You are on page 1of 8

PLEDOI: Jurnal Hukum dan Keadilan

Volume. X No. (X) Agustus 2022


E-ISSN 296-6072 (Online)
DOI. 10.56721/pledoi.v1i1.xx

Karya ini dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution 4.0 International License (cc-by)

Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Kebijakan


Penanganan Limbah Medis
Annisa Hartami 1, Prof. Dr. Lego Karjoko, S.H, M.H.2 , Dr. Fatma U. Najicha,
S.H., M.H.3
123
Universitas Sebelas Maret , Indonesia
Surel Korespondensi : annisa.hartami21@gmail.com

Abstract
Law 32 of 2009 on Environmental Protection and Management is an example of the government's efforts to achieve a
balance between economic growth and environmental preservation. In accordance with Human Rights (HAM) in realizing
sustainable development and the existence of global environmental issues. This research method uses normative legal
research methods that are prescriptive. Types and sources of law include primary and secondary legal materials. The
technique of collecting legal materials used is the study of literature. Furthermore, the analysis technique used is the
deductive method. The results of this study show that there is a need to optimize the role carried out by the government to
deal with the growing medical waste. In addition, health service facilities also carry out direct sorting to be more effective in
handling the management of medical waste. This can be seen from the use of the Regulation of the Minister of Environment
and Forestry Number p.56Menlhk-Setjen2015 as SPO in implementing medical waste management. These laws and
regulations are able to provide legal expediency and certainty. Meanwhile, in terms of fairness, this is determined by how the
implementation of these laws and regulations in the field.

Keywords: Policy , Government role , Medical Waste

Abstrak

Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan salah satu contoh
upaya pemerintah untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sesuai dengan
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan adanya isu lingkungan globa l. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif bersifat preskriptif. Jenis dan bahan sumber hukum meliputi
bahan hukum primer dan sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah studi kepustakaan.
Selanjutnya teknik analisis yang digunakan adalah metode deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya
optimalisasi peran yang dilakukan pemerintah guna menangani limbah medis yang terus bertambah. Selain itu fasilitas
pelayanan kesehatan juga melakukan pemilahan secara langsung agar lebih efektif dalam menangani pengelolaan limbah
medis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
p.56Menlhk-Setjen2015 sebagai SPO dalam pelaksanakan pengelolaan limbah medis. Peraturan perundang-undangan tersebut
mampu memberikan kemanfaatan dan kepastian hukum. Sedangkan dari sisi keadilan, hal ini ditentukan pada bagaimana
implementasi peraturan perundang-undangan tersebut di lapangan.
Kata kunci: Kebijakan , Peran pemerintah , Limbah Medis

Hak cipta© 2022PLDOI: Jurnal Hukum dan Keadilan Hak cipta dilindungi undang-undang.

I. PENGANTAR
Intervensi negara ke dalam kehidupan masyarakat diperlukan untuk pertumbuhan
ekonomi. Pentingnya strategis administrasi negara dalam memberikan layanan
masyarakat yang esensial tidak dapat dilebih-lebihkan. Ketika pemerintah turun tangan
untuk mencoba memperbaiki masalah yang tersebar luas, itu memberlakukan
kebijakan(Aprilia, 2019). Pro dan negatif sering dipetik dari kebijakan publik karena
pemerintah memiliki kemampuan dan otoritas hukum untuk mengatur kehidupan
masyarakat dan melaksanakan undang-undang yang telah ditetapkan. Bagian integral

