You are on page 1of 17

1.

Pengertian Amr
Amr secara bahasa terambil dari masdar -‫ یأمر‬-‫أمرا‬
‫ أمر‬yang artinya perintah. Adapun menurut istilah
berarti:

‫إلى اْألَدْنَى‬
َ ‫طلَبُ ال ِف ْعـ ِل مِ نَ اْأل َ ْعلَى‬
َ : ‫األمر‬

Artinya : “ Amr adalah tuntutan melakukan pekerjaan


dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.”
Yang lebih tinggi kedudukannya adalah Syaari’
(Allah Swt atau Rasul-Nya) dan kedudukan yang lebih
rendah adalah mukallaf. Jadi amar adalah perintah
Allah atau Rasulnya kepada mukallaf untuk melakukan
suatu pekerjaan. Jika tuntutan melakukan pekerjaan itu
datangnya dari yang lebih rendah kepada yang lebih
tinggi kedudukannya, maka disebut do’a atau
permohonan.
2. Pengertian Nahi
Nahi secara Bahasa, bentuk masdar dari -‫ ینھي‬-‫نھي‬
‫ نھیا‬yang artinya mencegah atau melarang. Adapun
secara istilah berarti:

‫طلَبُ التَّرْ كِ مِ نَ االَ ْعلَى اِلَى االَدْنَى‬


َ ‫ي ه َُو‬
ُ ‫النَ ْھ‬

Artinya: “Nahi adalah tuntutan meninggalkan


perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah.”
Kedudukan yang lebih tinggi disini adalah Syaari’
(Allah swt atau Rasul-Nya) dan kedudukan yang lebih
rendah adalah mukallaf. Jadi nahi adalah larangan yang
datang dari Allah atau Rasul-Nya kepada mukallaf.
A. Bentuk-Bentuk Lafaz Amr dan Nahi
1. Bentuk-bentuk Lafaz Amr
Untuk mengetahui bentu amr (perintah) dalam
Bahasa Arab. Maka ada beberapa bentuk kata yang
telah dirumuskan oleh ahli Bahasa sebagai lafaz yang
menunjukkan perintah. Bentuk-bentuk tersebut antara
lain:
a. Fi’il Amr
Contoh:
Q.s Al-Baqarah Ayat 43

َ‫الر ِك ِعیْن‬ َّ ‫ص ٰلوةَ َو ٰاتُوا‬


ّٰ ‫الز ٰكوةَ َوارْ َكعُ ْوا َم َع‬ َّ ‫َواَقِ ْی ُموا ال‬

Artinya: “Dan laksanakanlah salat,


tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang
yang rukuk.” (Q.S Al-Baqarah: 43)

b. Fi’il Mudhori’ yang didahului dengan huruf


lam amr
Contoh:
Q.S Ali-Imran ayat 104
ِ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ا ُ َّمةٌ یَّدْع ُْونَ اِلَى ْال َخی ِْر َو َیأ ْ ُم ُر ْونَ ِب ْال َم ْع ُر ْوف‬
ٰٰۤ ُ
َ‫ولىِٕكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُح ْون‬ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر ۗ َوا‬
َ َ‫َویَ ْن َھ ْون‬
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S Ali-
Imran: 104)

c. Isim Fi’il Amr


Contoh:
Q.S Al-Maidah ayat 105

َ ‫س ُك ْم ۚ َال یَض ُُّر ُك ْم َّم ْن‬


‫ض َّل اِذَا‬ َ ‫ٰیٰٓاَیُّ َھا الَّ ِذیْنَ ٰا َمن ُْوا‬
َ ُ‫علَ ْی ُك ْم اَ ْنف‬

َ‫ّٰللا َمرْ ِجعُ ُك ْم َجمِ ْی ًعا فَیُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْع َملُ ْون‬
ِ ّٰ ‫ا ْهتَدَ ْیت ُ ْم ۗ اِلَى‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!


Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu
tidak akan membahayakanmu apabila kamu
telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah
kamu semua akan kembali, kemudian Dia
akan menerangkan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maidah: 105)

d. Isim Masdhar pengganti Fi’il


Contoh:
Q.S Al-Baqarah ayat 83
َ ّٰ ‫ي اِس َْر ٰۤاءِ ْی َل َال تَ ْعبُد ُْونَ ا َِّال‬
‫ّٰللا َوبِ ْال َوا ِلدَی ِْن‬ ْٰٓ ِ‫َواِذْ اَ َخذْنَا مِ ْیثَاقَ بَن‬
‫اس ُح ْسنًا‬ ِ َّ‫سانًا َّوذِى ْالقُرْ بٰى َوالیَتمٰ ى َوال َمسٰ ِكی ِْن َوقُ ْول ْوا لِلن‬
ُ ْ ٰ ْ َ ْ‫اِح‬
‫الز ٰكو ۗةَ ث ُ َّم ت ََولَّ ْیت ُ ْم ا َِّال قَ ِلی ًًْل ِم ْن ُك ْم َواَ ْنت ُ ْم‬
َّ ‫ص ٰلوةَ َو ٰاتُوا‬ َّ ‫َّواَقِ ْی ُموا ال‬
َ‫ُّم ْع ِرض ُْون‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-
baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia,
laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.”
Tetapi kemudian kamu berpaling
(mengingkari), kecuali sebagian kecil dari
kamu, dan kamu (masih menjadi)
pembangkang.” (Q.S Al-Baqarah: 83)
e. Kalimat Khabar (berita) bermakna Insya
(Perintah)
Contoh:
Q.S Al-Baqarah ayat 228
...‫طلَّ ٰقتُ َیت ََربَّصْنَ ِبا َ ْنفُ ِس ِھنَّ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ٰۤ ْو ۗء‬ َ ‫َو ْال ُم‬
Artinya: “ Dan para istri yang diceraikan
(wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga
kali quru'…” ( Q.S Al-Baqarah: 228)
f. Fi’il Madhi atau Mudhori’ yang mengandung
arti perintah
‫ب‬
َ ‫و َج‬,
َ ‫َب‬ َ ‫فَ َر‬,‫أَ َم َر‬
َ ‫ َكت‬,‫ض‬
Contoh:
Q.S Al-Baqarah ayat 183

‫علَى‬ ِ ‫علَ ْی ُك ُم‬


َ ‫الصیَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫ِب‬ َ ‫ٰیٰٓاَیُّ َھا الَّ ِذیْنَ ٰا َمن ُْوا ُكت‬
َ‫الَّ ِذیْنَ مِ ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!


Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa,” (Q.S Al-Baqarah: 183)

2. Bentuk-bentuk Lafaz Nahi


Dalam bahasa Arab bentuk-bentuk larangan
(Nahy) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Fi’il Mudhori yang didahului oleh lam nahi
Contoh:
Q.S Al-Isra ayat 32
َ ‫سا ٰٓ َء‬
‫سبِی ًل‬ َ ِ‫ٱلزن ٰ َٰٓى ۖ إِنَّ ۥهُ كَانَ ٰفَح‬
َ ‫شةً َو‬ ۟ ‫َو َال تَ ْق َرب‬
ِ ‫ُوا‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati
zina, sesungguhnya zina adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (Q.S Al-Isra: 32)
b. Fi’il Mudhori yang didahului oleh lam nafi
dalam asrti nahi
Contoh:
Q.S Al-Waqiah ayat 79
َ‫ط َّھ ُر ۡون‬َ ‫َّال َی َمس ُّٰۤه ا َِّال ۡال ُم‬
Artinya: ”Tidak ada yang menyentuhnya
selain hamba-hamba yang disucikan.” (Q.S
Al-Waqiah: 79)
c. Lafaz-lafaz yang mengandung arti larangan
seperti
ْ‫ذَر‬, ْ‫اُتْ ُرك‬,ْ‫ دَع‬,‫ نَ َھى‬,‫َح َر َم‬
Contohnya:
Q.S An-Nahl ayat 115
ِ ّٰ ‫علَ ْی ُك ُم ْال َم ْیتَةَ َوالد ََّم َولَحْ َم ْالخِ ْن ِزی ِْر َو َما ٰٓ ا ُ ِه َّل ِلغَی ِْر‬
‫ّٰللا‬ َ ‫اِنَّ َما َح َّر َم‬
‫غف ْو ٌر َّرحِ ْی ٌم‬ ُ َ ّٰ َّ‫عاد فَاِن‬
َ ‫ّٰللا‬ َ ‫غی َْر بَاغ َّو َال‬ ُ
َ ‫ضط َّر‬ ْ ‫بِ ۚه فَ َم ِن ا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging
babi, dan (hewan) yang disembelih dengan
(menyebut nama) selain Allah, tetapi
barangsiapa terpaksa (memakannya) bukan
karena menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S An-
Nahl: 115

