You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338175352

ANALISIS KEBUTUHAN MODEL PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN


KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DAERAH TERPENCIL

Article · December 2017


DOI: 10.17977/jip.v23i2.10975

CITATIONS READS

10 439

1 author:

Piter Joko Nugroho


Universitas Palangka Raya
36 PUBLICATIONS 80 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Piter Joko Nugroho on 26 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KEBUTUHAN MODEL PELATIHAN UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR
DAERAH TERPENCIL

Piter Joko Nugroho


Universitas Palangka Raya, Kampus Tunjung Nyaho Jalan Yos Sudarso Palangka Raya
e-mail: piter@mp.upr.ac.id

Abstract: Analysis of Needs for Training Model for the Improvement of Elementary School
Teachers’ Competences in Remote Areas. The objective of this study is to analyse the needs of pri-
mary school teachers in remote areas for the improvement of their competences. The data were collect-
ed from 86 elementary school teachers using questionnaire, interviews, and FGD. The data were then
analyzed using TNA-T. The results show that there are significant gaps in all indicators of pedagogical,
social, and professional competences except those of personality competence; of the 5 indicators, there
are 3 indicators that show gaps. The indicator of 'using information and communication technology for
learning’ as part of pedagogic competence is an indicator that has the greatest gap. This was then put at
the top priority of training needs.

Keywords: need analysis of training model, elementary school teachers’ competences, remote area

Abstrak: Analisis Kebutuhan Model Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru SD Daerah
Terpencil. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan pelatihan bagi guru SD di daerah
terpencil Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. Subjek penelitian adalah 86 orang guru. Data
dikumpulkan dengan cara penyebaran angket, wawancara dan Focus Group Disscussion (FGD), yang
selanjutnya dianalisis menggunakan TNA-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjang-
an nyata pada seluruh indikator kompetensi pedagogik, sosial, dan professional guru; sedangkan pada
kompetensi kepribadian dari 5 buah indikator terdapat 3 indikator yang mengalami kesenjangan. Pada
indikator ‘memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran’ dari
kompetensi pedagogic, merupakan indikator yang memiliki kesenjangan terbesar, sehingga menempati
prioritas utama kebutuhan pelatihan, dan sekaligus akan menjadi fokus pelatihan inovatif yang akan
dikembangkan. In House Training (IHT) merupakan bentuk pelatihan yang direkomendasikan untuk
meningkatkan kompetensi guru SD daerah terpencil.

Kata kunci: kebutuhan model pelatihan, kompetensi guru SD, SD daerah terpencil

Para peneliti pendidikan sepakat bahwa keterpen- persoalan serius yang hingga kini menghambat laju
cilan suatu daerah akan menimbulkan hambatan pembangunan pendidikan di wilayah tersebut. Dep-
dan kesukaran dalam penyelenggaraan sistem pen- dikbud Provinsi Kalimantan Tengah (1998) menyim-
didikan (Sher dan Sher, 1994). Rendahnya kualitas pulkan beberapa karakteristik guru SD yang bertugas
guru, terbatasnya program pengembangan profesi pada daerah terpencil, antara lain, a) pada umum-
(Gandara et al. 2001), serta ketidakmampuan untuk nya guru mengajar secara klasikal dan cenderung
meningkatkan dan mempertahankan kualitas guru bersifat verbalistik, b) kemampuan mengajar dan
merupakan permasalahan nyata yang dihadapi oleh kemampuan untuk melakukan inovasi pembelajar-
guru daerah terpencil (Arnold, 2001). Gambaran ten- an belum berkembang dengan baik, c) guru lebih
tang fenomena guru daerah terpencil yang diung- mendahulukan kepentingan pribadi/keluarga dari-
kap para ahli tersebut juga dijumpai pada wilayah pada tugas pokoknya di sekolah, sehingga karena
terpencil daratan pedalaman Provinsi Kalimantan sesuatu dan lain hal guru harus meninggalkan kam-
Tengah, dimana rendahnya kualitas guru menjadi pung dan sekolah harus diliburkan, dan e) rata-rata

