You are on page 1of 14

Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini

Volume xx, No. xx, 20xx, hlm. xx–xx

Tersedia Online di http://journal2.um.ac.id/index.php/sd


ISSN 2654-3818 (cetak); ISSN 2622-9765 (online)

ANALISIS PERKEMBANGAN NILAI-NILAI MORAL DAN


AGAMA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD SINAR RAHAYU
CIMINCRANG KOTA BANDUNG
Izzatun Najiha
Pascasarjana Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
najihaizzatun@gmail.com

Abstract

The purpose of this writing is to examine more deeply the development of moral and religious values in
early childhood at PAUD Sinar Rahayu Cimincrang, Bandung City. The research method used in this
study was qualitative research in which the data was obtained using interview techniques with related
parties, namely the authorities at Sinar Rahayu PAUD, especially the teachers there. The additional data
obtained through observations in the form of notes containing all processes related to research. The
results of this study are the moral and religious values that researchers found in children at PAUD Sinar
Rahayu Cimincrang, Bandung City, including praying before doing something, saying greetings when
coming and going home from school, praying, apologizing when making mistakes, wanting to share with
others. other and help each other. These values must be developed by parents and teachers as educators.
These values are in accordance with Piaget's theory which refers to the first stage in moral development
as "the stage of moral realism" or "morality by restrictions in which at this stage the child's behavior is
determined by obedience to rules without going through reasoning or judgment.

Keywords: Development; Moral; Religion; Child

Abstrak

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai perkembangan nilai-nilai moral dan
agama pada anak usia dini di PAUD Sinar Rahayu Cimincrang Kota Bandung. Adapun metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang datanya diperoleh menggunakan
teknik wawancara dengan pihak terkait, yaitu para pihak yang berwenang di PAUD Sinar Rahayu
terutama guru disana. Adapun data-data tambahan didapatkan melalui hasil observasi berupa catatan-
catatan yang berisi tentang segala proses yang berkaitan dengan penelitian. Adapun hasil penelitian ini
yaitu nilai-nilai moral dan agama yang peneliti temukan pada anak di PAUD Sinar Rahayu Cimincrang
Kota Bandung diantaranya yaitu Berdoa sebelum melakukan sesuatu, mengucapkan salam ketika datang
dan pulang sekolah, sholat, meminta maaf ketika berbuat salah, mau berbagi kepada orang lain dan saling
tolong menolong. Nilai-nilai tersebut harus dikembangkan oleh orang tua maupun guru sebagai pendidik.
Nilai-nilai tersebut sesuai dengan teori Piaget yang menyebut tahap pertama dalam perkembangan moral
sebagai “tahap realism moral” atau “moralitas oleh pembatasan yang dimana pada tahap ini perilaku anak
ditentukan oleh ketaatan terhadap peraturan tanpa melalui penalaran ataupun penilaian.

Kata kunci: Perkembangan; Moral; Agama; Anak


2| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

PENDAHULUAN
Manusia umumnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan, siapapun itu
baik yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan tersebut nantinya akan “menghasilkan” sesosok manusia yang
dewasa baik itu secara fisik, pikiran, dan mental. Perkembangan manusia dimulai sejak
masa kandungan sampai akhir hayat.

Salah satu tahap perkembangan manusia adalah pada masa anak-anak yaitu
sekitar umur 2-5 tahun. Pada saat itu anak-anak memerlukan perhatian dari berbagai
pihak seperti keluarga, guru dan lainnya. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi
perkembangan pada anak karena di lingkungan keluarga lah anak-anak diasuh dan
dibesarkan.

Banyak orang tua yang terkadang tidak mengetahui perkembangan anaknya,


sehingga mereka juga tidak mengetahui kecepatan dan keterlambatan perkembangan
anak-anaknya. Harusnya, ketika anak mengalami keterlambatan dalam proses
perkembangan, mereka harus segera ditangani agar ketahanan mereka tidak terganggu.

Orang tua perlu memperhatikan berbagai aspek perkembangan anaknya.


Perkembangan fisik, kognitif dan psikososial anak tidak dapat dikesampingkan saat ini.
Ketiga perkembangan tersebut sangat penting dalam perkembangan anak, karena ketiga
perkembangan tersebut yang akan menentukan dan membawa perilaku anak hingga
dewasa.

