You are on page 1of 15

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

STUDI MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH DI LAHAN


KEBUN PERCOBAAN BALITTAS KECAMATAN KALIPARE
KABUPATEN MALANG

Naufal Wahyuaji Hibatullah1, Soemarno1*, Budi Santoso2


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran No 1 Malang 65145
*
penulis korespondensi: smno@ub.ac.id

Malang, 23 Mei 2019


Menyetujui

Dosen Pembimbing 1

(Prof. Dr. Ir. Soemarno, MS.)

Dosen Pembimbing 2

(Ir. Budi Santoso, MP)

http://jtsl.ub.ac.id
1
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

STUDI MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH DI LAHAN


KEBUN PERCOBAAN BALITTAS KECAMATAN KALIPARE
KABUPATEN MALANG

Naufal Wahyuaji Hibatullah1, Soemarno1*, Budi Santoso2


1
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
2
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
Jl. Raya Karangploso Km 4 PO BOX 199, Malang 65152 Jawa Timur, Indonesia
*
penulis korespondensi: smno@ub.ac.id

Abstract
The classification of land in the world of agriculture is needed, the classification
of land itself is a science that discusses the properties of land that are
distinguished from one another and then will be classified into certain classes
based on the characteristics of the same land which are also mutually
contradictory. This research was conducted with the aim of studying and
analyzing the distribution of soil taxa based on land cover in the experimental
gardens of Balittas, Kalipare sub-district, Malang district. Observation of this
study uses cross section of soil profile and minipit to test the morphological
properties of soil, soil physical properties and chemical properties of soil with
different soil cover, namely: Kemiri sunan, Kacang hijau, Tebu, Jati dan agave.
The results of this study are that the soil in the Balittas Kalipare experimental
garden belongs to the class of orders of Alfisols and Mollisols. The factors that
influence the yield are high clay composition. It can also be used against
vegetation. The experimental garden because with high clay content will make it
difficult for plant roots to penetrate. It is necessary to make biopore holes to
improve the physical properties of the soil.

Keywords : Alfisols, Mollisols, Soil classification, Soil characteristic

1. Pendahuluan dimilikinya. Perbedaan sifat-sifat tanah


disebabkan karena faktor pembentuk
1.1 Latar Belakang tanah. Adapun faktor pembentuk tanah
Tanah mengalami proses seperti iklim, organisme, bahan induk,
perkembangan berdasarkan dari kondisi waktu dan relief. Proses yang berbeda
lingkungan yang berada di ketika tahap pembentukan tanah maka
sekelilingnya, hal tersebut menyebabkan akan menghasilkan tanah yang berbeda
tanah memiliki kondisi atau ciri yang sehingga perbedaan itulah dapat diamati
berbeda-beda. Sifat tanah yang berbeda dari sisi sifat morfologi tanahnya untuk
diantaranya sifat fisika, kimia, dan mengetahui sifat-sifat tanah yang
biologi. Perbedaan dari sifat-sifat berbeda diperlukan analisis melalui
tersebut juga menyebabkan tanah morfologi tanah. Morfologi tanah adalah
membutuhkan perlakuan yang berbeda sifat-sifat tanah yang diamati dan
tergantung dari sifat dan kondisi yang dipelajari di lapang (Hardjowigeno,

http://jtsl.ub.ac.id
2
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

1993 dalam Rajamuddin dan Sanusi, taksa tanah berdasarkan tutupan lahan
2014). Morfologi tanah menggambarkan yang ada di lahan kebun percobaan
perubahan yang terjadi di dalam tubuh Balittas Kalipare kabupaten Malang.
tanah untuk dijadikan informasi sebagai
dasar klasifikasi tanah melalui sifat-sifat
tanah (Rajamuddin dan Sanusi, 2014).
Klasifikasi tanah dalam dunia
pertanian sangatlah dibutuhkan, 1.4 Manfaat Penelitian
klasifikasi tanah sendiri merupakan ilmu
yang mempelajari sifat-sifat tanah yang Manfaat penelitian ini adalah dapat
dibedakan dengan satu sama lain memberikan informasi terkait sebaran
kemudian akan dikelaskan kedalam taksa tanah di kebun percobaan Balittas
kelas-kelas tertentu berdasarkan sifat- Kalipare kabupaten Malang dan sebagai
sifat tanah yang yang sama maupun inventarisasi data yang akan digunakan
sebaliknya (Arabia, 2017). Hal ini di masa yang akan datang oleh pihak
dilakukan untuk penggolongan tanah balai.
dan penerapan di lapangan sebelum
menggunakan sebuah lahan harus 2. Bahan dan Metode
diketahui terlebih dahulu taksa tanahnya 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
sehingga cara pengolahan maupun
perawatan tidak mengalami kekeliruan. Penelitian ini dilaksanakan di 2
Berdasarkan penjelasan diatas tempat di Kebun percobaan Balittas
dapat diketahui bahwasanya lahan kebun Kalipare dan Laboratorium jurusan
percobaan Balittas Kecamatan Kalipare Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Kabupaten Malang belum diketahui Brawijaya yaitu pada bulan Januari 2018
nama taksa tanah. Oleh karena itu perlu – Maret 2019.
dilakukannya kegiatan deskripsi
morfologi dan klasifikasi tanah. Hal ini 2.2 Alat dan Bahan Penelitian
dilakukan di kebun percobaan Balittas Kegiatan ini memerlukan beberapa
kecamatan Kalipare kabupaten Malang alat yang akan digunakan dalam
guna untuk mendapatkan informasi pengamatan lapang maupun analisa lab
terkait sifat-sifat tanah yang akan antara lain: Komputer, ArcGis 10.5,
digunakan sebagai acuan petugas kebun cangkul, sekop, survei set, GPS (Global
maupun peneliti dalam melakukan Positioning System), kamera, peralatan
perawatan atau pengelolaan lahan. laboratorium fisika dan kimia, buku
Selain itu, Data yang telah didapatkan KTT (Kunci Taksonomi Tanah 2014).
nantinya dapat digunakan sebagai arsip Bahan yang digunakan antara lain: Citra
maupun inventarisasi data di instansi google earth, kartu pedon, buku
tersebut. petunjuk teknis pengamatan tanah,
bahan untuk analsis tekstur, Ca, Mg, K,
1.2 Rumusan Masalah
Na, KTK, pH H2O, C-organik, data
Berdasarkan uraian diatas maka morfologi tanah.
dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana sebaran 2.3 Metode Pelaksanaan
taksa tanah berdasarkan tutupan lahan di Penelitian ini terdiri dari penelitian
kebun percobaan Balittas Kalipare lapangan dan laboratorium. Pendekatan
kabupaten Malang. survei yang digunakan dalam penelitian
1.3 Tujuan Penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan sintetik. Metode untuk
Penelitian ini bertujuan untuk penentuan titik pengamatan
mengetahui dan menganalisis sebaran menggunakan metode grid kaku.

