You are on page 1of 14

Dwiani S.

: Proses Morfologis Verba Bahasa Waringin

KANDAI
Volume 15 No. 1, Mei 2019 Halaman 13-26

REPRESENTASI AKSI 212 DI KORAN SINDO DAN MEDIA INDONESIA


(Representation of 212 Action in Sindo and Media Indonesia Newspaper)

Yusep Ahmadi F. & Reka Yuda Mahardika


Fakultas Pendidikan Bahasa IKIP Siliwangi
Jalan Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Indonesia
Pos-el: yusep-ahmadi-f@ikipsiliwangi.ac.id
(Diterima 26 April 2018; Direvisi 13 November 2018; Disetujui 25 Maret 2019)

Abstract
This paper is the result of critical discourse analysis research on news related to the
discourse of 212 Action in Sindo and Media Indonesia newspapers. The purpose of this
study is to find out the representation of 212 Action in both media. The method used is
qualitative with the Fairclough AWK theory. The results of the text analysis show that
Koran Sindo has represented 212 Action in a positive meaning and image. Meanwhile,
Media Indonesia represents 212 Action under the domination of Joko Widodo's
representation as president who gets appreciation from various circles for his presence in
212 Action. At the level of text interpretation, Sindo newspaper is more in favor of 212
Action than Media Indonesia. This is very evident from the title of the news broadcast: the
Sindo newspaper gave the title "Supermassa Action, Superdamai" while the Media
Indonesia newspaper entitled "The President Praised for Visiting Participants in Action".
At the level of explanation, it can be concluded that the representation is in line with the
socio-cultural-political context underlying the two media. The Sindo newspaper, led by
Hary Tanoesudibjo, is known to be close to Islam, as an effort to gain Muslim support for
the media business and the Perindo party. Meanwhile, Media Indonesia, which is
inseparable from the sociopolitics of Surya Paloh, is a supporter of the government,
including supporters of the Ahok, governor who is suspected of defaming Islam.
Keywords: discourse of 212 action, CDA Fairclough model, Sindo and Media Indonesia
newspaper

Abstrak
Makalah ini merupakan hasil penelitian analisis wacana kritis terhadap pemberitaan
yang berkait wacana Aksi 212 di media Koran Sindo dan Media Indonesia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi Aksi 212 di kedua media tersebut.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teori AWK Fairclough. Hasil analisis teks
menunjukkan Koran Sindo telah merepresentasikan Aksi 212 ke dalam makna dan citra
yang positif. Sementara itu, Media Indonesia dalam merepresentasikan Aksi 212 dibawah
dominasi representasi Joko Widodo sebagai presiden yang mendapatkan apresiasi dari
berbagai kalangan atas kehadirannya di Aksi 212. Pada tataran interpretasi teks Koran
Sindo lebih berpihak kepada Aksi 212 dibanding Media Indonesia. Hal itu sangat terlihat
dari judul berita yang disiarkan. Koran Sindo memberikan judul “Aksi Supermassa,
Superdamai” sedangkan koran Media Indonesia berjudul “Presiden Banjir Pujian Datangi
Peserta Aksi”. Pada tataran eksplanasi dapat disimpulkan representasi tersebut sejalan
dengan konteks sosiokultural-politik yang melatarbelakangi dua media tersebut. Koran
Sindo yang dipimpin Hary Tanoesudibjo dikenal dekat dengan Islam, hal itu sebagai upaya
meraih dukungan muslim untuk bisnis media dan partai Perindo. Sementara itu, Media
Indonesia yang tidak terlepas dari sosiopolitik Surya Paloh adalah pendukung pemerintah
termasuk pendukung gubernur Ahok yang diduga (dikatakan diduga karena pada saat itu
Ahok belum terbukti secara hukum menistakan agama Islam) menistakan agama Islam.

©2019 Kandai, ISSN 2527-5968 (online), 1907-204X (print)


http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai 13
This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0 license
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

Kata-kata kunci: wacana aksi 212, AWK model Fairclough, koran Sindo dan Media
Indonesia
DOI: 10.26499/jk.v15i1.728
How to cite: Ahmadi F., Y. & Mahardika, R. Y. (2019). Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media
Indonesia. Kandai, 15(1), 13-26 (DOI: 10.26499/jk.v15i1.728)

PENDAHULUAN Fairclough (2003) bahwa setiap teks


(termasuk pemberitaan media)
Aksi 212 juga dikenal sebagai aksi membawa ideologi untuk kepentingan
bela Islam 3 merupakan aksi unjuk rasa tertentu. Penelitian ini meneliti apa dan
sekaligus doa bersama yang bagaimana Koran Sindo (selanjutnya
dilaksanakan hari Jumat tanggal 2 disebut KS) dan Media Indonesia
Desember 2012 di Monas (Monumen (selanjutnya disebut MI)
Nasional) dan sekitarnya. Aksi ini merepresentasikan Aksi 212 dalam
merupakan aksi lanjutan dari beberapa pemberitaannya.
aksi sebelumnya, yakni aksi bela Islam 1 Penelitian-penelitian terdahulu
pada 14 Oktober 2016 dan aksi bela tentang wacana berkaitan ucapan pejabat
Islam 2 pada tanggal 4 November 2016. di antaranya dilakukan oleh Ahsanu
Aksi-aksi tersebut pada dasarnya (2013). Ahsanu mengangkat ucapan
merupakan kegiatan unjuk rasa terhadap permohonan maaf Aceng (Bupati Garut)
kasus dugaan penistaan agama yang atas sikap dan tindakannya yang
dilakukan Basuki Cahaya Purnama alias berkaitan dengan kasus pernikahan
Ahok. kilatnya sebagai fokus pembahasan.
Massa yang melakukan unjuk rasa Wacana ini dianalisis dengan pendekatan
tersebut menuntut agar Ahok segera interdisipliner. Sementara itu,
diadili dan diproses secara hukum. pembahasan yang menyangkut tokoh
Sebagaimana dinyatakan dalam Ahok dilakukan oleh penulis, Ahmadi
konferensi pers yang dilakukan Gerakan F. (2016), dengan meneliti modalitas
Pengawal Fatwa MUI yang dalam hal ujaran Ahok dalam wacana Kalijodo.
ini diwakili oleh Habib Rizieq Shihab Selain itu, dalam kasus lain penelitian
sebagai pimpinan, bahwa Aksi 212 mengenai marketing politik Jokowi-
adalah aksi superdamai. Aksi ini pada Ahok dalam pilkada DKI Jakarta pernah
intinya merupakan aksi lanjutan yang dilakukan Utomo (2013). Sementara itu,
bertujuan agar saudara Ahok diproses kasus-kasus Ahok berkaitan dengan,
secara hukum dan diadili seadil-adilnya. kasus penistaan agama atau SARA sudah
Adapun Aksi 212 tersebut dilakukan dilakukan beberapa peneliti seperti
dengan melakukan doa dan salat Jumat penelitian Aminuddin (2017) dengan
bersama yang di dalamnya terdapat judul “Instagram: Bingkai Kasus Agama
berbagai seruan atau orasi tentang kasus di Media Sosial”, penelitian Mayasari
tersebut. Aksi 212 telah menjadi (2017) dengan judul “ Konstruksi Media
pemberitaan nasional bahkan Terhadap Berita Kasus Penistaan Agama
internasional. Banyaknya perhatian dari Oleh Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)”,
masyarakat tersebut tentu membuat Aksi penelitian Atmaja (2014) berjudul
212 menjadi sebuah wacana yang besar. “Analisis Framing Terhadap
Sekaitan dengan itu, setiap Pemberitaan Sosok Basuki Tjahaya
pemberitaan media memiliki Purnama (Ahok) di Media Online”.
kepentingan dan ideologi tertentu dalam Penelitian-penelitian tersebut lebih
merepresentasikan suatu wacana. menekankan kasus Ahok yang berkaitan
Sebagaimana yang dikemukakan dengan kasus (dugaan) penistaan agama

