Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Hemodialysis is a catabolic process (breakdown of complex compounds into simpler compounds)
in which amino acid removal and protein synthesis depletion occurred. This study aims to investigate
differences in nutritional intake of hemodialysis patients. This research is Pre-post design. Purposive
sampling technique was employed on 13 PGK patients who undertake weekly hemodialysis. Data of
protein, sodium, potassium and oral intakes were obtained by interview and 24-hour food recall for 2
consecutive days of pre and post hemodialysis. BM photo book was used during interview and food recall.
Data were analyzed using paired t-test. Result of the study: most of samples were female (92%), ranged at
46-67 years old, graduated from elementary school and not working. Bivariate test showed p value of
protein, sodium, potassium and fluid intakes were 0.022, 0.382, 0.075 and 0.836, respectively.
Hemodialysis aims to restrain uremia, excessive fluid and electrolyte imbalance that occur in end-stage
renal failure patients. Hemodialysis may increase survival rate of patients as it is effectively removing
fluids, electrolytes and metabolites.
Conclusion: There was a significant difference in protein intake and insignificant differences in sodium,
potassium and fluid intakes of pre and post hemodialysis patients.
Keywords : Hemodialysis, protein, sodium, potassium, liquids
ABSTRAK
Hemodialisis merupakan proses katabolik yang terjadi pengeluaran asam amino melalui dialisat
dan penurunan sintesis (pembentukan) protein. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan asupan zat
gizi pasien hemodialisa. Rancangan penelitian adalah Pre-post design. Jumlah sampel adalah 13 pasien
PGK yang menjalani hemodialisis rutin satu kali seminggu dengan teknik purposive sampling. Data asupan
protein, natrium, kalium dan cairan melalui oral diperoleh dengan food recall 24 jam selama dua hari
berturut-turut pada pre dan post Hemodialisa dengan alat bantu buku photo BM. Data dianalisis
menggunakan uji t-berpasangan. Hasil Penelitian : Sampel terbanyak berjenis kelamin perempuan (92%),
range usia 46-67 tahun, tingkat pendidikan dasar dan tidak bekerja. Uji Bivariat asupan protein p value
0,022 (p < 0,05), asupan natrium p value 0,382 (p > 0,05), asupan kalium p value 0,075 (p > 0,05) dan
asupan cairan p value 0,836 (p > 0,05). Tujuan hemodialisa adalah menghilangkan gejala uremia, kelebihan
cairan dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien gagal ginjal tahap akhir. Hemodialisa
efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa metabolisme tubuh sehingga dapat memperpanjang umur
pasien. Kesimpulan : Ada perbedaan bermakna asupan protein pre dan post Hemodialisa dan tidak ada
perbedaan bermakna untuk asupan natrium, kalium, cairan pre dan post Hemodialisa.
Kata Kunci : Hemodialisa, protein, natrium, kalium, cairan.
43
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
44
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
tambah insensible water loss. Asupan HD dengan asam amino dan glukosa
natrium dibatasi guna mengendalikan akan menambah lepasnya asam amino ke
tekanan darah dan edema (Suwitra, 2006 dialisat. Dengan demikian, semakin
dalam Annisa, 2016) lama penderita menjalani tindakan HD,
Menurut Graber, 2002, berarti akan semakin banyak juga asam
pembatasan kalium pada pasien gagal amino yang hilang/keluar bersama
ginjal sangat diperlukan untuk dialisat, jika penderita penyakit ginjal
mengontrol ekskresi kalium karena kronik tidak dapat mencukupi kebutuhan
adanya gangguan pada fungsi ginjal nutrisinya, maka akan semakin menurun
yang mengakibatkan hiperkalemia. Pada kualitas hidup penderita penyakit ginjal
pasien yang menjalani hemodialisa, kronik (El, M., Suryani, I. & S,
prevalensi hiperkalemia sekitar 5-10%. N.H..,2015).