http://jtsl.ub.ac.id
3
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

Menurut Rayes (2007) pendekatan 3.1 Kondisi Umum Wilayah


sintetik merupakan pendekatan yang
Kalipare merupakan salah satu dari
melakukan pengamatan lapangan
33 wilayah kecamatan yang berada di
terlebih dahulu, lalu mengelompokkan
kabupaten Malang. Kecamatan Kalipare
berdasarkan sifat-sifat tertentu. Metode
ini dibatasi oleh beberapa wilayah lain
survei tanah grid kaku merupakan tata
seperti, kecamatan Sumberpucung di
cara pengambilan sampel tanah dengan
bagian utara, kecamatan Pagak di bagian
menggunakan jarak pengamatan dibuat
timur, kecamatan Donomulyo di bagian
secara teratur sehingga menghasilkan
selatan dan kabupaten Blitar di bagian
jalur segi empat pada tiap daerah
barat wilayahnya. Lokasi penelitian
pengamatan. Tahapan yang dilakukan
yang berada di desa Sukowilangun
dalam penelitian ini, yaitu: persiapan,
barat, Kecamatan Kalipare, Kabupaten
survei lapangan, analisa laboratorium,
Malang tepatnya terletak pada koordinat
klasifikasi tanah, analisis data dan
08°12’0.886” LS dan 112°27’2.513”
pelaporan hasil dari penelitian. Analisa
BT. Berdasarkan Peta Geologi Lembar
tanah di laboratorium meliputi 6
Blitar (Sjarifudin, 1992), tanah di lokasi
parameter, yaitu: 1) Tekstur (Pipet), 2)
penelitian terbentuk atas endapan tuf
Ca, Mg, Na dan K (Flamephotometer
gunung api (Qptm). Material
dan Atomic Absorbtion
penyusunnya adalah Tuf Lapili, Tuf
Spectrophotometer (AAS)), 3) KTK
Batu Apung dan lava. Formasi geologi
(NH4OAc), 4) KB (∑ (Ca, Mg, K,
Qptm terbentuk pada zaman kuarter
Na)/KTKx100%), 5) pH H2O (Elektode
holosen dan plistosen (Sjarifudin, 1992).
glass Rasio 1:1), 6) C-Organik (Walkey-
Kondisi biofisik lahan pada kebun
Black).
percobaan Balittas kecamatan Kalipare
disajikan pada Tabel 1 berikut.
3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Kondisi Biofisik Lahan Kebun Percobaan Balittas kec. Kalipare
Kode Elevasi Lereng Aliran Drainase
Erosi Permeabilitas
Pedon* (mdpl) (%) Permukaan Alami
Agak
T1 P1 313 2 Lambat Percik Agak lambat
terhambat
Agak
T2 P2 315 1 Lambat Percik Lambat terhambat
Cukup
T3 M1 318 2 Lambat Percik Agak lambat
baik
Agak
T4 M2 315 1 Lambat Percik Agak lambat
terhambat
Agak
T5 M3 316 2 Lambat Percik Agak lambat
terhambat
*) Keterangan : T1P1 = Titik 1 Profil 1 (Kemiri Sunan); T2P2 = Titik 2 Profil 2 (Kacang Hijau); T3M1 =
Titik 3 Minipit 1 (Tebu); T4M2 = Titik 4 Minipit 2 (Jati); T5M3 = Titik 5 Minipit 3 (Agave)

Berdasarkan pengamatan yang ada permeabilitas dari lambat sampai agak


di lapang, terdapat perbedaan dan lambat dan memiliki drainase alami
persamaan kondisi biofisik lahan pada agak terhambat. Pada lokasi penelitian
kebun percobaan Balittas Kalipare. Pada juga didapatkan iklim berdasarkan data
lokasi penelitian didapatkan ketinggian dari stasiun geofisika Karangkates dan
tempat sebesar 313-318 mdpl, Badan pengelolaan daerah aliran sungai
kelerengan tempat berkisar 1-2%, Brantas. Data iklim yang digunakan
memiliki aliran permukaan lambat, adalah data iklim curah hujan dan suhu
memiliki erosi percik, memilik selama 10 tahun terakhir (2007-2017).

