You are on page 1of 16

“INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH “

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dengan
Mata Kuliah “EKONOMI MIKRO DAN MAKRO SYARIAH”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


 EVIN AL FADANI (22204008)
 MARATUS SHOLEHAH (22204005)
 DEDE M. ALISAP (22304007)

DOSEN PENGAMPU :

KUMAIDI S.Ei.,M.E

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DARUL ‘ULUM SAROLANGUN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan anugerah-Nya, sehingga


kami dapat menyelesaikan makalah “INFLASI DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI SYARIAH” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam tidak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Tak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh sumber yang telah memberikan kami ilmu dasar
mengenai materi yang akan kami sampaikan dalam makalah ini.
Meskipun kami berupaya untuk membuat makalah ini sempurna, namun tentu
masih terdapat kelemahan dan banyak perbaikan. Untuk itu, kami selaku penulis
membuka bagi pembaca untuk memberikan saran lanjutan sebagai bentuk
perbaikan.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya, maupun bagi pembacanya.

Sarolanngun, Desember 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

A. Konsep Dan Definisi Inflasi ...................................................................3


B. Teori Inflasi .............................................................................................5
C. Kebijakan Ekonomi Konvensional Dalam Mengatasi Inflasi ............6
D. Kebijakan Ekonomi Islam Dalam Mengatasiinflasi.............................9
BAB III PENUTUP ...........................................................................................9

A. Kesimpulan .............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan ekonomi di Indonesia saat ini adalah inflasi. Kebijakan
pemerintah yang saat ini sudah ditentukan masih belum bisa menangani itu
semua. Padahal jika Indonesia mau merubah sistem perekonomiannya menjadi
syariah maka pemerintah akan lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat tanpa
memikirkan lagi inflasi. Hal ini telah dibuktikan pada awal tahun 1997, terjadi
krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak besar terhadap goncangan lembaga
perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah bank, Bank Islam yaitu Bank
Muamalat malah bertambah semakin pesat. Selanjutnya pada tahun 1998, sistem
perbankan Islam dan gerakan ekonomi Islam di Indonesia mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Selain itu sistem ekonomi Syariah kian tumbuh dan
berkembang tidak hanya di negara-negara Islam tapi juga negara-negara barat.
Realitanya 75 negara di dunia telah mempraktekkan sistem ekonomi dan
keuangan Islam, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia. Mereka
berpendapat bahwa dalam ekonomi Islam memiliki beberapa unsur yang
diperlukan orang-orang saat ini, tidak hanya materi bahkan kebutuhan rohani saat
ini menjadi alasan orang-orang meninggalkan kapitalisme.
Sebagai contoh, dalam penanggulangan inflasi. Sebenarnya inflasi tidak dapat
dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Tokoh-
tokoh ekonomi Islam klasik sebelumnya sudah menemukan solusi. Misalnya al-
Ghazali menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas
nilai uang. Dalam ini al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang bukan
berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi dengan syarat
pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan
tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang. Hal ini terjadi kombinasi
antara Sin, Lam dan Mim. Di mana Sin yaitu pemerintah dan Lam yaitu

1
menciptakan stabilitas nilai uang sedangkan Mim yaitu tidak ada spekulasi yang
jika dihubungkan larangan terhadap riba merupakan unsur ibadah.

B. Rumusan masalah
Makalah berjudul “Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam” ini selain dibuat
sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Ekonomi Islam juga terkait dengan
bidang ekonomi terutama dalam pembahasan inflasi. Maka rumusan masalah yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
2. Apa Saja Teori Inflasi?
3. Bagaimana kebijakan ekonomi konvesional dalam mengatasi inflasi?
4. Bagaimana kebijakan ekonomi islam dalam mengatasi inflasi?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui arti dari inflasi.
2. Mengetahui Teori Inflasi
3. Mengetahui kebijakan ekonomi konvesional dalam mengatasi inflasi.
4. Mengetahui kebijakan ekonomi islam dalam mengatasi inflasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Definisi Inflasi


Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu
dihadapi setiap negara. Namun, buruknya masalah inflasi ini akan berbeda dari
satu wilayah ke wilayah lainnya, dan berbeda pula dari Negara satu ke Negara
lainnya. Tingkat inflasi biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan
sampai dimana buruknya permasalahan ekonomi yang dihadapi suatu
negara.Dalam perekonomian yang sedang tumbuh, inflasi yang rendah
tingkatnnya biasa dinamakan inflasi merayap-yaitu sekitar 2 hingga 4 persen,
biasanya tidak dapat dielakkan. Namun tingkat inflasi yang mencaai 10 persen
atau lebih akan menjadi suatu permasalahan yang serius. Bahkan pada kondisi
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang
sangat tinggi, bisa mencapai beberapa ratus bahkan beberapa ribu
persen.Kenaikanharga seperti ini dinamakan dengan hiper inflasi, dan ini pernah
dialamiIndonesia yang mengalami tingkat inflasi sebesar 600 persen.1
Dalam banyak literature disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai
kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.Sedangkan
menurut Rahardja dan Manurung, mengatakan bahwa inflasi adalah gejala
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus
menerus.2Sedangkan menurut Sukirno, inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang
dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah lebih besar dibadingkan
dengan penawaran barang di pasar.3 Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang
memburu barang yang terlalu sedikit. Dari dua definisi di atas inflasi adalah suatu
kondisi dimana terjadi kenaikan harga. Sementara kondisi dimana terjadi
penurunan harga dinamakan dengan deflasi.
Dari pengertian tersebut, dapat dianalisis bahwa telah dikatakan inflasi jika: 4
1
Al-Arif, M. Nur Rianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syari’ah, Bandung: Alfabeta,2010, hlm. 85.
2
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Makroekonomi, Jakarta: LPFE-UI, 2004,
hlm. 155.
3
Sadono Sukirno, Makroekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, hlm. 333.
4
Al-Arif, M. Nur Rianto,…,hlm. 86.

3
1. Terjadi kenaikan harga
Inflasi memberikan makna bahwa telah terjadi suatu kenaikan harga bila
dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.Misalkan, bulan
lalu harga satu kilogram gula adalah RP 10.000, dan bulan ini telah terjadi
kenaikan harga satu kilogram gula menjadi Rp 11.000.berarti harga satu
kilogram telah mengalami kenaikan harga sebesar Rp 1.000/kg.
2. Bersifat umum
Belum dapat dikatakan sebagai inflasi jika kenaikan harga hanya terjadi pada
suatu komoditas dan kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga
secara umum naik.Misalkan harga buah manga di Jakarta apabila sedang
tidak musimdapat mencapai Rp 10.000 per kilogram.Namun jika sedang
musimnya dapat dibeli hanya dengan harga Rp 5.000-Rp 7.000 per kilogram.
Jadi harga manga pada periode tertentu akan mengalami kenaikan harga,
namun kenaikan harga tersebut tidak menimbulkan inflasi karena harga
komoditas lain tidak naik.
Namun hal yang berbeda akan terjadi apabila yang naik adalah harga bahan
bakar minyak (BBM). Untuk kasus di Indoesia, setiap terjadi kenaikan harga
BBM, maka harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan
komoditas strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan
kenaikan harga pada komoditas lain.
3. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum memunculkan inflasi jika
hanya terjadi sesaat, misalkan terjadi kenaikan harga hari ini dibandingkan
hari sebelumnya, namun keesokan hari harga sudah kembali turun/stabil.
Biasanya perhitungan inflasi dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab
dalam satu bulan akan terlihat kenaikan harga bersifat umum dan terus-
menerus. Rentang waktu lain adalah triwulan, semester dua tahunan.

