You are on page 1of 16

ILMU SANAD HADIST

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah


Ulumul Hadist

Oleh:

MOH. KIPLI A. LAKO


NIM:02120322005

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
DATOKARAMA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar

makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 04 Oktober 2022

MOH. KIPLI A. LAKO


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan

persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum

dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain

Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan

sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.

Sanad merupakan salah satu unsur pokok hadits yang harus ada pada

setiap hadist, ini memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan. Suatu

berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau susunan

sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan

sanad, meskipun bersambung sampai rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya,

juga tidak bisa disebut hadist.

Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadits, sanad

diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya penelitian

terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari rasul atau

bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits tersebut, yang akan

dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dibuatnya makalah ini adalah:

1). Apa pengertian Sanad?


2). Apa jenis-jenis Sanad Hadits?

3). Bagaimana peranan sanad dalam pendokumentasian hadits?

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:

1) Mengetahui pengertian sanad, rangkaian, dan jenis sanad.

2) Mengetahui peranan sanad dalam pendokumentasian kuliatas hadits.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanad

Kata “Sanad” menurut bahasa adalah “sandaran” atau sesuatu yang kita

jadikan sandaran, karena hadist bersandar padanya. Menurut istilah,terdapat

perbedaan rumusan pengertian. Al-Badru bin Jama’ah dan Al-Thiby mengatakan

bahwa sanad adalah :

‫اِإْل ْخ َباُر َعْن َطِر ْيِق ْالَم َتِن‬

“Berita tentang jalan matan”

Yang lain menyebutkan :

‫ِس ْلِس َلُةالِّر َج اُل الُم ْو ِص َلُة ِلْلَم َتِن‬

“Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadist), yang menyampaikannya

kepada matan hadist”.

Ada juga yang menyebutkan :

‫ِس ْلِس َلُةالُّر َو اِة اَّلِذ ْيَن َنَقُلْو اْلَم ْتَن َعْن َم ْص َد ٍر ْه اَألَّوِل‬

“Silsilah para perawi yang menukilkan hadist dari sumbernya yang pertama”

Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayat)

hadist. Sanad terdiri atas seluruh penutur, mulai orang yang mencatat hadist

tersebut dalam bukunya (kitab hadist) hingga Rasulullah. Sanad memberikan

gambaran keaslian suatu riwayat.

Contohnya adalah hadist :


‫ َأْخ َب َر ِنْي‬: ‫ َح َّد َثَنا َيْح َيا ْبُن َسِع ْيٍد ْاَألْنَص ا ِر ُّي َق ا َل‬: ‫ َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َقا َل‬: ‫َح َّد َثَنا ْالُح َم ْيِدُّي َعْبُد ِهللا ْبُن الُّز َبْيِر َقا َل‬

‫َس ِم ْعُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّط ا َب َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه‬: ‫ُم َح َّم ٌد ْبُن ِإْبَر اِهْيَم ا الَّتِم ُّي َأَّنُه َسِمَع َع ْلَقَم َة ْبَن َو َقاٍص الَّلْيِثَّي َيُقْو ُل‬

‫ َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل‬,‫ ِإَّنَم ا ْاَألْع َم ا ُل ِبا لِّنَيا ِت‬: ‫ َسِم ْعُت ُع َم َر ْبَن َر ُس َو َل ِهللا َص َّلى ا ُهلل َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬: ‫َع َلى ْالِم ْنَبِر َقا َل‬

‫ َفَم ْن َك ا َنْت ِهْج َر ُتُه إ َلى ُد ْنَيا ُيِصْيُبَها َأ ْو ِإَلى ِاْم َر َأٍة َيْنِكُح َها َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َها َج َر ِإ َلْيِه‬,‫اْمِرٍئ َم ا َنَو ى‬

Telah meriwayatkan kepada kami Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair,

katanya “telah meriwayatkan kepada kami Sufyan, katanya “telah meriwayatkan

pada kami Yahya bin Sa’id Al-Anshori, katanya ‘telah mengabarkan pada kami

Muhammad bin Ibrahim,’at-taimiyyu, sesungguhnya ia mendengar bahwa

‘aqamah bin waqash al-laitsiyya berkata, ‘telah mendengar dari umar bin al-

khathtab r.a, berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda;

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niat

dan sesungguhnya bagi setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia

niatkan. Barang siapa yang hijrahnya menuju (keridhaan)Allah dan Rasulnya,

hijrahnya itu kearah (keridhaan) allah dan rasulnya. Dan barang siapa yang

hijrahnya itu karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang

ingin dikawininya, hijrahnya itu kearah apa yang ia tuju”.