1
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

dari setiap pemerintahan yang berfungsi adalah kebijakan publiknya. Pemerintah


mendasarkan semua keputusan dan tindakannya pada adanya kebutuhan dan tujuan
masyarakat ( Candrakirana , 2015). Secara teori, hukum dikembangkan untuk
menanamkan kepercayaan pada masyarakat (manusia) dalam beragam kepentingan
individu dengan harapan mencapai kesejahteraan. Hukum sepenuhnya mengontrol
perilaku manusia, termasuk interaksi dengan orang lain, dengan bisnis, dan dengan
lingkungan (Sagama, 2016).
Untuk mencapai tujuan kesejahteraan rakyat, yaitu kesejahteraan masyarakat,
upaya kesehatan juga harus dilakukan. Karena pengelolaan limbah yang tidak tepat
dapat menyebabkan degradasi lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia,
perencanaan dan penanganan limbah B3 medis di fasilitas kesehatan menjadi sangat
penting. Salah satu kontributor utama masalah limbah medis yang sudah besar di
Indonesia adalah banyaknya rumah sakit dan lembaga kesehatan lainnya di negara ini.
Ada risiko limbah medis akan meracuni lingkungan, yang mungkin memiliki
konsekuensi parah bagi alam(Nursabrina, 2021). Penumpukan limbah medis akibat
operasional Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat berdampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan. Pencemaran dapat menurunkan kualitas lingkungan alam. Masyarakat
Indonesia sangat menjunjung tinggi hidup di lingkungan yang bersih dan aman. Bahan
kimia beracun dan zat lain dalam limbah medis menimbulkan ancaman serius bagi
ekosistem. Pencemaran di lingkungan mengancam keadaan bumi seperti sekarang ini.
Karena potensi limbah medis mencemari lingkungan, keterlibatan pemerintah
dalam mengatasi masalah saat ini sangat praktis bagi masyarakat. Pasal 28 H ayat (1)
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. lingkungan yang sehat merupakan hak asasi manusia yang
mendasar bagi masyarakat Indonesia.
Melindungi dan mengelola lingkungan berarti mengambil tindakan yang disengaja
dan terpadu untuk menjaga proses ekologis dan mencegah kontaminasi atau bahaya.
Proses tersebut meliputi persiapan, implementasi, regulasi, dan pemeliharaan.
Pembuangan limbah medis yang tepat merupakan bagian integral dari pengelolaan
lingkungan yang menjamin keselamatan dan kesejahteraan lingkungan masyarakat
sekitar.
Salah satu perubahan atau persiapan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif
adalah tumbuhnya hukum administrasi negara, dan dalam segala hal keputusan
pemerintah harus didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang dilayaninya. “Kesehatan
Lingkungan” merupakan faktor utama dalam menentukan kesehatan. Kesehatan
penduduk sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah keadaan
lingkungan. Di mana pun orang perlu meningkatkan kesehatan masyarakat, menikmati
kenyamanan lebih, dan menyelesaikan lebih banyak pekerjaan atau sekolah, lingkungan
yang sehat adalah suatu keharusan. Sesuai dengan Pasal 28 H Undang-Undang Republik
Indonesia tahun 1945, kami bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat
Indonesia. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH) merupakan hak