Inflasi biasanya menunjuk pada harga-harga konsumen, biasanya


diekspresikan sebagai persentase perubahan angka indeks. Tingkat harga yang
melambung sampai 100% atau lebih dalam setahun (hiperinflasi), menyebabkan

4
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang. Hal ini menyebabkan
masyarakat lebih menyukai menyimpan kekayaannya dalam bentuk asset seperti
emas, property atau asset lainnya yang diperkirakan tidak akan mengalami
penurunan nilai di masa yang akan datang. Inflasi tidak terlalu bahaya apabila bisa
diprediksikan karena setiap orang akan mempertimbangkan prospek harga yang
lebih tinggi di masa yang akan dating dalam pengambilan keputusan.
Namun dalam kenyataanya, inflasi tidak bisa diprediksikan, berarti orang-
orang seringkali dikagetkan dengan kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi
ekonomi karena orang akan mengambil risiko yang lebih sedikit untuk
meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan harga. Semakin cepat kenaikan
inflasi, semakin sulit untuk memprediksikan inflasi di masa yang akan datang.
Sebagian besar para ahli ekonomi berpendapat bahwa perekonomian akan berjalan
efisien apabila tingkat inflasi rendah. Idealnya, kebijakan ekonomi makro harus
bertujuan menstabilkan harga-harga. Sejumlah ekonom berpendapat bahwa
tingkat inflasi yang rendah merupakan hal yang baik apabila itu terjadi akibat dari
inovasi. Produk-produk baru yang diperkenalkan pada harga tinggi, akan jatuh
dengan cepat karena persaingan.
Sehingga inflasi merupakan suatu masalah dalam perekonomian suatu negara
yang tidak dapat dihindari, selama tingkat inflasi tersebut masih dapat
dikendalikan oleh pemerintah. Karena masyarakat pun menyadari bahwa sulit
untuk menghindar dari kenaikan harga, namun bagaimana pemerintah mampu
mengendalikan harga agar ketika terjadi kenaikan harga, maka harga tersebut
tidak naik secara mendadak dan dalam waktu yang singkat. Sehingga masyarakat
mampu memprediksikan kenaikan harga yang terjadi dan mereka mampu
mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
B. Teori Inflasi
3 jenis teori inflasi :
1. Teori Kuantitas

5
Teori kuantitas dikemukakan oleh Irving Fisher. 5Teori ini menyebutkan
bahwa kenaikan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan menyebabkan
kenaikan harga barang dan jasa. Inti dari teori ini, yakni:

1. Inflasi akan terjadi jika ada penambahan jumlah uang beredar baik uang
kartal maupun uang giral.
2. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan
harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
mendatang.

2. Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi berdasarkan teori makronya. Menurut
Keynes, inflasi terjadi karena ada sebagian masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya.
Keadaan seperti ini ditunjukkan oleh permintaan masyarakat akan barang-
barang yang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.
Hal ini akan menimbulkan inflationary gap, ketika inflationary gap tetap
ada maka selama itu pula proses inflasi terjadi dan berkelanjutan. Teori Keynes
dipakai untuk menerangkan inflasi dalam jangka pendek.
3. Teori Strukturalis
Teori strukturalis merupakan teori inflasi yang menjelaskan fenomena
dalam jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari
kekakuan (infleksibilitas) struktur ekonomi suatu negara.
Menurut teori ini ada dua kekakuan utama dalam perekonomian negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yakni:
1. Kekakuan penerimaan ekspor yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara
lamban dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lain.
2. Kekakuan penawaran bahan makanan yaitu produksi bahan makanan di
dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan
penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri
cenderung melebihi kenaikan harga barang-barang lain.
C. Kebijakan Ekonomi Konvesional dalam Mengatasi Inflasi
Mewujudkan inflasi nol persen secara terus menerus dalam perekonomian
yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu, dalam jangka

5
https://kumparan.com/kabar-harian/mengenal-3-teori-inflasi-dari-para-ahli-ekonomi-
1x6HVzzEpS5/full

