You are on page 1of 19

PENGARUH DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DAN SELF COMPASSION

TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS MAHASISWA RANTAU DI


UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

(THE EFFECT OF PEER SUPPORT AND SELF COMPASSION ON THE


PSYCHOLOGICAL WELL BEING REGIONAL STUDENTS OF GAJAYANA’S
MALANG UNIVERSITY)

RINGKASAN SKRIPSI

Oleh:

Deis Edelweis Cipta


17610027

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS GAJAYANA
MALANG
2022

Pengaruh Dukungan Teman Sebaya dan Self Compassion Terhadap


Kesejahteraan Psikologi Mahasiswa Rantau Universitas Gajayana Malang

(The Effect of Peer Support and Self Compassion on The Psychological Well Being
Regional Students of Gajayana’s Malang University)

Deis Edelweis Cipta


17610027

ABSTRACT
The purpose of this study was to 1) Determine whether there is an effect of peer support
on to psychological well being in special regional students of Gajayana’s Malang
University, 2) Determine whether there is an effect of self compassion on to
psychological well being in regional students of Gajayana’s Malang University, 3)
Knowing whether there is an effect of peer support and self compassion on to
psychological well being regional students of Gajayana’s Malang University. The
population of this research was the regional students of Gajayana University of
Malang that lived outside Malang City that totaling 45 subjects that taken based on
Kerlinger and Lee’s opinion (2000) who suggested 30 samples for minimum samples
and using the peer support’s scale, self compassion scale, psychological well being’s
scale that has been adapted. The analyst of this research used the software Statistical
Packages of Social Sciences (SPSS) for the windows version of 17.0. The analytical
method used was a statistical analysis of the correlational product moment of Pearson.
The result of this research data analysis was (1) There is a significant positive effect
influencing between peer support and psychological well being (t count=5,710) with
sig value. 0,000<0,05. (2) There is a positive significant effect between self compassion
and psychological well being (t count=3,543) with sig value. 0,001>0,05. (3) There is
a positive significant effect between peer support and self compassion on to
psychological well being of regional students that founding R square=0,507 with sig
value. 0,000<0,05.

Keywords: Peer Support, Self Compassion, Psychological Well Being.


ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yakni 1) Mengetahui apakah ada pengaruh dukungan


teman sebaya terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau di Universitas
Gajayana Malang, 2) Mengetahui apakah ada pengaruh self compassion terhadap
kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau di Universitas Gajayana Malang, 3)
Mengetahui apakah ada pengaruh dukungan teman sebaya dan self compassion
terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau di Universitas Gajayana Malang.
Populasi penelitian ini yaitu mahasiswa perantau Universitas Gajayana Malang yang
bertempat tinggal asal dari luar Kota Malang yang berjumlah 45 orang yang diambil
berdasarkan pendapat Kerlinger dan Lee (2000) yang menyarankan sebanyak 30
sampel sebagai jumlah minimal sampel, dan menggunakan skala dukungan teman
sebaya, skala self compassion, skala kesejahteraan psikologis yang diadapatasi.
Analisis penelitian ini menggunakan software Statistical Packages for Social Science
(SPSS) untuk windows versi 17.0. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis
statistik correlational product moment dari Pearson. Hasil analisis data dalam
penelitian ini diketahui (1) Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara dukungan
teman sebaya dan kesejahteraan psikologis sebesar (t hitung=5,710) dengan nilai sig.
0,000<0,05. (2) Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara self compassion dan
kesejahteraan psikologis sebesar (t hitung=3,543) dengan nilai sig.0,001>0,05. (3)
Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara dukungan teman sebaya dan self
compassion terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau dengan
ditemukannya R square=0,507 dengan nilai sig. 0,000<0,05.

