Professional Documents
Culture Documents
Dina Fahmawati
Departemen Gizi Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
Alamat Korespondensi:Dina Fahmawati
Email: dinafa7@gmail.com
ABSTRACT
Cigarette smoke contains nicotine which disturbs health. Nicotine is capable of reducing the taste of food, so
there is appetite suppressant. The ability of nicotine in increasing blood liposuction process can affect the
increase in blood cholesterol level. The research aims to study the difference between food intake and blood
cholesterol level between smokers and non-smokers. This study was a comparative observational analytic study
using cross-sectional design. The data of particular subjects and smoking habit were obtained from the
questionnaire. The food intake was obtained by interview using 2x24 hours food recall form while the blood
cholesterol level was obtained by blood sampling which was then analyzed using laboratory test. The subjects
were 13 smokers and 13 non-smokers, taken by simple random sampling. The data were analyzed by
Independent t-Test. The results have suggested that the difference in the average food intake and blood
cholesterol level between smokers and non-smokers were not significant. The substantial average difference was
found in the level of cholesterol intake, so the statistical test has showed a significant difference, p-value =
0.005 < α (0.05). Smoking has a harmful effect for health so people must decrease its consumption or stay
abstinent from it. The longer human get exposed to cigarette, the more susceptible they get the illness from it.
ABSTRAK
Asap rokok mengandung nikotin yang mengganggu kesehatan. Nikotin dapat mengurangi cita rasa makanan
sehingga terjadi penekanan selera makan. Kemampuan nikotin dalam meningkatkan proses pelarutan lemak
darah dapat mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol darah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
perbedaan tingkat konsumsi dan kadar kolesterol darah antara perokok dan non perokok. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dan bersifat komparatif dengan rancangan cross sectional.
Karakteristik responden dan kebiasaan merokok diperoleh dari kuesioner. Tingkat konsumsi diperoleh dengan
metode wawancara food recall 2x24 jam dan kadar kolesterol darah diperoleh melalui pengambilan sampel
darah menggunakan alat uji laboratorium. Besar sampel sebanyak 13 perokok dan 13 non perokok dipilih dengan
simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Independent t-Test. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata konsumsi zat gizi dan kadar kolesterol darah antara responden perokok dan responden non
perokok tidak berbeda jauh. Selisih rata-rata terbesar ditemukan pada tingkat konsumsi kolesterol sehingga
secara uji statistik memiliki perbedaan yang signifikan, p = 0,005 < α (0,05). Merokok memberikan dampak
buruk bagi kesehatan sehingga diperlukan untuk mengurangi jumlah rokok yang dihisap atau bahkan
menghindari merokok. Semakin lama terkena paparan rokok maka lebih mudah terkena penyakit akibat paparan
rokok.
