You are on page 1of 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR

(LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI
(TIK) KELAS VIII
(Studi Kasus : SMP N 7 Salatiga)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

Dara Ika Sari


Nim: 702010106

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer


Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Oktober 2014
ii
iii
iv
v
vi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR
(LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI
(TIK) KELAS VIII
(Studi Kasus : SMP N 7 Salatiga)
1)
Dara Ika Sari 2) Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)702010106@student.uksw.edu2)adriyanto.gundo@staff.uksw.edu

Abstract
Learning Cycle 5E models were selected in this study because it is a model of student
centered learning, making the learner as a subject not merely as an object which only receives
information from the teacher. Previous learning learning model used is still using conventional
methods or learning to use the lecture method, so that with these methods students tend to be easily
bored and easily forgotten because the only student-centered learning teacher (teacher centered).
Therefore, the research conducted by applying the model Learning Cycle 5E. The results showed the
learning outcomes and student activity using the Learning Cycle 5E models of higher grade than that
using conventional methods. This is evidenced by the final results of student learning in the amount of
84.22 in the experimental class, whereas in the control class is 70.90. Comparison of the activity of
the students in the experimental class and the control class also there is a difference, that in the
experimental class is higher than in the control class. This is evidenced by the results obtained value
is equal to 85.88% in the experimental class, and 59.15% in the control classes. Through the
Learning Cycle 5E models of student activity becomes more active that impact on student learning
outcomes, so it can be concluded that the 5E Learning Cycle models can improve student learning
outcomes.
Keyword : Learning Cycle 5E, Study Result, Study Activity

Abstrak
Pada umumnya penggunaan model pembelajaran dalam dunia pendidikan hanya
menggunakan pembelajaran konvensional dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sehingga
menjadikan siswa sebagai subjek dalam menerima informasi dari pengajar. Hal ini membuat siswa
sulit untuk menerima dan memahami pelajaran dengan baik karena pembelajaran hanya berpusat pada
guru (teacher centered) dan pembelajaran terlalu monoton yang membuat siswa mudah bosasehingga
berdampak pada hasil belajar siswa. Mengatasi hal tersebut upaya yang dilakukan yaitu mengganti
model pembelajaran sebelumnya dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E.. Melalui model
pembelajaran Learning Cycle 5E siswa dilatih untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan
cara kerja kelompok dan mengekspresikan kemampuan mereka dengan ide-ide baru. Hasil penelitian
menunjukkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 5E lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode konvensional. Hal ini ditunjukan
dengan hasil akhir belajar siswa yaitu sebesar 84.22 di kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol
sebesar 70.90. Perbandingan aktivitas siswa di kelas eksperimen maupun kelas kontrol juga terdapat
perbedaan, bahwa di kelas eksperimen lebih tinggi daripada di kelas kontrol. Hal ini ditunjukan
dengan hasil nilai yang didapatkan yaitu sebesar 85.88% di kelas eksperimen, dan 59.15% di kelas
kontrol. Melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E aktivitas siswa menjadi lebih aktif yang
berdampak pada hasil belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning
Cycle 5E dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Siklus Belajar 5E, Hasil Belajar, Aktivitas Belajar
1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

1
1. Pendahuluan
Proses pendidikan di sekolah merupakan hal yang paling pokok untuk dilakukan
oleh setiap peserta didik. Proses yang dilakukan peserta didik akan sangat
berpengaruh terhadap perencanaan tujuan pendidikan. Belajar adalah kegiatan yang
berproses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya [1].
Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya
belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan fisik
dan sosialnya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya
terhadap dunia sekitar (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan
lingkungannya dapat membangun jati diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi
dengan berbagai individu maupun kelompok individu yang bervariasi akan
membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-
sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup (learning to
live together). Berdasarkan pengertian belajar dapat diketahui bahwa melalui proses
belajar peserta didik dapat mengalami perubahan, baik dalam pengetahuan maupun
perilakunya. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut
Muhibbinsyah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu, faktor internal, dan faktor eksternal [2].
Menurut hasil wawancara pada salah satu guru TIK di SMP Negeri 7 Salatiga,
penerapan pembelajaran yang di sekolah masih menggunakan metode konvensional
atau ceramah. Selama proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak
memperhatikan guru ketika menjelaskan, dan jika guru bertanya apa yang telah
disampaikan hanya beberapa siswa yang mau menanggapi, kebanyakan siswa
bingung dan diam saja bahkan ada yang tidak memperhatikan sama sekali. Siswa juga
cenderung tidak tertarik mengikuti pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
siswa dalam menerima pembelajaran sangat rendah yang menyebabkan pemahaman
terhadap matari pelajaran tidak memenuhi standar ketuntasan yang berlaku. Hal ini
terjadi karena sistem pembelajaran terlalu monoton sehingga siswa menjadi mudah
bosan bahkan lupa materi yang diajarkan.
Ketentuan tingkat Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk kelas VIII yang
terdapat di SMPN 7 Salatiga adalah ≥ 72. Hasil rata-rata belajar siswa dari 100 %,
hanya 30 % belum memenuhi standar. Hal tersebut ditunjukan bahwa 10 siswa yang
dapat mencapai KKM dari 27 siswa di dalam kelas. Mengatasi hal tersebut, upaya
yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah
dengan mengganti model pembelajaran sebelumnya menjadi model pembelajaran
yang dapat membuat siswa lebih aktif dan lebih mudah memahami materi pelajaran,
karena pembelajaran sebelumnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Learning Cycle 5E
atau disebut juga model pembelajaran siklus belajar [1]. Pada model pembelajaran ini
siswa dilatih untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan cara kerja kelompok
dan mengekspresikan kemampuan mereka dengan ide-ide baru. Selain memilih
metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran juga merupakan salah satu
hal yang penting agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Media yang
digunakan adalah video pembelajaran. Penggunaan video pembelajaran dilakukan
karena pada proses pembelajaran siswa bukan hanya menerima materi melalui tulisan-
tulisan saja, melainkan juga dapat menerima pengetahuan lebih daripada tulisan
seperti gambar, suara, dan video [3]. Video pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini hanya sebagai alat bantu dalam mengajar, karena dengan video

2
pembelajaran siswa lebih tertarik untuk memperhatikan apa yang akan disampaikan
oleh guru.