Kata kunci: Dukungan Teman Sebaya, Self Compassion, Kesejahteraan Psikologi

A. PENDAHULUAN

Mahasiswa rantau merupakan individu yang harus meninggalkan daerah asal


untuk menuntut ilmu dikota lain (Hanafitri, 2020). Menurut Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (2015), mahasiswa yang merantau dapat diartikan Sebagai orang yang
belajar diperguruan tinggi yang terletak di luar daerah asalnya, sehingga mereka harus
tinggal diluar rumah dalam jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan pendidikannya.
Adapun kenyataannya, mahasiswa rantau yang hidup dilingkungan yang berbeda
dituntut untuk merubah segala aspek dikehidupannya sesuai dengan aturan dan tradisi
masyarakat umum didaerah tempat tinggal baru. Salah satunya, remaja mengalami
perubahan kemampuan berpikir. Seiring dengan berkembangnya kemampuan
berpikirnya, meningkat juga kemampuan introspeksi diri dan refleksi diri pada remaja
(Keating, 1990, dalam Neff, 2003). Kemampuan tersebut membuat remaja juga secara
terus-menerus melakukan evaluasi diri dan membandingkan dirinya dengan orang lain
untuk menetapkan identitas dirinya (Brown & Lohr, 1987; Harter, 1990, dalam Neff,
2003).

Mahasiswa yang tidak dapat menyesuaian diri dengan baik di lingkungan baru
tentunya akan merasakan dampak buruk. Menurut Friedlander dkk., (2007) dalam
penelitiannya menyatakan apabila mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang rendah
terhadap tuntutan akademik maka akan memiliki kecenderungan stress yang tinggi.
Selain itu Ardyles dan Syafiq (2017) mengungkapkan bahwa menyesuaikan diri berarti
mengubah dengan cara yang tepat untuk memenuhi syarat tertentu, melalui proses
penyesuaian diri, individu sebagai mahasiwa mampu beradaptasi dengan budaya
lingkungan universitas di Jawa dan mampu menanggulangi permasalahan semacam
culture shock. Maka penyesuaian diri perlu untuk dilakukan oleh para mahasiswa luar
propinsi Jawa Timur demi tercapainya studi yang optimal dan terhindar dari dampak
negatif yang dapat mempengarugi keadaan psikologisnya.

Fenomena mahasiswa yang merantau di Indonesia cukup umum. Berdasarkan


data Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (“Menristekdikti umumkan
klasterisasi perguruan tinggi Indonesia 2019, fokuskan hasil dari perguruan tinggi”,
2019), biasanya mahasiswa akan cenderung merantau ke pulau Jawa, karena
banyaknya universitas yang memiliki akreditas tinggi di Pulau Jawa. Kemudian
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2014/2015, jumlah perguruang
tinggi terbanyak di Indonesia pada urutan pertama diraih oleh propinsi Jawa Timur
dengan total perguruan tinggi baik negeri maupun swasta adalah sejumlah 137
perguruan tinggi, diikuti oleh provinsi Jawa Barat dengan jumlah 116 perguruan tinggi,
dan terakhir Jawa Tengah sebanyak 46 perguruan tinggi. Malang adalah salah satu kota
yang terletak di provinsi Jawa Timur yang juga merupakan salah satu kota tujuan
pendidikan yang banyak menarik minat para perantau untuk melakukan studi ke
berbagai perguruan tinggi yang terdapat di kota Malang. Oleh sebab itu, tidak heran
bilamana berbicara tentang pendidikan, kota pendidikan ialah salah satu sebutan yang
akrab dan melekat pada kota Malang. Sebutan tersebut hadir karena banyaknya jumlah
perguruan tinggi serta sekolah yang ada di Malang. Terdapat setidaknya 80 perguruan
tinggi yang terdapat di wilayah Malang.