Dewasa ini, kebutuhan akan pendidikan moral dan agama bukan hanya sekedar
pelengkap, melainkan menjadi isu penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Pentingnya pendidikan moral dan agama semakin ditekankan seiring gelombang global
materialisme dan konsumerisme yang terus menggerus nilai-nilai luhur kehidupan
manusia, tidak hanya di kota-kota besar tetapi bahkan di pelosok desa. Oleh karena itu,
terkadang sulit bagi orang tua maupun pendidik untuk menanamkan nilai-nilai agama
dan moral pada anak usia dini, terutama yang berkaitan dengan ibadah, shalat, dan etika
terhadap orang lain. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa banyak orang tua dan
pendidik yang merasa belum mendidik anaknya-anaknya. Pencapaian terpenting dalam
pembelajaran nilai-nilai moral dan agama adalah bagaimana orang yang mengikuti
pembelajaran secara konsisten menunjukkan perbuatan baik.

Adapun pelaksanaan pendidikan saat ini lebh terfokus pada kegiatan akademik
seperti membaca, menulis, menghitung dan lainnya sehingga mengabaikan kegiatan
bermain sebagaimana tuntutan perkembangan anak usia dini. Seperti yang kita ketahui
bahwa masa anak usia dini adalah masa bermain. Akan tetapi sebagian besar di lembaga
pendidikan PAUD saat ini lebih mengutamakan pendidikan akademik sehingga anak
cenderung mengalami kejenuhan dalam proses pembelajaran.
Izzatun Najiha – Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama... | 3

Pendidikan bagi anak usia dini tidak hanya dilakukan di sekolah, melainkan juga
dirumah (lingkungan keluarga) sebagai lembaga pendidikan non formal. Orang tua
memiliki peranan yang sangat penting dalam mendidik dan mengembangkan nilai-nilai
moral dan agama pada anak. Ketika anak sudah ditanamkan nilai-nilai moral dan agama
dari rumah, maka guru pun akan lebih mudah untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut
di sekolah.

Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti analisis nilai-
nilai moral dan agama pada anak usia dini.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Sugiono, penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiyah, dimana peneliti merupakan instrumen
kunci dalam penelitian. Semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang
didapatkan, maka bisa diartikan pula semakin baik kualitas penelitian tersebut. Untuk
mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan pihak terkait, yaitu
para pihak yang berwenang di PAUD Sinar Rahayu terutama guru disana. Informasi
tambahan diperoleh melalui pengamatan ataupun observasi yang berupa catatan yang
memuat semua proses yang berkaitan dengan penelitian.

Adapun lokasi penelitian yaitu di PAUD Sinar Rahayu Cimincrang Kota


Bandung. Lembaga tersebut terletak di Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota
Bandung. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena perkembangan moral dan
agama pada manusia lebih tepat diamati pada masa anak-anak atau pada usia dini
(dibawah 5 tahun). Untuk itu peneliti memilih PAUD ini sebagai tempat meneliti.
Lembaga ini baru berdiri belum lama ini. Sebelumnya lembaga ini berada di lokasi
masjid Al-Jabbar Kota Bandung dan telah didirikan sejak tahun 2000. Akan tetapi
karena ada penggusuran lahan dikarenakan akan ada pembangunan masjid al-Jabbar
akhirnya lembaga ini ditutup dan baru dilanjutkan beberapa waktu yang lalu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan
Secara umum, Perkembangan dapat diartikan sebagai pola perubahan yang
dimulai sejak masa konsepsi (pembuahan) dan berlangsung sepanjang hayat. 1
Dalam prosesnya, perkembangan melibatkan pertumbuhan sejak masa pembuahan
sampai akhir hayat. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang
berbeda, namun pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan karena
keduanya tidak bisa berdiri sendiri.

1
John W. Santrock, Perkembangan Anak ( Jakarta: Erlangga, 2007). hlm. 7.
4| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

Selain itu, perkembangan juga merupakan suatu perubahan yang dialami


oleh setiap individu untuk menuju ke tingkat kedewasaan atau kematangan yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. 2

Selama ini, pengertian perkembangan seringkali tumpang tindih dengan


istilah pertumbuhan. Adapun perbedaannya yaitu pertumbuhan (growth)
merupakan perubahan progresif ke arah kematangan/kedewasaan yang lebih
bersifat kuantitatif; pertumbuhan yaitu tahapan peningkatan sesuatu dalam aspek
jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Sedangkan perkembangan (development)
lebih ke perubahan progresif ke arah kematangan/kedewasaan yang lebih bersifat
kualitatif. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai sebuah tahapan perkembangan (a
stage of development).

