You are on page 1of 13

JKEP (Jurnal Keperawatan)

Vol 8, No 1, Mei 2023


ISSN: 2354-6042 (Print)
ISSN: 2354-6050 (Online)

Perilaku Phubbing dengan Kecerdasan Emosional Remaja


pada Remaja SMA

Titi Sulastri*, Khansa Khairunnisa, Santun Setiawati, Eviana S Tambunan,


Yupi Supartini, Ratna Ningsih
Poltekkes Kemenkes Jakarta III, Indonesia
*email: titi.sulastri64@gmail.com

Artikel history
Dikirim, Jun 30th, 2022
Ditinjau, May 3rd, 2023
Diterima, May 19th, 2023

Copyright © 2023 Authors

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0


International License.

ABSTRACT
Background: The phenomenon of phubbing is often found where a person is too engrossed on
his smartphone so they don't care about the other person they are interacting with. The impact of
this phubbing behavior makes a person unable to control his emotions and has emotional feelings
that change easily because he feels that he has been controlled by his smartphone. The purpose
of this study was to determine the relationship between the characteristics of the respondents and
phubbing behavior with the emotional intelligence of adolescents. Methods: This research is a
quantitative study with a correlational analytic approach. The sampling method was carried out
using a stratified random sampling technique. The population of this study was 781 students,
sample are 108 students. The independent variable is individual characteristics and phubbing
behavior, the dependent variable is emotional intelligence. Data collection using the Generic
Scale of Phubbing (GSP) questionnaire and the Trait Emotional Intelligence Questionnaire
Adolescent Short Form (TEIQue-ASF). Data Analysis are Chi-Square, Mann Whitney, and
Spearman Correlation with a significance level of α = 0.05. Results: 53.7% of respondents had
phubbing at a moderate level and 56.5% of respondents had moderate emotional intelligence.
There is a significant relationship between phubbing behavior and adolescent emotional
intelligence (p=0.004), but there is no significant relationship between gender and age with
emotional intelligence (p>0.05). Conclusion: There is a relationship between phubbing behavior
and emotional intelligence, but there is no relationship between the characteristics of the
respondents and emotional intelligence. In order to maintain adolescent emotional intelligence,
adolescents need to avoid phubbing behavior when interacting or communicating with friends
Keywords: teenagers; phubbing; emotional intelligence level

15
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 16

ABSTRAK
Latar Belakang: Fenomena phubbing yang sering dijumpai dimana seseorang terlalu asik
memainkan smartphone-nya sehingga tidak peduli dengan lawan bicara yang sedang berinteraksi
dengannya. Dampak dari perilaku phubbing ini membuat seseorang tidak dapat mengontrol
emosinya dan memiliki perasaan emosional yang mudah berubah karena merasa sudah diatur oleh
smartphone-nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
responden dan perilaku phubbing dengan kecerdasan emosional remaja. Metode: Penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik korelasional. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Populasi penelitian ini sebanyak 781
siswa dengan besar sampel 108 siswa. Variable bebas adalah karakteristik individu dan perilaku
phubbing, variable terikat adalah kecerdasan emosional. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner, yaitu kuesioner Generic Scale of Phubbing (GSP) dan Trait Emotional Intelligence
Questionnaire Adolescent Short Form (TEIQue-ASF). Analisis menggunakan Chi-Square, Mann
Whitney, dan Spearman Correlation dengan tingkat signifikansi α = 0.05. Hasil: 53.7%
responden memiliki keparahan phubbing pada tingkat sedang dan 56.5% responden memiliki
kecerdasan emosional sedang. Terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan antara perilaku
phubbing dengan kecerdasan emosional remaja (p=0.004), namun tidak terdapat hubungan atau
perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan usia dengan kecerdasan emosional (p >0.05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perilaku phubbing dengan kecerdasan emosional, namun
tidak ada hubungan antara karakteristik responden dengan kecerdasan emosional. Agar
kecerdasan emosional remaja tetap terjaga, remaja perlu menghindari perilaku phubbing saat
berinteraksi atau berkomunikasi dengan teman
Kata kunci: remaja; phubbing; tingkat kecerdasan emosional