©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.243-251 Received 23 March 2017, received in revised form
17 April 2017, Accepted 18 May 2017, Published online: December 2019
244 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:243-251
Tabel 1. Karakteristik Perokok dan Non Perokok pada Pegawai Laki-laki di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Non Perokok Perokok
Umur (tahun)
Jumlah Persen Jumlah Persen
19 – 29 1 7,7 2 15,4
30 – 49 10 76,9 9 69,2
50 – 64 2 15,4 1 7,7
65 – 80 0 0,0 1 7,7
Tabel 3. Tingkat Konsumsi Zat Gizi Perokok dan Non Perokok pada Pegawai Laki-laki di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Non Perokok Perokok
Zat Gizi
Jumlah Persen Jumlah Persen
Energi
Cukup 2 15,4 1 7,7
Tidak Cukup 11 84,6 12 92,3
Total 13 100,0 13 100,0
Karbohidrat
Cukup 0 00,0 0 00,0
Tidak Cukup 13 100,0 13 100,0
Total 13 100,0 13 100,0
Protein
Cukup 11 84,6 7 53,8
Tidak Cukup 2 15,4 6 46,2
Total 13 100,0 13 100,0
Lemak
Cukup 9 69,2 9 69,2
Tidak Cukup 4 30,8 4 30,8
Total 13 100,0 13 100,0
a. Serat
Cukup 0 00,0 0 00,0
Tidak Cukup 13 100,0 13 100,0
Total 13 100,0 13 100,0
b. Kolesterol
Baik 7 53,8 12 92,3
Lebih 6 46,2 1 7,7
Total 13 100,0 13 100,0
Dina Fahmawati dan Merryana Adriani, Perbedaan Tingkat Konsumsi Dan... 247
Tabel 4. Perbedaan Konsumsi Zat Gizi Perokok dan Non Perokok pada Pegawai Laki-laki di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Non Perokok Perokok
(n=13) (n=13)
Zat Gizi p
Standar Standar
Mean Mean
Deviasi Deviasi
Energi (kkal) 1.428,45 293,38 1.380,95 222,19 0,646
Karbohidrat (g) 169,84 53,52 171,58 29,28 0,920
Protein (g) 58,41 11,06 49,19 17,06 0,115
Lemak (g) 58,36 18,87 56,33 19,66 0,790
Kolesterol (mg) 285,75 131,15 155,29 131,15 0,005
Serat (g) 7,71 2,91 6,45 1,55 0,178
Tabel 5. Kadar Kolesterol Darah Perokok dan Non Perokok pada Pegawai Laki-laki di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Non Perokok Perokok
Kadar Kolesterol Darah (mg/dL)
Jumlah Persen Jumlah Persen
Normal 11 84,6 10 76,9
Tinggi 2 15,4 3 23,1
Total 13 100,0 13 100,0
Tabel 6. Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Perokok dan Non Perokok pada Pegawai Laki-
laki di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
Non Perokok Perokok
Kadar Kolesterol Darah (mg/dL) p
(n=13) (n=13)
Mean 174,64 173,11
0,916
Standar Deviasi 34,669 38,281
statistik menggunakan Independent t-Test konsumsi zat gizi lainnya tidak terdapat
didapatkan nilai p untuk kolesterol lebih perbedaan.
kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,005 Menurut Healey (2011), paparan
sedangkan nilai p untuk energi, nikotin yang masuk tubuh seorang perokok
karbohidrat, protein, lemak dan serat lebih dapat bereaksi dengan cepat melalui mulut
besar dari α (0,05). Artinya tidak terdapat kemudian larut dalam air ludah. Lalu
perbedaan tingkat konsumsi zat gizi nikotin masuk dalam pembuluh darah
kecuali kolesterol antara perokok dan non hingga terbawa ke otak. Nikotin akan
perokok pada pegawai laki-laki di Fakultas diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik
Kesehatan Masyarakat Universitas untuk memicu sistem dopaminergik pada
Airlangga Surabaya. jalur imbalan yang dapat mengurangi
selera makan. Merokok membuat makanan
Kadar Kolesterol Darah kurang bercita rasa bagi beberapa perokok
sehingga memicu perokok untuk
Kadar kolesterol darah
mengurangi porsi makan (Ilfandari, 2015).
dikategorikan menjadi normal dan tinggi.
Berdasarkan uji statistik pada
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
penelitian ini diketahui bahwa tidak
perokok yang memiliki kadar kolesterol
terdapat perbedaan tingkat konsumsi zat
darah dengan kategori tinggi lebih banyak
gizi kecuali kolesterol antara perokok dan
daripada non perokok pada pegawai laki-
non perokok pada pegawai laki-laki di
laki di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya.
Universitas Airlangga Surabaya. Namun
hasil pengolahan data konsumsi
Perbedaan Kadar Kolesterol Darah
menunjukkan bahwa responden perokok
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa memiliki rata-rata konsumsi energi,
rata-rata kadar kolesterol darah perokok protein, lemak, kolesterol dan serat lebih
lebih rendah daripada non perokok. rendah daripada responden non perokok.
