You are on page 1of 13

TAZKIYA (Jurnal of Psychology)

DOI: http://dx.doi.org/10.15408/tazkiya.vxix.xxxx
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya

Pengaruh Religiositas Dan Kualitas Persahabatan Terhadap Kebahagiaan Santri


Ria Rizki Merselina, Liany
Luzvinda

Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


merselinazain@gmail.com, liany.luzvinda@uinjkt.ac.id

Abstract

(F) The study aimed to find out whether there is a significant effect of religiosity and
friendship quality in santri’s happiness. The participants of this study were students at the
MTS level who lived in the pesantren. This study involved 220 participants who were drawn
using a convenience sampling technique. The questionnaire used in this study is Seligman's
Authentic Happiness measurement tool, the adaptation of Glock and Stark the religiosity
measurement tool, and the Friendship Quality Scale (FQUA) adaptation. Test the validity of
the measuring instrument using the Confirmatory Faktor Analysis (CFA) technique. While
the data analysis was tested using multiple regression analysis techniques to see the effect of
the independent variable on the dependent variable.The results of this study indicate that
there is a significant effect of religiosity and friendship quality in santri’s happiness with an
R-square value of 0.313 or 31.3%. The results of the minor hypothesis test show that there
are only three independent variable’s that significantly influenced happiness, namely
ritualistic, experience and help. Other variables do not significantly influenced happiness.
Researchers hope that the results of this study can be reviewed and developed in further
research. Researchers suggest that future studies use other variables that were taught to
have an influence on happiness.
Keywords Religiosity, Friendship Quality, Happiness, Santri.
Abstrak

(F) Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah ada pengaruh signifikan dari religiositas
dan kualitas persahabatan terhadap kebahagiaan. Partisipan penelitian ini adalah santri tingkat MTS
yang tinggal di pesantren. Penelitian ini melibatkan 220 partisipan yang diambil menggunakan
teknik convenience sampling. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur
Kebahagiaan Autentik dari Seligman, adaptasi alat ukur berdasarkan dimensi religiositas Glock dan
Stark, dan adaptasi Friendship Quality Scale (FQUA). Uji Validitas alat ukur menggunakan Teknik
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Sedangkan analisis data diuji menggunakan teknik analisis
regresi berganda untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari religiositas dan
kualitas persahabatan terhadap kebahagiaan santri dengan nilai R-square sebesar 0.313 atau sebesar
31.3%. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hanya terdapat tiga independent variable yang
signifikan mempengaruhi kebahagiaan yaitu ritualistik, pengalaman dan help. Variabel lainnya
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan. Peneliti berharap hasil penelitian ini
dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Peneliti menyarankan agar

TAZKIYA (Journal of Psyhology), p-ISSN: 2656-0011, e-ISSN: 2654-7244


This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap
kebahagiaan.
Kata Kunci: Religiositas, Kualitas Persahabatan, Kebahagiaan, Santri.

