You are on page 1of 9

Journal on Education

Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, pp. 6618-6626


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Kemampuan Menganalisis Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua


Pancasila Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V SD

Maria Marianti Bupu Teku1, Maria Angelina Fransiska Mbari2, Marianus Yufrinalis3
1, 2, 3
Universitas Nusa Nipa, Jl. Kesehatan No.3, Beru, Kec. Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
Andryjfr88@gmail.com

Abstract
This study aims to improve the ability to distinguish the meaning of the second precept of Pancasila through the
Discovery Learning model using visual media (Microsoft office powerpoint, laptop, smartphone,
projector/infocus) for fifth grade students at SDI Wairotang. This research is a classroom action research (CAR)
designed to help teachers (researchers) find and solve learning problems that occur in class. This classroom
action research will be carried out in cycles, between cycle I and cycle II. Samples taken as many as 10 people.
The results showed that after giving action for two cycles the average value of the test results increased the
ability to distinguish the meaning of the second precept of Pancasila using visual media in PKN subjects had
increased. Cycle I The first meeting resulted in a score of 64% and the second meeting 69% with the category
not fulfilling the KKM and in cycle II the score increased at the first meeting by 78% and at the second meeting
by 94% which also increased by 100%. This shows that learning to increase the ability to distinguish the
meaning of the second precept of Pancasila using visual media in PKN subjects can be further applied, in order
to improve student achievement, especially in PKN subjects.
Keywords: Ability to Analyze, Pancasila, Discovery Learning

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan membedakan makna sila kedua Pancasila melalui
model Discovery Learning dengan menggunakan media Visual (Microsoft office powerpoint, Laptop,
Smartphone, projektor/Infokus) pada peserta didik kelas V SDI Wairotang. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK) yang dirancang untuk membantu guru (peneliti) menemukan dan memecahkan masalah
pembelajaran yang terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara bersiklus, antara
siklus I dan siklus II. Sampel yang diambil sebanyak 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
pemberian tindakan selama dua siklus nilai rata-rata hasil tes peningkatan kemampuan membedakan makna sila
kedua Pancasila menggunakan media Visual pada mata pelajaran PKN mengalami peningkatan. Siklus I
Pertemuan pertama menghasilkan perolehan nilai sebesar 64% dan pertemuan kedua 69% dengan kategori
belum memenuhi KKM dan pada siklus II mengalami peningkatan nilai pada pertemuan pertama sebesar 78%
dan pada pertemuan kedua sebesar 94% yang juga meningkat sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran peningkatan kemampuan membedakan makna sila kedua Pancasila menggunakan media Visual
pada mata pelajaran PKN dapat diterapkan lebih lanjut, guna meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran PKN.
Kata Kunci: Kemampuan Menganalisis, Pancasila, Discovery Learning

Copyright (c) 2023 Maria Marianti Bupu Teku, Maria Angelina Fransiska Mbari, Marianus Yufrinalis
Corresponding author: Maria Marianti Bupu Teku
Email Address: Andryjfr88@gmail.com (Jl. Kesehatan No.3, Beru, Kec. Alok Tim, Kabupaten Sikka)
Received 20 January 2023, Accepted 02 February 2023, Published 02 February 2023

PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Santoso & Adha, 2019). Hal tersebut dijabarkan
pula dalam visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
Kemampuan Menganalisis Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Melalui Model Discovery Learning
Pada Siswa Kelas V SD, Maria Marianti Bupu Teku, Maria Angelina Fransiska Mbari, Marianus Yufrinalis 6619

kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah (Ramadan et al., 2022).
Dari visi dan tujuan pendidikan nasional, terlihat bahwa pemerintah mempunyai harapan
melalui pendidikan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan
zaman di era globalisasi ini (Jannah, 2015). Demikian pula orang tua dan masyarakat menginginkan
bahwa lulusan sekolah haruslah relevan dengan dunia kerja di masyarakat, serta mampu menghadapi
tantangan zaman (Santoso & Adha, 2019). Salah satu mata pelajaran di SD yang relevan dengan
kehidupan masyarakat adalah pelajaran PKn. Oleh karena itu pemerintah, sekolah, orang tua, dan
masyarakat mengharapkan prestasi hasil belajar PKn siswa dapat mencapai kriteria yang ideal.
Namun kemerosotan moral dan nilai-nilai karakter bangsa negara Indonesia tercinta ini
khususnya pada dunia pendidikan sangat memprihatinkan dan menghawatirkan (HASAN, 2017).
Tidak banyak siswa memahami simbol dengan makna sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan dalam
kehidupan sehari-hari yang harus diterapkan sebagai warga negara Indonesia. Pancasila hanya sebatas
dasar Negara yang perlu dihafalkan, dan belum mendarah daging pada jiwa generasi muda khususnya
kalangan pelajar (Faidin et al., 2022). Mereka belum memahami secara utuh implementasi simbol
dengan makna sila-sila Pancasila sebagai satu kesatuan dalam kehidupan secara nyata. Pelanggaran
aturan sekolah, pelanggaran hak azasi manusia, pelecehan antar agama, penghinaan terhadap teman,
pemaksaan kehendak, tawuran antar pelajar dan jenis kejahatan lainnya sudah menjadi hal yang tidak
asing lagi bagi kita (Birsyada & Siswanta, 2021). Hal ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi
kalangan stakeholder pendidikan khususnya guru. Guru memiliki peranan penting dalam pembinaan
sikap yang sesuai dengan makna sila-sila Pancasila (Faidin et al., 2022). Pembelajaran makna sila-sila
Pancasila bukan sekedar hafalan belaka, namun lebih dalam lagi sebagai landasan hidup dalam
bersikap dan bertingkah laku.
Berdasarkan pengalaman peneliti dikelas V, bahwa soal mengenai Pancasila yakni nilai-nilai
Pancasila, banyak siswa mengalami kesulitan untuk menyebutkan contoh penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan, ini disebabkan karena model pembelajaran yang dilaksanakan belum
sesuai, dan menyebabkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran PKn pada
Kompetensi Dasar Memahami makna hubungan simbol dengan sila-sila Pancasila sebagai satu
kesatuan dalam kehidupan sehari-hari tidak maksimal.
Faktor yang menjadi kendala yang telah ditemukan di kelas V berdasarkan observasi, Siswa
masih kesulitan untuk mendapatkan materi pelajaran Pkn khususnya materi tentang (Hubungan
Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Serta Masalah Yang Terkait Dengan Sila Kedua
Pancasila). Masalah Yang dihadapi oleh guru kelas V SDI Wairotang adalah rendahnya nilai PKN
pada materi tentang Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila, berdasarkan hasil
observasi sebesar 70 % siswa belum tuntas, sedangkan 29% siswa sudah tuntas, ini terbukti dari soal
6620 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6618-6626

yang diberikan oleh guru, dari 10 jumlah siswa, hanya 3 siswa yang mendapatkan nilai mencapai
KKM, sedangkan 7 siswa lainnya belum mencapai KKM.
Guru kelas V SDI Wairotang, tidak menggunakan media yang bervariasi pada pembelajaran
PKN (Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Serta Masalah yang terkait Dengan
Sila Kedua Pancasila), sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik, metode ceramah yang
dominan membuat siswa kurang termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik
akan merasa bosan dan kurang berminat dalam proses pembelajaran. Maka dari itu untuk mengatasi
masalah saya menggunakan Model Discovery Learning Berbantuan Media Visual, dengan
menggunakan media LCD (media nyata), karena dinilai dapat membantu siswa untuk lebih
memahami pelajaran PKn khususnya materi hubungan simbol dengan makna sila kedua pancasila
serta masalah yang terkait dengan sila kedua Pancasila dapat menciptakan kondisi belajar yang aktif
dan menyenangkan, Siswa dapat belajar sambil bermain /menonton video sehingga tidak
menimbulkan kejenuhan yang akhirnya siswa akan mudah untuk menguasai materi makna sila kedua
Pancasila.
Mendidik anak untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap belajar dan meningkatkan
kemampuan dalam memahami materi ini membutuhkan keterampilan untuk berkarya seperti:,
creativity, collaboration, dan communication, ini tidak dapat ditumbuhkan pada diri anak dengan
metode-metode pengajaran searah. Dibutuhkan pendidik yang lebih berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak. Pengembangan pembelajaran PKn
dengan menggunakan Model Discovery Learning berbantuan Media Visual merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami materi pelajaran PKn secara khusus materi
hubungan simbol dengan makna sila kedua pancasila serta masalah yang terkait dengan sila kedua
Pancasila .
Dengan diterapkannya teknik pembelajaran ini, maka diharapkan hasil belajar PKn materi
hubungan simbol dengan makna sila kedua pancasila serta masalah yang terkait dengan sila kedua
Pancasila siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Hubungan Simbol
Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Serta Masalah Yang Terkait Dengan Sila Kedua Pancasila
Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V SDI Wairotang, Kecamatan Kewapante,
Kabupaten Sikka.