Dalam hadist tersebut, yang dinamakan sanad adalah :

: ‫ َح َّد َثَنا َيْح َيا ْبُن َسِع ْيٍد ْاَألْنَص ا ِر ُّي َقا َل‬: ‫ َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َقا َل‬: ‫َح َّد َثَنا ْالُح َم ْيِدُّي َعْبُد ِهللا ْبُن الُّز َبْيِر َقا َل‬

‫َس ِم ْعُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّط ا َب َر ِض َي‬: ‫َأْخ َبَر ِنْي ُم َح َّم ٌد ْبُن ِإْبَر اِهْيَم ا الَّتِم ُّي َأَّنُه َسِمَع َع ْلَقَم َة ْبَن َو َقاٍص الَّلْيِثَّي َيُقْو ُل‬

‫ َسِم ْعُت ُع َم َر ْبَن َر ُس َو َل ِهللا َص َّلى ا ُهلل َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ل‬: ‫ُهللا َع ْنُه َع َلى ْالِم ْنَبِر َقا َل‬

Dari contoh hadist tersebut,sanad hadist tersebut bersangkutan adalah Al-

Bukhari - Al-humaidi Abdullah bin Al-Zubair – Sufyan – yahya bin sa’id Al-
Anshari – Muhammad bin Ibrahim At-taimiyyu – ‘Aqamah bin waqqash Al-

Laitsiyya – Umar bin Al-Khathtab r.a. – Rasulullah SAW.

Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanad-

nya adalah keutuhan sanadnya, jumlahnya dan perawi akhirnya.

B. Isnad, Musnad dan Musnid

1. Isnad

An-Nawawi dalam kitab al-Tahdzîb mengatakan bahwa ilmu (hadis) ini

senantiasa dipelihara oleh orang-orang yang adil dan pada setiap masa akan ada

segolongan orang yang adil yang mendukung hadis dan menolak segala

perubahan-perubahan yang disisipkan orang ke dalamnya. Bahkan ats-Tsauri

menganggap isnâd merupakan alat yang paling menentukan dalam menunjukkan

kemurnian hadis. Beliau berkata:

‫اإلسناد سالح المؤمن فإذا لم يكن معه سالح فبأي سالح يقاتل‬

Artinya : “Isnâd dapat diumpamakan dengan pedangnya orang beriman. Apabila

tidak memiliki pedang, dengan senjata apakah ia akan membunuh”.

Oleh karena itu, kurang lengkaplah apabila seseorang yang mempelajari

hadis tanpa mempelajari sanadnya. Asy-Syafi’i mengatakan bahwa mempelajari

isnâd adalah sangat penting. Karena itu, seorang yang mempelajari hadis tanpa

mempelajari isnâd diibaratkan seperti seorang pencari kayu bakar pada malam

hari (‫)مثل الذي يطلب الحديث بال حديث كمثل حطب ليل‬

2. Musnid

Musnid, sebagaimana pendapat Jamaluddin Al-Qosimi adalah


‫ه إال مجرد‬d‫أن المسند ((بكسر النون)) هو من يروي الحديث بإسناده سواء كان عنده علم به أو ليس ل‬

‫روايته‬

Artinya: Musnid adalah seseorang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya,

baik dia mengerti apa yang diriwayatkannya atau tidak.

Berdasarkan penjelasan Jamaluddin al-Qosimi tentang musnid, maka

derajat musnid lebih rendah dari muhaddits, hafid, dan hakim. Karena secara

definitif, Al-Muhadits adalah seseorang yang menyibukan dirinya dengan

mempelajari ilmu hadits, baik hadits diroyah atau hadits riwayah serta mempunyai

pengetahuan mendalam tentang berbagai riwayat dan derajat rawinya. Adapun al-

hafid secara definitif memiliki dua arti, yang pertama adalah menurut mayoritas

ulama hadits bahwa al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits; yang kedua adalah

bahwa derajat al-hafid lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan bahwa

pengetahuannnya tentang berbagai thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari

yang tidak diketahuinya. Sedangkan al-hakim menurut sebagaian ulama adalah

seseorang yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan diroyah.

