You are on page 1of 11

J.

Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023


J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) MENGGUNAKAN PELARUT


METANOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN SIFAT FISIK EDIBLE FILM NATA
DE COCO

Effect of Betel Leaf Extract (Piper betle L.) Using Methanol Solvent on Antibacterial Activity and Physical Properties of
Edible Film Nata De Coco

Saras Granita1*, RH. Fitri Faradilla1, Mariani L.1


1Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, Kendari
*Email: sarasgranita3424@gmail.com (Telp: +6285241519698)

Diterima Tanggal : 2023


Disetujui Tanggal : 2023

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of betel leaf extract (Piper betle L.) using methanol as a solvent on the
antibacterial activity and physical properties of edible film nata de coco. This research used a Completely Randomized
Design (CRD) consisting of 5 treatments and 3 repetitions, namely S0 (0%), S1 (3%), S2 (6%), S3 (9%), and S4 (12%).
Data were analyzed using Analysis of Variances (ANOVA), if there was a significant effect followed by Duncan's Multiple
Range Test (DMRT) at 95% confidence level (α=0.05). The results of the study showed that the betel leaf extract
formulation had a very significant effect (P<0.01) on antibacterial activity, where increasing the concentration
tended to increase the antibacterial activity value of 7.08-13.05 mm. However, the addition of betel leaf extract had
no significant effect (p>0.05) on the physical properties of edible film, namely thickness and solubility, where the
thickness values obtained ranged between 0.03-0.05 mm, and the solubility values ranged between 37.87-40.86%.

Keywords: Edible film, betel leaf, methanol, nata de coco

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L.) menggunakan pelarut
metanol terhadap aktivitas antibakteri dan sifat fisik edible film nata de coco. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 jenis perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu S0 (0%), S1 (3%), S2 (6%), S3 (9%),
dan S4 (12%). Data dianalisis menggunakan ragam Analysis of Variances (ANOVA), jika berpengaruh nyata dilanjutkan
dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan
formulasi ekstrak daun sirih memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas antibakteri, dimana
semakin meningkatnya konsentrasi cenderung meningkatkan nilai aktivitas antibakteri dari 7,08-13,05 mm. Akan tetapi,
penambahan ekstrak daun sirih berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap sifat fisik edible film yakni ketebalan dan
kelarutan secara nyata, dimna nilai ketebalan yang diperoleh berkisar antara 0,03-0,05 mm, dan nilai kelarutan berkisar
antara 37,87-40,86%.

Kata kunci: Edible film, daun sirih, metanol, nata de coco

1
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

PENDAHULUAN

Plastik merupakan bahan yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia dan telah berkembang
menjadi industri besar. Bahan kemasan yang berasal dari polimer petrokimia, atau plastik, memiliki beberapa
keunggulan seperti fleksibilitas (tergantung bentuk produk), transparansi, kerapuhan, dapat dikombinasikan
dengan kemasan lain, dan tidak korosif, sehingga sangat banyak digunakan. Namun, plastik konvensional
tidak dapat terurai secara alami, sehingga menimbulkan pencemaran (Coniwanti et al., 2014). Sebagian besar
kemasan plastik mencemari lingkungan, tidak dapat terurai secara alami (Ulfah et al., 2018). Sehingga, perlu
adanya alternatif pengganti plastik yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
pembuatan edible film.
Edible film adalah lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi bahan pangan, penghalang pergerakan
uap air, oksigen, karbon dioksida, aroma, zat terlarut dalam pangan, pembawa zat aditif (antibakteri,
antioksidan, dan flavor) dan meningkatkan karakteristik suatu makanan (Murni et al., 2013). Hidrokoloid
polisakarida adalah kelompok biopolimer paling umum digunakan dalam produksi edible film dan coating.
Polimer paling umum yang terdapat di alam adalah selulosa. Selulosa bersifat tidak larut dalam air diakibatkan
besarnya jumlah intramolekul dari ikatan hidrogen. Kelarutan air dari selulosa dapat ditingkatkan dengan
memberi perlakuan menggunakan alkali sehingga strukturnya mengembang. Film dan coating yang berbasis
selulosa yang dimana memiliki area permukaan dan struktur biopolimer yang besar, dapat menahan sebagian
besar kandungan air dalam produk sehingga menunjukkan adanya sifat anti-tengik (Kocira et al., 2021).
Salah satu jenis produk yang mengandung banyak selulosa yakni Nata de coco. Nata de coco adalah
produk olahan dari buah kelapa yang berbentuk jelly dan digemari oleh masyarakat serta dapat digunakan
pada berbagai olahan jenis makanan juga minuman. Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi kultur
bakteri Acetobacter xylinum dalam media air kelapa yang diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui
proses yang terkontrol, yakni pemberian nutrisi yang dapat mendukung kelangsungan hidup bakteri yakni
pupuk ZA, sukrosa, dan asam cuka. Dalam kondisi seperti itu, bakteri ini menghasilkan enzim yang dapat
disusun menjadi ribuan rantai gula atau serat selulosa (Nugroho dan Aji, 2015; Oktarina et al., 2012).
Pengembangan produk nata banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku edible film, dimana nata
mengandung bioselulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Penelitian dengan memanfaatkan
nata de coco sebagai bahan baku pembuatan edible film telah banyak dilaporkan pada beberapa literatur
ilmiah (Barlina et al., 2018; Elfiana et al., 2018; Yusra, 2019, dan Ismaya et al., 2021). Namun, penelitian
edible film nata de coco dengan substitusi zat aditif antimikroba masih terbatas dan belum banyak dilakukan.
Penggunaan ekstrak daun telah digunakan pada beragam penelitian untuk berbagai produk-produk
makanan, salah satunya adalah daun sirih, dimana sirih dapat digunakan sebagai antimikroba dalam

