You are on page 1of 4

RSUD BANYUMAS

Jl. Rumah Sakit No.1, Karangpucung, Kejawar, Kec. Banyumas, Kabupaten


Banyumas, Jawa Tengah 53192

Panduan Praktik Klinis


SEPSIS
1. Pengertian (Definisi) Sepsis adalah respons inflamasi sistemik yang disebabkan oleh
karena infeksi.
2. Anamnesis Menentukan apakah infeksi berasal dari komunitas atau
nosokomial, dan apakah pasien immunocompromise. Beberapa
tanda terjadinya sepsis meliputi :
1. Demam atau tanda yang tidak terjelaskan disertai keganasan
atau instrumentasi
2. Hipotensi, oliguria atau anuria
3. Takipnea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab yang
jelas
4. Perdarahan

3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik diperlukan untuk mencari lokasi dan penyebab
infeksi dan inflamasi yang terjadi, misalnya pada dugaan infeksi
pelvis, dilakukan pemeriksaan rectum, pelvis dan genital.
4. Kriteria Diagnosis 1. Disebut sepsis bila terdapat sindrom respons inflamasi
sistemik disebabkan oleh infeksi
2. Adanya renjatan ditandai dengan turunnya tekanan darah
sistolik < 90 mmHg atau turunnya tekanan darah > 40
mmHg dari tekanan darah awal.
3. Sindrom respos inflamasi sistemik ditandai dengan dua
gejala atau lebih berikut:
a. Suhu badan > 38°C atau < 36°C
b. Frekuensi denyut jantung > 90 kali permenit.
c. Frekuensi pernafasan > 20 kali per menit atau PaCO2
< 32 tor
d. Hitung leukosit >12.000/mm3 , atau < 4000/mm3, atau
adanya > 10% sel darah putih muda (batang).
5. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan criteria sepsis (SIRS dan uji
biakan positif), gejala dan hasil laboratorium yang mendukung.
1. Terlihat jelas sakit berat dan kondisi serius tanpa penyebab
yang jelas
2. Adanya penyakit infeksi
a. Faktor resiko
b. Sumber infeksi, misalnya : pneumonia, meningitis,
arthritis, selulitis, pielonefritis.
3. Adanya respon sistemin terhadap penyakit infeksi
4. Adanya gangguan status mental dan atau oliguria, peninggian
kadar asam laktat, hipoksemia menunjukkan penderita sudah
jatuh ke dalam sindroma sepsis.
5. Kegelisahan dan agitasi biasanya menunjukkan bahwa pasien
akan jatuh ke dalam stadium syok sepsis.
6. Diagnosis Banding a. Renjatan kardiogenik
b. Renjatan hipovolemik
7. Pemeriksaan Penunjang DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD, elektrolit,
kultur darah dan infeksi fokal (urin, pus, sputum, dll) disertai uji
kepekaan mikroorganisme terhadap anti mokroba, foto toraks.

8. Terapi Prinsip penatalaksanaan sepsis adalah pemberian antibiotik


(sesuai mikroganisme penyebab), netralisasi toksin, eliminasi
berbagai mediator inflamasi, dan suportif.
Kontrol infeksi merupakan pilar utama terapi. Konsep baru
optimalisasi pemberian antibiotik dalam upaya mematikan kurnan
pathogen, maka anti mikroba dibagi 2 golongan : cancentration-
dependent killing, misalnya aminoglicosida dan fluorocuinolone;
time-dependent killing, misalnya betalactam, macrolid,
Clindamycine, flucitosine. Panduan pemilihan antibiotik, empiris
pada sepsis tergantung situasi

A. Keadaan imunokompeten
- Ceftriaxone 1 g tiap 12 jam atau meropenem 1 g
tiap 8 jam. Dapat ditambahkan gentamycine atau
tobramycine 5 mg/kg BB tiap 12 jam. Bila alergi
dengan beta-lactam diberikan ciprofloxacin 400
mg tiap, 12 jam ditambah clindamycine 600 mg
tiap 8 jam. Bila MRSA ditambahkan vancomycine
5mg/kgBB tiap 12jam pada setiap regimen.

B. Keadaan imunokompromise :
1. Neutropenia (neutrofil < 500µl)
- Ceftazidime 2 g tiap 8 jam ditambah
tobramycine 5mg/kg BB tiap 12 jam
- Meroponem 1 g tiap 8 jam atau ceftazidime
atau cefepime 2 g tiap 12 jam
2. Inttra venous drug user:
- Nafcillin atau oxacillin 2 g tiap 4 jam
ditambah gentamycine 5 mg/kg BB tiap 24
jam
- Bila alergi dengan beta-lactam, vancomycinc
15 mg/kg BB tiap 12 jam ditambah
gentamycine
3. AIDS:
- Ceftazidime 2 g tiap 8 jam
- Bila alergi dengan beta-laktarn dapat
diberikan ciprofloxacine 400 mg tiap 12 jam
ditambah vancomycin 15 mg/kg BB tiap 12
jam
Supertif Metabolik, hemodinamik dan respiratorik
Obat antimikroba hanya mampu mengeliminer mikroorganisme
penyebab, sedangkan mediator kimiawi, sitokin yang terlanjur ke
luar perlu diatasi. Karena pada sepsis tedadi hipermetabolik dan
hiperkatabolisme protein, maka dukungan nutrisi Tingkat kalori

Tinggi Protein (TKTP) perlu diberikan termasuk susu proten 3 kali


20 gram sehari.