B. Hakikat Anak Usia Dini


Anak usia dini merupakan individu yang mengalami proses perkembangan
yang cepat dan mendasar untuk kehidupan selanjutnya. Saat ini, proses
pertumbuhan dan perkembangan dari berbagai sudut pandang sedang mengalami
masa perkembangan yang pesat selama kehidupan manusia. 3

Masa ini dimulai saat bayi berusia 2-5 tahun atau 6 tahun. Selain itu, masa
ini juga disebut sebagai tahun sekolah, karena anak-anak pada usia tersebut
biasanya datang ke sekolah untuk belajar secara resmi. Pada usia ini, anak mulai
belajar mandiri dan mengurus dirinya sendiri. Selain belajar mandiri, anak mulai
mengembangkan kemampuannya dengan mengikuti perintah di lingkungan
sekolah, belajar mengenal huruf dan angka, serta meluangkan waktu untuk
bermain bersama teman-teman mereka. Banyak yang mengatakan bahwa masa ini
berakhir ketika anak memasuki kelas satu sekolah dasar yaitu pada usia 6-7 tahun.

Anak-anak adalah manusia kecil dengan potensi yang masih perlu


dikembangkan, anak-anak memiliki beberapa karakteristik yang unik yang tidak
sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, bersemangat dan selalu
ingin tahu tentang apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, seolah tidak pernah
berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak-anak adalah makhluk egosentris,
memiliki rasa ingin tahu yang ilmiah, serta merupakan makhluk sosial yang unik,
kaya imajinasi, rentang perhatian mereka pendek, dan mereka memiliki potensi
yang harus dikembangkan.4

2
Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2011). hlm. 15
3
Didik Supriyanto, Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak dan Pendidikan Keagamaan
Orang tua, (MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 2015), hlm. 92.
4
Nurani Sujiono,Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Permata Puri Media :
Jakarta, 2011), hlm. 6.
Izzatun Najiha – Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama... | 5

C. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, yang dilakukan dengan memberikan
dorongan pendidikan yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak siap mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan PAUD adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman


orang tua dan guru serta mereka yang terlibat dalam pendidikan dan
pengembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Mampu mengenali perkembangan fisiologis anak usia dini dan menerapkan


hasil pengenalan tersebut pada perkembangan fisiologis yang relevan

2. Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha


yang terkait dengan pengembangannya

3. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini

4. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan


anak usia dini

5. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi


pengembangan anak usia dini. 5

D. Pendidikan Moral dan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini


Terkait dengan pendidikan moral dan agama pada anak usia dini, dijabarkan
secara rinci beberapa indikator perilaku anak yang berusia 1-6 tahun yaitu sebagai
berikut:

1. Mengucapkan doa-doa pendek


2. Menyayangi semua ciptaan tuhan
3. Mulai meniru gerakan sholat orang dewasa
4. Berdoa sebelum dan sesudah berkegiatan
5. Melaksanakan ibadah
6. Mencintai tanah air
7. Mengenal musyawarah dan mufakat
8. Mengenal sopan santuan dan berterimakasih
9. Mengucap salam
10. Berlatih untuk selalu tertib
11. Bertanggung jawab
12. Menjaga kebersihan lingkungan

5
Didik Supriyanto, Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak dan Pendidikan Keagamaan
Orang Tua, (MODELING : Jurnal Program Studi PGMI, Vol. III, No. 1, 2015), hlm. 93.
6| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

13. Sopan santun6


E. Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak Usia Dini
Perkembangan moral agama pada anak usia dini dipengaruhi oleh
perkembangan intelektual anak. Kemampuan intelektual anak belum mencapai
titik di mana mereka dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak
tentang benar dan salah. Hal ini berimplikasi pada perkembangan moralitas
agama yang masih minim. Fokus pengembangan aspek agama dan moral anak
usia dini meliputi pembentukan akhlak mulia dan bermoral tinggi, yang dapat
dicapai melalui pengenalan nilai-nilai yang berkaitan dengan iman, kemanusiaan,
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam menjalankan kehidupan sehari hari, tentu saja manusia


membutuhkan kehadiran agama. Manusia tidak dapat dipisahkan dari agama
karena tanpa agama hidup manusia tidak mempunyai arah dan tujuan akhir.
Adapun puncak ketenangan manusia ialah berpusat paad tuhan. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Abraham Masslow yang menyebutkan dua kategori
kebutuhan manusia yaitu Deficiency needs atau D-needs dan Beeing Needs.
Kedua kategori kebutuhan ini bersumber dari hal yang berbeda. Kebutuhan D-
Needs bersumber dari rasa kekurangan di dalam diri individu sedangkan B-
Needs bersumber dari pertumbuhan kepribadian secara intuitif dan rasional.7