METODE
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Inpres Wairotang, Kecamatan Kewapante,
Kabupaten Sikka. Kegiatan penelitian dimulai dengan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran
yang kemudian di lanjutkan dengan penyusunan proposal dan selanjutnya penelitian. Proses
pengamatan sampai dengan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember.
Kemampuan Menganalisis Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Melalui Model Discovery Learning
Pada Siswa Kelas V SD, Maria Marianti Bupu Teku, Maria Angelina Fransiska Mbari, Marianus Yufrinalis 6621

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menjadi subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Inpres Wairotang, Kecamatan Kewapante, Kabupaten
Sikka, sebanyak 10 siswa yang terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester 9 tahun ajaran 2021/2022. Sedangkan objek penelitian ini adalah pembelajaran PKN
dengan pokok bahasan hubungan simbol dengan makna sila-sila Pancasila. Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini digunakan media berbasis Visual untuk
meningkatkan kemampuan membedakan makna sila kedua Pancasila pada peserta didik kelas V
dengan dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Siklus yang ada
dalam PTK (Acesta, 2014) yaitu menggunakan siklus sistem spiral. Prosedur PTK ini berisi empat
komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini (Putra, 2021) adalah Lembar observasi berupa
lembar observasi guru, lembar observasi peserta didik dan lembar observasi penggunaan media visual,
dan Lembar tes berupa lembar pretest dan posttest, serda dokumentasi.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data secara kualitatif
yaitu dari hasil observasi yang mengenai tindakan aktivitas pendidik dan peserta didik pada proses
pembelajaran. Sedangkan data mengenai kemampuan membedakan Simbol Dengan Makna Sila
Kedua Pancasila peserta didik pada pembelajaran PKN dianalisis secara kuantitatif.

HASIL DAN DISKUSI


Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Inpres Wairotang Tahun Ajaran 2022/2023.
Pelaksanaan PTK ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklus meliputi empat tahapan yakni
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebelum dilaksanakan PTK,
kondisi hasil belajar siswa belum terlalu maksimal atau dikatakan masih sangat rendah. Adapun data
nilai hasil belajar kondisi awal.
Tabel 1. Nilai makna sila kedua pancasila melalui model Discovery Learning pada Peserta Didik
Kondisi Awal
Kategori Skor Frekuensi Persentase (%)
Sangat baik 80-100 0 0
Baik 66-79 1 10%
Cukup 56-65 1 10%
Kurang 40-55 8 80%
Jumlah 10 100%
Sumber: Hasil Analisis Data
Nilai peserta didik yang disajikan pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 10 peserta
didik kelas V yang hasil belajarnya baik 2 peserta didik, cukup terdapat 2 peserta didik, kurang ada
6622 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6618-6626