2
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

pembuatan kemasan film karena memiliki aktivitas antibakteri (Nouri dan Nafchi, 2014; Srikandace et al.,
2018; Wulandari, 2020). Daun sirih (Piper betle L.) dikenal sebagai tanaman obat-obatan tradisional yang
mengandung senyawa polifenol seperti tanin dan flavonoid. Tanin dan flavonoid memiliki sifat antibakteri dan
antijamur (Nasution & Gita, 2021).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengembangkan pembuatan edible film menggunakan
bioselulosa Nata de coco dengan substitusi ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan plasicizer gliserol. Kemasan
makanan ini ditujukan sebagai alternatif kemasan plastik yang memenuhi standar dan ramah lingkungan
dengan memanfaatkan limbah air kelapa sebagai bahan pengemas.

BAHAN DAN METODE


Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain bahan pembuatan edible film meliputi air kelapa,
nanas, gula pasir, garam, cuka dapur (asam asetat), carboxymethyl cellulose (CMC), biakan murni
Acetobacter xylinum, ZA, daun sirih hijau, aquadest, pelarut metanol (teknis), dan gliserol food grade.
Sedangkan bahan untuk analisis antimikroba yaitu Nutrient Agar (NA), Nutrient broth (NB), NaCl fisiologis
0,9%, kloramfenikol, isolat bakteri Escherichia coli.

Tahapan Penelitian
Pembuatan Serbuk Daun Sirih (Rukmini et al., 2020)

Prosedur pembuatan serbuk daun sirih, daun sirih sebanyak 3 kg dicuci dengan air mengalir, kemudian
dipisahkan batang dengan daunnya dan dilakukan perajangan. Daun yang telah dirajang dikeringkan dengan
oven 60oC selama 24 jam, lalu dihaluskan dengan blender hingga diperoleh serbuk yang halus dan disimpan
dalam wadah tertutup.

Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Inayatullah, 2012 yang telah dimodfikasi)

Pembuatan ekstrak daun sirih, serbuk daun sirih 200 g direndam dalam pelarut metanol 2000 mL
hingga sampel terendam sempurna. Proses maserasi dilakukan selama dalam toples kaca yang tertutup rapat
yang telah dilapisi aluminium foil agar terlindungi dari sinar matahari, sesekali dilakukan pengadukan.
Kemudian ekstrak disaring dan residunya kembali diekstraksi menggunakan total ekstraksi daun sirih dan
volume pelarut yang sama sebanyak 2 kali pengulangan (2 x 24 jam). Selanjutnya, filtrat hasil ekstraksi
dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kental (crude extract).