14
Ahmadi & Mahardika: Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media Indonesia.

akibat ucapan Ahok yang menyinggung Analisis Wacana Kritis Model


ayat Alquran surat Al Maidah 21 dan Fairclough
tentang politik Ahok. Akan tetapi, dari
semua penelitian tersebut belum ada Analisis wacana kritis model
yang membahas kasus (dugaan) Norman Fairclough didasarkan pada
penistaan Ahok yang berhubungan bagaimana menghubungkan teks yang
dengan “Aksi 212”. mikro dengan konteks masyarakat yang
Berangkat dari latar belakang makro. Fairclough membangun suatu
permasalahan, penelitian ini dipandang model analisis wacana yang mempunyai
menarik dilakukan dengan harapan kontribusi tidak hanya terhadap ranah
hasilnya menambah khazanah ilmu linguistik semata melainkan juga
pengetahuan di bidang analisis wacana terhadap analisis sosial dan budaya,
kritis dan memberi informasi yang jelas sehingga ia mengombinasikan tradisi
dan berimbang kepada masyarakat, serta analisis tekstual yang selalu melihat
memberi masukan kepada media agar bahasa dalam ruang tertutup dengan
memberikan pemberitaan yang konteks masyarakat yang lebih luas.
proporsional. Masalah yang diangkat Fairclough (1992) berusaha
adalah bagaimana bentuk-bentuk melahirkan teori sosial bahasa, yaitu
kebahasaan dalam Koran Sindo dan dengan menggabungkan kaidah analisis
Media Indonesia ketika memberitakan wacana yang berorientasi pada lingustik,
Aksi 212 serta bagaimana proses pemikiran sosial, dan politik. Dengan
produksi teks terkait konteks memaknakan ‘wacana’ bersinonim
sosiokultural-politik kemunculannya? dengan language use (penggunaan
Adapun tujuan penelitian ini adalah bahasa), parole (ujaran), dan
untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk performance (pertunjukan), serta
kebahasaan yang digunakan KS dan MI melibatkan bahasa lisan atau tulisan, dan
dalam merepresentasikan Aksi 212 dan diperluas dengan penggunaan semiotik,
untuk mendeskripsikan proses produksi seperti fotografi atau komunikasi tanpa
teks serta latar belakang sosiokultural- ujaran (Fairclough, 1995). Selanjutnya,
politik yang melatarbelakangi analisis wacana bagi Fairclough (1995)
kemunculan pemberitaan Aksi 212 di KS merupakan analisis bagaimana teks
dan MI. berperan dalam praktik sosial budaya.
Fairclough melihat wacana sebagai
LANDASAN TEORI bentuk praktik sosial dan bukan sebagai
aktivitas individu atau menggambarkan
Landasan teori merupakan fondasi suatu situasi saja. Wacana adalah praktik
penelitian dalam membedah suatu data yang bukan sekadar menunjukkan dunia,
menjadi hasil temuan penelitian yang tetapi juga menandakan dunia,
objektif dan terarah. Berikut ini beberapa membentuk, dan membina dunia dalam
landasan teori analisis wacana kritis makna (Fairclough 1992; 1995;
model fairclough, representasi dan Fairclough & Wodak 1997). Secara
pemberitaan media, serta bahasa dan ringkas, wacana dianalisis pada tiga
analisis wacana kritis. Teori-teori ini dimensi. Berikut bagan yang
menjadi dasar penelitian dan menjadi mengilustrasikan kerangka analisis tiga
alat dalam menganalisis serta membahas dimensi Fairclough.
data.

15
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

dalam memberitakan suatu peristiwa.


Ideologi itu dalam pandangan kritis
mejadi hal penentu bagaimana suatu
peristiwa berikut dengan elemen-
elemennya seperti tokoh, gagasan, objek
Bagan 1 penerima digambarkan. Dengan
Kerangka Analisis Tiga Dimensi Fairclough
demikian dapat dikatakan bahwa
representasi suatu peristiwa dalam
sebuah media tidak terjadi secara
“alamiah”, tetapi representasi yang
dibuat secara terencana, terstruktur dan
terorganisasi dengan baik.

