You are on page 1of 7

Jurakunman

Diisi
ISSNOleh Redaksi
: 2086 – 681x (P)
Vol. No. Tahun : 00-00
ISSN : 2654 - 8216 (O)

EFEKTIVITAS PENATAAN ORGANISASI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN


1 2
Isfarah Nurul Izzy , Setyo Riyanto
Universitas Mercu Buana
*Korespondensi: f412ah91@gmail.com1; setyoriyanto@gmail.com2

Abstract
The existence of PPTAK is very important in supervising and taking action against money laundering crimes. Money laundering is also closely related

to corruption. However, judging from the duties and authorities of PPATK, PPATK is still considered passive because the information only comes

from financial service institutions, but there are many forms of money games and not only by using the media of financial service institutions. Plus

there are constraints that come from internal and external, especially in the quality of human resources. So the purpose of this study is to find out how

the organizational arrangement in PPTAK and whether the organizational arrangement has been effective. The research method uses qualitative

methods with a descriptive approach to literature study. Sources of data come from secondary sources with a description of primary, secondary and

tertiary materials. Data analysis through data collection is carried out, the data will be reduced to facilitate researchers in conducting discussions.

The next stage is a discussion that contains answers to the formulation of the problem and then conclusions. The results of the study stated that the

PPATK organizational arrangement was declared to have been effective. This is evidenced by all the achievements or achievements of PPATK as an

institution that is transparent, competent, responsible and able to manage and manage its resources properly to carry out its duties and authorities in

eradicating money laundering.

Keywords:
untung, jadiOrganizational
ada alasan asalArrangement;
usul uang itu. PPATK.
Jika ada undian lain atau serupa di Indonesia, pemenang undian ilegal dapat diberikan hadiah utama. Dengan

cara ini, uang membeli perjudian dan itu membuat pemirsa merasa.

(6) Dengan penyamaran dokumen, Uang tidak hilang secara fisik tetapi keberadaannya didukung oleh berbagai dokumen palsu atau palsu, seperti

pembuatan kuitansi ganda untuk pembelian, penjualan dan ekspor, yang menimbulkan perasaan bahwa uang tersebut adalah hasil kegiatan eksternal.

(7) Pinjaman luar negeri, Uang tersebut dikirim ke luar negeri dengan berbagai cara, setelah itu uang tersebut dilunasi sebagai pinjaman luar negeri. Ini

jelas menunjukkan bahwa penulis menerima bantuan pinjaman luar negeri.

(8) Atas dasar pinjaman teknik luar negeri, Uang tidak pergi ke mana pun secara pribadi, tetapi dokumen dibuat dengan bantuan orang lain. Jadi tidak

ada peminjam dalam hal ini, yang ada hanya dokumen pinjaman, dan kemungkinan itu adalah dokumen palsu.

Menilik dari paragraf di atas, pencucian uang memiliki berbagai bentuk. Karena itu PPATK bertugas mengumpulkan, menyimpan, menghimpun,

menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh dan menyebarluaskan, membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan transaksi keuangan

mencurigakan, serta mempunyai kewenangan meminta dan menerima laporan dari penyedia jasa keuangan, serta meminta informasi mengenai

perkembangan penyidik atau penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang.

Dalam lingkungan kerja secara internasional, tantangan yang dihadapi oleh PPATK yaitu:

(1) Banyaknya pelaku pencucian uang yang juga melakukan kejahatannya dengan memanfaatkan bank internasional atau transaksi lintas negara

lainnya, sehingga PPATK Indonesia harus bekerja sama dengan pihak internasional;

(2) Banyak muncul ancaman baru terkait kasus pencucian uang dan terorisme dan hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan yang melibatkan teknologi

dan lintas negara;

(3) Kerjasama lintas negara yang terjadi bukan hanya demi kepentingan negara sendiri. Untuk menjaga hubungan baik PPATK Indonesia juga harus

membantu kegiatan pencucian yang dilakukan oleh pelaku dari negara lain sebagai wujud menjaga kerja sama; dan
(4) Indonesia harus berperan aktif dalam rangka pencegahan pencucian uang secara lintas negara dengan cara mengikuti keanggotaan internasional

Financial Action Task Force (FATF). FATF merupakan forum kerjasama antar negara yang bertujuan untuk standar global rezim anti pencucian uang

dan pendanaan terorisme.

