You are on page 1of 11

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

Februari 2017, 1 (1): 53-63

Valuasi Ekonomi Objek Wisata Berbasis Jasa Lingkungan


Menggunakan Metode Biaya Perjalanan di Pantai Batu Karas
Kabupaten Pangandaran
Economic Valuation of Environmental Service-Based Tourism Object in Batu Karas
Beach-Pangandaran Using the Travel Cost Method

Firman Zulpikar¹*, Dandy E. Prasetiyo², Titis Virgininda Shelvatis1, Kinta Karissa Komara1,
Monica Pramudawardhani1
1
Program Studi Green Economy, Fakultas Ekonomi dan Sosial, Surya University, Jl. Boulevard Gading
Serpong kav. M5 No. 21 Summarecon Serpong, Tangerang, Banten 15810; 2Program Studi Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Sosial, Surya University, Jl. Boulevard Gading Serpong kav. M5 No. 21 Summarecon
Serpong, Tangerang, Banten 15810; *Penulis korespondensi, e-mail: firman.zulfikar@surya.ac.id
(Diterima: 15 Oktober 2016; Disetujui: 27 Desember 2016)

ABSTRACT

Batu Karas beach at Pangandaran Regency, West Java Province has the potential of natural
beauties that can be used as an ecotourism object. The purpose of this study was to determine the
economic value of environmental service-based tourism and to identify factors that contribute to
the tourism demand to Batu Karas beach. Individual Travel Cost Method (ITCM) was used to
estimate the potential economic value of tourism activity, and linear regression analysis was used
to determine the influence factors of tourism demand. Data was obtained through questionnaires to
respondents. The results showed that the most influential factors of the level of tourist demand to
Batu Karas beach are travel cost, distance and duration in the location. The demand equation
model based on travel cost method is Y = 1.766 – 0.000001887 X1 ; where Y= tourism demand and
X1 = travel cost. Potential economic value of ecotourism in Batu Karas beach reached Rp
86,571,960,874.00 annually with a consumer surplus of Rp 566,183.00 per individual per year.
Major economic benefits from tourism activities in Batu Karas beach brings socio-economic
improvement of the local community.
Keyword: Batu Karas, economic valution, ecotourism, travel cost.

ABSTRAK

Pantai Batu Karas di Kabupaten Pangandaran memiliki potensi sumber daya alam yang
dapat digunakan sebagai objek wisata. Penelitian ini bertujuan menentukan nilai ekonomi wisata
berbasis jasa lingkungan dan mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
pengunjung ke Pantai Baru Karas. Metode Biaya Perjalanan Individu (Individual Travel Cost
Method) dipilih untuk mengestimasi potensi ekonomi aktivitas wisata di Pantai Batu Karas,
sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pengunjung ditentukan dengan analisis
regresi linear. Data diperoleh melalui kuesioner kepada para pengunjung. Hasil penelitian
menunjukkan variabel biaya perjalanan, jarak tempuh dan durasi kunjungan berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke Pantai Batu Karas. Model permintaan wisata ke Pantai
Baru Karas berdasarkan biaya perjalanan yaitu Y = 1.766 – 0.000001887 X1 ketika Y adalah
tingkat kunjungan dan X1 adalah biaya perjalanan. Potensi ekonomi ekowisata di Pantai Batu Karas
mencapai Rp 86,571,960,874.00 per tahun dengan nilai surplus konsumen sebesar Rp 566,183.00

53
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

per individu per tahun. Keuntungan ekonomi yang besar dari aktivitas wisata di Pantai Batu Karas
memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan sosial ekonomi masyarakat setempat.
Kata kunci: Batu Karas, biaya perjalanan, valuasi ekonomi, wisata alam.