Hiperkalemia menyebabkan kematian Penelitian ini bertujuan untuk
pada 2-5% pasien dengan gagal ginjal mengetahui perbedaan asupan zat gizi
tahap akhir (Watson, 2010 dalam yang meliputi asupan protein, natrium,
Annisa, 2016) kalium dan cairan pasien yang menjalani
Penelitian yang dilakukan HD satu kali per minggu baik sebelum
Nugrahani, 2007, pada pasien Penyakit maupun sesudah. Hasil penelitian ini
Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani harapannya dapat dijadikan dasar untuk
Hemodialisa (HD) rutin minimal 2 bulan lebih mengaktifkan konseling diet pada
menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien HD sehingga dapat memperbaiki
hubungan antara total asupan protein kualitas hidup penderita.
terhadap kreatinin, serta tidak terdapat
METODE
hubungan antara proporsi protein
Rancangan penelitian
terhadap Blood Urea Nitrogen (BUN),
menggunakan rancangan Pre-post
albumin dan kreatinin (Sharif, S.S.,
design. Penelitian dilakukan pada pasien
Taslim, N.A. & Bukhari, A.,2012).
yang menjalani hemodialiasa satu
Dalam sekali tindakan HD dengan
minggu sekali di RSUD dr. Doris
dialisat tanpa glukosa dapat
Sylvanus Palangka Raya pada bulan
mengakibatkan hilangnya 8 gram asam
Pebruari – Maret 2018.
amino yang ikut lepas ke dialisat, juga
dengan pemberian infus selama tindakan
45
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
46
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
(Diploma, Sarjana, Magister, Doktor) tabel 6. Dapat diketahui bahwa pada pre
sebanyak 2 orang (15,4%). hemodialisa untuk asupan protein yang
Distribusi frekuensi berdasarkan diatas kebutuhan ada lima sampel
pekerjaan sampel dapat dilihat pada tabel dengan selisih berkisar dari 3,25 – 33,45
5. Distribusi frekuensi berdasarkan gram dan asupan protein yang dibawah
Tabel 5. Menunjukan bahwa sampel kebutuhan ada delapan sampel dengan
terbanyak adalah dengan kategori selisih berkisar dari (-32,65) – (-7,4)
sampel tidak bekerja (Ibu Rumah gram serta pada post HD untuk asupan
Tangga) yaitu 11 orang (85%) dan protein yang diatas kebutuhan ada 1
kategori bekerja (Pegawai Negeri Sipil) sampel dengan selisih 27,2 gram dan
yaitu 2 orang (15%). asupan protein yang dibawah kebutuhan
Distribusi frekuensi berdasarkan ada 12 sampel dengan selisih berkisar
asupan protein pre dan post HD sampel dari (-34,5) – (-4,06) gram.
dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan
47
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
48
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
dan post HD pada tabel dengan tanda (+) dari bahan makanan maupun minuman
menunjukkan bahwa asupan natrium melebihi kebutuhan natrium per hari.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Asupan Natrium
Pre Dan Post HD
Asupan Natrium
Nama Sampel Pre (mg) Post (mg) Selisih (mg)
Ny. S 1705.15 2781.75 +1076.6
Ny. Mi 804.45 714.8 -89.65
Ny. Ma 2357.35 35.5 -2321.85
Ny. H 607.4 196.5 -410.9
Ny. I 346.3 706.2 +359.9
Ny. ST 1385.05 87.85 -1297.2
Ny. Y 1414.3 955.2 -459.1
Ny. Si 184.3 129.5 -54.8
Tn. YM 504.25 1076.2 +571.95
Ny. SR 583.1 687.1 +104
Ny. N 237.75 9.7 -228.05
Ny. Sa 1507.4 756.6 -750.8
Ny. Mh 662.5 858.2 +195.7
Distribusi frekuensi berdasarkan asupan post HD pada tabel dengan tanda (-)
kalium pre dan post hemodialisa sampel menunjukkan bahwa asupan kalium dari
dapat dilihat pada tabel 8. bahan makanan maupun minuman tidak
Berdasarkan tabel 8. Dapat melebihi kebutuhan kalium per hari.