152
Piter Joko N, Analisi Kebutuhan Model Pelatihan...153

guru belum memahami berbagai pembaharuan pen- hambat pengembangan profesional guru SD daerah
didikan yang berlaku saat ini. terpencil. Belum efektifnya program pelatihan bagi
Mutu pendidikan sangat berkorelasi dengan guru SD daerah terpencil yang dilaksanakan selama
kualitas guru, karena guru merupakan komponen ini juga disebabkan oleh penetapan program yang
esensial penentu kualitas pembelajaran. Khusus pa- tidak didasarkan pada asesmen kebutuhan guru ten-
da pada jenjang pendidikan dasar, kualitas pendidik- tang bentuk dan kegiatan pelatihan seperti apa yang
an dasar sangat dipengaruhi oleh tingkat profesionali- sesungguhnya dibutuhkan guru dalam mengem-
tas gurunya (Bafadal, 2003). Pengetahuan dan kom- bangan profesionalismenya (Nugroho, 2013).
petensi guru memiliki dampak yang signifikan pada Beberapa studi lainnya juga mengungkap hal
kinerja akademis peserta didiknya, sehingga dapat senada bahwa kegagalan berbagai program pelatih-
dikatakan kualitas pendidikan itu sendiri tidak an guru disebabkan oleh penyelenggaran program
mungkin melampaui kualitas gurunya (Barber dan yang masih berorientasi proyek, berbasis anggaran,
Moushed, 2007). Berkaca dari kondisi guru yang bersifat masal (Jalmo dan Rustaman, 2010), tidak
bertugas pada daerah terpencil, akan sulit kiranya memperhatikan kekurangan individu guru (Depdik-
untuk mengharapkan mutu pendidikan daerah ter- nas, 2008), masih bersifat generalisasi, padahal per-
pencil hasilnya akan baik tanpa didukung dengan masalahan yang dihadapi guru bersifat lokal dan
eksistensi guru yang memiliki kualitas dan kompe- kontekstual (Sofiraeny, 2011), bersifat topdown yang
tensi yang baik pula. Setiap peserta didik berusaha dirancang oleh pusat dimana guru asal mengikuti
belajar dengan baik untuk memeroleh skor ujian saja program yang ada (Darwangsa, 2013), artinya
yang tinggi dalam setiap tes. Hal ini juga tidak ter- penyelenggaraan program tidak didasarkan pada
lepas dari bentuk tesnya, jumlah butir soal, serta kebutuhan nyata guru. Mengutip pernyataan Villegas-
waktu yang disediakan. Oleh karena itu, faktor- Reimers (2003) bahwa pengembangan profesional
faktor tersebut perlu mendapat perhatian dari tutor guru haruslah dianggap sebagai proses jangka pan-
dalam mengukur hasil belajar peserta didik. jang, yang dimulai dengan persiapan awal dan hanya
Program pelatihan sebagai salah satu bentuk berakhir ketika guru pensiun dari profesinya. Pen-
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang di- dekatan baru untuk pendidikan dan pengembangan
amanatkan Permenpan-RB Nomor 16 Tahun 2009, guru memerlukan transformasi proses dan kebijak-