Pendahuluan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang
melahirkan pejuang yang bertanggung jawab penuh terhadap lingkungan sekitar dan bertanggung
jawab secara vertikal maupun horizontal dalam membantu bersama-sama membesarkan Indonesia.
Awal kelahiran pondok pesantren bersifat tradisional untuk mendalami ilmu-ilmu agama Islam
sebagai tafaqquh fi al-din (pedoman hidup) yang menekankan pentingnya moral dalam kehidupan
bermasyarakat (Mastuhu, 1994).
Oleh karena itu, sebagai salah satu lembaga pendidikan, pesantren juga mempunyai
tanggung jawab yang tidak main-main dalam membantu orang tua untuk membentuk karakter para
santri agar bisa bertanggung jawab secara vertikal maupun horizontal. Namun bagaimana dari sisi
anak yang menjalani kehidupannya nanti di dalam pesantren.
Dahulu anak-anak yang berkeinginan untuk disekolahkan di dalam pesantren dan orang tua
hanya mendukung keinginan anaknya. Lain halnya sekarang menurut penelitian menjelaskan bahwa
hampir 75% siswa yang tinggal di pondok pesantren adalah kemauan dari orang tua bukan dari
santri itu sendiri dengan semakin mengkhawatirkannya pergaulan yang dilalui anak sehingga
membuat orang tua lebih memilih untuk memasukkan anaknya ke dalam pesantren untuk
menyelamatkan anak dari pengaruh buruk dunia luar agar lebih mudah dibentuk menjadi anak saleh
dan berbakti (Sutris, 2008).
Kebahagiaan merupakan hal yang penting dan semestinya ada dalam diri setiap orang, tidak
terkecuali pada santri yang berada di Pondok Pesantren. Karena kebahagiaan mempunyai manfaat
dalam lingkungan pendidikan akan secara tidak langsung mempengaruhi efektivitas mereka dalam
proses belajar karena meningkatkan motivasi belajar siswa (Soleimani & Tebyanian, 2011).
Kebahagiaan sebagai emosi positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari
kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif (Seligman, 2005). Dengan
berdasarkan wawancara kepada 10 santri hasil yang didapat yaitu begitu banyak tuntutan yang
harus dicapai sebagai santri, padatnya jadwal yang harus dijalankan, juga di usianya yang masih
muda sebagai santri juga mereka tidak bisa melakukan banyak hal yang diinginkan karena
mempunyai batasan-batasan yang ada di dalam pesantren dan harus di patuhi.
Menurut penelitian yang dilakukan di St. Andrew menunjukkan bahwa rata-rata, siswa yang
menyatakan diri mereka bahagia memiliki nilai yang lebih tinggi (Schiller, 2015). Siswa sering
menyatakan bahwa kebahagiaan, atau perasaan positif yang menyenangkan, mendukung
penyelesaian tugas-tugas sekolah mereka. Berdasarkan penelitian sebelumnya, santri perlu untuk
merasa bahagia dan diterima, yang memungkinkan santri untuk belajar secara bebas dan
menyenangkan juga melakukan tugas dengan baik. Jika begitu, apakah benar dengan menjadi santri
akan merasa adanya keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan menjadi bahagia.
Dalam kehidupan sehari-harinya santri hidup dalam nuansa religius, karena penuh dengan
pengamalan keagamaan, seperti puasa wajib dan sunah, salat malam dan mengaji, menghafal Al-
qur’an, nuansa kemandirian karena harus memasak makannya sendiri, mencuci sendiri, mengurus
hidupnya sendiri, juga nuansa kesederhanaan karena harus berpakaian dan tidur dengan apa adanya.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
2-12 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Dan tentu saja tuntutan kedisiplinan yang tinggi, karena adanya penerapan peraturan-peraturan yang
harus dipegang teguh setiap saat guna membatasi kegiatan-kegiatan lain di luar untuk belajar dan
mendalami Al-qur’an, bila ada yang melanggarnya akan dikenai hukuman, atau lebih dikenal
dengan istilah ta’zirat seperti digundul, membersihkan kamar mandi dan lainnya (Qomaro &
Septiana, 2017).
Kencenderungan masalah yang dihadapi santri yaitu tidak tahan dengan jadwal yang sangat
padat dan tuntutan yang begitu banyak juga faktor tekanan dari orang tua dan merasa jenuh dengan
aktivitas di pondok pesantren (Pritaningrum & Hendriani, 2013). Walaupun begitu banyak santri
yang tetap kuat dan bisa menjalani kehidupannya di pesantren. Bagaimana caranya santri dapat
merasakan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan sebagai anak dan remaja.
Kebahagiaan hidup merupakan sesuatu yang pasti dan menjadi cita-cita semua orang dalam
hidupnya. Baik kebahagiaan dalam menghindari penderitaan maupun keberhasilan di dalam
menjalankan tugas dan kewajiban yang baik serta benar. Bahagia dan tidaknya remaja bisa
berangkat dari mampu atau tidaknya remaja memenuhi kebutuhannya secara positif (Di Tell et al.,
2010).
Peran sebuah kebahagiaan di dalam kehidupan manusia khususnya bagi santri remaja tentu
sangat penting, karena dengan bahagia hidup akan lebih bermakna. Dibuktikan dalam penelitian
Richards bahwa tujuan hidup tertinggi yang diinginkan manusia adalah menjadi kaya dan bahagia
(Arkoff, 1975).
Orang-orang yang religius diyakini akan lebih bahagia dan lebih puas terhadap
kehidupannya dibandingkan orang yang tidak religius karena agama mengisi manusia dengan
harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup di dalam setiap orang yang
mempercayainya. Orang yang lebih taat akan merasa lebih kuat dan bahagia menjalani hidupnya
karena mereka percaya bahwa ada Allah yang lebih besar daripada masalah mereka sehingga
membuat dirinya lebih tenang dan bahagia. Penelitian yang dilakukan Diener dan Seligman
terhadap 222 mahasiswa selama satu semester menemukan bahwa aktivitas religius mampu
menimbulkan perasaan bahagia (Seligman, 2005).
Dengan santri memasuki pondok pesantren yang mempunyai tiang penyangga berupa
agama, agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan santri remaja dan agama menjadi
salah satu faktor untuk menuju jalan kebahagiaan. Berdasarkan penelitian, seseorang yang tidak
terlibat dalam agama akan merasa tidak bahagia dibandingkan orang yang terlibat dengan agama,
karena agama memberikan sistem kepercayaan yang memungkinkan orang untuk menemukan
makna hidup dan berharap untuk masa depan sehingga lebih optimis untuk menjalani kehidupan
(Daradjat, 2005). Hasil penelitian ahli psikologi menunjukkan bahwa kebahagiaan ternyata banyak
dimiliki oleh individu yang aktif beribadah, berdo’a dan bersedekah (Muslim & Nashori, 2007).
Menurut penelitian sebelumnya, faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan santri adalah
kualitas persahabatan. Kualitas persahabatan menurut adalah karakteristik dari persahabatan
tersebut dan berfungsi secara positif dengan hubungan kedekatan antara dua orang atau lebih seperti
adanya keakraban (intimacy), persahabatan (companionship) dan konflik (Bukowski et al., 1993).
Santri yang memasuki pondok pesantren tentu saja akan mempunyai teman yang sama selama di
dalam pondok pesantren.
Selama di pesantren para santri tidur di tempat yang sama, makan bersama-sama, melalui
banyak hal bersama yang tentu saja itu akan berdampak kepada kualitas persahabatan mereka dan
bisa jadi akan lebih dalam dibandingkan yang bukan santri dalam pondok pesantren. Individu yang