PENDAHULUAN sederhana yaitu beneficiary pays atau penerima


manfaat yang membayar. Mekanisme
Pantai Batu Karas merupakan salah satu pembayaran jasa lingkungan di Indonesia telah
destinasi wisata unggulan yang ada di diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 mengenai
Kabupaten Pangandaran. Pantai ini berjarak Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
sekitar 34 km dari Ibukota Kabupaten Hidup. Pembayaran jasa lingkungan pada
Pangandaran (Pantai Pangandaran). Daya tarik dasarnya merupakan skema yang bertujuan
utama Pantai Batu Karas yaitu karakteristik merestorasi dan melindungi ketersediaan barang
pantainya yang berpasir halus dan landai dan jasa lingkungan yang berkelanjutan serta
sehingga aman untuk aktivitas berenang. Pantai biaya yang lebih efisien dalam jangka waktu
ini juga memiliki gelombang laut yang cocok yang lama.
bagi peselancar pemula serta pemandangan laut Memahami mengenai nilai dari berbagai
luar biasa yang dapat dinikmati dari tebing batu jasa lingkungan tersebut sangat penting dalam
yang menjorok ke arah laut. Potensi sumber pengambilan keputusan terkait pengelolaan
daya alam berupa keindahan pantai di Batu sumber daya yang menguntungkan dari sisi
Karas telah mengundang banyak wisatawan ekonomi dan berkelanjutan dari sisi lingkungan.
untuk datang berwisata. Hal ini berpotensi Namun demikian, nilai ekonomi sumber daya
mendatangkan keuntungan ekonomi bagi alam yang menawarkan keindahan alam atau
masyarakat setempat maupun pemerintah lanskap, pada umumnya bersifat non-market
daerah. atau tidak dapat diperdagangkan (Jala, 2015;
Keberadaan objek wisata Pantai Batu Godari dan Ghiyasi, 2014; Jaafar dan Maideen,
Karas sangat penting dan strategis bagi 2012). Untuk mengestimasi nilai ekonomi dari
Kabupaten Pangandaran. Aktivitas wisata di jasa lingkungan tersebut harus menggunakan
Pantai Batu Karas dapat mengasilkan teknik penilaian (valuation) tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Menurut Jala (2015), salah satu teknik
Pangandaran serta menjadi sektor pengerak valuasi ekonomi yang dapat digunakan untuk
dalam upaya penciptaan lapangan pekerjaan menilai jasa lingkungan berupa keindahan alam
dan pembangunan ekonomi bagi masyarakat yang dimanfaatkan sebagai objek wisata dapat
sekitar. Mengingat perannya yang sangat dilakukan dengan metode biaya perjalanan atau
penting maka eksistensi wisata Pantai Batu Travel Cost Method (TCM). Premis dasar dari
Karas harus ditingkatkan dan dikembangkan metode biaya perjalanan menyatakan bahwa
agar mendatangkan keuntungan ekonomi yang waktu dan biaya perjalanan yang dikeluarkan
besar di masa depan. oleh individu untuk mengunjungi suatu lokasi
Keindahan lanskap wilayah pantai Batu mewakili harga untuk mengakses tempat
Karas yang dimanfaatkan sebagai objek wisata tersebut (Jala, 2015; Becker et al., 2005).
merupakan salah satu jenis jasa lingkungan Metode biaya perjalanan dapat menggunakan
yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi dua pendekatan yaitu biaya perjalanan
masyarakat sekitar. Nilai ekonomi ini diperoleh berdasarkan zona wilayah (Zonal Travel Cost
melalui skema pembayaran jasa lingkungan Method) dan biaya perjalanan individu
oleh siapa saja yang mendapatkan manfaat dari (Individual Travel Cost Method). Dalam dua
jasa lingkungan tersebut. Menurut Pagiola dekade terakhir, Individual Travel Cost Method
(2005), dasar teori ekonomi dari pembayaran (ITCM) lebih banyak digunakan mengingat
jasa lingkungan secara konseptual sebenarnya kemajuan teknologi informasi dan kelebihannya

F. Zulpikar, D. E. Prasetiyo, T.V Shelvatis, 54


K.K. Komara, dan M. Pramudawardhani
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

karena mampu memotret karakteristik sosial 𝑝(1 − 𝑝)(𝑍𝛼/2)2


𝑛=
ekonomi pengunjung seperti usia, pendapatan, 𝐷2
dan pendidikan. Informasi ini sulit diperoleh
Dimana:
jika menggunakan metode biaya perjalanan n : jumlah sampel yang dibutuhkan
berbasis zona (Blackwell, 2007). Z : tingkat kepercayaan (95%)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk p : maksimum estimasi (0.5)
mengestimasi potensi nilai ekonomi dari objek D: limit dari eror atau presisi absolut
wisata Pantai Batu Karas menggunakan (10%)
pendekatan Individual Travel Cost Method serta
Berdasarkan rumus Lemeshow tersebut
mengidentifikasi faktor-faktor yang
maka jumlah sampel yang dibutuhkan untuk
berpengaruh terhadap tingkat kunjungan penelitian ini adalah sebagai berikut:
wisatawan ke Pantai Batu Karas.
𝑝(1−𝑝)(𝑍𝛼/2)2
𝑛=
𝐷2
METODOLOGI 0.5(1−0.5).(1.962 )
=
0.12
Ruang Lingkup Penelitian = 96 orang

