You are on page 1of 21

Jurnal Psikologi Tabularasa

Fakultas Psikologi UNMER Malang

The effectiveness of the self-talk technique as an effort to reduce anxiety in

IAIN Cirebon students

Efektifitas teknik self talk sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan pada
mahasiswa IAIN Cirebon

Septi Gumiandari, Dewi Pitriani


IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Kec. Kesambi Kota Cirebon Jawa Barat 45132
septigumiandari@gmail.com, dewipitriani21@gmail.com

ABSTRACT
Students as adults should be able to motivate themselves to avoid anxiety in facing their assignments. However,
the conditions in the field in this case, many students experience anxiety whether it's anxiety about presenting
in front of the class, facing a problem, meeting new people, and anxiety about not being able to get a high score.
This study aims to determine: (1) the level of anxiety in IAIN Cirebon students. (2) Application of self-talk
techniques to IAIN Cirebon students. (3) The effectiveness of the self-talk technique as an effort to reduce
anxiety in IAIN Cirebon students. This study uses a descriptive qualitative approach. The data collection
technique used in this study was a questionnaire containing 66 questions and distributed to 6th semester
students with a sample of 19 people and interviews with 4 students. The results of this study revealed that: (1)
The anxiety level of IAIN Cirebon students was at a moderate level of anxiety with a percentage of 32% and the
anxiety they experienced was 42% physical anxiety. (2) Application of self-talk techniques to IAIN Cirebon
students through the following steps; Identifying negative self talk, contradicting thoughts, making positive self
statements, and self monitoring. (3) The results of the study show that the self-talk technique is effective for
reducing anxiety in IAIN Cirebon students because it can divert negative thoughts and make individuals more
confident about what they are doing.
Keywords: Anxiety, Effectiveness, Self Talk

ABSTRAK
Mahasiswa sebagai orang yang dewasa hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri agar
terhindar dari kecemasan dalam menghadapi tugasnya. Akan tetapi, kondisi di lapangan dalam hal
ini, banyak sekali mahasiswa yang mengalami kecemasan baik itu kecemasan untuk presentasi di
depan kelas, menghadapi suatu masalah, bertemu orang baru, dan kecemasan tidak dapat
memperoleh nilai yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat kecemasan
pada mahasiswa IAIN Cirebon. (2) Penerapan teknik self talk pada mahasiswa IAIN Cirebon. (3)
Efektivitas teknik self talk sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan pada mahasiswa IAIN
Cirebon. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang diaplikasikan pada penelitian ini yakni kuesioner yang berisi 66 pertanyaan dan dibagikan
kepada mahasiswa semester 6 dengan sampel sebanyak 19 orang dan wawancara kepada 4 orang
mahasiswa. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: (1) Tingkat kecemasan pada mahasiswa
IAIN Cirebon berada pada tingkat kecemasan sedang dengan persentase 32% dan kecemasan yang
mereka alami 42% merupakan kecemasan fisik. (2) Penerapan teknik self talk pada mahasiswa IAIN
Cirebon melalui langkah-langkah berikut; Mengidentifikasi self talk negatif, kontradiksi pikiran,
membuat pernyataan diri yang positif, dan self monitoring. (3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
teknik self talk efektif untuk mengurangi kecemasan pada mahasiswa IAIN Cirebon karena dapat
mengalihkan pikiran negatif serta membuat individu lebih percaya diri terhadap apa yang
dilakukannya.
Kata Kunci: Efektifitas, Kecemasan, Self Talk

1
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

1. PENDAHULUAN
Institut adalah salah satu institusi negara yang membantu para mahasiswa dalam
mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotorik. Banyak mahasiwa yang diberikan wawasan
luas serta keterampilan lain. Beberapa mahasiswa berhasil mencapai target kuliah tetapi ada pula
beberapa mahasiswa yang mengalami kegagalan. Baik itu keberhasilan ataupun kegagalan tidak
jarang disebabkan adanya beberapa perilaku adaptif maupun maladaptif kepada dirinya. Mahasiswa
sebagai orang yang dewasa hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri agar terhindar dari
kecemasan dengan menggunakan salah satu teknik yaitu self talk. Karena, self talk merupakan
perkataan dalam diri seseorang yang bisa membantunya tenang saat menghadapi suatu keadaan
(Nurul et al., 2022).
Sementara itu kondisi di lapangan dalam hal ini, banyak sekali mahasiswa yang mengalami
kecemasan baik itu kecemasan untuk presentasi di depan kelas, menghadapi suatu masalah, bertemu
orang baru, dan kecemasan tidak dapat memperoleh nilai yang tinggi. Kecemasan atau Anxiety
adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan
sebagai ancaman. Anxiety berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara anxiety adalah respons emosional terhadap penilaian
tersebut (Putri & Bachri, 2022).
Chaplin dalam (Hanifati, 2017) mengatakan bahwa kecemasan merupakan perasaan
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus
untuk ketakutan tersebut. Oleh karenanya, dapat dipahami bahwa kecemasan adalah suatu keadaan
yang dialami individu berupa ketegangan atau kegelisahan pada sebuah situasi yang dianggapnya
tidak aman dan hal-hal yang akan terjadi pada situasi tersebut. Kecemasan ini dapat timbul berawal
dari pikiran seseorang, maka untuk menangkalnya pun dimulai dari pikiran itu sendiri (Nurul et al.,
2022).
Salah satu teknik psikologis yang sering digunakan adalah self talk. Self-talk adalah
berkomunikasi dan berbicara dengan dirimu sendiri. Self-talk bukan berarti berbicara dengan
mengeluarkan kata-kata dari mulut layaknya saat kita berbicara dengan orang lain, melainkan
berbicara dengan pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala kita. Self-talk sendiri bisa dikategorikan
menjadi dua jenis yaitu positif dan negatif. Self-talk yang positif dapat meningkatkan rasa percaya diri
kita, kebahagiaan, dan memotivasi diri kita. Sedangkan self-talk yang negatif dapat membuat kita
putus asa, ketakutan, cemas, dan sedih (Tambunan, 2018).
Penelitian ini mengangkat permasalahan terkait tingkat kecemasan yang dialami oleh
mahasiswa serta teknik self talk sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan pada mahasiswa
dimana sebelum penelitian ini dilakukan ada banyak penelitian serupa yang sudah dilakukan.
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini yaitu; yang pertama
adalah penelitian yang dilakukan oleh (Ramlan et al., 2022) dengan judul: “Penerapan Teknik Self
Talk dalam Mengurangi Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Pada Siswa SMP Negeri 39

2
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

Bulukumba”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen.


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat kecemasan berbicara
siswa di SMP Negeri 39 Bulukumba, bagaimana gambaran pelaksanaan teknik Self talk untuk
mengurangi kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa SMP Negeri 39 Bulukumba, dan Apakah
penerapan teknik self talk dapat mengurangi kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa di SMP
Negeri 39 Bulukumba. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimental dengan model True Experimental Design. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : 1. Tingkat kecemasan berbicara siswa sebelum diberikan treatment berada pada kategori
tinggi dan setelah diberikan treatment tingkat kecemasan berbicara di depan kelas berkurang atau
berada pada kategori rendah. 2. Selama pelaksanaan teknik self talk, siswa menunjukkan partisipasi
yang berada di kategori tinggi dan sangat tinggi. 3. Penerapan teknik self talk mengurangi secara
signifikan dalam kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa SMP Negeri 39 Bulukumba.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ramlan et al., 2022) adalah
terletak pada permasalahan yang dicari yaitu berkaitan dengan tingkat kecemasan serta penerapan
teknik self talk utnuk mengurangi kecemasan. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Ramlan et al., 2022) terletak pada pendekatan penelitian serta metode
yang digunakan yakni penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimental dengan model True Experimental Design sedangkan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif lapangan dengan metode kuesioner dan wawancara serta
berbeda pula pada subjek yang diteliti yakni penelitian ini meneliti mahasiswa IAIN Cirebon.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh (Putri & Bachri, 2022) dengan judul: “Efektifitas
Penerapan Terapi Self Talk Dan Manajemen Stres Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Remaja”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasanya terapi self talk dan manajemen stress efektif dilakukan untuk remaja
dalam mengurangi kecemasan baik itu pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.
Adapun persamaan antara penelitian (Putri & Bachri, 2022) dengan penelitian ini adalah terletak
pada permasalahan yang dicari yakni berkaitan dengan efektivitas penerapan terapi self talk terhadap
penurunan tingkat kecemasan meskipun penelitian sebelumnya mencari efektivitas dari dua variabel
yakni terapi self talk dan manajemen stres. Sedangkan perbedaan antara penelitian (Putri & Bachri,
2022) dengan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan dan subjek yang diteliti yakni
penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen dan subjek
yang diteliti adalah remaja, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif lapangan
dengan metode kuesioner dan wawancara dan subjek yang diteliti adalah mahasiswa.
Ketiga, penelitian yang ditulis oleh (Padilah et al., 2022) dengan judul: “Pengaruh Self Talk
Terhadap Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam yang Mengalami Kecemasan Berbicara Saat
Presentasi di Depan Kelas”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dan
korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang melakukan Self
Talk sebelum presentasi di depan kelas, tetapi ada juga sebagian mahasiswa yang tidak lagi