3
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Peremajaan Starter Acetobacter xylinum (Salfia, 2022)

Pembuatan media peremajaan starter A. xylinum, pengupasan dan pembersihan buah nanas
menggunakan campuran air dan garam. Kemudian, buah nanas diparut dan disaring hingga diperoleh sari
nanas. Sari nanas yang diperoleh dilakukan perebusan dengan pencampuran 2000 mL air kelapa, sari nanas
80 mL, penambahan gula pasir 8 g dan ZA food grade masing-masing sebesar 8 g, dan cuka dapur 8 mL
sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, campuran air kelapa sebanyak 350 mL dimasukkan ke dalam botol kaca
kaca yang telah disterilkan menggunakan autoclave. Starter kemudian diinokulasi dan diinkubasi selama 5-7
hari. Bakteri A. xylinum kemudian siap untuk diremajakan.
Proses peremajaan bibit starter diawali dengan media untuk peremajaan yang berada dalam botol
kaca kemudian di sterilisasi menggunakan plastik tahan panas ke dalam autoclave dengan suhu 121 oC
selama 15 menit, dan didinginkan hingga mencapai suhu ruang. Selanjutnya, media dilakukan inokulasi yakni
penambahan starter induk Acetobacter xylinum sebanyak 35 mL dalam kondisi lingkungan steril. Setelah di
inokulasi, dilakukan inkubasi selama 4-5 hari hingga muncul nata. Bibit starter bakteri A. xylinum siap
digunakan untuk proses selanjutnya.

Pembuatan Nata de coco (Barlina et al., 2018)

Pembuatan Nata de coco, air kelapa sebanyak 1 L disaring, lalu dididihkan hingga suhu 1000C,
kemudian ditambahkan gula pasir sebanyak 50 g, ZA 4 g dan cuka sebanyak 3 tetes sambil diaduk perlahan
hingga larut. Air kelapa lalu didinginkan selama 20 menit dan dituang pada baki plastik yang telah disterilkan
dengan alkohol, lalu ditambahkan 20 mL starter Acetobacter xylinum tanpa diaduk. Selanjutnya, ditutup rapat
menggunakan kertas koran yang telah disterilkan, dan diinkubasi selama 8 hari.

Pembuatan Edible Film Nata de coco Ekstrak Daun Sirih (Barlina et al., 2018; Wulandari, 2020 yang

dimodifikasi)

Pembuatan edible film dari nata de coco, sebanyak 250 g bioselulosa Nata de coco ditambahkan 100
mL air matang dan dihaluskan menjadi bentuk slurry (pasta). Menimbang slurry (pasta) bioselulosa nata de
coco sebanyak 98 g pada gelas kimia. Setelah itu ditambahkan CMC sebanyak 1 g, gliserol 1 mL dan
akuades sebanyak 100 mL sedikit demi sedikit lalu diaduk menggunakan magnetic stirrer (850 rpm) di atas
hotplate pada suhu 70-75oC dan didinginkan hingga mencapai suhu ruang. Selanjutnya, ekstrak daun sirih
ditambahkan dengan variasi (0%, 3%, 6%, 9% dan 12%) dari jumlah akuades. Kemudian larutan diaduk
hingga homogen selama 5 menit. Tahap akhir, larutan dituang ke dalam petridish kaca (90 mm x 15 mm)
sebanyak 35 mL dan dikeringkan dalam oven kondisi tanpa tutup pada suhu 60oC selama 3 x 24 jam.

4
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Analisis Karakteristik Edible Film

Analisis karakteristik edible film yang dilakukan meliputi: analisa ketebalan menggunakan metode yang
dilaporkan oleh (Unsa dan Gina, 2018), analisis kelarutan menggunakan metode yang dilaporkan oleh
(Fanani, 2020), dan analisis aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli menggunakan metode yang
dilaporkan oleh (Tohamba, 2022).

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan S0 (0% ekstrak daun
sirih), S1 (3% ekstrak daun sirih), S2 (6% ekstrak daun sirih), S3 (9% ekstrak daun sirih) dan S4 (12% ekstrak
daun sirih). Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan.