Bahasa dan Analisis Wacana Kritis

Sumber: Fairclough (1992, hlm. 73; Bahasa adalah sistem lambang


1998, hlm. 25) bunyi yang arbitrer yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi. Selain
Dari Bagan 1 tergambar tiga dimensi itu, bahasa sebagai sistem lambang
wacana yang perlu dianalisis secara merupakan produk sosial karena tanpa
kritis menurut Fairclough. Ketiganya adanya konteks sosial tidak akan ada
saling berkait satu sama lain, yakni yang namanya bahasa. Sebagaimana
dimenasi teks (text), dimenasi praktik yang dikatakan Halliday (1985) bahasa
wacana (discourse practice), dan merupakan sistem semiotik sosial. Lebih
dimensi praktik sosial budaya jauh Santoso (2008) mengatakan bahwa
(sosiocultural). mengkaji bahasa hakikatnya mengkaji teks
atau wacana. Hal itu dapat dimaknai
Representasi dan Pemberitaan Media bahwa mengkaji bahasa perlu
mempertimbangkan konteks sosialnya.
Representasi merupakan realitas Setakat dengan hal di atas, analisis
dunia yang disusun oleh pihak tertentu wacana kritis merupakan sebuah metode
dan ditujukan kepada pihak tertentu atau pendekatan baru dalam penelitian
juga. Menurut Santoso (2012), untuk ilmu-ilmu sosial budaya dalam meneliti
memahami representasi harus dilakukan dan memerikan fenomena-fenomena
eksplorasi pembentukan makna tekstual sosiokultural yang mengandung
yang dipengaruhi oleh dimensi sosial ketidakadilan, dominasi atau diskriminasi
(Haryatmoko, 2016). Dalam penelitian
teks. Sejalan dengan itu, menurut
analisis wacana kritis (AWK) tersebut
Eriyanto (2009) representasi menunjuk
aspek analisis bahasa memainkan peran
pada bagaimana seseorang, satu yang sangat penting karena bahasa sebagai
kelompok, gagasan atau pendapat data semiotik wajib ada dalam penelitian
tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. AWK. Sebagaimana diungkapkan
Dengan perkataan lain, representasi Fairclough bahwa analisis tataran teks
merupakan pembentukan sesuatu melalui merupakan analisis level pertama dalam
bahasa. meneliti sebuah fenomena wacana sebagai
Selanjutnya, Fiske (2012) konstruksi semiotika sosial (Santoso,
menyatakan bahwa wartawan dan 2012). Dengan model AWK Fairclough
perangkat media pada umumnya akan sebuah wacana dapat diketahui
sangat terpengaruh oleh ideologi tertentu ideologinya.

16
Ahmadi & Mahardika: Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media Indonesia.

Analisis tekstual adalah analisis


tahap pertama dalam AWK model
Fairclough. Dimensi tekstual atau
dimensi mikro ini dianalisis dengan
beberapa perincian. Menurut Fairclough
METODE PENELITIAN (1992) ada empat aspek dalam sifat teks
yang dapat dianalisis, yaitu struktur teks,
Metode penelitian ini adalah koherensi teks, tata bahasa, dan leksikal.
metode kualitatif dengan pendekatan Namun, dalam penelitian ini
analisis wacana kritis model Fairclough. pembahasan dibatasi pada struktur teks,
Analisis wacana kritis model Fairclough ketransitifan, dan modalitas.
adalah metode analisis wacana yang
menggabungkan tiga analisis wacana Struktur Teks
secara terintegrasi, yakni analisis tataran
teks, analisis tataran produksi dan Dalam banyak penelitian struktur
konsumsi teks, dan tataran analisis teks yang dibahas dalam analisis wacana
sosiokultural teks (Ahmadi F., 2014). kritis model Fairclough adalah
Sumber data adalah Koran Sindo (KS) peninjauan terhadap posisi-posisi
dan Media Indonesia (MI). Data substantif yang terdapat dalam bagian-
penelitian berupa berita dengan judul bagian teks. Sebagaimana penelitian
“Aksi Supermassa, Superdamai” (KS Darmayanti, et al. (2011) ataupun
edisi 3 Desember 2016) dan “Presiden Ahmadi F. (2014) yang membagi
Banjir Pujian Datangi Peserta Aksi” (MI struktur teks menjadi tiga bagian:
edisi 3 Desember 2016). Data yang pembuka, isi, dan penutup. Dalam
sudah ditentukan tersebut dianalisis dan penelitian ini selain dilihat struktur
dideskripsikan berdasarkan karakteristik bagian pembuka, isi, dan penutup juga
data ke dalam pola tertentu. dipertimbangkan jumlah kata. Besar
kecil jumlah kata pemberitaan dapat
PEMBAHASAN dimaknai sebagai besar tidaknya
perhatian media terhadap peristiwa
(wacana) tersebut.

Tabel 1
Hasil Temuan Struktur Teks
Struktur Teks KS MI
Judul Aksi Supermassa, Superdamai Presiden Banjir Pujian Datangi
Peserta Aksi
Bagian Awal Representasi Islam Representasi Joko Widodo
Bagian Isi Representasi Aksi 212 Representasi Aksi 212 dan Joko
Widodo
Bagian Penutup Representasi Jokowi dan Jusuf Kalla Representasi Joko Widodo
Jumlah Kata 617 286

Hasil temuan yang termuat dalam Data temuan ini mengindikasikan bahwa
Tabel 1 di atas menunjukkan perhatian KS lebih besar dibanding MI
perbandingan antara berita di KS dan MI dalam memberitakan Aksi 212. MI
terkait struktur teks pada judul, bagian cenderung lebih menitikberatkan pada
awal berita, isi berita, penutup berita, representasi kehadiran Joko Widodo
dan jumlah kata secara keseluruhan. dalam Aksi 212.

17
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

aktor (agen) dengan proses tindakan atau


Ketransitifan proses mental; hubungan proses
tindakan/proses mental dengan tujuan,
Dalam analisis ketransitifan ini hubungan aktor dengan tujuan, maupun
disajikan berbagai data ketransitifan hubungan-hubungan antara ketiganya
yang mengandung tendensi ideologis. (hubungan aktor, proses tindakan, dan
Tendensi tersebut dilihat dari hubungan tujuan).