3
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

melakukan Self Talk untuk mengurangi kecemasannya sebelum berbicara di depan kelas. Mahasiswa
yang mengalami kecemasan ketika melakukan presentasi di depan kelas karena kurangnya
mempersiapkan diri, sehingga tertekan dan berdampak ketegangan yang membuat diri mahasiswa
tersebut merasa cemas. Adapun persamaan antara penelitian (Padilah et al., 2022) dengan penelitian
ini terletak pada variabel yang diteliti yakni berkaitan dnegan self talk dan kecemasan. Sedangkan
perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada pendekatan yang
digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dan korelasi
sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif lapangan dengan metode kuesioner
dan wawancara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat kecemasan pada mahasiswa IAIN
Cirebon. (2) Penerapan teknik self talk pada mahasiswa IAIN Cirebon. (3) Efektivitas teknik self talk
sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan pada mahasiswa IAIN Cirebon. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat secara ilmiah dalam pengembangan khazanah keilmuan di
bidang psikologi.

2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena mengingat data-data yang diperoleh
hanya bersifat gambaran keadaan yang dituangkan dalam kata-kata. Penelitian kualitatif adalah
salah satu metode untuk melakukan penelitian berdasarkan kajian yang khas dan unik (Yusanto,
2020). Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Metode pengamatan
penelitian lapangan (field research) dapat didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh informasi yang diperlukan secara langsung melalui pengamatan (Maros et al., 2016).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan
wawancara dan membagikan kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara
peneliti memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan yang tertulis untuk dijawab oleh responden
(Sugiono dalam Ayu, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti membagikan link kuesioner yang berisi 66
pernyataan melalui whatsapp dengan responden sebanyak 19 orang. Sedangkan teknik wawancara
merupakan cara sistematis untuk memperoleh informasi-informasi dalam bentuk pernyataan-
pernyataan lisan mengenai suatu obyek atau peristiwa pada masa lalu, kini, dan akan datang
(Pujaastawa, 2016). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada 4 orang mahasiswa
semester 6 yang ada di lingkungan IAIN Cirebon.
Selanjutnya, teknik analisis data memiliki tiga tahap, yaitu tahap reduksi data yang
dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir; tahap display data atau
penyajian data; dan kesimpulan atau verifikasi data (Miles dan Huberman dalam Rijali, 2019).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

4
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan tingkat kecemasan,
penerapan teknik self talk, serta efektivitas teknik self talk sebagai upaya untuk mengurangi anxiety
pada mahasiswa IAIN Cirebon diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan pada tanggal 20 Maret
2023 serta wawancara pada tanggal 3 April 2023. Adapun responden pada penelitian ini yaitu
mahasiswa IAIN Cirebon semester 6 dengan mengambil sampel sebanyak 19 orang.
Tingkat Kecemasan Mahasiswa IAIN Cirebon
Tingkat kecemasan mahasiswa IAIN Cirebon diperoleh berdasarkan jawaban atas kuesioner
yang sudah mereka isi. Berdasarkan atas jawaban yang ada pada kuesioner yang diisi oleh 19
responden pada tanggal 20 sampai 26 Maret 2023 didapatkan gambaran mengenai tingkat
kecemasan yang dialami oleh Mahasiswa IAIN Cirebon. Adapun hasil penelitian mengenai tingkat
kecemasan adalah sebagai berikut:

TINGKAT KECEMASAN
TIDAK CEMAS SANGAT BERAT
16% 5%
RINGAN BERAT
16% 32%

SEDANG
32%

SANGAT BERAT BERAT SEDANG


RINGAN TIDAK CEMAS

Diagram diatas menggambarkan tingkat kecemasan yang dialami oleh mahasiswa IAIN
Cirebon. Melalui pengisian kuesioner terkait tingkat kecemasan diperoleh 5% yang mengalami
kecemasan sangat berat atau panik, 31% yang mengalami kecemasan berat, 32% yang mengalami
kecemasan sedang, 16% yang mengalami kecemasan ringan, serta 16% yang tidak mengalami
kecemasan.
Tabel tingkat kecemasan mahasiswa IAIN Cirebon
No Tingkat Kecemasan Jumlah Mahasiswa
1. Tidak ada Kecemasan 3
2. Kecemasan Ringan 3
3. Kecemasan Sedang 6
4. Kecemasan Berat 6
5. Kecemasan Sangat Berat (Panik) 1

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 1 orang mahasiswa yang mengalami kecemasan
sangat berat (panik), 6 orang yang mengalami kecemasan berat, 6 orang yang mengalami kecemasan
sedang, 3 orang yang mengalami kecemasan ringan, serta 3 orang yang tidak mengalami kecemasan.
Adapun jenis kecemasan yang dialami dapat dilihat pada diagram berikut ini:

5
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

JENIS KECEMASAN
TIDAK MENGALAMI
JENIS APAPUN
16%

KOGNITIF FISIK
21% 47%

PERILAKU
16%

FISIK
PERILAKU
KOGNITIF
TIDAK MENGALAMI JENIS APAPUN

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa terdapat 47% mahasiswa yang mengalami
kecemasan fisik, 16% yang mengalami kecemasan perilaku, 21% yang mengalami kecemasan kognitif,
serta 16% mahasiswa tidak mengalami satu pun dari ketiga jenis kecemasan tersebut.
Tabel jenis kecemasan mahasiswa IAIN Cirebon
No Jenis Kecemasan Jumlah Mahasiswa
1. Fisik 9
2. Perilaku 3
3. Kognitif 4
4. Tidak mengalami jenis apapun 3

Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 9 orang mahasiswa yang mengalami kecemasan
fisik, 3 orang yang mengalami kecemasan perilaku, 4 orang yang mengalami kecemasan kognitif,
serta 3 orang yang tidak mengalami jenis kecemasan apapun.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan serta wawancara yang sudah dilakukan, kecemasan
terdiri dari tiga macam yang meliputi:
1. Kecemasan fisik
a. Perasaan cemas (ansietas), perasaan cemas ini ditandai dengan khawatir, firasat buruk,
takut akan pikiran sendiri, serta mudah tersinggung. Seseorang yang mengalami
kecemasan kerap kali merasa khawatir akan sesuatu yang belum terjadi, sering
berpikiran buruk terhadap dirinya sendiri, serta perasaannya cenderung sensitif. Hal
tersebut sebagaimana jawaban dari responden 1 yang menjawab “ya” pada pernyataan
yang terdapat pada kuesioner sebagaimana berikut: “saya merasa cemas ketika mendapat
tugas presentasi, takut jika tidak akan mendapat nilai yang bagus, dan takut ketika harus
presentasi di depan kelas karena otomatis akan bertemu dengan orang banyak”. Kecemasan juga
sering dialami ketika deadline tugas sudah dekat dan mereka khawatir tidak dapat
menyelesaikannya tepat waktu, serta khawatir jika nilai UTS dan UAS mereka tidak
sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat berpengaruh ke IPK. Sementara itu,