Wilayah kajian dalam penelitian ini yaitu Variabel Penelitian


sepanjang Pantai Batu Karas yang digunakan
Untuk mengetahui tingkat kunjungan
untuk aktivitas wisata dengan total panjang
wisatawan ke Pantai Batu Karas, maka
pantai sekitar 1 km. Data jumlah wisatawan
dilakukan pengukuran dengan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
kuantitatif non experimental menggunakan
kunjungan wisatawan domestik pada tahun
kuisioner yang memuat variabel-variabel yang
2015. Analisis yang dilakukan meliputi analisis
diteliti. Penentuan varibel penelitian ini
deskriptif mengenai karakteristik sosial
merupakan kombinasi dari variabel-variabel
ekonomi pengunjung dan analisis statistik untuk
penelitian yang telah dilakukan oleh Tazkia dan
mengestimasi potensi nilai ekonomi wisata.
Hayati (2012), Blackwell (2007), serta Ward
dan Beal (2000) dengan topik penelitian serupa.
Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun variabel penelitian yang diuji dalam
Penelitian dilakukan di Pantai Batu penelitian ini meliputi:
Karas, Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang,
Kabupaten Pangandaran. Pengambilan sampel Variabel dependent:
dilakukan pada bulan Februari tahun 2016 Y : Tingkat kunjungan
selama 4 hari yang mewakili kunjungan pada Variabel independent:
hari biasa dan libur akhir pekan. X1 : Biaya total perjalanan
X2 : Jarak tempuh (km)
Teknik Pengambilan Sampel X3 : Tingkat pendapatan
X4 : Durasi kunjungan
Responden dalam penelitian ini adalah X5 : Tingkat pendidikan
wisatawan yang berkunjung ke Pantai Batu X6 : Usia
Karas. Sampel pengunjung diambil X7 : Jumlah anggota
menggunakan metode quoted accidental
sampling. Teknik ini dikenakan pada individu Analisis Data
yang secara kebetulan dijumpai di lokasi wisata Analisis data dalam penelitian ini
Pantai Batu Karas pada saat melakukan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif.
penelitian. Usia responden dibatasi minimum Metode deskriptif digunakan untuk
15 tahun. Penentuan jumlah ukuran sampel menggambarkan kondisi umum wilayah kajian
mengacu pada rumus Lemeshow (1997): dan karakteristik sosial ekonomi pengunjung.
Adapun metode kuantitatif dilakukan dengan
analisis regresi linear berganda menggunakan

55 Valuasi Ekonomi Objek...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

software SPSS untuk mengetahui hubungan untuk beriwisata ke Pantai Batu Karas,
antar variabel yang diteliti. Hubungan tersebut sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:
dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan 𝑝1
yang menghubungkan variabel terikat Y dengan 𝑆𝐾 = ∫ 𝑓(𝑃𝑥 ) 𝑑𝑃
satu atau lebih variabel bebas X1, X2,…,Xn. 𝑝0

Dalam analisis regresi berganda pola hubungan


HASIL DAN PEMBAHASAN
antar variabel diekspresikan dalam sebuah
persamaan regresi yang dapat diformulasikan Gambaran Umum Wilayah
sebagai berikut:
Pantai Batu Karas merupakan salah satu
Y = f (X1, X2, X3, X4,..., Xn) objek wisata yang berada di Kabupaten
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +... Pangandaran. Pantai ini terletak sekitar 34 km
βn X n dari Pantai Pangandaran. Pada awalnya, Pantai
Dimana :
Batu Karas masuk ke dalam wilayah Kabupaten
α = intercept
β = koefisien Ciamis, namun setelah terjadi pemekaran
X = variabel penelitian wilayah, pantai ini sekarang menjadi bagian
dari kabupaten baru yaitu Kabupaten
Perhitungan Nilai Potensi Ekonomi Wisata Pangandaran. Akses menuju lokasi wisata dari
Nilai potensi ekonomi ditentukan dengan Kota Bandung dapat ditempuh dengan
cara menghitung nilai surplus konsumen tiap perjalanan darat menggunakan kendaraan
individu pertahun. Untuk menghitung nilai umum atau mobil rental selama kurang lebih
surplus konsumen, digunakan formulasi sebagai enam jam perjalanan.
berikut: Infrastruktur penunjang wisata tergolong
Dx = Qx = a – bP cukup memadai seperti telah tersedia tempat
Persamaan di atas diturunkan dalam penginapan, restoran, tempat penyewaan papan
bentuk persamaan integral terbatas, dengan selancar, pusat cinderamata, fasilitas parkir
batas bawah yaitu biaya terendah yang yang luas serta toilet umum yang terdapat di
dibayarkan pengunjung dan batas teratas yaitu berbagai titik. Fasilitas lain yang tersedia yaitu
biaya tertinggi yang dikeluarkan pengunjung bumi perkemahan dan olah raga air.

Gambar 1. Peta lokasi Pantai Batu Karas, Kabupaten Pangandaran

F. Zulpikar, D. E. Prasetiyo, T.V Shelvatis, 56


K.K. Komara, dan M. Pramudawardhani
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