Moralitas pada hakekatnya adalah tindakan, tingkah laku, ucapan manusia


dalam berhubungan dengan Sang Pencipta, orang lain dan diri sendiri. Walaupun
moral itu berada di dalam diri individu tetapi moral berada dalam suatu sistem
yang berwujud aturan. Moral dan moralitas merupakan dua konsep yang berbeda.
Moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas
pertimbangan baik-buruk.8 Penanaman nilai moral yang baik pada anak akan
membentuk anak untuk berperilaku sopan dan santun kepada orang lain. Mampu
menghormati orang yang lebih tua, patuh terhadap aturan, jujur, dan menghargai
orang lain. 9

Menurut Kohlberg, logika dasar ideal yang digunakan untuk menilai apakah
suatu perilaku bernilai baik atau buruk disebut dengan penalaran moral atau moral
reasoning. Dengan memiliki moral reasoning seseorang akan memiliki landasan

6
Farida Agus Setiawati, Pendidikan Moral dan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini: Bukan
Sekedar Rutinitas, (Jurnal Paradigma, No. 02 No. I, Juli, 2006), hlm. 45.
7
Khadijah, Pengembangan Keagamaan Anak Usia Dini, (Jurnal RAUDHAH, Vol. IV, No. 1,
2016), hlm. 36
8
Sri Yanti, Analisis Perkembangan Nilai-Nilai Agama Dan Moral Anak Usia Dini Pada Tayangan
Film Animasi Nussa Dan Rarra, (Jurnal Tazkirah: Transformasi Ilmu-ilmu Keislaman Vol. 1 No. 1,
Oktober 2020 – Maret 2021), hlm. 925.
9
Nyoman Wiraadi Tria Ariani dan I Gde Dhika Widarnandana, Penguatan Nilai Agama Dalam
Perkembangan Moral Anak Usia Dini, (Vidya Samhita: Jurnal Penelitian Agama, Vol. 1, No. 1, 2020).
Hlm, 129.
Izzatun Najiha – Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama... | 7

berpikir yang kuat untuk membuat sebuah keputusan untuk berperilaku baik atau
buruk. Dengan demikian, Kohlberg menegaskan bahwa moral reasoning dapat di
sebut sebagai predicator dalam berperilaku. Pada dasarnya, pemikiran moral
adalah sesuatu yang dapat dibentuk dan dikembangkan melalui pertukaran
pandangan atau pemikiran dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekitar.
Kohlberg menjelaskan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan
tahapan konstruktif. Pandangan dasar ini Kohlberg memperluas, dengan
menyatakan bahwa proses perkembangan moral berkaitan erat dengan keadilan
dan perkembangannya sepanjang hayat.10

Menurut Piaget dalam buku Elizabeth B Hurlock, perkembangan moral


terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Piaget menyebut tahap pertama sebagai
“tahap realism moral” atau “moralitas oleh pembatasan.” Kemudian tahap kedua
disebut sebagai ”tahap moralis otonomi” atau “moralitas oleh kerja sama atau
hubungan timbal balik.11

a) Tahap Realism Moral Atau Moralitas Oleh Pembatasan


Pada tahap ini, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan terhadap
peraturan tanpa melalui penalaran ataupun penilaian. Anak akan
menganggap bahwa orang tua dan semua orang dewasa berwenang
sebagai maha kuasa dan mereka akan mengikuti peraturan-peraturan yang
diberikan tanpa mempertanyakan kebenarannya terlebih dahulu. Pada
tahap ini, anak akan menilai tindakan itu benar atau salah berdasarkan
konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi di belakangnya.
contohnya: suatu tindakan dianggap salah karena tindakan tersebut
menyebabkan adanya hukuman yang diberikan orang lain.

b) Tahap Moralis Otonomi Atau Moralitas Oleh Kerja Sama Atau Hubungan
Timbal Balik
Pada tahap ini, anak menilai perilaku berdasarkan tujuan yang
mendasarinya. Tahap ini biasanya di mulai antara usia 7-12 tahun bahkan
bisa lebih. Antara usia 5-8 tahun, konsep anak tentang keadilan mulai
berubah secara bertahap mengenai benar dan salah yang dipelajari dari
orang tua. Akibatnya, anak akan mempertimbangkan keadaan tertentu
yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral. Misalnya bagi anak usia
5 tahun berbohong merupakan suatu hal yang buruk, tetapi anak yang
usianya lebih dewasa akan menyadari bahwa berbohong akan dibenarkan
dalam situasi tertentu, oleh karena itu berbohong tidak selalu buruk.