6
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

tanda-tanda kecemasan yang mereka alami diantaranya merasa pusing kemudian lebih
banyak diam. Hal tersebut sebagaimana jawaban dari saudari AN yang mengatakan
bahwa: “aku ngerasa cemas kalo ada deadline tugas aduh gimana takut gak bisa, takut tugas
belum selesai tapi waktunya abis, degdegan. Yang aku cemasin tuh kalo ada hal yang urgent dan
dadakan harus selesai hari ini, aduh bisa diwakilin engga, bisa jawab engga. Biasanya aku kalo
lagi cemas tuh lebih ke ngerasa pusing terus diem aja. Kalo misalnya aku lagi presentasi terus ada
orang yang menyanggah seolah-olah kaya menjatuhkan aku, aku ga tersinggung, biasa aja, selagi
apa yang dia utarakan itu benar. Kalo abis UTS atau UAS aku takut nilainya kecil karena itu kan
ngaruh ke IP kita dan takutnya nanti harus mengulang mata kuliah”. Selain itu, kecemasan
yang dialami juga berkaitan dengan karir yang akan digeluti di masa depan serta takut
tidak bisa setara dengan teman-teman sekelas dalam hal pendidikan. Ketika merasa
cemas, diantaranya ada yang menjadi malas melakukan apapun dan overthinking, mereka
juga malu ketika presentasi lalu ada orang lain yang jawabannya lebih logis dari jawaban
mereka. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh S yang menyatakan bahwa: “Aku
merasa cemas terhadap masa depan dan karir yang akan digeluti, cemas takut akan masalah itu
hal yang lazim. Kalau di pendidikan, aku takut tidak bisa setara dengan teman-teman sekelas.
Kalau lagi cemas, aku suka males melakukan apapun dan overthinking sama segala hal. Ketika
presentasi, aku tidak pernah merasa tersinggung jika ada yang menyanggah jawabanku selagi dia
menggunakan bahasa yang baik, , hanya malu aja ketika aku tidak bisa mempertahankan jawaban
atau jawaban dia lebih logis. Selain itu, aku juga selalu mikirin hal yang buruk sebelum hal buruk
itu terjadi”. Berkaitan dengan hal tersebut, kecemasan yang dialami juga diantaranya
cemas terhadap tugas, nilai akhir, serta cemas akan pencapaian masa depan. Adapun
efek dari kecemasan yang dialami membuat tubuh terasa lesu karena terlalu banyak
memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Hal tersebut diungkapkan oleh NA: “Aku cemas
terhadap tugas, nilai akhir, serta pencapaian masa depan, ketika ada orang yang mau menjatuhkan
jawabanku saat presentasi, di satu situasi aku merasa tersinggung tapi balik lagi dengan
sanggahan tersebut apakah dapat diterima atau tidak. Terus, badanku terasa lesu kalau aku terlalu
banyak memikirkan sesuatu yang belum terjadi”.(Kutipan hasil wawancara pada tanggal 3
April 2023 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon).
Dari kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami
berkaitan dengan kecemasan terhadap tugas, masa depan, serta nilai akhir yang akan sangat
berpengaruh pada IPK. Ketika seseorang mengalami kecemasan, beberapa diantaranya ada
yang merasa lesu karena terlalu banyak memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu
dipikirkan. Selain itu, kecemasan juga dapat menyebabkan mereka overthinking dan malas
melakukan apapun.
b. Ketegangan. Ketegangan adalah keadaan mental yang tidak pasti, cemas, bimbang, atau
ragu-ragu. Ketegangan ini ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, serta gelisah. Hal tersebut

7
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

sebagaimana jawaban dari responden 2 yang menjawab “ya” pada pernyataan yang
terdapat pada kuesioner sebagai berikut: “Tubuh saya terasa gemetar ketika presentasi di
depan kelas, merasa tegang ketika mendapat giliran berbicara saat presentasi, tidak dapat istirahat
dengan tenang ketika besok adalah jadwal saya untuk presentasi, merasa mudah terkejut dengan
hal-hal kecil karena pikiran mereka dipenuhi kecemasan, saya menjadi mudah menangis ketika
kesulitan mengerjakan tugas kuliah yang ada, serta merasa gelisah di malam harinya ketika besok
adalah jadwal untuk presentasi”. Ketegangan yang dirasakan juga ditandai dengan adanya
perasaan tidak tenang ketika ada tugas, serta jantung berdebar saat mendapat giliran
presentasi sementara dosen pengampu mata kuliahnya masuk dalam kategori dosen
killer juga partner presentasinya kurang berkontribusi ketika presentasi. Hal tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh AN: “Biasanya kalo ada tugas tuh aku gak tenang, kalo
nangis mah engga, aku gak mau kalo apa-apa nangis. Jadi lebih ke dipikirin diem-diem. Kalo
misalnya ada tugas tuh biasanya aku kerjain satu-satu sambil pusing sih. Kalo misalnya besok
adalah jadwal aku presentasi, aku mempersiapkan semampu aku, degdegan tuh dikit tergantung
dosen pengampunya. Kalo dosennya killer sama partner presentasinya gak mendukung atau
kurang banyak membantu dan malah beban ke kitanya ya aku degdegan.” . Selain itu,
diantaranya juga ada yang menjadi mudah menangis dan badmood ketika banyak tugas
serta merasa tidak tetang ketika besok adalah giliran presentasi di kelas sementara materi
yang akan dipresentasikan kurang dipahami. Hal tersebut dialami oleh S yang
menyatakan bahwa: ”Kalau lagi banyak tugas, aku jadi mudah menangis. Kadang badmood.
Kadang gak tau apa yang dinangisin tiba-tiba pengen nangis. Aku juga merasa gak tenang kalau
besok itu giliran aku presentasi, tapi untuk tidur aku tetap nyenyak. Aku juga merasa cemas kalau
materi yang dipresentasikan kurang dipahami”. (Kutipan hasil wawancara pada tanggal 3
April 2023 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon).

Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan


saat presentasi juga dipengaruhi oleh killer atau tidaknya dosen pengampu mata kuliah serta
kontribusi dari partner diskusinya, karena ketika partner diskusinya kurang banyak kontribusi
dan dosen pengampu mata kuliahnya killer itu menyebabkan seseorang merasa cemas. Selain
itu, ada juga yang merasa badmood dan tidak tenang ketika jadwal presentasi, terutama
apabila materi yang dipresentasikan kurang dipahami.
c. Ketakutan. Kecemasan fisik selanjutnya adalah ketakutan. Ketakutan ini meliputi
ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing,
ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, serta ketakutan
pada kerumunan orang banyak. Ketakutan tersebut sebagaimana jawaban dari
responden 3 yang menjawab “ya” pada pernyataan yang terdapat pada kuesioner
sebagaimana berikut: “saya merasa takut pada kegelapan, takut jika teman-teman saya sudah
selesai mengerjakan tugas sementara saya sendiri belum selesai, takut ketika harus bertemu
dengan orang asing di kampus,dan takut ketika harus presentasi didepan kelas karena pasti akan

8
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

banyak orang (teman-teman saya)” . Ketakutan juga merupakan salah satu ciri seseorang
sedang mengalami kecemasan. Ketakutan yang dirasakan oleh mahasiswa diantaranya
takut jika teman-temannya yang lain sudah berhasil menyelesaikan tugas sementara
mereka belum selesai, takut jika hanya mereka yang belum mengerjakan tugas apalagi
jika materi yang ditugaskan tersebut belum dipahami. Diantaranya juga ada yang merasa
malas jika harus berada di keramaian karena orang-orang pasti sibuk dengan urusannya
masing-masing sehinga mereka lebih senang jika berdiam diri di kamar. Hal tersebut
diungkapkan oleh AN, ia menyatakan bahwa: ““Kalo temen-temen udah ngerjain tugas, aku
takut ketinggalan, apalagi kalau akunya belum paham. Aku degdegan banget takutnya Cuma aku
sendiri yang belum ngerjain. Kalo di keramaian aku males banget, awal-awalnya kan rame, tapi
lama kelamaan mereka juga pada sibuk masing-masing jadi aku suka badmood jadi mendingan di
kamar aja tidur”. Selain AN, mahasiswa yang lain juga merasakan hal yang sama.
Diantaranya mereka merasa takut ketika teman-teman yang lain sudah berhasil
menyelesaikan tugas sementara mereka belum selesai, takut jika tugasnya tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Mereka juga ada yang merasa takut apabila harus bertemu
orang asing di kampus apalagi jika harus berada di keramaian karena dapat membuat
mereka capek dan tidak nyaman. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh S, ia
menyatakan bahwa: “Kalau temen-temen udah pada selesai mengerjakan tugas, aku takut. Itu
bikin sangat cemas takut gak terselesaikan. Tapi saya selalu berusaha mengerjakan tugas di awal-
awal. Aku juga ngerasa takut kalau harus ketemu orang asing di kampus, dan aku cape banget
kalau harus berada di keramaian karena aku orangnya introvert”. (Kutipan hasil wawancara di
IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April 2023).

Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ketakutan yang
dirasakan oleh seseorang salahsatunya adalah takut ditinggal sendiri yang mana ketakutan
ditinggal sendiri ini tampak ketika teman-teman responden sudah selesai mengerjakan tugas
yang ada sementara dia sendiri belum menyelesaikannya. Selain itu, responden penelitian
juga mengalami ketakutan pada keramaian sehingga menyebabkan ia tidak nyaman apabila
harus bertemu dengan orang banyak dan lebih memilih untuk diam di rumah.
2. Kecemasan Perilaku. Kecemasan perilaku berkaitan dengan perilaku menghindar, gelisah,
tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat, nafas pendek dan cepat, serta muka merah. Hal tersebut sebagaimana responden
4 yang menjawab “ya” pada pernyataanyang terdapat pada kuesioner sebagai berikut: “Saya
memilih untuk menghindar ketika dipercaya menjadi PJ Mata Kuliah, merasa gelisah ketika mendapat
tugas yang cukup sulit, tidak tenang saat belum mengerjakan tugas kuliah, mengerutkan dahi ketika
tidak mengerti pada suatu materi karena saya takut ditanya oleh dosen, serta saya merasa muka saya
menjadi tegang ketika ditunjuk oleh dosen untuk presentasi ataupun ditanya mengenai materi”.Selain
hal-hal yang sudah disebutkan diatas, kecemasan perilaku yang dialami juga seperti
menghindar ketika ditunjuk untuk menjadi PJ mata kuliah karena merasa dirinya kurang

9
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

mumpuni sedangkan PJ sering dianggap orang yang pintar oleh teman-teman yang lain.
Kecemasan perilaku yang lain juga adanya rasa gelisah ketika ditanya oleh dosen mengenai
materi secara random. Hal tersebut dirasakan oleh AN yang menyatakan bahwa: ”Sebenarnya
aku sering gak bersedia jadi PJ Mata Kuliah karena aku merasa bahwa aku belum mumpuni, karena
yang aku pikirin bahwa PJ Mata Kuliah tuh cerdas, tanggap, cekatan. Dan menurut aku sendiri, aku
ini orangnya gak tanggap dan kurang pinter sedangkan selaku PJ kan harus mengerti dan bisa
menjelaskan ke teman-teman apa yang diinstruksikan oleh dosen pengampunya. Biasanya aku kalau
jadi PJ tuh karena terpaksa gaada lagi orang yang mau, padahal aku melihat orang lain ada yang lebih
bisa daripada aku. Aku berharap setiap orang setidaknya pernah merasakan jadi PJ itu bagaimana
karena mereka juga kan berhak memimpin juga dan bukan hanya dipimpin. Kalau misalnya ditanya
sama dosen terkait materi yang diealajari secara random, selagi aku paham materinya aku gak
degdegan, Cuma kalau aku gak paham materinya, aku degdegan banget”. Perilaku menghindar
ketika menjadi PJ mata kuliah juga dirasakan oleh mahasiswa yang lain karena ia merasa
takut akan hal baru serta takut untuk mencoba. Diantaranya juga merasa takut ketika dosen
bertanya mengenai materi secara random karena ia tidak bisa berbicara secara spontan. Hal
tersebut diungkapkan oleh S yang menyatakan bahwa: “Kalau misalnya tiba-tiba ditanya oleh
dosen secara random, aku degdegan karena aku gak bisa ngomong spontan, jadi aku harus nyiapin
dulu apa yang mau diomongin. Kadang aku gak mau jadi PJ karena aku orangnya takut sama hal
baru, penakut, belum apa-apa udah takut”. (Kutipan hasil wawancara di IAIN Syekh Nurjati
Cirebon pada tanggal 3 April 2023)
Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
perilaku yang dialami oleh seseorang salahsatunya adalah perilaku menghindar ketika
dipercaya menjadi PJ mata kuliah. Hal itu disebabkan karena seseorang merasa takut
mencoba hal baru, merasa tidak pantas menajdi PJ karena pengetahuannya minim, serta
merasa bahwa dirinya kurnag tanggap dan pintar.
3. Kecemasan kognitif. Kecemasan kognitif merupakan kecemasan yang berkaitan dengan
gangguan kecerdasan seperti sukar konsentrasi, daya ingat buruk, serta daya ingat menurun.
Kecemasan kognitif dialami oleh responden 5 yang menjawab “ya” pada pernyataan yang
terdapat dalam kuesioner berikut: “Saya merasa sulit konsentrasi ketika belajar”. Selain itu, Hal
yang sama diungkapkan oleh S dimana ia merasa bahwa akhir-akhir ini daya ingatnya
menurun serta sulit untuk bisa konsentrasi sehingga ia susah mengingat materi kuliah. S
menyatakan bahwa: “Saya merasa sukar konsentrasi kalau lagi ada yang dipikirin, Aku juga merasa
akhir-akhir ini daya ingatku menurun dan aku gak tau karena apa. Makin kesini makin lama mikir
makin susah hafal, aku juga susah mengingat materi kuliah” Sementara itu, mahasiswa yang lain
merasa bahwa ia juga sedikit sulit mengingat materi kuliah karena kecemasan yang
dialaminya. Hal itu diungkapkan oleh NA: “Aku merasa sedikit sulit mengingat materi kuliah”
Hal yang sama pula dialami oleh FA. Akan tetapi, ia masih bisa konsentrasi ketika belajar
namun susah mengingat materi yang dipelajari. FA menyatakan bahwa:” Aku masih bisa

10
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

konsentrasi ketika belajar, namun aku merasa akhir-akhir ini aku sukar mengingat materi yang
dipelajari”. Selain itu, mahasiswa yang lain merasa daya ingatnya menurun dan sering lupa
karena ia kurang banyak membaca istigfar. Namun, ia tidak merasa kesulitan untuk
mengingat materi kuliah karena ia merasa enjoy (tidak dibawa tegang), hanya saja apabila
benar-benar tidak memperhatikan penjelasan dosen ia baru merasa tidak paham. Hal
tersebut diungkapkan oleh AN yang menyatakan bahwa: ”Aku merasa daya ingat aku menurun
kaya orang pikun, sering banget lupa, mungkin kurang banyak istigfar. Aku merasa gak sulit
mengingat materi kuliah karena kan gimana cara kita membuatnya enjoy aja, kan dosennya juga
enjoy-enjoy. Cuma kalau aku bener-bener gak merhatiin, baru aku gak paham”. (Kutipan hasil
wawancara di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April 2023).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan kognitif yang
dialami oleh sebagian mahasiswa IAIN Cirebon diantaranya adalah sulit untuk konsentrasi,
sukar mengingat materi serta daya ingat terhadap materi kuliah menjadi menurun.
Dari hasil wawancara terkait tigas aspek kecemasan diatas yaitu kecemasan fisik, perilaku, serta
kognitif dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa IAIN Cirebon merasa cemas ketika mereka
belum mengerjakan tugas sementara deadline pengumpulan tugas sudah dekat. Mereka juga
cenderung tidak suka berada di keramaian dengan alasan bosan sehingga memilih untuk berdiam
diri di kamar. Selain itu mayoritas mahasiswa juga menyatakan bahwa mereka merasa tidak tenang
dan takut ketika tugas belum terselesaikan dengan baik, sukar konsentrasi, serta daya ingat mereka
terhadap materi kuliah menjadi menurun.
Penerapan Teknik Self Talk
Adapun penerapan teknik self talk di kalangan mahasiswa IAIN Cirebon dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel Penerapan Teknik Self Talk
No Pernyataan SL S KK J TP
1. Saya merasa kecemasan saya berkurang ketika saya 28,6% 33,3% 33,3% 0% 14,3%
mengatakan “Saya adalah Mahasiswa yang cerdas, jadi
saya tidak perlu cemas karena saya pasti dapat menjawab
pertanyaan saat presentasi” pada diri sendiri
2. Saya merasa kecemasan saya berkurang saat mengatakan 38,1% 23,8% 33,3% 0% 4,8%
“Aku pasti bisa menyelesaikan tugas kuliah dengan baik”
pada diri sendiri
3. Kecemasan saya berkurang ketika saya mengatakan “Aku 23,8% 33,3% 28,6% 4,8% 9,5%
adalah mahasiswa yang rajin, jadi aku tidak akan menunda
untuk mengerjakan tugas yang ada”
4. Ketika saya mengatakan “Aku bisa menyelesaikan tugas 14,3% 47,6% 33,3% 0% 4,8%
kuliah dengan baik” saya merasa kecemasan saya