Tingkat Kunjungan Wisatawan kawasan wisata yang berada di sepanjang


pantai selatan Kabupaten Pangandaran antara
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke
lain Pantai Pangandaran, Green Canyon,
Pantai Baru Karas dari tahun ke tahun terus
Citumang dan Pantai Batu Karas.
mengalami peningkatan. Pada tahun 2008
Wisatawan yang berkunjung ke Pantai
jumlah wisatawan yang berkunjung hanya
Batu Karas merupakan wisatawan domestik
mencapai 46,421 orang, namun pada tahun
yang mayoritas berasal dari wilayah di sekitar
2012 jumlahnya melonjak yaitu mencapai
Kabupaten Pangandaran seperti Ciamis,
169,406 orang (Dinas Kebudayaan dan
Tasikmalaya, Garut, Bandung dan beberapa
Pariwisata Kabupaten Ciamis, 2012). Pada
daerah di Jawa Tengah. Pada umumnya mereka
tahun 2015, jumlah kunjungan wisatawan ke
datang pada musim libur panjang seperti libur
Pantai Batu Karas telah mencapai 277,711
hari raya dan tahun baru. Pada musim-musim
orang (Dinas UMKM Kabupaten Pangandaran,
tertentu Pantai Batu Karas juga sering
2015).
dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
Peningkatan jumlah pengunjung ke
Gambar 2 di bawah ini menunjukkan sebaran
Pantai Batu Karas didorong oleh semakin
responden Pantai Batu Karas berdasarkan asal
baiknya infrastruktur jalan menuju lokasi
wilayahnya.
wisata, serta semakin gencarnya promosi

Gambar 2. Sebaran responden berdasarkan asal wilayah.


Sumber: Hasil pengolahan data primer.

Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Tabel 1. Sebaran responden berdasarkan jenis


kelamin
Karakteristik sosial ekonomi responden
menggambarkan profil dari pengunjung yang Jenis Kelamin Persentase (%)
berwisata ke Pantai Batu Karas. Karakteristik Laki-laki 48
Perempuan 52
responden yang diamati antara lain jenis
Sumber: Hasil analisis data primer.
pekerjaan, jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, jarak tempuh, tingkat pendapatan Tabel 2. Tingkat pendidikan responden
namun secara keseluruhan proporsi diantara Tingkat Pendidikan Persentase (%)
keduanya relatif seimbang. SMP 21
Tingkat pendidikan responden dapat SMA 58
menggambarkan mengenai pengetahuan, S1 21
wawasan serta motivasi seseorang untuk Sumber: Hasil analisis data primer.
melakukan perjalanan wisata.

57 Valuasi Ekonomi Objek...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas mempengaruhi pilihan jenis atau objek wisata
responden memiliki tingkat pendidikan SMA yang ingin dikunjungi.
(58%). Secara umum tingkat pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden relatif baik karena sebagian besar hampir sebagian besar responden memiliki
telah menyelesaikan pendidikan dasar minimal tingkat pendapatan yang kurang dari 1 juta
12 tahun. Sebanyak 21% responden memiliki rupiah (60%). Data ini berbanding lurus dengan
tingkat pendidikan yang lebih baik karena telah data kelas umur dan tingkat pekerjaan yang
berhasil menyelesaikan pendidikan di sebagian besar pegunjung merupakan pelajar
perguruan tinggi. yang berusia 15 sampai 20 tahun. Pada usia
tersebut, pelajar atau mahasiswa rata-rata
Tabel 3. Jarak tempuh menuju lokasi belum memiliki penghasilan sendiri, kebutuhan
hidup masih dibantu oleh orang tua termasuk
Jarak Tempuh (km) Persentase (%)
alokasi anggaran untuk tujuan wisata.
< 100 38
100 – 200 30
Pengunjung yang berusia produktif dan telah
memiliki pekerjaan sendiri jumlahnya relatif
201 – 300 26
kecil, hal ini mengkonfirmasi bahwa pangsa
>300 6
pasar untuk wisata Pantai Batu Karas adalah
Sumber: Hasil analisis data primer.
masyarakat kelas menengah ke bawah.
Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk
mencapai lokasi wisata di Batu Karas, Tabel 5. Biaya kunjungan responden
mayoritas responden harus menempuh jarak Biaya Perjalanan (Rp) Persentase (%)
yang mencapai 100 km. < 100,000 7
Jarak tempuh menuju lokasi wisata 100,000 – 200,000 69
berpengaruh terhadap keputusan seseorang 210,000 – 300,000 9
untuk mengadakan suatu perjalanan baik 310,000 – 400,000 8
berkaitan dengan ketersediaan waktu maupun 410,000 – 500,000 7
ketersediaan anggaran. Wisatawan yang datang Sumber: Hasil analisis data primer.
dari tempat yang lebih jauh, jumlahnya lebih
sedikit dari pada wisatawan yang tempat Tabel 5 menunjukkan besaran biaya yang
tinggalnya lebih dekat ke lokasi wisata. dikeluarkan oleh pengunjung untuk berwisata
Menurut Becker et al. (2005), jarak memiliki ke Pantai Batu Karas. Besaran biaya perjalanan
pengaruh sangat kuat terhadap tingkat menuju lokasi wisata berpengaruh terhadap
kunjungan perkapita dibandingkan dengan keputusan seseorang untuk mengadakan
variabel sosial ekonomi lainnya. perjalanan wisata ke suatu lokasi. Mayoritas
responden (69%) mengeluarkan biaya antara
Tabel 4. Distribusi tingkat pendapatan responden Rp 100,000.00 sampai Rp 200,000.00 Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata
Pendapatan (Rp) Persentase (%)
biaya aktual yang dikeluarkan oleh pengunjung
< 1,000,000 60
yaitu sebesar Rp 196,782.00 per kunjungan.
1,000,000 – 3,000,000 33
Komponen biaya pengeluaran pengunjung
>4,000,000 7
meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi,
Sumber: Hasil analisis data primer.
biaya akomodasi, tiket masuk, biaya souvenir,
Tingkat pendapatan pengunjung akan dan biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam satu
berpengaruh terhadap pertimbangan untuk kali kunjungan ke objek wisata. Distribusi
mengalokasikan anggaran wisata, termasuk biaya kunjungan ditampilkan pada Gambar 3 di
untuk transportasi, konsumsi dan akomodasi bawah ini.
selama wisata. Pendapatan juga akan