Banyaknya pelaku pencucian uang yang memanfaatkan transaksi palsu lintas negara seperti menggunakan jasa perbankan negara lain. Untuk

penyelesaian ini PPATK menghadapi tantangan tersendiri karena harus menjalin dan menjaga hubungan baik dengan negara lain agar mau kooperatif

dan membantu penyelesaian pencucian keuangan dan pembiayaan terorisme yang dilakukan oleh pelaku. Untuk itu topik penelitian ini adalah

“Efektivitas Penataan Organisasi Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan”.

REVIU LITERATUR

Organisasi

Erni Rernawan (2011) mengutip Mathis dan Jackson, yang mendefinisikan organisasi sebagai berikut: lembaga yang memiliki fungsi dan tanggung

jawab khusus, biasanya karena memiliki tujuan yang berbeda dan batasan yang jelas.

Dalam buku Malayu SP Hasibuan (2014) mengutip esai berikut tentang pentingnya organisasi. Louis A. Allen: “Organisasi adalah proses

mendefinisikan dan mengelompokkan, menugaskan dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab sehingga orang dapat bekerja secara efektif

untuk mencapai tujuan.”

Sementara itu dalam bukunya Ig. Wursonto (2007) memiliki beberapa puisi tentang konsep organisasi, termasuk pemikiran Joseph Kingbury dan

Robert Wilcox. Organisasi adalah sebagai proses pembagian tugas atau pekerjaan, mengatur pegawai-pegawai untuk memikul tugas atau pekerjaan dari

suatu badan usaha.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Undang-Undang 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang secara tegas mensyaratkan pembentukan Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai focal point yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Undang-Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, PPATK merupakan lembaga yang

independen dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Keberadaan PPATK sebagai badan intelijen di bidang keuangan,

secara internasional, nama umumnya adalah Financial Intelligence Unit (FIU), yang memiliki tanggung jawab dan wewenang khusus (Khairul et al,

2011).

Karena PPATK bersifat independen, maka tidak semua pihak berhak mencampuri pekerjaan dan kompetensi PPATK dengan cara apa pun dan PPATK

dapat bekerja sama dengan pihak terkait baik secara nasional maupun internasional untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

Dalam melaksanakan tugas Pasal 39, PPATK menyelenggarakan fungsi:

1. pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

2. pengelolaan data dan informasi yang diperoleh;

3. pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan

4. analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana lain

sebagaimana Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.

Dalam menjalankan fungsi tersebut, PPATK berhak:

1. menerima syarat dan rekomendasi tata cara penyampaian informan;

2. mengidentifikasi kategori pengguna layanan yang mungkin melakukan tindak pidana pencucian uang;

3. melakukan pemeriksaan kesesuaian atau audit khusus;

4. memberikan informasi tentang hasil penyidikan kepada instansi yang berwenang mengawasi pelapor;

5. memperingatkan Kantor Informasi tentang pelanggaran kewajibannya berdasarkan pemberitahuan;

6. merekomendasikan kepada pejabat yang berwenang untuk mencabut persetujuan pelapor; dan

7. mengatur tentang penerapan prinsip pengakuan pengguna jasa kepada negara pelapor yang tidak memiliki otoritas pengawasan dan pengaturan.
Analisis laporan dan informasi transaksi keuangan yang menunjukkan tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana berat lainnya. Untuk

keperluan analisis atau data dan informasi, fungsi PPATK:

1. meminta dan menerima laporan dan informasi dari pelapor;

2. meminta keterangan dari pihak berwenang atau pihak terkait;

3. meminta keterangan dari pelapor berdasarkan penyusunan hasil uji PPATK;

4. meminta informasi dari media atas permintaan aparat penegak hukum atau mitra asing;

5. mengirimkan laporan dan/atau hasil penelitian kepada calon, baik secara nasional maupun internasional;

6. menerima petunjuk dan/atau informasi dari masyarakat atas dugaan pencucian uang;

7. menerima informasi dari media dan pihak lain tentang dugaan pencucian uang;

8. untuk memberi tahu otoritas penegak hukum tentang efektivitas penyitaan atau penyitaan informasi dan (atau) dokumen elektronik sesuai

dengan persyaratan hukum:

9. mewajibkan perusahaan jasa keuangan untuk menangguhkan seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau diduga merupakan hasil tindak

pidana;

10. permintaan keterangan tentang kemajuan penyidikan dan penyidikan oleh penyidik terhadap tindak pidana dan keuangan;
Visi PPATK adalah mewujudkan stabilitas perekonomian dan untegritas system keuangan Indonesia melalui pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang guna mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Sedangkan misi

PPATK:

1. Meningkatkan kemanfaatan hasil analisis, hasil pemeriksaan, hasil riset, dan rekomendasi kebijakan dalam tindak pidana pencucian uang

dan pendanaan terorisme;

2. Meningkatkan peran serta dan sinergi pemangku kepentingan secara optimal di lingkup nasional maupun internasional;

3. Meningkatkan keandalan sistem informasi;

4. Meningkatkan kapabilitas sumber daya anti pencucian uang serta tata kelola kelembagaan PPATK.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian untuk tujuan tertentu. Cara ilmiah yang artinya bahwa

kegiatan penelitian memiliki karakteristik atau ciri ilmiah yaitu rasional, empiris dan sistematis (Darmadi, 2013). Penelitian adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan tujuan untuk mencari ilmu baru atau ilmiah yang penelitiannya dilakukan berdasarkan analisis dan konstruksi dan dilakukan secara

sistematis dan konsisten untuk mengungkapkan sebuah kebenaran atau fakta yang ada di lingkungan masyarakat yang nantinya fakta tersebut

digunakan sebagai sumber edukasi.

Penelitian ini termasuk menggunakan analisis data kualitatif deskriptif. Dikatakan kualitatif dikarenakan analisisnya hanya berupa penjabaran terhadap

keefektifan penataan organisasi PPATK. Berbeda dengan analisis kuantitatif yang membutuhkan perhitungan statistika. Sedangkan deskriptif

digunakan karena penelitian ini akan menjabarkan secara jelas, lengkap dan terarah bagaimana Efektivitas Penataan Organisasi Pusat Pelaporan Dan

Analisis Transaksi Keuangan.

Jenis data yang digunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang sebelumnya sudah disediakan oleh penyedia data. Sumber penelitian berasal

dari bahan primer, sekunder dan tersier. Bahan primer berasal dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu, bisa diakses dari artikel

ilmiah maupun repository. Sedangkan bahan sekunder berasal dari buku yang diterbitkan secara resmi oleh penerbit. Bahan tersier, yaitu bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini di antaranya adalah surat kabar,

internet, kamus hukum, dan kamus Besar Bahasa Indonesia.

Metode pengumpulan data dengan studi pustaka. Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka terhadap bahan-bahan

data, baik bahan primer, bahan sekunder, maupun bahan tersier. Semua sumber yang digunakan oleh peneliti didapatkan melalui akses internet dan

beberapa dokumen yang dibutuhkan akan di unduh untuk dipelajari dan digunakan datanya untuk penelitian ini.

Analisis data melalui pengumpulan data dilakukan, data akan direduksi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pembahasan. Tahap selanjutnya

adalah pembahasan yang berisi jawaban dari rumusan masalah kemudian kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penataan organisasi dilakukan dengan merubah stuktur dari tugas dan wewenang organisasi dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dari kinerja

organisasi (Gibson, et.al, 1998). Penataan organisasi juga berkaitan dengan perubahan struktur organisasi yang dilakukan baik secara vertikal maupun

horizontal (Hasibuan, 2002). Perubahan organisasi dilakukan dengan tujuan mengubah tugas dan wewenang agar sasaran atau tujuan organisasi dapat

tercapai (Manullang, 2014).

