Professional Documents
Culture Documents
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol.8, No.3, 2020, hal 424-434
Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care
ISSN 2527-8487 (online)
ISSN 2089-4503 (cetak)
ABSTRACT
Indonesia have various form of schools both regular and pesantren-based. The student of pesantren or
Islamic Boarding School lack of time to be able to gather with family and home environment and cause
problems in the mental health of the students. This study aims to analyze the relationship of social support
with the mental health of students in Islamic Boarding School conducted in May 2020. The design used in
this study is observasional (cross sectional), the population is all male students in F block totaling 50 people,
the sample is part students totally 42 people. The sampling technique used was simple random sampling,
the instruments used were social support questionnaire and Mental Health Inventory. Data collected by
sharing the google form link, then the data was coding, editing, tabulating and analyzed univariate by
percentage and bivariate by the Sommers'd test. The results showed that social support of large students in
the medium category was 30 people (71.4%), mental health of almost all students had mental health with a
prosperous enough life of 36 people (85.7%), and there was a fairly strong relationship between social
support with mental health with a value of co-eficient correlation 0.434 and p-value 0.007 which is possible
due to various factors such as the age of the student, length of stay in boarding school, support from friends
or parents. Based on the results of the study it is suggested that teacher at Islamic boarding school must
conduct communication activities more often so that students can talk about problems they are facing and
not feel alone.
ABSTRAK
Indonesia memiliki beragam bentuk sekolah baik berbasis reguler maupun pesantren. Para
santri di pesantren seringkali mengalami kekurangan waktu untuk bisa berkumpul dengan
keluarga dan merasakan lingkungan rumah. Sehingga dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan jiwa santri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan
sosial dengan kesehatan jiwa santri di Pondok Pesantren yang dilaksanakan pada bulan Mei
2020. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional (cross sectional),
populasinya adalah seluruh santri putra di blok F yang berjumlah 50 orang, sampel adalah
sebagian santri berjumlah 42 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
simple random sampling, instrumen yang digunakan adalah angket dukungan sosial dan Mental
Health Inventory. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan link google form, kemudian
Cara mengutip: Priasmoro, D. Pitaloka. (2020). Korelasi Dukungan Sosial dengan Kesehatan Jiwa Santri Putra di Pondok
Pesantren Lumajang. Care:Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(3), 424-434
data dikode, diedit, ditabulasi dan dianalisis secara univariat berdasarkan persentase dan
bivariat dengan tes Sommers'd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial santri
sebagian besar pada kategori sedang sebanyak 30 orang (71,4%), kesehatan jiwa santri
hampir seluruhnya cukup sejahtera sebanyak 36 orang (85,7%), dan terdapat hubungan
yang cukup kuat antara dukungan sosial dengan kesehatan jiwa dengan nilai koefisien korelasi
0,434 dan p-value 0,007 yang dimungkinkan karena berbagai faktor seperti usia santri, lama
tinggal di pondok pesantren, dukungan dari teman atau orang tua. Berdasarkan hasil
penelitian disarankan agar guru di pesantren lebih sering melakukan kegiatan komunikasi
agar santri dapat berbicara tentang masalah yang mereka hadapi dan tidak merasa sendirian.
diri, menguasai lingkungan, orientasi tekanan hidup baik secara fisik maupun
realitas serta manajemen stress. Faktor – psikologis.
faktor tersebut berinteraksi secara tetap
sehingga kesehatan jiwa seseorang METODE PENELITIAN
merupakan keadaan dinamik atau selalu Desain yang digunakan dalam penelitian
berubah karena dipengaruhi pula oleh ini adalah observasional (cross sectional).
lingkungan, pengalaman seseorang dalam Populasi adalah seluruh santri putra di
menghadapi masalah, mekanisme koping blok F sejumlah 50 orang, sampel adalah
serta dukungan sosial (Handono et al., sebagian santri sejumlah 42. Teknik
2013). Dukungan sosial adalah sampling yang digunakan adalah simple
tersedianya orang lain atau kelompok random sampling. Instrumen yang
yang memberikan rasa nyaman, perhatian, digunakan adalah kuisioner dukungan
dan penghargaan ataupun menawarkan sosial dan Mental Health Inventory dari The
bantuan terhadap individu. Dukungan ini Consortium of Multiple Sclerosis Centers
berasal dari berbagai sumber, yaitu Helath Services Research Subcommittee
pasangan, keluarga, teman, tetangga, dsb tahun 1997. Pengumpulan data dilakukan
(Sari, dkk, 2016). Menurut Harandi, dkk dengan membagikan tautan google form.