F. Zulpikar, D. E. Prasetiyo, T.V Shelvatis, 58


K.K. Komara, dan M. Pramudawardhani
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

11%
8%
42%
8%

21%
10%

Transportasi Tiket Masuk dan parkir


Konsumsi Penginapan
Sewa Alat Souvenir

Gambar 3. Distribusi biaya wisata ke Pantai Batu Karas


Sumber: Hasil pengolahan data primer.

Berdasarkan distribusi biaya wisata Tabel 6. Hasil uji F


diketahui bahwa biaya untuk transportasi Sum of Mean
merupakan komponen terbesar yakni mencapai Model df F Sig.
Squares Square
42% dari total biaya. Sisanya sebesar 58% Regression 29.771 7 4.253 7.168 .000b
terbagi ke dalam beberapa komponen biaya Residual 54.589 92 .593
Total 84.360 99
lainnya. Persentase biaya untuk penginapan Sumber: hasil analisis data primer.
tergolong kecil karena pada umumnya
pengunjung hanya berwisata selama satu hari Hasil Uji F pada Tabel 6. menunjukkan
dan tidak menginap di Batu Karas karena bahwa nilai F hitung yaitu = 7.168 dan nilai F
keterbatasan hotel yang tersedia. tabel = 2.11077. Nilai F hitung lebih besar dari
F tabel yang berarti bahwa variabel bebas
Fungsi Permintaan Wisata secara bersama-sama memberikan pengaruh
Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih terhadap varibel terikat yaitu tingkat kunjungan
dahulu dilakukan evaluasi ekonometri dengan wisatawan.
uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, Hasil uji F belum dapat mengetahui
uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. secara pasti variabel independent mana yang
Hasil uji mutikolinearitas menunjukkan nilai memiliki pengaruh secara langsung dan
VIF lebih kecil dari 10 dan tolerance lebih signifikan terhadap variabel dependent (tingkat
kecil dari 1 untuk semua variabel penelitian. kunjungan). Oleh karena itu dilanjutkan dengan
Uji heteroskedastisitas menggunakan bantuan analisis regresi linear berganda untuk
grafis menunjukkan sebaran titik merata di atas mengetahui variabel mana saja yang
dan di bawah nilai 0. Uji autokorelasi memberikan pengaruh nyata terhadap variabel
menggunakan Uji Durban Watson terikat.
menunjukkan nilai DW mendekati nilai 2. Hasil analisis regresi linear berganda
Secara umum hasil pengujian menyatakan tidak disajikan pada Tabel 7. Nilai koefisien
terjadi pelanggaran asumsi sehigga layak untuk determinasi R2 yaitu sebesar 0.35 yang berarti
dilanjutkan ke tahap pengujian berikutnya. variabel bebas hanya mampu menjelaskan
variasi perubahan pada variabel terikat sebesar
35%, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.

59 Valuasi Ekonomi Objek...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

Tabel 7. Hasil regresi linear berganda tidak berpengaruh signifikan (α=0.05) terhadap
Std. tingkat kunjungan wisatawan. Pola wisatawan
Variabel Koef. t Sig.
Error yang berkunjung ke Pantai Batu Karas pada
Intercept 1.766 .570 3.098 .003* umumnya melakukan perjalanan berwisata
Biaya -1.88E- secara massal pada akhir pekan dan hari libur
.000 -2.189 .031*
Perjalanan 6
Jarak -.006 .001 -5.262 .000*
nasional terutama libur lebaran dan tahun baru.
Pendapatan 6.77E-8 .000 1.781 .078 Pada periode tersebut sebagian besar
Durasi 1.433 .418 3.430 001* masyarakat akan merencanakan perjalanan ke
Tingkat tempat-tempat wisata terdekat sehingga faktor
-.021 .037 -.548 .585
Pendidikan usia, pendidikan, pendapatan dan jumlah
Usia -.002 .011 -.220 .826
kelompok cenderung tidak menjadi bahan
Jumlah
-.084 .059 -1.421 .159 pertimbangan oleh wisatawan.
Anggota
R Adjusted .304 Model permintaan wisata yang diperoleh
R2 .353 melalui analisis regresi dapat digunakan untuk
*) signifikan pada α=0.05 membuat kurva permintaan pengunjung melalui
Sumber: Hasil Analisis data primer.
proses inversi dari persamaan tingkat
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh kunjungan terhadap biaya perjalanan yaitu Y =
persamaan regresi sebagai berikut: 1.766 – 0.000001887 X1 sehingga diperoleh
kurva sebagai berikut:
Y = 1.766 – 0.000001887 X1 – 0.006 X2 +
0.00000006771 X3 + 1.433 X4 – 0.021 X5 – 0.002
X6 – 0.084 X7