2. Kajian Pustaka
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nina Agustyaningrum tentang
Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B Smp Negeri 2 Sleman
menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran yang dilakukan mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dengan persentase yang dicapai pada siklus I
yaitu 56,50% berada pada kategori sedang dan persentase yang dicapai pada siklus II
yaitu 69,21% berhasil mencapai kategori tinggi. Artinya indikator keberhasilan yang
ditetapkan dalam penelitian ini telah dipenuhi [4].
Penelitian lain dilakukan oleh Ika Elizaa Cholistyana tentang Pengaruh Model
Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat pengaruh signifikan model Learning
Cycle 5E pada konsep sistem ekskresi. Hal tersebut dapat terjadi karena dengan
menggunakan model Learning Cycle 5E didalam diri siswa telah terjadi belajar yang
lebih bermakna, dengan demikian hal ini yang menjadikan siswa lebih menyukai
pembelajaran dan dapat memahami materi [5].
Pada dua penelitian terdahulu tersebut persamaan dengan penelitian yang
dilakukan saat ini yaitu menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E,
sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian terdahulu tidak menggunakan media
dalam menyampaikan materi. Penelitian yang dilakukan saat ini menggunakan video
pembelajaran untuk membuat siswa lebih tertarik dan mudah mengingat materi
pelajaran.
Model pembelajaran. Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat
dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perencanaan para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran [6].
Dari penjelasan model pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran adalah menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari
awal hingga akhir yang tersusun secara sistematis dengan prosedur yang berbeda.
Siklus belajar (Learning Cycle) 5E merupakan suatu model pembelajaran sains
berbasis kontruktivis, dan suatu rangkaian-rangkaian tahapan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Fase-fase tersebut meliputi
(1) fase engage (mengajak), (2) fase explore (menyelidiki), (3) fase explain
(menjelaskan), (4) fase extend (memperluas), (5) fase evaluate (menilai). Fase engage
(mengajak) adalah fase pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang
sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih
berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase
explore (menyelidiki) adalah fase yang membawa siswa untuk memperoleh
pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang
akan dipelajari. Fase explain (menjelaskan) adalah fase yang didalamnya berisi
ajakan atau dorongan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-
definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase ekplorasi dengan menggunakan kata-
kata mereka sendiri, selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih
formal untuk menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa. Fase extend

3
(memperluas) adalah fase yang tujuannya ingin membawa siswa untuk menggunakan
definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki
siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem
solving. Fase evaluate (menilai) adalah fase penilaian terhadap seluruh pembelajaran
dan pengajaran [1].
Dari pendapat para ahli diatas bahwa yang dimaksud dengan Learning Cycle 5E
adalah tahapan siklus belajar agar siswa dituntun secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya berpusat kepada guru untuk mencapai
kemampuan belajarnya melainkan dapat mengembangkan dan meluangkan pendapat
yang mereka punya. Kelima tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E [7]

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,


apresiasi dan keterampilan yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Namun secara keseluruhan hasil belajar bukan hanya aspek potensi kemanusiaan
saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif [8].
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil
belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan oleh siswa dalam proses pembelajaran
di kelas, dan hasil tersebut dapat berbentuk seperti nilai dari hasil tes kemampuan
yang didapatkan selama belajar maupun perubahan pengetahuan seperti perubahan
sikap dan tingkah laku.
Aktivitas belajar adalah kegiatan fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan[9].
Melalui penjelasan aktivitas belajar diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam menyikapi proses
pembelajaran didalam kelas, kegiatan tersebut dapat berupa respon siswa kepada
guru saat mengikuti pembelajaran.
Video Pembelajaran adalah media pembelajaran yang didalamnya sudah
terdapat audio dan visual pembelajarannya. Teknologi audio-visual merupakan cara
menghasilkan atau menyampaikan materi menggunakan mesin-mesin mekanis dan
elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual [10].
Dari pendapat para ahli diatas, yang dimaksud dengan video pembelajaran
adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikaikan informasi tidak hanya
berupa tulisan, namun didalamnya sudah terdapat audio visual.

4
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif
menggunakan quasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design.
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya saja
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random (acak). Penelitian ekesperimen berguna untuk menyelidiki hubungan antara
sebab dan akibat, karena dari permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adanya
suatu hubungan sebab akibat pada pembelajaran siswa yang menyebabkan dampak
pada hasil belajar mereka [11]. Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.
Nonequivalent Control Group Design. [11]

O1 X O2
O3 O4
Keterangan:
01 : Pre-test untuk kelompok eksperimen.
02 : Post-test untuk kelompok eksperimen.
0₃ : Pre-test untuk kelompok kontrol.
04 : Post-test untuk kelompok kontrol.
X : Perlakuan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7
Salatiga. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B sebagai
kelompok eksperimen, dan kelas kontrol yaitu siswa kelas VIII E. Adapun tahapan
pelaksanaan penelitian ini digambarkan pada gambar 1 berikut.

