Professional Documents
Culture Documents
169-File Utama Naskah-1129-2-10-20220627
169-File Utama Naskah-1129-2-10-20220627
1 (2022) 20-26
E-ISSN : 0000.0000
Abstract
Fracture of the femur is a breakdown of the continuity of the hip bone that can occur due to direct trauma or
indirect trauma. Based on hospital medical record data. DR. Reksodiwiryo Padang, postoperative femur fracture is
the number 1 highest case of other post op cases. The number of postoperative patients who experienced fractures
from June to September 2018 was 148 cases. The purpose of this paper is to apply nursing care to Mr. Y with a post
op orif diagnosis with an open femoral fracture in the Imam Bonjol room, DR. Reksodiwiryo Padang City. The
method used is a case study by conducting nursing care including assessment, diagnosis, intervention,
implementation, and evaluation by focusing on nursing care. After nursing care for Mr. Y with the main diagnosis of
acute pain associated with a physical injury agent according to the nursing action plan, it was found that the patient
can build a trusting relationship, identify and control pain. The results of this final project report that the
intervention of the 3 diagnoses was only partially resolved, followed by the nurse in the Imam Bonjol room at Mr. Y
with a post-op orif diagnosis with femoral fracture. It is hoped that patients and their families can know about the
risks that may occur to family members and to be able to consider various physical and psychosocial problems that
will be faced.
Abstrak
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat terjadi akibat trauma langsung maupun
trauma yang tidak langsung. Berdasarkan data rekam medis RS. DR. Reksodiwiryo Padang, post operasi fraktur
femur termasuk kasus tertinggi nomor 1 dari kasus post op yang lainnya. Jumlah pasien post operasi yang
mengalami fraktur dari bulan Juni sampai September tahun 2018 sebanyak 148 kasus. Tujuan penulisan ini adalah
menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa post op orif dengan fraktur femur terbuka di ruangan
Imam Bonjol RS DR. Reksodiwiryo Kota Padang. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan
asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dengan memfokuskan
asuhan keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan diagnosa utama nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik sesuai rencana tindakan keperawatan didapatkan pasien dapat membina
hubungan saling percaya, mengidentifikasi dan mengontrol nyeri. Hasil dari laporan tugas akhir ini intervensi dari 3
diagnosa hanya teratasi sebagian, dilanjutkan oleh perawat di ruangan imam bonjol pada Tn Y dengan diagnosa post
op orif dengan fraktur femur. Diharapkan agar pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang resiko yang mungkin
terjadi kepada anggota keluarga dan agar dapat mempertimbangkan berbagai masalah fisik maupun psikososial yang
akan dihadapi.
20
Weni Lidya Hendayani1, Rosa Fitri Amalia2
Jurnal Pustaka Keperawatan Vol . 1 No. 1 (2022) 20-26
ronkhi dan wheezing di kedua lapang paru, kesan lakukan maka kesimpulan dari pengkajian Tn Y
dalam batas normal. Batas jantung tidak melebar, yaitu dengan keluhan nyeri, tidak bisa
kesan pemeriksaanjantung dalam batas normal. Pada menggerakkan kakinya sebelah kanan, tampak
pemeriksaan abdomen inspeksi cembung dan adanya kemerahan dan bengkak di daerah luka bekas
simetris, auskultasi didapatakan bising usus normal, op
perkusi timpani pada 9 regio abdomen, palpasi tidak
didapatkan nyeri tekan. Ekstremitas, tidak Berdasarkan dari pengkajian, data dasar dan
ditemukan edema, kesan dalam batas normal. serangkaian analisa maka di dapatkan pada Tn Y
Muskuloskeletal dan status neurologis dalam batas yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen
normal. pencedera fisik, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
Pemeriksaan Penunjang tulang, Resiko infeksi dengan faktor resiko efek
Tabel 3.1 prosedur invasif. Berdasarkan hasil pengkajian yang
Laboratorium Pemeriksaan Hasil dilakukan pada Tn Y maka penulis mendapatkan
HB 11,0 g/dl diagnosa keperawatan yaitu dengan diagnosa
Leukosit 10.730/Ul
Trombosit 286.000
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen
GD sewaktu 153 mg/Dl pencedera fisik. Alasan penulis mengangkat
diagnosa tersebut karena saat pengkajian di dapatkan
Penatalaksanaan data subjektif pasien mengatakan nyeri di bagian
a. Inf RL 12J/Kolf kaki sebelah kanan, pasien mengatakan nyeri yang
b. Inj cefoperazon 2x1gr dirasakan seperti tertusuk pisau dengan durasi 3-8
c. Inj ranitidin 2x1gr menit [10]. Data objektif yang di dapatkan pasien
d. Inj ketorolak 3x1gr tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien
e. Tromadol 3x1 tampak bersikap protektif karena menghindari nyeri.