(2017) juga telah disebutkan bahwa Analisis data yang digunakan univariat
dukungan sosial merupakan faktor yang dengan persentase dan bivariat dengan uji
sangat penting yang dapat mempengaruhi Sommers’d.
kesehatan mental. Dukungan sosial
memberikan keuntungan baik secara fisik HASIL
maupun psikologis bagi seseorang untuk Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
menghadapi stressor dalam kehidupan sebagian besar responden berusia 19-21
sehari-hari. Menurut Hsieh&Tsai (2019) tahun, lebih dari separuhnya tinggal di
menyebutkan bahwa faktor internal pesantren > 5 tahun, hampir seluruhnya
(harga diri, dan penerimaan diri) dan pendapatan orang tua < 1juta, hampir
faktor eksternal (dukungan sosial) dapat seluruhnya tingal di asrama karena
membantu seseorang dalam keinginan pribadi, hampir seluruhnya
berkompromi dengan tekanan hidup. Hal mengalami fase adpatasi, hampir
ini menunjukkan bahwa dukungan sosial seluruhnya sering bercerita dengan teman,
merupakan faktor penting dalam dan lebih dari separuh merasa sering
menyeimbangkan dampak negatif dari dibantu oleh teman.
427
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol.8, No.3, 2020, hal 424-434
Korelasi
p-value 0.007
Kehidupan dipesantren sebagai sebuah
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa dari lembaga tempat berprosesnya budaya dan
hasi uji Sommers’d didapatkan koefisien agama Islam yang berada di tengah
korelasi 0.434 yang menunjukkan lingkungan masyarakat mau tidak mau
korelasinya cukup kuat dan nilai p-value menuntut para santri yang tinggal
0.007 < 0.05 yang artinya terdapat didalamnya untuk mematuhi aturan.
hubungan antara dukungan sosial dengan Termasuk dalam komunikasi antar
kesehatan jiwa. anggotanya seperti para kiai, ustadz, dan
santri sudah barang tentu model
PEMBAHASAN komunikasi yang diaplikasikan berbeda
Gambaran Dukungan Sosial Santri (Hartono, 2016). Berdasarkan teori diatas
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa lebih diasumsikan oleh peneliti bahwa para
dari setengah responden memiliki santri akan merasa lebih nyaman dan
dukungan sosial dengan kategori sedang terbuka ketika berkomunikasi untuk
dan sebagian kecil dalam kategori rendah. mendapatkan dukungan sosial ketika
Handono et al., (2013) menjelaskan memerlukan bantuan.
bahwa dukungan sosial adalah hubungan
yang sifatnya menolong disaat individu Dari tabel 1 juga diketahui bahwa hampir
sedang mengalami persoalan atau setengah responden mengungkapkan
kesulitan baik berupa informasi maupun diberikan dukungan oleh orang tua. Hasil
bantuan nyata. Dukungan sosial ini dapat penelitian tersebut dapat diasumsikan
diperoleh dari teman, keluarga atau orang bahwa santri juga merasa bahwa ada
yang ada disekitar individu. Dari hasil orang tua yang dapat membantu
penelitian diketahui pada tabel 1 bahwa kapanpun dibutuhkan meskipun tidak
lebih dari setengah responden merasa dapat hadir secara fisik untuk membantu
diberikan dukungan oleh teman. Hal ini santri karena aturan di pesantren terkait
diasumsikan bahwa responden memiliki waktu kunjungan oleh orang tua.