3. Musnad

Adapun definisi musnad secara etimologi adalah isim maful dari sanada

yang bermakna menyandarkan sesuatu. Sedangkan secara terminlogi adalah,

‫ الذي اتصل سنده إلى رسول هللا‬:‫المسند‬

‫ ومنه مسند‬،‫ كتاب الحديث الذي يرتب االحاديث على حسب أسماء الصحابة مرفوعة للرسول‬:‫المسند‬

‫االمام أحمد‬

Pertama bermakna hadits yang sanadnya bersambung sampai Rasul saw.


Kedua, berarti nama satu kitab hadits yang ditulis berdasarkan tartib nama-nama

para sahabat rawi hadits, seperi kitab Musnad Imam Ahmad.

C. Tinggi-Rendahnya Rangkaian Sanad (Silsilatu Adz-dzahab)

Sebagaimana kita ketahui, bahwa suatu hadist sampai kepada kita, tertulis

dalam kitab hadist, melalui sanad-sanad. Setiap sanad bertemu dengan rawi yang

dijelaskan sandaran menyampaikan berita (sanad yang setingkat lebih atas)

sehingga seluruh sanat itu merupakan suatu rangkaian. Rangkaian sanad itu

berdasarkan perbedaan tingkat ke dhabit-an, dan keadilan rawi yang dijadikan

sanad-nya, ada yang berderajat tinggi, sedang, dan lemah. Rangkaian sanad yang

derajat tinggi menjadikan suatu hadist lebih tinggi derajatnya dari pada hadist

yang rangkaian sanad-nya sedang atau lemah. Para muhaditsin membagi tingkatan

sanad-nya menjadi sebagai berikut.

1) Ashahhu Al-Asanid (Sanadnya lebih sahih)

Para ulama seperti Imam An-Nawawi dan Ibnu-Ash Shalah tidak

membenarkan menilai suatu (sanad) hadist dengan ashahhu al-asnaid, atau menilai

suatu (matan) hadist dengan ashahhu al-asnaid, secara mutlak, yakni tanpa

menyandarkan pada hal yang mutlak.

Penilaian ashahhu al-asnaid ini hendaklah secara muqayyad. Artinya

dikhususkan kepada sahabat tertentu, misalnya ashahhu al-asnaid dari Abu

Hurairah r.a atau dikhususkan kepada penduduk daerah tertentu, misalnya

ashahhu al-asnaid dari penduduk Madinah, atau dikhususkan dalam masalah

tertentu, jika hendak menilai matan suatu hadist, misalnya ashahhu al-asanid

dalam bab wudhu atau masalah mengangkat tangan dalam berdo’a.


Contoh Ashahhu Al-Sanaid yang Muqayyad tersebut adalah:

1. Sahabat tertentu, yaitu:

a. Umar Ibnu Al-Khathab r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh, Ibnu Syihab Az-

Zuhri dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya (Abdullah bin

Umar), dari kakeknya (Umar bin Khathab).

b. Ibnu Umar r.a adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ dari Ibnu

Umar r.a

c. Abu Hurairah r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari

Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a.

2.Penduduk kota tertentu, yaitu:

a. Kota Mekkah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah dari Amru bin

Dinar dari Jabir bin Abdullah r.a.

b. Kota Madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Isma’il bin Abi Hakim dari

Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a Hakim dari Abidah bin Abi

Sufyan dari Abu Hurairah r.a.

Contoh Ashahhu Al-Asnaid yang Mutlak, seperti:

1. Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi’, dan Ibnu Umar r.a.

2. Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin Abdillah, dan

ayahnya (Abdillah bin Umar)

3. Jika menurut Imam An-Nasa’i, yaitu Ubaidillah Ibnu Abbas dan Umar bin

Khathab r.a.
2) Ahsanu Al-Asanid

Hadist yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya dari pada

yang bersanad ashahhu al-asanid.

Ahsanu al-asanid itu antara lain bila hadist tersebut bersanad:

1. Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu’awiyah) dari kakeknya

(Mu’awiyah bin Haidah).

2. Amru bin Syuaib dari ayahnya (Syua’ib bin Muhammad) dari kakeknya

(Muhammad bin Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash)

3) Adh’afu Al-Asanid

Rangkaian sanad yang paling derajatnya disebut adn’afu al-asanid atau auha al-

asanid.