diketahui bahwa untuk asupan kalium Distribusi frekuensi berdasarkan asupan
pre hemodialisa dari 13 sampel asupan cairan pre dan post hemodialisa sampel
berkisar dari 142,85 mg – 1768,4 mg dan dapat dilihat pada tabel 9.
asupan kalium post HD berkisar dari Berdasarkan tabel 9. Diketahui
98,3 – 1419,15 mg. Adapun selisih bahwa untuk asupan cairan pre HD dari
asupan pre HD rata-rata dibawah 13 sampel asupan berkisar dari 90,35 –
kebutuhan berkisar antara (-2089.95) – (- 940,2 ml dan asupan cairan post HD
499.6) mg dan rata rata selisih asupan berkisar dari 35,9 – 790,8 ml dengan
post HD berkisar antara (-1873.95) – (- selisih asupan pre dan post HD yaitu
848.85) mg. Hasil selisih asupan pre dan berkisar dari (-272,75) – 482.65 ml.
49
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Karakteristik sampel yang tersaji N., & Suryani, I., 2017, pada 40 orang
pada tabel 1. Menunjukan usia sampel pasien gagal ginjal kronik di Unit
berada pada kelompok lanjut usia. Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah
Peningkatan prevalensi penyakit gagal Yogyakarta, terjadi peningkatan
ginjal kronik diakibatkan oleh perubahan kejadian penyakit gagal ginjal kronik
struktur fungsional ginjal, pada usia tua dari 17,5 % pada usia 36-45 tahun
terjadi penurunan kecepatan aliran darah menjadi 62,5% pada usia 46-65 tahun.
ke ginjal, selain itu juga dipengaruhi oleh Penimbangan berat badan sampel
perubahan massa otot. Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 2. Dilakukan baik
ini sejalan dengan penelitian yang sebelum dan sesudah hemodialisis untuk
dilakukan oleh Fauziah, E, A., Hidayat, mengetahui kondisi cairan dalam tubuh,
50
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
51
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
5) (Wibisono, 2014). Hasil penelitian melebihi kebutuhan protein per hari dan
yang sama mengemukakan bahwa begitu pun sebaliknya hasil selisih
frekuensi pendidikan pasien gagal ginjal asupan pre dan post HD pada tabel
kronis yang menjalani hemodialisa di dengan tanda (+) menunjukkan bahwa
RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh asupan protein dari bahan makanan
paling banyak pada kategori maupun minuman melebihi kebutuhan
berpendidikan rendah/dasar yaitu 24 protein per hari.
orang (38,1%) (Rukmaliza, 2013). Berdasarkan pengakuan sampel,
Pekerjaan sampel yang tersaji asupan protein pada post HD dengan
pada tabel 5. Terbanyak dengan kategori tanda (-) atau negatif diakibatkan adanya
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah gejala gangguan gastrointestinal dengan
tangga. Hasil penelitian ini sejalan keluhan mual dan muntah. Muntah dapat
dengan penelitian yang dilakukan Rini, disebabkan dampak hipotensi pasca
2013, yang menyatakan pekerjaan hemodialisis dan muntah biasanya
responden pasien GGK mayoritas adalah diiringi mual karena muntah merupakan
tidak bekerja yaitu sebanyak 55 orang manifestasi dari adanya mual yang
atau 75,3%. Pasien dapat terus berlebihan. Mual menimbulkan perasaan
melakukan pekerjaan dan aktivitasnya tidak nyaman pada perut sehingga
apabila pasien rutin dalam mematuhi membuat seseorang menolak makanan
jadwal terapi hemodialisis yang telah atau tidak mampu menghabiskan
terjadwal, walaupun yang dilakukan makanan yang disajikan (Khairunnisa,
tidak semaksimal sebelum pasien 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian
divonis harus menjalani terapi yang dilakukan Lopes, 2007, proporsi
hemodialisis. sampel hemodialisa yang mengalami
Perhitungan kebutuhan protein mual jumlahnya meningkat secara
yang tersaji pada tabel 6. Berdasarkan signifikan seiring semakin buruknya
standar diet RSUD dr. Doris Sylvanus kondisi nafsu makan.