Problematika yang dirasakan oleh mahasiswa rantau dapat diatasi oleh self
compassion. Menurut Neff (2003) self compassion didefinisikan sebagai bentuk kasih
sayang pada diri sendiri, tidak menghindari permasalahan, melainkan melihat situasi
negatif yang dialami merupakan bagian dari pengalaman hidup manusia. Seseorang
yang memiliki self compassion dapat membatasi emosi negatif dengan kesadaran
penuh disertai empati. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa self
compassion dapat membuat emosi negatif menjadi emosi positif (Neff & Vonk, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan Neff dan Vonk (2009) pada 102 mahasiswa yang
dipilih secara acak menunjukan bahwa mahasiswa yang memiliki self compassion
tinggi lebih sedikit menunjukkan emosi negatif dibanding mahasiswa dengan tingkat
self compassion rendah. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa keberadaan self
compassion efektif dalam mengendalikan emosi-emosi negatif yang muncul dalam diri
individu. Cara menghindari emosi-emosi negatif tersebut yaitu berhenti menghakimi
diri, mengevaluasi diri, berhenti memberikan label “baik” atau “buruk” pada diri dan
menerima diri dengan hati yang terbuka. Individu perlu memerlakukan diri dengan
kebaikan, kepedulian, dan compassion seperti memerlakukan teman atau bahkan orang
asing. Compassion bisa ditunjukkan pada diri ketika mengalami penderitaan dan
mengalami keadaan kehidupan yang sulit.

Ozdemir, Utkualp, dan Pallos (2016) menyebutkan bahwa perkembangan anak


akan semakin kompleks sejalan dengan bertambahnya usia. Perkembangan tersebut
meliputi perkembangan internal, mulai dari fisik, kognitif, kepribadian, hingga
sosioemosional. Perkembangan internal tersebut juga diimbangi oleh meluasnya
lingkup interaksi sosial, yang terdiri dari teman sebaya, sekolah, peran orang dewasa
di luar keluarga, maupun relasi di media sosial. Hal ini tercermin dari teori Ryff (1989)
mengenai kesejahteraan psikologis (Psychological Well Being) dalam pendekatan
perkembangan berdasarkan life span (rentang hidup). Teori ini menekan pada
perkembangan manusia sepanjang rentang hidupnya. Ryff melihat Psychological Well
Being seseorang berdasarkan aspek yang berhasil dicapainya pada saat itu dan
merumuskannya dalam bentuk enam dimensi (penerimaan diri, hubungan positif
dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi). Setiap dimensi ini menggambarkan pencapaian seorang
individu, dimana konsep kesejahteraan psikologis individu berkaitan dengan apa yang
dirasakan individu selama aktivitas sehari-harinya dan merupakan poin keberhasilan
dari Psychological Well Being individu tersebut.

Dodge, Daly, Huyton, dan Sanders (2012) mengatakan bahwa kesejahteraan


psikologis adalah keseimbangan antara sumber-sumber psikologis, sosial, dan fisik
terhadap tantangan-tantangan dalam hidup yang membutuhkan sumber tersebut. Salah
satu faktor yang paling mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah dukungan
sosial yang berfungsi sebagai buffer (penengah) antara individu dan stressor (Cohen &
Wills, 1985).

Myers (2012) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang mendorong individu
dalam memberikan dukungan sosial. Diantaranya : 1) Empati, merasakan kesusahan
orang lain dengan tujuan mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis orang lain. 2) pertukaran sosial, hubungan timbal balik dalam perilaku sosial
anatara cinta, informasi, dan pelayanan. 3) Norma dan nilai sosial, berfungsi sebagai
pembimbing individu dalam menjalankan kewajiban yang ada dalam hidupnya. Dalam
hal ini ketika dukungan sosial dengan sebaya dan self compassion dapat mengatasi
emosi negatif yang mana kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau akan meningkat
sehingga membuat individu dapat mengatasi permasalahannya.
B. METODE

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pendekatan kuantitatif.


Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Azwar, 2001). Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan analisis
regresi pada SPSS. Uji analisa regresi bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2014). Adapun metode pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa skala, yaitu kumpulan pertanyaan atau pernyataan yang
mengungkap indikator perilaku dari atribut yang ingin diukur (Azwar, 2010). Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah skala likert yang terdiri
atas 7 (tujuh) pilihan pernyataan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup Setuju
(CS), Netral (N), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat tidak setuju
(STS). Menurut Munshi (2014) skala likert 7 (tujuh) poin dapat meminimalisir
kesalahan pengukuran dan lebih presisi. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala dukungan teman sebaya yang terdiri dari 30 item,
skala self compassion yang berisi 25 item, dan skala kesejahteraan psikologis yang
terdiri dari 24 item. Validitas diketahui melalui perhitungan koefisien korelasi
parametric. Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Metode analisis data menggunakan metode
parametric dengan teknik korelasi product moment. Teknik analisis deskriptif dalam
hal ini antara lain penyajian data melalui tabel dan grafik. Perhitungan data dengan
menggunakan frekuensi dan penggunaan presentase.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran subjek

Mahasiswa rantau Universitas Gajayana Malang berdasarkan lama merantau


dan fakultas tergolong seimbang. Dengan total responden 45 orang (100%), dimana
ditemukan subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (71,1%) dan
laki-laki 13 orang (28,9%). Berdasarkan rentang usia dewasa awal yaitu 18 – 21
tahun berjumlah 19 orang (42,2%) dan 22 – 25 tahun sebanyak 26 orang (57,8%).

Gambaran kategorisasi subjek

Berdasarkan variabel yaitu dukungan teman sebaya mahasiswa rantau di


Universitas Gajayana Malang berada dikategori sedang dengan jumlah subjek
sebanyak 18 orang (40%), self compassion berada dikategori sedang dengan
banyak subjek 15 orang (33,3%), dan kesejahteraan psikologis berada dikategori
sedang dengan banyak subjek 22 orang (48,9%).

Kesimpulan Sebaran data diatas menunjukkan bahwa setiap variabel pada


mahasiswa rantau di Universitas Gajayana Malang menunjukkan bahwa
terdistribusi secara normal dengan menggunakan perhitungan Kolmogrov Smirnov
pada hasil variabel dukungan teman sebaya p=0,566 (p>0,05), variabel self
compassion p=0,834 (p>0,05), dan kesejahteraan psikologis p=0,438 (p>0,05).

Sedangkan secara spesifik dari hasil analisis statistik ditemukan :

1) Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Kesejahteraan


Psikologis Mahasiswa Rantau
Telah didapatkan adanya pengaruh positif signifikan anatara variabel
dukungan teman sebaya dan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa rantau
dimana hasil uji linearitas variabel dukungan sosial teman sebaya dengan
kesejahteraan psikologis menunjukkan nilai F=0,893 dan p=0,612 (p>0,05).
Ditemukan nilai koefisien r (pearson correlation) dukungan teman sebaya
terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 0,585 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan dukungan sosial teman sebaya, kesejahteraan psikologis
mahasiswa rantau Universitas Gajayana Malang meningkat sebesar 0,585. Hal
tersebut sejalan dengan dua model teori dukungan soisal terhadap kesehatan
oleh Harrington (2013), yaitu the stress buffer model of social support yang
menjelaskan pemberian dukungan sosial untuk memperkecil pengaruh tekanan
atau stress yang dialami dan merubah respon terhadap stress yang diterima, dan
the direct effect model of social support yang menjelaskan dukungan sosial
yang diberikan berguna untuk meningkatkan kesehatan secara fisik dan
psikologis dengan ada atu tidaknya tekanan yang dialami individu dan
memberikan manfaat bagi kesehatan individu yang berdampak pada gaya hidup
sehat.
2) Pengaruh Self Compassion Terhadap Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa
Rantau Di Universitas Gajayana Malang
Berdasarkan hasil analisis penelitian, telah didapatkan adanya pengaruh
positif signifikan antara variabel self compassion dan kesejahteraan psikologis
pada mahasiswa rantau menunjukkan nilai F=1,122 dan p=0,410 (p>0,05).
Ditemukan nilai koefisien r (pearson correlation) antara self compassion
dengan kesejahteraan psikologis sebesar 0,402 yang menyatakan bahwa setiap
penambahan self compassion, kesejahteraan psikologis mahasiswa rantau
Universitas Gajayana Malang meningkat sebesar 0,402. Sejalan dengan teori
Neff (2010) yang menyatakan bahwa self compassion dapat berkontribusi
meningkatkan penghayatan positif mengenai diri sendiri, menghilangkan emosi
negative, dan meningkatkan rasa keterhubungan dengan orang lain. Sellf
compassion termasuk dalam faktor internal yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologi. Hal ini menurut Leary dan Hoyle (2009) yang
menyatakan bahwa keberadaan self compassion efektif dalam mengendalikan
emosi-emosi negative yang muncul dalam diri individu sehingga individu
mampu menghadapi masalah yang sulit dalan hidupnya.
3) Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Self Compassion Terhadap
Kesejahteraan Psikologi Mahasiswa Rantau Universitas Gajayana Malang
Telah didapatkan adanya pengaruh positif signifikan secara simultan
(bersama-sama) antara variabel dukungan teman sebaya dan self compassion
terhadap kesejahteraan psikologi mahasiswa rantau di Universitas Gajayana
Malang secara simultan dengan ditemukan nilai f hitung (21,579) > f tabel
(3,21) dan probabilitas (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi dukungan teman sebaya dan self compassion, maka kesejahteraan
psikologi pada mahasiswa rantau juga ikut mengalami kenaikan. Pengaruh
dukungan sosial teman sebaya dan self compassion terhadap kesejahteraan
psikologis ditemukan dari hasil analisis ‘Model Summary’ yang menjelaskan
nilai koefisien determinasi (R Square atau R kuadrat) adalah sebesar 0,507 atau
sama dengan 50,7%. Dengan kesimpulan bahwa hipotesis diterima atau dengan
kata lain dukungan sosial teman sebaya dan self compassion secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada mahasiswa rantau di
Universitas Gajayana Malang sebesar 50,7%