B. Contoh-Contoh Lafaz Amr dan Nahi


1. Contoh Lafaz Amr
a. Q.S Al-Maidah ayat 38
َ ‫طعُ ْٰٓوا اَ ْی ِدیَ ُھ َما َجزَ ٰۤا ًۢ ًء بِ َما َك‬
َ‫سبَا نَك ًَاال ِمن‬ َ ‫َّارقَةُ فَا ْق‬ ِ ‫َّار ُق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
‫ع ِزی ٌْز َح ِك ْی ٌم‬
َ ُ ‫ّٰللا‬
ّٰ ‫ّٰللا َۗو‬
ِ ّٰ

Artinya: “Adapun orang laki-laki maupun


perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang
mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Mahaperkasa, Maha bijaksana.” (Q.S
Al-Maidah:38)

b. Q.S An-Nisa ayat 4


ُ‫ش ْيء ِم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُ ْوه‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫س ٰۤا َء‬
َ ‫صد ُٰقتِ ِھنَّ نِحْ لَةً ۗ فَا ِْن طِ بْنَ لَ ُك ْم‬ َ ِ‫َو ٰاتُوا الن‬
‫َهنِ ٰۤ ْیـًٔا َّم ِر ٰۤ ْیـًٔا‬
Artinya: “Dan berikanlah maskawin (mahar)
kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika
mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
(maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah
dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.”
(Q.S An-Nisa:4)

c. Q.S Al-Ahzab ayat 50


‫اج ِھ ْم‬ ْٰٓ ِ‫علَ ْی ِھ ْم ف‬
ِ ‫ي اَ ْز َو‬ َ ْ‫قَد‬
ْ ‫ع ِل ْمنَا َما فَ َر‬
َ ‫ضنَا‬
Artinya: “…Kami telah mengetahui apa yang Kami
wajibkan kepada mereka tentang istri-istri
mereka...” (Q.S Al-Ahzab: 50)

2. Contoh Lafaz Nahi


a. Q.S Al-A’raf ayat 56
َّ‫ط َمعً ۗا اِن‬
َ ‫ض بَ ْعدَ اِص ًَْلحِ َھا َوادْع ُْوهُ خ َْوفًا َّو‬ َ ْ ‫َو َال ت ُ ْف ِسد ُْوا فِى‬
ِ ْ‫االر‬
َ‫ّٰللا قَ ِریْبٌ مِ نَ ْال ُمحْ ِسنِیْن‬
ِ ّٰ َ‫َرحْ َمت‬
Artinya:“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada
orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S Al-A’raf: 56)

b. Q.S Al-Baqarah ayat 188

‫َو َال تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْینَ ُك ْم بِ ْالبَاطِ ِل َوتُدْلُ ْوا بِ َھا ٰٓ اِلَى ْال ُح َّك ِام ِلتَأ ْ ُكلُ ْوا فَ ِر ْیقًا‬

َ‫االثْ ِم َواَ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬


ِ ْ ِ‫اس ب‬
ِ َّ‫مِ ْن اَ ْم َوا ِل الن‬

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta di


antara kamu dengan jalan yang batil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada
para hakim, dengan maksud agar kamu dapat
memakan sebagian harta orang lain itu dengan
jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (Q.S Al-
Baqarah:188)

c. Q.S An-Nisa Ayat 23


...‫علَ ْی ُك ْم ا ُ َّمھٰ ت ُ ُك ْم َوبَ ٰنت ُ ُك ْم‬
َ ْ‫ُح ِر َمت‬

Artinya: “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-


ibumu, anak-anakmu yang perempuan…” (Q.S
An-Nisa:23)