Palangka Raya yang ada pada leaflet. Hasil recall 24 jam, rata-rata
Hasil selisih asupan pre dan post HD presentase asupan protein nabati pada
pada tabel dengan tanda (-) saat pre hemodialisa yaitu 37,1% dan
menunjukkan bahwa asupan protein dari sumber protein hewani sebesar 62,9%.
bahan makanan maupun minuman tidak Rata-rata asupan protein nabati post
52
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
hemodialisa, yaitu 32,5% dan protein ginjal akan mengeluarkan produk sisa
hewani sebesar 67,5%. metabolisme protein (ureum) yang
Berdasarkan hasil uji normalitas berlebihan di dalam tubuh dalam bentuk
didapatkan hasil asupan protein pre dan urin namun sebaliknya apabila terjadi
post hemodialisa adalah berdistribusi kerusakan pada ginjal maka akan terjadi
normal (p>0.05) yaitu asupan pre penumpukan ureum di dalam darah
(p=0,570) dan asupan post (p=0,052). sehingga ginjal tidak mampu
Hasil uji t-berpasangan dengan p < 0,05 mengeluarkannya dan menjadikannya
menunjukkan bahwa ada perbedaan semakin tinggi. Tingginya ureum dalam
secara bermakna antara asupan protein darah dapat menimbulkan bekuan ureum
pre dan post hemodialisa di RSUD dr. dan menimbulkan bau napas yang
Doris Sylvanus Palangka Raya dengan mengandung amonia. Kadar ureum yang
nilai p value = 0,022. berlebihan akan diubah oleh bakteri
Protein berguna untuk menjadi amonia, sehingga senyawa ini
pemeliharaan jaringan tubuh dan menjadi senyawa toksik/racun bagi
mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,8 tubuh. Efek yang ditimbulkan jika
g/kg BB. Jumlah dan jenis protein yang uremia terlalu tinggi adalah terjadinya
diberikan pada pasien penyakit ginjal perdarahan baik dihidung, bawah kulit
kronik pre dialisis dalam bentuk diet maupun saat buang air besar.
rendah protein sangat penting Penderita gagal ginjal dengan
diperhatikan karena protein berguna dialisis dianjurkan asupan protein tinggi
untuk mengganti jaringan yang rusak, untuk mempertahankan keseimbangan
membuat zat antibodi, enzim dan nitrogen dan mengganti asam amino
hormon, menjaga keseimbangan asam yang hilang selama dialisis dengan 50%
basa, air, elektrolit, serta menyumbang protein hendaknya bernilai biologis
sejumlah energi tubuh (Kresnawan, tinggi karena asupan protein sangat
2012) diperlukan mengingat fungsinya dalam
Menurut Bastiansyah, 2008, tubuh. Asupan protein dapat
dalam Dewi, 2015, pembatasan protein dipengaruhi oleh konsumsi protein yang
dilakukan karena terjadinya disfungsi rendah dalam diit, asupan makanan yang
ginjal dengan salah satu cirinya adalah kurang pengaruh dari melemahnya
terjadinya uremia. Pada keadaan normal kekebalan tubuh. Pengaruh asupan
53
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
protein memegang peranan yang penting pengendalian cairan (dan tekanan darah)
dalam penanggulangan gizi penderita yang lebih baik daripada upaya
gagal ginjal kronik, karena gejala membatasi asupan cairan saja (Joan,
sindrom uremik disebabkan 2014). Rata-rata pasien merasa
menumpuknya katabolisme protein makanannya terasa hambar apabila tidak
tubuh oleh karena itu semakin baik diberi garam atau penyedap rasa. Hal
asupan protein semakin baik pula dalam tersebut merupakan pemicu rasa haus
mempertahankan status gizinya pada pasien. Dan apabila dibiarkan maka
(Almatsier, 2004). akan memperparah kerja ginjal untuk
Perbedaan asupan natrium mensekresi zat sampah yang ada dalam
sampel tersaji pada tabel 7. Hasil asupan tubuh (Joan, 2014).