PENDAHULUAN tingkat pendidikan pengguna smartphone


Pusat pengumpulan data dan statistik global terbanyak adalah di tingkat SMA/sederajat
telah melakukan survei pada Februari 2020 mencapai 35,25%. Masa pandemi saat ini
dan menyatakan bahwa jumlah pengguna membuat smartphone menjadi sangat
smartphone telah mencapai 3 miliar dengan berperan penting dalam dunia pendidikan
jumlah pengguna terbanyak di negara China, (Maknuni, 2020).
India, dan Amerika Serikat. Sedangkan,
Indonesia merupakan negara dengan Sebuah jurnal menyebutkan beberapa
peringkat keempat jumlah pengguna manfaat dari media smartphone sebagai
smartphone terbanyak (O’dea, 2020). media belajar, pusat informasi, alat
Menurut laporan “Statistik Telekomunikasi komunikasi, dan alat untuk menambah
2020” jumlah pengguna smartphone sudah wawasan. Selain manfaat dari smartphone,
mencapai 170,4 juta pengguna, artinya terdapat dampak negatif dari penggunaan
sebanyak 61,7% dari total populasi di smartphone ini. Ketika penggunaan
Indonesia adalah pengguna smartphone. smartphone menjadi berlebihan akan
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa membuat pengguna selalu bergantung pada
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 17

teknologi ini (Billieux et al., 2015). kecerdasan emosional pada anak usia remaja
Akibatnya, apabila seseorang selalu SMA belum ditemui.
mengecek smartphone-nya maka akan METODE PENELITIAN
timbul perilaku phubbing pada orang Desain penelitian ini adalah penelitian
tersebut (Hura et al., 2021). kuantitatif dengan pendekatan analitik
korelasional. Metode pengambilan sampel
Phubbing ialah istilah yang digunakan untuk dilakukan dengan teknik stratified random
memperlihatkan sikap tidak menghargai sampling. Populasi penelitian ini sebanyak
lawan bicara dengan lebih fokus memainkan 781 siswa dengan besar sampel 108 siswa.
smartphone secara berlebihan (Hanika, Proses pengambilan sampel diambil dengan
2015). Sebuah penelitian menyebutkan cara melakukan pengocokan sebanyak
bahwa phubbing dapat berdampak ke sejumlah sampel dari data responden yang
kesehatan fisik, mental/emosional, dan telah terkumpul. Instrumen yang digunakan
sosial. Informan dalam penelitian tersebut dalam penelitian ini yaitu kuesioner Generic
mengungkapkan bahwa phubbing Scale of Phubbing (GSP) dan Trait
menimbulkan rasa iri, sedih karena melihat Emotional Intelegence Questionare
kenikmatan hidup orang lain dan Adolescent Short Form (TEIQue-ASF).
membandingkan dengan kondisi hidup Kedua kuesioner tersebut telah dilakukan uji
sendiri. Dampak yang lebih parah, beberapa validitas dan reliabilitas. Pengumpulan data
informan menyatakan phubbing dapat dilakukan peneliti dengan mengunjungi
menimbulkan depresi dan menurunnya sekolah tujuan dan datang ke setiap kelas
harga diri karena rasa sedih yang timbul untuk melakukan pengarahan pengisian
sampai membuat seseorang menangis kuesioner melalui link google form yang
sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa diberikan oleh peneliti. Data yang terkumpul
tidak berharga, dan kehilangan kepercayaan selanjutnya akan di analisis univariat dan
diri (Amelia et al., 2019). Tujuan penelitian bivariat menggunakan aplikasi pengolah
ini untuk mengetahui hubungan perilaku data. Penelitian ini telah memenuhi etik
phubbing dengan kecerdasan emosional. penelitian kesehatan yang dibuktikan
Penelitian ini penting dan menarik sebab dengan surat lulus kaji etik
penelitian terkait perilaku phubbing dengan No.LB.02.02/KEPK/013/2022.
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 18