2
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

asasi manusia yang mendasar, sebagaimana diakui oleh Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2009.( Pemerintah , 2009). Sementara Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
mencakup berbagai topik pengelolaan dan pelestarian lingkungan, undang-undang
tersebut hanya menangani pengelolaan limbah medis di satu bidang tertentu. Aturan
tambahan mengenai penanganan sampah B3 dapat didasarkan pada peraturan
pemerintah yang ada. UUPPLH merupakan jaminan perlindungan hak asasi manusia
terhadap lingkungan hidup berdasarkan undang-undang. Dari Pasal 5 Ayat 1 UUPLH:
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang layak dan sehat.” Namun di samping
hak tersebut, Pasal 6(1) UUPLH menyatakan bahwa “setiap orang wajib menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta menghindari dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup”.
Penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari fungsi, tugas, dan
kewajiban pemerintah daerah. Untuk mencapai keberhasilan, suatu kebijakan harus
dilaksanakan secara efektif dan memiliki kaitan langsung dengan bagaimana pemerintah
daerah tertentu beroperasi. Keberhasilan suatu kebijakan tergantung pada masukan baik
dari pemerintah maupun pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan limbah medis.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian hukum normatif dan prospektif adalah strategi yang saya gunakan di sini.
Untuk mengidentifikasi standar hukum yang berlaku untuk pertanyaan hukum tertentu
adalah tujuan dari studi hukum normatif. Baik pendekatan legislatif (undang-undang)
maupun konseptual (konseptual) digunakan (pendekatan konseptual). Penelitian
kepustakaan atau disebut juga dengan pila, bersama dengan studi dokumen dan
observasi lapangan menjadi metode pengumpulan data untuk penelitian ini. Jenis data
sekunder, termasuk sumber hukum utama dan sekunder, serta metodologi analisis data
berdasarkan penalaran silogistik, digunakan. Mengingat temuan ini, jelas bahwa
kebijakan saat ini dapat membuka jalan menuju masyarakat yang lebih damai dan
sukses.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peran Pemerintah dalam Kebijakan yang Ada
Penanganan limbah medis berbeda dengan sampah rumah tangga atau rumah.
Penempatan limbah medis dilakukan pada wadah yang sesuai dengan sifat kimia,
radioaktif, dan volume. Limbah medis yang terkumpul harus terlebih dahulu menjalani
proses pengolahan sebelum dapat dibuang di fasilitas pembuangan limbah rumah. Ini
memiliki mekanisme penurunan emisi gas dan debu selama proses pembuangan limbah
medis yang berupa gas(Kusumaningtiar, 2021). Penumpukan limbah medis yang ada
menjadi salah satu isu yang perlu lebih kita perhatikan lagi apalagi mengingat adanya
Covid-19 yang telah terjadi, maka penumpukan limbah medis akan semakin bertambah
jadi perlu adanya optimalisasi yang lebih diperhatikan disini(Nugraha,2020) . Peraturan
undang-undang adalah seperangkat standar hukum yang dikodifikasikan dengan
kekuatan hukum yang dapat digunakan untuk memaksakan ketertiban pada suatu

3
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

komunitas. Peraturan perundang-undangan mencakup baik yang dibuat oleh pembuat


undang-undang maupun yang dibuat oleh lembaga penegak hukum, yang menerima
wewenang yang didelegasikan dari undang-undang untuk membuat peraturan khusus
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jenis peraturan lainnya adalah Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, dan sebagainya. (Fartini,2022)
Dengan adanya suatu kebijakan yang dapat diberlakukan dan agar aturan dan
kegiatan yang ada di lapangan dapat sinkron, peran pemerintah sebagai pelaksana
sangat penting. Hukum administrasi didasarkan pada cita-cita demokrasi liberal. Untuk
memastikan agar sebanyak mungkin orang dapat merasakan manfaat dari suatu
kebijakan, maka suatu kebijakan disosialisasikan kepada publik melalui berbagai
saluran sebagaimana disyaratkan oleh asas-asas hukum administrasi dalam proses
kebijakan publik. (April 2019). Banyak undang-undang dan peraturan pemerintah,
kebijakan presiden, kebijakan daerah, dan orang-orang yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan ini, serta cara-cara yang dapat bermanfaat bagi masyarakat,
memberikan dasar untuk pelaksanaannya. Kebijakan sah yang mendorong otonomi
daerah adalah kebijakan yang dibuat oleh negara yang membantu pelaksanaan
pemerintahan baik di tingkat nasional maupun daerah. Dengan kata lain, gagasan yang
tertuang dalam peraturan perundang-undangan menjadi landasan bagi seluruh program
dan prakarsa pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
( Sugiartha & Widiati , 2020).
Ada asas kehati-hatian dalam hukum lingkungan yang dapat digunakan untuk
masalah limbah medis jika dapat ditunjukkan bahwa pencemaran yang ditimbulkan
cukup memadai untuk melakukan langkah-langkah pencegahan kerusakan lingkungan.
Konsep kehati-hatian telah dikodifikasikan dalam Pasal 2 UU No 32 Tahun 2009. Pasal
2 UU 32 Tahun 2009 mengatur tentang pedoman penerapan konsep kehati-hatian.
Prinsip 15 Deklarasi Rio memuat prinsip kehati-hatian, yang menyatakan bahwa negara
memiliki kewajiban untuk melestarikan lingkungan dan mendayagunakan sumber daya
alamnya untuk kepentingan generasi saat ini dan yang akan datang. Ditunjukkan kepada
rakyat indonesia dalam pengelolaan lingkungan secara intrinsik terkait dengan hak atas
lingkungan(Rahmadi,2013). Jaminan konstitusional dari pengaturan yang sehat dan
bebas risiko telah dipertahankan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup merupakan hak asasi manusia yang mendasar, dan Undang-undang Republik
Indonesia tahun 1945 menjamin hak tersebut. Pasal 28H ayat 1 sebagaimana telah
diubah, memuat ketentuan terkait:
“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan
lingkungan hidup yang layak dan sehat, serta memperoleh pelayanan kesehatan”. Setiap
orang berhak mendapatkan kehidupan yang aman dan memuaskan di dunia modern saat
ini.
Istilah "hak asasi manusia" digunakan untuk merujuk pada seperangkat
perlindungan yang harus dimiliki semua orang karena menjadi manusia. Perlindungan
hak asasi manusia mendasari kerangka konstitusional sistem peradilan kita. Oleh karena
itu, setiap pasal dalam UUD dapat dijelaskan dengan mengemukakan bahwa negara