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 3-12
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

memiliki kualitas persahabatan yang tinggi dan puas dengan persahabatannya akan merasa lebih
bahagia (Demir et al., 2013).
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara kualitas persahabatan dan kebahagiaan (Ventegodt et al., 2003). Orang dengan
kualitas persahabatan yang tinggi pada umumnya lebih kompeten, memiliki penyesuaian diri yang
baik, memiliki harga diri yang tinggi, dan tingkat kebahagiaan yang tinggi pula (Keefe & Berndt,
1996).
Method
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penulisan, analisis bersifat kuantitatif
atau statistik, dengan tujuan untuk menguju hipotesis yang telah ditetapkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah 220 responden santri aktif tingkat MTS pondok
pesantren dengan jumlah pondok pesantren sebanyak 120 pesantren di wilayah Pulau Jawa.
Pada penelitian ini, proses pengambilan data penelitian dilakukan secara online. Peneliti
menggunakan teknik non-probability sampling dimana peluang terpilihnya anggota populasi tak
dapat diketahui, dan termasuk kedalam purposive sampling dimana terpilihnya menjadi sampel
penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu. Peneliti memilih metode tersebut karena tidak semua
sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, peneliti memilih
teknik purposive sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria
tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel dalam penelitian ini.
Adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini yaitu santri aktif tingkat MTS
pondok pesantren dengan jumlah pondok pesantren sebanyak 120 pesantren di wilayah Pulau Jawa.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
4-12 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Hasil dan Diskusi


Populasi dalam penelitian ini adalah santri dengan kriteria populasi sebagai berikut:
a) Santri aktif tingkat MTS di pondok pesantren di pulau Jawa.
b) Berumur 12 sampai 16 tahun.
c) Tinggal di pondok pesantren.

Tabel 1
R Square
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .560a .313 .280 7.67984
a. Predictors: (Constant), CLOSENESS, CONFLICT, IDEOLOGI, PENGALAMAN,
PENGHAYATAN, INTELEKTUAL, COMPANIONSHIP, SECURITY, RITUALISTIK, HELP

Tabel 2
Anova pengaruh seluruh IV terhadap DV
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5623.706 10 562.371 9.535 .000b

Residual 12326.806 209 58.980

Total 17950.513 219

a. Dependent Variable: KEBAHAGIAAN

b. Predictors: (Constant), CLOSENESS, CONFLICT, IDEOLOGI, PENGALAMAN, PENGHAYATAN,


INTELEKTUAL, COMPANIONSHIP, SECURITY, RITUALISTIK, HELP

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 5-12
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Tabel 4
Koefisien regresi

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta T Sig.