Tahap Persiapan : Observasi,


Mengidentifikasi Masalah, dan Studi
Pustaka

Tahap Pelaksanaan : Tes Kemampuan


Awal, Pemberian Perlakuan, dan Tes
Kemampuan Akhir

Tahap Pengolahan Data dan Hasil


Penelitian : Analisa Data, Menarik
Kesimpulan, dan Pembuatan Laporan
Gambar 2. Tahap-Tahap Penelitian [12]

Tahap pertama yaitu tahap persiapan. Pada tahap ini persiapan yang dilakukan
yaitu observasi, mengidentifikasi masalah, dan studi pustaka. Sebelum menetapkan
permasalahan yang akan dibahas akan dilakukan observasi di lapangan terlebih dahulu.

5
Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran disekolah yang akan
dijadikan tempat penelitian. Hal ini juga dilakukan untuk mengetahui kondisi, perilaku
dan pemahaman siswa terhadap materi yang diterapkan di sekolah. Hasil observasi
tersebut digunakan untuk menentukan identifikasi masalah, selanjutnya mencari studi
pustaka dan menentukan model pembelajaran yang akan digunakan sesuai kebutuhan.
Pemberian materi ditentukan oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan materi
yang diterapkan di sekolah. Perlakuan yang akan diberikan juga sesuai dengan model
pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Learning Cycle 5E untuk kelas
eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol.
Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap ini meliputi tes kemampuan
awal, treatment, dan tes kemampuan akhir. Tes kemampuan awal dilakukan untuk
mementukan sampel yang akan digunakan. Teknik pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan rekomendasi dari guru yang bersangkutan dan berdasarkan hasil pretest yang
telah diberikan. Hasil pretest menunjukan bahwa kelas yang akan dijadikan kelas
eksperimen harus bernilai rendah daripada kelas kontrol. Nilai pretest kelas VIII B yang
berjumlah 27 siswa sebesar 67.01, sedangkan nilai pretest kelas VIII E yang berjumlah 26
siswa sebesar 68.23. Berdasarkan hasil pretest tersebut bahwa yang menjadi kelas
eksperimen adalah kelas VIII B, dan kelas VIII E yang menjadi kelas kontrol.
Setelah tes kemampuan awal (pretest) dilakukan, selanjutnya memberikan perlakuan
(treatment) pada kedua kelas eksperimen dan kontrol. Treatment yang digunakan selama
proses pembelajaran yaitu menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk
kelas eksperimen, dan metode konvensional untuk kelas kontrol. Selanjutnya adalah
memberikan tes kemampuan akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kontrol untuk
mengetahui hasil akhir belajar siswa setelah menerapkan treatment.
Proses pembelajaran di kelas disesuaikan dengan RPP yang telah dirancang bersama
guru dan menyesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan. Selain menilai dari
hasil belajar siswa, lembar observasi juga digunakan untuk teknik pengumpulan data.
Lembar observasi digunakan dengan tujuan untuk melihat partisipasi dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran, dan juga untuk mengetahui adanya pengaruh model
pembelajaran yang akan diterapkan. Aktivitas siswa yang dilakukan didalam kelas
menunjukan kegiatan yang menjadikan siswa lebih aktif dengan penerapan model yang
digunakan.
Tahap ketiga yaitu tahap tahap pengolahan data dan hasil penelitian. Pada
tahap ini meliputi analisa data, menarik kesimpulan, dan pembuatan laporan. Tahap
analisa data dilakukan untuk mengolah data atau hasil yang didapatkan selama penelitian.
Data yang akan diolah yaitu data hasil pretest, posttest, dan lembar observasi siswa. Hasil
tes sebelumnya (pretest) akan dibandingkan dengan yang sudah diberikan perlakuan
untuk melihat tingkatan nilai dari kedua kelas, sedangkan hasil data lembar observasi
digunakan untuk melihat perbandingan kedua kelas yang diberikan perlakuan. Setelah
mengolah data, selanjutnya yaitu melakukan penarikan kesimpulan dan membuat laporan
berdasarkan hasil yang diperoleh.
Analisa hasil belajar dalam penelitian ini berupa uji T (Uji Independent sampe T test)
dengan ketentuan nilai harus bernilai normal dan homogen agar hipotesis dalam penelitian dapat
direima. Hasil uji T akan menunjukan apakah dengan penerapan model pembelajaran Learning
Cycle 5E hipotesis diterima atau tidak, karena melalui hasil hipotesis tersebut yang akan
membenarkan atau menolaknya. Analisis perhitungan lembar observasi siswa menggunakan
program pengolah angka, sedangkan analisis hasil belajar siswa diolah menggunakan
program aplikasi pengolah data statistik (SPSS). Tabel indikator lembar observasi siswa
ditunjukan pada tabel 1 berikut.