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel penelitian
di SMAN 27 Jakarta Bulan Mei 2022
No Variabel Kategori Frekuensi (n) Persen (%)
1. Jenis Kelamin Laki – laki 42 38,9
Perempuan 66 61,1
2. Keparahan Phubbing Tidak Phubbing 2 1,9
Rendah 46 42,6
Sedang 58 53,7
Tinggi 2 1,9
3. Kecerdasan Emosional Sedang 61 56,5
Tinggi 47 43,5
No Variabel Statistik
4. Usia Mean 16.87
Median 17.00
Modus 17
Std. Deviasi 0.798
Sumber: Data Primer, Mei 2022

1. Karakteristik Responden Namun, sebuah penelitian yang


a. Jenis Kelamin dilakukan oleh Hura et al (2021)
Hasil analisis terhadap karakteristik jenis mengatakan bahwa laki – laki lebih
kelamin responden menunjukkan bahwa banyak melakukan phubbing (75%)
sebagian besar siswa yang berperilaku dibandingkan perempuan. Penelitian
phubbing adalah siswa berjenis kelamin tersebut menjelaskan bahwa
perempuan yaitu sebanyak 66 siswa dibandingkan remaja perempuan, remaja
(61.1%). Penelitian Taufik et al (2020) laki – laki mempunyai kontrol diri yang
juga memiliki hasil penelitian yang sama rendah. Rendahnya kontrol diri yang
bahwa responden berjenis kelamin pada akhirnya membuat remaja laki –
perempuan (70%) lebih banyak laki melakukan phubbing.
melakukan phubbing. Hasil analisis dari
penelitian – penelitian tersebut dapat Peneliti berpendapat, siswa dengan jenis
membuktikan teori Karadag (2015) yang kelamin perempuan lebih tinggi
mengatakan bahwa wanita lebih tinggi melakukan phubbing karena ketika
berpotensi melakukan phubbing daripada peneliti sedang melakukan penyebaran
pria dikarenakan wanita cenderung lebih kuesioner ke sekolah, saat jam istirahat
senang membagikan momen ke peneliti melihat bahwa siswa perempuan
khalayak. lebih senang memainkan smartphone-
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 19

nya karena sibuk dengan media tinggi, senang mencoba berbagai hal
sosialnya, sedangkan siswa laki – laki baru, dan langsung menerima berbagai
sibuk saling mengobrol dengan informasi yang diperoleh tanpa
sesamanya, bermain gitar, dan juga ada mengetahui dampak yang akan
yang melakukan kegiatan olahraga ditimbulkannya.
seperti futsal. Proporsi dari setiap jenis
kelamin yang berbeda juga dapat Menurut peneliti, remaja usia tengah 15 -
mempengaruhi hasil penelitian yang 18 tahun lebih tinggi melakukan perilaku
berbeda. phubbing daripada remaja usia awal atau
b. Usia usia akhir dikarenakan pada tahap ini
Hasil dari analisis penelitian ini terhadap merupakan tahap mereka mengalami
karakteristik usia responden menyatakan krisis identitas. Kebanyakan remaja
bahwa usia paling banyak siswa mencari jati diri dan jawaban atas
mengalami perilaku phubbing yang pertanyaan yang ada di kepalanya
berusia 17 tahun. Penelitian lain yang melalui smartphone. Perilaku phubbing
dilakukan di salah satu SMA Negeri di usia remaja saat ini dapat disebabkan
kawasan Jakarta Selatan karena dalam pencarian jati dirinya,
mengungkapkan hal yang berbeda yaitu mereka salah dalam menentukan role
usia mayoritas siswa yang melakukan model. Remaja sekarang ini menjadikan
phubbing adalah berusia 16 tahun (54%) influencer yang sering ia lihat di media
(Taufik et al.,2020). Namun penelitian sosial menjadi role model untuk mereka.
(Fitri, 2019) juga menunjukkan bahwa Influencer membuat remaja mengubah
responden dengan rentang usia 16 – 18 life style-nya agar seperti mereka.
tahun (75%) lebih tinggi melakukan Remaja tidak menyadari bahwa itu
phubbing daripada responden dengan adalah pekerjaan mereka, sedangkan
rentang usia 13 – 15 tahun (24%) dan 19 remaja masih mempunyai kewajiban
-21 tahun (1%). untuk belajar.