1 (Constant) 10.477 6.412 1.634 .104


IDEOLOGI .010 .066 .010 .156 .876
RITUALISTIK .274 .092 .245 2.971 .003
PENGHAYATAN .060 .071 .058 .845 .399
INTELEKTUAL .012 .086 .012 .144 .885
PENGALAMAN .204 .082 .199 2.489 .014
CONFLICT -.016 .064 -.015 -.250 .803
COMPANIONSHIP .079 .083 .079 .954 .341
HELP .201 .101 .201 1.987 .048
SECURITY .112 .088 .105 1.264 .208
CLOSENESS -.146 .094 -.146 -1.561 .120

a. Dependent Variable: KEBAHAGIAAN

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan R-square sebesar 0.313 atau 31.3%. Artinya, sebesar
31.3% variasi dari IV ( ideologi, ritualistik, penghayatan, intelektual, pengalaman, conflict,
companionship, help, security, dan closeness) sementara 68.7% sisanya merupakan faktor-faktor
atau variabel lain yang juga mempengaruhi kebahagiaan di luar dari pembahasan dalam penelitian
ini.
Hasil analisis regresi secara keseluruhan pada penelitian ini meghasilkan bukti bahwa
adanya pengaruh dari variabel religiositas (ideologi, ritualistik, penghayatan, intelektual dan
pengalaman) dan kualitas persahabatan (conflict, companionship, help, security, dan closeness)
terhadap kebahagiaan santri.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel religiositas dan kualitas
terdapat tiga variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan dalam
pemilihan pasangan hidup. Ketiga variabel tersebut adalah ritualistic, pengalaman dan help.
Sedangkan variabel ideologi, penghayatan, intelektual, conflict, companionship, security, dan
closeness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan santri.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
6-12 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Ritualistik sebagai dimensi dari variabel religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebahagiaan santri. Hasil penelitian ini menujukkan adanya pengaruh secara positif
dimana semakin tinggi ritualistik, maka semakin tinggi kebahagiaan. Ritualistik adalah tingkat
kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan
oleh agamanya. Dalam hal tersebut hasil yang didapat dari penelitian ini adalah semakin tinggi
tingkat ritualistik santri, maka akan semakin tinggi tingkat kebahagiaan santri selama di pondok
pesantren.
Pengalaman sebagai dimensi dari variabel religiositas memiliki pengaruh yang siginfikan
terhadap kebahagiaan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh secara positif dimana
semakin tinggi pengalaman, maka semakin tinggi kebahagiaan. Pengalaman adalah merealisasikan
ajaran-ajaran agama yang dianutnya yang di penelitian ini adalah agama islam dalam kehidupan
sehari-hari dan juga saat seseorang menjaga hubungannya dengan sesama manusia yang
berdasarkan pada etika dan spiritualitas agama. Dalam hal tersebut hasil yang didapat dari
penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat pengalaman santri, maka akan semakin tinggi tingkat
kebahagiaan santri di pondok pesantren.
Help sebagai dimensi dari variabel kualitas persahabatan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebahagiaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh secara positif
terhadap kebahagiaan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel help, maka semakin
tinggi pula kebahagiaan. Help adalah bagaimana seseorang saling membantu satu sama lain dalam
menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus dijalankan, dan saat sejauh mana sahabat akan
saling membela satu sama lainnya. Dalam hal tersebut hasil yang didapat dari penelitian ini adalah
semakin tinggi tingkat help santri, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan di pondok
pesantren.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh yang signifikan secara keseluruhan antara religiositas (ideologi, ritualistik,
penghayatan, intelektual dan pengalaman) dan kualitas persahabatan (conflict, companionship,
help, security, dan closeness) terhadap kebahagiaan santri. Berdasarkan proporsi varians
keseluruhan, kebahagiaan dipengaruhi variabel religiositas (ideologi, ritualistik, penghayatan,
intelektual dan pengalaman) dan kualitas persahabatan (conflict, companionship, help, security, dan
closeness) terhadap kebahagiaan santri, yaitu sebesar 31.3%. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji
F yang menguji seluruh independen variable (IV) terhadap dependent variable (DV).

Daftar Pustaka
Adler, J. (2003). Aristotle’s ethics: the theory of happiness-I. Illinois University Press.

Akhtar, H. (2018). Perspektif kultural untuk pengembangan pengukuran kebahagiaan orang

jawa, Vol. 26(No. 1), 54 – 63. doi: 10.22146/buletinpsikologi.30895

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 7-12
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Alawiyah, T. (2015). Uji validitas konstruk pada instrumen big five inventory (BFI) dengan

metode confirmatory factor analysis (CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi Dan Pendidikan

Indonesia, IV(3), 215–230.