f. Gentamicin 2x1 Diagnosa yang ke dua yaitu gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
Berdasarkan pengkajian yang penulis peroleh pada tulang alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut
Tn.Y pasien mengeluhkan nyeri di bagian kaki karna saat pengkajian di dapat kan data subjektif ,
sebelah kanan, pasien mengatakan tidak bisa untuk pasien mengatakan tidak bisa untuk menggerakkan
menggerakkan kakinya, pasien mengatakan cemas kakinya pasien mengeluh enggan akan melakukan
untuk akan menggerakkan kakinya, pasien mengeluh kegiatan beraktivitas, kekuatan otot menurun. Data
enggan akan melakukan kegiatan beraktivitas, objektif gerakan pasien terbatas, kekuatan otot
kekuatan otot menurun, pasien mengatakan nyeri pasien menurun. Diagnosa yang ke tiga yaitu resiko
yang dirasakan seperti tertusuk pisau dengan durasi infeksi dengan faktor resiko efek prosedur invasif,
3-8 menit, keluarga pasien mengatakan luka bekas alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karna
op agak basah, keluarga mengatakan bengkak dan saat pengkajian di dapatkan data subjektif pasien
merah di daerah luka, luka pasien, pasien mengatakan luka basah, luka terasa gatal. Data
mengatakan gatal di daerah luka, luas luka 5cmx objektif di dapatkan luka pasien tampak basah, luka
4cmx 4cm, pasien tampak meringis, pasien tampak tampak memerah. Menurut teori yang didapatkan
gelisah, pasien tampak bersikap protektif karena Muttaqin (2012), masalah keperawatan yang muncul
menghindari nyeri, pasien tampak lemah, kekuatan pada pasien dengan post op. Fraktur femur adalah
otot menurun, gerakan pasien terbatas, pasien nyeri akut berhubungan dengan pencidera fisik,
tampak pucat, daerah luka tampak bengkak TTV gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
didapatkan: TD:140/80 mmHg, ND:85x/I, S:37,4, dan resiko infeksi dengan faktor resiko efek
P:22x/i. prosedur invasif [4].
Sedangkan menurut teori dari Arif Muttaqin (2012), Menurut Antoni (2019), dari masalah keperawatan
pada pasien post op Fraktur Femur akan mengeluh dengan pasien post fraktur femur adalah nyeri akut
biasanya klien mengeluh nyeri, kaki post op sulit berhubungan dengan agen pencidera fisik, dan
untuk digerakkan karena nyeri, kelemahan [4]. Dan masalah resiko infeksi. Disini penulis berasumsi
berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa tidak mendapatkan kesenjangan antara teori,
oleh Gemynal Kurnia Antoni (2019), pasien dengan jurnal dan kasus yang diteliti penulis, diagnosa yang
post op fraktur femur mengeluh pasien mengatakan didapatkan penulis yaitu dengan pengkajian data
nyeri pada bagian post op, pada bagian kaki bekas dasar yang melalui serangkaian analisa maka
operasi sulit digerakan, pasien mengatakan kesulitan diagnosa yang ditegakkan oleh penulis adalah nyeri
dalam melakukan aktivitas sendiri [9]. Dengan TTV, akut berhubungan dengan agen pencidera fisik,
TD: 110/70 mmHg, N: 80x/I, RR : 24x/I, S : 36,5 C. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
52 Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn dan resiko infeksi dengan faktor resiko efek
Y maka penulis berasumsi bahwa tidak mendapatkan prosedur invasive [9].