D. SIMPULAN

Dengan diterimanya hipotesa penelitian ini, maka didapatkan hasil bahwa


dukungan sosial teman sebaya dan self compassion merupakan faktor yang dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa perantau. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Collins (Neff, 2010) yang menyatakan bahwa self
compassion yang tinggi pada individu dapat membantu mengurangi rasa takut dari
penolakan sosial. Juga membantu meningkatkan penghayatan positif mengenai diri
sendiri, menghilangkan emosi negatif, dan meningkatkan rasa keterhubungan dengan
orang lain. Dinamika yang terdapat pada hubungan antara variabel dukungan teman
sebaya dan self compassion tersebutlah yang dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan
psikologis mahasiswa rantau.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis mengajukan


beberapa saran sebagai berikut:

1) Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi mahasiswa
rantau, terutama di Universitas Gajayana Malang agar dapat mencapai
kesejahteraan psikologis dengan membentuk lingkungan sosial yang suportif
dengan adanya dukungan dikalangan teman sebaya dan mulai menyayangi diri
sendiri (self compassion). Bagi mahasiswa rantau yang memiliki dukungan
teman sebaya dan self compassion yang rendah, maka dapat ditingkatkan
dengan berpikir positif serta membiasakan diri untuk memandang suatu
masalah adalah hal yang wajar dialami semua orang, yang berarti bahwa semua
orang pasti mempunyai masalah dalam hidup.
2) Bagi Pendidik
Dapat menjadi bahan acuan bagi dosen dan tenaga pendidik, terutama di
Universitas Gajayana Malang untuk menciptakan lingkungan akademik yang
suportif dikalangan mahasiswa perantau dan lokal dengan memperhatikan
lingkungan sosial yang ada di universitas ataupun menjadi pemberi dukungan
sosial sumber lain selain dukungan sosial dari kalangan teman sebaya dan orang
tua.
3) Bagi Universitas
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan fokus tolak ukur bagi universitas dalam
kesempurnaan kurikulum, pembentukan lingkungan akademik universitas,
serta acuan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas karakter
mahasiswa Universitas Gajayana Malang, baik mahasiswa perantau maupun
lokal dalam mempersiapkan lulusan terbaik untuk terjun dalam ruang lingkup
sosial yang lebih luas.
4) Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama,
disarankan untuk meneliti beberapa faktor yang ditemukan diluar penelitian ini,
berupa self esteem, resiliensi, family support dengan subjek yang berbeda,
ditempat yang berbeda, dan atau budaya lain.