yang saat ini menjadi trend model yang digunakan an yang mendukung pekerjaan dan pertumbuhan
untuk meningkatkan kompetensi guru, pada realita- mereka dalam profesi. Pengembangan profesional
nya belum menunjukkan hasil yang baik dalam me- guru selain harus secara sistematis direncanakan,
ningkatkan kompetensi guru. Pelatihan guru meru- juga harus didukung dan didanai serta diteliti untuk
pakan upaya yang direncanakan untuk meningkat- menjamin efektivitas proses tersebut.
kan penguasaan kompetensi guru yaitu penguasaan Jika dicermati berbagai program pelatihan
pengetahuan, keterampilan dan sikap agar guru da- yang menjadi kebijakan nasional untuk meningkat-
pat melaksanakan tugasnya secara profesional (Noe, kan kompetensi guru pada realitanya juga diadopsi
et al. 2010; Hammerness, 2005). Namun bukti em- mentah-mentah oleh daerah, atau ada semacam ‘ke-
piris menunjukkan bahwa berbagai program pelatih- latahan’ dalam penetapan program pelatihan baik
an yang dilaksanakan oleh pemerintah belum mam- dari model maupun pelaksanaannya. Suatu model
pu meningkatkan kompetensi guru lebih-lebih guru pelatihan tertentu bisa jadi efektif dilaksanakan bagi
yang bertugas di daerah terpencil. Studi yang dila- guru di wilayah tertentu, namun belum tentu efektif
kukan Nugroho (2012) pada daerah terpencil di Ka- jika diterapkan pada daerah lain yang mempunyai
bupaten Gunung Mas yang merupakan salah satu karakteristik dan permasalahan yang berbeda; Atau
kabupaten pemekaran di wilayah Provinsi Kaliman- tidak mungkin model pelatihan yang sama diberi-
tan Tengah menyimpulkan bahwa berbagai bentuk kan bagi guru SD perkotaan dan guru SD daerah
pengembangan profesional guru SD daerah terpencil terpencil sedangkan pada realitanya kebutuhan guru
termasuk melalui pelatihan belum mampu mening- dan tingkat kompetensinya sangat jauh berbeda.
katkan kompetensi guru. Kondisi geografis yang Karakteristik daerah terpencil tampil dengan ciri
sukar dijangkau, sarana dan prasarana yang belum geografis, sosio kultural dan pendidikan yang khas,
memadai, tenaga pengembang yang belum efektif sehingga membutuhkan pendekatan tersendiri da-
dalam melaksanakan tugasnya, ditambah kurang- lam penanganan pendidikannya (Siram, 1992). Glass
nya komitmen dari pengambil kebijakan di daerah dalam Heslop (1996) menjelaskan bahwa dampak
yang ditunjukkandengan penetapan program yang tinggal di setting daerah terpencil seharusnya tidak
belum terencana dengan baik, berkesinambungan dianggap remeh karena para guru yang bertugas pa-
dan terpadu merupakan kendala utama yang meng- da daerah terpencil sama halnya dengan berpindah
154 Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 23, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 152- 163