6
Tabel 2. Indikator Lembar Observasi Siswa [13]

Skor
No INDIKATOR
1 2 3 4
1 Siswa mengikuti proses pembelajaran
2 Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh
yang disampaikan oleh guru

3 Siswa mendengarkan pertanyaan yang diajukan


oleh guru
4 Siswa mampu memberikan jawaban dari sebuah
pertanyaan
5 Siswa mampu menjawab soal

Tabel 2 yaitu tabel lembar observasi siswa yang bertujuan untuk mengukur kegiatan
siswa didalam kelas. Pemberian skor pada lembar observasi terdiri dari 1,2,3, dan 4. Pada
indikator no 1, skor 1 artinya siswa tidak mengikuti proses pembelajaran, skor 2 artinya siswa
mengikuti proses pembelajaran tetapi tidak sesuai, skor 3 artinya siswa mengikuti proses
pembelajaran tetapi masih bingung, dan skor 4 artinya siswa mengikuti proses pembelajaran.
Pada indikator 2, skor 1 artinya siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh yang
disampaikan oleh guru, skor 2 artinya siswa memperhatikan yang disampaikan oleh guru
tetapi tidak serius, skor 3 artinya siswa memperhatikan yang disampaikan oleh guru tetapi
masih bingung, dan skor 4 artinya siswa memperhatikan yang disampaikan oleh guru. Pada
indikator 3, skor 1 artinya siswa tidak mendengarkan pertanyaan yang diajukan guru, skor 2
artinya siswa mendengarkan pertanyaan tetapi tidak serius, skor 3 artinya siswa
mendengarkan pertanyaan tetapi masih bingung, dan skor 4 artinya siswa mendengarkan
pertnyaan yang diajukan oleh guru. Pada indikator 4, skor 1 artinya siswa tidak mampu
memberikan pertanyan dari sebuah pertanyaan, skor 2 artinya siswa mampu memberikan
jawaban tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan, skor 3 artinya siswa mampu memberikan
jawaban tetapi masih membingungkan, dan skor 4 artinya siswa mampu memberikan
jawaban yang sesuai dengan pertanyaan. Pada indikator 5, skor 1 artinya siswa tidak mampu
menjawab soal, skor 2 artinya siswa mampu menjawab soal tetapi tidak sesuai dengan topik,
skor 3 artinya siswa mampu menjawab soal tetapi masih bingung, dan 4 artinya siswa mampu
menjawab soal dengan benar.
Rumus yang digunakan untuk menghitung lembar observasi yaitu sebagai berikut.
𝑅
Rumus nilai NP = 𝑆𝑀 × 100% [13]
Keterangan :
NP : nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh
SM : skor maksimum
100 : bilangan tetap

Pemberian nilai lembar observasi dilakukan oleh guru yang menjadi observer
selama proses pembelajaran. Lembar observasi siswa dilakukan untuk melihat nilai
perbandingan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
Learning Cycle 5E dan metode konvensional. Melalui penilaian dengan menggunakan
lembar observasi tersebut apakah dengan menerapkan model pembelajaran model
Learning Cycle 5E siswa juga merasa tertarik mengikuti proses pembelajaran yang
7
menjadikan aktivitas siswa lebih aktif. Hasil dari nilai observasi antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol tersebut digunakan untuk melihat keberhasilan dari penggunaan model
yang diterapkan.
Kisi-kisi soal digunakan untuk menjadi acuan materi apa saja yang akan di
pelajari oleh siswa. Adapun instrumen soal dapat dilihat melalui tabel 3 dengan kisi-kisi
berikut.

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes

No Materi No soal
1 Mengenal perangkat lunak pengolah 1,2
angka
2 Menjelaskan bagian-bagian Microsoft 3,4,5,6,18,30
Excel 2007
3 Menyebutkan menu dan icon pada 7,8,9,10,13,14
Microsoft excel 2007 15,16,17,
4 Menjelaskan fungsi-fungsi pada standard 11,12,19,20,2
toolbar,formatting toolbar, dan drawing 1,22,23,
toolbar 24,25,27,29

Pada tabel 3 merupakan kisi-kisi soal tes yang digunakan untuk mengarah pada
butir soal, soal-soal ini digunakan untuk soal pretest dan posttest, yang bertujuan untuk
mengukur tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Instrumen tes ini disusun bersama guru mata pelajaran TIK dan disesuaikan dengan standar kisi-
kisi yang berlaku. Melalui hasil tes tersebut guru dapat melihat pemahaman dan penguasaan
materi yang dimiliki siswa, sehingga memberikan dampak untuk meningkatkan hasil belajar.

4. Hasil dan Pembahasan


Sebelum melakukan tindakan penelitian, langkah yang diambil yaitu melakukan
wawancara melalui guru TIK di SMP Negeri 7 Salatiga. Hasil wawancara menunjukan
bahwa cara menyampaikan materi yang digunakan di sekolah masih dilakukan secara
konvensional. Penggunaan metode konvensional menyebabkan siswa menjadi pasif
karena hanya berpusat pada guru, sehingga dalam proses pembelajaran tidak berperan
aktif, mudah bosan, dan bahkan ada yang tidak memperhatikan selama proses
pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan siswa mudah lupa dan tidak memahami materi
yang disampaikan, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa dan tidak memenuhi
standar KKM.
Proses pembelajaran dimulai dengan memberikan soal pretest pada kedua kelas
yang akan dijadikan sampel penelitian. Melalui hasil pretest tersebut kemudian
ditentukan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasil nilai rata-rata
pretest yaitu 70.46 untuk kelas VIII E dan 68.96 untuk kelas VIII B, sehingga dapat
ditentukan bahwa yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas VIII B sedangkan kelas
kontrol adalah VIII E. Masing-masing kelas berjumlah 26 siswa pada kelas kontrol dan
27 siswa pada kelas eksperimen.
Setelah menentukan pembagian kelas, kegiatan pembelajaran dimulai dengan
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E
pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol. Pemberian
perlakuan (treatment) akan diberikan selama dua kali pertemuan pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Materi yang disampaikan selama proses pembelajaran yaitu

