan berhak mendapatkan santunan serta menerima zakat
dan sedekah. Selain itu ada juga istilah duafa atau mustad’afin yang dimaknai
sebagai kaum lemah dan tertindas dimana ketidakberdayaan dan kelemehan
yang dialaminyalebih disebabkan karena faktor yang bersifat structural dan
politik yang tidak berkeadilan.
Fenomena kemiskinan terjadi di seluruh dunia. Di negara maju jumlah
keluarga miskin berhasil ditekan namun di negara berkembang tingkat
kemiskinan menjadi semakin ekstrim. Menurut data BPS tahun 2016 jumlah
penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta penduduk, dan sampai bulan
September 2016 jumlah penduduk miskin mencapai 27.76 juta penduduk atau
sebesar 10,70% dengan rincian penduduk miskin di perkotaan sebesar 7,79%
dan penduduk miskin di pedesaan sebesar 13,96%.
Filantropi merupakan usaha untuk membantu mengentaskan kemiskinan,
memeratakan kesejahteraan, dan mengadvokasi perubahan sosial dengan
memberdayakan kelompok masyarakat yang tidak beruntung dengan
membangun relasi yang lebih dekat antara pemberi dan penerima. Kapitaliasi
kemiskinan merupakan usaha untuk mencari keuntungan finansial dengan
mengubah penampilan layaknya orang yang perlu dikasihani. Perda DKI
Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 melarang pemberian uang atau barang kepada
orang-orang tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dikenakan
pidana kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 20 hari atau denda
sedikitnya Rp. 100.000,- dan maksimal Rp. 20.000.000,-
Alasan dibuatnya peraturan tersebut adalah
1. Tindakan pemberian uang atau barang kepada orang-orang tersebut
bukan menyelesaikan masalah melainkan semakin membuka peluang
bagi merebaknya pengorganisasian atas tindakan kriminalitas tersebut.
2. Tindakan pemberian uang atau barang kepada orang-orang tersebut
membuat usaha penyantunan dan pengentasan kemiskinan menjadi
program yang tidak terencana karena hasilnya tidak terukur.
3. Hendaknya kepedulian untuk mengatasi kemiskinan itu disalurkan
melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir, terencana atau melalui
lembaga-lembaga amil zakat yang professional.
Menurut penelitian PIRAC, potensi dana zakat, infak dan sedekah di
Indonesia sangat besar dan potensial untuk mendukung program-program
pengentasan kemiskinan. 5 alasan menunaikan zakat, infak dan sedekah
diutamakan melalui Lembaga amil professional diantaranya:
1. Sesuai dengan tuntunan syariah, shirah nabawiah dam shirah para
sahabat serta generasi sesudahnya.
2. Menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.
3. Menghindari perasaan rendah diri para mustahik apabila berhubungan
langsung dengan muzzaki.
4. Mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan
zakat.
5. Syiar islam dalam semangat pemerintahan yang islami.