4
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

adalah suatu bentuk pemerintahan yang didirikan atas dasar kedaulatan rakyat.
Kewenangan ini harus bertumpu pada kedaulatan rakyat agar berfungsi tanpa batas
(Irawan,2021) Sudah banyak aturan dan peraturan yang berlaku, dan harus diikuti oleh
pihak berwenang jika ingin berdampak dalam menciptakan masyarakat yang aman dan
berkembang. Upaya pemerintah untuk melestarikan dan menjaga alam antara lain
dengan memberlakukan sejumlah peraturan dan ketentuan dalam bentuk ketetapan. UU
32 Tahun 2009 yang mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah
salah satunya (PPLH). Karena kerusakan ekosistem dan kesehatan lingkungan
merupakan indikator eksploitasi manusia terhadap lingkungan, maka tujuan peraturan
ini adalah untuk mencegah eksploitasi tersebut. (Mina, 2016)

2. Parameter Regulasi Yang Digunakan Sebagai Acuan Dalam Mengatasi


Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Medis

Istilah "limbah medis" digunakan untuk menggambarkan produk limbah menular


atau beracun yang berasal dari industri kesehatan. Di sisi lain, limbah padat medis B3
mengacu pada barang-barang yang tidak dapat didaur ulang atau sisa-sisa kegiatan yang
berpotensi menular. Tujuan utamanya menangani limbah medis adalah mengurangi
jumlah sampah yang sudah ada(Fatimah dan Sulistyaningsih, 2021) . Semua layanan
kesehatan masyarakat, seperti pemberian dosis obat secara teratur dan penyediaan
lingkungan yang higienis, harus memiliki kualitas dan relevansi tertinggi. Menurut
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56/
Menlkh-Setjen /2015 limbah medis ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Kesehatan, dan institusi pelayanan kesehatan. Peran pemerintah dalam menegakkan
kebijakan publik. Kami membutuhkan gelombang kesadaran publik untuk muncul
sebagai tanggapan atas masalah ini. Dalam menangani limbah medis ini pemerintah
dapat menggunakan SPO (Standard Penanganan Operasional) yang sesuai dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56/
Menlhk-Setjen /2015 ( Peraturan Menteri, 2015). Dalam peraturan ini merinci prosedur
dan peraturan teknis internal untuk pembuangan bahan berbahaya dan beracun yang
dihasilkan oleh fanyakes . Lampiran 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56/ Menlkh-Setjen /2015 menjelaskan
langkah-langkah penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh
fasilitas kesehatan.
Langkah-langkah berikut dapat diterapkan: (Kristanti , 2021)
sebuah.
a. Pengurangan sumber daya
Pengurangan keseluruhan potensi bahan atau sumber yang menghasilkan limbah.
b. Penggunaan kembali
Menggunakan kembali barang menyebabkan orang memilih barang dengan rentang
hidup lebih lama daripada barang dengan produktivitas lebih tinggi. Dengan memilih
bahan yang dapat digunakan kembali, sterilitas peralatan dapat ditingkatkan. Wadah