Menurut Stone dan Wankel (1996) penataan organisasi adalah proses yang dilakukan secara berkesinambungan dan menyangkut pada hubungan
perusahaan terkait menjaha lingkungan, keberlangsungan organisasi dan strategi yang akan dijalankan dari waktu ke waktu. Untuk itu penataan
organisasi juga erat kaitannya dengan perubahan yang terjadi terhadap lingkungan organisasi. Perubahan atau penataan organisasi penting dilakukan
jika kondisi lingkungan berubah sangat signifikan dan jika tidak dilakukan penataan organisasi maka dampaknya juga akan signifikan terhadap
organisasi.
Penataan organisasi kembali (reorganisasi) akan menciptakan ciri-ciri dari organisasi yaitu organisasi dengan strategi yang jelas dan fleksibel serta
adaptif terhadap segala situasi lingkungan maupun permasalahan yang dihadapi oleh organisasi (Sedarmayanti, 2009). Dengan penataan pula organisasi
menjadi lebih efektif karena penataan ulang (reorganisasi) dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi sehingga tujuan organisasi dapat cepat
tercapai (Gibson, et.al. 1998).
Penataan organisasi dinyatakan sudah efektif jika organisasi menunjukkan kerasionalitasannya, sehingga organisasi dapat berfungsi secara efisien dan
efektif dalam menjalankan semua tugas dan wewenangnya dan menghasilkan hasil akhir yang baik. Organisasi berfungsi secara efisien dan efektif juga
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelola anggaran organisasi yang ada. Sehingga sasaran anggaran menjadi tepat sasaran dan tidak sia-
sia. Penataan organisasi dan tata kerja PPATK tetap harus memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya (PPATK, 2020).
Reorganisasi yang dilakukan pada PPATK pada tahun 2022 adalah pemecahan fungsi pada unit kerja eksisting. Pemecahan tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk memfokuskan unit kerja pada salah satu tugas dan wewenang sehingga kinerja PPATK menjadi lebih baik dan mampu mengemban
amanat negara yaitu memberantas tindak pencucian uang yang terjadi di Indonesia. Sehingga karena adanya pemecahan unit kerja menyebabkan
adanya perubahan pada tugas dan wewenang suatu unit kerja. Meskipun tidak semua unit kerja mengalami pemecahan pada reorganisasi 2022 ini,
namun semua unit kerja mengalami pembaruan dan perubahan fungsi unit kerja agar kinerja PPATK lebih maksimal dan sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh negara.
Berikut adalah gambar Mapping Peralihan Fungsi Eselon I dan II Ortaker Baru PPATK.
Gambar 1
Mapping Peralihan Fungsi Eselon I dan II Ortaker Baru PPATK
Sumber: PPATK, 2022.
Tujuan dilakukannya penataan organisasi pada PPATK dilakukan dengan tujuan untuk semakin meningkatkan efektivitas organisasi dalam mencapai
tujuan yang diamanahkan oleh negara. Di sisi lain juga untuk menyempurnakan organisasi untuk menghadapi tantangan pemasalahan pencucian uang
dan pembiayaan terorisme yang dilakukan dalam lintas negara atau internasional.
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, Indonesia telah berupaya membangun hubungan yang baik dengan negara lain bergabung dalam Asia-
Pacific Group of Money Laundering (APG). Indonesia juga merupakan pendiri forum Counter Terrorist Financing. Selain dari bergabung dengan
forum atau organisasi internasional, PPATK Indonesia mengusulkan adanya reorganisasi dengan pembentukan unit kerja baru setingkat eselon II
untuk melaksanakan fungsi kerja sama internasional dengan fungsi sebagai berikut:
1. Merumuskan kebijakan di bidang kerja sama internasional dalam hal memberantas kejahatan pencucian uang dan sejenisnya.
2. Mengorganisir pelaksanaan dan pengembangan kerja dalam kegiatan memberantas kejahatan pencucian uang dan sejenisnya.
3. Melaksanakan monitoring atau pengawas terhadap memberantas kejahatan pencucian uang dan sejenisnya.
4. Merumuskan rancangan kebijakan terkait penyelesaian dan pemberantasan kejahatan pencucian uang dan sejenisnya.
5. Mengorganisir penyusunan dari posisi Indonesia atas standar yang ditetapkan oleh Internasional
6. Mengorganisir terkair penerimaan bantuan yang diberikan oleh pihak luar negeri
7. Menyiapkan kerja sama dengan memberikan bantuan kepada pihak luar negeri, bantuan dapat berupa pemberian hibah dan bantuan teknis
lainnya.
8. Menyusun rekomendasi pelaksanaan internalisasi atau pelembagaan kebijakan nasional terkait konvensi dan standar internasional terkait
kejahatan pencucian uang dan sejenisnya.
9. Mengorganisir pemenuhan tanggung jawan Indonesia dalam memberikan bantuan kepada pihak luar negari terkait kejahatan pencucian uang dan
sejenisnya.
10. Pengoordinasian dan pelaksanaan intelijen keuangan bersama, penilaian risiko, dan analisis strategis tingkat internasional di bidang pencegahan
dan pemberantasan kejahatan pencucian uang dan sejenisnya.
Nyatanya reorganisasi yang dilakukan memang terbukti dalam meningkatkan efektivitas dari PPATK. Hal ini terlihat dari semua capaian dan prestasi
yang pernah dicapai yaitu pada tahun 2021 PPATK mendapatkan prestasi sebagai lembaga yang mendapatkan WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari
BPK-RI. Prestasi ini didapatkan sejak tahun 2006 dan terus secara berkelanjutan sampai 2021. Dengan ini menunjukkan bahwa PPATK mampu
mengelola anggaran dan keuangannya dengan baik. PPATK juga menerapkan prinsip keterbukaan yang mencerminkan bahwa PPATK sebagai
lembaga yang jujur dan berkomitmen untuk melayani negeri.
PPATK juga mendapat prestasi dari BKN Award pada tahun 2021 yaitu kategori implementasi penilaian kinerja dan kategori perencanaan, kebutuhan
pelayanan, pengadaan, kepangkatan dan pensiun. Dengan kategori ini menyatakan bahwa PPATK mampu memanajemen sumber daya yang ada
dengan baik.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa reorganisasi atau penataan organisasi yang dilakukan oleh PPATK sudah efektif.