Tabel 2
Hasil Temuan Data Ketransitifan
Data Ketransitifan
No.
KS MI
Umat Islam berhasil menunjukkan dirinya Kedatangan Jokowi berpayung biru dengan
cinta damai didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan
1.
sejumlah pembantunya, mengejutkan peserta
aksi karena di luar agenda aksi
Aksi yang melibatkan jutaan manusia Saat meninjau proyek renovasi kawasan Gelora
2. tersebut berlangsung tertib dan aman Bung Karno pagi harinya, Presiden juga
hingga acara berakhir. mengaku tidak tahu akan jumatan di mana
Massa juga tidak menyisakan sampah atau Syekh Ali Jaber sempat melafazkan kunut
3. kerusakan tanaman seperti dikhawatirkan nazilah sehingga membuat jemaah banyak
yang menangis
Di sisi lain, aksi yang dikenal dengan Aksi Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
4. 212 ini menjadi ajang unjuk persaudaraan mengapresiasi sikap presiden menyapa
sesama muslim. peserta aksi
Aksi terbesar dalam sejarah bangsa
5. Indonesia pun pantas dinobatkan sebagai
aksi superdamai.
Apresiasi juga disampaikan Kapolri
Jenderal Polisi TitoKarnavian atas aksi bela
6.
Islam III berjalan dengan aman dan tidak
ricuh.
... sejumlah pemuka agama yang tampil di
podium kembali menegaskan aksi digelar
7.
hanya untuk menuntut adanya penegakan
hukum terhadap penistaan agama.
Mereka juga menegaskan digelar tanpa
8.
campur tangan kekuatan politik mana pun...
Animo massa untuk bergabung dalam Aksi
9.
212 terbilang sangat luar biasa.
Mereka datang ke Jakarta untuk membela
10. Alquran dan menyampaikan aspirasi
mengenai penegakan hukum...

Tabel 2 menunjukkan hasil temuan kalimat tersebut, dengan demikian umat


data aspek ketransitifan. Ada 10 data Islam direpresentasikan positif.
(KS) dan 4 data (MI) tercatat dalam Pada data nomor 2 (KS) hadir
tabel ini. Pada data nomor 1 (KS), umat ketransitifan berlangsung yang
Islam direpresentasikan sebagai aktor merepresentasikan aktor bertindak tertib.
yang melakukan aksi cinta damai dan hal Sementara itu, pada data nomor 3 (KS)
itu berhasil dilakukan. Cinta damai dapat terdapat bentuk ketransitifan tidak
dinilai sebagai tujuan ‘goal’ dalam menyisakan yang secara fungsional
menjelaskan aktor yang bertindak bersih

18
Ahmadi & Mahardika: Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media Indonesia.

dengan tidak menyisakan sampah. Pada Pada data nomor 9 (KS) dan data
data nomor 4 (KS) dan data nomor 5 nomor 10 (KS) tampak muncul aktor
(KS) subjek dari pembicaraannya adalah yang sama, yakni peserta Aksi 212.
kegiatan Aksi 212. Hal itu ditunjukkan Proses tindakan dan tujuan yang
dengan bentuk ketransitifan menjadi dimunculkan pada data-data tersebut
ajang yang menggambarkan bahwa Aksi adalah proses tindakan bergabung,
212 atau kegiatan bela Islam 3 tersebut membela, menunjukkan, dan
menjadi ajang persaudaraan. Secara mendengarkan. Dari keempat bentuk
fungsional Aksi 212 tersebut ditetapkan ketransitifan tersebut tiga di antaranya
sebagai aktor yang membuat sesuatu, berbentuk aktif transitif yang secara
yakni ajang persaudaraan. Ajang fungsional objek dan tujuannya
persaudaraan tersebut dapat dinyatakan bermakna positif, yakni Alquran,
sebagai bentuk tujuan pada data nomor 4 keseriusannya, dan khotbah. Adapun
(KS). bentuk bergabung secara ketransitifan
Sejalan dengan data nomor 4 (KS), tidak memiliki objek, tetapi secara
tipe data nomor 5 (KS) juga makna merepresentasikan Aksi 212
menempatkan Aksi 212 sebagai aktor sebagai aksi yang banyak sekali
yang membuat sejarah atau rekor pesertanya.
kegiatan yang dihadiri banyak partisipan Dalam Koran Media Indonesia
dan berlangsung sangat damai. Pada data ditemukan 4 data ketransitifan, pada data
nomor 6 (KS) tampak bentuk nomor 1 (MI) bentuk kata
ketransitifan disampaikan, dalam data ...mengejutkan... yang merepresentasikan
tersebut ditempatkan Kapolri sebagai kehadiran Joko Widodo dan rombongan
aktor yang menyampaikan apresiasi membuat peserta Aksi 212 terkejut. Data
terhadap Aksi 212 yang berjalan aman nomor 2 (MI) ...mengaku tidak tahu...
dan tidak ricuh. Berbeda dengan data merepresentasikan bahwa kehadiran
nomor 6 (KS), data nomor 7 (KS) Joko Widodo di Aksi 212 adalah sesuatu
menampilkan pemuka agama sebagai yang tidak terencana. Selain itu, data
aktor yang mengatakan bahwa Aksi 212 nomor 3 (MI) merepresentasikan
merupakan peristiwa atau kegiatan yang keadaan peserta aksi yang menangis saat
semata-mata untuk menuntut penegakan Syekh Ali Jaber melafazkan kunut,
hukum. Melalui kalimat yang terdapat sedangkan pada data nomor 4 (MI),
dalam data nomor 7 (KS), Koran Sindo Media Indonesia merepresentasikan Joko
merepresentasikan Aksi 212 sebagai Widodo sebagai presiden yang mendapat
peristiwa penuntutan penegakan hukum. apresiasi dari Prabowo Subianto.
Kemudian, pada data nomor 8 Dapat disimpulkan, tiga dari empat
(KS) juga tampak representasi tentang data, yaitu data nomor 1, nomor 2, dan
peristiwa Aksi 212 yang bebas dari nomor 4 (MI), menunjukkan
campur tangan kepentingan politik. Hal ketransitifan yang ada di MI adalah
tersebut ditegaskan para peserta dalam bahwa ketransitifan yang
Aksi 212. Dengan demikian dapat merepresentasikan Joko Widodo ke
dimaknai bahwa KS dalam dalam bentuk citra yang netral pada data
memberitakan Aksi 212 dalam citra yang nomor 1 (MI) dan data nomor 2 (MI),
bebas dari politik dan murni sebagai aksi sedangkan citra positif pada data nomor
unjuk rasa yang menuntut penegakan 4 (MI). Berlainan dengan tiga data
hukum terhadap kasus dugaan penistaan sebelumnya, pada data nomor 3 (MI)
agama. terdapat representasi Aksi 212 dalam
citra yang positif.