http://jtsl.ub.ac.id
4
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

Data iklim yang telah didapatkan diolah selaput liat pada horizon kedua dan
dengan menggunakan Software Java ketiga. Pada penampang minipit 1
Newhall Simulation Model (Wambake, (T3M1) dengan tutupan lahan tanaman
2009) sehingga pada lokasi penelitian tebu memiliki empat horizon genetik
termasuk rejim kelembaban tanah ustic yaitu A, Bw1, Bw2, Bw3. Bw
dan rejim suhu tanah isohyperthermic. menunjukan adanya perubahan warna
tanah yang berbeda dengan horizon
3.2 Sifat Morfologi Tanah atasnya. Menurut Soil Survey Staff
(2014) horizon penciri atau suffix “w”
Sifat Morfologi tanah dapat
merupakan simbol yang digunakan
diketahui dengan pengamatan secara
bersama horizon genetik “B” untuk
langsung di lapang dalam bentuk
menunjukan adanya perkembangan
penggalian profil tanah atau minipit +
warna tanah atau perkembangan
bor tanah. Setelah dilakukannya
struktur, atau perkembangan dari
pengamatan pada lahan penelitian yaitu
keduanya. Pada penampang minipit 2
di kebun percobaan Balittas Kalipare.
(T4M2) dengan tutupan lahan tanaman
Adapun beberapa sifat morfologi yang
jati memiliki lima horizon genetik yaitu
diamati adalah susunan horizon dan
A, AB, 2AB, 3AB dan Bw. Pada M2
warna tanah.
memiliki horizon peralihan AB yang
3.2.1 Horizon Genetik mengalami peralihan sifat tanah dari
Pada penelitian ini didapatkan horizon genetik “A” dan horizon genetik
lapisan atau horizon tanah yang “B” yang didominasi sifat tanah dari
berbeda-beda. Pada penampang profil 1 horizon “A”. Menurut Soil Survey Staff
(T1P1) dengan tutupan lahan kemiri (2014) horizon peralihan merupakan
sunan memiliki empat horizon genetik horizon yang didominasi oleh sifat-sifat
yaitu A, Bt1, Bt2, 2A. Bt menunjukan dari satu horizon utama dan juga
adanya selaput liat pada penanampang mempunyai sebagian dari sifat horizon
contoh tanah yang diambil. Menurut yang lainnya. Pada penampang minipit 3
Hardjowigeno (2015) bahwa adanya (T5M3) dengan tutupan lahan tanaman
selaput liat menunjukan jika pada solum agave memiliki tiga horizon genetik
tanah tersebut mengalami proses iluviasi yaitu A, Bw1 dan Bw2. Pada minipit
liat hasil pencucian (eluviasi) horizon di ketiga tidak ada indikasi khusus di setiap
atasnya. Pada T1P1 terdapat horizon dan memiliki susunan horizon
diskontinuitas dari horizon “A”. Pada yang sama dengan minipit pertama.
penampang profil 2 (T2P2) dengan Menurut Rayes (2017) horizonisasi
tutupan lahan kacang hijau memiliki tiga merupakan proses yang membentuk
horizon genetik yaitu A, Bt1, Bt2. Pada profil tanah dengan pembentukan yang
P2 terdapat horizon penciri atau suffix menghasilkan horizon-horizon tanah.
“p” karena menunjukan adanya Horizonisasi menyebabkan tanah yang
gangguan pada lapisan permukaan tanah terpisahkan menjadi berbagai bagian
atau pengolahan tanah dari hasil yang sama. Pemisahan tubuh tanah
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terjadi karena adanya transformasi dan
maupun pekerja kebun dari Balittas. translokasi bahan tanah sehingga tanah
Menurut Soil survey staff (2014) horizon tersusun dari sifat fisik dan kimia yang
penciri “p” merupakan simbol yang berbeda.
menunjukan adanya gangguan pada 3.2.2 Warna Tanah
lapisan permukaan tanah oleh alat-alat
Pada hasil pengamatan lapang
mekanik, pengembalaan ternak, atau
warna tanah di kebun percobaan Balittas
gangguan pengguanaan lain yang
Kalipare (Tabel 2) terdapat keadaan
serupa. Pada P2 juga sama dengan profil
warna yang didominasi warna coklat
pertama yang memiliki clay skin atau
dimana setiap lokasi titik pengamatan

http://jtsl.ub.ac.id
5
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

banyak terdapat bahan organik yang satu kelompok bahan koloidal yang
didapatkan dari seresah tanaman tutupan bertugas sebagai agen perekat partikel
lahan maupun perlakuan penelitian yang dalam proses pembentukan agregat
dilakukan oleh pihak Balittas dengan dimana liat tersebut termasuk dari
pemanfaatan bahan organik. Hal ini mineral-mineral liat koloidal yang mana
sesuai seperti yang telah koloid-koloid tersebut bermuatan
diwawancarakan dengan pekerja kebun negatif, maka molekul air yang
percobaan Balittas Kalipare bahwasanya bertindak sebagai muatan “+” dan “–“
di lokasi penelitian sering dilakukannya terjerap ke permukaan koloid liat
perlakuan penelitian dengan tersebut. Ketika molekul air tersebut
memanfaatkan bahan organik sehingga menguap, maka lempeng-lempeng liat
warna tanah di kebun percobaan Balittas akan saling berdekatan dengan dibantu
Kalipare cenderung kecoklatan. Menurut oleh agen perekat sehingga terjadilah
Tim Peneliti BBSDLP (2017) agregasi.
kandungan bahan organik yang tinggi di
3.3.2 Tekstur Tanah
dalam tanah akan menyebabkan warna
tanah menjadi coklat gelap. Sama halnya Berdasarkan Tabel 2 pada kebun
dengan perubahan warna yang terjadi percobaan Balittas Kalipare didapatkan
pada pengamatan lapang di setiap titik kelas tekstur liat, liat berdebu dan
pengamatan penampang profil maupun lempung liat berdebu akan tetapi pada
minipit tanah semakin ke bawah warna lokasi penelitian didominasi dengan
tanah semakin terang dikarenakan kelas tekstur liat. Kandungan liat yang
terjadi proses pencucian tanah atau tinggi dibuktikan juga dengan ketika
eluviasi. Hal ini didukung oleh Hanafiah melakukan penggalian di lapang terasa
(2012) bahwasanya pada kondisi berat. Menurut Hanafiah (2012) bahwa
tertentu warna sering digunakan sebagai semakin kecil ukuran partikel tanah
indikator kesuburan lahan dan warna maka semakin banyak jumlah dan
tersebut dihasilkan dari : (1). Kadar semakin luas permukaannya per satuan
bahan organik yang tinggi akan bobot tanah, sehingga menyebabkan
menyebabkan tanah berwarna gelap, (2). semakin padat partikel-partikel per
Intensitas pencucian kandungan unsur satuan volume tanah. Hal ini tanah
hara di dalam tanah tersebut semakin berstekstur liat banyak memiliki pori-
sering terjadi pencucian maka semakin pori mikro sehingga menyebabkan akar
terang warna tanah tersebut, (3). Warna sulit untuk berpenetrasi.
terang menandakan dominannya kuarsa
3.3.3 Konsistensi Tanah
atau mineral yang tidak ada nilai
nutrisional sama sekali sehingga Pada Tabel 2 menunjukan hasil dari
semakin menyebabkan warna tanah konsistensi tanah di kebun percobaan
menjadi terang. Balittas Kalipare untuk T1P1 memiliki
konsistensi lembab teguh, Sedangkan
3.3 Sifat Fisika Tanah
untuk konsistensi basah terdapat
3.3.1 Struktur Tanah kelekatan dan plastisitas yaitu agak lekat
dan agak plastis. Pada titik pengamatan
Berdasarkan dari Tabel 2 struktur
T2P2 memiliki konsistensi lembab
tanah di lahan penelitian di Kebun
gembur yang terdapat pada horizon atas
Percobaan BALITTAS Kalipare berupa
dan teguh pada horizon bawahnya,
Gumpal Bersudut (GS) dikarenakan
Sedangkan konsistensi basah
pada lahan penelitian di kebun
kelekatannya sangat lekat dan lekat,
percobaan BALITTAS Kalipare
kemudian plastisitasnya terdapat agak
didominasi dengan fraksi liat daripada
plastis. Pada T3M1 memiliki konsistensi
fraksi pasir maupun debu. Menurut
lembab gembur dan teguh, untuk
Hanafiah (2012) liat merupakan salah
konsistensi basah kelekatannya agak

