You are on page 1of 3

Naraya Putri Ekira, Atlet Cilik Sepatu Roda

Freestyle Kota Malang yang Go National

Sempat Ingin Menyerah, Justru Tunjukkan Segudang Prestasi

MALANG, Tugujatim.id – Kecil-kecil cabai rawit, barangkali ungkapan itulah yang cocok untuk
menggambarkan sosok Naraya Putri Ekira. Meski usianya masih 13 tahun, tapi prestasinya di dunia
olahraga sepatu roda tak perlu diragukan lagi. Apalagi dia baru menyabet medali perak mewakili Kota
Malang dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII/2022 Jawa Timur yang diselenggarakan di
Sirkuit Sepatu Roda Condro, Pasirian, Lumajang, Minggu (26/06/2022). Seperti apakah
perjuangannya dalam mengukir banyak prestasi ciamik itu?
Ya, Raya, sapaan akrab Naraya Putri Ekira, bisa dibilang baru dalam menggeluti dunia olahraga
sepatu roda karena dimulai sejak 2017 lalu atau sekitar 5 tahunan. Remaja kelahiran Sleman, 3
September 2009, ini kemudian mengasah bakat yang dimiliki dengan tergabung dalam salah satu klub
sepatu roda di Kota Malang pada 2018 dan mulai mengikuti berbagai perlombaan.

Bahkan pada 2021, dia berhasil meraih podium pertama dalam kejuaraan nasional
Yogyakarta Inline Freestyle Championship (YIFC) pada kategori Classic Slalom untuk
junior. Raya juga merupakan salah satu atlet yang terpilih dalam pembinaan Pemusatan
Latihan Kota (Puslatkot) Malang lho!

Kisah Awal Kepincut Menekuni Olahraga Sepatu Roda


Sebelum menekuni olahraga sepatu roda, Yudhistira Nur Ratnaningsih dan Mukhammad Eki,
orang tua dari Raya, mengaku putrinya adalah salah satu anak yang sangat aktif. Karena itu,
mereka berpikir mengarahkan keaktifan yang dimiliki anaknya untuk aktivitas positif. Salah
satunya dengan menyalurkannya melalui bidang olahraga.

Raya juga bercerita sebelum memilih fokus di dunia sepatu roda, dia juga pernah ditawari
beberapa pilihan kegiatan lain oleh sang mama. Namun, saat dia masih kecil menolak pilihan
itu karena punya alasan tersendiri.

“Sama Mama dulu mau diikutkan taekwondo, renang, atau kalau enggak sepatu roda. Terus saya
jawab kalau taekwondo entar badan jadi pegal-pegal. Kalau renang, nanti bisa diajari Papa,” jelas
warga Jalan Abdul Jalil 1 No 38a, Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang, itu.

Cerita kali pertama kepincut olahraga ini saat merajuk ingin memiliki sepatu roda pada
kakeknya yang saat itu baru datang dari Jogja. Setelah dibelikan, dia mulai giat berlatih
sendiri secara otodidak dengan berpegangan pada tembok rumah.

Melihat kesungguhan sang anak belajar sepatu roda, Yudhistira Nur Ratnaningsih, Mama
Raya, menawari anaknya untuk kursus bersama pelatih profesional agar kemampuan yang
dimiliki dapat berkembang. Gadis yang memiliki hobi menari ini juga masih ingat betul cerita
menggelitik yang pernah dialaminya saat kali pertama akan diikutkan dalam klub sepatu
roda.
“Pas Car Free Day (CFD) pada 2018, ditawarin sama Mama. Kamu mau ikut itu enggak (sepatu roda,
red), kalau enggak nanti uang seratus ribumu kusita lho,” katanya menirukan ucapan sang mama
waktu itu.

Selang tiga bulan, gadis yang pernah menjadi brand ambassador Oyisam ini sudah diikutkan
pada lomba skala nasional se-Jatim-Bali dan berhasil memperoleh posisi 11 di Banyuwangi
2019 silam. Kini terhitung sudah berjalan kurang lebih hampir 5 tahun dia berkecimpung
dalam dunia sepatu roda hingga berhasil meraih banyak prestasi secara pelan tapi pasti.

Dan prestasi terbaru, dia mewakili Kota Malang dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov)
VII/2022 Jawa Timur yang diselenggarakan di Sirkuit Sepatu Roda Condro, Pasirian,
Lumajang, Minggu (26/06/2022). Tentu saja dalam ajang itu, dia meraih medali perak.

Dengan dukungan penuh dari orang tua, pelatih, dan ambisinya meraih prestasi, Raya kini
telah membuktikan pencapaiannya dengan berhasil menjadi salah satu atlet muda yang
mewakili Kota Malang dalam event kejuaraan nasional bersama 4 rekan sejawat lainnya
dalam kategori freestyle/roller dance.

Suka Duka Jadi Atlet sejak Kecil


Layaknya anak-anak pada umumnya, remaja yang suka dengan pelajaran bahasa Inggris ini
mengaku terkadang dia pernah dihadapkan pada titik jenuh saat harus melahap latihan dan
bergelut dengan aktivitas yang sama setiap hari. Dulu Raya juga sempat ingin meminta untuk
berhenti dengan alasan jumlah temannya yang masih sedikit.

Dari jatuh bangun yang pernah dilalui, gadis yang dulunya bercita-cita sebagai seorang
YouTuber ini menganggap hal tersebut adalah suatu proses yang harus ditempuh untuk dapat
melangkah lebih tinggi lagi. Sikap optimisme, pantang menyerah, dan tak malu untuk belajar
dari kesalahan sudah sepatutnya dijadikan contoh.

“Pernah dulu jatuh cium aspal, tapi dari situ gak nyerah. Walaupun setelah itu, saya juga agak
takut. Makanya dari pengalaman itu lebih hati-hati dan sekarang jadi jarang jatuh lagi,”
ucapnya sembari melemparkan senyum manisnya.

Tentunya untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan usaha yang besar, semuanya
diperoleh tidak dengan cara yang instan. Saat akan mengikuti ajang perlombaan, siswi SMPN
1 Malang ini mau tak mau harus absen dan merelakan waktu belajarnya di sekolah minimal 3
bulan karena ada sesi latihan.

Walaupun selalu diisi jadwal latihan yang padat hingga mengharuskannya tidak dapat
mengikuti pembelajaran di kelas layaknya murid lainnya, Yudhist, mama Raya mengatakan,
anak tunggalnya ini bisa mengikuti bidang akademis dengan cukup baik.

“Alhamdulillah bisa ngejar pelajaran. Dia masuk 10 besar untuk bidang akademis saat SD,
nilainya bagus. Tapi, kalau SMP kan masih belum ada penilaian karena baBerkat
pembawaannya yang humble dan murah senyum, juga terbukti telah membawanya pada
relasi yang lebih luas. Remaja yang memiliki hobi membawakan acara atau sebagai master of
ceremony ini juga mengaku senang karena berawal dari bermain sepatu roda, kini dirinya
dapat berteman dengan siapa pun dari berbagai kalangan usia.

You might also like