6
panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada
tingkat yang sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu
menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi karena bagaimana pemerintah
mempunyai perananyang penting dalam mengendalikan laju inflasi karena
bagaimanapun pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam
mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian.
Kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yaitu
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
1. Kebijakan Fiskal
Ada dua kebijakan fiskal yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah untuk
menekan tingkat inflasi, yaitu :
a. Meningkatkan Pajak6
Jika ada penambahan pendapatan masyarakat dengan naiknya jumlahuang
beredar, setiap penambahan pendapatan masyarakat Rp.10.00, jika diikuti
dengan pajak 20% (MPC masyarakat diasumsikan 0,8), maka penambahan
pendapatan Rp.10.00 akan menambah konsumsi Rp.6,4 lebih kceil bila di
bandingkan dengan tidak adanya penambahan pajak yaitu Rp.8,00. Maka
tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka semakin
kecil konsumsi masyarakat. Dengan naiknya pajak yang di kenakan
pemerintah terhadap pendapatan masyarakat akan dapat menekan tingkat
konsumsi.
b. Mengurangi Pengeluaran Pemerintah7
Kebijakan yang akan di laksanakan adalah dalam bentuk mengurangi
pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam
mengurangi pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk menerangkan
tentang efek dari kebijakan fiskal dalam mengatasi inflasi perlu di bedakan
dalam dua keadaan, yaitu pertama keadaan dimana inflasi berlaku tanpa
kontrol pemerintah, kedua inflasi yang di atasi kebijakan fiskal.
6
Mulia Nasution, Ekonomi Moneter: Uang dan Bank, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1998, hlm.
225
7
Nurul Huda, Op.cit., hlm. 182-183

7
Jika inflasi dalam kondisi tanpa kontrol pemerintah, pengeluaran agregat
akan mengalami kenaikan sehingga akan menimbulkan efek pada pendapatan
nasional yang meningkat, begitu pula dengan tingkat harga yang mengalami
peningkatan. Maka dari itu diperoleh tingkat pengangguran yang sanagat
rendah. Dan jika dilihat kondisi kedua yaitu inflasi di atasi melalui kebijakan
fiskal, maka akan terwujud kesempatan kerja penuh dan harga-harga tidak
mengalami kenaikan yang terlalu tinggi, hal ini dapat dilihat dari kebijaan
pemerintah yang mencoba mengatasi dengan cara mengurangi pengeluaran,
sehingga menyebabkan agregat meningkat dan keseimbangan pendapatan
nasional mencapaikesempatan kerja penuh.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter ialah peraturan dan ketentuan yang dikluarkan oleh
otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar
ekonomi tumbuh lebih cepat,bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit
kepada sistem perbankan melalui operasi pasar terbuka,atau bank sentral
menurunkan pesyaratan cadangan dari bank-bank atau menurunkan tingkat
diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral.
Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi menjadi masalah
yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka
(open market operations), menarik uang dari sistem perbankan, menaikkan
persyaratan cadangan minimum (reserve requirment), atau menaikkan tingkat
diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan demikian akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi. Instrumen kebijakan moneter lain berkisar
dari kebijakan kredit selektif sampai moral suasion, suatau kebijakan yang
sederhana, tetapi sering sangat efektif.
Menaikkan suku bunga bank melalui bank sentral akan meningkatkan minat
masyarakat untuk menabung, dengan naiknya suku bunga yang disebabkan
naiknya suku bunga bank sentral akan menyebabkan permintaan uang untuk
investasi akan berkurang. Maksud menaikkan suku bunga ini adalah untuk
menarik uang yang beredar dalam masyarakat. Setelah uang tujuan produktif ,