dukungan sosial sedang karena memiliki Meskipun orang tua tidak dapat hadir
teman selama di pesantren yang hadir setiap saat namun kesediaan orang tua ini
secara nyata ketika santri membutuhkan yang membuat para santri merasa
pertolongan maupun bantuan selama diperhatikan dan dicintai. Asumsi peneliti
tinggal dipesantren. sejalan dengan teori (Siska et al., 2018)
429
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol.8, No.3, 2020, hal 424-434
yang menyebutkan bahwa dukungan yang pembiayaan bagi santri. Dari hasil
diberikan orang tua kepada anak akan penelitian pada tabel 1 diketahui bahwa
membuat anak lebih semangat. Dukungan sebagian besar orang tua santri ayahnya
sosial yang diberikan orang tua bekerja sebagai petani, lebih dari setengah
merupakan dukungan yang paling besar responden memiliki ibu tidak bekerja/
dalam lingkungan keluarga. Orang tua IRT, dan sebagian besar pendapatan
merupakan bagian dalam keluarga yang orang tua <1 juta. Hasil penelitian ini
dianggap sebagai seorang individu dewasa diasumsikan bahwa santri yang memiliki
yang perannya sangat penting karena dukungan sosial sedang dimungkinkan
paling dekat dengan anak. Dukungan karena sebagian besar orang tua
sosial adalah hubungan interpersonal responden bekerja sebagai petani maupun
antara seseorang dengan orang lain yang tidak bekerja, sehingga memiliki
didalamnya berisi pemberian bantuan pendapatan yang relatif rendah yaitu
yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri kurang dari 1 juta. Kondisi ini
dari emosional, penghargaan, menyebabkan orang tua tidak bisa secara
instrumental, dan informasi. Dukungan maksimal memberikan dukungan secara
emosional misalnya adalah kehadiran materiil. Asumsi peneliti ini sejalan
seseorang untuk diajak berbagi atau dengan Siska et al., (2018) yang
bercerita (Siska et al., 2018). Dari hasil menyatakan bahwa dukungan yang
penelitian pada tabel 1 diketahui bahwa diberikan orang tua kepada anak salah
sebagian besar santri dengan dukungan satunya adalah menyediakan fasilitas yang
sosial sedang sering bercerita kepada diperlukan anak untuk belajar. Fasilitas
teman. Pernyataan diatas dapat tersebut berupa penyediaan alat tulis,
diasumsikan bahwa santri yang memiliki buku pelajaran, maupun fasilitas yang
dukungan sosial sedang dikarenakan lainnya.
memiliki seseorang yaitu teman untuk
mendengarkan keluh kesah atau masalaah Gambaran Kesehatan Jiwa Santri
yang dihadapi meskipun tidak semua Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui
santri mengungkapkan masalah atau bahwa hampir seluruh responden
bercerita kepada teman. responden memiliki kesehatan jiwa cukup
Sedangkan dukungan instrumental sejahtera, dan sebagian kecil kurang
contohnya adalah pemberian dukungan sejahtera. Kesehatan jiwa merupakan
dalam bentuk sarana prasarana maupun kondisi seorang individu yang sejahtera.
430
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol.8, No.3, 2020, hal 424-434
Dimana individu mencapai kebahagiaan, sebagian kecil berumur 13-15 tahun . Dari
ketenangan, kepuasan, aktualisasi diri, dan beberapa pernyataan teori diatas dan hasil
mampu optimis atau berfikir positif di penelitian dapat diasumsikan oleh peneliti
segala situasi baik terhadap diri sendiri, bahwa santri dengan kesehatan jiwa yang
orang lain, dan lingkungan (Wuryaningsih, cukup sejahtera dimungkinkan karena
2018). Sedangkan menurut Indarjo (2009) memiliki umur yang cukup matang yaitu
disebutkan pada masa remaja, banyak 19-21 tahun atau dewasa muda. Dimana
terjadi perubahan biologis, psikologis pada usia ini individu dianggap sudah
maupun sosial. Tetapi umumnya proses mampu berfikir secara matang terhadap
pematangan fisik terjadi lebih cepat dari segala permasalahan yang dihadapi dan
proses pematangan kejiwaan (psikososial). lebih banyak kearah mencari solusi.
Manusia selalu dilihat sebagai satu Sehingga seseorang tidak akan mudah
kesatuan utuh dari unsur badan, jiwa, menganggap suatu masalah yang dihadapi
sosial, tidak hanya dititik beratkan pada sebagai suatu stressor yang berat dan
penyakit tetapi pada peningkatan kualitas menimbulkan masalah pada kesehatan
hidup, terdiri dari kesejahteraan dari jiwa. Asumsi peneliti ini sejalan dengan
badan, jiwa dan produktivitas secara sosial teori Kelen, Agnesia Priska L.; Hallis,
ekonomi. Farida, Puri, (2016) yang menyebutkan
bahwa semakin matang umur individu
Adanya konflik yang berlarut-larut dapat maka akan semakin menjadikannya lebih
menjadi stresor bagi remaja yang dapat dewasa dan matang dalam bertindak dan
menimbulkan berbagai pemasalahan yang bersikap. Yusuf, (2009) menjelaskan
komplek baik fisik, psikologik maupun bahwa semakin cukup umur tingkat
sosial termasuk pendidikan. Kondisi kematangan dan kekuatan seseorang,
seperti ini apabila tidak segera di atasi maka akan lebih matang seseorang
dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat tersebut dalam berfikir dan berkarya.
berkembang ke arah yang lebih negatif.