tugas atau mengabdi ke bagian dunia yang lain. METODE


Dukungan dan keseriusan pemerintah dalam menga-
wal profesi guru akan sangat menentukan kualitas Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
pendidikan di wilayah tersebut. Idealnya sebuah pengembangan (Research and Development) yang
program pelatihan yang menjadi kebijakan daerah mengadopsi Four-D Models yang dikembangkan
untuk meningkatkan kompetensi guru harus mam- oleh Thiagarajan, et al. (1974) dan terdiri dari 4 (em-
pu mengatasi kesenjangan yang ada dari kompeten- pat) tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap
si aktual guru dilapangan dengan kompetensi yang perancangan (design), tahap pengembangan (de-
dipersyaratkan serta permasalahan-permasalahan riil velop), dan tahap penyebaran (disseminate). Peneli-
yang dihadapi guru dalam upaya melaksanakan tu- tian tahap ini merupakan tahap pendefinisian (de-
gas profesionalnya. Program pelatihan yang tidak fine) yang dilakukan melalui analisis kebutuhan pe-
didasarkan pada kebutuhan nyata guru tidak akan latihan. Hasil dari analisis kebutuhan pelatihan ini
berdampak pada peningkatan kompetensi guru bah- selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam
kan dapat menurunkan motivasi guru, pemborosan melaksanakan tahapan-tahapan penelitian pengem-
waktu, tenaga, dan anggaran (Darling-Hammond, bangan berikutnya. Dalam upaya tersebut, peneliti-
2006). an ini diawali dengan melakukan pemetaan kompe-
Studi yang dilakukan Nugroho (2013) yang ber- tensi guru SD daerah terpencil sebagai dasar untuk
tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor- menganalisis bagian-bagian (indikator) dari kom-
petensi guru SD daerah terpencil yang perlu untuk
faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru
ditingkatkan melalui pelatihan, menganalisis urutan
SD daerah terpencil menyimpulkan bahwa dari ber-
prioritas kebutuhan pelatihan, dan menghasilkan re-
bagai bentuk kegiatan pengembangan profesional
komendasi bentuk pelatihan efektif untuk mening-
yang selama ini dilaksanakan bagi guru, program
katkan kompetensi guru SD daerah terpencil di Ka-
pelatihan (training) merupakan faktor yang paling
bupaten Gunung Mas.
domiman mempengaruhi profesionalisme guru SD
Penelitian ini dilaksanakan di 21 buah SD yang
daerah terpencil. Namun demikian hasil penelitian
berada di wilayah kecamatan Damang Batu dan
tersebut juga mengungkap bahwa apabila seluruh Kecamatan Miri Manasa yang merupakan wilayah
bentuk kegiatan pengembangan profesional guru terpencil di Kabupaten Gunung Mas dengan meli-
SD daerah terpencil secara bersama-sama/simultan batkan sebanyak 86 orang guru sebagai responden.
hanya memberikan kontribusi sebesar 53,4% terha- Pengumpulan data dilakukan dengan metode sur-
dap peningkatan profesionalisme guru SD daerah vey, wawancara, dan focus group discussion (FGD).
terpencil Kabupaten Gunung Mas. Temuan peneli- Instrumen yang digunakan untuk memetakan kom-
tian tersebut menyiratkan bahwa berbagai bentuk petensi guru SD daerah terpencil merujuk kepada
kegiatan pengembangan profesional guru SD daerah Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Stan-
terpencil termasuk melalui program pelatihan yang dar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
selama ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Ka- Responden diminta untuk mengisi instrumen, dan
bupaten Gunung Mas belum terlaksana dengan baik/ hasil pengisian instrumen tersebut dijadikan nilai/
efektif, sehingga perlu dilakukan upaya korektif skor kompetensi aktual (KA). Penilaian pada masing-
untuk hal tersebut. Penelitian tersebut juga mere- masing kompetensi guru SD menggunakan skala
komendasikan perlunya untuk mengembangkan likert 1-5. Nilai/skor aktual adalah jawaban seluruh
suatu model pelatihan yang efektif untuk mening- responden atas kuesioner yang telah diajukan, se-
katkan kompetensi guru SD daerah terpencil karena dangkan nilai/skor ideal adalah skor maksimum di-
selama ini belum ada suatu model pelatihan yang kalikan jumlah responden.
benar-benar efektif diterapkan bagi guru SD daerah Untuk menganalisis kebutuhan pelatihan di-
terpencil dalam khasanah ilmu manajemen pendi- gunakan Training Needs Analysis Tools (TNA-T)
dikan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka tujuan hasil modifikasi dari McCann dan Tashima (1994)
akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan yang dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu analisis
sebuah model pelatihan inovatif untuk meningkat- organisasi, analisis tugas/jabatan/operasi, dan anali-
kan kompetensi guru SD daerah terpencil Kabupaten sis individu. Analisis organisasi dilakukan bersama
Gunung Mas, dan pada tahap awal penelitian perlu pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Gunung Mas
dilaksanakan tahap pendefinisian (define) yang di- yang selanjutnya menetapkan guru-guru SD yang
lakukan melalui analisis kebutuhan pelatihan yang bertugas pada daerah terpencil di wilayah Kecamat-
inovatif untuk meningkatkan kompetensi guru SD an Damang Batu dan Kecamatan Miri Manasa seba-
di Kabupaten Gunung Mas. gai kelompok sasaran yang membutuhkan pelatihan
Piter Joko N, Analisi Kebutuhan Model Pelatihan...155