8
sehingga penambahan uang yang beredar dapat diimbangi dengan penambahan
produksi barang, sehingga sektor riil pun dapat berkembang.
Dalam kondisi inflasi, pemerintah dapat pula menerapkan kebijakan uang
ketat (right money policy) yang merupakan salah satu kebijakan ampuh untuk
mengatasi terjadinya inflasi. Karena kebijakan ini mempengaruhi seluruh sektor
perekonomian, dengan tindakan ini seluruh sektor ekonomi akan mengalami
kemacetan dalam menjalankan aktivitasnya, namun tingkat inflasi pun dapat
menurun tajam. Indonesia pernah menerapkan kebijakan ini pada akhir tahun
1990 dan hasilnya terlihat dimana menurunnya tingkat inflasi pada tahun 1992.
D. Kebijakan ekonomi Islam dalam Inflasi
1. Kebijakan Fiskal
Dalam pemikiran islam menurut An-Nabahan pemerintah merupakan
lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan pelayanan terbaik kepada
rakyatnya. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, salah satunya yaitu tanggung jawab terhadap perekonomian
diantaranya mengawasi faktor utama penggerak perekonomian.8
Majid mengatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
pemerintah Islam menggunakan dua kebijakan, yaitu kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Kebijakan tersebut telah dipraktikkan sejak zaman Rasullulah
dan Khulafaur Rosyidin kemudian dikembangkan oleh para ulama. Tujuan dari
kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi,
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah
tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam.9
Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrumen yang
bisa digunakan, yaitu :
a. Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan pemanfaatan
zakat. Pemaksimalan penghimpunan zakat dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam kegiatan yang bertujuan dalam menjamin stabilitas ekonomi.

8
M. Faruq An-Nababan, Sistem Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan
Sosialis, Yogyakarta: UII Pers, 2000, hlm. 59
9
Majid M Nazori, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevasinya dengan Ekonomi Kekinian,
Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam (PSEI) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah, 2003, hlm. 221-223

9
Hal ini ditempuh apabila diasumsikan suatu perekonomian dalam kondisi full
employment, maka kenaikan permintaan agregat tidak akan menimbulkan
kenaikan pada pendapatan riil nasional.
b. Mengenakan biaya atas dana yang menganggur (cost of idle fund), hal ini
agarmendorong masyarakat untuk menginvestasikan dananya tidak hanya
melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan pada penciptaan pertumbuhan
sektor riil. Dengan adanya biaya, maka setiap masyarakat dituntut untuk
menginvestasikan dana yang mereka miliki tersebut.
c. Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha
dan meninggalkan bunga. Pada sistem bagi hasil segala pihak yang terlibat
akan membagi keuntungan dan kerugian bersama sesuai proporsi modalnya
masing-masing, dengan demikian segala bentuk transaksi baik itu sektor
rumah tangga, swasta maupun pemerintah semua dapat menjalankan prinsip
bagi hasil tanpa menggunakan bunga.
2. Kebijakan Moneter10
Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rosyidin kebijakan moneter
dilaksanakantanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali. Dalam
perekonomian kapitalis tingkat bunga seringkali berfluktuasi, yang sengaja hanya
disimpanpun akan terus menerus berubah. Penghapusan bunga dan kewajiban
membayar zakat sebesar 2.5% per tahun tidak hanya dapat meminimalisasi
permintaan spekulatif akan uang maupun penyimpanan uang yang diakibatkan
oleh tingkat bunga, melainkan juga memberikan stabilitas yang lebih tinggi
terhadap permintaan uang. Preferensi likuiditas yang muncul dari motif spekulasi
oleh karenanya tidak penting dalam perekonomian Islam. Variable yang harus
diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter Islam adalah stok uang, bukan
tingkat suku bunga bank. Dalam sistem ekonomi Islam, bank sentral harus
mengarahkan kebijakan moneternya untuk membiayai pertumbuhan potensial
dalam output jangka menengah dan jangka panjang demi mencapai harga yang
stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam.