Antara lain dapat ditimbulkan masalah Kesehatan jiwa juga merupakan
maupun gangguan kejiwaan dari yang kemampuan individu dalam menerima
ringan sampai berat (Indarjo, 2009). perubahan yang dialami baik fisik, mental,
Menurut hasil penelitian pada tabel 1 sosial maupun lingkungannya (Indarjo,
diketahui bahwa sebagian besar 2009). Berdasarkan hasil penelitian
responden berumur 19-21 tahun dan diketahui bahwa hampir seluruh
431
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol.8, No.3, 2020, hal 424-434
kemampuan untuk mencapai apa yang untuk menghilangkan rasa ketakutan atau
diinginkan. Kemampuan untuk kecemasan dan masalah-masalah yang
memenuhi kebutuhan psikologis atau muncul selama santri tinggal dipesantren
beradaptasi ini yang akhirnya membuat dan jauh dari orang tua. Perasaan
individu memiliki kesehatan jiwa yang memiliki , berharga, dan dicintai ini akan
sejahtera (Yusuf, Ahmad; Nihayati, Hanik; memberikan semangat tersendiri bagi
dkk. 2019). Dukungan sosial ini tidak santri untuk menerima keadaan atau
hanya didapatkan dari orang tua namun beban yang dialami sehingga kesehatan
bisa saja dari teman, keluarga maupun jiwa santri akan menjadi cukup sejahtera.
orang terdekat (Siska et al., 2018). Dan sebaliknya pada santri yang
mendapatkan social support rendah
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa lebih memiliki kesehatan jiwa kurang sejahtera.
dari setengah responden dengan
dukungan sosial yang sedang memiliki KESIMPULAN
kesehatan jiwa yang cukup sejahtera. Dukungan sosial santri di Pondok
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Pesantren Miftahul Ulum sebagian besar
(Bukhori, 2012) yang menyebutkan dalam kategori sedang, dan sebagian kecil
bahwa dukungan sosial keluarga rendah. Hal ini dimungkinkan
merupakan variabel lingkungan yang dipengaruhi oleh adanya orang yang
diasumsikan memiliki hubungan positif sering diajak bercerita, santri
dengan kesehatan jiwa seseorang. mendapatkan dukungan dari orang tua
Dukungan tersebut diharapkan berasal atau teman, pekerjaan orang tua, dan
dari keluarga karena keluarga merupakan pendapatan orang tua. Kesehatan jiwa
lingkungan pertama dan lingkungan yang santri di Pondok Pesantren Miftahul
terdekat dengan individu (Apollo dan Ulum hampir seluruh responden
Cahyadi, 2012). Berdasarkan pernyataan responden memiliki kesehatan jiwa
diatas diasumsikan bahwa para santri dengan cukup sejahtera, dan sebagian
merasa memiliki orang terdekat seperti kecil kurang sejahtera. Hal ini
keluarga yaitu orang tua maupun teman dimungkinkan karena umur, mengalami
yang dianggap seperti keluarga karena fase adaptasi, dan lama tinggal diasrama.
paling dekat dengan santri dan berada Terdapat hubungan dukungan sosial
disekitar santri. Dukungan sosial dari dengan ksehatan jiwa santri di Pondok
teman maupun orang tua ini diperlukan Pesantren Miftahul Ulum terdapat
433
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol.8, No.3, 2020, hal 424-434
Siska, M., Solfema, S., & Aini, W. (2018). Wuryaningsih, E. W. dkk. (2018).
Hubungan Dukungan Sosial Orang Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. UPT
Tua dengan Hasil Belajar Santri di Percetakan & Penerbitan
MDA Nurul Haq Nagari Cubadak Universitas Jember.
Kecamatan Dua Koto Kabupaten Yusuf, S.(2009). Psikologi Perkembangan
Pasaman. Spektrum: Jurnal Pendidikan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Luar Sekolah (PLS), 1(2), 238. Remaja.
https://doi.org/10.24036/spektru Yusuf, Ahmad; Nihayati, Hanik; dkk.
mpls.v1i2.9053 (2019). Kesehatan Jiwa: Pendekatan
Tafsir, A. (2011). Pendidikan Dalam Holistik dalam Asuhan
Prespektif Islam. Bandung: Remaja Keperawatan. Jakarta: Mitra
Rosdakarya. Wacana Media.