10
Indah Kemala Dewi dan Rakimahwati, Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini Oleh
Orang Tua Dalam Keluarga Di Jorong Koto Alam, (Early Childhood: Jurnal Pendidikan, Vol. 5, No. 1,
2021), hlm. 60.
11
Lydia Margaretha ,Pengembangan Nilai Agama dan Moral Aanak Usia Dini di Kota Bengkulu, )
Al Kahfi Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini STIT Al-Khairiyah, Vol. 2, No. I, 2020), hlm. 33.
8| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

Tahap ini bertepatan dengan tahap "operasi formal" perkembangan


kognitif Piaget, ketika anak-anak mampu mempertimbangkan semua cara
yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah dan alasan tertentu
berdasarkan hipotesis dan saran. Dengan cara ini, anak dapat melihat
masalah dari berbagai perspektif yang berbeda dan mempertimbangkan
berbagai faktor untuk menyelesaikannya.

Kohlberg telah melanjutkan penelitian Piaget dan telah menguraikan


teori Piaget secara terinci dengan memberi tiga tingkatan perkembangan
moral. Masing-masing tingkatan terdiri dari dua tahap.

- Tingkatan Prakonvensional
Pada tingkatan ini, perilaku anak tunduk pada kendali eksternal.
Dalam tahapan pertama pada tingkat ini, anak berorientasi pada
kepatuhan dan hukuman, dan moralitas suatu tindakan dinilai atas
dasar akibat fisiknya. Kemudian pada tahap kedua, anak
menyesuaikan terhadap harapan social untuk memperoleh
penghargaan.

- Tingkatan Moralitas Konvensional atau Moralitas Peraturan


Konvensional dan Persesuaian (Conformity).
Dalam tahap pertama pada tingkat ini, anak akan menyesuaikan
peraturan untuk mendapat persetujuan orang lain dan untuk
mempertahankan hubungan baik dengan mereka. Kemudian, pada
tahap kedua, anak percaya bahwa jika suatu kelompok sosial
mengadopsi aturan yang sesuai dengan semua anggota kelompok,
maka mereka harus bertindak sesuai dengan aturan tersebut untuk
menghindari kritik dan ketidaksetujuan sosial.

- Tingkatan Moralitas Pascakonvensional atau Moralitas Prinsip-


Prinsip yang Diterima Sendiri (Oleh Kohlberg).
Pada langkah pertama di tingkat ini, anak percaya bahwa keyakinan
moral harus fleksibel sehingga standar moral dapat diubah ketika hal
itu menguntungkan kelompok secara keseluruhan. Kemudian, pada
tahap kedua pada tingkat ini, orang akan menyesuaikan diri dengan
norma sosial dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa
tidak puas dengan diri sendiri dan bukan untuk menghindari kecaman
sosial, terutama merupakan moralitas yang lebih banyak
berlandaskan penghargaan terhadap orang lain dari pada keinginan
pribadi.

Perkembangan agama pada anak usia dini akan melalui beberapa fase
yaitu:
Izzatun Najiha – Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama... | 9

1) The fairy tale stage (fase dongeng)


Fase ini dimulai sejak anak berusia 3-6 tahun. Pada fase ini, konsep
Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada fase
ini anak menghayati konsep ketuhanan sesuai perkembangan
intelektualnya. Kehidupan pada masa ini lebih banyak dipengaruhi
oleh kehidupan fantasi sehingga dalam menanggapi agama pun anak
masih menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng yang
kurang masuk akal.

2) The realistic stage (tingkat kenyataan)


Tahapan ini dimulai saat anak memasuki sekolah dasar hingga anak
mencapai usia remaja. Saat ini, gagasan ketuhanan anak
mencerminkan konsep realitas. Konsep ini lahir melalui lembaga-
lembaga keagamaan dan ajaran agama lain yang matang. Saat ini,
pemikiran religius anak-anak didasarkan pada emosional, sehingga
mereka dapat menghasilkan konsep Tuhan yang formalistik.

3) The individual stage (tingkat individu)


Pada tingkatan ini, anak memiliki emosi yang paling tinggi sesuai
dengan perkembangan usianya. Ada beberapa alasan pengenalan
nilai-nilai agama pada anak usia dini yaitu, anak mulai memiliki
ketertarikan, semua tingkah laku anak membentuk pola tingkah laku,
dan mengasah potensi positifnya sebagai individu, makhluk sosial
dan hamba Tuhan. Agar minat anak berkembang, maka harus
dididik dengan cara yang menyenangkan agar anak tidak merasa
terpaksa untuk melakukan suatu kegiatan.12

F. Analisis Perkembangan Moral Dan Agama Pada Anak Usia Dini Di Paud
Sinar Rahayu Cimincrang Kota Bandung
Adapun nilai-nilai moral dan agama yang peneliti temukan pada anak usia
dini di Paud Sinar Rahayu Cimincrang Kota Bandung diantaranya yaitu Berdoa
sebelum melakukan sesuatu, mengucapkan salam ketika datang dan pulang
sekolah, sholat, meminta maaf ketika berbuat salah, mau berbagi kepada orang
lain dan saling tolong menolong. Nilai-nilai tersebut bisa terus dikembangkan
pada peserta didik.