pre dan post HD sampel telah sesuai Berdasarkan hasil uji normalitas
dengan rekomendasi dari CARI, 2013, didapatkan hasil asupan natrium pre dan
yaitu asupan natrium pada pasien post HD adalah berdistribusi tidak
hemodialisis yaitu kurang dari 2,4 normal (p=<0.05) yaitu asupan pre
gram/hari atau berkisar 1000-2300 (p=0,160) dan asupan post (p=0,003).
mg/hari (Susetyowati., Faza, F., & Hayu, Hasil uji Wilcocxon dengan p > 0,05
I, A.,2017) menunjukkan bahwa tidak ada
Hasil recall 24 jam untuk bahan perbedaan secara bermakna antara
makanan sumber natrium yang paling asupan natrium pre dan post hemodialisa
banyak dikonsumsi pada pre HD yaitu di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
roti putih, biskuit, ikan asin, putih telur Raya dengan nilai p value = 0,382.
ayam dan garam. Pada post HD bahan Secara fisiologis, keseimbangan
makanan sumber natrium yang paling natrium dan volume plasma ekstraseluler
banyak dikonsumsi yaitu biskuit, udang, diatur oleh ekskresi natrium renal. Saat
putih telur ayam, garam dan kecap asin. terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus
Asupan natrium harus dibatasi hingga (GFR), kompensasi ginjal ialah dengan
tanpa tambahan garam dalam diet. menaikkan fraksi ekskresi natrium
Pasien harus diedukasi mengenai garam (FNA). Namun pada GGK, mekanisme
yang menjadi pemicu utama terhadap kompensasi ini menurun, sehingga diet
rasa haus, karena pembatasan asupan rendah garam sekalipun terkadang masih
natrium mungkin menyebabkan
54
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
55
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
kalium, air dan garam (Marantika & dari asupan kalium. Penelitian ini
Devi, 2014). dilakukan selama 2 tahun 6 bulan pada
Berdasarkan hasil uji normalitas pasien gagal ginjal kronik yang
didapatkan hasil asupan kalium pre dan menjalani hemodialisa sebanyak 820
post HD adalah berdistribusi tidak pasien. Selain itu, sejalan dengan
normal (p=<0.05) yaitu asupan pre penelitian Annisa, 2016, didapatkan
(p=0,000) dan asupan post (p=0,120). hasil ada hubungan antara asupan kalium
Hasil uji Wilcocxon dengan p > 0,05 dengan kadar kalium pada pasien gagal
menunjukkan bahwa tidak ada ginjal kronik yang menjalani
perbedaan secara bermakna antara hemodialisa rawat jalan di RSUD
asupan kalium pre dan post HD di RSUD Kabupaten Sukoharjo dengan p=0,000 (p
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya > 0,05).
dengan nilai p value yang didapat yaitu Perbedaan asupan cairan sampel
= 0,075. tersaji pada tabel 9. Menunjukan bahwa
Asupan kalium yang berlebihan terdapat perbedaan antara sebelum dan
dalam waktu yang lama dapat sesudah HD. Bila asupan cairan
menyebabkan tingginya kadar kalium berlebihan maka periode di antara
dalam darah. Apabila kadar kalium dialisis akan terjadi kenaikan berat badan
dalam darah tinggi atau hiperkalemia, yang besar (Sudoyo, A. W., Setiyohadi,
dapat menyebabkan irama jantung B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S, 2009).