Berdasarkan uji statistik menggunakan Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Independent t-Test didapatkan nilai p Cavallo et al dalam Aginta (2011) yang
sebesar 0,916. Artinya tidak terdapat menyatakan bahwa perokok secara
perbedaan kadar kolesterol darah antara signifikan lebih mungkin untuk terlibat
perokok dan non perokok pada pegawai dalam pembatasan diet yang tidak sehat
laki-laki di Fakultas Kesehatan Masyarakat daripada non perokok.
Universitas Airlangga Surabaya. Menurut hasil wawancara
menggunakan kuesioner penilaian
PEMBAHASAN konsumsi pangan food recall 2x24 jam
yang meliputi jenis dan jumlah makanan
Hasil penelitian ini menunjukkan yang dikonsumsi, responden perokok
bahwa hanya konsumsi kolesterol yang cenderung memiliki jenis dan jumlah
memiliki signifikansi p = 0,005 < α (0,05). makanan yang lebih sedikit daripada
Konsumsi energi memiliki signifikansi p = responden non perokok. Rata-rata
0,646, karbohidrat memiliki signifikansi p konsumsi energi responden perokok lebih
= 0,920, protein memiliki signifikansi p = rendah sebesar 47,5 kkal dari responden
0,115, lemak memiliki signifikansi p = non perokok. Rata-rata konsumsi protein
0,790, dan serat memiliki signifikansi p = responden perokok lebih rendah sebesar
0,178. Artinya, hanya terdapat perbedaan 9,22 gram dari responden non perokok.
konsumsi kolesterol antara responden Rata-rata konsumsi lemak responden
perokok dan non perokok pada pegawai perokok lebih rendah sebesar 2,03 gram
laki-laki di Fakultas Kesehatan Masyarakat dari responden non perokok. Rata-rata
Universitas Airlangga Surabaya sedangkan konsumsi kolesterol responden perokok
Dina Fahmawati dan Merryana Adriani, Perbedaan Tingkat Konsumsi Dan... 249
lebih rendah sebesar 130,46 mg dari responden memiliki waktu paruh lebih lama. Nikotin
non perokok. Rata-rata konsumsi serat memiliki waktu paruh sekitar 2 jam, sedangkan
responden perokok lebih rendah sebesar 1,26 kotinin memiliki waktu paruh sekitar 48 jam.
gram dari responden non perokok. Tetapi Kotinin dapat meningkatkan sekresi adrenalin
responden perokok memiliki rata-rata pada korteks adrenal yang mendorong
konsumsi karbohidrat lebih tinggi daripada peningkatan konsentrasi serum asam lemak
responden non perokok. Rata-rata konsumsi bebas yang selanjutnya menstimulasi sintesis
karbohidrat responden perokok lebih tinggi dan sekresi kolesterol hepar ke dalam sirkulasi
sebesar 1,74 gram dari responden non perokok. darah sehingga meningkatkan kadar kolesterol
Selisih rata-rata konsumsi zat gizi darah.
antara responden perokok dan non perokok Menurut penelitian Kusumasari (2015)
tidak terlalu jauh. Selisih rata-rata konsumsi pada pegawai salah satu pabrik gula
zat gizi paling besar ditemukan pada menunjukkan bahwa responden yang merokok
kolesterol. Rata-rata konsumsi kolesterol dan mempunyai kadar kolesterol tinggi
responden perokok adalah 155,29 mg sebanyak 26 responden sedangkan responden
sedangkan responden non perokok adalah yang merokok dan mempunyai kadar
285,75 mg. Sehingga ditemukan perbedaan kolesterol normal sebanyak 4 responden. Dari
tingkat konsumsi kolesterol yang signifikan kelompok kontrol didapatkan responden yang
antara responden perokok dan non perokok. tidak merokok dan mempunyai kadar
Menurut Arisman (2009), kebiasaan kolesterol normal sebanyak 27 responden
makan seseorang dapat dipengaruhi berbagai sedangkan responden yang tidak merokok dan
hal lain selain perilaku merokok. Kebiasaan mempunyai kadar kolesterol tinggi sebanyak 3
makan dapat berasal dari kebiasaan yang responden.