19
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

Berdasarkan pembahasan Sementara itu, hasil analisis


mengenai data ketransitifan di atas dapat ketransitifan di MI menunjukkan bahwa
ditarik simpulan sebagai berikut. tiga dari empat data merepresetasikan
Sepuluh data ketransitifan yang Presiden Joko Widodo, baik ke dalam
dimunculkan KS merepresentasikan citra positif (data nomor 4) maupun citra
peristiwa Aksi 212 sebagai peristiwa netral (data nomor 1 dan data nomor 2).
yang cinta damai, aman, tertib, dan Kemudian, satu data merepresentasikan
diapresiasi (citra positif). Berkait dengan Aksi 212 ke dalam citra positif. Melaui
itu, penelitian Ahmadi F. (2013) tentang analisis ketransitifan tersebut terlihat
representasi kontes Miss World 2013 bahwa KS lebih berpihak terhadap Aksi
yang dimunculkan media 212 dibanding MI. Hal tersebut sejalan
Sindonews.com juga mengungkapkan dengan judul berita KS dan MI, KS
bahwa melalui analisis ketransitifan mengedepankan Aksi 212 dan MI
dapat diketahui representasi suatu mengetengahkan kehadiran Joko
peristiwa. Widodo di Aksi 212.
Terdapat kesamaan antara media
KS dan Sindonews.com dalam hal Modalitas
keberpihakannnya terhadap peristiwa
yang diberitakan, yakni Modalitas merupakan fitur
dimanfaatkannya fitur linguistik linguistik yang dapat merepresentasikan
ketransitifan dalam membangun citra ideologi individu maupun kelompok
positif sebuah berita (wacana). Analisis tertentu dalam sebuah wacana. Selain
ketransitifan atau struktur juga pernah itu, modalitas juga dapat menunjukkan
dilakukan Mayasari, et al. (2012) pada sikap dan posisi kelompok tertentu
pemberitaan “Saweran untuk Gedung dalam memosisikan sebuah berita dalam
KPK” di MI. Penelitian tersebut sebuah wacana yang sedang terjadi.
mengungkapkan bahwa MI secara Tabel 3 berikut memuat temuan data
ketransitifan atau struktur kalimat modalitas pada KS dan MI.
memihak KPK dan memberi citra negatif
kepada institusi DPR.

Tabel 3
Hasil Temuan Data Modalitas
Data Modalitas
No
KS MI
”Jadi alhamdulillah peserta kegiatan juga Ketika mantan Gubernur DKI itu menembus lautan
semua kembali dalam keadaan yang baik manusia di Monas, Takbir pun menggema
1. dan saya berpesan dan saya doakan, menyabutnya, “Allahu Akbar!”
kembali selamat di tempat masing-masing
....jalan, “Ujar Tito.
.”Subhanallah, kita merasakan betapa “ Saya ingin memberikan penghargaan setinggi-
indahnya Islam, kita merasakan tingginya kepada jemaah yang hadir dalam
2. bagaimana suasana hari ini seperti suasana ketertiban sehingga semuanya terlaksana dengan
kita menjalankan haji di padang Arafah,” baik. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
papar Tito ... Akbar, “kata presiden sambil mengepalkan tangan.
... aksi digelar hanya untuk menuntut Kepala negara juga mengucapkan terima kasih atas
adanya penegakan hukum terhadap doa jemaah. “terima kasih atas doa dan zikir
3. penistaan agama. yang telah dipanjatkan untuk keselamatan bangsa
dan negara kita Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar,” ucapnya.

20
Ahmadi & Mahardika: Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media Indonesia.

Mereka datang ke Jakarta untuk membela Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
4. Alquran dan menyampaikan aspirasi mengapresiasi sikap presiden menyapa peserta aksi.
mengenai penegakan hukum ... “saya kira itu bagus sekali...
“Hujan ini menjadi berkah buat kami,” “Kita merasakan betapa indahnya Islam” ujar
5. tutur Joko, 29, seorang pendemo asal Tito.
Purwokerto, Jawa Tengah.
Presiden dinilai sebagai sosok yang bernyali.
6. ‘GENTLE President,,, e proud of you
mr@jokowi’, tulis akun @DIRA _0302,