sekaligus menjadi responden dalam penelitian ini. penilaian tanggapan responden berada pada rentang
Analisis tugas/jabatan/operasi berfokus pada kebu- 66,70% - 73,09%.
tuhan tugas yang dibebankan atau standar kerja pa-
da suatu jabatan/posisi tertentu yaitu merujuk pada
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Sementara itu,
analisis individu berfokus pada level kompetensi
seseorang (guru SD daerah terpencil) untuk menge-
tahui kekurangan dan area pengembangan yang di-
butuhkan oleh guru tersebut. Analisis individu di-
mulai dengan menganalisis kesenjangan kompetensi
Keterangan:
(KK) guru. KK diperoleh dengan cara memban-
dingkan kompetensi aktual (KA) guru dan kompe- Indikator I: Menguasai karakteristik peserta didik, II: Mengu-
asai teori belajar, III: Mengembangkan Kurikulum, IV: Menye-
tensi ideal (KI) guru. Kebutuhan pelatihan dapat di- lenggakan pembelajaran, V: Memanfaatkan teknologi informa-
identifikasi dari nilai KK guru. Jika nilai KK > 1, si, VI: Memfasilitasi pengembangan potensi didik, VII: Berko-
menunjukkan adanya kesenjangan kompetensi arti- munikasi secara efektif, empatik, santun dengan peserta didik,
nya terdapat kebutuhan pelatihan. Selanjutnya un- VIII: Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan ha-
sil belajar, IX: Memanfaatkan hasil penilaian, X: Melakukan
tuk menetapkan Urutan Prioritas Pelatihan (UPP) tindakan reflektif untuk kualitas pembelajaran.
didasarkan pada besarnya kesenjangan (KK) yang
terjadi pada masing-masing indikator dari setiap Gambar 1. Peta Kompetensi Pedagogik
kompetensi. Bentuk pelatihan yang efektif diper-
oleh melalui FGD untuk mengungkap pemaknaan
Kompetensi Kepribadian
dari suatu kelompok. Teknik pengabsahan data dalam
FGD dilakukan dengan teknik triangulasi sumber Skor rata-rata kompetensi kepribadian dite-
(Denzin, 2009). mukan sebesar 3,95 dengan indeks penilaian tang-
gapan responden rerata sebesar 79,01% (Gambar 2).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum
kompetensi kepribadian guru SD daerah terpencil
Ada dua temuan pokok yang diperoleh dari di wilayah Kabupaten Gunung Mas berada dalam
penelitian ini yaitu hasil pemetaan/kesenjangan kategori ‘Baik’. Skor semua indikator dalam kompe-
kompetensi guru dan bentuk pelatihan yang diang- tensi ini berada dalam interval 3,76-4,24 dengan
gap mampu meningkatkan kompetensi guru SD di indeks penilaian tanggapan responden sebesar
daerah terpencil Kabupaten Gunung Mas Kaliman- 75,18%-84,87%.
tan Tengah.

Hasil Pemetaan Kompetensi Guru SD Daerah


Terpencil
Hasil pemetaan kompetensi (real dan ideal)
yang diperoleh ada 4, yaitu tentang kompetensi pe-
dagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi so-
sial, dan kompetensi profesional guru. Keterangan:
Indikator I: Bertindak sesuai norma agama, hukum social dan
kebudayaan nasional indonesia. II: Menampilkan diri sebagai
Kompetensi Pedagogik pribadi yang jujur beraklak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, III: Menampilkan diri sebagi pribadi
Hasil yang diperoleh tentang kompetensi peda- yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, IV: Menun-
gogik guru disajikan pada Gambar 1, yang menun- jukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa banggga
menjadi guru, dan rasa percaya diri, V: Menjunjung tinggi kode
jukkan bahwa skor rata-rata kompetensi pedagogik etik guru
sebesar 3,34. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum kompetensi pedagogik guru SD daerah ter- Gambar 2. Peta Kompetensi Kepribadian
pencil di wilayah Kabupaten Gunung Mas berada
dalam kategori ‘Cukup’. Indikator yang berkategori Kompetensi Sosial
‘Baik’, meliputi: indikator I, II, VII, dan VIII. Se-
dangkan Indikator yang berkategori ‘Cukup’, meli- Skor rata-rata kompetensi sosial subjek pene-
puti: indikator III, IV, V, VI, IX, dan X. Indeks litian sebesar 3,74 (Gambar 3) dengan indeks peni-
156 Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 23, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 152- 163

