You are on page 1of 8

SPM KESEHATAN MASAYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

ALAM SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAM SESUAI DENGAN UU N0 36


TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Lalu Mariawan Alfarizi


Dosen Universitas Mataram
wawanalfarizi@ymail.com

Abstract
The disaster problem , requiring an arrangement or planning in handling. So that
it can be implemented in a focused and integrated . To provide a clear legal basis for
national disaster then , the government has adopted the Law . 24 Year 2007 on
disaster management which contains the basic provisions to include pre-disaster
disaster man-agement , emergency response and post-disaster . Natural disasters
are traditionally seen as situations that pose various challenges and problems ,
especially the nature of humanity . Little attention is given to the protection of human
rights ( Human Rights ), which should also be present in this particular situation . It is
necessary for the study of the minimum standard of health care as a natural disaster
efforts to comply in accord-ance with the Human Rights Act 36 of 2009 on Health .
The purpose of this study to determine the minimum standard of health care victims
of natural disasters in Law No.36 of 2009 on health in accordance with human rights and
the implementation of minimum standards of public health services of victims of natural
disasters in central Lombok associated with Act 36 of 2009 on Health
This riset uses the following research : Methods normative juridical approach ,
deskriftip analytical nature of the data , secondary data , engineering data collection
library . Re-sults it can be concluded that :
Minimum standard of health care victims of natural disasters in Act 36 of 2009 on
Health in accordance with the Human Rights and Implementation of a minimum
standard of health care communities affected by natural disasters.
Keywords : Minimum Standard of Health , Disaster , and Human Rights .

Abstrak
Permasalahan bencana tersebut, memerlukan suatu penataan atau perenca-
naan yang matang dalam penanggulangannya. Sehingga dapat dilaksanakan secara
terarah dan terpadu. Untuk memberikan landasan hukum yang jelas bagi penyelenggara
penanggulangan bencana maka, pemerintah telah mensahkan Undang-undang No. 24
Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang berisikan ketentuan-ketentuan
pokok terhadap penanggulangan bencana meliputi prabencana, saat tanggap darurat
dan pascabencana. Terutama yang bersifat kemanusiaan. Hanya sedikit perhatian di-
berikan kepada perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM) yang juga perlu disediakan
dalam situasi khusus ini. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang standar pelayanan
minimal kesehatan korban bencana alam sebagai upaya pemenuhan Hak Asasi
Manusia sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesusuaian standar minimal
pelayanan kesehatan korban bencana alam dalam Undang-Undang No.36 Tahun
2009 tentang kesehatan dengan Hak asasi manusia dan Implementasi standar
minimal pelayanan Kesehatan masyarakat korban bencana alam.

Jurnal Pembaharuan Hukum 279


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut: Metode
pendekatan yuridis normatif, sifat data deskriftip analitis, jenis data sekunder, tehnik
pengumpulan data library. Hasil dapat disimpulkan bahwa :
Standar minimal pelayanan kesehatan korban bencana alam dalam Undang-Undang
No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah sesuai dengan Hak Asasi Manusia dan
Implementasi standar minimal pelayanan Kesehatan masyarakat korban bencana alam.
Kata Kunci : SPM Kesehatan, Bencana, dan HAM