11
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

berkurang
5. Saya merasa lebih tenang saat mengatakan “Aku selalu 9,5% 19% 42,9% 23,8% 9,5%
belajar setiap hari, jadi aku tidak perlu takut untuk
mengemukakan pendapatku ketika diskusi karena aku
memahami materinya”
6. Saya merasa kecemasan saya berkurang saat mengatakan 14,3% 42,9% 33,3% 9,5% 0%
“Aku yakin bahwa Aku pasti bisa melakukan presentasi
dengan baik” pada diri sendiri
7. Saya mengatakan “Aku hebat!, Aku bisa!” setiap hari 23,8% 47,6% 19% 4,8% 4,8%
ketika akan mengerjakan tugas
8. Saya mengulang-ulang kalimat “Aku hebat!, Aku rajin!, 28,6% 19% 38,1% 9,5% 4,8%
Aku tidak takut ketika harus presentasi di depan kelas”
setiap hari sehingga rasa cemas saya berkurang

Tabel diatas menunjukkan seberapa sering mahasiswa IAIN Cirebon melakukan teknik
positif self talk untuk mengurangi kecemasannya. Dari tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
mahasiswa IAIN Cirebon terbiasa melakukan teknik self talk untuk mengurangi kecemasan yang
mereka alami. Hal ini terbukti pada pernyataan no 1,2,7, dan 8 dimana persentase mahasiswa yang
menjawab selalu dan sering itu lebih besar dari pada pilihan jawaban yang lain serta penerapan
teknik self talk yang mereka lakukan sudah sesuai dengan langkah-langkahnya.
Selain mengumpulkan data melalui kuesioner, peneliti juga mengumpulkan data melalui
wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Pertanyaan yang
diajukan mulai dari pengetahuan mereka terkait self talk, penerapannya, serta apakah ada efek yang
dirasakan ketika mereka melakukan self talk saat mengalami kecemasan.
1. Pengetahuan terkait self talk. Hal ini bertujuan untuk mendiagnosa pengetahuan dasar
mereka terkait self talk. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah mereka mengetahui apa
itu self talk. Kemudian, beberapa mahasiswa menjawab bahwa menurutnya self talk itu
berbicara dengan diri sendiri baik dalam hati ataupun diucapkan secara langsung
dengan bersuara. Hal tersebut diungkapkan oleh AN yang menyatakan bahwa:”Self talk
itu menurut pemahaman aku adalah ngomong sama diri sendiri entah itu diucapkan dengan
bersuara ataupun dalam hati dan pikiran”. Sementara itu, mahasiswa yang lain menyatakan
bahwa self talk itu adalah memberi sugesti positif terhadap diri sendiri. Menurut S: “ Self
talk itu semacam memberi sugesti positif kepada diri sendiri”. (Kutipan hasil wawancara di
IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April 2023).

Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa


mahasiswa IAIN Cirebon sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan self talk
berdasarkan pemahamannya masing-masing. Pemahaman mereka itu benar, bahwa self

12
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

talk merupakan teknik berbicara kepada diri sendiri baik dengan bersuara ataupun tidak
serta pembicaraannya tersebut dapat memberi sugesti positif kepada diri sendiri.
2. Penerapan self talk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah mereka pernah
melakukan self talk atau tidak, apakah self talk yang mereka lakukan adalah self talk positif
atau negatif, serta apakah ada perubahan yang dirasakan ketika mereka mengubah
kalimat negatif menjadi kalimat positif. Terkait dengan hal itu, beberapa mahasiswa
menerapkan self talk dalam kehidupan sehari-harinya dengan mengucapkan kalimat-
kalimat yang positif. Diantaranya juga merasa bahwa ketika ia mengubah kalimat negatif
yang biasa ia ucapkan menjadi kalimat positif, ia merasakan efek positifnya. Hal tersebut
diungkapkan oleh AN sebagaimana berikut: “Kalau aku lebih ke kebiasaan aja. Kalau lagi
nonton, ngomong sendiri. Lagi baca webtoon ngomong sendiri. Ya intinya buat meramaikan diri
sendiri aja. Kalau misalnya berbicara dalam hati itu kalau aku lagi merumuskan sesuatu. Aku
kalau lagi ngomong sama diri sendiri biasanya ngomong yang positif aja yang bisa bikin hati dan
pikiran tenang yang bisa buat kedepannya lebih baik. Aku pernah mengatakan bahwa “Aku gak
bisa” kemudian aku ubah menjadi “Aku belum bisa” hal itu bener-bener ada perbedaannya. Ketika
aku bilang aku gak bisa berarti aku mutlak ga bisa. Tapi, saat aku bilang aku belum bisa, ada
usaha-usaha yang ingin aku lakukan supaya aku menjadi bisa”. Selain itu, mahasiswa yang
lain juga menerapkan hal yang sama. Diantara mereka bahkan ada yang mengucapkan
kalimat-kalimat positif dalam frekuensi yang sering sehingga self talk sudah betul-betul
menjadi kebiasaannya. Kecemasan yang ia rasakan juga perlahan berkurang ketika ia
melakukan self talk. Efek lain yang dirasakan ketika sering berbicara positif terhadap diri
sendiri adalah lebih percaya diri dan yakin terhadap apa yang akan dilakukan. Hal
tersebut diatas diungkapkan oleh FA: “Saya sering berbicara positif terhadap diri sendiri.
Contohnya, ketika saya sudah melakukan kesalahan saya berusaha meyakinkan ke diri sendiri
kalau itu gak papa karena semua orangjuga pernah berbuat salah dan pernah gagal juga, yang
penting jangan diulangi lagi. Ketika saya mengatakan hal positif terhadap diri sendiri, ada
perubahan yang saya rasakan yaitu saya menjadi lebih percaya diri dan yakin dalam hal yang saya
lakukan. Saat merasa cemas, saya berbicara positif terhadap diri saya sendiri dan dengan
melakukan hal itu saya merasa kecemasan saya berkurang perlahan”. Sementara itu, mahasiswa
yang lain merasa ketika mereka melakukan self talk, diantaranya ada yang merasa lebih
semangat untuk melakukan suatu hal. Ia juga merasa bahwa kecemasannya berkurang
setelah melakukan self talk. Hal tersebut diungkapkan oleh NA, ia menyatakan: “Saya
pernah melakukan self talk positif dengan mengatakan “aku pasti bisa, kemarin bisa masa besok ga
bisa, justru besok harus lebih baik dari kemarin”, saat saya mengubah kalimat negatif menjadi
positif, ada perubahan yang saya rasakan. Perubahan tersebut yaitu saya menjadi lebih semangat
untuk melakukan suatu hal. Saya juga merasa kecemasan saya berkurang saat melakukan self
talk”. Selain itu, mahasiswa yang lain diantaranya ada yang menerapkan self talk dalam
kehidupan sehari-harinya dengan cara meyakinkan diri bahwa apa yang kita pikirkan

13
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

belum tentu benar-benar terjadi dan meyakinkan diri bahwa apaun yang terjadi adalah
atas kehendak tuhan. Hal tersebut dikemukakan oleh S, menurut S: “Saya sering
meyakinkan diri sendiri kalau apa yang akan kita hadapi tidak seburuk yang kita kira dan
meyakinkan diri bahwa apa yang terjadi itu atas kehendak tuhan”. (Kutipan hasil wawancara di
IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April 2023)

Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa


mahasiswa IAIN Cirebon terbiasa melakukan self talk dengan cara meyakinkan diri
bahwa kita bisa melakukan sesuatu dan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif yang ada.
Selain itu, self talk dapat membuat seseorang menjadi lebih percaya diri dalam
melakukan sesuatu.
3. Manfaat self talk saat mengalami kecemasan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
self talk yang mereka lakukan ketika mengalami kecemasan dapat membantu mengurangi
kecemasannya atau tidak. Berdasarkan hal itu, diantara mahasiswa ada yang merasa
bahwa setelah ia menerapkan teknik self talk kemudian ada jalan keluar atas kecemasan
yang dialami, maka kecemasannya berkurang. Hal tersebut diungkapkan oleh AN, ia
mengungkapkan bahwa: “Kalau aku sedang merasa cemas, biasanya aku berpikir yang positif-
positif aja dan mencari jalan keluarnya. Sebenarnya kecemasan yang aku rasakan berkurang saat
ada jalan keluarnya, tapi kalau tidak ada jalan keluarnya ya tetep aja cemas. Aku berusaha
menerapkan dalam diri bahwa aku harus selalu berpikir positif atau terkadang aku tulis kalimat
positif di buku juga” Sementara itu, mahasiswa yang lain merasa setelah ia menerapkan
teknik self talk, ia menjadi lebih maksimal dalam melakukan sesuatu dan yakin bahwa
apa yang dilakukannya tidak sia-sia. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh
NA: “Saya juga merasa bahwa ada perubahan ketika saya melakukan self talk, yakni saya menjadi
lebih maksimal dalam melakukan sesuatu dan meyakini bahwa apa yang kita lakukan tidak sia-
sia”. (Kutipan hasil wawancara di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April
2023)

Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa salahsatu


manfaat self talk yaitu mampu mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh individu.
Selain itu, self talk juga mampu membuat individu menjadi lebih maksimal dalam
melakukan sesuatu.

Efektivitas Teknik Self Talk


Berdasarkan hasil penelitian pada tujuan yang kedua, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
IAIN terbiasa melakukan teknik self talk untuk mengurangi kecemasannya serta mayoritas dari
mereka merasa bahwa kecemasannya menjadi berkurang setelah melakukan teknik self talk. Dengan
demikian, maka teknik self talk efektif untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh Mahasiswa
IAIN Cirebon. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh S yang menyatakan bahwa self talk itu efektif
untuk mengurangi kecemasan dikarenakan kendali diri kita ada pada mindset kita sendiri serta jika

14
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

bukan kita yang berusaha berpikir positif tentang diri kita sendiri lantas mau siapa lagi. S
menyatakan bahwa: “Teknik Self Talk efektif untuk mengurangi kecemasan karena kendali diri kita ada pada
mindset kita. Kalau bukan kita yang berpikir positif tentang diri kita, siapa lagi?” Senada dengan S, teknik
self talk efektif untuk mengurangi kecemasan karena dengan melkukan self talk yang positif maka
pikiran negatif kita akan teralihkan. Hal tersebut dikemukakan oleh FA, ia menyatakan
bahwa:”Teknik self talk efektif untuk mengurangi kecemasan karena bisa mengalihkan pikiran kita”. (Kutipan
hasil wawancara di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April 2023)
Selain kedua pendapat diatas, selain dengan self talk, kecemasan yang kita alami juga dapat
berkurang apabila kita mendapat dukungan sosial baik dari teman sebaya ataupun orangtua yang
dapat mengingatkan kita untuk terus berpikir positif. Hal tersebut sebagaimana jawaban dari AN
yang mengemukakan bahwa: “Self talk itu cukup efektif dalam mengurangi kecemasan, namun kita tetep
butuh dukungan sosial juga. Jadi, ketika kita sendiri sedang merasa cemas, yaudah kita berpikir untuk
melakukan self talk aja. Karena ujungnya tetap kita sendiri yang tau jalan keluar atas kecemasan kita”.
(Kutipan hasil wawancara di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 3 April 2023)
Dengan demikian, berdasarkan hasil kuesioner dan hasil wawancara yang sudah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa teknik self talk efektif untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh
Mahasiswa IAIN Cirebon.

PEMBAHASAN
Tingkat Kecemasan
Setiap orang mengalami kecemasan terhadap hal yang berbeda dan juga tingkat yang
berbeda. Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi (Asni,
2014). Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat
akan ditimpa musibah padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
Menurut Dailey (Apriliana et al., 2019) Kecemasan bermanifestasi dalam banyak cara, termasuk rasa
takut akan masa depan pada tingkat kognitif, ketegangan otot pada tingkat somatovisceral, dan
penghindaran situasional pada tingkat perilaku. kecemasan merupakan hal yang normal pada setiap
individu selama tingkat kecemasannya rendah (Apriliana et al., 2019). Akan tetapi, walaupun
kecemasan merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan tidak boleh dibiarkan karena
lama kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan kecemasan
akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari
(Asni, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada Mahasiswa IAIN Cirebon
berada pada kategori sedang dengan persentase 32%. Kecemasan yang mereka alami mayoritas
adalah kecemasan fisik yang ditandai dengan khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung, merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, mudah terkejut, mudah
menangis, gemetar, gelisah, ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang

15
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, serta ketakutan pada
kerumunan orang banyak.
Menurut Hall dan Lindzey dalam Hanifati (2017) kecemasan adalah ketegangan yang
dihasilkan dari ancaman terhadap keamanan baik nyata maupun imajinasi biasa. Jadi, tidak
selamanya kecemasan yang timbul itu disebabkan oleh situasi yang berbahaya secara nyata, akan
tetapi situasi tersebut dirasa berbahaya karena pikiran seseorang yang menganggapnya menjadi
berbahaya. Sedangkan menurut Gail dalam Putri & Bachri (2022) cemas atau anxiety merupakan
respons emosional terhadap suatu penilaian, kekhawatiran tidak jelas dan menyebar, berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan yang dirasakan ini merupakan
efek dari kecemasan yang tidak bisa diatasi oleh seseorang. Jika seseorang mampu mengatasi
kecemasan yang dirasakannya, maka ia tidak akan merasa tidak berdaya.
Menurut Kartono dalam Ramadhani (2022) kecemasan merupakan suatu ketakutan yang
tidak bisa diidentifikasikan dengan satu sebab khusus sehingga sangat mempengaruhi wilayah-
wilayah penting dari kehidupan seseorang. Kecemasan yang dialami oleh seseorang tidak dapat
diketahui sebab spesifiknya sehingga kerap kali tidak dapat dihindari oleh siapapun. Akan tetapi,
kecemasan tersebut dapat dikurangi. Adapun menurut Barlow dan Durand (2006) dalam Kesuma &
Jannah (2015) kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala
ketegangan jasmani, dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau
kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
Dari berbagai pengertian kecemasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan
suatu respon emosional terhadap kekhawatiran dan ketakutan yang tidak jelas penyebabnya dan
dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya apabila kecemasan tersebut tidak dapat diatasi oleh
seseorang.
Kecemasan yang dialami individu sangat beragam dan berbeda antar satu dengan lainnya.
Diantara kecemasan yang dialami oleh mahasiswa adalah kecemasan untuk berbicara di depan kelas
(presentasi), kecemasan untuk bertemu dengan orang banyak, serta kecemasan ketika ia berada di
keramaian. Salah satu situasi yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan adalah ketika ia
berada di depan kelas. Kecemasan ini sering dialami oleh para pembelajar dengan berbagai gejala
yang dirasakan baik secara fisiologis maupun bilologis (Hanifati, 2017). Karakteristik utama
kecemasan meliputi gangguan pada kognitif, afektif dan fisiologis, namun kecemasan terhadap ujian
lebih berpotensi mengganggu siswa secara akademis (Hidayati, 2018). Tingkat kecemasan dapat
menurunkan motivasi dan prestasi akademik (Zulaifi, 2022). Jika tingkat kecemasan seseorang itu
rendah, maka motivasi dan prestasi akademiknya akan tinggi. Sebaliknya, jika tingkat kecemasan
seseorang itu tinggi maka motivasi dan prestasi belajarnya akan rendah.
Terdapat tanda-tanda ketika seseorang mengalami kecemasan. Nevid dalam Hanifati (2017)
mengemukakan bahwa ciri kecemasan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu fisik, behavioral, dan kognitif.
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan berikut ini:
1. Fisik