Analisis Data

Data hasil penelitian meliputi zona hambat bakteri Escherichia coli, ketebalan, dan kelarutan dianalisis
menggunakan sidik ragam Analysis of Variance (ANOVA), apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan
dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) menggunakan
aplikasi SPSS (SPSS 22.0).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Antibakteri dan Sifat Fisik Edible Film

Hasil rekapitulasi analisis ragam hasil analisis sidik ragam aktivitas antibakteri dan sifat fisik edible film
nata de coco disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam aktivitas antibakteri dan sifat fisik edible film nata de coco dengan
penambahan ekstrak metanol daun sirih

Analisis Sidik Ragam


No. Variabel Pengamatan
Penambahan ekstrak metanol daun sirih
1 Aktivitas Antibakteri **
2 Ketebalan tn
3 Kelarutan tn
Keterangan: tn = Tidak berpengaruh nyata (p>0,05), ** = Berpengaruh sangat nyata (p<0,01)

Berdasarkan data Tabel 2 menunjukkan bahwa variasi penambahan ekstrak metanol daun sirih
berpengaruh nyata terhadap aktivitas antibakteri dan berpengaruh tidak nyata terhadap ketebalan dan
kelarutan edible film nata de coco.

5
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Aktivitas Antibakteri

Senyawa antibakteri adalah senyawa dalam konsentrasi kecil yang diproduksi oleh mikroorganisme
dimana dapat menghambat dan membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme (Menon dan Arif, 2017).
Senyawa antibakteri termasuk dalam kelompok antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri. Senyawa antibakteri memiliki kemampuan untuk menghentikan atau bahkan membunuh bakteri
dengan menghentikan metabolisme mikroba yang merugikan (Sinuraya et al., 2019). Rerata penambahan
ekstrak metanol daun sirih terhadap aktivitas antibakteri edible film disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata penambahan ekstrak metanol daun sirih terhadap aktivitas antibakteri edible film
Rerata Aktivitas
Konsentrasi ekstrak metanol daun
Antibakteri (diameter zona Kategori
sirih (%)
bening (mm)) ± SD
S0 Kontrol (+) (0) 36,82a ± 1,96 Sangat Kuat
S0 Kontrol (-) (0) 9,80b ± 4,18 Sedang
S1 (3) 7,08b ± 0,56 Sedang
S2 (6) 12,25 ± 0,49
c Kuat
S3 (9) 13,05c ± 0,09 Kuat
S4 (12) 13,00 ± 1,38
c Kuat
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji
DMRT0,05 taraf kepercayaan 95%. (Kontrol (+) merupakan sampel S0 yang direndam
kloramfenikol, sedangkan Kontrol (-) merupakan sampel S0 yang direndam dalam aquadest;
(S1)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 3%, (S2)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 6%; (S3)=
Konsentrasi ekstrak daun sirih 9% dan (S4)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 12%

Berdasarkan uji aktivitas antibakteri edible film nata de coco dengan penambahan ekstrak metanol
daun sirih pada Tabel 3 menunjukkan bahwa diamter zona bening tertinggi diperoleh pada sampel S3 sebesar
13,05 mm, sedangkan diameter zona bening terendah diperoleh sampel S1 sebesar 7,08 mm. Kode sampel
S0 Kontrol Positif berbeda nyata dengan sampel S0 kontrol negatif, S1, S2, S3, dan S4. Secara umum,
semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun sirih yang ditambahkan, maka semakin meningkat nilai
aktivitas antibakteri edible film.

Zona hambat yang dihasilkan menunjukkan bahwa seiring dengan penambahan konsentrasi ekstrak
metanol daun sirih, nilai zona hambatnya juga meningkat. Hal ini sejalan dengan Wulandari (2019) bahwa
semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri maka semakin banyak pertumbuhan bakteri yang terhambat
jika konsentrasi zat antibakteri lebih tinggi. Daya antibakteri daun sirih disebabkan oleh adanya kandungan
senyawa aktif seperti tanin dan flavonoid. Senyawa tanin dan flavonoid berperan dalam perusakan sel bakteri.
Mekanisme tanin dengan menginaktifkan enzim bakteri serta mengganggu sel bakteri hingga menjadi lisis,
sedangkan flavonoid dengan membentuk senyawa kompleks yang dapat merusak membran sel bakteri
(Wulandari, 2020).