A. Latar Belakang Masalah bencana maka, pemerintah telah mensahkan


Indonesia terdiri dari gugusan kepulauan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang
yang mempunyai potensi bencana alam sangat penanggulangan bencana yang berisikan
tinggi dan juga sangat bervariasi. Kondisi alam ketentuan-ketentuan pokok terhadap
tersebut menyebabkan timbulnya risiko terjadinya penanggulangan bencana meliputi prabencana,
bencana alam, meskipun disisi lain juga kaya saat tanggap darurat dan pascabencana.
akan sumber daya alam. Pada umumnya, risiko Dalam pemberian pelayanan kesehatan pada
bencana alam terjadi karena beberapa faktor kondisi bencana alam sering tidak memadai
seperti (gempa bumi, tsunami dan letusan disebabkan situasi bencana selalu terjadi
gunung api), bencana akibat hydrometeorologi kedaruratan disemua aspek kehidupan.Terjadinya
(banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), kelumpuhan pemerintahan, rusaknya fasilitas
bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit umum, terganggunya sistem komunikasi dan
manusia, penyakit tanaman/ternak, hama transportasi, lumpuhnya pelayanan umum yang
tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan mengakibatkan terganggunya tatanan kehidupan
industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, masyarakat, bila kondisi tersebut tidak ditangani
pencemaran bahan kimia). 1 dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk akibat
Dari permasalahan bencana tersebut, bencana tersebut.
memerlukan suatu penataan atau perencanaan Terbatasnya persediaan air bersih, sanitasi
yang matang dalam penanggulangannya. lingkungan yang buruk, merupakan menurunnya
Sehingga dapat dilaksanakan secara terarah daya tahan tubuh yang sering timbul dalam
dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan masalah kondisi bencana alam dan
selama ini belum didasarkan pada langkah- penangganannya belum memadai, penangganan
langkah yang sistematis dan terencana, yang diberikan belum merujuk pada suatu
sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dan standar pelayanan minimal. Rencana kegiatan
bahkan terdapat langkah upaya yang penting yang akan dilaksanakan dalam penanggulangan
tidak tertangani.2 bencana dan penanganan pengungsi disamping
Penanggulangan bencana merupakan salah mengacu pada protap dan pedoman-pedoman
satu bagian dari pembangunan nasional, yaitu yang ada, juga diperlukan memakai standar
serangkaian penanggulangan bencana sebelum, minimal penanggulangan masalah kesehatan.
pada saat maupun sesudah terjadi bencana. Bencana alam adalah kejadian-kejadian yang
Selama ini, masih dirasakan adanya kelemahan ditimbulkan oleh bahaya alam yang tak bisa
baik dalam pelaksanaan penanggulangan diatasi oleh kemampuan lokal dan
bencana terkait dengan landasanya hukumnya. mempengaruhi dengan serius pembangunan
Karena belum ada Undang-Undang yang secara sosial dan ekonomi sebuah wilayah. Bencana
khusus menangani bencana. alam secara tradisional dipandang sebagai
Untuk memberikan landasan hukum yang situasi-situasi yang menimbulkan berbagai
jelas bagi penyelenggara penanggulangan tantangan dan masalah, terutama yang bersifat
1 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulanan kemanusiaan. Hanya sedikit perhatian diberikan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008, hlm.1. kepada perlindungan hak-hak asasi manusia
2 Ibid.