dilakukan oleh anggota keluarga. Kebiasaan Penelitian Kusumasari (2015)
tersebut mempengaruhi pola frekuensi makan menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol
seseorang yang akan berdampak terhadap total responden yang merokok adalah 250,5
asupan zat gizinya. Selain itu, pola atau mg/dL, sedangkan rata-rata kadar kolesterol
frekuensi makan juga dipengaruhi oleh responden yang tidak merokok adalah 166,2
ketersediaan pangan, keadaan ekonomi dan mg/dL. Didapatkan perbedaan kadar kolesterol
kepercayaan pribadi seseorang terhadap total yang signifikan antara responden yang
makanan. Kebiasaan makan seseorang juga merokok dan responden yang tidak merokok.
dapat dipengaruhi oleh fisiologi makan. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan
Hipotalamus adalah pusat pengendali selera bahwa rata-rata kadar kolesterol darah
makan terbesar. Sepasang nucleus lateralis responden perokok adalah 173,11 mg/dL
dalam hipotalamus berperan sebagai pusat sedangkan rata-rata responden non perokok
lapar dan nucleus ventromedial dalam adalah 174,64 mg/dL. Selisih rata-rata kadar
hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang. kolesterol darah tidak terlalu jauh, yaitu 1,53
Jika terjadi kerusakan pada kedua nucleus ini mg/ dL.
maka dapat mempengaruhi asupan makan Hasil pemeriksaan kadar kolesterol
seseorang (Guyton dan Hall, 2006). Namun darah menunjukkan bahwa responden perokok
pada penelitian ini faktor tersebut tidak yang memiliki kadar kolesterol darah dengan
diidentifikasi. Hal tersebut menjadi kategori tinggi adalah sebesar 23,1%
keterbatasan penelitian ini. Untuk variabel sedangkan responden bukan perokok adalah
kadar kolesterol darah, hasil penelitian ini sebesar 15,4%. Artinya, jumlah responden
menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah yang memiliki kadar kolesterol darah dengan
memiliki signifikansi p = 0,916 lebih dari α kategori tinggi lebih banyak ditemukan pada
(0,05). Artinya, tidak terdapat perbedaan kadar perokok daripada responden non perokok.
kolesterol darah antara responden perokok dan Responden perokok pada penelitian ini yang
bukan perokok. tergolong perokok ringan sebesar 38,5%,
Menurut Mustikaningrum (2010), perokok sedang sebesar 46,1% dan perokok
nikotin merupakan bahan kimia yang paling berat hanya sebesar 15,4%. Hasil penelitian
banyak di dalam rokok. Metabolisme nikotin Trivedi, et al. (2013) menyatakan bahwa kadar
dalam tubuh perokok sangat kompleks. Nikotin koleterol total lebih tinggi pada perokok
tersebar dengan cepat dalam darah dan hati. dibandingkan dengan non perokok.
Nikotin dipecah menjadi kotinin yang Peningkatan yang signifikan ditemukan pada
250 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:243-251
perokok berat. Berdasarkan analisis mengenai kolesterol darah pada responden perokok.
durasi dan intensitas dari merokok, Namun selisih rata-rata kadar kolesterol darah
peningkatan kolesterol serum yang signifikan antara responden perokok dan non perokok
berhubungan dengan durasi dan intensitas dari tidak terlalu jauh sehingga peningkatan kadar
merokok. Semakin banyak jumlah rokok yang kolesterol darah yang signifikan pada perokok
dihisap semakin tinggi juga kadar kolesterol pada penilitian ini belum dapat ditemukan.