6
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Ketebalan
Ketebalan menjadi parameter penting yang memiliki pengaruh terhadap produk yang akan dikemas
oleh film. Ketebalan merupakan sifat fisik yang akan mempengaruhi kuat tarik, elongasi, dan kemampuan
menahan transmisi uap air dari suatu edible film (Santoso et al., 2020). Rerata penambahan ekstrak metanol
daun sirih terhadap ketebalan edible film disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata hasil penilaian ketebalan edible film nata de coco dengan penambahan ekstrak metanol daun
sirih

Konsentrasi ekstrak metanol daun sirih (%) Rerata Ketebalan (mm) ± SD


S0 (0) 0,05 ± 0,01
S1 (3) 0,04 ± 0,00
S2 (6) 0,05 ± 0,00
S3 (9) 0,04 ± 0,01
S4 (12) 0,03 ± 0,00
Keterangan: (S0)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 0%; (S1)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 3%, (S2)=
Konsentrasi ekstrak daun sirih 6%; (S3)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 9% dan (S4)=
Konsentrasi ekstrak daun sirih 12%

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4, perlakuan konsentrasi ekstrak metanol daun sirih
berpengaruh tidak nyata terhadap ketebalan. Ketebalan edible film nata de coco dengan penambahan ekstrak
daun sirih diperoleh nilai rata-rata berkisar antara 0,03-0,05 mm. Edible film nata de coco dengan
penambahan ekstrak daun sirih yang diperoleh memiliki ukuran ketebalan yang tidak berbeda nyata. Hal ini
diduga dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi ekstrak yang ditambahkan dalam jumlah yang sedikit, sehingga
variasi konsentrasi ekstrak metanol daun sirih tidak berpengaruh terhadap ketebalan edible film. Hal ini sejalan
dengan pendapat Anastasya et al. (2022) yang menyatakan bahwa penambahan konsentrasi bahan yang
sedikit saat pembuatan edible film tidak mempengaruhi nilai ketebalan yang dihasilkan.
Berdasarkan pada standar ketebalan film yang telah ditetapkan oleh standar industri pengemas
makanan Japanese Industrial Standart (JIS) yakni maksimal 0,25 mm, menunjukkan bahwa ketebalan edible
film dari nata de coco dengan penambahan ekstrak metanol daun sirih keseluruhan yang dibuat dalam
penelitian ini telah memenuhi standar film.
Kelarutan
Kelarutan atau daya larut adalah sifat fisik edible film yang menunjukkan persentase berat kering
terlarut setelah dicelupkan dalam air selama 24 jam dan menjadi faktor penentu kemampuan biodegradasi
dari suatu film yang akan digunakan sebagai pengemas makanan. Rerata penambahan ekstrak metanol daun
sirih terhadap kelarutan edible film disajikan pada Tabel 5.

7
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Tabel 5. Rerata hasil penilaian kelarutan edible film nata de coco dengan penambahan ekstrak metanol daun
sirih
Konsentrasi ekstrak metanol daun sirih (%) Rerata Kelarutan (%) ± SD
S0 (0) 39,91 ± 2,39
S1 (3) 40,86 ± 4,07
S2 (6) 38,66 ± 10,41
S3 (9) 40,18 ± 10,15
S4 (12) 37,87 ± 14,82
Keterangan: (S0)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 0%; (S1)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 3%, (S2)=
Konsentrasi ekstrak daun sirih 6%; (S3)= Konsentrasi ekstrak daun sirih 9% dan (S4)=
Konsentrasi ekstrak daun sirih 12%

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 5, perlakuan konsentrasi ekstrak metanol daun sirih berpengaruh
tidak nyata terhadap kelarutan. Kelarutan edible film nata de coco dengan penambahan ekstrak daun sirih
diperoleh nilai rata-rata berkisar antara 37,87-40,86%. Dari analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi ekstrak metanol daun sirih berpengaruh tidak nyata terhadap kelarutan edible film. Nilai kelarutan
edible film yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan Hiremani et al. (2022), dimana edible film campuran pati jagung dan PVA teroksidasi dengan
penambahan ekstrak daun sirih diperoleh nilai kelarutan yang berkisar antara 56%-74%.
Menurut Zulferiyenni et al. (2014), nilai kelarutan yang rendah pada biodegradable film sangat baik
digunakan sebagai bahan pengemas. Nilai kelarutan film yang tinggi dapat berpengaruh terhadap aplikasinya.
Daya larut yang tinggi dapat menyebabkan edible film lebih mudah larut dalam air, sehingga kemampuan
untuk menahan air menjadi berkurang. Daya larut yang tinggi terkait dengan sifat biodegradasi edible film,
tetapi di sisi lain daya larut yang rendah juga penting untuk edible film terutama saat digunakan sebagai
kemasan makanan yang memiliki kadar air atau aktivitas air yang tinggi, atau saat edible film bersentuhan
dengan air dalam melindungi suatu produk makanan (Rusli et al., 2017; Hayati et al., 2020).