Jurnal Pembaharuan Hukum


280 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
(HAM) yang juga perlu disediakan dalam Dalam Pembukaan UUD 1945 menyebutkan.
situasi khusus ini. “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Skema pemenuhan hak masyarakat dalam tumpah darah Indonesia serta memajukan
kondisi pasca bencana sebetulnya sudah tertata kesejahteraan umum”. Tujuan itu, jika
pada beberapa regulasi yang sudah ditetapkan dokritalisasikan salah satunya meliputi kewajiban
oleh pemerintah, artinya tidak ada alasan bahwa negara merealisasikan derajat kesehatan yang
sistem UU di negeri kita belum mengatur terkait optimal bagi setiap rakyat Indonesia.6
sebuah hal yang dimaknai malapetaka tersebut. Pengertian atau batasan standar minimal
Posisi negara dalam hal hak ekonomi, sosial dan adalah ukuran terkecil atau terendah dari
budaya mempunyai tiga kewajiban yakni kebutuhan hidup (air bersih dan sanitasi,
kewajiban menghormati, melindungi dan persedian pangan, pemenuhan gizi, tempat
memenuhi hak-hak tersebut bagi warganya.3 tinggal dan pelayanan kesehatan) yang harus
Menetapkan Universal Declaration of Human dipenuhi kepada korban bencana atau pengungsi
Rights tahun 1948 menjelaskan pada Pasal 25 untuk dapat hidup sehat, layak dan manusiawi.7
Ayat (1) Setiap orang berhak atas taraf hidup Berdasarkan Latar Belakang Masalah
yang menjamin kesehatan dan kesejahteraa tersebut di atas, Penulis tertarik untuk mengambil
nuntuk dirinya dan keluarganya, termasuk Rumusan masalah yaitu: Bagaimanakah SPM
pangan, pakaian, perumahan dan perawatan Kesehatan Masayarakat Dalam Penanggulangan
kesehatannya serta pelayanan sosial yang Bencana Alam Sebagai Upaya Pemenuhan Ham
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat Sesuai Dengan Uu N0 36 Tahun 2009 Tentang
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi Kesehatan?
janda, mencapai usia lanjut atau mengalami
kekurangan mata pencarian yang lain karena B. Metode Penelitian
keadaan yang berada di luar kekuasaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian
(2) Para ibu dan anak-anak berhak ini adalah hukum normatif. 8Penelitian ini
mendapat perawatan dan bantuan istimewa. menggunakan pendekatan dengan mengacu
Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam kepada norma-norma hukum, khususnya yang
maupun di luar perkawinan, harus mendapat berkaitan dengan pelayanan kesehatan
perlindungan sosial yangsama.4 masyarakat terhadapkorban bencana alam.
Upaya kesehatan ialah kegiatan untuk Penelitian hukum ini, seringkali dikonsepkan
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
dilakukan oleh pemerintahan dan / atau perundang-undangan (Law in books).9 Dalam
masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan penelitian hukum normatif ini, akan dilakukan
kesehatan baik kesehatan individu, kelompok penelitian investirisasi hukum positif.10 Dan
atau masyarakat harus diupayakan oleh individu, penelitian tahap sinkronisasi vertikal dan
kelompok, lembaga pemerintahan, ataupun
swadaya masyarakat (LSM). Pemeliharaan 6 Pembukaan UUD 1945 menyebutkan
kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek seluruh tumpah darah Indonesia serta
memajukan kesejahteraan umum”.
rehabilatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh
7 Ibid. hlm. 194.
dari sakit atau cacat). Kesehatan perlu 8 Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum
ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan kepustakaan. Lihat Soerjono Soekamto dan Sri mamudji,
mempunyai bentang yang luas.5 2007, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
Jakarta PT. Raja Grapindo Persada, hlm. 23.
9 Aminudin dan Zaenal Asikin, 2006, Pengantar
3 Sulardi Op-Cit, hlm.57. Metode Penelitian hukum, Jakarta, PT. Raja
4 Ibid Grapindo Persada,, hlm. 118.
5 Soekidjo Notoatmojo, 2007, Promosi Kesehatan 10 Inventarisasi Hukum Positif adalah proses identifikasi

dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta, PT Rinika yang kritis serta logis-sistematis. Tiga kegiatan pokok
Cipta, hlm. 8. dalam kegiatan inventarisasi hukum:

Jurnal Pembaharuan Hukum 281


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
horizontal.11 yaitu penelitian yang generasi yang akan datang untuk memenuhi
menggunakan pendekatan filosofis hukum, kebutuhannya.14
asas dan prinsip hukum, kaidah hukum atau Konsep kesehatan sebagai konsep hukum
peraturan hukum, doktrin hukum ( pendapat jika konsep kesehatan menyandang predikat
para ahli hukum), memenuhi hukum inconcrito yuridis tertentu, dalam hal ini hak yaitu sebagai
( vertikal-horizontal ), penelitian sejarah hukum HAM. WHO menyatakan “the enjoyment off the
dan perbandingan hukum dalam rangka higest attainable being without distinction
memusatkan diri pada pemacahan masalah- ff race, religion, political belief, economis or
masalah yang ada pada masa sekarang social condition”15. Dengan predikat sebagai
(aktual), dimana data yang dikumpulkan mula- HAM, sebagai konsekuensinya akan lahir
mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa.12 bagi penyandang hak seperangkat tuntutan
(claims) kepada penanggung jawab hak
C. Kerangka Teori untuk memenuhinya.
Tujuan dari bernegara sebagaimana diatur Dalam Pasal 25 Universal Declaration
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Off Human right tercantum ketentuan-
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah ketentuan mengenai hak-hak pemeliharaan
melindungi segenap bangsa Indonesia dan kesehatan yang secara tidak langsung
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk berkaitan dengan hak atas pelayanan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kesehatan, sebagai berikut:16
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan 1. Setiap orang berhak atas taraf
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, hidup yang layak bagi kesehatan
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk dan kesejahteraan diri dan
melaksanakan dan mencapai satu tujuan dan keluarganya,17 termasuk
satu cita-cita tersebut diperlukan suatu rencana didalamnya pangan, pakaian,
yang dapat merumuskan secara lebih konkrit papan dan pelayanan kesehatan
mengenai pencapaian dari tujuan bernegara. 13 serta pelayanan sosial lainnya yang
Pembangunan Nasional adalah rangkaian mutlak diperlukan. Hak-hak ini
upaya pembangunan yang berkesinambungan yang mencangkup hak atas tunjangan
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dalam hal terjadi pengangguran,
bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas sakit, cacat, kehilangan mitrakawin
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana karena kematian, usialanjut atau
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang kehilangan mata pencaharian, yang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. disebabkan oleh situasi dan diluar
Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kehendak yang bersangkutan.
kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa 2. Ibu dan anak mempunyai hak atas
henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan pemeliharaan dan bantuan dan
masyarakat dari generasi demi generasi. bantuan khusus. Semua anak baik
Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam yang sah maupun diluar kawin
konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa menikmati perlindungan sosial
mengurangi kemampuan yang sama.
Manusia sejak di dalam kandungan memiliki
11 Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kenyataan,
hak hidup yang erat melekat sebagai Fitrahnya.
sampai sejauh mana perundang-undangan tertentu
secara vertikal, atau mempunyai keserasian secara 14 Undang-undang Rencana Pembangunan Jangka
horizontal apabila menyangkut perundang-undangan Panjang Nasional Tahun 2001-2025, Asa mandiri,
sederajat mengenai bidang yang sama. Lihat Soerjono Jakarta, 2007, hlm. 21.
Soekamto dan Sri Mamudji, Op.cit, hlm. 74. 15 Hermien Hadiati, 2001, Hukum untuk perumahsakitan,
12 H.Salim H.S.dkk., 2012, Hukum Investasi di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 3.
Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 31. 16 Freddy Tangker, 2007, Hak Pasien, Bandung,
13 Titon, 2007, Hak Atas Derajat Yang Optimal, Sebagai Mandar Maju, hlm. 63.
HAM di Indonesia, Bandung, Alumni, hlm. 13. 17 Depkes, Op.Cit, hlm. 6.