5 peserta didik dan peserta didik yang masuk kategori sangat baik 1. Dengan tingkat ketuntasan
klasikal 20% data ini menunjukkan bahwa pelajaran PKN tentang membedakan makna sila kedua
Pancasila belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian pada kondisi awal ini
dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Deskripsi Hasil Tindakan Setiap Siklus
1. Siklus 1
Hasil pada siklus 1 menunjukkan bahwa nilai perolehan peserta didik membedakan makna
sila kedua Pancasila bahwa dari 10 peserta didik, jumlah peserta didik yang tuntas pada aspek
pengetahuan sebanyak 4 peserta didik, sikap 8 peserta didik dan keterampilan 4 peserta didik yang
nilainya berada di atas KKM, dengan rata-rata pada penilaian pengetahuan 66 (40%) sikap 74,2 (80%)
dan penilaian keterampilan 68 (40%). Nilai masing-masing peserta didik yang telah dirangkum pada
tabel untuk memudahkan mengetahui perolehan nilai secara keseluruhan siklus I.
Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang
telah peneliti siapkan. Penerapan model Discovery Learning oleh guru model yang dijabarkan melalui
5 aspek pengamatan (Baskoro & Rosdiana, 2018). Pelaksanaan terhadap setiap indikator dari setiap
aspek pengamatan menunjukkan hasil yang sama, baik untuk pertemuan pertama maupun pertemuan
yang kedua. Untuk aspek pengamatan pertama, yakni orientasi siswa pada masalah, guru model telah
melaksanakan ketiga indikator, yang terdiri dari guru menjelaskan tujuan kegiatan yang akan
dilakukan, guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan guru mengajukan fenomena atau
demontrasi atau cerita untuk memunculkan masalah. Lebih lanjut, untuk aspek pengamatan yang
kedua, yakni mengorganisasi siswa untuk belajar, guru model telah melaksanakan ketiga indikator,
yang terdiri dari guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen, guru memberi
arahan tentang kegiatan yang akan dilakukan, dan guru memberikan tugas belajar kelompok yang
berhubungan.
Observasi pada siklus I yaitu diamati oleh guru (peneliti). Observasi dilaksanakan dengan
mengamati setiap aktivitas peserta didik dan kegiatan yang terlaksana selama proses pembelajaran
berdasarkan hal yang diobservasi pada setiap pertemuan. Data yang diperoleh dari semua pertemuan
akan dirangkum pada pertemuan terakhir. Ketika semua hal-hal yang dilaksanakan dengan efektif dan
sungguh-sungguh, melalui penggunaan media visual sudah diterapkan atau dilaksanakan dengan baik,
maka hasil belajar tentang hubungan simbol dengan makna sila kedua pancasila akan meningkat.
Berikut hasil observasi siklus I.
Tabel 2. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Guru) Siklus 1
Siklus I Jumlah Skor Persentasi
skor maksimal
Pertemuan I 42 56 75 %
Pertemuan II 45 56 80 %
Tabel 2. diketahui bahwa pada siklus I pertemuan pertama, menunjukkan bahwa peneliti telah
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran didapat
Kemampuan Menganalisis Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Melalui Model Discovery Learning
Pada Siswa Kelas V SD, Maria Marianti Bupu Teku, Maria Angelina Fransiska Mbari, Marianus Yufrinalis 6623

jumlah skor 42 (75%) dari skor maksimal Pada pertemuan kedua dapat diketahui jumlah jumlah
skor 45 (80%). Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat juga dlihat pada diagram berikut.
Selain itu, dilakukan pengamatan tentang aktivitas peserta didik. Berikut hasil pengamatan
pelaksanaan terhadap aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus 1
Siklus I Jumlah Skor Maksimal Persentasi
Skor
Pertemuan I 23 36 64%
Pertemuan II 25 36 69%
Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian
Tabel 3. menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran siklus I pertemuan pertama dengan jumlah skor 23 (64%) dengan skor maksimal 36 dan
pada Pertemuan kedua dengan jumlah skor 25 (69,4) dengan skor maksimal 36.
2. Siklus 2
Hasil pengamatan pada siklus 2 menjelaskan bahwa dari 10 peserta didik, jumlah peserta
didik yang tuntas pada aspek pengetahuan sebanyak 10 (100%) peserta didik, sikap 10 (100%)
peserta didik dan keterampilan 10 (100%) peserta didik yang nilainya berada di atas KKM. Observasi
dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan pada siklus II ini, dilakukan oleh peneliti dan
guru. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II, peserta didik sudah mulai terbiasa
dengan keberadaan peneliti. Penggunaan media pada siklus II ini sangat membantu dalam
pembelajaran tersebut. Pelaksanaan pembelajaran oleh peserta didik pada siklus II sudah
menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Sudah bisa
mengkondisikan kelas dengan baik, peserta didik lainnya tidak terlihat ribut seperti pada siklus I,
guru sudah bisa memberikan bimbingan secara intensif, mengoreksi dan membenarkan kesalahan
peserta didik dalam pembelajaran berlangsung.
Penerapan model Discovery Learning oleh guru model yang dijabarkan melalui 5 aspek
pengamatan. Pelaksanaan terhadap setiap indikator dari setiap aspek pengamatan menunjukkan hasil
yang sama, baik untuk pertemuan pertama maupun pertemuan yang kedua. Untuk aspek pengamatan
pertama, yakni orientasi siswa pada masalah, guru model telah melaksanakan ketiga indikator, yang
terdiri dari guru menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan, guru menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, dan guru mengajukan fenomena atau demontrasi atau cerita untuk memunculkan
masalah. Lebih lanjut, untuk aspek pengamatan yang kedua, yakni mengorganisasi siswa untuk
belajar, guru model telah melaksanakan ketiga indikator, yang terdiri dari guru membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok secara heterogen, guru memberi arahan tentang kegiatan yang akan
dilakukan, dan guru memberikan tugas belajar kelompok yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa presentase pencapaian penerapan
model Discovery Learning oleh guru model, adalah 100%, dengan kategori baik (B), baik secara
kumulatif maupun untuk setiap aspek yang diamati. Ketika guru memberikan beberapa pertanyaan isi
6624 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6618-6626