Pada analisis data terkait modalitas terhadap agamanya. Kemudian data


ditemukan lima data modalitas pada KS nomor 5 (KS) terdapat modalitas
dan tujuh pada MI. KS memunculkan ekspresif kesyukuran terhadap realitas
modalitas dari empat aktor. Modalitas kegiatan aksi yang diguyur hujan.
data nomor 1 (KS) dan data nomor 2 Modalitas ekspresif kesyukuran
(KS) diutarakan oleh Tito Karnavian diutarakan seorang pendemo yang
sebagai Kapolri, modalitas yang muncul mengikuti kegiatan Aksi 212 yang pada
adalah kesyukuran dan kekaguman momen itu diguyur hujan.
terhadap Aksi 212. Hal itu ditunjukkan Dapat disimpulkan dua dari lima
oleh bentuk modalitas alhamdulillah dan data modalitas yang hadir dalam KS
subhanallah. Dua bentuk modalitas adalah modalitas ekspresif yang bersifat
tersebut dapat dikategorikan sebagai kekaguman dan kesyukuran. Hal
modalitas ekspresif kekaguman. Dalam tersebut dapat dimaknai bahwa KS
istilah Fairclough, modalitas ekspresif merepresentasikan kegiatan Aksi 212
merupakan sikap penutur dalam disikapi secara positif oleh semua
kaitannya dengan representasi realitas. peserta aksi. Di samping itu, data nomor
Kemudian, data nomor 3 (KS) dan data 3 (KS), data nomor 4 (KS), dan data
nomor 4 (KS) merupakan data modalitas nomor 5 (KS) adalah modalitas
yang tidak secara langsung diutarakan relasional keinginan dan relasional
oleh penutur. Akan tetapi, secara tidak kepastian. Ditinjau dari aktor yang
langsung data nomor 3 (KS) dimunculkan dalam pembentukan
memuncukan aktor pemuka agama yang modalitas, tidak ada satu pun sikap
direpresentasikan memiliki sikap presiden terhadap Aksi 212 yang
keinginan terhadap dilakukannya dihadirkan dalam pemberitaan KS.
penegakan hukum, seperti tersirat dalam Representasi modalitas dalam KS
frasa hanya untuk menuntut. Selain itu, sangat berbeda dengan modalitas yang
data nomor 4 (KS) memunculkan aktor dihadirkan MI yang banyak berkaitan
peserta aksi. Sebagaimana dalam data dengan realitas kehadiran Jokowi pada
nomor 3 (KS), pada data nomor 4 (KS) Aksi 212 dan bukan modalitas yang
tersebut secara implisit menunjukkan menyikapi realitas peristiwa Aksi 212.
sikap keinginan, yakni keinginan Hal itu, sejalan dengan judul
penegakan hukum terhadap penista pemberitaannya. Berikut ini adalah
agama dilaksanakan oleh penegak pembahasan data modalitas MI.
hukum. Modalitas deontik keinginan Data nomor 1 (MI) memuat bentuk
adalah kewenangan seseorang terhadap modalitas Allahu Akbar yang dituturkan
suatu realitas berdasarkan kaidah sosial. para peserta aksi ketika kedatangan
Jadi, secara sosial peserta aksi tersebut Presiden Joko Widodo. Hal itu
tergerak hatinya untuk menuntut menunjukkan bahwa kedatangan
keadilan hukum atas dugaan penistaan presiden disambut dengan suka cita.

21
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

Pada data nomor 2 (MI) terdapat Ketua Umum Partai Gerindra, Kapolri
modalitas keinginan yang disampaikan Tito Karnavian, dan dua orang netizen.
presiden, yakni keinginan memberikan Kedua, ditinjau dari realitas yang
apresiasi terhadap Aksi 212. Selain itu, dihadirkan dan disikapi (modalitas)
pada data nomor 2 (MI) ini juga terdapat hal yang berbeda. Pada KS
ditemukan modalitas Allahu Akbar realitas yang dihadirkan adalah hanya
sebanyak tiga kali yang dimaknai terpaku kepada peristiwa Aksi 212 baik
sebagai kekaguman presiden terhadap dilihat dari segi keamanan, ketertiban,
Aksi 212. Kemudian Presiden RI juga cara peserta aksi berkumpul, maupun
pada data nomor 3 (MI) menunjukkan keadaan alam ketika peristiwa Aksi 212
sikap terima kasih kepada para peserta berlangsung. Sementara itu, pemberitaan
Aksi 212 yang telah memberikan doa MI menghadirkan realitas kedatangan
untuk kebaikan bangsa dan negara Presiden Joko Widodo ke Aksi 212 yang
Indonesia. Bentuk-bentuk modalitas diperspektifkan sebagai peristiwa yang
yang disampaikan presiden tidak kalah penting dibanding Aksi 212
menunjukkan sikap yang positif terhadap secara keseluruhan. Hal tersebut
peristiwa Aksi 212. ditunjukkan oleh tiga modalitas (data
Selanjutnya, pada data nomor 4 nomor 1, data nomor 2, dan data nomor
(MI) dan data nomor 5 (MI), data 3) yang merepresentasikan apresiasi
modalitas tersebut merupakan modalitas terhadap Joko Widodo. Berlainan
yang dituturkan oleh Prabowo Subianto dengan itu, dalam pemberitaan KS justru
yang mengapresiasi sikap Joko Widodo sebaliknya, kedatangan Presiden Joko
berkait kedatangannya ke Aksi 212. Widodo diperspektifkan sebagai sebuah
Selain itu, modalitas yang berbentuk bagian kecil dari perisitiwa Aksi 212.
ekspresif apresiatif juga dihadirkan MI, Hal tersebut dibuktikan dengan tidak
yakni dengan memunculkan kutipan dari ditemukannya data modalitas yang
netizen twitter yang secara langsung menyikapi realitas kedatangan Presiden
merepresentasikan sikap apresiatif Joko Widodo di pemberitaan KS.
terhadap Presiden Joko Widodo seperti
pada data nomor 5 (MI). Praktik Wacana
Jadi, modalitas yang ada dalam
pemberitaan MI merupakan modalitas Setiap wacana diproduksi oleh
ekspresif kekaguman yang memberi citra seseorang atau suatu kelompok dengan
positif terhadap Aksi 212, kemudian latar belakang dan tujuan tertentu.
modalitas yang menyatakan sikap terima Wacana berita tentu diproduksi dan
kasih kepada Aksi 212 serta modalitas disusun oleh perangkat media mulai dari
yang menggambarkan sikap apresiatif wartawan, editor hingga kepala redaksi
terhadap Presiden Joko Widodo yang media. KS merupakan koran yang
datang ke Aksi 212. berafiliasi dengan MNC Group yang
Hasil analisis modalitas dapat dipimpin Hary Tanoesudibjo. Hary
disimpulkan menjadi beberapa poin. Tanoesudibjo merupakan pengusaha
Pertama, ditinjau dari aktor yang hadir yang dapat dikatakan cukup berpengaruh
dalam pemberitaan, KS menghadirkan di Indonesia saat ini terutama di bidang
tiga aktor, yakni Kapolri Tito Karnavian, media. Dalam hal ini Hary Tanoesudibjo
pemuka agama, dan peserta aksi bisa dikatakan sebagai “the principal”
sedangkan pada MI memunculkan empat dari media KS dan segala bentuk
aktor, yaitu Joko Widodo sebagai produksi wacana berita KS dipengaruhi
Presiden, Prabowo Subianto sebagai oleh ideologinya. Keberpihakan