http://jtsl.ub.ac.id
6
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x: xxx-xxx, xxxx

lekat dan lekat, kemudian plastisitasnya


agak plastis dan plastis. Pada titik
pengamatan T4M2 terdapat konsistensi
lembab teguh, sedangkan untuk
konsistensi basah kelekatan terdapat
lekat dan agak lekat, untuk plastisitas
memiliki sifat plastis dan agak plastis.
Pada titik pengamatan terakhir T5M3
terdapat konsistensi lembab gembur dan
teguh, sedangkan untuk kelekatan dan
plastisitas pada titik pengamatan ini
adalah lekat, agak lekat dan plastis, agak
plastis. Menurut Hanfiah (2012) faktor-
faktor yang mempengaruhi kondisi
konsistensi tanah adalah tekstur, sifat
dan jumlah koloid organik maupun
anorganik, struktur dan kadar air tanah.
tanah yang mengandung liat-silikat akan
memiliki sifat plastis yang kuat daripada
tanah yang berpasir.

http://jtsl.ub.ac.id
Tabel 2. Karakteristik Morfologi Tanah dan Hasil Analisa Sifat Fisik Tanah Lokasi Penelitian
Konsistensi Tekstur (%)
Kode Kedalaman
Horizon Warna Struktur Basah Kelas
Pedon (cm) Lembab Pasir Liat Debu
Kelekatan Plastisitas
T1P1 A 0-42/57 10 YR 2/2 GS Teguh Agak lekat Agak plastis 20 60 20 Liat
Bt1 42/57-97/90 10 YR 3/4 GS Teguh Agak lekat Agak plastis 11 71 17 Liat
Bt2 97/90-120/150 10 YR 3/3 GS Teguh Agak lekat Agak plastis 11 85 4 Liat
2A 120/150-200 10 YR 2/2 GS Teguh Agak lekat Agak plastis 8 71 20 Liat
T2P2 A 0-68/77 10 YR 2/2 GS Gembur Sangat lekat Agak plastis 37 58 5 Liat
Bt1 68/77-160/148 10 YR 3/1 GS Teguh Lekat Agak plastis 17 67 17 Liat
Bt2 160/148-200 10 YR 3/2 GS Teguh Sangat lekat Agak plastis 16 78 6 Liat
T3M1 A 0-19/28 10 YR 2/1 GS Gembur Agak lekat Agak plastis 35 55 10 Liat
Bw1 19/28-50 10 YR 3/1 GS Gembur Lekat Plastis 24 67 9 Liat
Bw2 50-97 10 YR 3/2 - Teguh Lekat Plastis 24 58 18 Liat
Bw3 97-150 10 YR 3/3 - Teguh Agak lekat Agak plastis 10 62 28 Liat
T4M2 A 0-22/15 10 YR 3/1 GS Teguh Lekat Plastis 33 60 7 Liat
AB 22/15-50 10 YR 3/2 GS Teguh Agak lekat Agak plastis 28 57 15 Liat
2AB 50-94 10 YR 3/3 - Teguh Lekat Agak plastis 8 46 47 Liat berdebu
Lempung liat
3AB 94-135 10 YR 3/4 - Teguh Agak lekat Agak plastis 10 59 31
berdebu
Bw 135-150 10 YR 4/3 - Teguh Agak lekat Agak plastis 7 50 43 Liat Berdebu
T5M3 A 0-13/22 10 YR 2/2 GS Gembur Agak lekat Agak plastis 44 50 6 Liat
Bw1 13/22-50 10 YR 3/3 GS Gembur Agak lekat Agak plastis 46 45 9 Liat Berpasir
Bw2 50-150 10 YR 3/4 - Teguh Lekat Plastis 13 85 2 Liat
*) Keterangan : T1P1 = Titik 1 Profil 1 (Kemiri Sunan); T2P2 = Titik 2 Profil 2 (Kacang Hijau); T3M1 = Titik 3 Minipit 1 (Tebu); T4M2 = Titik 4 Minipit 2 (Jati); T5M3 = Titik 5
Minipit 3 (Agave); GS = Gumpal Bersudut; YR = Yellow Red
Tabel 3. Hasil Analisa Kimia Tanah Lokasi Penelitian
Ph C- Bahan KB
Komodita K Na Ca Mg KTK Jumla
Titik Kode 1:1 organi organik (%
s (me100g-1) (me100g-1) (me100g-1) (me100g-1) (me100g-1) h basa
H2O k (%) (%) )
T1P1 Kemiri P1 H1 5,7 0,78 1,35 0,63 10,33 13,60 0,98 29,09 25,54 88
Sunan P1 H2 5,8 0,54 0,94 0,12 11,18 12,86 6,09 39,12 30,25 77
P1 H3 6,1 0,44 0,77 0,08 10,83 10,19 4,34 34,95 25,44 73
P1 H4 5,7 0,62 1,07 0,08 12,39 10,50 4,00 32,76 26,97 82
T2P2 Kacang P2 H1 5,4 1,31 2,26 0,07 6,50 11,17 0,33 30,20 18,07 60
Hijau P2 H2 6,1 0,82 1,42 0,04 8,08 12,39 4,48 33,82 24,99 74
P2 H3 6,1 0,64 1,12 0,04 10,06 10,27 4,00 41,93 24,37 58
T3M Tebu M1 H1 5,2 1,12 1,94 0,27 2,55 8,44 2,60 28,80 13,85 48
1 M1 H2 5,6 1,08 1,86 0,28 2,86 10,78 1,18 28,83 15,09 52
M1 H3 5,7 0,54 0,94 0,08 5,35 10,42 2,90 35,74 18,76 52
M1 H4 5,8 0,58 1,00 0,13 6,70 11,42 2,18 40,22 20,42 51
T4M Jati M2 H1 5,0 1,75 3,03 0,11 2,63 8,03 2,83 34,93 13,60 39
2 M2 H2 5,3 1,18 2,03 0,04 2,66 11,18 1,89 33,80 15,77 47
M2 H3 5,7 0,86 1,48 0,12 2,92 12,94 4,85 39,86 20,83 52
M2 H4 5,9 0,65 1,13 0,13 2,57 11,93 4,21 42,26 18,84 45
M2 H5 5,8 0,56 0,97 0,13 2,87 12,19 4,06 42,54 19,25 45
T5M Agave M3 H1 5,1 1,34 2,31 0,13 1,07 7,56 1,26 23,95 10,01 42
3 M3 H2 5,5 0,86 1,48 0,15 1,31 7,31 1,79 25,73 10,56 41
M3 H3 5,7 1,08 1,87 0,45 2,04 9,20 2,22 27,01 13,90 51