teks tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sila pancasila, sebagian besar peserta didik
mengacungkan jarinya untuk menjawab pertanyaan, peserta didik sangat antusias dalam menjawab
pertanyaan dari guru. Berikut disajikan tabel aktivitas guru dalam pembelajaran.
Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus 11
Siklus II Jumlah skor Skor maksimal persentasi
Pertemuan I 48 56 85
Pertemuan II 53 56 95
Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian
Tabel 4. diketahui bahwa pada siklus I pertemuan pertama, menunjukkan bahwa peneliti telah
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran didapat
jumlah skor 48 (85%) dari skor maksimal 56. Pada pertemuan kedua dapat diketahui jumlah jumlah
skor 53 (95%) dengan skor makasimal 56. Hasil observasi aktivitas guru juga dapat disajikan dalam
bentuk diagram berikut. Selain aktivitas guru, aktivitas peserta didik juga diamati dalam siklus 2 ini.
Hasil observasi aktivitas peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran Siklus II
Siklus II Jumlah Skor persentasi
Skor Maksimal
Pertemuan I 28 36 78
Pertemuan II 35 36 94
Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian
Tabel 5. menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran siklus I pertemuan pertama dengan jumlah skor 28 (78%) dengan skor maksimal 36 dan
pada Pertemuan kedua dengan jumlah skor 35 (97%) dengan skor maksimal 36. Hasil analisis data
yang diperoleh melalui kegiatan observasi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penelitian secara
indikator capaian proses untuk penerapan model Discovery Learning oleh guru model dan aktivitaa
peserta didik, keduanya telah mencapai indikator keberhasilan. Sejalan dengan hal tersebut, secara
indicator capaian hasil untuk perkembangan kemampuan belajar pserta didik, juga telah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Bedasarkan hal tersebut, maka ditetapkan keputusan
untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Setelah dilaksanakan tindakan siklus II, dapat dilihat beberapa temuan baik berasal dari
peserta didik antara lain: proses pembelajaran tentang simbol makna sila kedua pancasila
menggunakan media Visual semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
dalam merespon guru saat menyimpulkan materi yang di nonton dalam bwntuk PPT . Siklus II ini
sudah mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan nilai tentang simbol dengan makna sila kedua pancasila setelah diberikan
tindakan menggunakan media Visual .Namun demikian, masih ada beberapa peserta didik pada siklus
II ini sudah mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus.
Kemampuan Menganalisis Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Melalui Model Discovery Learning
Pada Siswa Kelas V SD, Maria Marianti Bupu Teku, Maria Angelina Fransiska Mbari, Marianus Yufrinalis 6625

Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, “Meningkatkan Kemampuan Menganalisis