KESIMPULAN

Edible film nata de coco dengan penambahan konsentrasi ekstrak metanol daun sirih dapat
menghambat bakteri Escherichia coli dengan zona hambat terbesar pada konsentrasi 9% sebesar 13,05 ±
0,09 mm yang tergolong kategori kuat. Konsentrasi penambahan ekstrak metanol daun sirih berpengaruh
tidak nyata terhadap sifat fisik edible film, yakni ketebalan dengan rerata berkisar 0,03-0,05 mm dan kelarutan
dengan rerata berkisar 37,87-40,86%.

8
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

DAFTAR PUSTAKA

Anastasya T, Muryeti M, Imam S. 2022. Pengaruh Konsentrasi Pektin Kulit Jeruk dan Kitosan Terhadap Sifat
Fisika dan Kimia Edible Film. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Cetak Dan Media Kreatif
(TETAMEKRAF), 1(2): 546-554.

Barlina, R., Suryani L., dan Engelbert M. 2018. Pengolahan Edible film Nata de coco dan Aplikasinya sebagai
Coating pada Daging Kelapa Muda. Buletin Palma, 19(2).

Coniwanti P, Pertiwi D, Pratiwi DM. 2014. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Gliserol dan VCO (Virgin
Coconut Oil) terhadap Karakteristik Edible Film dari Tepung Aren. Jurnal Teknik Kimia. 20(2): 17-
24.

Elfiana, T. N., Anisa N. I. F., Endaruji S., Susy Y. P., dan Irwan N. 2018. Degradation Study of Biodegradable
Plastic Using Nata de coco as A Filler. Biology, Medicine, & Natural Product Chemistry, 7(2).

Fanani, F. 2020. Uji Karakteristik Edible Film Dari Pati Jagung Dengan Penambahan CMC
(Carboxymethylcellulose). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Hayati F., Eko ND., dan Slamet S. 2020. Karakteristik dan Aktivitas Antioksidan Edible Film Alginat Dengan
Penambahan Serbuk Spirulina Platensis. Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries
Science and Technology, 16(4): 286-293.

Hiremani VD, Goudar N, Gasti T, Khanapure S, Vanjeri VN, Sataraddi S, Dsouza OJ, Vootla SK, Masti SP,
dan Chougale RB. 2022. Exploration of Multifunctional Properties Of Piper Betel Leaves Extract
Incorporated Polyvinyl Alcohol-Oxidized Maize Starch Blend Films For Active Packaging
Applications. Journal of Polymers and the Environment, 30(4): 1314-1329.

Inayatullah, S. 2012. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Ismaya FC, Fithriyah NH, Hendrawati, TY. 2021. Pembuatan dan Karakterisasi Edible film dari Nata de Coco
dan Gliserol. Jurnal Teknologi, 13(1): 81-88.

Kocira A, Kozłowicz K, Panasiewicz K, Staniak M, Szpunar-Krok E, Hortyńska P. 2021. Polysaccharides as


Edible films and Coatings: Characteristics and Influence on Fruit and Vegetable Quality—A
review. Agronomy, 11(5): 1-38.

Menon, S., dan Arif S. 2017. Mengkaji aktivitas antibakteri Nasturtium officinale dan ekstrak etanol Pilea
melastomoides terhadap Escherichia coli. Jurnal Farmaka, 15(1): 63-69.

Murni SW, Pawignyo H, Widyawati D, Sari N. 2013. Pembuatan Edible film dari Tepung Jagung (Zea Mays L.)
dan Kitosan. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan: 1–9.