Berdasarkan tahap perkembangan teori 2. Keparahan Phubbing


Erikson (1963 dalam Sriati & Hasil penelitian menunjukkan Sebagian
Hendrawati, 2020) mengatakan tahap ini besar responden memiliki perilaku
adalah identify vs confusion. Erikson phubbing pada tingkat sedang, yaitu 53.7
mengemukakan bahwa pada fase ini % atau 58 siswa. Mayoritas siswa
remaja mengalami keingintahuan yang berperilaku phubbing sedang juga
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 20

ditemukan oleh Taufik et al (2020) yang sembunyi memainkan smartphone-nya.


menemukan bahwa sebesar 51 siswa Lingkungan SMAN X Jakarta juga
(51%) berperilaku phubbing sedang. mendukung berperilaku phubbing karena
terdapat banyak café, tempat makan,
Sigmund Freud dalam teori hingga tempat bermain yang dimana
psikoanalisisnya menyebutkan bahwa rerata pengunjungnya tidak melakukan
sifat manusia terdiri dari id, ego, dan interaksi dengan yang lain, namun sibuk
superego. Fenomena phubbing dapat dengan smartphone-nya seperti sibuk
dijelaskan oleh teori ini. Individu mengambil selfie, melakukan live di
mendapatkan dorongan dari id agar media sosial instagram, hingga tampak
memenuhi kebutuhan untuk memuaskan beberapa orang sibuk merekam video
dirinya yaitu bermain smartphone. Ego untuk content di media sosialnya.
sebagai penerima impuls dari id
menyadari bahwa ia harus memenuhi 3. Kecerdasan Emosional
kebutuhan id. Lalu superego Hills dan Argyle (2002 dalam Lana &
menghalangi keinginan id dengan Indrawati, 2021) menyatakan bahwa
menasihati ego untuk tidak memainkan stabilitas emosi remaja merupakan salah
smartphone ketika sedang berinteraksi. satu prediktor kebahagiaan pada remaja.
Karena tingginya dorongan dari id, ego Stabilitas emosi ini dapat dipengaruhi
menghiraukan nasehat superego oleh kecerdasan emosional yang terdapat
sehingga individu tetap memainkan dalam diri remaja. Kecerdasan emosional
smartphone-nya saat sedang berinteraksi adalah kemampuan individu untuk
maka terciptanya perilaku phubbing. memahami emosinya dan emosi orang
lain, mengatur emosi yang ingin
Menurut peneliti, fenomena phubbing di dikeluarkan dengan cara yang tepat yang
SMAN X Jakarta dapat terjadi karena dapat meningkatkan kehidupan sosialnya
hasil data penelitian menunjukkan bahwa atau setidaknya tidak menurunkan
indikator perilaku phubbing yang kualitas dirinya dalam membina
memiliki skor tertinggi adalah hubungan sosial (Goleman, 2016).
nomophobia. Guru selaku pengajar juga
mengeluhkan bahwa walaupun sudah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ditegaskan untuk tidak bermain responden memiliki kecerdasan
smartphone saat pembelajaran, masih emosional sedang sebanyak 61
ada saja siswa yang bersembunyi – responden (56.5%), yang memiliki
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 21