laian tanggapan responden rerata sebesar 74,75% . responden 69,08%. Sedangkan indikator yang ber-
Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum kategori ‘Cukup’, meliputi: Indikator I skor 3,32
kompetensi sosial guru SD daerah terpencil di wila- tanggapan responden 66,50%, indikator III skor se-
yah Kabupaten Gunung Mas berada dalam kategori besar 3,15 tanggapan responden 63,09%, Indikator
‘Baik’. Semua indikator dalam kompetensi ini ber- IV skor sebesar 3,15 tanggapan responden 63,09%,
ada dalam interval 3,40-3,92 dengan indeks penilai- dan indikator V skor 2,91 tanggapan responden
an tanggapan responden sebesar 68,03% - 78,42%. 59,29%.

Keterangan: Keterangan:
Indikator I: Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak Indikator I: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir
diskriminatif, II: Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang di ampuh, II:
santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pe-
tua dan masyarakat, III: Beradaptasi di tempat bertugas di se- lajaran/bidang pengembangan yang diampu, III: Mengem-
luruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya, IV: bangkan materi pembelajaran yang diampu secara efektif, IV:
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
lain secara lisan, tulisan atau bentuk lain. melakukan tindakan reflektif, V: Memanfaatkan teknologi in-
formasi dan berkomunikasi untuk berkomunikasi dan me-
Gambar 3. Peta Kompetensi Sosial ngembangkan diri.

Kompetensi Profesional Gambar 4. Peta Kompetensi Profesional

Skor rata-rata kompetensi profesional subjek Analisis Bagian-Bagian (Indikator) dari Kompe-
penelitian sebesar 3,20 (Gambar 4) dengan indeks pe- tensi Guru SD Daerah Terpencil yang Membu-
nilaian tanggapan responden rerata sebesar 64,01%. tuhkan Pelatihan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum
kompetensi profesional guru SD daerah terpencil di Selanjutnya data peta kompetensi guru tersebut
wilayah Kabupaten Gunung Mas berada dalam ka- dianalisis untuk menemukan jenis kompetensi yang
tegori ‘Cukup’. Indikator yang berkategori ‘Baik’, mengalami kesenjangan dan memerlukan pelatih-
meliputi: indikator II skor sebesar 3,45 tanggapan an, seperti ditampilkan pada Tabel 1 sd Tabel 5.

Tabel 1. Kesenjangan Kompetensi Pedagogik


Tanggapan
No Indikator KPA KPI KKP
Responden (%)
I Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, 3.65 5 1.35 73.09
emosional, dan intelektual
II Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3.47 5 1.53 69.47
III Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang 3.25 5 1.75 64.91
pengembangan yang diampu
IV Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 3.22 5 1.78 64.34
V Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pem- 2.64 5 2.36 52.89
belajaran
VI Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan 3.34 5 1.66 66.71
berbagai potensi yang dimiliki
VII Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik 3.73 5 1.27 74.61
VIII Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 3.44 5 1.56 68.72
IX Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran 3.38 5 1.62 67.63
X Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran 3.23 5 1.77 64.65
Rata-Rata 3.34 5.00 66.70
Keterangan:
KPA: Kompetensi Pedagogik Aktual; KPI: Kompetensi Pedagogik Ideal; KKP: Kesenjangan Kompetensi Pedagogik (KKP= KPI
dibagi KPA)
Piter Joko N, Analisi Kebutuhan Model Pelatihan...157