9
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Nasution H, Wulandari G. 2021. The Effect of Betel (Piper betle) Leaf Extract as Antimicrobial Agent on
Characteristics of Bioplastic Based on Sago Starch. dalam IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, 1122: 1-7 IOP Publishing.

Nouri L, Nafchi AM. 2014. Antibacterial, Mechanical, and Barrier Properties of Sago Starch Film Incorporated
With Betel Leaves Extract. International Journal of Biological Macromolecules, 66: 254-259.

Nugroho DA, dan Aji P. 2015. Characterization of Nata de coco Produced by Fermentation of Immobilized
Acetobacter Xylinum. Agriculture and Agricultural Science Procedia, 3: 278-282.

Oktarina, M., Ahmad, I., Thabrani, I. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Plastik Ramah Lingkungan dari Nata de
Manihot. Periodic, 1(1): 38-41.

Rukmini, A., Utomo, D. H. dan Laily, A. N. 2019. Skrining Fitokimia Familia Piperaceae. Prosiding Seminar
Nasional Hayati, 7: 6-12.

Rusli, A., Metusalach, S., & Tahir, M. M. 2017. Karakterisasi Edible Film Karagenan Dengan Pemlastis
Gliserol. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(2), 219-229.

Salfia. 2022. Pengembangan Bioplastik Berbasis Nanoselulosa dari Fermentasi Jus Batang Pisang dan Air
Kelapa: Studi Pengaruh Gula. Skripsi. Universitas Halu Oleo.

Santoso, RA., dan Yoni A. 2020. Physical Properties of Edible Films from Pangasius Catfish Bone Gelatin-
Breadfruits Strach with Different Formulations. Indonesian Food Science and Technology Journal,
3(2): 42-47.

Sinuraya, TSD., Dessy Y., dan Nursyirwani. 2019. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Karang Lunak Sinularia Sp.
Terhadap Bakteri Patogen (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas
aeruginosa). Jurnal Online Mahasiswa, 6: 1-10.

Srikandace Y, Sylviana NA, Udin Z, Hanafi M. 2018. Antioxidant Activity Of Bacterial Cellulose Based Edible
Films Incorporated With Catechin And Citrus Aurantium L (Bergamot) Essential Oil. J Eng Sci
Res, 2, 30-36.

Tohamba, MR. 2022. Pengaruh Komposisi Bioplastik Berbahan Dasar Nanoselulosa dari Kulit Biji Kakao
(Theobroma cacao L.) Terhadap Karakteristik Fisik, Antimikroba dan Antioksidan. Skripsi.
Universitas Halu Oleo.

Ulfah, M., Salsabila, A., dan Rohmawati, I. (2018). Characteristics of Water Solubility and Color On Edible film
from Bioselulosa Nata Nira Siwalan with The Additional of Glycerol. Journal of Physics:
Conference Series, 983(1): 1-5.

Unsa, LK., dan Gina AP. 2018. Kajian Jenis Plasticizer Campuran Gliserol Dan Sorbitol Terhadap Sintesis
Dan Karakterisasi Edible Film Pati Bonggol Pisang Sebagai Pengemas Buah Apel. Jurnal
Kompetensi Teknik, 10(1): 35-47.

10
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) ISSN : 2023
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. x-x, Th 2023

Vifta, R. L., Muhammad, A. W. P dan Anita, K. H. 2017. Perbandingan Total Rendemen dan Skrining
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Secara Mikrodilusi. Journal of Science
and Applicative Technology. 1(2): 87-93.

Wulandari, G., Rahman, A. A., & Rubiyanti, R. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat
(Persea americana Mill) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Media Informasi, 15(1), 74-80.

Wulandari, G. 2020. Pengaruh Penambahan Pemlastis Gliserol dan Antimikroba Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle) Terhadap Karakteristik dan Sifat Bioplastik Pati Sagu (Metroxylon sp.). Skripsi. Universitas
Sumatera Utara: Medan.

Yusra, ZD. 2019. Pengaruh Konsentrasi CMC (Carboxymethyl Cellulose) Terhadap Karakteristik Bioselulosa
Berbasis Edible film. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Pasundan. Bandung.

Zulferiyenni, Marniza, dan Erli NS. 2014. Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Tapioka Terhadap Karakteristik
Biodegradable Film Berbasis Ampas Rumput Laut. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian,
19(3): 257-273.

11

You might also like