Hasil pengujian menunjukkan bahwa


dari tujuh variabel sosial ekonomi yang diamati
dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel yang
berpengaruh signifikan (α=0.05) terhadap
tingkat kunjungan wisatawan ke Pantai Batu
Karas. Ketiga variabel tersebut yaitu biaya
perjalanan, jarak dan durasi kunjungan.
Variabel biaya perjalanan dan jarak tempuh
bertanda negatif, menunjukkan bahwa apabila
biaya perjalanan semakin murah dan jarak
tempuh semakin dekat, maka jumlah kunjungan
akan semakin meningkat. Jarak merupakan
sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap Gambar 4. Kurva permintaan wisata
pemilihan tempat wisata (Becker et al., 2005). ke Pantai Batu Karas
Hal itu disebabkan oleh karena pengunjung Sumber: Hasil pengolahan data primer.
lebih menyukai tempat wisata yang lebih dekat
dengan tempat tinggal mereka. Variabel durasi Berdasarkan kurva di atas diketahui
bahwa jumlah kunjungan akan meningkat
kunjungan bertanda positif menunjukkan
apabila biaya kunjungan semakin murah,
bahwa semakin lama durasi kunjungan maka
sebaliknya jumlah wisatawan akan menurun
tingkat kunjungan akan bertambah. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa pengunjung akan jika biaya kunjungan semakin mahal. Informasi
ini dapat digunakan dalam pengembangan
mendapatkan kepuasan lebih jika menambah
objek wisata Pantai Batu Karas ke depan
waktu kunjungan sehingga tertarik untuk
datang kembali. terutama terkait dengan kebijakan penetapan
Empat variabel lainnya yaitu pendapatan, harga-harga dan pangsa pasar wisata.
pendidikan, usia dan jumlah anggota kelompok

F. Zulpikar, D. E. Prasetiyo, T.V Shelvatis, 60


K.K. Komara, dan M. Pramudawardhani
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

Nilai Ekonomi Wisata Pantai Batu Karas ekonomi aktual wisata yaitu sebesar Rp
54,648,575,495.00 pertahun atau setara dengan
Model permintaan wisata yang telah
63% dari total potensi nilai ekonomi yang ada.
diperoleh melalui analisis regresi digunakan
Keberadaan objek wisata Pantai Batu
untuk menghitung surplus konsumen. Nilai
Karas memiliki dampak positif terhadap
surplus konsumen diperoleh melalui
peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
perhitungan integral dengan batas bawah yaitu
Banyak masyarakat yang mendapatkan
biaya terendah yang dibayarkan pengunjung
penghasilan baik langsung maupun tidak
dan batas atas merupakan biaya tertinggi yang
langsung dari sektor pariwisata. Masyarakat
dikeluarkan pengunjung untuk berwisata ke
banyak yang bekerja sebagai tukang sewa
Pantai Batu Karas. Berdasarkan hasil survei
perahu, sewa peralatan renang, jasa sewa toilet,
diketahui bahwa biaya terendah yaitu Rp
serta sewa penginapan. Sektor Usaha Mikro
50,000.00 dan biaya tertinggi yaitu Rp
Kecil dan Menengah (UMKM) terutama
500,000.00 sehigga diperoleh rumus integral
kerajinan tangan, souvenir dan makanan juga
sebagai berikut:
tumbuh dengan baik. Pariwisata merupakan
500,000 sektor ekonomi yang mampu memberikan
SK=∫50,000 1.766 − 0.000001887 𝑥 𝑑𝑥 kontribusi yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan pasar
Hasil perhitungan integral diketahui tenaga kerja, serta menciptakan peluang
bahwa nilai surplus konsumen yaitu sebesar Rp pekerjaan baik langsung dan tidak langsung
566,183.00 per individu per tahun. Rata-rata melalui penyediaan barang dan jasa yang
tingkat kunjungan wisatawan dalam satu tahun diperlukan untuk kegiatan wisata (Zaei dan
terakhir (12 bulan) diketahui yaitu sebanyak Zaei, 2013).
1.58 kali, dengan demikian nilai surplus Pembenahan dan perbaikan fasilitas oleh
konsumen menjadi sebesar Rp 311,734.00 per pemerintah setempat perlu ditingkatkan untuk
individu per kunjungan. Nilai ini lebih tinggi menunjang kenyamanan wisatawan.
dari biaya aktual rata-rata yang dikeluarkan Peningkatan jumlah kunjungan dapat
pengunjung yaitu hanya sebesar Rp 196,782.00 memberikan dampak positif dalam
per individu per kunjungan. Jika kedua nilai menyumbang pendapatan daerah (PAD)
tersebut dibandingkan, maka dapat disimpulkan Kabupaten Pangandaran, serta mendorong
bahwa pengunjung mendapatkan manfaat jasa pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar
lingkungan yang lebih besar daripada biaya objek wisata.
yang dikeluarkan. Becker et al. (2005) Hasil penelitian ini dapat dijadikan
menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan
individu dalam mengunjungi suatu lokasi alternatif bagi pemerintah daerah terkait
wisata mencerminkan batas bawah kesediaan pengembangan objek wisata di Pantai Batu
seseorang untuk datang ke suatu lokasi wisata. Karas. Bagi para investor hasil penelitian ini
Potensi nilai ekonomi wisata dapat dapat menjadi bahan informasi untuk peluang
diketahui dengan cara mengalikan nilai surplus berinvestasi pada sektor pariwisata yang saat
konsumen dengan jumlah wisatawan yang ini sedang gencar dipromosikan oleh
berkunjung pada periode tertentu. Diketahui pemerintah.
bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Batu Karas pada tahun 2015 tercatat KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
sebanyak 277,711 orang. Dengan demikian
maka nilai potensi ekonomi wisata Pantai Batu Kesimpulan
Karas pada tahun 2015 diketahui mencapai Rp Kesimpulan yang dapat diambil dari
86,571,960,874.00. Dengan menggunakan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
rumus perhitungan yang sama diperoleh nilai