C. Kaidah-Kaidah Lafaz Amr dan Nahi

1. Kaidah Lafaz Amr


a. Amr menunjukkan hukum wajib
‫ص ُل فِ ْي ْاأل َ ْم ِرل ِْل ُوج ٌْوب‬
ْ َ ‫اَ ْأل‬
“Pada asalnya Amr itu menunjukkan hukum wajib”

Maksudnya bahwa bentuk amr pada dasarnya


menunjukkan hukum wajib, selama tidak ada
qarinah (indikasi) yang memalingkan dari hukum
wajib. Menurut jumhur ulama, amr itu secara
hakikat menunjukkan wajib dan tidak bisa
berpaling pada arti lain, kecuali bila ada qarinah
(petunjuk lain) yang menunjukkan bahwa lafadz
amr itu tidak wajib.

Contohnya:

َّ ‫ص ٰلوةَ َو ٰاتُوا‬
َ‫الز ٰكوة‬ َّ ‫َواَقِ ْی ُموا ال‬

Artinya: “Dirikanlah shalat dan keluarkanlah


zakat.” (Q.S. an-Nisa: 77)
Jika shighat amr ada qarinah, baik qarinah
muttashil (menyatu) ataupun qarinah munfasil
(terpisah), atau adanya dalil lain yang
menunjukkan selain hukum wajib maka shighat
amr tersebut harus diarahkan kepada hukum
tersebut yaitu hukum mubah atau sunnah.
Contoh ayat:
‫َواَ ْش ِھد ُْٰٓوا اِذَا تَبَایَ ْعت ُ ْم‬
Artinya : “dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli..” (QS. Al Baqarah:282).
Hukum menghadirkan saksi dalam jual beli
adalah sunnah. Bukan diarahkan hukum wajib,
karena ada qarinah munfashilah berupa dalil /
riwayat bahwa Rasulullah saw pernah melakukan
jual beli tanpa menghadirkan saksi. Sehingga
perintah ini bukan wajib tapi sekedar sunnah.
Di samping itu Amr juga memiliki makna lain,
antara lain:
1) Untuk Do’a, seperti:
َ َ ‫عذ‬
‫اب‬ َ ‫سنَةً َّوقِنَا‬ ٰ ْ ‫سنَةً َّوفِى‬
َ ‫االخِ َرةِ َح‬ َ ‫َربَّنَا ٰٓ ٰاتِنَا فِى الدُّ ْنیَا َح‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬
Artinya: “…“Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka.” (Q.S Al-Baqarah: 201)
2) Untuk petunjuk, Seperti dalam ayat :
ٰۤ
َ ‫ٰٰۤیـاَیُّ َھا الَّ ِذیْنَ ٰا َمن ٰۤ ُْوا اِذَا تَدَایَ ْنت ُ ْم بِدَیْن ا ِٰلى اَ َجل ُّم‬
‫س ًّمى فَا‬
ۗۗ ُ‫ْكتُب ُْوه‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang
beriman! Apabila kamu melakukan utang-
piutang untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya.” (Q.S
Al-Baqarah:282)
3) Untuk ancaman, seperti dalam ayat:
َ َ‫اِنَّ الَّ ِذیْنَ ی ُْلحِ د ُْونَ فِ ٰۤ ْي ٰا ٰیتِنَا َال یَ ْخف َْون‬
‫علَ ْینَا ۗۗ اَفَ َم ْن ی ُّْل ٰقى‬

‫فِى النَّا ِر َخی ٌْر اَ ْم َّم ْن یَّأْتِ ٰۤ ْي ٰامِ نًا ی َّْو َم ْال ِق ٰی َم ِة ۗۗ اِ ْع َملُ ْوا َما‬