Jurnal Pembaharuan Hukum


282 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
Hak ini tidak dapat direbut oleh siapapun dan menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan alasan apapun kecuali oleh Tuhan. dengan tidak ada kecualinya. 20
Ada dua macam hak, yaitu: 18 Teori hukum HAM berdasarkan
1. Hak absolut: memberi wewenang yurispudensi case law telah mensistematisasi
kepada pemegang untuk berbuat dua kewajiban hukum negara/pemerintah: (1)
atau untuk tidak berbuat yang pada prmary rules yaitu the duty to abstein from
dasarnya dapat dilaksanakan siapa infriging upon human rights dan (2) secondary
saja dan melibatkan setiap orang. rules yaitu the duty to guarantee respect of
Isi hak absolut ini ditentukan oleh human right. 21 kewajiban pertama berkenaan
kewenangan pemegang hak. dengan kewajiban negara untuk tidak
2. Hak relatif: hak yang berisi wewenang melakukan pelanggaran HAM baik melalui
untuk menuntut hak yang hanya dimiliki tindakan maupun pendiaman termasuk
seseorang terhadap orang- menjamin pemenuhan secara aktif hak-hak
orang tertentu. tersebut. Kewajiban kedua berkenaan dengan
Pasal 1 Undang-undang Nomor 39 kewajiban negara untuk mencegah
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pelanggaran, menyelidikinya ketika terjadi,
menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia melakukan proses hukum kepada pelaku serta
adalah seperangkat hak yang melekat pada melakukan reparation atas kerugian yang
hakikat dan keberadaan manusia sebagai timbul.
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan Sudah menjadi kewajiban negara untuk
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung melindungi dan melayani rakyat atau
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan warga negara sebagai konsekuensi dari
Pemerintah, dan setiap orang demi tujuan dan fungsinya. Hubungan negara
kehormatan serta perlindungan harkat dan dengan rakyat atau warga negaranya
martabat manusia.19 Hak atas kesehatan juga melahirkan kewajiban-kewajiban tertentu
dipandang sebagai hak yang memiliki nilai yang harus dipenuhi. Kewajiban yang
berharga dalam kehidupan bersama, tuntutan timbul sebagai konsekuensi hubungan
nilai yang luas dan esensial, karena terkait antara negara dan rakyat/warga negara
dalam kesejahteraan umat manusia. sangat luas dan beragam, salah satunya
Hak Asasi pada tahap pelaksanaannya kewajiban hukum yang lahir karena klaim
masuk persoalan hukum dan harus diatur HAM. Tujuan dan Fungsi negara tersebut
melalui hukum artinya landasan hukum yang dan kebebasan bertindak meskipun belum
ada dan memuat/mengatur hak asasi harus ada pengaturannya secara tegas.22
tetap terawasi oleh pemerintah. Undang- Hukum memegang peran penting dalam
undang Dasar 1945 menjelaskan dengan berbagi segi kehidupan bermasyarakat dan
tegas, bahwa negara Indonesia berdasarkan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
atas hukum (rechsstsstaat), tidak berdasarkan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan
atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Republik bagian integral dari kesejahteraan,
Indonesia adalah negara hukum yang
melandaskan pancasila dan Undang-undang D. Hasil dan Pembahasan.
Dasar 1945 menjunjung tinggi hak asasi Bahwa secara konstitusional Negara republik
manusia dan menjamin segala warga negara Indonesia adalah penganut paradigma negara
bersamaan kedudukannya dalam Hukum dan 20 Mahsyur Efendi, 1993, Hak Asasi Manusia,
pemerintah serta wajib Malang, Ghalia Indonesia,, hlm. 129-130.
21 Kewajiban negera untuk melindungi HAM rakyat/warga
18 Sutikno Mertukosumo, 1999, Mengenal Hukum negaranya merupakan imbangan terhadap haknya
(Suatu Pengantar), Yogyakarta, Liberty, hlm. 38-40. tersebut supaya tidak terjadi penyalahgunaan hak atau
19 Undang-Undang R.I nomor 39 tahun 2009 dan penyalahgunaan kekuasaan oleh negara.
PPRI tahun 2010, Tentang Hak Asasi Manusia, 22 Philipus M,1992, Pemerintahan Menurut Hukum,
Citra Umbara, Bandung, hlm. 3. Surabaya, Yuridika, hlm. 6-7.