Rangkaian sanad yang adh’afu al-asanid yaitu :

1. Yang muqayyad kepada sahabat :

a. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. yaitu hadist yang diriwayatkan oleh

Shadaqah bin Musa dari Abi ya’qub Farqad bin Ya’qub dari Murrah Ath-

Thayyib dari Abu Bakar r.a.

b. Abu Thalib (ahli al-bait) r.a., yaitu hadist yang diriwayatkan oleh ‘amru

bin syamir al-ju’fi dari jabir bin yazid dari harits al-a’war dari ‘ali bin Abi

Thalib r.a.

c. Abu hurairah r.a., yaitu adist yang diriwayatkan oleh As-Sariyyu bin

Isma’il dari Dawud bin Yazid dari ayahnya (Yazid) dari Abu Hurairah r.a.

2.Yang Muqayyad kepada penduduk


a. Kota Yaman, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh hafs bin ‘umar dari Al-

Hakam bin Aban dari ‘Ikrimah dari Ibnu abbas r.a.

b. Kota Mesir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad

bin Al-Hajjaj ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari Qurrah bin

‘Abdurrahman dari setiap orang yang memberikan hadist kepadanya.

c. Kota Syam, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais dari

Ubaidillah bin Zahr dari ‘Ali bin Zaid dari Al-Qasim dari Abu Umamah

r.a.

D. Jenis-Jenis Sanad Hadist

A.Sanad ‘Aliy

Adalah jumlah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika dibandingkan

dengan sanad lain. Hadist dengan sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit akan

tertolak dengan sanad ang sama jika jumlah rawinya lebih banyak. Sanad ‘aliy ini

dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang mutlak dan sanad yang nisbi atau

relatif.

1. Sanad ‘aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya

hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan dengan sanad

yang lain. Jika sanad tersebut shahih, sanad itu menempati tingkatan tertinggi dari

jenis sanad ‘Aliy.

2.Sanad ‘Aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi

didalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para iamm ahli hadist, seperti

Syu’bah, Al-a’masy, ibnu juraij, ats Tsauri, malik, as-syafi’i, bukhari dan muslim.
Meskipun jumlah rawinya setelah mereka hingga sampai kepada Rasulullah lebih

bnayak.

B.Sanad Nazil

Sanad Nazil adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih bnayak jika

dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadist dengan sanad yang lebih banyak

akan bertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata sanad atau as-sanada menurut bahasa dari kata sanada, yasnudu

yang berarti sandaran atau tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya

atau yang sah. Secara terminologis, yaitu silsilah orang-orang yang

menghubungkan kepada matan hadits. Jadi, pengertiannya yaitu jalan yang

menyampaikan matan hadits.

Kegiatan pendokumentasian hadits, terutama pengumpulan dan

penyimpanan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, baik melalui hafalan maupun

melalui tulisan. Ini dilakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’in dan

mereka yang datang sesudahnya, rangkaian mereka itu disebut dengan sanad.

Status dan kualitas suatu hadisT apakah dapat diterima atau ditolak tergantung

kepada sanad dan matan hadits tersebut. Apabila syaratnya tidak terpenuhi maka

hadis tersebut ditolak dan tidak dapat dijadikan hujjah.

Sering dijumpai dalam kitab-kitab hadits perbedaan redaksi dari matan

suatu hadis mengenai satu masalah yang sama. Hal ini tidak lain adalah karena
terjadinya periwayatan hadits yang dilakukan secara maknanya saja (riwayat bil-

ma’na), bukan berdasarkan oleh Rasulullah.Jadi, periwayatan Hadits yang

dilakukan secara makna, adalah penyebab terjadinya perbedaan kandungan atau

redaksi matan dari suatu hadits.

B. Saran

Dari uraian diatas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapat

kesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saran yang

sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis, Jakarta, Gaya Media Pratama, 1996

Jalal al-Din Abdu al-Rahman Ibn Abi Bakar as-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh

Taqrib an-Nawawi Jilid 1, Bairut, Dar al-Fikr, 1988

Mahmud at-Thahhan, Tafsir Mushthalah al-Hadits, Dar ats-Tsaqafah al-

Islamiyyah, Bairut

Solahudin Agus, Suryadi Agus. 2009. Ulumul Hadist. Bandung : Pustaka Setia

Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. PT. Bulan Bintang

Bandung : Al-Ma'arifahman. 1995. Ikhti Fazlurahman. 1995. Ikhtisar Mustlahul

Hadits. Bandung : Al-Ma'arifsar Mustlahul Hadits. Bandung : Al-

Ma'arifutra 2010 ).hlm. 147-

You might also like