1. HIPOTENSI
- Pemberian cairan. Pengelolaan cairan merupakan aspek
penting pada perawatan penderita sepsis. Produksi urine
dipertahankan 30 ml/jam.
- Bila keadaan tidak dapat diatasi dengan pemberiari cairan
dapat diberikan obat vasopresor golongan
simpatornimetik amine, dopamine dan dobutamine.
Dopamine diberikan 2-25 mg/kg/menit didalam cairan
infuse (Dextrose 5% atau normal salin tiap 10-20 menit
sampai tekanan sistolik lebih dari 90 mmHg dan produksi
urine lebih dari 30 ml/jam. Dopamine 5-10
mikrogram/kgBB/menit mernppunyai efek merangsang
Beta, meningkatkan curah jantung, dilatasi splanknik.
Renal melalui stimulasi reseptor dopamine dosis yang
lebih besar menyebabkan rangsang pada reseptor alfa dan
menyebabkan vasokontriksi. Dobutamin 2-25
mg/kgBB/menit, titrasi = dopamine. Parameter
pematauan klinis adalah kesadaran, produksi urin, (dan
perfusi kulit atau dipantau melalui pemasangan CVP.

2. KOREKSI:
- bila terjadi metabolik asidosis berat ( pH <7.2) segera
koreksi dengan Na Bicarbonate
- bila anemia, tranfusi darah
- bila hipoalbuminemia, tranfusi albumin

3. KID
Bila mengalami perdarahan, transfusi FEP dan trombosit

4. RESPIRASI.
Oksigen arterial diperiksa dengan pemeriksaan gas darah.
Oksigen diberikan melalui pipa nasal atau masker untuk
mempertahankan saturasi oksigen arteri lebih dari 90%. Bila
terjadi gagal nafas dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.

9. Edukasi Faktor resiko yang menjurus pada sepsis dapat dikurangi


dengan banyak metode. Cara yang paling penting untuk
mengurangi kesempatan untuk sepsis adalah untuk pertama
mencegah segala infeksi. Vaksin, kesehatan yang baik,
mencuci tangan dan menghindari sumber infeksi adalah
metode pencegahan yang baik sekali.

Jika infeksi terjadi, perawatan segera dari segala infeksi


sebelum menyebar ke dalam darah adalah mungkin untuk
mencegah sepsis. Ini teruatama penting pada pasien yang
berisiko lebih besar untuk infeksi seperti :
1. Pasien yang mempunyai system imun yang ditekan
2. Pasien dengan kanker
3. Pasien Diabetes Mellitus
4. Pasien dengan usia lanjut.

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam


Ad sanationam : dubia ad malam Ad
fungsionam : dubia ad malam

11. Tingkat Evidens I/II/III/IV

12. Tingkat Rekomendasi A/B/C


13. Penelaah Kritis 1. dr., SpPD
2. dr., SpPD
3. dr., SpPD
4. dr., SpPD
5. dr., SpPD
14. Indikator Medis a. Gejala infeksi berat
b. Disfungsi organ

15. Kepustakaan 1. Badley AD, Steckkelberg M (2001). Sepsis Syndrome, In:


Current Diagnosis and.Treatment in Infectious Diseases,
International Edition. Editors: Wilson WR, Drew WL Henry
NK, Sande MA, Relwan DA. Lange Medical Books/McGraw-
Hill, NewYork,p231.
2. Kuntaman, Ni Made Mertaniasih, Kartuti Debora, Poli
Gasperz (2002). Pola Mikroba Pada Sepsis. Media IDI 27, 11.
3. Munford RS (2001). Sepsis and septic Shock. In; Harrison’s
Prinsiples of Internal,medicine. 15th Edition. Volume 1,
Editors : Brounwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL,
Longo DL, Jameson JL.McGraw-Hill, Medical Publishing
Division P. 199.
4. Nelwan (2002). Pedoman Penggunaan Antimikroba pada
Penderita Usia Lanjut. Dalam:3rd JADE Current Issue on
Prevention and Treatment in Infectious Disease,
Jakarta,hlm298.
5. Saljers AA, Whitt DD (1994). Septic Shock, In: Bakterial
Pathogenesis A Molecular Approach. American Society for
Microbiology, Washington, p.56.
6. Suharto (2000). Tatalaksana Syok Septik. Dalam : Update on
Shock. Pertemuan IlmiahTerpadu I FK Unair Surabaya, hlm
173.
7. Suharto (2001). Strategi Baru Pengobatan Sepsis. Majalah
Kedokteran Tropis, Indonesia12, 1.
Todd KH (1993). Sepsis. In: Internal Medicine: Diagnosis and
therapy. Editor: Stein JH Appleton and Lange, Oklahoma,
p.573

You might also like