10
Nurul Huda, Op.cit., hlm. 193-195

10
Dalam perekonomian Islam, untuk menjaga stabilitas tingkat harga ada
beberapa hal yang dilarang yaitu:
a. Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang hanya untuk keperluan transaksi
dan berjaga-jaga.
b. Penimbunan mata uang.
c. Transaksi tallaqi rukban. Yaitu mencegat penjual dari kampung atau daerah
pinggiran di luar kota untuk dijual kembali di pusat kota demi mendapatkan
keuntungan dari ketidakpastian harga.
d. Transaksi kali bi kali. Yaitu transaksi tidak tunai, transaksi tunai
diperbolehkan namun transaksi future tanpa ada barangnya adalah dilarang.
e. Segala bentuk riba.
Dalam kerangka strategi mekanik bagi kebijakan moneter, menurut Chapra
yang tidak hanya membantu pengaturan penawaran uang sesuai dengan
permintaan riil tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk menutup defisit
asli pemerintah dan juga sekaligus mencapai tujuan-tujuan lain masyarakat Islam.
Mekanik tersebut harus mencakup beberapa elemen, diantaranya:11
a. Target pertumbuhan pada M dan M0
Secara berkala bank sentral harus menetapkan pertumbuhan penawaran uang
(M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional, termasuk pertumbuhan
ekonomi yang dapat dipertahankan dan stabillitas dalam nilai uang.
b. Public share of demand deposit
Dalam jumlah tertentu (kondisi normal) demand deposit bank-bank komersil
maksimum sampai 25% harus diserahkan kepada pemerintah untuk mebiayai
proyek-proyek yang secara sosial menguntungkan.
c. Statutory reserve requirement
Bank-bank komersil harus memiliki cadangan dalam jumlah tertentu yaitu
10%-20% dari demand deposit mereka dengan bank sentral. Begitu pula
sebaliknya dengan bank sentral. Statutory reserve requirement membantu
memberikan jaminan atas deposit juga sekaligus membantu penyediaan
likuiditas yang memadai bagi bank.
BAB III
PENUTUP

11
Umer M Chapra, Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil (terj), Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997, hlm. 173-176

11
A. Kesimpulan
Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga harga umum
secara terus menerus dari suatu perekonomian. Semantara kondisi dimana terjadi
penurunan harga dinamakan dengan deflasi. Dalam perspektif islam inflasi
diartikan sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit uang
terhadap suatu komoditas.
Berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga-harga yang
berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu demand pull
inflation, cost push inflation, andimported inflation. Sedangkan dalam perspektif
islam, inflasi berdasarkan penyebabnya dikelompokkan menjadi dua yakni
natural inflationdan human error inflation.
Fenomena moneter (inflasi) berakibat buruk pada perekonomian karena
menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, distorsi harga, meruntuhkan efiensi
dan investasi produktif serta menimbulkan ketidak-adilan juga ketegangan sosial.
Terdapat dua macam kebijakan yang digunakan untuk mengatasi inflasi
konvensional yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Ekonomi Islam
menawarkan solusi untuk mengatasi inflasi diantaranya reformasi terhadap sistem
moneter dengan meniadakan segala bentuk interest dan menerapkan fiscal policy
yang diantara instrumennya adalah dengan memaksimalkan penghimpunan zakat
serta pengoptimalan pemanfaatan zakat, mengenakan biaya atas dana yang
menganggur (cost of idle fund), dan menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap
transaksi atau segala jenis usaha dan meninggalkan bunga. Idealnya, kebijakan
ekonomi makro harus bertujuan menstabilkan harga-harga.

DAFTAR PUSTAKA

12
Al- Arif, M. Nur Rianto. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. 2010.
Bandung. Alfabeta
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Pengantar Makroekonomi.
Jakarta. LPFE-UI.
Sukirno, sadono.2002. Makroekonomi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers.
A.Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta. Rajawali Pers.
Huda,Nurul. 2008.Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta.
Kencana.
Samuelson,Paul A. 1992. Economics 14thed. New York. McGraw Hill.
https://kumparan.com/kabar-harian/mengenal-3-teori-inflasi-dari-para-ahli-
ekonomi-1x6HVzzEpS5/full

13

You might also like