Jurnal Pembaharuan Hukum 283


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
kesejahteraan (walfare state) yaitu negara secara pencegahan bertujuan untuk mengurangi
proaktif dan imperatif ikut mengusahakan kerusakan akibat bencana dan mengurangi
keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, korban jiwa. Dalam hal ini idealnya masyarakat
termasuk hal ini adalah tersedianya dan sudah siap menghadapi bencana alam.
kemudahan akses layanan kesehatan SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan
sebagaimana diabadikan dalam Pasal 4 ayat (3) mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
UUD 1945. Berdasarkan paradigma welfare state wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
tersebut keberadaan Pasal 37 ayat (2) Undang- secara minimal. Sesuai dengan amanat Pasal 11
Undang a qua yang secara empirik justru ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3)
menghalangi dan mereduksi hak-hak masyarakat UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
untuk memilih dan memperoleh seluas-luasnya Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
pelayanan kesehatan yang memadai. terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Prinsip hukum umum yang berlaku bagi Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
penanggung jawab hak atau pihak yang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
berkawajiban adalah memenuhi atau Pemerintahan Daerah, SPM diterapkan pada
melaksanakan kewajibanya dengan itikad baik. urusan wajib daerah terutama yang berkaitan
Kegagalan pemerintah dalam memenuhi dengan pelayanan dasar, baik daerah provinsi
kewajibanya yang berasal dari klian atau maupun daerah kabupaten / kota.
tuntutan HAM dikonsepkan sebagai Dalam paradigma sekarang, pengurangan
pelanggaran terhadap hak atas derajat risiko bencana yang merupakan rencana terpadu
kesehatan yang optimal pada hakikatnya sama yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah serta
seperti pelanggaran-pelanggaran HAM lainya: meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Ada kewajiban korelatif HAM di pihak negara Masyarakat merupakan subyek, obyek sekaligus
yang tidak dilaksanakan atau tidak dipenuhi. sasaran utama upaya pengurangan risiko bencana
Secara garis besar Primary Rules dari hak atas dan berupaya mengadopsi dan memperhatikan
derajat kesehatan yang optimal mencakup dua kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan
aspek, yaitu: Memberikan layanan kesehatan serta tradisional (traditional knowledge) yang ada dan
melindungi kesehatan penyandang hak dari bahaya berkembang dalam masyarakat. Jadi, ada 3 hal
yang mengancam. Dua kewajiban tersebut penting terkait perubahan paradigma ini, yaitu:
ditunaikan negara melalui tugas-tugas a. Penanggulangan bencana tidak
pemerintahan yaitu tugas mengurus dan tugas lagi berfokus pada aspek tanggap
mengatur.23 Secara anologi 24, pelanggaran hak atas darurat tetapi lebih pada
derajat kesehatan yang optimal adalah pelanggaran keseluruhan manajemen risiko.
terhadap kewajiban negara yang ditetapkan dalam b. Perlindungan masyarakat dari
aturan hukum positif di Indonesia dan Instrumen ancaman bencana oleh pemerintah
hukum International seperti UDHR dan ICESR merupakan wujud pemenuhan hak
(International Covenant On Economic, Social and asasi rakyat dan bukan semata-
Cultural Rights). mata karena kewajiban pemerintah.
Upaya penaggulangan bencana alam dibagi c. Penanggulangan bencana bukan lagi
dalam beberapa tahap yaitu usaha pencegahan hanya urusan pemerintah tetapi juga
(prevention), kesiapan masyarakat menjadi urusan bersama masyarakat dan
(Preparedness), tanggap darurat penaggulangan lembaga usaha, dimana pemerintah
bencana alam (response) rehabilitasi atau menjadi penanggungjawab utamanya.
pemulihan dan rekonstruksi. Tahap pertama,
E. Penutup
23 Ety rostiaty, Op-Cit, hlm. 105. 1. Simpulan
24 Analogi adalah persamaan atau Pesesuaian antara Standar minimal pelayanan kes-
dua benda atau hal yang berlaianan. Departemen
Pendidikan, Kamus Besar bahasa Indonesia, 2005, ehatan masyarakat korban bencana
Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 44. alam meliputi tiga aspek dasar yang

Jurnal Pembaharuan Hukum


284 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
harus diakomodasikan dan merupakan orientasi, dan pelatihan untuk semua
landasan dalam penanggulangan masalah pihak terkait sehingga mereka memahami
kesehatan meliputi kemanusiaan, harga konsep dalam penanggulangan bencana
diri dan keadilan. Yaitu ukuran terkecil alam. Dan Perlu adanya penanganan
atau terendah dari kebutuhan hidup (air secara khusus bagi korban bencana alam
bersih dan sanitasi, persediaan pangan, baik sebelum maupun sesudah dengan
pemenuhan gizi, tempat tinggal dan pe- cara mempersiakan tanggap darurat
layanan kesehatan) yang harus dipenuhi bencana dan menyiapakan fasili-tas
kepada korban bencana alam dan pen- kesehatan bagi korban.Pengaturan hukum
gungsi untuk dapat hidup sehat, layak dan penanganan korban bencana alam harus
manusiawi, hal ini sesuai dengan Pasal 5 mencakup pengaturan mengenai
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 penegakan hukum bagi pihak-pihak yang
tentang Kesehatan dan Sesuai pula terkait untuk mencegah, menyelamat-kan,
dengan pasal 9 Undang-Undang No.39 merehabilitasi dan merekonstruksi akibat
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. bencana alam serta pengaturan mengenai
2. Saran jaminan hak atas pelayanan dan
Untuk terselenggaranya strategi rehabilitasi korban bencana alam.
tersebut, perlu dilaksanakan sosialisasi,