8
menggunakan media power point dan video pembelajaran. Adapun tampilan materi yang
akan di berikan pada siswa dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Tampilan Materi dan Contoh Video Pembelajaran

Gambar 2 adalah contoh materi yang akan digunakan dalam proses penerapan
treatment. Kelas kontrol hanya diberikan materi dengan menggunakan power point,
sedangkan untuk kelas eksperimen menggunakan power point dan video pembelajaran.
Materi yang disampaikan dengan power point mengenai menu dan ikon pada microsoft
excel 2007, dan pembahasan lebih detail akan disampaikan menggunakan video
pembelajaran tersebut. Video pembelajaran digunakan sebagai alat bantu dalam
mengajar dan untuk melihat respon siswa, sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Melalui video pembelajaran
inilah cara guru untuk menarik perhatian siswa agar lebih fokus terhadap materi yang
diajarkan dan dapat memahami konsep pembelajaran pada tahap selanjutnya.
Proses pembuatan video pembelajaran menggunakan aplikasi Camtasia Studio.
Camtasia Studio merupakan aplikasi yang digunakan untuk membuat video profesional
dan aktivitas dekstop dengan cepat. Aplikasi ini juga dapat merekam suara dan aktivitas
yang dilakukan oleh dekstop, sehingga proses pembuatan video dapat dilakukan secara
langsung. Tahap pembuatan video yang digunakan ada 2 macam, yang pertama yaitu
materi dengan power point sedangkan yang kedua merekam aktivitas dekstop secara
langsung. Pembuatan pada tahap pertama yaitu sebagai berikut.
1. Penentuan materi yang akan dibahas
2. Memasukan materi dalam power point
3. Record (merekam) suara
Proses pembuatan video tahap kedua yaitu sebagai berikut.
1. Menentukan materi yang akan dibahas
2. Merekam secara langsung aktivitas didalam dekstop
Tahap pertama. Materi yang dibahas pada video pembelajaran yaitu tentang
menu dan icon micrososft excel 2007, dimana sub materi ini mengenai standard toolbar,
format toolbar, dan drawing toolbar. Selanjutnya materi dimasukan kedalam power
point, dan terakhir yaitu merekam suara. Audio pada tahap pertama yaitu merekam suara,
sedangkan visualnya yaitu power point yang akan dijelaskan. Tahap kedua yaitu
merekam suara dan merekam tampilan dekstop secara langsung, sehingga aktivitas
dekstop terlihat dengan jelas.
Setelah sesi membuat rekaman selesai, langkah selanjutnya adalah memasukan
semua rekaman kedalam aplikasi camtasia studio. Tahap pertama adalah awal
pembahasan materi secara singkat, sedangkan tahap kedua adalah pembahasan lebih
detail materi yang dipelajari. Rekaman yang telah dimasukan akan diedit kembali yaitu
memotong yang tidak diinginkan, kemudan memberikan transition pada tiap rekaman.

9
Transition pada rekaman ini untuk memberikan jeda pada rekaman selanjutnya.
Rekamannyaa terdiri dari rekaman power point, standard toolbar, format toolbar, dan
drawing toolbar, kemudian digabungkan menjadi satu. Apabila semua rekaman telah
selesai langkah selanjutnya adalah memproduksi video. Produksi video dilakukan dengan
memilih menu produce dan share pada aplikasi camtasia studio kemudian memilih next,
sehingga video yang diingkan telah selesai dibuat.
Perbandingan RPP yang digunakan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
hampir sama, seperti isi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan kegiatan
pendahuluan. Namun untuk kelas eksperimen proses pengajaran yang disampaikan
disesuaikan dengan tahapan model pembelajaran Learning Cycle 5E, sedangkan untuk
kelas kontrol proses penyampaian materi hanya menggunakan metode konvensional saja.
Tahap-tahap yang dilakukan pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4
berikut.

Tabel 4. Tahap Kegiatan Learning Cycle 5E


Kegiatan
Tahap Guru Siswa
Engage 1. Guru melakukan sistem pembelajaran seperti 1. Siswa dapat
biasa, seperti memberikan salam, dan berdoa. menjawab pertanyaan
Selanjutnya guru memberikan apersepsi yang dilontarkan oleh
seperti mengajukan pertanyaan tentang materi guru.
sebelumnya untuk menggali pengetahuan 2. Siswa memperhatikan
awal siswa. guru dalam
2. Guru menyampaikan materi yang meyampaikan materi.
disampaikan kepada siswa dengan power
point dan video pembelajaran mengenai menu
dan ikon microsoft excel 2007.
Explore 1. Guru membagi siswa dalam bentuk kelompok 1. Siswa membentuk
menjadi 6 kelompok masing-masing masing-masing
beranggotakan 4 siswa untuk melakukan kelompok.
diskusi. 2. Siswa maju didepan
2. Guru menyuruh perwakilan tiap kelompok kelas dan melakukan
untuk maju kedepan kelas. praktek.
3. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa 3. Siswa menerima
(LKS). LKS.
4. Guru berperan sebagai fasilitator dan 4. Siswa mendengarkan
memberikan penjelasan sebelum mengisi soal guru dalam
pada LKS. menjelaskan soal
yang terdapat dalam
LKS.
Explain 1. Guru memberikan buku paket TIK untuk 1. Siswa menerima buku
membantu pengisian LKS. paket TIK.
2. Guru mengajak siswa untuk menjelaskan 2. Siswa menjelaskan
kembali konsep yang mereka dapatkan kembali konsep yang
melalui tahap sebelumnya menggunakan ide- mereka dapatkan
ide mereka sendiri dalam pengisian LKS. melalui tahap
3. Guru menjelaskan konsep yang lebih formal sebelumnya
agar siswa tidak memberikan penjelasan menggunakan ide-ide
diluar konteks materi yang diajarkan. mereka sendiri dalam