kesenjangan antara jurnal, teori, kasus yang penulis
Masalah keperawatan dengan pasien post fraktur yang direncanakn oleh penulis.Pada diagnosa
femur adalah nyeri akut berhubungan dengan agen gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
pencidera fisik, dan masalah resiko infeksi. Disini Intervensi yang akan dilakukan yaitu bantu untuk
penulis berasumsi bahwa tidak mendapatkan mendemonstrasikan posisi tidur yang tepat, bantu
kesenjangan antara teori, jurnal dan kasus yang pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi latihan
diteliti penulis, diagnosa yang didapatkan penulis postur tubuh yang sesuai, bantu pasien untuk
yaitu dengan pengkajian data dasar yang melalui melakukan latihan fleksi untuk fasilitasi mobilisasi
serangkaian analisa maka diagnosa yang ditegakkan punggung sesuai indikasi, instruksikan untuk
oleh penulis adalah nyeri akut berhubungan dengan menghidari tidur dengan posisi telungkup, monitor
agen pencidera fisik, gangguan mobilitas fisik perbaikan postur tubuh atau mekanika tubuh pasien.
berhubungan dengan nyeri dan resiko infeksi dengan Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan
faktor resiko efek prosedur invasive [9]. penyakit kronis intervensi yang akan dilakukan yaitu
bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
Intervensi keperawatan merupakan pengembangan untuk setiap pasien, batasi jumlah pengunjung,
strategis desain untuk mencegah, mengurangi dan ajarkan cara cuci tangan yang benar, cuci tangan
mengatasi masalah-masalah yang telah di sebelum dan setelah perawatan pasien, perhatikan
identifikasi dalam diagnosis keperawatan [11]. teknik perawatan luka yang tepat.
Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencidera fisik Menurut Budiono (2016), implementasi adalah
pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien Tn Y realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang dilakukan yaitu identifikasi lokasi, yang telah ditetapkan dengan dengan tujuan untuk
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
nyeri, identifikasi skala nyeri, berikan teknik Implementasi juga meliputi pencatatan perawatan
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, pasien dalam dokumen yang telah disepakati [11].
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, Dokumen ini dapat digunakan sebagai alat bukti
fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan penyebab, apabila ternyata timbul masalah hukum terkait
periode, pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
nyeri, kolaborasi pemberian analgetik. rumah sakit. Implementasi keperawatan yang telah
dilakukan pada diagnosa nyeri akut berhubungan
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu gangguan dengan agen pencidera fisik, mengidentifikasi
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
integritas struktur tulang, intervensi yang dilakukan intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,
yaitu identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik memberikan teknik nonfarmakologis untuk
lainnya, identifikasi toleransi fisik melakukan mengurangi rasa nyeri, mengontrol lingkungan yang
pergerakan, fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat memperberat rasa nyeri, memfasilitasi istirahat dan
bantu (mis pagar tempat tidur), libatkan keluarga tidur, menjelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri,
untuk membantu pasien ingkatkan pergerakan, menjelaskan strategi meredakan nyeri, berkolaborasi
jelaskan tujuan dari mobilisasi, anjurkan melakukan pemberian analgetik. Pada diagnosa gangguan
mobilisasi dini. mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang, implementasi yang telah
Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu resiko dilakukan yaitu, identifikasi adanya nyeri atau
infeksi dengan faktor resiko efek prosedur invasif, keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi fisik
intervensi yang dilakukan yaitu, monitor tanda dan melakukan pergerakan, fasilitasi aktivitas mobilisasi
gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah dengan alat bantu(mis pagar tempat tidur), libatkan
pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah keluarga untuk membantu pasien ingkatkan
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, pergerakan, jelaskan tujuan dari mobilisasi, anjurkan
jelaskan tanda dan gejala infeksi, anjurkan melakukan mobilisasi dini. Pada diagnosa resiko
meningkatkan asupan nutrisi, kolaborasi pemberian infeksiditandai dengan faktor resiko efek prosedur
imunisasi, jika perlu. invasif implementasi yang telah dilakukan yaitu,
Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut memonitor tanda dan gejala infeksi local dan
berhubungan dengan agen cidera fisik intervensi sistemik, membatasi jumlah pengunjung, mencuci
yang dilakukan yaitu lakukan pengkajian nyeri tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, dan lingkungan pasien, menjelaskan tanda dan gejala
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi infeksi, menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi berkolaborasi pemberian imunisasi. Menurut
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri penelitian yang dilakukan oleh Gemynal Kurnia
pasien, evaluasi pengalaman nyeri masa lampau, Antoni (2019) Nursing Outcome Classification
evaluasi bersama pasien dan Berikan analgetik untuk (NOC), Nursing Intervention Clasification (NIC)
mengurangi nyeri, evaluasi keefektifan kontrol Implementasi yang dilakukan pada diagnosa, Nyeri
nyeri, tingkatkan istirahat, sesuai dengan intervensi akut berhubungan dengan agen pencidera fisik yaitu,
melakukan pengkajian yang komprehensif meliputi intervensi dihentikan, dilanjutkan oleh perawat
lokasi, durasi, frekuensi dan kualitas, mengajarkan ruangan.
prinsip manajemen nyeri, menggali pengetahuan dan
kepercayaan klien mengenai nyeri, memberikan 4. Kesimpulan
informasi mengenai nyeri, menentukan analgesik
yang sesuai dengan keparahan nyeri [9]. Pada Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan
diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan keperawatan pada pasien dengan post op orif 1/3
dengan nyeri Implementasi yang dilakukan yaitu distal dengan fraktur femur terbuka di ruang rawat
membantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur inap imam bonjol rumah sakit reksodiwiryo Padang,
yang tepat, membantu pasien dan keluarga untuk peneliti mengambil kesimpulan pengkajian
mengidentifikasi latihan postur tubuh yang sesuai, didapatkan pasien tampak lemah, pasien mengatakan
membantu pasien untuk melakukan latihan fleksi nyeri pada luka bekas operasi di bagian paha kanan,
untuk memfasilitasi mobilisasi punggung sesuai pasien mengatakan nyeri bertambah saat kaik
indikasi, menginstruksikan untuk menghidari tidur digerakkan, nyeri terasa berdenyut-denyut dengan
dengan posisi telungkup, memonitor perbaikan skala 7, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Saat
postur tubuh atau mekanika tubuh pasien. Pada dilakukan pemeriksaan fisik, pada ekstremitas
diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan bawah, tampak luka bekas operasi masih basah, dan
penyakit kronis implementasi yang dilakukan yaitu tampak merah dan bengkak. Diagnosa keperawatan
membersihkan lingkungan dengan baik setelah yang diperoleh pada kasus post op orief 1/3 distal
digunakan untuk setiap pasien, membatasi jumlah dengan fraktur femur terbuka ini yaitu nyeri akut
pengunjung, mengajarkan cara cuci tangan yang berhubungan dengan agen cedera fisik, gangguan
benar, mencuci tangan sebelum dan setelah mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
perawatan pasien, memperhatikan teknik perawatan integritas struktur tulang, resiko infeksi ditandai
luka yang tepat. dengan factor resiko efek prosedur invasif. Rencana
Dari teori, hasil penelitian orang lain dan studi kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada kasus post
penulis berasumsi bahwa ditemukan ada persamaan orif 1/3 distal dengan fraktur femur terbuka sesuai
dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada dengan SLKI SIKI yaitu manajemen nyeri,
pasien post op fraktur femur. dukungan mobilitas, pencegahan infeksi.