5
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

yang terbuat dari kaca termasuk persediaan medis yang dapat digunakan kembali.
Perangkat desinfektan yang digunakan pada peralatan harus memiliki lisensi yang
sesuai sebelum dapat dikumpulkan.
c. Daur ulang
Menggunakan kembali bahan dalam proses fisik, kimia, atau biologis lainnya untuk
membuat produk yang sama atau serupa.
(Permen,2015) Menjamin bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan” sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28 H
ayat (1), perlu adanya hukum untuk kemaslahatan rakyat. Kebijakan seperti ini yang
sudah ada di Indonesia bisa dijadikan benchmark untuk pengelolaan bahan berbahaya.
Mereka yang khawatir tentang kontaminasi dari limbah medis mungkin menggunakan
undang-undang yang sudah ada sebagai pedoman untuk menyusun lingkungan yang
aman dan sehat. Banyak komponen sistem hukum kita yang saling bergantung satu
sama lain dan tidak dapat berfungsi secara mandiri. Seperti sinyal ponsel, pohon
memiliki banyak bagian yang berbeda, dan setiap bagian memiliki akarnya sendiri-
sendiri. Betapapun baiknya peraturan dan regulasi tersebut, mereka tidak akan efektif
tanpa dukungan masyarakat dan polisi. Jika proses-proses lingkungan terpelihara
dengan baik, maka terciptalah lingkungan yang sehat yang dapat berfungsi sebagai cara
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan yang mendukung
keberlanjutan untuk kesejahteraan masyarakat yang sehat dan sukses.

IV. KESIMPULAN
Segala sesuatu yang dilakukan pemerintah harus berdasarkan hukum. Adapun
langkah-langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
berdasarkan hukum tata usaha negara. Hukum adalah sarana dimana kebijakan publik
dilakukan. Suatu kebijakan memiliki peluang keberhasilan yang lebih baik jika sumber
daya yang memadai dialokasikan untuk pembuatan dan implementasinya. 'Bahwa
pemerintah tunduk pada hukum' adalah makna konsep legalitas dalam hukum
administrasi. Undang-Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan perundangundangan tersebut mampu
memberikan kemanfaatan dan kepastian hukum. Sedangkan dari sisi keadilan, hal ini
ditentukan pada bagaimana implementasi peraturan perundang-undangan tersebut di
lapangan. Kerangka hukum harus berfungsi sebagai dasar untuk semua tindakan
pemerintah. Langkah-langkah yang dapat diambil pemerintah untuk memberlakukan
kebijakan berdasarkan hukum administrasi negara. Pelaksanaan kebijakan publik
dilakukan melalui penggunaan undang-undang. Suatu kebijakan akan berhasil jika
dikembangkan dan dilaksanakan dengan sumber daya yang memadai. Asas legalitas
digunakan dalam bidang hukum administrasi dan memiliki makna “bahwa pemerintah
tunduk kepada undang- undang”.
Dari semua adanya kebijakan yang ada memiliki tujuan agar terciptanya suatu
lingkungan yang sehat dan sejahtera agar semua masyarakat memiliki tingkat kehidupan

6
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

yang sehat dan sejahtera pencemaran lingkungan yang dapat berdampak pada kesehatan
dan kesejahteraan penduduk dapat disebabkan jika pengelolaan sampah tidak dilakukan
secara efektif sesuai dengan berbagai standar yang berlaku. Diharapkan masyarakat dan
pemerintah melakukan langkah-langkah yang memadai dan tepat untuk menangani
kasus limbah medis ini, dengan tetap adanya jaminan lingkungan yang sehat. Kebijakan
yang mendorong pemerintah daerah untuk terus membina dan melakukan upaya
pembinaan dalam berbagai peraturan daerah dan kebijakan daerah yang sejalan dengan
penegakan hak asasi manusia atas dasar kepentingan sendiri merupakan salah satu cara
untuk mewujudkan tujuan terjaminnya peraturan di tingkat pusat. Tingkat pemerintah
daerah selaras dengan hak asasi manusia. sesuai dengan norma masyarakat.