10
pengisian LKS.
3. Siswa mendengarkan
penjelasan guru dan
mengisi LKS secara
teliti.
Extend 1. Guru mengajak siswa untuk 1. Masing-masing
mempresentasikan hasil diskusi. perwakilan tiap
2. Guru melakukan pemecahan masalah dengan kelompok
mengambil kesimpulan. mempresentasikan
hasil diskusi.
2. Siswa mendengarkan
dan memberikan
pendapat kepada
guru.
Evaluate 1. Guru menilai siswa melalui hasil persentasi 1. Siswa
yang sudah dilakukan. mempresentasikan
2. Guru memberikan soal evaluasi terkait hasil diskusi
dengan seluruh pembelajaran 2. Siswa mengerjakan
soal evaluasi

Tahap engage. Kegiatan 1 yaitu kegiatan yang dilakukan guru dengan


memberikan pertanyaan, dengan jawaban yang dilontarkan siswa hal ini menimbulkan
adanya interaksi antara guru dan siswa, sehingga menjadikan aktivitas siswa menjadi
aktif selama proses pembelajaran. Apabila ada hal yang belum jelas terkait dengan
penjelasan guru, hal tersebut selanjutnya akan dibahas secara bersama-sama terkait
dengan materi yang akan disampaikan. Selanjutnya pada kegiatan 2 yaitu guru
menyampaikan materi menggunakan video pembelajaran. Melalui video pembelajaran
inilah cara guru untuk menarik perhatian siswa. 2 kegiatan tersebut adalah cara guru
untuk mengajak (engage) siswa dalam proses pembelajaran.
Tahap explore. Tahap ini guru membentuk siswa dalam sebuah kelompok
diskusi. Setelah itu guru menyuruh perwakilan tiap kelompok maju kedepan kelas, siswa
yang lain diharapkan memperhatikan teman kelompoknya agar masing-masing siswa
mempunyai pemikiran tersendiri apa yang telah dipraktekan temannya. Hal ini dilakukan
guru agar siswa dapat menjawab soal pada LKS, karena dengan hal ini siswa telah
mendapatkan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan
dipelajari. Aktivitas siswa saat membentuk kelompok dapat dilihat pada gambar 3
berikut.

Gambar 3. Siswa berkumpul pada kelompok masing-masing

11
Tahap explain. Pada tahap ini guru memandu siswa melakukan diskusi. Tiap
siswa diharapkan mempunyai catatan sendiri agar dapat menuangkan ide dan pemikiran
masing-masing siswa, sehingga dalam pengisian LKS dijawab berdasarkan hasil diskusi
bersama. Hal ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran tiap siswa dapat berperan
secara aktif dalam kerja kelompok. Pengisian LKS yang dilakukan siswa dapat dilihat
pada gambar 4 berikut.

Gambar 4. Proses Diskusi Kelompok

Tahap extend. Setelah berdiskusi dan soal-soal di LKS telah terjawab, kegiatan 1
yaitu guru akan menunjuk masing-masing perwakilan dalam setiap kelompok untuk maju
kedepan kelas dan mempresentasikan hasil diskusi mereka. Hal ini dilakukan untuk
melatih siswa dalam memahami dan menghafal apa yang mereka dapatkan. Setelah
semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru melanjutkan pada kegiatan 2.
Pada kegiatan 2 ini guru agar siswa dapat memberikan respon untuk menyelidiki
bersama, sehingga dapat memecahkan masalah, menyimpulkan, dan mengambil
keputusan bersama mengenai soal yang terdapat pada LKS tersebut.
Tahap evaluate. Tahap ini guru menilai seluruh pembelajaran melalui presentasi
kelompok. Selanjutnya untuk meyakinkan siswa telah memahami seluruh materi, guru
memberikan pertanyaan kembali kepada siswa hal yang belum jelas. Apabila siswa telah
memahami konsep pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian guru akan
memberikan soal evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.
Melalui beberapa tahap yang diatas bahwa tahap yang membuat siswa lebih aktif
yaitu tahap explain, dimana tahap ini dapat menjadikan siswa dapat meluangkan
kemampuan satu sama lain dalam memberikan pendapat. Hal ini ditiunjukan dengan
kegiatan siswa berdebat secara aktif selama proses diskusi bersama temannya, sehingga
interaksi tanya jawab antara guru dan siswa maupun siswa ke siswa sesuai dengan baik
dalam proses pembelajaran.
Temuan unik selama proses penerapan model Learning Cycle 5E yaitu siswa
menjadi bersemangat mengikuti kerja kelompok dan saling rebutan dalam
mempresentasikan hasil diskusi didalam kelas. Pengguaan video juga menjadikan siswa
lebih tertarik memperhatikan materi yang disampaikan dan menjadikan antusias rasa
ingin tahu siswa terhadap tahap pembelajaran selanjutnya. Hal ini ditunjukan dengan
kegiatan siswa didalam kelas yaitu siswa tampak lebih senang dan bersemangat ketika
akan memutarkan video.
Kendala dan kekurangan yang ditemui dalam penelitian ini adalah kurangnya
fasilitas lab komputer yang mendukung proses penelitian. Hal ini berdampak pada tahap
kegiatan explore, dimana siswa hanya menggunakan 3 komputer dalam satu kelas
sehingga pengisan LKS tidak dapat terjawab secara keseluruhan. Mengatasi hal tersebut