16
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

Ciri-ciri fisik seseorang yang mengalami kecemasan dapat dilihat seperti gelisah atau gugup,
tangan atau anggota tubuh bergetar, sensai dari pita ketat dan mengikat di sekitar dahi, pori-pori di
sekitar perut atau dada menjadi kencang, banyak keringat, pening, mulut atau kerongkongan
menjadi kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung berdebar kencang, jari-jari
atau anggota tubuh menjadi dingin, pusing, malas dan mati rasa, sulit menelan, sensasi terkesan
tercekik, sakit perut atau mual, wajah memerah, badan terasa panas dan dingin.
2. Behavioral

Ciri-ciri perilaku seseorang yang mengalami kecemasan dapat dilihat seperti perilaku
menghindar, perilaku melekat dan dependen, serta perilaku terguncang.
3. Kognitif

Ciri-ciri kognitif seseorang yang mengalami kecemasan dapat dilihat seperti khawatir
tentang sesuatu, perasaan terganggu terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa depan, keyakinan
bahwa sesuatu mengerikan akan terjadi, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada pada
sensasi ketubuhan, takut akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia akan mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semua tidak
dapat dikendalikan, khawatir terhadap hal yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama
secara berulang-ulang, kebingungan, berpikir akan segera mati, sulit berkonsentasi, serta khawatir
akan ditinggal sendiri.
Penerapan Teknik Self Talk
Melihat fenomena yang ada di kampus, yaitu banyaknya mahasiswa yang mengalami
kecemasan, maka perlu adanya upaya untuk menangani permasalahan tersebut. Oleh karena itu,
untuk menangani permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan yang berbasis pada
pembiasaan perilaku atau behavioral. Salah satu teknik behavioral yaitu dengan menggunakan
teknik self talk. Self-talk adalah salah satu teknik dari REBT (Rational-Emotive Behavior Therapy)
yang menyatakan bahwa “orang membuat berbagai tuntutan yang tidak masuk akal terhadap dirinya
sendiri” hingga mengakibatkan berbagai gangguan psikologis pada dirinya. Dan self-talk menjadi
landasan individu terkait keyakinannya terhadap dirinya sendiri ( Bradley T. Erford dalam Ulfa,
2022). Menurut Ananda (Putri & Bachri, 2022) Teknik atau terapi self talk berpengaruh dalam
menurunkan kecemasan remaja saat ini dengan nilai p value < 0.05. Hackford and Schwenkmezger
dalam Putri & Bachri (2022) menyatakan bahwa Self Talk adalah dialog individu pada dirinya sendiri
dimana dia menafsirkan perasaan dan persepsinya, serta mengatur dan mengubah keyakinannya,
serta juga memberikan intruksi dan penguatan bagi dirinya.
Self Talk secara bahasa berasal dari bahasa inggris, Self adalah diri, sendiri, dirinya (sendiri),
dapat mengatur sendiri. Dan Talk berarti percakapan, pembicaraan, perbincangan, ceramah,
omongan, kabar angin, desas-desus, berbicara, hal yang dibicarakan dan teguran Self talk adalah cara
kita berdialog dengan inner voice diri sendiri saat menghadapi berbagai macam situasi. Self- talk yang
dapat kita lafalkan baik dalam hati maupun dengan suara lantang akan menjadi sebuah sugesti untuk
diri. Sejatinya, self-talk membantu diri sendiri menjadi lebih sadar dalam berpikir, merasa, dan

17
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

bertindak (Ramadhani, 2022). Self-talk merupakan suatu pembicaraan internal yang terstruktur,
berasal dari dan ditujukan kepada diri sendiri sebagai bentuk gambaran pemikiran mengenai
individu dan dunianya sebab seringkali self-talk seorang individu dipengaruhi oleh yang dikatakan
orang-orang tentang dirinya (Burnett dalam Marhani et al., 2018).
Self Talk terbagi menjadi dua macam yaitu positive self talk dan negative self talk. Positive self-talk
adalah suatu cara seseorang untuk menangani pesan negatif yang ia sampaikan kepada dirinya
sendiri. Sedangkan negative self-talk biasanya bersifat self- defeating (merusak diri sendiri) dan
didominasi oleh pesimis dan rasa cemas ( Bradley T. Erford dalam Ulfa, 2022). Oleh karena itu, jika
seseorang melakukan positive self-talk pada dirinya sendiri, maka ia kemungkinan besar akan tetap
mempunyai motivasi untuk mencapai tujuannya. Adapun manfaat dari positive self talk ialah dapat
memberi perasaan yang menenangkan dan juga memberikan suasana hati yang baik pada diri sendiri
(Widiyastuti, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa IAIN Cirebon sudah terbiasa melakukan
self talk positif untuk mengurangi kecemasan yang mereka rasakan, hal ini terbukti karena self talk
positif bermanfaat untuk memberi perasaan hati yang tenang dalam keadaan tubuh yang lelah
sehingga dapat meningkatan kualitas penampilan,kepercayaan diri dan motivasi diri (Ramadhani,
2022). Orang yang tidak percaya diri dan orang yang cemas merasa bahwa mereka tidak bisa
melakukan sesuatu. Dalam self talk seseorang bisa berbicara dengan dirinya sendiri, berusaha
menyakinkan dirinya bahwa saya mampu atau tidak mampu melakukan sesuatu (Ramlan et al.,
2022). Oleh karena itu, Self talk dapat dimanfaatkan untuk membangun diri dan membangun
kompetensi baru, dengan menggunakannya sebagai mekanisme pertahanan saat menghadapi
masalah (Yusuf & Haslinda, 2019). Self-talk sebagai konstrak multidimensional terdiri atas dimensi
valensi, keterbukaan, interpretasi motivasional, fungsi, dan frekuensi (Hidayat, 2011).
Menurut Young dalam (Yusuf & Haslinda, 2019) sebuah cara yang populer untuk
mengurangi self talk negatif adalah dengan metode melawan. Ada empat langkah yang terlibat dalam
metode ini adapun langkah- langkahnya sebagai berikut: a). Mengidentifikasi self talk negatif, b).
Kontradiksi pikiran, c). Membuat pernyataan diri yang positif, dan d). Self monitoring
Jadi, cara menerapkan self talk dimulai dari mengidentifikasi self talk negatif yang muncul,
kemudian melakukan kontradiksi pikiran dalam arti membuat lawan dari self talk negatif tersebut,
setelah itu membuat pernyataan diri yang positif baik melalui ucapan, dalam hati, ataupun melalui
tulisan, dan yang terakhir melakukan self monitoring berdasarkan pernyataan negatif yang sudah
diubah menjadi positif.
Wulandari dalam (Wahyuni, 2016) mengungkapkan bahwa syarat yang harus dipenuhi
dalam menuliskan kalimat positive self talk adalah:
1) Bicara dalam kalimat atau bahasa yang positif. Misalnya,”saya seorang anak yang percaya diri”
(bukan “mulai besok saya akan mengembangkan kepercayaan diri”)
2) Present tense : “sekarang, saya siswa yang percaya diri” (bukan “mulai besok saya akan belajar
menjadi siswa yang percaya diri”)

18
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

3) Bersifat pribadi :”saya siswa yang percaya diri”, (bukan “kami siswa yang percaya diri”).
4) Persistent, lakukan pengulangan secara terus yang terus menerus.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan teknik
self talk ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: penggunaan bahasa atau kalimat yang
harus bersifat positif, harus mendukung diri sepenuhnya, tidak boleh membohongi diri sendiri ,dan
harus realistis. Berdasarkan cara penerapan teknik self talk diatas dapat disimpulkan pula bahwa
mahasiswa IAIN Cirebon melakukan teknik self talk sesuai dengan teori yang ada. Ketika mereka
merasakan kecemasan kemudian muncul self talk negatif dalam dirinya, mereka berusaha
mengalihkan self talk negatif yang muncul menjadi self talk positif (kontradiksi pikiran). Setelah itu,
mereka mengganti self talk negatif tersebut dengan self talk positif dan terus menerus mengulanginya
sampai kecemasan yang dirasakannya berkurang.

