You are on page 1of 4

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

And a very good day to the honorable judges, teachers and fellow friends. Today, I would
like to tell you a story entitled “The Origins of Sunan Kalijaga”.
Raden Said is the son of Tumenggung Wilatikta, The Duke of Tuban. Since childhood, Raden
Said has been taught Islam by a religious teacher in Tuban. In his adulthood, Raden Said
rebelled when he saw the lives of the poor people in the Duchy of Tuban. Taxes were always
forcibly collected by The Duke's tax collectors. Raden Said stole the people's harvest which
was about to be sent to the Majapahit Duchy Warehouse in Tuban to be distributed to
people in need at night.

One night, Raden Said was taking the harvest from the warehouse. One of the warehouse
guards who was sleeping heard a sound from inside the warehouse, and said
"Who's that? Get up.”
Raden Said immediately came out of the warehouse. However, the three warehouse guards
were already standby.
"Who are you?" pointing at Raden Said who was dressed in plain black and wearing a mask.
Without hesitation, Raden Said immediately approached the three warehouse guards.
“Hiiiaaaa….aaa……” Raden Said fought the three guards.

However, Raden Said was defeated and taken directly to be handed over to the Duke of
Tuban, who was none other than his own father.

Long story short, Raden Said was finally expelled from Tuban.
After wandering without a definite destination. Raden Said finally settled in the Jatiwangi
forest. For years, Raden Said became people’s favorite robber because the results of the
raid were always given to the poor. In the Jatiwangi forest, local people called Raden Said as
Brandal Lokajaya.

Once upon a time, there was an old man wearing a white robe who came alone from
Jatiwangi the forest carrying his sparkling stick. Raden Said was targeting and watching him
closely. The old man stepped on a white block and immediately fell down to the ground
dropping his stick. The old man had difficulties in getting up, his eyes were crying even
though no sound came out of his mouth. Raden Said pick up the old man’s stick and observe
it. He notice that the stick was not gold, he thought it was brass. Then he return the stick
immediately, and had a conversation with the old man.
RS : "Don't cry, I put this stick."
OM: “It's not this stick that makes me cry, behold, my sin has been in vain uprooting this
grass.” said the old man, showing a few blades of grass in his palm.
RS: “Just a few blades of grass. Do you feel guilty?” Raden Said asked in surprise.
OM: "Yes, it's a sin! If this grass is removed for animal feed, that's not the reason, but for
waste, that's really a sin!"
Raden Said trembled at the answers that contained the value of faith.
OM: "Young man, what exactly are you looking for in this forest?"
RS: "I want the treasure?"
OM: "What for?"
RS: “I give to the poor and suffering.”
OM: "Hem, what a noble heart, dear... are you wrong?"
RS: "Old man... What do you mean?"
OM: "Hhh… May I ask a question little one? "If you wash your dirty clothes with urine, is that
the right move?" "
RS: "What a stupid act, Just add dirty and smelly clothes to that."
The old man smiled, “So you are charitable man. If you give what's in a can, it's haram,
robbing or stealing is the same as washing clothes with a bunch of urine. Allah is a good
substance, just accept His good deeds or they are halal." and walked away from Raden Said.

Suddenly the old man disappeared, having difficulties seeing him, Raden Said saw the
shadow of a person who stopped in front of a wide river.

"Wait..stop." said Raden Said when he saw the old man walking away again.
“Will you accept me as a student?” Raden Said begged.
“Become my student? Do you want to learn anything? Difficult, young man, will you accept
the terms?”asked the old man.
"Anything, as long as you accept me as a student…I’m willing..." Raden Said answered firmly.
The old man stuck his stick on the river bank and he ordered Raden Said to guard it. You
must not move from that place until he returns to see him.
Raden Said fell asleep for three years after reading one letter of the Al Quran.
After three years gone by, the old man finally came back to see him. Roots and grass had
covered Raden Said's entire body. Raden Said then woke up to the sound the old man was
making.
Apparently, the old man is Sunan Bonang who is one of the existing Wali Songo. And finally,
Raden Said became one of the Wali Songo members who spread the religion of Islam and
was named Sunan Kalijaga.
Urip Iku Urup having meaning in life must be able to provide benefits to other people
around us, the greater the benefits we provide, the better it will be for us and other people,
but no matter how small the benefits we provide to other people, we must not become
people who disturb society.
That is all from me. Thank you for lending me your ears. I hope you enjoy the story.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dan hari yang sangat baik bagi para juri, guru dan teman-teman yang saya hormati. Hari ini
saya ingin menceritakan sebuah kisah yang berjudul “Kisah Raden Said Menjadi Sunan
Kalijaga”.

Raden Said merupakan putra Adipati Temenggung Wilatikta Tuban. Sejak kecil Raden Said
telah diajarkan agama Islam oleh seorang ustadz dari Kadipaten Tuban. Ketika dewasa,
Raden Said memberontak ketika melihat kehidupan masyarakat miskin di Kadipaten Tuban.
Pajak selalu dipungut secara paksa oleh pemungut pajak kadipaten. Raden Said mencuri
hasil panen rakyat yang hendak dikirim ke Gudang Kadipaten Majapahit di Tuban. hasil
pencurian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan pada malam hari.