12
fasilitas atau komputer yang digunakan harus menyesuaikan dengan jumlah siswa
didalam kelas. Apabila dalam satu kelas berjmlah 27 siswa dan dibagi menjadi 4-5 dalam
satu kelompok, maka harus disediakan berjumlah 9 komputer atau laptop. Jadi tiap
siswa dapat bekerja sama dan mempunyai tugas masing-masing, sehingga tidak ada yang
tinggal diam dalam sebuah kelompok.
Langkah yang dilakukan pada kelas kontrol yaitu guru melakukan sistem
pembelajaran seperti biasanya seperti memberi salam dan berdoa, namun proses
pembelajarannya berbeda dengan kelas eksperimen. Penyampaian materi menggunakan
media power point namun tidak menggunakan video pembelajaran. Metode yang
digunakan pada kelas kontrol adalah metode konvensional atau metode ceramah, jadi
selama proses pembelajaran guru hanya melakukan ceramah dalam menjelaskan materi.
Setelah semua kelas diberikan treatment, selanjutnya kedua kelas tersebut
diberikan posttest. Pemberian posttest dilakukan dengan tujuan melihat perbandingan
peningkatan hasil belajar yang didapatkan setelah penenerapan treatment.
Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E menjadikan aktivitas siswa
lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat
mencapai KKM. Peningkatan hasil belajar terjadi karena dalam proses pembelajaran
aktivitas siswa tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Interaksi antara siswa dan
guru, maupun siswa ke siswa yang lain jadi lebih aktif, kegiatan siswa yang biasanya
hanya bingung dan diam saja selama proses pembelajaran mulai memperhatikan
pembelajaran. Kegiatan tersebut yang menjadikan siswa lebih memahami materi yang
diajarkan.
Pengisian lembar observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung untuk
melihat perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan hasil dari
kedua kelas tersebut digunakan untuk melihat apakah penggunaan model Learning Cycle
5E dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil observasi aktivitas
belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Hasil persentase lembar observasi siswa

Kelas
No Indikator Eksperimen Kontrol Selisih
1 Siswa mengikuti proses pembelajaran 86.93 % 58.62 % 28.31 %
2 Siswa memperhatikan dengan sungguh- 88.54 % 60.78 % 27.76 %
sungguh yang disampaikan oleh guru
3 Siswa mendengarkan pertanyaan yang 93.42 % 70.64 % 26.95 %
diajukan oleh guru
4 Siswa mampu memberikan jawaban 87.30 % 66.78 % 28.93 %
dari sebuah pertanyaan
5 Siswa mampu menjawab soal 90.12 % 63.97 % 21.70 %
Jumlah 85.88. % 59.15 % 26.73 %

Kriteria persentase yang digunakan untuk lembar observasi aktivitas siswa secara
keseluruhan adalah sebagai berikut [13].
25 % ≤ nilai ≤ 45 % : aktivitas siswa kurang
45 % ≤ nilai ≤ 65 % : aktivitas siswa cukup baik
65 % ≤ nilai ≤ 85 % : aktivitas siswa baik
85 % ≤ nilai ≤ 100 % : aktivitas siswa sangat baik

13
Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat perbedaan aktivitas siswa pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Perbedaan tersebut ditunjukan dengan hasil tiap
indikator yang diperoleh pada kedua kelas, menunjukan bahwa aktivitas siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Kelas eksperimen menunjukan jumlah nilai
persentase sebesar 85.88%, sehingga aktivitas siswa pada kelas eksperimen berkriteria
sangat baik. Kelas kontrol nilai persentase sebesar 59.15%, sehingga aktivitas siswa
dikategorikan berkriteria cukup baik. Kedua kelas tersebut mempunyai selisih 26.73%,
sehingga selisih antara kedua kelas tersebut sangat berjauhan.
Skor presentase lembar observasi yang diperoleh dihitung dengan menggunakan
bantuan program aplikasi pengolah angka. Perbedaan persentase lembar observasi siswa
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tersebut menunjukan bahwa aktifitas
belajar siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih
tinggi dari pada kelas kontrol dengan metode konvensional. Artinya penerapan model
Learning Cycle 5E tersebut dapat menjadikan aktivitas siswa lebih aktif dalam menerima
pelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa juga dilihat dari hasil pretest dan posttest.
Pengujian tersebut dilakukan uji Independent sample t-test yang digunakan untuk
membandingkan nilai rata-rata kedua kelas. Pada uji T syaratnya yaitu nilai harus
bernilai normal dan homogen agar .
Hasil uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data yang
dianalisa berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data variabel yang digunakan
adalah teknik Kolmogorov-Smirnov. Hasil nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukan bahwa nilai siswa berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas yang diteliti memiliki
varians yang sama. Hasil pengujian yang didapatkan menunjukan bahwa data dari kedua
kelas tersebut memiliki varians yang sama atau homogen. Setelah melakukan
perhitungan, apabila kedua kelas bernilai normal dan homogen, artinya syarat uji
Independent sample t-test terpenuhi. Hasil nilai rata-rata pretest posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

HASIL BELAJAR
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Rata-rata Pretest Rata-rata posttest
Kelas_Kontrol 68,23 70,9
Kelas_Eksperimen 67,01 84,22