Amalia, S. (2018). Analisa psikometris skala religiusitas pada lansia. Psikologia (Jurnal

Psikologi), 31(1), 11-18. doi: 10.21070/psikologia.v3i1.1720

Ancok, D., & Suroso (2001) Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ancok, D., & Nashori, F. (2007). Hubungan antara religiositas dengan kebahagiaan otentik

(Authentic Happiness).

Arkoff, A. (1975). Psychology and personal growth. Boston: Allyn and Bacon.

Berndt, J. (2002). Friendship quality and social development. Jurnal. 1, 7-10.

Bukowski, W. M., Hoza, B., & Boivin, M. (1993). Popularity, friendship, and emotional

adjustment during early adolescence. New directions for child and adolescent

development, 1993(60), 23-37.

Bukowski, W.M., Hoza, B. & Boivin, M. (1993). Measuring friendship quality during pre- and

early adolescence: The development and psychometric properties of the Friendship

Qualities Scale. Journal of Sosial and Personal Relationships. 11, 471-484.

Daradjat, Z (2005). Pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah. Jakarta : Ruhama.

Daradjat, Z. (1993). Ilmu jiwa agama. PT. Bulan Bintang, Jakarta. Degree of environmental

Happiness in Semnan high schools. Journal of Social and Behavioral di pondok pesantren

modern nurul izazah gresik pada tahun pertama.

Demir, M., Özdemir, M., & Weitekamp, L. A (2007). Looking to happy tomorrows with friends:

best and close friendships as they predict happiness. Journal of Happiness Studies. 8,243-

271. doi:10.1007/s10902-006-9025-2.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
8-12 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Di Tella, R., Haisken-De New, J., & MacCulloch, R. (2010). Happiness adaptation to income and

to status in an individual panel. Journal Of Economic Behavior & Organization, 76(3),

834-852. doi: 10.1016/j.jebo.2010.09.016

Djamaludin A., Nashori F., & Ardani, M. (2000). Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Floyd, F. J., & Widaman, K. F. (1995). Factor analysis in the development and refinement of

clinical assessment instruments. Psychological Assessment, 7(3), 286-299

Froh, J.J., Bono, J., & Emmons, R., 2010. Being grateful is beyond good manners: gratitude and

motivation to contribute to society among early adolescents. Motivation and Emotion, 34,

144–157. DOI 10.1007/s11031- 010-9163-Z

Fuad, M. (2017). Psikologi kebahagiaan manusia komika.: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 9(1),

114-132. doi: 10.24090/komunika.v9i1.834

Glock, C. Y. & Stark, R. (1988). Dimensi-dimensi keberagamaan. Dalam Robertson, Roland (ed.),

Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Soiologi. Jakarta: CV Rajawali

Glock, C.Y. & Stark, R. (1966). Religion and society in tension. NewYork: Rand McNally &

Company.

Hartup, W. W., & Stevens, N. (1997). Friendships and adaptation in the life course. Psychological

Bulletin, 121, 355-370

Hills, P. & Argyl, M. (2002). The oxford happiness questionnaire: a compact scale for the

measurement of psychological well-being. Personality and Individual Differences

Journal, 33, 1073-1082.

Huber, S. and Odilo, W. H. (2012). The centrality of religiousity scale. Religions, 3, 710-724.

Jalaluddin. (2002). Psikologi agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jalaludin. (1996). Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 9-12
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Keefe, K., & Berndt, T.J. (1996). Relations of friendship quality to self esteem in early

adolescence. Journal of Early Adolescence, 16,110-129.Lopez, S., & Snyder, C. (2011).

Handbook of positive psychology. Oxford: Oxford Univ. Press.

Kumar, R. (1999). Research methodology. a stepbystep guide for beginners. SAGE Publications.

London: Thousand Oak.

Lyubomirsky, S., & Lepper, H. S. (1999). A measure of subjective happiness: Preliminary

reliability and construct validation. Social Indicators Research, 46(2), 137–155.

Lyubomirsky, S. & Kristin, L. (2007). How do simple positive activities increase well-being?,

Current Directions in Psychological Science 22(1) 57 –62

Mangunwijaya, Y. (1986). Menumbuhkan sikap religius anak-anak. Jakarta: Gramedia pustaka

Utama.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Maridah, I. (2011). Pengaruh Religiositas Dan Family Support Terhadap Happiness Pada Lansia.

(Skripsi; Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yogyakarta).

Diunduh dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1768/1/.