REFERENSI

Aprilia, S. (2019). KEBIJAKAN PUBLIK DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.


https://www.researchgate.net/publication/336878750
Candrakirana , R. (2015). PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI PENGEMBANGAN PRINSIP TATA
KELOLA LINGKUNGAN DI KOTA SURAKARTA. Di 581 | Yustisia (Vol. 4,
Edisi 3). http://m.antaranews.com/berita/41728/production-sampah-
plasticindonesia-54-juta-ton-
Fartini , A. (2022). PLEDOI: Jurnal Politik Hukum dan Peradilan Hukum: Otonomi
Daerah Pasca Amandemen UUD 1945 Upaya Menjaga Keseimbangan Antara
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika. 1(1). https://doi.org/10.56721/pledoi.v1i1.26
Fatimah, N., & Sulistyaningsih, T. (2021). KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS AKIBAT COVID-19 Kebijakan Pemerintah
Tentang Pengelolaan Limbah Medis Akibat Covid-19 (Vol. 18).
Kristanti , W., Susmeneli , H., Purnawati Rahayu , E., Sitohang , N., Komunitas, K.,
Lingkungan, K., Hang Tuah Pekanbaru , Stik ., & Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Kota Pekanbaru , D. (2021). 426 HIGEIA 5 (3) (2021) JURNAL
HIGEIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
MASYARAKAT Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3). https://doi.org/10.15294/higeia/v5i3/41571
Mina, R. (2016). DESENTRALISASI PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
LINGKUNGAN. Arena Hukum, 9(2), 149–165. https://doi.org/10.21776/ub.arena
Hukum.2016.00902.1

7
Annisa Hartami
Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Kebijakan Penanganan Limbah Medis

Pemerintah, R. (2009). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri, R. (2015). PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/ Menlhk-
Setjen /2015.
Rahmadi , T. (2013). Hukum Lingkungan di Indonesia. Rajawali Press.
Sugiartha , ING, & Widiati , IAP (2020b). Tanggung Jawab Pemerintah Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbasis Partisipasi Masyarakat Untuk
Pembangunan Daerah Bali. KERTHA WICAKSANA, 14(2), 96–102.
https://doi.org/10.22225/kw.14.2.1862.96-102
Sagama, S. (2016). Analisis Konsep Keadilan, Kepastian Hukum dan Kemanfaatan
dalam Pengelolaan Lingkungan. MAZAHIB, 15(1).
https:doi.org10.21093mj.v15i1.590
Nugraha, C. (2020). “Tinjauan Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis Infeksius
Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)”. Jurnal Untuk Masyarakat
Sehat. [online] 4(2), pp.216-226. Available at:
<http:ejournal.urindo.ac.idindex.phpjukmas> .
Kusumaningtiar, D. A., Irfandi, A., Azteria, V., Veronika, E., Nitami, M., Masyarakat,
K., & Kesehatan, I. (2021). TANTANGAN LIMBAH (SAMPAH) INFEKSIUS
COVID-19 RUMAH TANGGA DAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (Vol. 7, Issue
2).
Nursabrina, A., Joko, T., & Septiani, O. (2021). KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH
B3 INDUSTRI DI INDONESIA DAN POTENSI DAMPAKNYA: STUDI
LITERATUR. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 13(1), 80–90.
https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v13i1.1841
Dony Irawan, A., Putra Samudra, K., & Pratama, A. (2021). Perlindungan Hak Asasi
Manusia oleh Pemerintah pada Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Citizenship
Virtues, 2021(1), 1–6.

You might also like