ِ ‫ِشئْت ُ ْم ۗ اِنَّه ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ َب‬


‫ص ْی ٌر‬

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang


yang mengingkari tanda-tanda
(kebesaran) Kami, mereka tidak
tersembunyi dari Kami. Apakah orang-
orang yang dilemparkan ke dalam neraka
yang lebih baik ataukah mereka yang
datang dengan aman sentosa pada hari
Kiamat? Lakukanlah apa yang kamu
kehendaki! Sungguh, Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan."(QS. Fussilat
41: Ayat 40)

4) Ta’jiz (‫ ) للتعجیز‬artinya melemahkan.


Seperti dalam ayat :
ۗۖ ‫فَأْت ُ ْوا بِس ُْو َرة ِم ْن ِمثْلِه‬
Artinya: “Buatlah satu surat (saja) yang
semisal dengan al-Qur’an itu.” (Q.S Al-
Baqarah :23)
5) Tafwidl (‫ )للتفویض‬artinya menyerah.
Seperti dalam ayat:
‫اض‬ۗ َ‫ض َما ٰٓ اَ ْنتَ ق‬ ِ ‫فَا ْق‬
Artinya: “Putuskanlah apa yang hendak
kamu putuskan.” (QS, Thaha: 72)
6) Talhif (‫ )للتلھیف‬artinya menyesal. Seperti
dalam ayat:
ۗ ‫قُلْ ُم ْوت ُ ْوا بِغَیْظِ ُك ْم‬
Artinya: ”Katakanlah (kepada mereka)
“Matilah kamu karena kemarahanmu itu.”
(QS. Ali Imran:119)
7) Tahyir (‫ )للتخییر‬artinya memilih. Seperti
dalam syair:
‫من شاء فلیبخل ومن شاء فلیجد كفا نى نذاكم عن جمیع‬
‫الخطاب‬
Artinya :”Barang siapa kikir,kikirlah,
siapa mau bermurah hati, perbuatlah.
Pemberian tuhan mencukupi kebutuhan
saya.” (Syair Bukhaturi kepada Raja)
8) Taswiyah (‫ )التسویة‬artinya persamaan.
Seperti dalam ayat;
‫ادخلوها فاصبروا اوال تصبروا‬
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (neraka)
maka boleh kamu sabar dan boleh kamu
tidak sabar, itu semua sama saja bagimu.”

b. Amr tidak menunjukkan untuk berulang-ulang


ِ ‫ص ُل فِ ْي ْاأل َ ْم ِر َال یَ ْقت‬
َ ‫َضى الت َّ ْك َر‬
‫ار‬ ْ َ ‫اَ ْأل‬
“Perintah itu pada dasarnya tidak menghendaki
pengulangan”

Maksud kaidah ini ialah bahwa perintah itu jika


telah dilakukan, maka tidak perlu diulang Kembali.
Pelaksanaan perintah harus diulang sesuai terulang
munculnya syarat atau sifat. Contohnya:

‫اط َّھ ُر ْو ۗا‬


َّ َ‫َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬

Artinya: “..dan jika kamu junub Maka mandilah..”(


QS. Al maidah :6)

Perintah bersuci digantungkan pada syarat “ jika


mengalami junub”. Sehingga dengan demikian
pelaksanaan bersuci harus diulang setiap terjadi
junub.
c. Amr tidak menunjukkan untuk bersegera
‫َضى ْالف َْو َر‬
ِ ‫ص ُل فِ ْي ْاأل َ ْم ِر الَ یَ ْقت‬
ْ َ ‫ْاأل‬
“Perintah pada asalnya tidak menghendaki
kesegeraan”