Pada suatu malam, Raden Said sedang mengambil hasil panen dari gudang. Salah satu
penjaga gudang yang sedang tidur mendengar suara dari dalam gudang, dan
"Siapa itu?" Bangun.penjaga Gudang bangun
Raden Said segera keluar dari gudang. Namun ketiga penjaga gudang itu sudah saling
berhadapan.
"Siapa kamu?" menunjuk ke arah Raden Said yang berpakaian hitam polos dan memakai
topeng.
Tanpa pikir panjang Raden Said segera menghampiri ketiga penjaga gudang tersebut.
“Hiiiaaaa….aaa……” Raden Said melawan.posisi berantem
Namun Raden Said tidak mampu mengalahkan ketiga penjaga gudang tersebut dan pada akhirnya
Raden Said berhasil dikalahkan dan dibawa langsung untuk diserahkan kepada Adipati Tuban yang
tak lain adalah ayahnya sendiri.

Singkat cerita, Raden Said akhirnya diusir dari Kadipaten Tuban.


Dimanakah Raden Said setelah diusir dari Kadipaten Tuban?
Setelah mengembara tanpa tujuan pasti. Raden Said akhirnya menetap di hutan Jatiwangi. Selama
bertahun-tahun. Raden Said adalah perampok favorit. Mengapa Anda disebut perampok favorit?
Sebab, hasil penggerebekan itu tidak pernah dimakan. Seperti yang pertama, selalu diberikan kepada
orang miskin. Di hutan Jatiwangi, Raden Said kehilangan nama aslinya dan menjadi Brandal Lokajaya.

Pada suatu ketika, ada seorang lelaki tua berjubah putih yang datang dari Jatiwangi sendirian
melewati hutan sambil membawa tongkatnya yang berkilauan. Raden Said dari tadi mengincar dan
mengawasinya, setelah kakek Raden Said menginjak sebuah balok berwarna putih dan langsung
menyambar tongkat yang dibawa kakeknya hingga lelaki tua itu terjatuh ke tanah. Dengan susah
payah orang tersebut terbangun, matanya menangis padahal tidak ada suara yang keluar dari
mulutnya. Raden berkata, dia sedang melihat tongkat yang dipegangnya. Tongkat itu bukan emas, dia
mengira itu kuningan. Segera kembalikan tongkat itu,
“Jangan menangis, aku taruh tongkat ini.” Ucap Brandal Lokajaya
“Bukan tongkat ini yang membuatku menangis, lihatlah, sia-sia dosaku mencabut rumput ini.” kata
lelaki tua itu sambil menunjukkan beberapa helai rumput di telapak tangannya.
“Hanya beberapa helai rumput. Apakah kamu merasa bersalah?” Raden Said bertanya dengan heran.
"Iya dosa! Kalau rumput ini diambil untuk pakan ternak, bukan itu alasannya, tapi untuk sampah, itu
dosa banget!" pria itu menjawab.
Raden Said gemetar mendengar jawaban-jawaban yang mengandung nilai keimanan.
“Anak muda, sebenarnya apa yang kamu cari di hutan ini?” kata orang tua itu.
“Saya ingin harta karun itu?” S
"Untuk apa?"
“Saya memberi kepada orang miskin dan menderita.”
"Hem, sungguh mulia hati sayang...apa kamu salah?"
“Orang tua… Apa maksudmu?”
“Hhh… Bolehkah aku bertanya pada si kecil? “Kalau kamu mencuci pakaian kotormu dengan air seni,
apakah itu tindakan yang benar?” “desah lelaki tua itu,
"Sungguh tindakan yang bodoh, tambahkan saja pakaian kotor dan bau itu." kata Raden Said.
Pria itu tersenyum, “Jadi, Anda adalah orang yang dermawan. Kalau memberikan yang ada dalam
kaleng maka haram, merampok atau mencuri sama saja dengan mencuci pakaian dengan segumpal
air kencing. Allah itu zat yang baik, terima saja amalan-Nya atau halal.” Dengan berjalan menjauhi
Raden Said.

Tiba-tiba orang tua itu menghilang, dengan susah payah mencari ujungnya, Raden Said melihat
bayangan seseorang yang berhenti di depan sebuah sungai yang lebar.

"Tunggu..berhenti." ucap Raden ketika melihat lelaki tua itu berjalan pergi lagi.
“Maukah kamu menerimaku sebagai murid?” Raden Said memohon.
“Menjadi muridku? Apakah Anda ingin mempelajari sesuatu? Sulit anak muda, maukah kamu
menerima syaratnya?” tanya lelaki tua itu.
“Apa saja, asal kamu menerimaku sebagai murid…aku bersedia…” jawab Raden Said tegas.
Orang tua itu menancapkan tongkatnya di tepian sungai dan ia memerintahkan Raden Said untuk
menjaganya. Kamu tidak boleh beranjak dari tempat itu sampai dia kembali menemuinya.
Raden Said tertidur selama tiga tahun setelah membaca satu surat Al Quran.
Setelah berumur tiga tahun, lelaki itu akhirnya kembali menemuinya. Akar dan rumput telah
menutupi sekujur tubuh Raden Said. Raden Said kemudian terbangun karena suara yang dibuatnya.
Di akhir cerita, ternyata orang tua tersebut adalah Sunan Bonang yang merupakan salah satu Wali
Songo yang ada. Dan akhirnya Raden Said menjadi salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan
agama Islam yang diberi nama oleh Sunan Kalijaga.
Urip Iku Urup "Hidup terus berjalan". Mempunyai makna dalam hidup harus bisa memberikan
manfaat kepada orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang kita berikan maka akan
semakin baik bagi kita dan orang lain, namun sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada orang
lain, kita tidak boleh menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Sekian dari saya. Terima kasih telah meminjamkan telingamu padaku. Saya harap Anda menikmati
ceritanya.

You might also like