Tabel 2. Kesenjangan Kompetensi Kepribadian


Tanggapan
No Indikator KPA KPI KKK
Responden (%)
I Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebu- 4.24 5 0.76 84.87
dayaan nasional Indonesia
II Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan 4.01 5 0.99 80.26
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
III Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, 3.89 5 1.11 77.89
dan berwibawa
IV Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga 3.84 5 1.16 76.84
menjadi guru, dan rasa percaya diri
V Menjunjung tinggi kode etik profesi guru 3.76 5 1.24 75.18
Rata-Rata 3.95 5.00 79.01
Keterangan:
KKA: Kompetensi Kepribadian Aktual; KKI: Kompetensi Kepribadian Ideal; KKK: Kesenjangan Kompetensi Kepribadian

Berdasarkan temuan penelitian seperti dalam besar 1,27 dan tanggapan responden sebesar 77,89%.
Tabel 1. dapat diketahui bahwa seluruh indikator Sementara itu, 2 indikator yang tidak mengalami
kompetensi pedagogic guru subjek mengalami ke- kesenjangan (nilai KKK < 1) adalah indikator I dan
senjangan karena nilai KKP > 1. Kesenjangan ter- indikator II, ini berarti bahwa para guru SD daerah
besar berada pada indikator V yaitu memanfaatkan terpencil Kabupaten Gunung Mas memiliki kepri-
teknologi informasi dan komunikasi untuk kepen- badian yang baik khususnya yang berkaitan dengan
tingan pembelajaran dengan nilai kesenjangan sebe- ‘bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan
sar 2,36 dan tanggapan responden sebesar 52,89%. kebudayaan nasional Indonesia’, dan ‘menampil-
Sedangkan kesenjangan terkecil berada pada indi- kan diri sebagai pribadi yang jujur, berahklak mu-
kator VII yaitu ‘menyelenggarakan penilaian dan lia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat’
evaluasi proses dan hasil belajar’ dengan nilai ke- Berdasarkan sajian dalam Tabel 3, diketahui
senjangan sebesar 1,27 dan tanggapan responden bahwa seluruh indikator kompetensi sosial menga-
sebesar 74,61%. lami kesenjangan karena nilai KKS > 1. Kesenjang-
Berdasarkan sajian hasil dalam Tabel 2., dike- an terbesar berada pada indikator IV yaitu ‘berko-
tahui bahwa dari 5 buah indikator kompetensi ke- munikasi dengan komunitas profesi sendiri dan pro-
pribadian, terdapat 3 buah indikator yang menga- fesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain’
lami kesenjangan. Kesenjangan terbesar berada pada dengan nilai kesenjangan sebesar 1,60 dan tanggap-
indikator V yaitu ‘menjunjung tinggi kode etik pro- an responden sebesar 68,03%. Sedangkan kesen-
fesi guru’ dengan nilai kesenjangan sebesar 1,24 jangan terkecil berada pada indikator I yaitu bersi-
dan tanggapan responden sebesar 75,18%; sedang- kap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskrimi-
kan kesenjangan terkecil berada pada indikator III natif karena pertimbangan jenis kelamin, agama,
yaitu ‘menampilkan diri sebagai pribadi yang man- ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status
tap, stabil, dewasa, arif, rasa bangga menjadi guru, sosial ekonomi’ dengan nilai kesenjangan sebesar
dan rasa percaya diri’ dengan nilai kesenjangan se- 1,08 dan tanggapan responden sebesar 78,42%.

Tabel 3. Kesenjangan Kompetensi Sosial


Tanggapan
No Indikator KPA KPI KKS
Responden (%)
I Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena 3.92 5 1.08 78.42
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi
II Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama 3.80 5 1.20 75.96
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
III Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indone- 3.83 5 1.17 76.58
sia yang memiliki keragaman sosial budaya
IV Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain se- 3.40 5 1.60 68.03
cara lisan dan tulisan atau bentuk lain
Rata-Rata 3.74 5.00 74.75
Keterangan:
KSA: Kompetensi Sosial Aktual; KSI: Kompetensi Sosial Ideal; KKS: Kesenjangan Kompetensi Sosial
158 Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 23, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 152- 163