*) Keterangan : T1P1 = Titik 1 Profil 1; T2P2 = Titik 2 Profil 2; T3M1 = Titik 3 Minipit 1; T4M2 = Titik 4 Minipit 2; T5M3 = Titik 5 Minipit 3
3.4 Sifat Kimia Tanah yang mempengaruhi nilai KTK tanah
adalah kandungan humus tanah dan
3.4.1 pH Tanah jenis mineral liat. Sesuai dengan yang
Pada kebun percobaan Balittas terdapat pada kriteria analisis tanah di
Kalipare hasil analisa pH tanah dapat Balai penelitian tanah bahwa kriteria
dilihat di Tabel 3 yakni didapatkan pH kapasitas tukar kation yang terdapat
tanah yang termasuk kedalam skala agak pada lahan kebun percobaan Balittas
masam berdasarkan petunjuk teknis Kalipare termasuk kedalam kriteria
analisa kimia tanah oleh balai penelitian. sedang hingga sangat tinggi. Hal ini
Menurut Prabowo (2017) bahwa faktor- dikarenakan pada kebun percobaan
faktor yang mempengaruhi tanah masam Balittas Kalipare memiliki tekstur yang
adalah tekstur, tanah yang mempunyai didominasi dengan liat. Hal ini juga
tekstur liat akan memiliki koloid tanah terdapat pada Hardjowigeno (2015)
yang dapat melakukan kapasitas tukar tanah-tanah yang banyak mengandung
kation yang tinggi, sehingga tanah yang bahan organik atau dengan kadar liat
mengandung kation yang banyak akan tinggi memiliki nilai KTK yang lebih
berdisosiasi dan dapat menimbulkan tinggi daripada tanah yang memiliki
reaksi asam. Seperti yang terdapat pada kandungan bahan organik rendah atau
lokasi penelitian bahwa pada setiap titik tanah-tanah yang berpasir.
pengamatan didominasi dengan tekstur 3.4.4 Kejenuhan Basa
tanah liat.
Pada lahan kebun percobaan
3.4.1 C-Organik Balittas Kalipare kejenuhan basa rata-
Pada kebun percobaan Balittas rata berada pada nilai >40% dimana
Kalipare (Tabel 3) didapatkan hasil kejenuhan basa ini memiliki hubungan
analisis C-Organik yang tergolong erat dengan pH tanah yang ada di
rendah. Berdasarkan hasil dari lapang. Menurut Hardjowigeno (2015)
wawancara dengan petugas kebun hal hubungan pH tanah dengan kejenuhan
ini dikarenakan pada kondisi lapangnya basa pada pH 5,5-6,5 hampir merupakan
terkadang sering dilakukan pengolahan suatu yang berbanding lurus. Kejenuhan
tanah maupun pembersihan oleh petugas basa (NHO4Ac) pada lokasi penelitian
kebun sehingga bahan organik tidak termasuk kedalam skala sedang hingga
dapat terurai secara maksimal. sangat tinggi karena KTK pada lokasi
Kandungan C-Organik pada tiap titik penelitian juga termasuk kedalam skala
pengamatan di horizon “A” merupakan tinggi. Menurut Foth (2010), nilai KTK
lapisan yang lebih banyak mengandung tanah biasanya berbanding lurus dengan
C-Organik daripada horizon kejenuhan basa (NH4OAc), karena
dibawahnya. Menurut Sipahutar, et al semakin tinggi KTK berarti kadar kation
(2014) bahwa kadar C-Organik basa dalam tanah akan semakin tinggi
cenderung menurun seiring pertambahan pula kejenuhan basa di daerah tersebut.
kedalaman tanah karena bahan organik 3.5. Klasifikasi Tanah
yang hanya diaplikasikana atau jatuh
diatas tanah. Sehingga bahan organik Dari data yang telah diketahui
tersebut terakumulasi pada lapisan top dapat dilanjutkan dengan
soil dan sebagian tercuci ke lapisan yang mengklasifikasikan tanah tersebut
lebih dalam (sub soil). sehingga dapat diketahui taksa tanah
dari lokasi penelitian. Klasifikasi tanah
3.4.3 Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada penelitian menggunakan panduan
Kapasitas Tukar Kation atau KTK dari Kunci Taksonomi Tanah USDA
merupakan daya tanah dalam menjerap tahun 2014. Berikut merupakan hasil
kation-kation per 100 g tanah. Sufardi et dari pengklasifikasian setelah
al. (2017) menyatakan bahwa salah satu dilakukannya tabulasi.
Tabel 4. Hasil Klasifikasi Tanah Lokasi Penelitian
Lokasi T1P1 T2P2 T3M1 T4M2 T5M3
Epipedon Molik Molik Umbrik Umbrik Umbrik
Endopedon Argilik Argilik Argilik Kambik Argilik
Ordo Mollisols Mollisols Alfisols Alfisols Alfisols
Subordo Ustolls Ustolls Ustalfs Ustalfs Ustalfs
Haplustal
Great Grup Argiustolls Argiustolls Haplustalfs Haplustalfs
fs
Typic
Pachic Pachic Typic Typic
Sub Grup Haplustal
Argiustolls Argiustolls Haplustalfs Haplustalfs
fs