1. Berdoa sebelum melakukan sesuatu


Di Paud Sinar Rahayu, guru selalu membiasakan anak untuk berdoa
sebelum melakukan sesuatu. Contohnya sebelum memulai pelajaran dan
setelah proses belajar mengajar selesai (sebelum pulang), sebelum
pembelajaran dimulai peserta didik dibiasakan untuk membaca doa terlebih

12
Ibid, hlm. 34-36.
10| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

dahulu kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat pendek dari


surah At-Takasur sampai surah An-Nas kemudian dilanjutkan dengan
membaca Al-Fatihah yang dipimpin oleh 1 orang peserta didik. Dari hasil
wawancara salah satu guru di PAUD Sinar Rahayu yang mengatakan pada
awal peserta didik masuk ke sekolah, peserta didik masih belum menghafal
ayat-ayat pendek, ada sebagian peserta didik yang sudah menghafal Al-
Fatihah. Kemudian guru mulai mengajarkan anak-anak untuk membaca
doa-doa dari bismillah, kemudian al-Fatihah dan ayat-ayat pendek dan
membiasakan anak-anak untuk membacanya setiap hari sebelum kegiatan
belajar mengajar dimulai. Dalam satu bulan anak sudah mulai bisa
menghafal Al-Fatihah dan ayat-ayat pendek sedikit demi sedikit.

2. Mengucapkan salam ketika datang dan pulang sekolah


Mengucapkan salam ketika datang dan pulang sekolah sudah wajib
dilakukan. Begitupula di PAUD Sinar Rahayu. Dari hasil wawancara yang
peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwa sebagian besar anak terbiasa
mengucapkan salam ketika datang ke sekolah lalu mencium tangan
gurunya. Adapun sebelum pulang sekolah, semua siswa berbaris dan
mengucapkan salam secara bersama-sama kemudian mencium tangan
gurunya secara bergantian. Hal itu dilakukan untuk membiasakan anak
mengucapkan salam dan mencium tangan orang tuanya ketika akan pergi
dan pulang entah pergi dan pulang bermain ataupun sekolah. Ada sebagian
anak yang ketika datang ke sekolah langsung bermain tanpa mengucapkan
salam terlebih dahulu. Menurut peneliti, hal itu terjadi karena anak tertarik
melakukan sesuatu sehingga perhatiannya teralihkan dan tidak sempat
mengucapkan salam. Adapun yang harus dilakukan oleh guru yaitu
memberitahu dan mengajarkan anak-anak akan pentingnya mengucapkan
salam dan mencium tangan guru ataupun orang tua, serta memperingatkan
anak ketika perhatiannya terfokuskan pada hal lain.

3. Sholat
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan
bahwa peserta didik diajarkan sholat setiap hari jumat. Adapun pelajaran
sholat diberikan mulai dari tata cara berwudhu hingga gerakan dan bacaan-
bacaan sholat. Sebagian peserta didik sudah mampu menghafal bacaan dan
gerakan wudhu dan sholat. Namun ada beberapa anak yang tidak mau
mengikuti kegiatan sholat karena anak lebih tertarik untuk bermain
bersama teman-temannya. Adapun hal yang dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut menurut hasil wawancara dengan salah seorang guru disana yakni
guru harus memberitahukan kepada anak keutamaan sholat dan larangan
meninggalkan sholat. Contohnya guru akan memberitahu jika tidak sholat
akan masuk neraka dan neraka itu panas, maka anak akan perlahan
mengikuti kegiatan sholat. Adapun menurut peneliti, hal itu bisa dilakukan
Izzatun Najiha – Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama... | 11

oleh orang tua terlebih dahulu yaitu mengajarkan dan membiasakan anak
untuk sholat hingga anak menjadi bisa dan terbiasa.

4. Mengaji
Selain sholat, peserta didik di PAUD Sinar Rahayu pun diajarkan
untuk membaca Iqro'. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah
peneliti lakukan, awalnya peserta didik akan dikenalkan huruf-huruf
hijaiyah dengan memberikan poster yang bertuliskan huruf hijaiyah dan
mengajarkan dengan metode bernyanyi. Selanjutnya peserta didik akan
diajarkan untuk membaca Iqra' dari awal. Dari hasil observasi peneliti
menemukan sekitar 13 dari 24 anak mampu membaca Iqra' halaman
pertama dengan lancar, 6 orang masih terbata-bata dan sisanya masih
belum mampu membaca Iqra' karena mereka terkadang tidak mau ikut
belajar dan lebih memilih untuk bermain. Adapun yang harus dilakukan
guru supaya anak-anak tersebut mau mengikuti pelajaran baca Iqra' yaitu
guru harus menggunakan metode yang menarik serta memberikan
bimbingan khusus kepada anak tersebut.