total pada responden (Devaranavadgi et al., Selain faktor makanan, faktor karakteristik
2012 dalam Kusumasari, 2012). individu seperti umur juga dapat
Hasil penelitian Sulviana (2008) mempengaruhi kadar kolesterol darah
didapatkan sebanyak 15 responden mempunyai seseorang. Menurut National Institute of
kebiasaan merokok dengan sebagian besar Health (2002), kategori umur yang berisiko
telah merokok selama lebih dari 15 tahun. lebih besar menderita hiperkolesterolemia
Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, 8 adalah lebih dari 45 tahun. Semakin tua
responden tergolong perokok ringan, 3 seseorang maka semakin berkurang
responden tergolong perokok sedang dan 4 kemampuan reseptor LDL-nya. LDL reseptor
responden tergolong perokok berat. Seluruh merupakan faktor penghambat sintesis
responden merokok mempunyai kadar kolesterol dalam tubuh. Semakin menurunnya
kolesterol total yang normal. Hasil penelitian aktivitas reseptor LDL akan menyebabkan
tersebut menyimpulkan bahwa jumlah rokok sintesis kolesterol menjadi meningkat sehingga
yang dihisap berhubungan dengan kadar kadar total kolesterol tinggi. Kadar kolesterol
kolesterol total. Sedangkan responden perokok darah manusia bervariasi dan meningkat
pada penelitian ini sebagian besar merupakan sejalan dengan pertambahan umur (Mayes,
perokok sedang. Artinya, peningkatan kadar 2000 dalam Ayuandira, 2012). Pada penelitian
kolesterol darah yang signifikan pada perokok ini, rata-rata umur responden perokok adalah
pada penilitian ini belum dapat ditemukan. 41,69 tahun dan responden bukan perokok
Hiperkolesterolemia adalah suatu adalah 42,15 tahun. Artinya, umur responden
keadaan kadar kolesterol darah melebihi batas perokok dan bukan perokok masih berada di
nilai normal, yaitu kurang dari 200 mg/dL bawah faktor risiko hiperkolesterolemia.
(National Heart, Lung and Blood Institute, Sehingga perbedaan yang signifikan kadar
2005). Selain faktor merokok terdapat berbagai kolesterol darah antara perokok dan non
hal lain yang dapat mempengaruhi kadar perokok pada penelitian ini belum dapat
kolesterol total seseorang. Kadar kolesterol ditemukan.
darah dapat dipengaruhi oleh makanan di
antaranya asupan kolesterol dan lemak yang SIMPULAN
tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
konsumsi kolesterol antara responden perokok rata-rata konsumsi zat gizi dan kadar kolesterol
dan non perokok. Rata-rata konsumsi darah antara responden perokok dan responden
kolesterol responden perokok adalah 155,29 non perokok pada pegawai laki-laki di Fakultas
mg sedangkan responden non perokok adalah Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
285,75 mg. Rata-rata konsumsi kolesterol Surabaya tidak berbeda jauh. Rata-rata tingkat
responden perokok lebih rendah sebesar konsumsi kolesterol antara responden perokok
130,46 mg dari responden non perokok. dan responden non perokok memiliki selisih
Mengonsumsi makanan yang mengandung terbesar sehingga secara uji statistik memiliki
kolesterol tinggi berisiko meningkatkan kadar perbedaan yang signifikan. Sedangkan rata-
kolesterol darah (Malik, et al., 2013). Jika rata kadar kolesterol darah antara responden
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang perokok dan responden non perokok memiliki
mengandung kolesterol tinggi, maka hati akan selisih kecil sehingga secara uji statistik tidak
menghentikan pengambilan LDL karena hati memiliki perbedaan yang signifikan. Namun
mempunyai cukup kolesterol, sehingga pada penelitian ini jumlah responden yang
meningkatkan kolesterol dalam darah memiliki kadar kolesterol darah dengan
(Ayuandira, 2012). Oleh karena itu, rata-rata kategori tinggi lebih banyak ditemukan pada
kadar kolesterol darah pada responden non perokok daripada responden non perokok.