Maksud kaidah di atas bahwa sebuah perintah


tidak harus dilakukan secara segera. Karena
pelaksanaan sebuah perintah bukan terletak pada
kesegeraannya tetapi berdasarkan kepada
kesempurnaan dan kesiapan untuk melakukan
perintah itu. Contohnya:
َ ‫ع ٰلى‬
ۗ ‫سفَر فَ ِعدَّة ٌ ِم ْن اَیَّام اُخ ََر‬ َ ‫فَ َم ْن كَانَ مِ ْن ُك ْم َّم ِر ْیضًا اَ ْو‬
Artinya: “Barang siapa di antara kamu ada yang
sakit atau sedang dalam bepergian jauh, hendaklah
mengqada puasa itu pada hari yang lain.”(Q.S Al-
Baqarah : 184)
d. Amr dengan wasilah-wasilahnya
َ ‫ش ْئ أَ ْم ٌر بِ َو‬
‫سا ءِ ِل ِه‬ َّ ‫اَ ْأل َ ْم ُر بِال‬
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga
perintah mengerjakan wasilahnya”

Maksudnya , memerintahkan sebuah perbuatan


wajib berarti memerintahkan sesuatu yang menjadi
penyempurna perbuatan wajib tersebut. Misalnya
Wudlu menjadi syarat syari bagi shalat. Maka
perintah shalat berarti perintah melakukan wudhu
e. Amr yang menunjukkan kepada larangan
ِ ‫ع ْن‬
‫ض ِد ِه‬ َ ‫ي‬ َّ ‫اَ ْأل َ ْم ُربِال‬
ٌ ‫ش ْئ نَ ْھ‬
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti larangan
terhadap kebalikannya”.

Maksud kaidah ini adalah jika ada sebuah


perintah berarti dilarang untuk mengerjakan
lawannya. Contohnya:
‫ع ٰلى َرس ُْولِه‬ ِ ّٰ ِ‫ٰیٰٓاَیُّ َھا الَّ ِذیْنَ ٰا َمن ُْٰٓوا ٰامِ ن ُْوا ب‬
ِ ‫اّٰلل َو َرس ُْولِه َو ْال ِك ٰت‬
ْ ‫ب الَّ ِذ‬
َ ‫ي ن ََّز َل‬
ۗ ‫ِي اَ ْنزَ َل مِ ْن قَ ْب ُل‬ ِ ‫َو ْال ِك ٰت‬
ْٰٓ ‫ب الَّذ‬
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman!
Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya.” (Q.S An-Nisa: 136)

f. Amr sesudah larangan


ِ ْ ُ‫اَ ْأل َ ْم ُربَ ْعد َْالنَ ْھي ِ یُ ِف ْید‬
َ‫اْلبَا َحة‬
“Perintah sesudah larangan menunjukkan
kebolehan.”

Maksud kaidah diatas ialah jika kita


diperintahkan untuk mengerjakan sesuatu padahal
sebelumnya ada larangan untuk mengerjakan
sesuatu padahal sebelumnya ada larangan untuk
melakukannya, maka mengerjakan perintah itu
hukumnya boleh. Contohnya adalah ziarah kubur
‫ارةِ اْلقُب ُْو ِر‬ َ ‫ نَ َھ ْیت ُ ُك ْم‬: ‫سل َم‬
َ َ‫ع ْن ِزی‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْی ِه َو‬ َ ‫قَا َل َرس ُْو ُل هللا‬
‫فَ ُز ْو ُر ْوهَا‬
Artinya: ““Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku pernah melarang kalian berziarah
kubur, sekarang berziarahlah.”(HR. Muslim)
2. Kaidah Lafaz Nahi
a. Nahi menunjukkan haram
ْ َ ‫اَ ْأل‬
‫ص ُل فِى النَّ ْھ ِى لِلتَّحْ ِری ِْم‬
“Pada asalnya nahi itu menunjukkan haram”