kecerdasan emosional tinggi sebanyak Peneliti berpendapat bahwa tingkat


47 responden (43.5%), tidak terdapat kecerdasan emosional seseorang yang
responden yang memiliki kecerdasan berbeda dapat disebabkan karena faktor
emosional rendah. Hasil tersebut sejalan kondisi lingkungan sosial sekitar
dengan hasil penelitian yang dilakukan individu yang dapat mempengaruhi
oleh Hastuti dan Baiti (2019), dalam sebuah emosi. Data perilaku phubbing
penelitiannya siswa yang memiliki dari penelitian ini dapat digunakan
kecerdasan emosional sedang sebanyak sebagai data penunjang mengapa
53 siswa (62.4%), terdapat 32 siswa kecerdasan emosional siswa mayoritas
(37.6%) yang memiliki kecerdasan sedang. Ketika siswa dihadapkan
emosional tinggi, dan tidak ada siswa dengan lawan bicaranya yang melakukan
yang memiliki kecerdasan emosional phubbing maka siswa tersebut akan
rendah. Marsela dan Dwiyanti (2017) merasa diabaikan hingga meninggalkan
menjelaskan bahwa siswa yang memiliki temannya yang asik dengan smartphone-
kecerdasan emosional sedang nya. Begitu juga untuk seorang pelaku
dikarenakan siswa tersebut merasa phubbing, ketika ia tidak puas akan apa
kesulitan untuk mengontrol emosi yang ia peroleh dari smartphone-nya
negatifnya dengan berpikir positif maka ia akan merasa kesal.
sehingga ia sering salah dalam
meluapkan emosinya.

Analisa Bivariat
1. Hasil Uji Bivariat Chi-Square Jenis Kelamin Dengan Kecerdasan Emosional
Tabel 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecerdasan Emosional
Jenis Kecerdasan Emosional Total p OR
Kelamin (95%CI)
Sedang Tinggi n %
Laki – laki 22 36.1 20 42,6 42 38.1 0.493 0.762
Perempuan 39 63.9 27 57,4 66 61.1 (0.349 – 1.660)
Total 61 100 47 100 108 100
Sumber: Data Primer, Mei 2022

Walaupun siswa berjenis kelamin dibanding dengan siswa laki – laki


perempuan memiliki tingkat kecerdasan (42.6%), namun demikian secara
emosional tinggi lebih banyak (57.4%) statistik perbedaan tersebut tidak
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 22

bermakna karena nilai p > 0.05. Hasil selain dipengaruhi oleh usia jenis
penelitian ini ditunjang oleh hasil kelamin dan jabatan, dapat juga
penelitian lain yang menunjukkan dipengaruhi oleh faktor lain seperti,
bahwa tidak terdapat perbedaan yang kejadian yang terjadi sebelumnya,
signifikan antara jenis kelamin dengan pengalaman subjek, serta mood yang
kecerdasan emosional remaja dibuktikan terjadi pada saat pengumpulan data
dari hasil uji korelasi koefisien dilakukannya. Ketika peneliti
menunjukkan nilai signifikansi sebesar membagikan kuesioner ke setiap kelas,
0.231 ≥ α (Yunalia & Etika, 2020). peneliti memperhatikan tampak ada
siswa yang suasana hatinya sedang baik
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori tertawa, namun ada juga siswa yang
yang dikemukakan oleh Goleman (2001 ekspresi wajahnya murung. Mood atau
dalam Bariyyah & Latifah, 2019) yang suasana hati merupakan salah satu syarat
menyatakan ada beberapa faktor yang penting untuk individu dalam menguasai
dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya (Goleman, 2016). Perubahan
emosional seseorang yaitu pengalaman, suasana hati siswa yang naik turun dapat
usia, jenis kelamin dan jabatan. Menurut mempengaruhi kecerdasan
peneliti kecerdasan emosional seseorang emosionalnya.

2. Hasil Uji Bivariat Mann Whitney Usia dengan Kecerdasan Emosional


Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan n % P Mean Rank
Emosional
Usia Sedang 61 56.5 51.99
(15-18 tahun) Tinggi 47 43.5 0,313 57.76
Total 108 100 58,57
Sumber: Data Primer, Mei 2022

Hasil menunjukkan bahwa siswa dengan Penelitian yang dilakukan McNulty et al.,
rata – rata usia mendekati 17 tahun (2016) tentang hubungan jenis kelamin
memiliki kecerdasan emosional sedang dan usia dengan kecerdasan emosional
lebih banyak daripada yang memiliki mengatakan bahwa terdapat hubungan
kecerdasan emosional tinggi, namun antara usia dengan kecerdasan
hasil tersebut tidak dapat dibuktikan emosional.
secara signifikan karena nilai p > 0.05.
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 23