2. Indikator Kemiskinan
Kemiskinan disebabkan oleh aspek politik dan aspek kebudayaan. Dari sisi
aspek politik, penyebab kemiskinan adalah absennya negara dalam
menyediakan infrastuktur dasar seperti infrastuktur kesehatan, pendidikan,
lapangan pekerjaan bagi setiap warga negaranya. Dari sisi kebudayaan,
kemiskinan adalah hasil dari kebudayaan dimana kelompok atau keluarga
miskin memelihara mentalitas kemiskinan seperti perasaan sebagai orang yang
tidak berdaya, mudah menyerah pada nasib serta perasaan tidak mampu
menyelesaikan beban hidupnya sendiri bila tanpa bantuan orang lain.
Di Indonesia terdapat beberapa kriteria kemisikinan, diantaranya:
1. Indikator kemiskinan BPS
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m²/Orang
b. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
c. Jenis dinding tempat tinggal dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tidak diplester
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan
rumah tangga lain
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
f. Sumber air minum bersasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam 1 kali seminggu
i. Hanya membeli 1 stel pakaian baru dalam 1 tahun
j. Hanya mampu makan sebnyak 1 atau 2 kali dalam sehari
k. Tidak sanggup membayar biata pengobatan di
puskesmas/poliklinik
l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan
luas lahan 500m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah
Rp. 600.000,-/bulan
m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak
tamat SD/tamat SD
n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan
milimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/non kredit,
emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Menurut BPS, jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah
tangga dikatakan miskin.
2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
BKKBN menyusun 5 pengelompokan keluarga sejahtera
a. Keluarga Pra-Sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal, seperti pengajaran agama, sandang, pangan,
papan dan kesehatan
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi dengan
indikator sebagai berikut
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama
yang dianut
2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari
atau lebih
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian
4. Bagian terluas dari rumah adalah lantai bukan tanah
5. Bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit dibawa
ke sarana/petugas kesehatan
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya
dapat pula memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya. Indikatornya
terdiri dari 5 indikator keluarga sejahtera I ditambah 9 indikator
berikut:
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah dengan teratur
menurut agama dan kepercayaan masing-masing
2. Sekurang-kurangnya sekali seminggu keluarga
menyediakan daging/telur/ikan sebagai lauk pauk
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel
pakaian baru setahun terakhir
4. Luas lantai rumah paling kurang 8m²/orang
5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir berada
dalam kondisi sehat sehingga dapat melaksanakan
tugas/fungsi masing-masing
6. Paling kurang 1 orang anggota keluarga yang berumur 15
tahun keatas memiliki penghasilan tetap
7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa
mambaca tulisan latin
8. Seluruh anak berusia 6-15 tahun saat ini (waktu pendaftaran)
bersekolah
9. Bila anak hidup 2 orang atau lebih pada keluarga yang masih
PUS, saat ini mereka memakai kontrasepsi (kecuali bila
sedang hamil)
d. Keluarga Sejahtera III
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum,
kebutuhan psikologis dan kebutuhan pengembangannya, tetapi
belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di lingkungan
desa/wilayahnya. Mereka harus memenuhi indikator keluarga
sejahtera I dan II ditambah 7 indikator berikut:
1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk
tabungan keluarga
3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan ini digunakan untuk berkomunikasi antar
anggota keluarga
4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya
5. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang
sekali dalam 6 bulan
6. Memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio atau
televisi
7. Anggota keluarga mampu mempergunakan sarana
transportasi
e. Keluarga Sejahtera III Plus
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum,
kebutuhan psikologis kebutuhan pengembangan dan secara
teratur ikut menyumbang serta aktif dalam kegiatan sosial di
masyarakat. Mereka harus memenuhi indikator keluarga
sejahtera I sampai III ditambah 2 indikator berikut:
a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk
materi
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai
pengurus perkumpulan, yayasan atau institusi masyarakat
lainnya.
Selain indikator diatas, berikut adalah ciri-ciri tambahan kaum duafa
a. Memelihara kesadaran fatalisme sehingga bersikap pasrah menerima
keadaan
b. Berhenti mencari kerja
c. Terlalu lama berhenti berkerja, ia kehilangan kontak dan jaringan
d. Berharap pada program kesejahteraan dari pemerintah dan bantuan dari
organisasi kemasyarakatan
e. Terkait dengan persepsi waktu. Ia memiliki banyak waktu luang namum
tidak dimanfaatkan untuk hal yang produktif melainkan benyak
menggunakan waktunya bersama dengan kerabat, keluarga serta orang-
orang disekitarnya
f. Mencari hutang sebagai jalan keluar untuk mencukupi kebutuhan dasar
g. Tidak memiliki gambaran masa depan
3. Menemukan Keluarga Duafa
Salah satu cara unntuk menemukan keluarga duafa adalah dengan metoda
PRA (Participatory Rural Appraisal) yang dikembangkan oleh Robert
Chambers. PRA adalah teknik kajian masyarakat dengan mengembangkan
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan dan penganalisa pengetahuan
mereka mengenai hidup dan kondisinya agar mereka membuat rencana dan
tindakan. Prinsip PRA adalah
1. Mengutamakan atau keberpihakan terhadap kelompok yang terabaikan
2. Menguatkan/memberdayakan masyarakat
3. Masyarakat sebagai pelaku sementara orang luar hanya sebagai fasilitator
4. Prinsip saling belajar dan menghargai
5. Santai dan informal
6. Mengumpulkan dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya

Langkah-langkah umum pencarian keluarga duafa


1. Menyepakati indikator keliarga duafa
2. Pencarian dan penelusuran lokasi
Pengamatan terhadap lokasi dilakukan untuk mencari keluarga duafa, selain
itu juga bertujuan untuk mengamati kondisi pemukiman, ketersediaan
sarana umum seperti sekolah, puskesmas, masjid/mushola dan mata
pencaharian masyarakat disekitarnya.
3. Observasi
Dilakukan dilakukan melalui wawancara dan pengamatan terhadap keluarga
duafa yang sudah dipilih
4. Pelaksanaan wawancara dan pengamatan
a. Penjelasan maksud dan tujuan
b. Mengamati keadaan sekitar seperti kondisi rumah
c. Melakukan obrolan tentang berbagai kegiatan keluarga
d. Melanjutkan wawancara dari satu topik ke topik lain dengan
menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan
e. Pergunakan jawaban keluarga duafa untuk mengembangkan topik
selanjutnya
f. Gunakan pertanyaan yang terbuka (bukan jawaban iya atau tidak)
g. Lihat dan catat seluruh detail tempat tinggal keluarga dan
lingkungannya
5. Menyusun profil keluarga duafa
6. Identifikasi dan pembatasan masalah
7. Persiapan perencanaan kegiatan
Bentuk perencanaan kegiatan adalah penyusunan proposal

4. Menuju Keluarga Sakinah


Tujuan dari menemukan dan membantu keluarga duafa adalah membantu
keluarga tersebut bertransformasi menuju keluarga sakinah. Secara bahasa
sakinah bermakna tenang. Keluarga sakinah didefinisikan sebagai bangunan
keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat di KUA
yang dilandasi rasa saling menyayangi dan menghargai dengan penuh rasa
tanggung jawab dalam menghadirkan suasana kedamaian, ketentraman dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat yang diridhai Allah SWT.
Fungsi keluarga sakinah adalah sebagai berikut
1. Fungsi keagamaan sebagai wadah pembinaan kehidupan beragama
2. Fungsi biologis dan reproduksi sebagai tempat pemenuhan kebutuhan
dasar seperti sandang, pangan, papan
3. Fungsi peradaban sebagai wahana pembinaan dan persemaian nilai
budaya yang luhur yang dijiwai spirit keislaman
4. Fungsi cinta kasih sebagai wahana interaksi dan membangun ikatan
batin sebagai manifestasi cinta kasih antar anggota keluarga
5. Fungsi perlindungan sebagai wahana untuk memberikan perlindungan
fisik, mental dan moral
6. Fungsi kemasyarakatan dimana setiap keluarga mhidup harmonis dan
aktif dalam kehidupan sosial
7. Fungsi pendidikan dimana setiap anggota keliarga mendapatkan
Pendidikan intelektual, emosional, spritual
8. Fungsi ekonomim sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya dalam mengelola pendapatan dan memenuhi
kebutuhan secara efisien
Dengan terbentuknya keluarga sakinah maka keluarga dapat mewujudkan
insan yang bertaqwa dan masyarakat yang berkemajuan, berdaya dan Bahagia
lahir dan batin.

5. Keluarga Duafa sebagai sasaran Dakwah Lapangan


Kegiatan dakwah lapangan menjadikan keluarga duafa sebagai sasaran
pemberdayaan. Hal ini dikarenakan:
1. Dalam ajaran Islam, unit sosial yang paling banyak mendapatkan perhatian
adalah keluarga
2. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang merepresentasikan kehidupan
sosial yang lebih luas
3. Keluarga tidak lebih rumit dibandingkan komunitas, lembaga, atau
kelompok termajinalkan lainnya
4. Memudahkan pemetaan masalah, menemukan bentuk pemberdayaan yang
tepat, dan membangun hubungan berkelanjutan pasca kegiatan.

You might also like