5. Meminta maaf ketika berbuat salah


Di PAUD Sinar Rahayu, anak juga akan senantiasa diajarkan dan
dibiasakan untuk meminta maaf kepada teman-temannya jika dia berbuat
salah. Mengajarkan anak meminta maaf secara tulus sangat penting agar ia
memahami tindakan yang dilakukan pada orang lain dan belajar untuk
tidak mengulanginya lagi. Contohnya ketika anak mengambil mainan
temannya lalu temannya menangis, guru akan mengajarkan anak untuk
meminta maaf pada temannya. Menurut pendapat salah satu guru disana,
anak-anak perlu dibiasakan untuk meminta maaf sejak dini supaya
kebiasaan tersebut bisa dibawa sampai anak itu dewasa. Adapun menurut
peneliti, meminta maaf juga harus dibiasakan dalam keluarga, mengingat
didalam keluargalah anak pertama kali diajarkan mengenai sesuatu dan
tempat anak dibesarkan. Jadi orang tua sangat perluuntuk membiasakan
anak meminta maaf sejak dini.

6. Berbagi kepada orang lain


Pada usia dibawah 5 tahun biasanya anak belum terbiasa untuk berbagi
kepada temannya, entah itu berbagi mainan, makanan dan lain sebagainya.
Sebagai orang tua, hendaknya kita mengajarkan anak untuk berbagi sejak
dini. Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan salah satu
guru di PAUD Sinar Rahayu yaitu ketika anak berebutan mainan, maka
guru akan mengajarkan bagaimana cara berbagi dan guru akan menjelaskan
makna serta pentingnya berbagi. Hal itu dilakukan secara perlahan, tidak
langsung memaksa anak langsung berbagi kepada temannya. Jika anak
tidak mau berbagi maka guru akan memberikan mainan yang lain kepada
12| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

anak yan lainnya. Selain itu guru juga akan memberikan hadiah pada anak
jika anak mau berbagi kepada temannya. Hal itu dilakukan untuk
membiasakan anak supaya selalu berbagi pada temannya.

7. Saling tolong menolong

Mengembangkan sikap tolong menolong merupakan salah satu aspek


perkembangan anak usia dini yakni membangun sosialisasi. Adapun upaya
yang dilakukan oleh guru di PAUD Sinar Rahayu untuk mengembangkan
sikap tolong menolong pada peserta didik yaitu dengan memberikan anak
kesepatan untuk bermain bersama. Contohnya seperti menyusun balok
bersama. Disamping kerjasama, anak juga akan mampu saling tolong
menolong jika ada kesulitan dalam menyusun balok. Selain itu, guru juga
akan membiasakan anak untuk berbagi, seperti contohnya ketika salah satu
anak tidak mempunyai pensil, maka guru akan meminta anak yang memiliki
pensil lebih untuk meminjamkan kepada teman yang membutuhkan.
Adapun di PAUD Sinar Rahayu, terdapat sekitar 30% anak yang masih
tidak mau berbagi ataupun tidak mau menolong temannya. Selain guru,
hendaknya orang tua juga mengajarkan anak-anaknya untuk berbagi dan
tolong menolong sejak dini, supaya anak menjadi terbiasa sampai dewasa.

Perkembangan moral pada anak usia dini masih berada pada tahap awal yaitu
tahap realism moral. Adapun yang dimaksud dengan tahap realism moral menurut teori
Pigaet yaitu perilaku anak ditentukan oleh ketaatan terhadap peraturan tanpa melalui
penalaran ataupun penilaian. Anak akan menganggap bahwa orang tua dan semua orang
dewasa berwenang sebagai maha kuasa dan mereka akan mengikuti peraturan-peraturan
yang diberikan tanpa mempertanyakan kebenarannya terlebih dahulu. Disini, anak akan
mematuhi perintah guru tanpa mempertanyakan terlebih dahulu mengenai alasan-alasan
mengapa mereka harus melakukan hal tersebut. Dari hasil penelitian diatas, dijelaskan
bahwa anak melakukan perintah-perintah guru seperti sholat, mengaji, meminta maaf,
mengucapkan salam dan lain sebagainya. Walaupun masih ada sebagian anak yang tidak
patuh karena lebih tertarik pada hal lain seperti permainan dan lain-lain. Untuk hal itu,
anak perlu bimbingan khusus supaya anak tersebut mau mengikuti apa yang
diperintahkan oleh guru.