E. DAFTAR PUSTAKA

Adyani, L., Suzzana, E., Safuwan, S., & Muryali, M. (2019) Percevieved Social
Support And Psychological Wall Being Among Interstate Students At Malikulsaleh
University. Indigenious: Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2). 98-104.
Aprianti, A. (2012). Hubungan Antara Percevieved Social Support dan Psychological
Well Being Pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama di Universitas Indonesia.
(Unpublished undergraduate’s thesis), Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
Azizi, S. (2015). Relationship between homesickness and test anxiety in non-native
students of Shiraz University of Medical Sciences International Branch in the
clinical and physiopathology course in 2013. Global Journal of Health Science,
8(7), 293–300. Diunduh dari : https://doi.org/10.5539/gjhs.v8n7p293
Azwar, S. (2001). Metode penelitian. Jakarta: Pustaka Belajar
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah perguruan tinggi, mahasiswa, dan tenaga
edukatif (negeri dan swasta) di bawah kementrian pendidikan dan kebudayaan
menurut provinsi 2013/2014. BPS. Diunduh dari
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vi ew/id/1839
Blumer, H. (1986). Symbolic interactionism: Perspective and method. USA: University
of California Press.
Bungin, B. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta, Hal.99
Cohen, S., Wills, T. (1985). Stress, Social Support, and the Buffering Hypothesis.
Psychological bulletin. 98. 310-57. Diunduh dari : https://doi.org/10.1037/0033-
2909.98.2.310.
Compton, W. C., & Hoffman, E. (2013). Positive psychology the science of happiness
and flourishing (2nd ed.). Belmont, CA, USA: Wadsworth Publishing
Cowie, H., & Wallace, P. (2000). Peer Support in Action: From Bystanding to Standing
By. London: Sage Publications
Diener. E. dan Biswas, R. (2011). Positive psychology as social change. New York:
Springer.
Dodge, R., Daly, A., Huyton, J., dan Sanders, L. (2012). The challenge of defining
wellbeing. International Journal of Wellbeing, 2(3), 222-235. Diunduh dari :
10.5502/ijw.v2i3.4
Dwi, I. (2009). Pengaruh Social Support Terhadap Bentuk-Bentuk Coping Istri
Prajurit Batalyon Infanteri 511/d Pengaruh Duy Blitar yang Ditinggal Tugas ke
Papua. Skripsi. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Dyson, R., & Renk, K. (2006). Freshmen adaptation to university life: Depressive
symptoms, stress, and coping. Journal of Clinical Psychology, 62(10), 1231–
1244. https://doi.org/10.1002/jclp.20295
Febrinabilah, R., & Listiyandini, R.A. (2016). Hubungan Antara Self Compassion
dengan Resiliensi Pada Mantan Pecandu Narkoba Dewasa Awal. Prosiding
Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia, 1(1), 19-28.
Fransisca, N. (2018). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Psychological Well
Being Pada Mahasiswa Perantau Di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
(Unpublished undergraduate’s thesis), Unika Soegrajipranata, Semarang,
Indonesia.
Germer, C.K. (2009). The Mindfull path to self compassion : Freeing yourself from
destructive thoughts and emotions. The Guilford Press: London
Gotlieb, B. H. (1983). Social Support Strategies. California : Sage Publication. Hal
28.
Goossens, L., Klimstra, T., Luyckx, K., Vanhalst, J., & Teppers, E. (2014). Reliability
and val idity of the roberts UCLA loneliness scale (RULS-8) with dutch-speaking
adolescents in Belgium. Psychologica Belgica, 54(1), 5-18.
Grossbaum, M. F., & Bates, G. W. (2002). Correlates of psychological wellbeing at
mildlife: The role of generativity, agency and communion, and narrative themes.
International Journal of Behavioral Development, 26, 120-127. Diakses dari
http://jbd.sagepub.com/cgi/reprint/26/2/ 120
Hadi, S. (2003). Metodologi Research. Yogyakarta: Pustaka Andi.
Halim, C. F., Dariyo, A. (2016). Hubungan Psychological Well-Being dengan
Loneliness pada Mahasiswa yang Merantau. Jurnal Psikogenesis, Vol. 4, No.2.
Diunduh dari academicjournal.yarsi.ac.id
