TINJAUAN FARMAKOLOGI

FARMAKOTERAPI ANTIMIKROBA

Noor Wijayahadi
2011

1
 KEY CONCEPTS

• Paparan antimikroba pada kuman 

merangsang resistensi
• Prinsip farmakoterapi antimikroba
– Buat diagnosis tepat
– Do no harm
• Target  Hanya Kuman Pathogen

2
 PEMILIHAN ANTIMIKROBA
FAKTOR OBAT
• Spektrum & efek pada
non-targeted flora
• Dosis
• Karakter Farmakokinetik /
Farmakodinamik
• Potensi ESO
• Potensi Drug Interaction
• Cost (overall cost)
FAKTOR PASIEN
• Lokasi anatomis infeksi
• Riwayat penggunaan
antimikroba
• Riwayat alergi
• Fungsi hepar & renal
• Concomitant medication
• Pregnancy & Lactation
• Potensi Compliance
3
 Kategori EBM
Meta analisis & Syst Review 1A
Randomized Controlled Trial 1B
Non Randomized Trial 2A
Quasi Experimental 2B
Observational Study 3
Expert Opinion, Clinical Experience 4
Uji Praklinik
Uji In-Vitro

4
FAKTOR BERPENGARUH PADA TERAPI
ANTIBIOTIKA

OBAT

PASIEN KUMAN

5
 JENIS KUMAN
• Gram Positive Cocci
• Gram Positive Bacilli
• Gram Negative Cocci
• Gram Negative Bacilli
• Anaerobes
• Spirochetes
• Mycobacteria

6
 kuman berdasar lokasi infeksi
Mouth Skin/Soft Tissue Bone and Joint
Peptococcus S. aureus S. aureus
Peptostreptococcus S. pyogenes S. epidermidis
Actinomyces S. epidermidis Streptococci
Pasteurella N. gonorrhoeae
Gram-negative rods

Abdomen Urinary Tract Upper Respiratory

E. coli, Proteus E. coli, Proteus S. pneumoniae
Klebsiella Klebsiella H. influenzae
Enterococcus Enterococcus M. catarrhalis
Bacteroides sp. Staph saprophyticus S. pyogenes

Lower Respiratory Lower Respiratory Meningitis

Community Hospital S. pneumoniae
S. pneumoniae K. pneumoniae N. meningitidis
H. influenzae P. aeruginosa H. influenza
K. pneumoniae Enterobacter sp. Group B Strep
Legionella pneumophila Serratia sp. E. coli
Mycoplasma, Chlamydia S. aureus Listeria
7
 Prinsip Dasar Antibiotik
• Toksisitas Selektif
• Mekanisme kerja
• Broad or Narrow spectrum
• Bactericidal atau bacteriostatic
• Time or Concentration Dependent
• Oral atau Parental
• Half-Lives
• Kombinasi antibiotik
8
 Mekanisme Kerja Antimikroba
• Hambat sintesa dinding sel Ganggu DNA/RNA
kuman – Rifamycins
– Penicillins
– Quinolones
– Cephalosporins
– Carbapenems
– Monobactams (aztreonam) Hambat metabolisme folat
– Vancomycin – Trimethoprim
• Hambat sintesa protein – Sulfonamides
– Chloramphenicol
– Tetracyclines
– Glycylcycline (Tigecycline) Lain-lain
– Macrolides – Metronidazole
– Clindamycin
– Daptomycin
– Streptogramins
(quinupristin/dalfopristin)
– Oxazolidinones (linezolid)
– Aminoglycosides 9
Faktor Pasien
• Derajat infeksi
• Mekanisme pertahanan tubuh
• Farmakokinetika individual
. umur
. fungsi ginjal
. fungsi hati
• Farmakogenetik

10
 Prinsip Penggunaan Antibiotika

Diagnosa
Idealnya “ diagnosa bakteriologik”

Tidak mungkin
ambil spesimens
sebelum terapi

Terapi antibiotika secepatnya

berdasarkan diagnosa klinik
(best guess) 11
. Apakah antibiotika diperlukan ?