3.5.1 Titik Pengamatan Profil Tanah tanah yang terdapat di kebun percobaan
Balittas Kalipare. Epipedon yang
Pada titik pengamatan profil tanah
terdapat di titik pengamatan ini
memiliki epipedon molik karena pada
merupakan epipedon umbrik karena
penampang profil tanah didapatkan
pada titik pengamatan ini memiliki
ketebalan horizon sedalam 0-57 cm
ketebalan horizon setebal 0-28 cm
(T1P1) dan 0-77 cm (T2P2), memiliki
(T3M1) dan 0-22 cm (T4M2 dan
kejenuhan basa (NH4OAc) sebesar 88%
T5M3), memiliki kejenuhan basa
(T1P1) dan 60% (T2P2) pada seluruh
(NH4OAc) sebesar 39-48%, memiliki
ketebalan epipedon dan warna value,
kandungan C-Organik sebesar 1-2% dan
chroma lembab 2, memiliki kadar C-
warna tanah lembab dengan value ≤ 3
organik 0,8% (T1P1) dan 1,3% (T2P2).
dan chroma ≤ 3. Endopedon di titik
Endopedon pada titik pengamatan ini
pengamatan ini termasuk kedalam
didapatkan endopedon argilik karena
horizon argilik (T3M1 dan T5M3) dan
didapatkan selaput liat yang
kambik (T4M2) dikarenakan pada
menyelimuti permukaan ped vertikal
horizon argilik terdapat peningkatan
dan horizontal, memiliki kandungan liat
kandungan persentase liat pada horizon
yang melebihi daripada horizon atasnya.
bawah permukaan, sedangkan untuk
Pada titik pengamatan ini ordo tanahnya
horizon kambik terdapat perpindahan
termasuk kedalam Mollisols karena
atau alterasi fisik dari horizon atas ke
memiliki kejenuhan basa (NH4OAc)
horizon bawah. Pada titik pengamatan
sebesar 60-88% dan memiliki epipedon
ini termasuk ordo tanah, yakni berupa
molik. Sub ordo pada titik pengamatan
Alfisols dikarenakan pada titik
T1P1 termasuk kedalam ustolls
pengamatan ini memiliki kejenuhan basa
dikarenakan pada lokasi penelitian
(NH4OAc) sebesar 39-50% dan
memiliki rejim kelembaban ustik. Pada
memiliki horizon argilik pada
titik pengamatan ini great groupnya
endopedonnya. Subordo yang terdapat
termasuk kedalam argiustolls
di titik pengamatan ini termasuk
dikarenakan terdapat horizon argilik.
subordo ustalfs dikarenakan pada lokasi
Sub grup T1P1 dan T2P2 termasuk
penelitian kebun percobaan Balittas
kedalam pachic argiustolls karena
Kalipare memiliki rejim kelembaban
epipedon molik yang memiliki ketebalan
tanah ustik yang dapat diketahui dari
0-57 cm dan 0-77 cm.
data iklim stasiun geofisika
3.5.2 Titik Pengamatan Minipit Karangkates. Pada titik pengamatan ini
didapatkan great grup haplustalfs
Pada titik pengamatan ini
dikarenakan tidak ada yang sesuai
menggunakan pengamatan penampang
dengan great grup yang lain. Sub grup
minipit dan bor sama halnya dengan
termasuk Typic haplustalfs karena tidak
pengamatan profil tanah dimana
termasuk kedalam kelas sub grup yang
digunakan sebagai penentuan taksa
lain.
3.6 Pembahasan dengan alat tertentu hingga memperoleh
susunan lahan (struktur tanah) yang
3.6.1 Faktor yang mempengaruhi Taksa
dikehendaki oleh tanaman. Pada lokasi
Tanah dan Perkembangan Tanah penelitian didapatkan tanah Alfisols dan
Mollisols. Kedua ordo tersebut
Berdasarkan hasil pengamatan di
menghasilkan sub grup tanah yaitu
lapang taksa tanah yang ditemukan ada
Typic Haplustalfs dan Pachic
2 macam yakni kelas ordo Alfisols dan
Argiustolls. Sub grup di lokasi penelitian
Mollisols. Kedua ordo tersebut masih
memiliki kandungan liat yang sangat
termasuk kedalam kategori tanah yang
tinggi sehingga mempengaruhi tekstur
agak berkembang sehingga dapat
tanah menjadi liat dan struktur tanah
dikatakan sama, hanya yang
menjadi gumpal. Menurut Hanafiah
membedakannya adalah dari segi
(2012) Semakin kecil ukuran partikel
tutupan lahannya yang menyebabkan
tanah maka semakin banyak jumlah dan
pengaruh sifat tanahnya berupa
semakin luas permukaannya per satuan
kejenuhan basanya (NHO4Ac) berbeda.
bobot tanah, sehingga menyebabkan
Menurut Rayes (2017) tanah Alfisols
semakin padat partikel-partikel per
dan Mollisols merupakan tanah
satuan volume tanah. Hal ini akan
perkembangan dari tanah inceptisol
menyebabkan tanah yang didominasi
yang dipengaruhi suhu dingin, lembab
tekstur liat akan memiliki pori-pori
sampai panas pada umumnya seperti
mikro atau tidak poreus sehingga akan
padang rumput atau hutan yang berdaun
sulit untuk akar tanaman berpenetrasi
lebar.
secara maksimal. Perlu adanya
Pada lokasi penelitian titik
pengolahan tanah untuk memperbaiki