Gambar 5. Hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol

Gambar 5 adalah hasil uji T yang ditunjukan dengan grafik nilai siswa secara
keseluruhan, dimana hasil tersebut digunakan untuk melihat peningkatan pretest dan

14
posttest dari kelas kontrol dan eksperimen. Hasil pretest dan posttest terdapat
peningkatan setelah setelah kedua kelas diberi perlakuan (treatment). Hasil uji T tersebut
menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada kelas eksperimen menggunakan model
Learning Cycle 5E daripada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.
Peningkatan tersebut ditunjukan dengan nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu dari 68.23
menjadi 70.90 sedangkan pada kelas eksperimen yaitu dari 67.01 menjadi 84.22,
peningkatan yang terjadi sebesar 17.21% pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas
kontrol yaitu sebesar 2.67%. Artinya bahwa hasil belajar siswa dengan penggunaan
model pembelajaram Learning Cycle 5E lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan metode konvensional. Hal ini disebabkan oleh aktivitas siswa menjadi
lebih aktif dengan menggunakan model Learning Cycle 5E.
Hasil akhir dari tabel tersebut menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle 5E dapat menjadikan aktivitas siswa menjadi lebih aktif
dan dapat memahami materi pelajaran, sehingga hal tersebut dapat memberikan dampak
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukan melalui
hasil posttest yang diperoleh siswa setelah diberikan treatment.
Model Learning Cycle 5E ini didalamnya terdapat langkah-langkah yang
dilakukan dengan proses pembelajaran lebih terstruktur karena disesuaikan berdasarkan
tahap-tahap yang terstruktur pula. Suatu pembelajaran akan bermakna bila siswa
mengalami aktivitas positif selama pembelajaran tersebut. Aktivitas siswa menunjukan
dengan model Learning Cycle 5E suasana belajar menjadi lebih aktif dan lebih
menyenangkan, siswa dapat ikut serta dalam proses pembelajaran karena tidak terpaku
kepada guru.
Melalui model Learning Cycle 5E dapat menjadikan aktivitas siswa lebih aktif
dan berdampak pada hasil belajar, karena dengan model tersebut menjadikan kondisi
didalam kelas menjadi lebih bervariatif, menambah semangat, dan efektif. Pembelajaran
sebelumnya yang hanya berpusat pada guru dan membuat siswa lebih bosan kini telah
berbubah dengan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan tertarik. Hasil
belajar yang ditunjukan siswa telah meningkat dengan diterapkannya model Learning
Cycle 5E, dan perbandingan aktivitas siswa di kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Seluruh uraian yang telah dijabarkan menunjukan bahwa
model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan
aktivitas siswa juga menjadi lebih aktif dengan menggunakan model tersebut.

4. Simpulan
Penggunaan metode ceramah (konvensional) merupakan metode satu arah yang
berpusat pada guru dalam menyampaikan materi, sehingga kurang efektif dan tidak dapat
membuat siswa berpartisipasi aktif karena hanya mendengarkan ceramah dan penjelasan
dari guru. Hal demikian menjadikan siswa mudah bosan dan mudah lupa materi apa yang
disampaikan. Melalui hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada kelas
eksperimen dapat menjadikan hasil nilai prestasi belajar siswa maksimal. Hal tersebut
dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu dari 67.01 menjadi 84.22 dengan
peningkatan nilai sebesar 17.21%, sedangkan peningkatan nilai rata-rata kelas kontrol
yaitu 68.23 menjadi 70.90 dengan peningkatan nilai sebesar 2.67%.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, aktivitas belajar siswa dikelas
eksperimen menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini ditunjukan
bahwa nilai aktivitas di kelas eksperimen sebesar 85.88% yang berkriteria sangat baik,
sedangkan di kelas kontrol nilai aktivitas siswa yang dicapai sebesar 59.15% dan

15
berkriteria cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model
belajar Learning Cycle 5E dapat menjadikan aktivitas siswa lebih tinggi selama proses
pembelajaran. Hal ini berarti bahwa dengan penggunaan model Learning Cycle 5E yang
diterapkan sangat berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas, karena
melalui model tersebut siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Melalui
kegiatan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran, hal ini yang menyebabkan siswa
lebih paham dan berdampak pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, saran bagi penelitian selanjutnya dapat
menerapakan model Pembelajaran Learning Cycle 5E atau dengan menggunakan metode
pembelajaran yang lebih beragam.

5. Daftar Pustaka
[1] Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta
[2] Ngalim Purwanto. (1984). Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya
[3] Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia
[4] Nina Agustyaningrum. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle
5e Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Ix B Smp
Negeri 2 Sleman
[5] Ika Elizaa Cholistyana. (2014) Pengaruh Model Learning Cycle 5E Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi.
[6] Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
[7] Lorsbach, Anthony W. (2002). The Learning Cycle as A Tool For Planing Science
Instruktion. [online]. Tersedia: http://www. coe. ilstu. edu/
scienceed/lorsbach/257/lrcy.html. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2014
[8] Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
[9] A.M, Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
[10] Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran Manual
dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia
[11] Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Penerbit. Bandung : Alfa Beta.
[12] Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
[13] Puji Erkanawati. (2009). Penerapan Pembelajaran Dengan Pendekatan
Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam menyelesaikan
Soal-Soal Pokok Bahasan Sistem Persamaan Lenear Dua Variabel Pada Siswa Kelas
VII S Semester I SMP Negeri 2 Kunduran Blora Tahun Pelajaran 2008/2009

16

You might also like