Efektivitas Teknik Self Talk Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Kecemasan


Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, mahasiswa merasa
kecemasannya berkurang setelah menerapkan teknik positif self talk. Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti ini didukung oleh hasil penelitian lain seperti yang dilakukan oleh
(Ramadhani, 2022) yang berjudul “Penerapan teknik Self Talk Untuk Mengurangi Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Siswa Di SMA Negeri 2 Camba”. Dari penelitian yang sudah dilakukan,
peneliti menemukan bahwa penerapan teknik self talk dapat mengurangi kecemasan berbicara
didepan umum siswa. Penelitian serupa dilakukan oleh (Zulaifi, 2022) hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa teknik self talk efektif digunakan dalam mengurangi
kecemasan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti juga sama seperti hasil pada penelitian
yang telah dilakukan oleh (Nurul et al., 2022) yang berjudul “Efektivitas Positive Self Talk Therapy
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan, Stress, dan Depresi Remaja Perempuan Desa Jipurapah”
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji SPSS, positive self-talk therapy
terbukti menurunkan tingkat kecemasan, stress, dan depresi pada remaja perempuan di desa
Jipurapah Kecamatan Plandaan Kabupaten jombang. Penelitian ini menunjukkan bahwa self talk yang
positif terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan, stres, dan depresi.
Sesuatu dapat dikatakan efektif apabila tujuan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan pemahaman dan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, merupakan bukti bahwa
penerapan teknik self-talk sudah pernah digunakan dalam mengurangi kecemasan seseorang.
Namun, dalam penelitian ini dieksplorasi lebih lanjut tentang efektivitas teknik self-talk dalam
mengurangi tingkat kecemasan pada mahasiswa di IAIN Cirebon.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat disimpulkan
bahwa tingkat kecemasan yang dialami oleh mahasiswa IAIN Cirebon berada pada tingkat kecemasan sedang

19
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

dengan persentase sebesar 32% sedangkan sisanya berada pada tingkat kecemasan ringan,berat, serta tidak ada
kecemasan sama sekali. Adapun jenis kecemasan yang dialami oleh mahasiswa IAIN Cirebon adalah kecemasan
fisik yang ditandai oleh perasaan takut, gemetar, serta gelisah. Sedangkan penerapan teknik self talk di kalangan
mahasiswa IAIN Cirebon sudah sesuai dengan teori yang ada yakni dimulai dari mengidentifikasi self talk
negatif, membuat kontradiksi pikiran yang tadinya negatif menjadi positif, menetapkan self talk positif serta self
mentoring dengan cara melakukan self talk positif secara terus menerus. Responden penelitian juga merasakan
manfat dari penerapan teknik self talk ini, beberapa diantaranya merasa lebih percaya diri dan yakin terhadap
apa yang akan dilakukannya serta merasa kecemasannya berkurang setelah melakukan self talk. Dengan
demikian, teknik self talk efektif untuk mengurangi kecemasan pada mahasiswa IAIN Cirebon.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan hanya membahas mengenai
efektivitas teknik self talk dalam mengurangi kecemasan pada mahasiswa. Sementara itu, saran yang ingin
penulis sampaikan adalah bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai efektivitas
teknik self talk sebagai upaya untuk mengurangi stres dan depresi pada mahasiswa supaya dapat memberi
pengetahuan baru tentang bagaimana manfaat self talk untuk mengurangi stres dan depresi serta supaya
penelitian yang dilakukan tidak hanya pada satu aspek saja.

DAFTAR PUSTAKA
Apriliana, I. P. A., Suranata, K., Dharsana, I. K., & Dkk. (2019). Mereduksi Kecemasan Siswa
Melalui Konseling Cognitive Behavioral. Indonesian Journal of Educational Counseling, 3(1),
21–30. https://doi.org/10.30653/001.201931.46
Asni, N. (2014). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Fikes
UMP Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan. Skripsi, 19–22.
Ayu, A. (2013). Metode Penelitian. Repository Universitas Katolik Soegijapranata, 53(9), 28–38.
http://repository.unika.ac.id/13381/4/12.30.0248 Amanda Ayu Dany BAB III.pdf
Hanifati, S. (2017). Self Talk dan Visual Image Pada Siswa yang Mengalami Kecemasan Berbicara
Di Depan Kelas SMP Negeri 5 Purbalingga. Skripsi, 13–24.
Hidayat, Y. (2011). Reviu self-talk: Konsep, dimensi, dan perspektif teori. Jurnal Kepelatihan
Olahraga, 3(1), 65–76.
Hidayati, N. A. (2018). Pelatihan Kebersyukuran Untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi
Ujian Siswa Sekolah Dasar. Skripsi, 1–8.
Kesuma, F. F. W., & Jannah, M. (2015). Pengauh Self Talk Terhadap Kecemasan Atlet Senam
Ritmik. Character, 03(2), 1–5.
Marhani, I., Sahrani, R., & Monika, S. (2018). Efektivitas Pelatihan Self Talk Untuk Meningkatkan
Harga Diri Remaja Korban Bullying (Studi pada Siswa SMP X Pasar Minggu). Inspiratif
Pendidikan, 7(1), 11–21. https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4929
Maros, F., Elitear, J., Tambunan, A., Koto, E., Kominfo, K., Iii, A., & Utara, U. S. (2016). Penelitian
Lapangan (Field Research). Academia, 2–25.
Nurul, Karomah, F., Tri, I., Elfina, I., & Nazilatul, L. (2022). Efektivitas Positive Self Talk Therapy
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan, Stress, Dan Depresi Remaja Perempuan Desa
Jipurapah. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 7(4), 28–32.

20
Jurnal Psikologi Tabularasa
Fakultas Psikologi UNMER Malang

Padilah, Nada, A., Fajaruddin, M., Dinata, P. M., Saragi, & Sahputra, D. (2022). Pengaruh Self Talk
Pada Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Yang Mengalami Kecemasan Berbicara Saat
Presentasi Di Depan Kelas. Journal On Teacher Education, 4(2), 1431–1437.
Pujaastawa, I. B. G. (2016). Teknik Wawancara Dan Observasi Untuk Pengumpulan Bahan
Informasi. Universitas Udayana, 4(3), 4–10.
Putri, M., & Bachri, Y. (2022). Efektifitas Penerapan Terapi Self Talk Dan Manajemen Stres
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Remaja. Jurnal Keperawatan Jiwa, 10(1), 23–28.
Ramadhani, F. (2022). Penerapam Teknik Self Talk Untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara Di
Depan Umum Siswa Di SMA negeri 2 CAMBA. Eprints.Unm, 2(3), 1–10.
Ramlan, A. N. A., Thalib, S. B., & Harum, A. (2022). Penerapan Teknik Self Talk Dalam
Mengurangi Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Pada Siswa SMP Negeri 39 Bulukumba.
Pinisi Journal of Art, Humanity & Social Studies, 2(2), 1–6.
Rijali, A. (2019). Analisis Data Kualitatif. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), 81.
https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.2374
Tambunan, S. (2018). Pengaruh Konseling Self Talk Terhadap Tingkat Kecemasan. Jurnal
Madaniyah, 8(1), 41–52.
Ulfa, I. (2022). Konsep Positive Self Talk Di Dalam Al- Qur’an. Skripsi, 19–27.
Wahyuni, N. (2016). Penerapan Teknik Self Talk Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Di
SMP Negeri 18 Makassar. Skripsi, 1–23.
Widiyastuti, P. A. (2014). Efektivitas Metode Positive Self Talk Terhadap Peningkatan
Kepercayaan Diri Pada Siswa Kelas VIII SMP N 4 Karanganom. Skripsi, 19–25.
Yusanto, Y. (2020). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific Communication
(Jsc), 1(1), 1–13. https://doi.org/10.31506/jsc.v1i1.7764
Yusuf, A., & Haslinda. (2019). Implementasi Teknik Self Talk Untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 PANGKEP. Dikdas Matappa : Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar
In English Language Teaching, 2(1), 158–166.
Zulaifi, R. (2022). Efektifitas Konseling Kelompok Dengan Teknik Self-Talk Untuk Mengurangi
Tingkat Kecemasan Akademik Siswa Kelas X Smkn 2 Mataram. Realita : Jurnal Bimbingan
Dan Konseling, 7(2), 1718. https://doi.org/10.33394/realita.v7i2.5911

21

You might also like