22
Ahmadi & Mahardika: Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media Indonesia.

pemberitaan KS terhadap Aksi 212 lewat pemberitaan MI direpresentasikan


sebagaimana hasil temuan analisis teks, sebagai sosok pemimpin yang
menunjukkan bahwa Hary Tanoesudibjo mengayomi masyarakatnya yakni terlihat
memberi dukungan dan apresiasi dari kedatangan dan sapaan presiden
terhadap Aksi 212. Sementara itu, alasan pada Aksi 212.
mengapa Hary Tanoesudibjo berpihak
terhadap Aksi 212 dapat dijawab oleh Konteks Sosiokultural-Politik
analisis sosiokultural pada level makro
yang akan dibahas di bagian analisis Situasi negara pada saat terjadinya
selanjutnya. Kemudian berkaitan dengan Aksi 212 adalah sedang adanya
konsumsi teks, pemberitaan KS dapat pergolakan politik terutama politik di
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tataran provinsi DKI Jakarta. Tidak
secara umum khususnya di kota-kota hanya masyarakat DKI Jakarta, tetapi
besar. secara nasional masyarakat selalu
Di lain pihak, produksi teks MI menyoroti kepemimpinan Ahok di
tidak lepas dari sang pemimpin Media Jakarta. Ahok mendapat sorotan dari
Group. MI didirikan oleh Teukeu Yousli masyarakat yang bersikap pro maupun
Syah bersama Surya Paloh (Profil Media yang bersikap kontra pada dirinya. Latar
Indonesia, http://mediaindonesia.com). belakang sosiokultural-politik
Akan tetapi, secara sosiopolitik Surya pemberitaan Aksi 212 di KS dan MI
Paloh lebih berpengaruh dan populer. tidak dapat dipisahkan dengan latar
Secara ideologi Surya Paloh dan Hary belakang para pemimpin media tersebut.
Tanoesudibyo memiliki perbedaan. Hal Sebagaimana disinggung sebelumnya,
itu ditunjukkan dengan perbedaan partai KS sebagai media yang berafiliasi
politik yang dipimpinnya. Pada tahun dengan MNC Group dipengaruhi oleh
2014 Hary Tanoesudibjo mendukung latar belakang Hary Tanoesudibjo.
calon presiden Prabowo dan terhitung Eksistensi Hary Tanoesudibjo, dengan
dekat dengan kalangan pesantren kekuatan media dan partai politiknya,
sedangkan Surya Paloh merupakan dalam konteks sosiopolitik Indonesia
sosok yang mendukung penuh saat ini cukup diperhitungkan. Pada saat
pemerintahan Jokowi. Sejalan dengan pilpres 2014 dia sempat menjadi bakal
itu, redaksi dari pemberitaan Aksi 212 di calon wakil presiden dari partai Hanura,
MI dipengaruhi oleh politik walaupun pada akhirnya gagal dan
kepemimpinan Surya Paloh dengan berpisah dengan partai Hanura. Kini
partai Nasional Demokrat. Ditinjau dari Hary Tanoesudibjo memiliki partai
proses konsumsi dapat dibaca secara sendiri dengan nama Partai Persatuan
nasional khususnya kota-kota besar. Indonesia (Perindo). Perindo memliki
Peran bahasa dalam peristiwa visi “mewujudkan Indonesia yang
tersebut adalah sebagai alat pelancaran berkemajuan, bersatu, adil, makmur,
ideologi dari kelompok-kelompok yang sejahtera, berdaulat, bermartabat, dan
terlibat. Kelompok aksi 212 lebih berbudaya” (Profil Partai Perindo,
berpandangan bahwasannya apa yang https://partaiperindo.com).
telah diungkapkan Ahok pada sebuah Keberpihakan KS dalam
pertemuan dengan warga tersebut merepresentasikan Aksi 212 dapat
merupakan tindak penistaan agama dimaknai sebagai upaya Hary
terhadap Islam sehingga perlu ditindak Tanoesudibjo memperoleh simpati dan
secara hukum. Sementara itu, dukungan dari jutaan peserta Aksi 212
Presiden Jokowi yang terepresentasi dan umat Islam Indonesia untuk Partai

23
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

Perindo dan MNC group yang peristiwa aksi 212. Hal itu pun tidak
dipimpinnya. Umat Islam di Indonesia terlepas dari latar belakang ideologi
merupakan penduduk mayoritas yang sosiokultural-politik orang-orang di balik
patut diperjuangkan simpati dan masing masing media sebagaimana yang
dukungannya sehingga dalam hal ini diungkapkan van Dijk (1998) bahwa
dapat dipahami segala upaya dan strategi ideologi sebagai representasi sosial dasar
Hary Tanoesudibjo. dari kelompok sosial. Hal itu
Berbeda dengan KS, MI sebagai menandakan ideologi menentukan sikap
koran nasional dalam pemberitaannya suatu kelompok.
sangat dipengaruhi oleh latar belakang Kepentingan media KS dalam
sosiopolitik Surya Paloh selaku memberitakan Aksi 212 tersebut adalah
pemimpin media tersebut. Surya Paloh untuk menarik simpati dan dukungan
merupakan tokoh politik senior di pemiliknya Hary Tanoesudibjo yang
Indonesia, sebelum mendirikan partai akan ikut dalam kontestasi politik 2019.
Nasional Demokrat Surya Paloh Sementara itu, Media Indonesia yang
merupakan politisi partai Golkar. Dalam lebih memfokuskan pada kehadiran
konteks sosiopolitik saat ini Surya Paloh Jokowi di Aksi 212 tidak terlepas dari
dan partainya merupakan bagian dari sikap pemiliki MI yang konsisten
koalisi pendukung pemerintah, mendukung pemerintahan Jokowi dan
sedangkan Aksi 212 yang pada intinya senantiasa merepresentasikan Jokowi
merupakan aksi penuntutan penegakkan dalan citra yang positif.
hukum terhadap kasus dugaan penistaan
agama yang diduga dilakukan Basuki PENUTUP
Cahaya Purnama (Ahok) yang notabene
merupakan calon gubernur DKI Jakarta Berdasarkan hasil pembahasan
yang diusung salah satunya oleh Partai tataran tekstual ditemukan 12 data
Nasional Demokrat yang dipimpin Surya ketransitifan di KS dan 4 data di MI.
Paloh. Selain itu, terdapat 5 data modalitas di
Oleh karena itu, hal yang logis KS dan 7 data di Media Indonesia.
ketika pemberitaan KS yang memihak Berdasarkan analisis data ketransitifan,
terhadap Aksi 212 karena Hary Koran Sindo lebih memihak kepada aksi
Tanoesudibjo ingin mendapat simpati 212 dibanding Media Indonesia.
dan dukungan dari pembaca Aksi 212 Sementara itu, data modalitas KS juga
dan muslim. Dengan begitu Perindo merepresentasikan citra yang positif
yang dipimpinnya juga akan mendapat terhadap aksi 212. Data modalitas MI
dukungan atau simpati dari umat Islam juga merepresentasikan citra yang positif
Indonesia. Sementara itu, MI tidak terhadap aksi 212, citra positif tersebut
memiliki keberpihakan sebesar juga diimbangi dengan representasi yang
pemberitaan KS disebabkan karena MI positif terhadap Joko Widodo yang hadir
yang dipimpin Surya Paloh merupakan pada Aksi 212. Secara tekstual hal
pengusung Ahok sebagai calon gubernur tersebut sejalan dengan judul
DKI Jakarta 2017. pemberitaan masing-masing.
Berdasarkan pembahasan pada Perbedaan hasil analisis teks
tataran tekstual, praktik wacana, dan tersebut sejalan dengan analisis produksi
sosiokultural-politik dapat diambil teks dan analisis latar belakang
simpulan bahwa Koran Sindo (KS) dan sosiokultural-politik teks. Kedua analisis
Media Indonesia (MI) membawa tersebut menunjukkan posisi masing-
ideologi dan pesan yang berbeda terkait masing media. KS yang dipimpin Hary