menjadi tidak teratur, terutama pada Hasil nilai IDWG 4,16% dan
penderita jantung. Selain itu, untuk 4,28% pada dua sampel dengan kategori
mengetahui kelebihan kalium dalam sedang menunjukkan bahwa selisih
tubuh lebih akurat dengan pengecekan asupan cairan yaitu +48,05 ml dan
laboratorium dari kalium darah. Teori ini +53,15 ml. Cairan yang diminum
diperkuat oleh hasil penelitian penderita gagal ginjal harus diawasi
Korgaonkar S, Anca Tilea, Fredric dengan seksama karena rasa haus bukan
Finkelstein, Peter Kotanko, Brenda W. lagi petunjuk yang dapat digunakan
G,Margaret Kiser, Bertram Pitt, dan untuk mengetahui hidrasi tubuh. Asupan
Rajiv Saran, 2010, didapatkan hasil yang terlalu bebas dapat mengakibatkan
bahwa serum kalium di dalam tubuh, beban sirkulasi menjadi berlebihan,
dapat di kontrol dengan modifikasi diet edema dan intoksikasi air. Sedangkan
56
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
asupan yang terlalu sedikit akan dan asupan post (p=0,979). Hasil uji
mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan statistik t-berpasangan dengan p > 0,05
memperberat gangguan fungsi ginjal. menunjukkan bahwa tidak ada
Parameter yang tepat untuk diamati perbedaan secara bermakna antara
selain data asupan dan pengeluaran asupan cairan pre dan post HD di RSUD
cairan yang dicatat dengan tepat adalah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
pengukuran berat badan harian. Pasien dengan nilai p value yang didapat yaitu
harus mematuhi pembatasan cairan agar = 0,836.
mendapatkan berat badan kering. Pembatasan asupan cairan pada
Interdyalitic weight gain (IDWG) pasien gagal ginjal kronik yang
merupakan indikator untuk mengetahui menjalani hemodialisa merupakan hal
jumlah cairan yang masuk selama yang sangat penting untuk diperhatikan,
periode interdialitik dan kepatuhan karena asupan cairan yang berlebihan
pasien terhadap pengaturan cairan pada dapat mengakibatkan kenaikan berat
pasien yang mendapat terapi HD badan, edema, bronkhi basah dalam
(Thomas, 2003). paru-paru, kelopak mata yang bengkak
Hasil penelitian yang dilakukan dan sesak nafas yang diakibatkan oleh
oleh Istanti, 2014, menunjukkan bahwa volume cairan yang berlebihan. Cairan
ada hubungan yang signifikan antara yang diminum pasien yang menjalani
masukan cairan dengan IDWG (r=0.541, hemodialisa harus diawasi dengan
p-value=0.000). Arah hubungan adalah seksama. Beberapa pasien mengalami
positif yang berarti semakin banyak kesulitan dalam membatasi asupan
masukan cairan responden maka IDWG cairan yang masuk, namun mereka tidak
juga akan meningkat. Besaran koefisien mendapatkan pemahaman tentang
determinan masukan cairan adalah bagaimana strategi yang dapat
29.30%, berarti masukan cairan membantu mereka dalam pembatasan
menentukan 29.30% IDWG, sisanya cairan (Tovazzi & Mazzoni, 2012).
70,70% ditentukan oleh faktor lain. Meskipun pasien sudah mengerti bahwa
Berdasarkan hasil uji normalitas kegagalan dalam pembatasan cairan
didapatkan hasil asupan cairan pre dan dapat berakibat fatal, namun sekitar 50%
post HD adalah berdistribusi normal pasien yang menjalani terapi
(p=>0.05) yaitu asupan pre (p=0,311) hemodialisis tidak mematuhi
57
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
58
J.Gipas, November 2018, Volume 2 Nomor 2
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
59