61 Valuasi Ekonomi Objek...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

Potensi nilai ekonomi wisata Pantai Batu DAFTAR PUSTAKA


Karas mencapai Rp 86,571,960,874.00 per
tahun dengan tingkat pemanfaatan aktual saat Becker, N., Inbar, M., Bahat, O., Choresh, Y., Ben-
ini yaitu sebesar Rp 54,648,575,495.00 per Noon, G., & Yaffe, O. (2005). Estimating the
tahun (63% dari total potensi ekonomi yang Economic Value of Viewing Griffon
Vultures Gyps fulvus: a Travel Cost Model
ada).
Study at Gamla Nature Reserve, Israel. Oryx,
Biaya perjalanan, jarak dan durasi
39 (4), 429-434.
kunjungan berpengaruh signifikan terhadap
Blackwell, B. (2007). The Value of a Recreational
tingkat kunjungan wisata ke Pantai Batu Karas, Beach Visit: An Application to Mooloolaba
sedangkan usia pengunjung, pendapatan, Beach and Comparisons with Other Outdoor
tingkat pendidikan dan jumlah anggota Recreation Sites. Economic Analysis &
kelompok tidak berpengaruh signifikan Policy, 37 (1), 77-98, 2007.
terhadap tingkat kunjungan. Brandã, C. N., Barbieri, J. C., & Junior, E. R.
(2014). Analysis of the Social, Cultural,
Rekomendasi Economic and Environmental Impacts of
Indigenous Tourism: A Multi-Case Study of
Beberapa rekomendasi yang dapat Indigenous Communities in the Brazilian
diberikan berdasarkan hasil penelitian ini antara Amazon. Sustainable Tourism, 187, 175-185.
lain: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pantai Batu Karas perlu dipromosikan Ciamis. (2012). Tingkat Kunjungan
secara optimal sebagai tujuan wisata karena Wisatawan ke Objek Wisata Unggulan di
memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan Kabupaten Pangandaran. Dinas Kebudayaan
sampai saat ini baru termanfaatkan sekitar 63% dan Pariwisata Kabupaten Ciamis.
dari total potensi ekonomi yang ada. Dinas UMKM Kabupaten Pangadaran. (2015). Data
Kunjungan Wisata dan Arus Kendaraan.
Eksistensi sumber daya alam pantai yang
Disparperindagkop & UMKM. Kabupaten
terdapat di Batu Karas perlu mendapat
Pangadaran.
perhatian, pemeliharaan dan pengelolaan yang Ekonomou, G., Neofitou, C., & Matsiori, S. (2013).
baik. Strategi yang dapat dilakukan untuk Applying the Travel Cost Approach for
meningkatkan jumlah wisatawan antara lain Valuing Recreation Benefits of Fthiotida
melalui peningkatan akses transportasi umum Coastal Zone. Journal of Environmental
dan jalan raya menuju lokasi wisata agar biaya Science and Engineering, 2, 389-397.
perjalanan turun serta membangun fasilitas Ghozali, I. (2005). Analisis Multivariat Dengan
pendukung lain seperti homestay agar durasi Menggunakan SPSS. Semarang: Badan
kunjungan wisatawan semakin lama. Penerbit Universitas Diponegoro.
Godari, A., & Ghiyasi, S. (2014). Economic
Evaluation of Delfard Region by Travel Cost
Ucapan Terima Kasih
Method. J. Appl. Environ. Biol. Sci., 4 (3),
Penelitian ini didanai oleh Lembaga 273-277.
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Hakim, A. R. (2011). Economic Valuation of
Surya University dan Surya Center for Nature-Based Tourism Object in
Community Development (SCCD). Kami Rawapening, Indonesia: An Application of
mengucapkan terima kasih kepada seluruh Travel Cost and Contingent Valuation
peneliti SCCD yang telah membantu proses Method. Journal of Sustainable
Development, 4 (2), 91-101.
penelitian ini sampai selesai.
Himayatullah. (2003). Economic Valuation of the
Environment and the Travel Cost Approach:
The Case of Ayubia Natioanl Park. The
Pakistan Development Review, 42 (4), 537-
551.