pengamatan profil tanah (T1P1 dan
dari sifat fisik tanah tersebut dengan
T2P2) memiliki kelas taksa tanah
penambahan bahan organik. Menurut
Pachic Argiustolls sedangkan pada titik
Muyassir, et al. (2012) menyatakan
pengamatan minipit dan bor tanah
bahwa penurunan berat volume tanah
(T3M1, T4M2 dan T5M3) memiliki
sebagai akibat dekomposisi berbagai
kelas taksa tanah yang berbeda yakni
sumber bahan organik menjadi bahan
Typic Haplustalfs. Kedua taksa ini
organik tanah (BOT) sehingga mampu
memiliki kandungan kejenuhan basa
menurunkan berat volume tanah,
(NH4OAc) yang berbeda yang mana
struktur padat menjadi remah sehingga
kejenuhan basa (NH4OAc) sebesar
tanah lebih mudah diolah.
>50% merupakan dari kelas ordo tanah
Agusni, et al (2014) menjelaskan
Mollisols sedangkan kejenuhan basa
bahwa bahan organik bersifat poreus
(NH4OAc) sebesar >35% merupakan
yang diaplikasikan kedalam tanah akan
dari kelas ordo tanah Alfisols. Tingginya
meningkatan pori tanah. Selain itu,
kejenuhan basa (NH4OAc) dipengaruhi
bahan organik akan berpengaruh
oleh tanah yang terbentuk merupakan
terhadap agregat yang nantinya akan
tanah muda yang agak berkembang dan
menurunkan berat isi. Berat isi yang
kondisi topografi dari kebun percobaan
menurun akan menyebabkan banyaknya
Balittas Kalipare yang termasuk
ruang pori makro dan pori mikro. Habi
kedalam kategori datar sehingga untuk
(2015) menjelaskan bahwa peningkatan
terjadi erosi sangatlah kecil
ruang pori tanah terjadi karena bahan
kemungkinannya dan memberikan
organik dapat memacu pembentukan
pengaruh terhadap hilangnya basa-basa
agregat-agregat tanah yang
tanah (Kusmiyarti, 2015).
diindikasikan dengan terjadinya
3.6.2 Cara Pengolahan dan penurunan berat isi tanah.
Pada lokasi penelitian didapatkan
Rekomendasi
sifat fisik tanah yang padat sehingga
Pengolahan tanah adalah mengubah perlu dilakukan pengolahan tanah yaitu
keadaan tanah atau lahan pertanian pengaplikasian lubang biopori. Balittas
perlu melakukan pembuatan lubang tanahnya secara menyeluruh pada lokasi
biopori karena dengan pembenaman penelitian di kebun pecobaan Balai
bahan organik tanah akan menyebabkan Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
sifat fisik tanah pada lokasi penelitian (BALITTAS) Kecamatan Kalipare
lebih gembur atau poreus sehingga akar Kabupaten Malang sehingga lahan
tanaman dalam berpenetrasi lebih baik. tersebut dapat dimaksimalkan oleh pihak
Menurut Kusuma (2018) Pemberian balai.
bahan organik menyebakan tanah
menjadi gembur (menurunkan berat isi UCAPAN TERIMA KASIH
tanah). Tanah yang gembur akan Penulis menyampaikan ucapan
meningkatkan pori tanah yang nantinya terima kasih kepada pihak Balai
akan menyebakan akar tanaman mudah Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
tumbuh dan berkembang. Begitu juga atas kesediaannya dalam memberikan
menurut Maharany (2018) bahwa fasilitas pada pelaksanaan penelitian ini.
perlakuan teknik biopori dengan
pembenaman bahan organik terhadap
perbaikan sifat fisik tanah memberikan
respon yang baik. Dengan pembenahan
bahan organik maka tanah akan menjadi Daftar Pustaka
lebih gembur sehingga tanah menjadi
tidak padat lagi. Semakin baik sifat fisik Agusni, M. dan Satriawan, H. 2014.
tanah semakin baik pula pertumbuhan Pengaruh olah tanah dan
dan perkembangan tanaman. Akar akan pemberian pupuk kandang
mudah menembus tanah. terhadap sifat fisik tanah dan
produksi tanaman jagung.
4. Kesimpulan dan Saran Lentera. 14 (11) : 1-6.
4.1 Kesimpulan Arabia T, Zainabun, Muttaqin F. T.
2017. Klasifikasi Tanah Rawa
Dari penelitian yang telah
Pegunungan Volkanik Di
dilakukan di kebun percobaan Balai
Kabupaten Bener Meriah. Jurnal
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Penelitian Agrosamudra Vol. 4
(BALITTAS) didapatkan hasil berupa :
No. 1.
1) Pada lokasi penelitian di kebun Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk
percobaan Balittas Kalipare Teknis Analisis Kimia Tanah,
didapatkan taksa tanah yakni Tanaman, Air, dan Pupuk Balai
kelas sub grup Typic Haplustalfs Penelitian Tanah. Badan
dan Pachic Argiustolls. Penelitian dan Pengembangan
2) Pada lokasi penelitian di kebun Pertanian. Departemen Pertanian.
percobaan Balittas Kalipare Bogor.
memiliki sebaran taksa tanah Fiantis, D. 2017. Morfologi dan