Selanjutnya, pada usia 3-6 tahun fikiran anak masih dipenuhi dengan fantasi.
Sebagaimana yang dikemukakan pada teori diatas bahwa pada fase ini, konsep Tuhan
lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada fase ini anak menghayati konsep
ketuhanan sesuai perkembangan intelektualnya. Kehidupan pada masa ini lebih banyak
dipengaruhi oleh kehidupan fantasi sehingga dalam menanggapi agama pun anak masih
menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng yang kurang masuk akal.
Untuk itu guru dan orang tua harus pintar-pintar memberikan bimbingan pada tahap ini,
Izzatun Najiha – Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama... | 13

karena jika salah memberikan materi atau bimbingan, maka anak pun akan gagal
memahami materi yang diberikan.

Penalaran anak usia dini masih berada pada penalaran prakonvensional. Menurut
Kohlberg, penalaran ini merupakan tingkatan terendah dari penalaran moral. Pada
tingkat ini, anak akan diajarkan mana yang baik dan buruk dan akan diberikan melalui
imbalan dan hukuman. Jika diberikan hukuman maka anak akan berfikir apa yang
dilakukannya merupakan sebuah kesalahan. Begitupun sebaliknya, jika diberikan pujian
ataupun hadiah maka anak akan berfikir tindakan yang dilakukannya benar.

SIMPULAN
Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral terjadi dalam dua tahap yang
berbeda. Piaget menyebut fase pertama "tahap realisme moral" atau "moralitas oleh
pembatasan". Tahap ini biasanya terjadi pada anak di bawah usia 6 tahun. Tahun 2-6
disebut sebagai tahun sekolah karena anak pada usia ini biasanya datang ke sekolah
untuk belajar secara formal. Pada usia ini, anak mulai belajar mandiri dan mengurus
dirinya sendiri. Selain belajar mandiri, anak mulai mengembangkan kemampuannya
dengan mengikuti perintah di lingkungan sekolah, belajar mengenal huruf dan angka,
serta meluangkan waktu untuk bermain dengan tema-temannya.

Adapun nilai-nilai moral dan agama yang terdapat pada Paud Sinar Rahayu
Cimincrang Kota Bandung diantaranya yaitu Berdoa sebelum melakukan sesuatu,
mengucapkan salam ketika datang dan pulang sekolah, sholat, meminta maaf ketika
berbuat salah, mau berbagi kepada orang lain dan saling tolong menolong. Nilai-nilai
tersebut perlu dikembangkan baik oleh orang tua maupun guru. Pengembangan nilai-nilai moral
dan agama pada anak usia dini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan bagi anak-anak
untuk berperilaku yang tidak sesuai dengan aturan agama sehingga tercetaklah anak-anak yang
berkarakter terpuji. Karena seperti yang kita ketahui pada zaman ini begitu banyak anak-anak
yang melakukan penyimpangan.

RUJUKAN

Didik Supriyanto, Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak dan Pendidikan
Keagamaan Orang Tua, (MODELING : Jurnal Program Studi PGMI, Vol. III, No.
1, 2015)

Farida Agus Setiawati, Pendidikan Moral dan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini:
Bukan Sekedar Rutinitas, (Jurnal Paradigma, No. 02 No. I, Juli, 2006)
14| Jurnal PAUD: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. xx, No. xx, Thn, Hal....-....

Indah Kemala Dewi dan Rakimahwati, Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini
Oleh Orang Tua Dalam Keluarga Di Jorong Koto Alam, (Early Childhood: Jurnal
Pendidikan, Vol. 5, No. 1, 2021)

John W. Santrock, Perkembangan Anak ( Jakarta: Erlangga, 2007)

Khadijah, Pengembangan Keagamaan Anak Usia Dini, (Jurnal RAUDHAH, Vol. IV, No.
1, 2016)

Lydia Margaretha ,Pengembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini di Kota
Bengkulu,) Al Kahfi Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini STIT Al-Khairiyah,
Vol. 2, No. I, 2020)

Nurani Sujiono,Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Permata Puri
Media : Jakarta, 2011)

Nyoman Wiraadi Tria Ariani dan I Gde Dhika Widarnandana, Penguatan Nilai Agama
Dalam Perkembangan Moral Anak Usia Dini, (Vidya Samhita: Jurnal Penelitian
Agama, Vol. 1, No. 1, 2020)

Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2011)

Sri Yanti, Analisis Perkembangan Nilai-Nilai Agama Dan Moral Anak Usia Dini Pada
Tayangan Film Animasi Nussa Dan Rarra, (Jurnal Tazkirah: Transformasi Ilmu-
ilmu Keislaman Vol. 1 No. 1, Oktober 2020 – Maret 2021)

You might also like