Harrington, Rick. (2013). Stress, health and well being: thriving in the 21st century.
USA: Wadsworth Cengage learning
Hendrickson, B., Rosen, D., & Aune, R. K. (2011). An analysis of friendship
networks, social connectedness, homesickness, and satisfaction levels of
international students. International Journal of Intercultural Relations, 35(3),
281-295. https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2010.08.0 01
Hidayati, F. N. R. (2015). Hubungan antara self compassion dengan work family
conflict pada staf markas palang merah indonesia provinsi jawa tengah. Jurnal
Psikologi Undip, 14(2), 183-189
Huppert, F. A. (2009). Psychological well being: evidence regarding its causes and
consequences. Journal of Health and Well-Being, 1(2), 137-164.
Kahneman, D., dan Krueger, B. (2006). Developments in the measurement of
subjecive well-being. Journal of Pychology Perspective, 20, 13-24.
Keyes, C. L. M. (2006). Subjective well-being in mental health and human
development research worldwide: An introduction. Social Indicators Research,
77, 1-10.
Kurniawan, S. R., Eva, N. (2020). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Kesejahteraan Psikologis Pada Mahasiswa Rantau. Prosiding Seminar Nasional
Dan Call Paper Universitas Negeri Malang. Diunduh dari conference.um.ac.id
Leary & R. H. Hoyle (2009). Handbook of Individual Differences in Social Behavior.
Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2002). Measuring perceived social support:
development of the child And adolescent social support scale (CASSS).
Psychology in the Schools, 39(1), 1-18
Mathilda, C. (2010). Subjective well being pada penduduk miskin di Kampung Gili
Sampeng Kemanggisan Jakarta Barat. Fakultas Psikologi Universitas Esa
Unggul.
Missiliana, R. (2014). Self-compassion dan Compassion for Others pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi UK.Maranatha. Laporan Penelitian.
Nafisah, E., Hendriyani, R., Martiarini, N. (2018). Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Dengan Self Compassion Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Intuisi,
Vol.10, No. 2. Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
Neff, K. D. (2003). Development and validation of a scale to measure self compassion.
Self and Identity, 2, 223-250.
Neff, K. D. (2003). Self Compassion: An Alternative Conceptualization of a Healthy
Attitude Toward Oneself. Journal of Self and Identity, 2, 85–101. doi:
10.1080/15298860390129863.
Neff, K. D. (2011). Self Compassion : Stop Beating Yourself Up and Leave
Insecuruty Behind. Diakses dari http://www.4shared.com
Neff, K. D., & McGehee, P. (2010). Self-compassion and psychological resilience
among adolescent and young adults. Self and Identity. 6, 225- 240.
Doi:10.1080/15298860902979307
Neff, K. D., & Vonk, R. (2009). Self-Compassion Versus Global Self-Esteem: Two
Different Ways of Relating to Oneself. Journal of Personality, 77(1), 864- 867.
Neff, K. D., & Costigan, A. P. (2014). Self-compassion, well-being, and happiness.
Psychologie in Österreich, 2(3), 114-119.Diunduh dari https://self-
compassion.org/wpcontent/uploads/publications/Neff&Costigan. pdf
Neff, K. D., Kirkpatrick, K. & Rude, S. S. (2007). Self-compassion and its link to
adaptive psychological functioning. Journal of Research in Personality, 41(1),
139-154.
Ozdemir, A., Utkualp, N., & Pallos, A. (2016). Physical and psychosocial effects of
the changes in adolescence period. Internasional Journal of Caring Sciences,
9(2), 717–723.
Poyrazli, S., & Lopez, M. D. (2007). An exploratory study of perceived
discrimination and homesickness: A comparison of international students and
American students. Journal of Psychology: Interdisciplinary and Applied,
141(3), 263–280. Diunduh dari : https://doi.org/10.3200/JRLP.141.3.263- 280
Prasetio, C.E., Sirait. E.G.N., dan Hanafitri, A. (2020). Rumah, tempat kembali:
Pemaknaan rumah pada mahasiswa rantau. Jurnal Mediapsi, Vol. 6, No.2, 132-
