Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh:
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum
dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain
Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan
Sanad merupakan salah satu unsur pokok hadits yang harus ada pada
setiap hadist, ini memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan. Suatu
berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau susunan
sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan
sanad, meskipun bersambung sampai rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya,
Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadits, sanad
diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya penelitian
terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari rasul atau
bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits tersebut, yang akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanad
Kata “Sanad” menurut bahasa adalah “sandaran” atau sesuatu yang kita
ِس ْلِس َلُةالُّر َو اِة اَّلِذ ْيَن َنَقُلْو اْلَم ْتَن َعْن َم ْص َد ٍر ْه اَألَّوِل
“Silsilah para perawi yang menukilkan hadist dari sumbernya yang pertama”
hadist. Sanad terdiri atas seluruh penutur, mulai orang yang mencatat hadist
َس ِم ْعُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّط ا َب َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه: ُم َح َّم ٌد ْبُن ِإْبَر اِهْيَم ا الَّتِم ُّي َأَّنُه َسِمَع َع ْلَقَم َة ْبَن َو َقاٍص الَّلْيِثَّي َيُقْو ُل
َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل, ِإَّنَم ا ْاَألْع َم ا ُل ِبا لِّنَيا ِت: َسِم ْعُت ُع َم َر ْبَن َر ُس َو َل ِهللا َص َّلى ا ُهلل َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل: َع َلى ْالِم ْنَبِر َقا َل
َفَم ْن َك ا َنْت ِهْج َر ُتُه إ َلى ُد ْنَيا ُيِصْيُبَها َأ ْو ِإَلى ِاْم َر َأٍة َيْنِكُح َها َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َها َج َر ِإ َلْيِه,اْمِرٍئ َم ا َنَو ى
pada kami Yahya bin Sa’id Al-Anshori, katanya ‘telah mengabarkan pada kami
‘aqamah bin waqash al-laitsiyya berkata, ‘telah mendengar dari umar bin al-
dan sesungguhnya bagi setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia
hijrahnya itu kearah (keridhaan) allah dan rasulnya. Dan barang siapa yang
hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang
: َح َّد َثَنا َيْح َيا ْبُن َسِع ْيٍد ْاَألْنَص ا ِر ُّي َقا َل: َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َقا َل: َح َّد َثَنا ْالُح َم ْيِدُّي َعْبُد ِهللا ْبُن الُّز َبْيِر َقا َل
َس ِم ْعُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّط ا َب َر ِض َي: َأْخ َبَر ِنْي ُم َح َّم ٌد ْبُن ِإْبَر اِهْيَم ا الَّتِم ُّي َأَّنُه َسِمَع َع ْلَقَم َة ْبَن َو َقاٍص الَّلْيِثَّي َيُقْو ُل
َسِم ْعُت ُع َم َر ْبَن َر ُس َو َل ِهللا َص َّلى ا ُهلل َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ل: ُهللا َع ْنُه َع َلى ْالِم ْنَبِر َقا َل
Bukhari - Al-humaidi Abdullah bin Al-Zubair – Sufyan – yahya bin sa’id Al-
Anshari – Muhammad bin Ibrahim At-taimiyyu – ‘Aqamah bin waqqash Al-
Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanad-
1. Isnad
senantiasa dipelihara oleh orang-orang yang adil dan pada setiap masa akan ada
segolongan orang yang adil yang mendukung hadis dan menolak segala
اإلسناد سالح المؤمن فإذا لم يكن معه سالح فبأي سالح يقاتل
isnâd adalah sangat penting. Karena itu, seorang yang mempelajari hadis tanpa
mempelajari isnâd diibaratkan seperti seorang pencari kayu bakar pada malam
hari ()مثل الذي يطلب الحديث بال حديث كمثل حطب ليل
2. Musnid
روايته
derajat musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan hakim. Karena secara
mempelajari ilmu hadits, baik hadits diroyah atau hadits riwayah serta mempunyai
pengetahuan mendalam tentang berbagai riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-
hafid secara definitif memiliki dua arti, yang pertama adalah menurut mayoritas
ulama hadits bahwa al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits; yang kedua adalah
3. Musnad
Adapun definisi musnad secara etimologi adalah isim maful dari sanada
ومنه مسند، كتاب الحديث الذي يرتب االحاديث على حسب أسماء الصحابة مرفوعة للرسول:المسند
االمام أحمد
Sebagaimana kita ketahui, bahwa suatu hadist sampai kepada kita, tertulis
dalam kitab hadist, melalui sanad-sanad. Setiap sanad bertemu dengan rawi yang
sehingga seluruh sanat itu merupakan suatu rangkaian. Rangkaian sanad itu
sanad-nya, ada yang berderajat tinggi, sedang, dan lemah. Rangkaian sanad yang
derajat tinggi menjadikan suatu hadist lebih tinggi derajatnya dari pada hadist
yang rangkaian sanad-nya sedang atau lemah. Para muhaditsin membagi tingkatan
membenarkan menilai suatu (sanad) hadist dengan ashahhu al-asnaid, atau menilai
suatu (matan) hadist dengan ashahhu al-asnaid, secara mutlak, yakni tanpa
tertentu, jika hendak menilai matan suatu hadist, misalnya ashahhu al-asanid
a. Umar Ibnu Al-Khathab r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh, Ibnu Syihab Az-
Zuhri dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya (Abdullah bin
b. Ibnu Umar r.a adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ dari Ibnu
Umar r.a
c. Abu Hurairah r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari
a. Kota Mekkah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah dari Amru bin
b. Kota Madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Isma’il bin Abi Hakim dari
Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a Hakim dari Abidah bin Abi
1. Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi’, dan Ibnu Umar r.a.
2. Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin Abdillah, dan
3. Jika menurut Imam An-Nasa’i, yaitu Ubaidillah Ibnu Abbas dan Umar bin
Khathab r.a.
2) Ahsanu Al-Asanid
Hadist yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya dari pada
1. Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu’awiyah) dari kakeknya
2. Amru bin Syuaib dari ayahnya (Syua’ib bin Muhammad) dari kakeknya
3) Adh’afu Al-Asanid
Rangkaian sanad yang paling derajatnya disebut adn’afu al-asanid atau auha al-
asanid.
Shadaqah bin Musa dari Abi ya’qub Farqad bin Ya’qub dari Murrah Ath-
b. Abu Thalib (ahli al-bait) r.a., yaitu hadist yang diriwayatkan oleh ‘amru
bin syamir al-ju’fi dari jabir bin yazid dari harits al-a’war dari ‘ali bin Abi
Thalib r.a.
c. Abu hurairah r.a., yaitu adist yang diriwayatkan oleh As-Sariyyu bin
Isma’il dari Dawud bin Yazid dari ayahnya (Yazid) dari Abu Hurairah r.a.
b. Kota Mesir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad
bin Al-Hajjaj ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari Qurrah bin
c. Kota Syam, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais dari
Ubaidillah bin Zahr dari ‘Ali bin Zaid dari Al-Qasim dari Abu Umamah
r.a.
A.Sanad ‘Aliy
Adalah jumlah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sanad lain. Hadist dengan sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit akan
tertolak dengan sanad ang sama jika jumlah rawinya lebih banyak. Sanad ‘aliy ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang mutlak dan sanad yang nisbi atau
relatif.
1. Sanad ‘aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya
hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan dengan sanad
yang lain. Jika sanad tersebut shahih, sanad itu menempati tingkatan tertinggi dari
2.Sanad ‘Aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi
didalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para iamm ahli hadist, seperti
Syu’bah, Al-a’masy, ibnu juraij, ats Tsauri, malik, as-syafi’i, bukhari dan muslim.
Meskipun jumlah rawinya setelah mereka hingga sampai kepada Rasulullah lebih
bnayak.
B.Sanad Nazil
Sanad Nazil adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih bnayak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadist dengan sanad yang lebih banyak
akan bertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata sanad atau as-sanada menurut bahasa dari kata sanada, yasnudu
yang berarti sandaran atau tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya
melalui tulisan. Ini dilakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’in dan
mereka yang datang sesudahnya, rangkaian mereka itu disebut dengan sanad.
Status dan kualitas suatu hadisT apakah dapat diterima atau ditolak tergantung
kepada sanad dan matan hadits tersebut. Apabila syaratnya tidak terpenuhi maka
suatu hadis mengenai satu masalah yang sama. Hal ini tidak lain adalah karena
terjadinya periwayatan hadits yang dilakukan secara maknanya saja (riwayat bil-
B. Saran
kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran yang
Jalal al-Din Abdu al-Rahman Ibn Abi Bakar as-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh
Islamiyyah, Bairut
Solahudin Agus, Suryadi Agus. 2009. Ulumul Hadist. Bandung : Pustaka Setia
Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. PT. Bulan Bintang