Hal ini dibuktikan dari capaian PPATK sebagai lembaga yang mendapatkan opini “WTP” selama 15 kali berturut turut, yang artinya PPATK mampu

mengelola anggaran dan keuangannya dengan baik. PPATK juga menerapkan prinsip keterbukaan yang mencerminkan bahwa PPATK sebagai

lembaga yang jujur dan berkomitmen untuk melayani negeri. Dan capaian dari BKN Award yang mengatakan bahwa PPATK mampu mengelola atau

memanajemen sumber dayanya dengan baik untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam memberantas tindak pidana pencucian uang.

Keterbatasan

Keterbatasan yang dialami oleh peneliti adalah tidak adanya judul penelitian yang membahas hal serupa sehingga tidak ada referensi yang benar-benar

khusus dan keterbatasan waktu yang diberikan untuk penyelesaian penelitian.

Saran

Dari kesimpulan dan keterbatasan yang dialami, alangkah lebih baik untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan topik serupa namun

pendekatan yang dilakukan studi kasus bukan studi pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Hasibuan,M. (2002). Manajemen : Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.

Gibson L. James, dkk. (1989). Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Malayu S.P. (2014). Organisasi dan motivasi, dasar peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Khairul., Mahmud Siregar., Marlina. (2011). Kewenangan PPATK Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Mercatoria. Vol: 4(1).


Manullang A. Laurence. (2014). Teori dan Aplikasi Manajemen: Komprehensif Integralistik. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Nasution, Bismar. (2005). Rejim Anti – Money laundering Di Indonesia. Bandung: Books Terrace & Library Pusat Informasi Hukum Indonesia.

PPATK. (2020). Rancangan Peraturan Presiden Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Dan
Rancang Peraturan Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi
Keuangan. Jakarta: PPTAK.
PPATK. (2021). Laporan Semester 1 PPATK Tahun 2021. Bersama Jaga Intergritas Ekonomi Bangsa. Jakarta: PPATK.
PPATK. (2022). Resume Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Jakarta: PPATK.
Rizky, Muhammad. (2015). Kontribusi Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rernawan, Erni. (2011). Organization culture, budaya organisasi dalam Perspektif ekonomi dan bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti. (2009). DiManajemen Sumber Daya Manusia : Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT.Rafika
Aditama.
Sutedi, Adrian. (2008). Hukum Perbankan : Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, dan Kepailitan, Cetakan 1. Jakarta : Sinar Grafika.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Wattie, Amelia Fansisca. (2015). Peran PPATK Dalam Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang. Lex Crimen. Vol: 4(3).
Wusanto. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andy Offset.

You might also like