144. Diunduh dari https://doi.org/10.21776/ub.mps.2020.006.02.7
Pratiwi, D., Dahlan, T. H., dan Damaianti, L. F. (2019). Pengaruh Self-Compassion
Terhadap Kesepian Pada Mahasiswa Rantau. Jurnal Psikologi Insight, Vol.3,
No.2, 88-97. Diunduh dari
https://ejournal.upi.edu/index.php/insight/article/view/22349/11054
Rahma. N. A. (2011). Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan
Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Islam. Vol. 8, No. 2,
231-246.
Rahma. D. J. (2017). Culture Shock Pada Mahasiswa Papua Di Yogyakarta Ditinjau
Dari Dukungan Sosial. (Unpublished undergraduate’s thesis) Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia.
Indrawan. R, & Yaniawati, R. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan, hal. 105.
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). On happiness and human potentials: A review of
research on hedonic and eudaimonic well-being. In S. Fiske (Ed.), Annual
Review of Psychology, 52, 141-166.
Ryf, Carol, D, dkk (2012). Clarifying the links between social support and health:
Culture, stress, and neuroticism matter. Journal of health psyschology Vol. 18 (2)
226-235
Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Exploration on the meaning of
psychological well-being (online). Journal of Personality and Social Psychology,
57, 1069-1081 [on-line]. Diakses dari
http://education.ucsb.edu/janeconoley/ed197/documents/RyffHappinessise
verythingorisit.pdf
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of
psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57(6),
1069–1081. Retrieved from http://coursedelivery.org/write/wp-cont
ent/uploads/2015/02/2-Happiness-is-ev erything-or-is-it.pdf
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological wellbeing
revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719-727
Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2008). Know thyself and become what you are: A
eudaimonic approach to psychological well-being. Journal Of Hapinness
Studies, 13-39
Santrock, J.W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E. P. (2008). Health psychology: Biopsychosocial interactions 6th ed.
United States: JohnWilley & Sons, Inc.
Sarafino, Edward P & Smith, Timothy W. (2011). Health psychology:
biopsychosocial interactions. Seven Edition. Hal 81- 83, USA: Wiley
Scannell, L., & Gifford, R. (2010). Defining place attachment: A tripartite organizing
framework. Journal of Environmental Psychology, 30(1), 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2009.09.00 6
Scharp, K. M., Paxman, C. G., dan Thomas, L. J. (2015). “I Want to go home”:
Homesickness experiences and social support-seeking practices. Environment
and Behavior, 48(9), 1175–1197. https://doi.org/10.1177/001391651559047 5
Shaheen, H., Jahan, M., & Shaheen, S. (2014). A study of loneliness in relation to
well-being among adolescents. International Journal of Education and
Psychological Research (IJEPR), 3(4), 46-49.
Schimmack, U., & Diener, E. (2003). Predictive validity of explicit and implicit self-
esteem for subjective wellbeing. Journal of Research in Personality, 37, 100-
106.
Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta, hal. 79
Steinberg, Lawrence. 2002. Adolescence. Sixth edition, New York: McGraw Hill Inc.
Sugiyono. (1998). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung, hal.57.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantiatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Thurber, C. A., Walton, E. A. (2012). Homesickness and adjustment in university
students. Journal of American College Health, 60(5), 415–419. Diunduh da\ri :
https://doi.org/10.1080/07448481.2012.67 3520
Valiant, G. L. (1993). Life event, happiness, and depression: The half empty cup.
Personality and Individual Differences, 15, 447-453
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., Farley, G. K. (1988). The Multidimensional
Scale of Perceived Social Support. Journal of Personality Assessment, 52, 30-41

You might also like