perokok lebih tinggi daripada rata-rata kadar
Dina Fahmawati dan Merryana Adriani, Perbedaan Tingkat Konsumsi Dan... 251
Merokok memberikan dampak buruk Listiana, L. 2010. Kadar Kolesterol Total pada
bagi kesehatan sehingga diperlukan untuk Usia 25 – 60 Tahun. Jurnal
mengurangi jumlah rokok yang dihisap atau Keperawatan Muhammadiyah,
bahkan menghindari merokok. Semakin lama Volume 5 (1), pp. 36 – 40.
terkena paparan rokok maka lebih mudah Malik, M.A., Mewo, Y.M., Kaligis, S.H.M.
terkena penyakit akibat paparan rokok. 2013. Gambaran Kadar Kolesterol
Total Darah pada Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi dengan
Aginta, E., 2011. Hubungan antara Merokok Indeks Massa Tubuh 18,5-22,9 kg/m2.
dan Kebiasaan Makan dengan Status Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume
Gizi pada Remaja Putra. Artikel 1(2), pp. 1008 – 1013.
Penelitian. Universitas Diponegoro. https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 3310
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mustikaningrum, S. 2010. Perbedaan Kadar
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Trigliserida Darah pada Perokok dan
Jakarta: EGC. Bukan Perokok. Skripsi. Universitas
Ayuandira, A. 2012. Hubungan Pola Konsumsi Sebelas Maret.
Makan, Status Gizi, Stres Kerja dan National Heart Lung and Blood Institute
Faktor Lain dengan (NHLB). 2005. What Is Cholesterol?.
Hiperkolesterolemia pada Karyawan National Institute of Health. 2002. Third
PT Semen Padang Tahun 2012. Report of National Cholesterol
Skripsi. Universitas Indonesia. Education Program (NCEP) Expert
Balitbangkes, RI. 2010. Laporan Hasil Riset Panel on Detection, Evaluation and
Kesehatan Dasar 2010. Indonesia. Treatment of High Blood Cholesterol
Balitbangkes, RI. 2013. Laporan Hasil Riset in Adults (Adults Treatment Panel III).
Kesehatan Dasar 2013. Indonesia. NIH Publication.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman https://doi.org/10.1001/jama.285.19.24
Pengendalian Penyakit Jantung dan 86
Pembuluh Darah. Jakarta: Direktorat Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Indonesia No. 75 Tahun 2013 Tentang
Direktorat Jendral Pengendalian Angka Kecukupan Gizi Yang
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 2006. Textbook of Jakarta.
Medical Physiology, 11th ed. Sulviana, N. 2008. Analisis Hubungan Gaya
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Hidup dan Pola Makan dengan Kadar
Saunders. Lipid Darah dan Tekanan Darah pada
Healey, J. 2011. Tobacco Smoking. Australia: Penderita Jantung Koroner. Skripsi.
Spinney Press. Institut Pertanian Bogor.
Ilfandari, A. 2015. Hubungan Perilaku Trivedi, R.S., Anand, A.K., Jamnagar. 2013.
Merokok dengan Indeks Massa Tubuh Effect of Smoking on Lipid Profile.
Remaja Putra. E-Jurnal Obstetrika, National Journal of
3(1):1 – 15. Otorhinolaryngology and Head &
Kusumasari, P. 2015. Hubungan antara Neck Surgery. 1(10): 13 – 15.
Merokok dengan Kadar Kolesterol WHO-FCTC. 2015. WHO Report on The
Total pada Pegawai Pabrik Gula Tasik Global Tobacco Epidemic 2015
Madu Karanganyar. Skripsi. Raising Taxes on Tobacco.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. WikiBuku. 2015. Indeks Brinkman.
Larson, D.E. 2003. Mayo Clinic Family Health
Book: The Ultimate Home Medical
Reference. 3rd Ed. USA: Mayo Clinic.