Teori Jean Piaget (1923 dalam Marinda, usia remaja, semakin matang usia remaja,
2020) dalam psikologi perkembangan maka kecerdasan emosional remaja juga
menyatakan bahwa rentang usia anak 11 semakin tinggi. Kecerdasan emosional
tahun – dewasa berada pada tahap seorang remaja dapat terganggu karena
operasi formal. Tahap ini disebut juga dipengaruhi oleh remaja yang kurang
dengan masa remaja. Remaja pada masa melakukan kegiatan sehingga kurangnya
ini berpikir dengan cara lebih abstrak, peran remaja dalam Aktivitas sosial.
logis, dan idealis. Remaja mulai Aktivitas sosial remaja yang menurun
memikirkan dan membayangkan seperti membuat remaja kurang berinteraksi
apa kualitas ideal yang mereka inginkan dengan orang lain, sehingga ia tidak bisa
terdapat dalam diri mereka. untuk melatih emosinya saat sedang
berinteraksi.
Peneliti berpendapat bahwa kecerdasasan
emosional remaja dapat dipengaruhi oleh

3. Hasil Uji Bivariat Spearman Correlation Perilaku Phubbing dengan Kecerdasan


Emosional
Tabel 3. Hubungan Tingkat Keparahan Phubbing dengan Kecerdasan Emosional
Keparahan Kecerdasan Emosional Total p Correlation
Phubbing Coefficient
Sedang Tinggi n %
N % n %
Tidak Phubbing 1 1.6 1 2.1 2 1,9 0,004 -0.277
Rendah 21 34.4 25 53.2 46 42,6
Sedang 38 62.3 20 42.6 58 53,7
Tinggi 1 1.6 1 2.1 2 1,9
Total 61 100 47 100 108 100
Sumber: Data Primer, Mei 2022

Tabel 4. menunjukkan terdapat perilaku phubbing dengan kecerdasan


perbedaan kecerdasan emosional emosional, semakin tinggi perilaku
bermakna antara perilaku phubbing phubbing maka semakin rendah
rendah, sedang, dan tinggi dimana kecerdasan emosional.
nilai p = 0.004. Nilai r = –0.277 yang
menunjukkan bahwa terdapat Perilaku phubbing ini juga dapat
hubungan linear negatif antara dijelaskan oleh teori behavioristik
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 24

Watson (1913) yang menyatakan Phubbing berdampak buruk terhadap


bahwa sebuah perilaku seseorang perkembangan sosial dan prestasi
berawal dari stimulus yang diterima remaja. Perkembangan sosial yang
oleh individu dari lingkungan muncul sebagai dampak dari
dekatnya. Seorang individu dalam phubbing yaitu sikap apatis atau tidak
teori ini merupakan produk dari peduli terhadap lingkungan dan
lingkungannya. Ketika seorang siswa menurunnya kualitas hubungan
SMA memiliki lingkaran pertemanan dengan teman sebaya. Penurunan
yang sering melakukan perilaku prestasi juga akan dialami remaja
phubbing juga maka secara otomatis karena phubbing membuat remaja
siswa tersebut juga akan mengikuti kehilangan kreativitas, menurunkan
lingkungannya yaitu berperilaku motivasi, serta menimbulkan
phubbing. gangguan fokus saat belajar yang
dapat menurunkan interaksi sosial
Teori tersebut dibuktikan dengan yang sesungguhnya dan menyebabkan
penelitian yang dilakukan Spiratos menurunnya nilai akademik di sekolah
(2021) yang mengemukakan bahwa (Yusnita, 2017).
sebenarnya remaja tidak menyukai
phubbing, namun remaja selalu saja Menurut peneliti, lingkungan yang
terlibat dalam kondisi yang dimana telah dicemari oleh perilaku phubbing
mereka banyak jumpai perilaku akan mempengaruhi kemampuan
phubbing, remaja juga tidak kognitif baik pelaku atau penerima
berinisiatif untuk mengubah perilaku perilaku phubbing. Ketika seorang
tersebut sehingga ia menerima remaja melakukan phubbing maka
phubbing sebagai norma. Perilaku kemampuan kognitif remaja akan
buruk mengabaikan orang lain, dan menurun dan menimbulkan dampak
diabaikan oleh orang lain, negatif seperti sifat apatis terhadap
menghasilkan perasaan stres, kualitas lingkungannya, menurunya motivasi,
hubungan dengan teman sebaya yang mengakibatkan harga diri rendah,
memburuk, kurangnya empati, dan hingga depresi. Dampak negatif yang
membuat kualitas hidup menjadi ditimbulkan tersebut dapat
buruk (Karadaǧ et al., 2015; Wang et mempengaruhi kecerdasan
al., 2017). emosionalnya. Berbagai respon
negatif dari seorang phubbee seperti
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 25