Mastuhu. (1994). Dinamika sistem pendidikan pesantren. Jakarta: INIS.

Mendelson, M., & Aboud, F. (2014). Measuring friendship quality in late adolescents and young

adults: McGill Friendship Questionnaires. Canadian Journal Of Behavioural Science /

Revue Canadienne Des Sciences Du Comportement, 31(2), 130-132. doi:

10.1037/h0087080

Muslim & Nashori (2007). Hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik (Authentic

happines). Fakultas psikologi dan ilmu sosial budaya universitas islam indonesia.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
10-12 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Parker, J., & Asher, R. (1993). Friendship and friendship quality in middle childhood: links with

peer group acceptance and feelings of loneliness and social dissatisfaction. Journal of

Developmental Psychology. 4, 611- 621.

Peterson, C., Park, N., & Seligman, M. (2005). Orientations to happiness and life satisfaction: the

full life versus the empty life. Journal Of Happiness Studies, 6(1), 25-41. doi:

10.1007/s10902-004-1278-z

Pritaningrum, M,. dan Hendriani, W. (2013). Penyesuaian diri remaja yang tinggal psikologi

kepribadian dan sosial. 2(3), 141-150

Qomaro, G., & Septiana, A. (2017). Tinjauan lerasi keuangan bagi santri pondok pesantren

Madura: studi kasus pondok pesantren syaichona kholil kabupaten bangkalan (Jurnal

Ekonomi Syariah), 2(1), 39-49. doi: 10.30736/jes.v2i1.26

Rakhmat, J., & Karyanti S, R. (2004). Meraih kebahagiaan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Rubin, K. H., Coplan, R. J., & Bowker, J. (2009). Social withdrawal in childhood. Annual Review

of Psychology, 60, 1–11

Sandjojo, C. T. (2017). Hubungan antara kualitas persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja

urban. Jurnal Ilmiah Mahasiswa universitas Surabaya. 6: 1721-1739

Santrock, J.W. (2003). Adolescent- Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Santrock, John W (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.

Santrock, John W.(2009). Perkembangan Anak. Edisi 11. Jakarta. Erlangga

Schiller, L. (2015). It's true: happier students get higher grades. Retrieved 12 October 2020,

Sciences, 29, 1869 – 1876. doi:10.1016/j.sbspro.2011.11.436

Seligman, M. (2002). Authentic happiness. North Sydney, N.S.W.: Heinemann.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 11-12
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Seligman, M. E. P. (2005). Menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif (authentic

happiness). Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Seligman, M., & Gillham, J. (2000). The science of optimism and hope. Philadelphia: Templeton

Foundation Press.

Septiana, A. (2017). Model literasi keuangan pondok pesantren madura. Jurnal Hukum dan Bisnis

Syariah, 4(1), 35-45.

Snyder, C. R., & lopez (2007). Positive psycyhology in scientic and practical exploration of

human Strength. London: Sage Publication

Soleimani, N., & Tebyanian, E. (2011). A study of the relationship between principals' creativity

and degree of environmental happiness in Semnan high schools. Journal of Social and

Behavioral Sciences, 1869-1876.doi:10.1016/j.sbspro.2011.11.436

Spilka, B., & Thouless, R. (1973). An Introduction to the Psychology of Religion. Journal For The

Scientific Study Of Religion, 12(2), 253. doi: 10.2307/1384902

Sutris. (2008). Problem dan Solusi Pendidikan Berasrama Boarding School.

Thiagarajan, P., Chakrabarty, S., & Taylor, R. (2006). A Confirmatory Factor Analysis of Reilly's

Role Overload Scale. Educational And Psychological Measurement, 66(4), 657-666. doi:

10.1177/0013164405282452

Tiliouine, H. and Belgoumidi, A. (2009). An Exploratory Study of Religiosity, Meaning in life

and Subjective Wellbeing in Muslim Students from Algeria. Applied Research in Quality

of Life. Vol. 4, Issue .

Ventegodt, Merrick & Andersen. (2003). Quality of life theory I. the QOL theory: an integrative

theory of the global quality of life concept. Di buka pada website

http://www.Thescientificworld.com.dibuka padatanggal 10 September 2020

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
12-12 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
TAZKIYA (Journal of Psychology), x(x), 201x

Woro Puspitorini, Y. (2015). Tingkah Laku Prososial Dan Kebahagiaan. Publikasi: Fakultas

Psikologi Universitas Katolik Soegijapranat

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/tazkiya
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 13-12

You might also like