. Pilih Antibiotika yang tepat

berdasarkan pertimbangan :
> spektrum
> resistensi kuman
> farmakokinetik
> bukti klinik
> sinergisme (untuk penggunaan kombinasi)
> harga

12
 Terapi Antimikroba
• Empiric
– Kuman belum teridentifikasi
–  best guest ? “broad spectrum” ?
• Definitive
– Kuman dan Uji Kepekaan kuman sudah ada
–  “narrow” spectrum
• Prophylactic or preventative
– Mencegah jangkitan infeksi atau rekurensi pasca
infeksi

13
 Eradikasi kuman AB bakteriostatik
tegantung
mekanisme pertahanan tubuh

Pertimbangkan mekanisme pertahanan tubuh

pada penggunaan AB bakteriostatik
Mis. pada : - penderita AIDS
- penggunaan obat immunosupresan

Bakteriosidal > Bakteriostatik

14
Pertimbangan Efek Samping
1. Reaksi alegi
2. Superinfeksi
3. interaksi obat

Pertimbangan :
- cara pemberian
- dosis
- frekuensi
- lama pemberian

15
Pertimbangan Penggunaan Obat Tambahan
misal :
. Probenicid
. Asam Klavulanat
. Sulbaktam

16
FARMAKOKINETIK / FARMAKODINAMIK (PK/PD)
SEBAGAI INSTRUMEN KENDALI DALAM TERAPI
ANTIBIOTIK

17
 Post Antibiotic Effect
– Post Antibiotic Effect (PAE) adalah istilah untuk
menjelaskan masih adanya efek penekanan
pertumbuhan bakteri setelah pemberian antibiotik
dihentikan
– In vivo juga terjadi Postantibiotic sub-MIC effect (PAE-
SME) dan Postantibiotic Leucocytes Enhancement Effect
(PALE)
– Efek PAE in-vivo biasanya lebih lama daripada efek PAE
in-vitro, terjadi karena adanya tambahan efek PALE. Efek
PAE in-vivo aminoglikosida dan kuinolon terhadap baksil
gram negatif menjadi dua kali lipat efek in-vitro

18
 Post Antibiotic Effect
– Post Antibiotic Effect sedang (moderate) sampai lama
(prolonged) terjadi pada
• semua jenis antibiotik terhadap kuman susceptible
gram positif (stafilokokus dan streptokokus)
• antibiotik penghambat sintesa protein / as. nukleat
terhadap baksil gram negatif
– Post Antibiotic Effect sedikit (short) atau tidak ada sama
sekali, terjadi pada pemberian antibiotik beta-laktam
(kecuali karbapenem) terhadap baksil gram negatif

19
Pola 1: concentration-dependent killing
 aminoglycosides, fluoroquinolones

Strategi penggunaan antibiotik dengan pola

concentration-dependent killing adalah:
• Gunakan dosis maksimal / setinggi mungkin yang
dapat diterima penderita
• Parameter paling berpengaruh di klinik adalah
Cmax/MIC atau AUC/MIC

20
 Parameter PK/PD antibiotik dengan
pola concentration-dependent killing :

• AUC/MIC (perlu  125 untuk kuman Gram

negative dan  30 untuk kuman Gram
positive)
• Cmax/MIC (perlu  8-10)

21
Pola 2: time-dependent killing
 betalactams, macrolides

Strategi penggunaan antibiotik dengan pola

time–dependent killing adalah:
• Gunakan antibiotik dengan dosis minimal dalam
jangka waktu (durasi) yang maksimal
• Parameter yang paling berpengaruh di klinik adalah
length of time of above-MIC antibiotic blood level

22
 Parameter PK/PD antibiotik dengan
pola time-dependent killing :

• Time above MIC (perlu  40% of dosage

interval)
• Konsentrasi antibiotik dalam darah cukup 4 x
MIC

23
 Pola 1 Pola 2 Pola 3
Karakter - concentration - time dependent - time
P-Dinamik dependent - PAE minimal dependent
- PAE sedang sampai sedang - PAE lama
sampai lama
Jenis Aminoglikosida Beta laktam Tetrasilkin
Antibiotik Fluorokuinolon Makrolid Azitromisin
Metronidasol Klindamisin Glikopeptid
Amfoterisin B Oksazolidin Kuinopristin
Ketolid Flusitosin Flukonasol
Daptomisin
Dosing Maksimumkan Maksimumkan Optimalkan
Regimen dosis / duration of jumlah obat
konsentrasi exposure keseluruhan
obat
Parameter Peak Level dan Time above MIC AUC
P-Kinetik AUC
24
Hasil terapi aminoglikosida menggunakan pola daya
bunuh antibiotika:

• Efikasi klinik sama atau lebih baik

• Bacterial killing meningkat
• Toksisitas aminoglikosida berkurang
• Mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap aminoglikosida dan kuinolon
• Menurunkan biaya pengobatan
(Proctor, 1987; Rybak, 1999; Craig, 2002)

25