24
Ahmadi & Mahardika: Representasi aksi 212 di Koran Sindo dan Media Indonesia.

Tanoesudibjo dikenal dekat dengan Eriyanto. (2009). Analisis wacana:


Islam, hal itu sebagai upaya meraih Pengantar analisis teks media.
dukungan muslim bagi partai Perindo. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Sementara itu, MI yang tidak terlepas Fairclough, N. (1989). Language and
dari pengaruh sosiopolitik Surya Paloh power. Cambridge: Polity Press.
lebih mengedepankan representasi Joko Fairclough, N. (1992). Discourse and
Widodo karena pendukung pemerintah social change. Cambridge: Polity
dan pendukung Gubernur Basuki Cahaya Press.
Purnama (Ahok) yang (diduga) Fairclough, N. (2003). Analysing
menistakan agama Islam. discourse: Textual analysis For
social research. London and
DAFTAR PUSTAKA New York: Routledge.
Fairclough, N. 1992. Discourse and
Ahmadi F., Y. (2014). Analisis wacana social change. London: Logman.
kritis: Ideologi Hizbut Tahrir Fairclough, N. 1995. Media discourse.
Indonesia dalam wacana London: Edward Arnold
kenaikan harga BBM 2013 di Fiske, J. (2012). Pengantar ilmu
buletin Al-Islam yang berjudul komunikasi. Jakarta: Raja
‘Menaikkan harga BBM: Grafindo Persada.
Menaikkan angka kemiskinan“. Halliday, M. A. K. (1985). An
Metalingua Jurnal Penelitian introduction to functional
Bahasa, 12 (2), 253-268. grammar. London: Edward
Ahmadi F., Y. (2016). Analisis Arnold.
modalitas tuturan Basuki Cahaya Haryatmoko. (2016). Critical discourse
Purnama (Ahok) dalam wacana analysis (analisis wacana kritis):
Kalijodo. Gramatika: Jurnal Landasan teori, metodologi dan
Ilmiah Kebahasaan dan penerapan. Jakarta: Raja
Kesastraan, IV(2), 69-77. Grafndo Persada.
Ahsanu, M. (2013). Aceng’s unforgiven Mayasari, Darmayanti, N., & Riyanto, S.
apology: An interdisciplinary (2012). Analisis wacana kritis
critical discourse analysis. pemberitaan “Saweran untuk
Kandai, 9(1), 36-48. gedung KPK” di Harian Umum
Aminuddin, A. T. (2017). Instagram: MMI. Jurnal Linguistik Terapan,
Bingkai kasus agama di media 2(2). Diperoleh dari http://jlt-
sosial. Jurnal The Messengger, polinema.org/?page_id=275.
9(2), 164-173. Mayasari, S. (2017). Konstruksi media
Atmaja, X. L. (2014). Analisis framing terhadap berita kasus penistaan
terhadap pemberitaan sosok agama oleh Basuki Tjahaya
Basuki Tjahaya Purnama(Ahok) Purnam (Ahok). Jurnal
di media online. Jurnal E- Komunikasi, VIII(2), 8-18.
Komunikasi, 2(1), 1-11. Media Profile Koran Sindo (Media
Darmayanti, N., et al. (2011). Pidato Cetak). Diperoleh dari
politik Susilo Bambang http://onierbana.blogspot.co.id/20
Yudhoyono sebagai calon 15/10/media-profile-koran-sindo-
presiden Republik Indonesia media-cetak.html.
2009-2014: Analisis wacana. Profil Media Indonesia. Diperoleh dari
Metalingua Jurnal Penelitian http://mediaindonesia.com/about-
Bahasa, 9(1), 73-88. us.

25
Kandai Vol. 15, No. 1, Mei 2019; 13-26

Profil Partai Perindo. Diperoleh dari Utomo, W. P. (2013). Menimbang media


https://partaiperindo.com/?page_i sosial dalam marketing politik di
d=6. indonesia: Belajar dari Jokowi-
Santoso, A. (2008). Jejak Halliday dalam Ahok di Pilkada DKI Jakarta
linguistik kritis dan analisis 2012”. Jurnal Ilmu Sosial dan
wacana kritis. Jurnal Bahasa dan ilmu Politik, 17(1), 67-84.
Seni,38(1). van Dijk, T. A. (1998). Ideology: A
Santoso, A. (2012). Studi bahasa kritis: multidisciplinary approach.
menguak bahasa membongkar London: Sage
kuasa. Bandung: Mandar Maju.

26

You might also like