yakni pada titik pengamatan profil Klasifikasi Tanah. Padang:
tanah berupa sub grup Pachic Lembaga Pengembangan
Argiustolls (Kemiri sunan dan Teknologi Informasi dan
Kacang hijau) dan di titik Komunikasi, Universitas Andalas.
pengamatan minipit + bor tanah
Foth, D. 2010. Fundamentals of Soil
berupa sub grup Typic Haplustalfs
Science. John Wiley and Sons.
(Tebu, Jati dan Agave).
New York.
4.2 Saran Habi, M.L. 2015. Pengaruh aplikasi
Perlu adanya penelitian klasifikasi kompos granul ela sagu
seri tanah untuk mengetahui taksa diperkaya pupuk Ponska terhadap
sifat fisik tanah dan hasil jagung
manis di inceptisol. Biopendix. 1 Budidaya Pertanian di Kota
(2) : 121 – 134. Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta Vol 2 No. 2.
Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu
Semarang. Hal 59-64.
Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Rajamuddin, A.U Dan Sanusi I. 2014.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
Karakteristik Morfologi Dan
Akademika Pressindo. Jakarta.
Klasifikasi Tanah Inceptisol Pada
Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Beberapa Sistem Lahan Di
Akademika Pressindo. Jakarta. Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Hikmatullah, Suparto, C. Tafakresnanto, Selatan. Jurnal Agroland Vol. 21
Sukarman, Suratman Dan K. No. 2. Hal 81 – 85.
Nugroho 2014. Petunjuk Teknis Rayes, ML. 2017. Morfologi dan
Survei dan Pemetaan Sumberdaya Klasifikasi Tanah. UB Press.
Tanah Tingkat Semi Detail Skala Malang.
1:50.000. Balai Besar Penelitian
Risamasu, G.R. 2010. Karakteristik
dan Pengembangan Pertanin.
Morfologi Dan Klasifikasi Tanah
Badan Penelitian dan
Dilokasi Sariputih, Kecamatan
Pengembangan Pertanian: Bogor.
Wahai Seram Utara. Jurnal
Hal 34.
Budidaya Pertanian Vol. 6. No. 2.
Kusmiyarti, TB, Pinatih, Susila. 2015. Halaman 68-71.
Evaluasi Status Kesuburan Tanah
Rosmarkam, A, Yuwono, NW. 2002.
pada lahan Pertanian di
Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Kecamatan Denpasar Selatan. E-
Yogyakarta.
Jurnal Agroekoteknologi Tropika,
ISSN: 2301-6515 Vol 4, No. 4. Simonson. 1959. Outline of a
Denpasar. Hal 282-292. generalized Theory of Soil
Genesis. Soil Sci Soc Am Proc,
Kusuma, Zaenal dan Widodo, H. 2018.
15-156.
Pengaruh Kompos Terhadap Sifat
Fisik Tanah dan Pertumbuhan Sipahutar, A. H., P. Marbun. dan Fauzi.
Tanaman Jagung di Inceptisol. 2014. Kajian C-Organik, N Dan
Jurnal Tanah dan Sumberdaya P Humitropepts pada
Lahan. Vol 5 No 2 : 959-967, Ketinggian Tempat yang
2018 e-ISSN:2549-9793. Berbeda di Kecamatan Lintong
Nihuta. Jurnal Online
Maharany, Rina. 2018. Perbaikan Sifat
Agroteknologi, 2 (4).
Fisika Tanah Perkebunan Karet
(Havea brasiliensis) dengan Sjarifudin, MZ, Hamidi, S. 1992. Peta
Menggunakan Teknik Biopori. Geologi Lembar Blitar, Jawa.
STIPAP. Medan Pusat Penelitian dan
Muyassir, Sufardi, dan Saputra, I. 2012. Pengembangan Geologi. Bogor.
Perubahan sifat fisika Inceptisol Soil Survey Staff. 2014. Keys To Soil
akibat perbedaan jenis dan dosis Taxonomy. 12th Edition. United
pupuk organik. Lentera 12 (1): 1- States Department Of Agriculture:
8. New York.
Notohadiprawiro. T., 2006. Tanah dan Subardja, D., S. Ritung, M. Anda,
Lingkungan. Yogyakarta: Sukarman, E. Suryani, dan R.E.
Universitas Gajah Mada. Subandiono. 2016. Petunjuk
Prabowo, R, Subantoro, R. 2017. Teknis Klasifikasi Tanah
Analisis Tanah sebagai Indikator Nasional. Edisi Ke-2. Balai Besar
Tingkat Kesuburan Lahan Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian,
Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor. 60 hal.
Sufardi, Martunis, L, Muyassir. 2017.
Pertukaran Kation pada
Beberapa Jenis Tanah di Lahan
Kering Kabupaten Aceh Besar
Provinsi Aceh (Indonesia).
Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana (SNP) Unsyiah.
Banda Aceh.
Tim Peneliti Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian. 2017. Pedoman
Pengamatan Tanah di Lapangan.
IAARD Press. Bogor.
Tufaila, M., Syaf, H., Karim, J.,
Indriyani, L., 2014. Karakteristik
Morfologi Dan Klasifikasi Tanah
Luapan Banjir Berulang Di
Kabupaten Konawe Selatan.
Agriplus, Vol 24 No. 03.
Wambake. 2000. Java Newhall
Simulator Model. United States
Departement of Agriculture
(USDA). Natural Resources
Conservation Service, National
Soil Survey Center, Lincoln.
Nebrask.

You might also like