Hubungan Simbol Dengan Makna Sila Kedua Pancasila Serta Masalah Yang Terkait Dengan Sila
Kedua Pancasila Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V SD Inpres Wairotang,
Kecamatan Kewa, Kabupaten Sikka”. Telah dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri
atas 1 pertemuan.
Hasil analisis data pada Siklus I menunjukkan bahwa penerapan model Discovery Learning
oleh guru model telah mencapai presentase pelaksanaan sebesar 100% dan berada pada kategori baik
(B). Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan model
Discovery Learning menunjukkan presentase pelaksanaan sebesar 86,67% dan berada pada kategori
baik (B). Lebih lanjut, pencapaian perkembangan kemampuan belajar siswa secara kumulatif
mencapai 65% atau nilai sikap sebesar 2,95 dan berada pada kategori baik (B).
Meskipun secara kumulatif telah mencapai indikator keberhasilan, namun jika ditinjau
daripencapaian setiap aspek pengamatan, belum mencapai indikator keberhasilan. Hal tersebut terlihat
dengan adanya tiga aspek pengamatan yang berada pada kategori sangat baik (SB), satu aspek
pengamatan berada pada kategori kurang (K), dan satu aspek pengamatan yang tidak terlaksana.
Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan untuk melanjutkan pada Siklus II dengan perbaikan yang
disesuaikan dengan hasil refleksi pada Siklus I. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan setelah
terlaksananya tahap refleksi pada Siklus I. Siklus II sebagaimana Siklus II, juga terdiri atas satu kali
pertemuan. Hasil analisis data pada Siklus II menunjukkan bahwa penerapan model Discovery
Learningoleh guru model telah mencapai presentase pelaksanaan sebesar 100% dan berada pada
kategori baik (B). Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas siswaselama proses pembelajaran yang
menerapkan model Discovery Learning juga berada pada kategori baik (B), dengan presentase
pelaksanaan sebesar 93% untuk pertemuan pertama dan 100% untuk pertemuan kedua.
Lebih lanjut, pecapaian perkembangan kemampuan belajar siswa secara kumulatif untuk
pertemuan pertama adalah 85% atau nilai sikap sebesar 3,55 dengan kategori sangat baik (SB),
dimana terdapat empat aspek pengamatan yang berada pada ketegori sangat baik (SB) dan satu aspek
pengamatan berada pada kategori kurang (K). Pada pertemuan kedua, perkembangan kemampuan
belajar siswa mengalami perkembangan. Hal tersebut terlihat pada pecapaian perkembangan
kemampuan belajar siswasecara kumulatif untuk pertemuan pertama adalah 90% atau nilai sikap
sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik (SB), dimana terdapat tiga aspek pengamatan yang berada
pada ketegori sangat baik (SB) dan dua aspek pengamatan berada pada kategori baik (B). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelaksanaan Siklus II telah berhasil mencapai indikator capaian proses dan
indikator capaian hasil.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
visual dapat meningkatkan kemampuan membedakan makna sila kedua Pancasila peserta didik kelas
6626 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6618-6626

V SD inpres Wairotang. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada hasil tes kemampuan
membedakan makna sila kedua Pancasila siklus I, dan siklus II. Persentasi ketuntasan siklus I dengan
persentase klasikal sebesar 70% dan siklus II meningkat menjadi 90%. Secara klasikal pembelajaran
telah mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan target yang telah diharapkan.

REFERENSI
Acesta, A. (2014). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar UNISSULA, 1(2),
96764.
Baskoro, R. A., & Rosdiana, L. (2018). Keefektifan LKS Guided Discovery Berbasis Etnosains untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Rahma Ayunda Baskoro Laily Rosdiana Abstrak
Abstract The purpose of this research is to describe the effectiveness of LKS Guided
Discovery based on ethnoscience. E-Journal-Pensa, 06(2), 89–93.
Birsyada, M. I., & Siswanta, S. (2021). Inovasi Pendidikan Karakter Bangsa Berbasis Nilai-Nilai
Sejarah Perjuangan Pangeran Sambernyowo di Era Masyarakat 5. 0. Diakronika, 21(1), 45–
56. https://doi.org/10.24036/diakronika/vol21-iss1/179
Faidin, F., Suharti, S., & Lukman, L. (2022). Pelaksanaan Pendidikan Karakter berbasis Kearifan
Ekologis untuk Mendukung Program Merdeka Belajar. JISIP Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan, 6(1), 2422–2430.
HASAN, Z. (2017). MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA. Inovasi
Pendidikan, II(18), 1–14.
Jannah, F. (2015). Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan Kualitas
Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional PS2DM UNLAM, 1(2), 3.
Putra, S. H. J. (2021). Effect of Science, Environment, Technology, and Society (SETS) Learning
Model on Students’ Motivation and Learning Outcomes in Biology. Tarbawi : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 17(2), 145–153. https://doi.org/10.32939/tarbawi.v17i2.1063
Ramadan, F., Awalia, H., Wulandari, M., Nofriyadi, R. A., Sukatin, & Amriza. (2022). Manajemen
Tri Pusat Pendidikan sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak. Bunayya: Jurnal
Pendidikan Anak, 4(4), 70–82.
Santoso, R., & Adha, M. M. (2019). Inovasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Berbasis
Lingkungan Sosial dan Budaya. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas
Lampung, 568–575.

You might also like