kesal dan merasa diabaikan juga phubbing dengan kecerdasan


merupakan suatu gambaran bahwa emosional remaja.
phubbing dapat mempengaruhi
kecerdasan emosional seseorang. Proses penyusunan skripsi ini banyak
Keterbatasan penelitian ini adalah mendapat bantuan dari berbagai pihak.
dalam penelitian ini tidak Peneliti ingin menyampaikan ucapan
mengidentifikasi intensitas terima kasih yang sebesar – besarnya
penggunaan smartphone pada kepada dosen pembimbing peneliti yang
responden, karena intensitas telah memberikan masukan, arahan dan
penggunaan smartphone yang motivasi sehingga peneliti dapat
berlebihan merupakan salah satu menuntaskan penelitian ini. Ucapan terima
indikator phubbing. kasih juga peneliti sampaikan kepada
seluruh dosen Jurusan Keperawatan
SIMPULAN Poltekkes Jakarta III yang telah
Berdasarkan hasil penelitian dan membagikan ilmu pengetahuan selama
pembahasan yang telah diuraikan, perkuliahan. Responden yang telah
maka kesimpulan yang diperoleh bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: juga peneliti ucapkan terima kasih.
a. Sebagian besar karakteristik
responden berjenis kelamin DAFTAR PUSTAKA
perempuan dan rata – rata usia Amelia, T. et al. (2019). Phubbing,
responden mendekati 17 tahun. Penyebab Dan Dampaknya Pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan
b. Sebagian besar responden memiliki Masyarakat, Universitas Indonesia,
tingkat keparahan phubbing sedang. Jurnal Ekologi Kesehatan, 18(2), pp.
122–134. doi:
c. Sebagian besar responden memiliki
10.22435/jek.18.2.1060.122-134.
tingkat kecerdasan emosional
sedang. Billieux, J. et al. (2015). Can Disordered
Mobile Phone Use Be Considered a
d. Tidak adanya perbedaan atau Behavioral Addiction? An Update on
hubungan yang signifikan antara Current Evidence and a
Comprehensive Model for Future
karakteristik responden jenis Research, Current Addiction Reports,
kelamin dan usia dengan kecerdasan 2(2), pp. 156–162. doi:
10.1007/s40429-015-0054-y.
emosional remaja.
Fitri, A. N. L. (2019). Gambaran Perilaku
e. Terdapat perbedaan atau hubungan
Phubbing Pada Remaja Pengguna
yang signifikan antara perilaku Ponsel di MAN 13 Jakarta.
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 26