Implementasi keperawatan yang dilakukan
Evaluasi merupakan tahap kelima atau terakhir merupakan tindakan dari rencana tindakan
dalam proses keperawatan, pada tahap ini perawat keperawatan yang telah disusun dengan harapa hasil
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dengan kriteria hasil yang sudah di tetapkan serta ditetapkan[12], [13]. Secara umum rencana tindakan
menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi pada masing-masing masalah keperawatan dapat
seluruhnya, hanya sebagaian atau bahkan belum dilakukan dan masalah teratasi sebagian dari 2
teratasi semuanya. Dimana evaluasi pada kasus yang diagnosa dan belum teratasi dari 1 diagnosa pada
dilakukan pada Tn. Y penulis melakukan evaluasi hari rawatan kelima. Evaluasi dari tindakan
dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 keperawatan pada masalah klien yaitu nyeri akut
hari dan hanya 2 masalah pasien dapat teratasi berhubungan dengan agen cedera fisik, gangguan
sebagian yaitu nyeri akut, resiko infeksi, 1 diagnosa mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
yang tidak teratasi yaitu gangguan mobilitas fisik. integritas struktur tulang, resiko infeksi ditandai
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gemynal dengan factor resiko efek prosedur invasif, secara
Kurnia Antoni (2019) evaluasi dari ketiga diagnosa keseluruhan sudah tercapai pada hari ketiga tindakan
yaitu nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, resiko keperawatan.
infeksi, masalah keperawatan teratasi [9]. Menurut
Budiono (2016) evaluasi dari ketiga diagnosa yaitu
nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, Daftar Rujukan
masalah keperawatan teratasi [11].
[1] J. L. Hinkle and K. H. Cheever, Brunner &
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada Tn Y Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical
maka penulis mendapatkan kesenjangan antara Nursing (Textbook of Medical-Surgical
jurnal, teori, dan kasus yang penulis lakukan penulis Nursing (Brunner & Sudarth’s). 2013.
menggunakan evaluasi hasil serta menggunakan [2] A. S. Wijaya, KMB Keperawatan Dewasa
pendekatan SOAP karena evaluasi hasil sumatif Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
dilakukan pada akhir tindakan keperawatan pasien. Medika, 2013.
Evaluasi hari terakhir dari tindakan keperawatan [3] N. Manurung, Keperawatan Medikal
yang telah dilakukan yaitu pada tanggal 19 Januari Bedah : Konsep Mind Mapping dan NANDA
2021 ditemukan data sebagai berikut: S: pasien NIC NOC. Jakarta: TIM, 2018.
mengatakan nteri sudah berkurang. O: Meringis [4] A. Muttaqin, Asuhan Keperawatan
berkurang. A: masalah teratasi sebagian. P: Gangguan Integumen. Jakarta: Salemba
Medika, 2011.
[5] Ministry of Health of the Republic of
Indonesia, “Laporan Nasional RIKESDAS
2018,” Jakarta, 2018.
[6] Risnah, R. Hr, M. U. Azhar, and M. Irwan,
“Terapi Non Farmakologi dalam
Penanganan Diagnosis Nyeri Akut pada
Fraktur : Systematic Review,” vol. 4, pp. 77–
87, 2019.
[7] “Infodatin-Osteoporosis-2020.”
[8] KNKT, “DATA INVESTIGASI
KECELAKAAN LLAJ TAHUN 2010 –
2016,” 2016.
[9] G. K. Antoni, Asuhan Keperawatan Pada Tn
. M Ruang Trauma Center Irna Bedah RSUP
dr. M.Djamil Padang Tahun 2019. Padang:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang,
2019.
[10] PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. 2018.
[11] Budiono, Konsep DasarKeperawatan.
Jakarta: Kemenkes RI, 2016.
[12] PPNI, Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. 2018.
[13] PPNI, Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. 2018.