F. Zulpikar, D. E. Prasetiyo, T.V Shelvatis, 62


K.K. Komara, dan M. Pramudawardhani
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 53-63

Honey, M. (2008). Ecotourism and Sustainable Premono, B. P., & Kunarso, A. (2010). Valuasi
Development: Who Owns Paradise?, Ekonomi Taman Wisata Alam Punti Kayu
Washington, DC: Island Press. Palembang. Jurnal Penelitian Hutan dan
Jaafar, M., & Maideen, S. A. (2012). Ecotourism- Konservasi Alam, 7 (1), 13-23.
Related Products and Activities, and the Purwanto. (2013). Valuasi Ekonomi Ekowisata
Economic Sustainability of Small and dengan Model Travel Cost dan Dampaknya
Medium Island Chalets. Tourism Terhadap Usaha Kecil Pariwisata. Jurnal
Management, 33, 683-691. Manajemen dan Kewirausahaan, 15 (1), 89-
Jala & Nandagiri, L. (2015). Evaluation of 102.
Economic Value of Pilikula Lake Using Ramdas, M., & Mohamed, B. (2014). Impacts of
Travel Cost and Contingent Valuation Tourism on Environmental Attributes,
Methods. Aquatic Procedia, 4, 1315-1321. Environmental Literacy and Willingness to
Khan, H. (2004). Demand for Eco-tourism: Pay: A Conceptual and Theoretical Review.
Estimating Recreational Benefits from the Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Margalla Hills National Park in Northern 144, 378-391.
Pakistan. Working paper. Peshawar- Sari, D. K. (2011). Pengembangan Pariwisata
Pakistan: Institute of Development Studies Objek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten
(IDS). Batang. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Kiper, T., Özdemir, G., & Saglam, C. (2011). Seenprachawong U. (2003). Economic Valuation of
Enviromental, Socio-Cultural and Coral Reefs at Phi Phi Islands, Thailand. Int.
Economical Effects of Ecotourism Perceived J. Global Environmental Issues, 3 (1), 104-
by the Local People in the Northwestern 114.
Turkey: Kiyiköy Case. Scientific Research Shrestha, R. K., Stein, T. V., & Clark, J. Valuing
and Essays, 6 (19), 4009-4020. Nature-Based Recreation in Public Natural
Lemeshow, S., & Hosmer, D. W. (1997). Applied Areas of the Apalachicola River Region,
Survival Analysis Regression Modeling of Florida. in press.
Time to Event Data. New York: John Wiley Tazkia, F. O., & Hayati, B. (2012). Analisis
and Sons, Inc. Permintaan Objek Wisata Pemandian Air
Limaei, S.M., Ghesmati, H., Rashidi, R., & Yamini, Panas Kalianget, Kabupaten Wonosobo
N. (2014). Economic Evaluation of Natural Dengan Pendekatan Travel Cost. Diponegoro
Forest Park Using the Travel Cost Method Journal of Economics, 1 (1), 1-10.
(Case Study: Masouleh Forest Park, North of Ward, F.A., & Beal, D. (200). Valuing Nature with
Iran)”, Journal of Forest Science, 60 (6), Travel Cost Models: A Manual. Cheltenham,
254-261,. UK: Edward Elgar.
Mateka, J.A., Indrayani, E., & Harahap, N. (2013). Yulianto, Fahrudin & Kusmaningsih. (2007).
Objek Wisata Pantai Balekambang Analisis Permintaan Rekreasi dan Strategi
Kabupaten Malang Jawa Timur. Api Student Pengembangan Wisata Bahari di Gili
Journal, 1 (1), 12-22. Trawangan Kabupaten Lombok Barat
Menkhaus, S., & Lober, D. J. (1996). International Provinsi Nusa Tenggara Barat. Buletin
Ecotourism and the Valuation of Tropical Ekonomi Perikanan, 7 (2).
Rainforests in Costa Rica. Journal of Zaei, M.E. (2013). The Impacts of Tourism Industry
Environmental Management, 47, 1-10. on Host Community”, European Journal of
Pagiola, S. (2005). Assessing the efficiency of Tourism Hospitality and Research, 1 (2), 12-
payments for environmental services 21.
programs: A framework for analysis.
Washington: World Bank.
Pascoe, S., Doshi, A., Thébaud, O, & Thomas, C. R.
(2014). Estimating The Potential Impact of
Entry Fees for Marine Parks on Dive
Tourism in South East Asia. Marine Policy,
47, 147-152.

63 Valuasi Ekonomi Objek...

You might also like