Goleman. (2016). Kecerdasan Emosional / Marinda, L. (2020). Teori Perkembangan


Emotional Intellegence. Jakarta: Kognitif Jean Piaget Dan
Gramedia Pustaka Utama. Problematikanya Pada Anak Usia
Sekolah Dasar, An-Nisa’: Jurnal
Hanika, I. M. (2015). Fenomena Phubbing Kajian Perempuan dan Keislaman,
Di Era Milenia (Ketergantungan 13(1), pp. 116–152. doi:
Seseorang pada Smartphone terhadap 10.35719/annisa. v13i1.26.
Lingkungannya), Interaksi: Jurnal
Ilmu Komunikasi, 4(1), pp. 42–51. Marsela, P. A. and Dwidiyanti, M. (2017).
doi: 10.14710/interaksi.4.1.42-51. Gambaran Tingkat Kecerdasan
Emosi Mahasiswa Bidikmisi di
Hastuti, R. Y. and Baiti, E. N. (2019). Departemen Ilmu Keperawatan
Hubungan Kecerdasan Emosional Fakultas Kedokteran, Universitas
Dengan Tingkat Stress Pada Remaja, Diponegoro Semarang. pp. 1–7.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(2), pp.
82–91. doi: 10.35952/jik. v8i2.152. McNulty, J. P. et al. (2016). An
International Study of Emotional
Hura, M. S. et al. (2021). Pengaruh Fear of Intelligence in First Year Radiography
Missing Out Terhadap Perilaku Students: The Relationship to Age,
Phubbing Pada Remaja, Jurnal Gender and Culture, Radiography,
Psikologi, Vol. 19 No. 02, pp. 34–45. 22(2), pp. 171–176. doi:
10.1016/j.radi.2015.10.008.
Karadaǧ, E. et al. (2015). Determinants of
Phubbing, which is The Sum of Many O’dea. (2020). Number of Smartphone
Virtual Addictions: A Structural Users by Leading Countries. New
Equation Model, Journal of York.
Behavioral Addictions, 4(2), pp. 60–
74. doi: 10.1556/2006.4.2015.005. Spiratos, K. N. and M.S. (2021).
Problematic Smartphone Use Among
Lana, M. C. D. and Indrawati, K. R. High School Students and Its
(2021). Peranan Kualitas Relationships with Depression, Stress,
Persahabatan dan Kecerdasan Self-Esteem, Grit and Academic
Emosional pada Kebahagiaan Performance, M.S., 2000, California
Remaja, Jurnal Psikologi Udayana, State University, Fullerton. Available
8(1), p. 5607. doi: 10.24843/JP. 2021. at:
v08.i01. p 010. http://www.ejurnal.its.ac.id/index.php
/sains_seni/article/view/10544%0Aht
Maknuni, J. (2020). Pengaruh Media tps://scholar.google.com/scholar?hl=
Belajar Smartphone Terhadap Belajar en&as_sdt=0%2C5&q=tawuran+anta
Siswa Di Era Pandemi Covid-19 (The r+pelajar&btnG=%0Ahttps://doi.org/
Influence of Smartphone Learning 10.1016/j.jfca.2019.103237.
Media on Student Learning in The Era
Pandemi Covid-19), Indonesian Sriati, A. and Hendrawati, S. (2020).
Education Administration and Tingkat Kecanduan Media Sosial
Leadership Journal (IDEAL), 02(02), pada Remaja, Journal of Nursing
pp. 94–106. Available at: Care, 3(1), pp. 41–53. Available at:
https://online- https://jurnal.unpad.ac.id/jnc/article/v
journal.unja.ac.id/IDEAL/article/vie iew/26928.
w/10465.
JKEP (Jurnal Keperawatan) Vol.8 No. 1 Mei 2023 hlm 15-27 27

Taufik, E., Dewi, S. Y. and Muktamiroh, Individual Differences, 110, pp. 12–
H. (2020). Hubungan Kecanduan 17. doi: 10.1016/j.paid.2017.01.014.
Smartphone dengan Kecenderungan
Perilaku Phubbing pada Remaja di Yunalia, E. M. and Etika, A. N. (2020).
SMAN 34 Jakarta Selatan, Seminar Analisa Kecerdasan Emosional
Nasional Riset Kedokteran, pp. 321– Remaja Tahap Akhir Berdasarkan
330. Available at: Jenis Kelamin, Jurnal Keperawatan
https://conference.upnvj.ac.id/index.p Jiwa, 8(4), pp. 477–484.
hp/sensorik/article/view/479.
Yusnita, Y. and Hamdani M. Syam.
Wang, X. et al. (2017). Partner Phubbing (2017). Pengaruh Perilaku Phubbing
and Depression Among Married Akibat penggunaan Smartphone
Chinese Adults: The Roles of Berlebihan Terhadap Interaksi Sosial
Relationship Satisfaction and Manusia, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Relationship Length, Personality and FISIP Unsyiah, 2, pp. 1–13

You might also like