Menurut jumhur ulama, berdasarkan kaidah ini,


apabila tidak ada dalil yang memalingkan nahi,
maka tetaplah ia menunjukkan hukum haram.
Contohnya: Larangan meminum khamr
‫ص ٰلوةَ َواَ ْنت ُ ْم س ُٰك ٰرى َحتّٰى تَ ْعلَ ُم ْوا َما‬ َّ ‫ٰیٰٓاَیُّ َھا الَّ ِذیْنَ ٰا َمن ُْوا َال تَ ْق َربُوا ال‬
‫س ِبیْل َحتّٰى تَ ْغتَ ِسلُ ْوا َۗوا ِْن ُك ْنت ُ ْم مَّرْ ضٰ ٰٓ ى‬ َ ‫ي‬ َ ‫تَقُ ْولُ ْونَ َو َال ُجنُبًا ا َِّال‬
ْ ‫عا ِب ِر‬
‫س ٰۤا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا‬ ‫الن‬ ‫م‬ ُ ‫ت‬‫س‬
َ ِ ُ ْ َ ْ ِ‫ِٕط‬ ‫م‬ ٰ
‫ل‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ى‬ ٰۤ
‫َا‬ ‫غ‬ ْ
‫ال‬ َ‫ن‬ ِ‫سفَر اَ ْو َج ٰۤا َء اَ َ مِ ْ م‬
‫م‬ ُ
‫ك‬ ْ
‫ن‬ ٌ ‫د‬ ‫ح‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫اَ ْو‬
َ ّٰ َّ‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْی ِد ْی ُك ْم ۗ اِن‬
َ‫ّٰللا كَان‬ َ
َ ‫ص ِع ْیدًا طیِبًا فَا ْم‬ َ ‫َم ٰۤا ًء فَتَیَ َّم ُم ْوا‬
‫غفُ ْو ًرا‬
َ ‫عفُ ًّوا‬ َ

Artinya: “Wahai orang yang beriman! Janganlah


kamu mendekati salat ketika kamu dalam keadaan
mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu
ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid
ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar
melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi
junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam
perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha
Pemaaf, Maha Pengampun.” (Q.S An-Nisa:43)

Kadang-kadang nahi (larangan) digunakan


untuk beberapa arti (maksud) sesuai dengan
perkataan itu, antara lain :

1) Karahah (‫ )الكراهه‬kemakruhan atau dibenci


syariat:
‫وال تصلوا فى اعطا ن االبل (رواه احمد والترمیذ‬
Artinya: “Janganlah mengerjakan shalat
di tempat peristirahatan unta.”(HR.
Ahmad dan at-Thirmidzi)

Larangan dalam hadits ini tidak


menunjukkan haram, tetapi hanya makruh
saja, FIKIH - Kurikulum 2013 67 karena
tempatnya kurang bersih dan dapat
menyebabkan shalatnya kurang khusyu’
sebab terganggu oleh unta
2) Do’a (‫ )الدعاء‬permohonan, yaitu menuntut
sesuatu dari orang yang kedudukannya
lebih rendah kepada orang atau dzat yang
lebih tinggi:
َ‫غ قُلُ ْو َبنَا َب ْعدَ اِذْ َهدَ ْیتَنَا َوهَبْ لَنَا مِ ْن لَّدُ ْنك‬
ْ ‫َربَّنَا َال ت ُ ِز‬
ْ
ُ‫َرحْ َمةً ۚاِنَّكَ اَ ْنتَ ال َو َّهاب‬
Artinya : Ya Tuhan kami! Janganlah
Engkau jadikan kami cenderung kepada
kesesatan setelah Engkau beri petunjuk
kepada kami.” (QS. Ali Imran : 8)

Perkataan janganlah itu tidak


menunjukkan larangan, melainkan
permintaan/ permohonan hamba kepada
Tuhanya
3) Irsyad ( ‫ )االرشاد‬artinya bimbangan atau
petunjuk:
‫ع ْن اَ ْشیَ ٰۤا َء ا ِْن ت ُ ْبدَ لَ ُك ْم‬
َ ‫ٰیٰٓاَیُّ َھا الَّ ِذیْنَ ٰا َمن ُْوا َال تَسْـَٔلُ ْوا‬
َ ۗ ‫ع ْن َھا حِ یْنَ یُن ََّز ُل ْالقُرْ ٰا ُن ت ُ ْبدَ لَ ُك ْم‬
‫عفَا‬ َ ‫تَسُؤْ ُك ْم َۚوا ِْن تَسْـَٔلُ ْوا‬
‫غفُ ْو ٌر َح ِل ْی ٌم‬ ّٰ ‫ع ْن َھا َۗو‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ُ‫ّٰللا‬
ّٰ
Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu menanyakan
(kepada Nabimu) hal-hal yang jika
diterangkan kepadamu (justru)
menyusahkan kamu. Jika kamu
menanyakannya ketika Al-Qur'an sedang
diturunkan, (niscaya) akan diterangkan
kepadamu. Allah telah memaafkan
(kamu) tentang hal itu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyantun.” (Q.S Al-
Maidah: 101)