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahsin W.Al-Hafidz,2007, Fiqih Kesehatan, Jakarta, Amzah,
Ali Zainudin,2010, Metode Penelitian Hukum, Bandug, Sinar Grafika.
Aminudin dan Zaenal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian hukum, Jakarta, PT.
Raja Grapindo Persada.
Andi Mangga, 1994, Geologi Lembar Lombok, Nusa Tenggara, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Andre Lelived, Social Security In Developing Countries, Academish proefshift, Amster-
dam, 1994.
Antonius Cahyadi dan E. Fernando N. Manulang, Pengantar ke Filsafat Hukum, Ken-
cana Prenada Media Group, Jakarta, 2007.
Bambang Sugeng, 2009 “Penanganan Konflik Sosial” Pusat Kajian Bencana dan
Pen-gungsi (PUSKASI) STKS Bandung
Burk, H.M, dan Stefflre, B. (1979), Theories of Counseling, Thirt edition, New York:
McGraw-Hill Book Company.
Dadang Hawari, 2008, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik, Jakaerta, Fakultas
Kedokteran UI,
Dede Rosyada dkk, Demokrasi, 2003, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta, Prenada Media.
Dewi Alexandria I, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta, Pustaka Publisher.
Freddy Tangker, 2007, Hak Pasien, Bandung, Mandar Maju.
Fujisawa Kazunori. “Law System to Mitigate The Sediment-Related Disaster in Japan
And Sabo Strategi In Indonesia.” Makalah Seminar Nasional Pengaturan
Hukum Mengenai Korban Bencana Alam Akibat Banjir, Tanah Longsor, Dan
Letusan Gunung Berapi, Yogyakarta, 2002.
Hans Kelsen, The General Theory of Law and State, New York, Russel and Russell,
1973.
Hermien Hadiati, 2000, Hukum untuk Perumahsakitan, Bandung, Citra Aditya Bakti,

Jurnal Pembaharuan Hukum 285


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
H.Muladi, 2009, Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep dan Implekasinya dalam
Pers-pektif Hukum dan Masyarakat, Bandung, PT, Refika Aditama.
H.Lili Rasjidi, 2004, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya.
Ismelina Mella FR, 2011, Hukum Lingkungan, Bandung, CV. Prisma Esta Utama.
M.Jusuf Hanafiah & Amri amir, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Jakarta, EGC,
2008.
Munir Fuadi, Sumpah Hipprocates, PT, Citrya Aditya Bakti, Bandung, 2005. Schiraldi,
Glenn R (2000), The Post Traumatic Stress Disorder, Sourcebook, Guide to
Healing, Recovery and Growth. Boston : Lowell House.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Sing-kat), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Buletin, Jurnal dan Laporan


Erty Rostiaty, Aspek-aspek Hukum Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Miskin Berdasarkan UU Kesehatan No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Di-
hubungkan dengan Pelayanan Kesehatan, Pascasarjana Unisba 2010.
Marsudi Triadmojo. “Tanggung Jawab Dan Pertanggung Jawaban Dalam Penanggu-
langan Terhadap Korban Bencana Alam.” Makalah Seminar Nasional
Pengaturan Hukum Mengenai Korban Bencana Alam Akibat Banjir, Tanah
Longsor, Dan Letusan Gunung Berapi, Yogyakarta, 2002.

Undang-undang.
Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2001-
2025, Asa mandiri, Jakarta 2007.
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak asasi Manusia. Undang-
undang Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulanagan
Bencana
Undang-undang kesehatan Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulanan Bencana Nomor: 4 Tahun 2008.

Jurnal Pembaharuan Hukum


286 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015

You might also like