Larangan ini hanya merupakan


pelajaran, agar jangan menanyakan
sesuatu yang akan memberatkan diri kita
sendiri
4) Tahqir (‫ )التحقیر‬artinya meremehkan atau
menghina:
‫ع ْینَیْكَ ا ِٰلى َما َمت َّ ْعنَا بِهٰٓ اَ ْز َوا ًجا ِم ْن ُھ ْم‬
َ َّ‫َال تَ ُمدَّن‬
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali kamu
menunjukkan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami
berikan kepada beberapa golongan di
antara mereka (orang-orang kafir).”
(QS.al-Hijr : 88)
5) Tay’is (‫ )التءیس‬artinya putus asa:
‫َال تَ ْعتَذ ُِروا ْالیَ ْو ۗ َم‬
“Dan janganlah engaku membela diri
pada hari ini (hari kiamat).” (QS.at-
Tahrim : 7)
6) Tahdid ( ‫ ) التھدید‬mengancam
7) I’tinas (‫ )االءتناس‬menghibur
b. Larangan sesuatu, suruhan bagi lawannya
ِ ِ‫ش ْيءِ اَ ْم ٌرب‬
‫ض ِد ِه‬ َّ ‫ع ِن ال‬ َ ‫ى‬ ُ ‫اَلنَّ ْھ‬
“Larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan
kebalikannya”
ِ ّٰ ‫َال ت ُ ْش ِركْ ِب‬
ۗ ‫اّٰلل‬
“Janganlah kamu mempersekutukan Allah … (QS.
Luqman, 13)
Ayat ini mengandung perintah mentauhidkan
Allah, sebagai kebalikan larangan mensekutukan-
Nya.
c. Larangan yang mutlak
‫َضى الد ََّو ِام فِى َجمِ یْحِ ْاالَ ِزمِ نَ ِة‬ ْ ‫ى ْال ُم‬
ِ ‫طلَ ُق یَ ْقت‬ ُ ‫اَلنَّ ْھ‬
“Larangan yang mutlak menghendaki
berkelanjutan dalam sepanjang masa”

Suatu larangan jika dimutlakkan tanpa dibatasi


maka menuntut untuk ditinggalkan selamanya
sepanjang masa. Contoh larangan berbuat
mendekati zina berlaku selamanya dan kapan saja.
d. Larangan dalam urusan ibadah
‫ت‬ َ ‫سا ِد ْال ُم ْن ِھى‬
ِ ‫ع ْنهُ فِى ِعبَا دَا‬ َ َ‫علَى ف‬ ُ ‫النَّ ْھ‬
َ ‫ى یَدُّ ُّل‬
“Dalam beribadah, larangan menunjukkan
rusaknya (batalnya) perkara yang dilarang.”

Larangan dalam ibadah ada yang berkaitan


langsung dengan dzatnya ibadah/ bagian dari
ibadah (syarat, rukun) atau sesuatu yang melekat
dalam ibadah ( mulazimul ibadah). Larangan yang
berkatan dengan hal tersebut, menunjukkan hukum
batalnya ibadah. Contoh: • Larangan shalat/ puasa
bagi perempuan yang sedang haidl. Larangan ini
berkaitan langsung dengan shalat/ puasa, maka
hukumnya tidak sah shalatnya / puaanya.
• Larangan puasa pada hari raya (ied), karena ada
larangan berpaling dari hidangan Allah. Berpaling
dari hidangan Allah saw melekat pada puasa.
Dengan berpuasa pasti berpaling. Maka puasa di
hari ied tidak sah dan haram hukumnya.

You might also like