Tabel 4. Kesenjangan Kompetensi Profesional


Tanggapan
No Indikator KPA KPI KKPR
Responden (%)
I Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang 3.25 5 1.75 65.04
mendukung mata pelajaran yang diampu
II Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajar- 3.36 5 1.64 67.24
an/bidang pengembangan yang diampu
III Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif 3.16 5 1.84 63.16
IV Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan me- 3.16 5 1.84 63.16
lakukan tindakan reflektif
V Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomu- 3.03 5 1.97 60.66
nikasi dan mengembangkan diri
Rata-Rata 3.19 5.00 63.85
Keterangan:
KPRA: Kompetensi Profesional Aktual; KPRI: Kompetensi Profesional Ideal; KKPR: Kesenjangan Kompetensi Profesional

Seperti terlihat pada Tabel 4., bahwa seluruh kompetensi pedagogik. Artinya, program pelatihan
indikator kompetensi profesional subjek penelitian bagi guru SD daerah terpencil pada subjek peneli-
mengalami kesenjangan karena nilai KKPR > 1. tian ini bertujuan untuk menguasai dan terampil
Kesenjangan terbesar berada pada indikator V yaitu dalam memanfaatkan teknologi informasi dan ko-
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi munikasi untuk kepentingan pembelajaran. Pelati-
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri de- han tersebut mendesak untuk segera dilakukan,
ngan nilai kesenjangan sebesar 1,97 dan tanggapan sekaligus menjadi model pelatihan inovatif yang
responden sebesar 60,66%. Sedangkan kesenjang- akan dikembangkan pada tahapan penelitian
an terkecil berada pada indikator II yaitu mengua- pengembangan berikutnya.
sai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu de- Bentuk Pelatihan Efektif untuk Meningkatkan
ngan nilai kesenjangan sebesar 1,64 dan tanggapan Kompetensi Guru SD Daerah Terpencil Kabu-
responden sebesar 76,72%. paten Gunung Mas
Selanjutnya dari temuan beberapa kesenjang-
an kompetensi tersebut dipilih dan diurutkan 4 ke- Hasil penelitian tentang peta kompetensi guru
senjangan kompetensi terbesar, untuk mendapatkan SD daerah terpencil, analisis bagian-bagian (indika-
urutan prioritas pelatihan yang diperlukan (UPP) tor) dari kompetensi guru SD daerah terpencil yang
seperti terlihat pada Tabel 5. membutuhkan pelatihan, serta urutan prioritas pela-
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa urutan tihan berdasarkan kesenjangan yang dialami oleh
prioritas kebutuhan pelatihan teratas berada pada seluruh indikator dari kompetensi guru SD daerah
indikator ’memanfaatkan teknologi informasi dan terpencil yang telah dianalisis, selanjutnya dipapar-
komunikasi untuk kepentingan pembelajaran’ dari kan dalam kegiatan ’Sosialisasi Hasil Penelitian dan

Urutan Prioritas Pelatihan (UPP) Kompetensi Guru SD Daerah Terpencil


Tabel 5. Kompetensi dan Indikator yang Mengalami Kesenjangan Terbesar
Tanggapan
No Kompetensi dan Indikator yang Mengalami Kesenjangan Terbesar KK UPP
Responden (%)
Kompetensi Pedagogik
1 Indikator V: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepen- 2.36 52.89 1
tingan pembelajaran
Kompetensi Kepribadian
2 1.24 75.18 4
Indikator V: Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
Kompetensi Sosial
3 Indikator IV: Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain 1.60 68.03 3
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain
Kompetensi Profesional
4 Indikator V: Memanfaaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berko- 1.97 60.66 2
munikasi dan mengembangkan diri
Keterangan:
KK: Kesenjangan Kompetensi, UPP: Urutan Prioritas Pelatihan
Piter Joko N, Analisi Kebutuhan Model Pelatihan...159

Focus Group Discussion (FGD)’ yang dilaksana- Ada tiga bagian bahasan utama yang akan di-
kan di Aula kantor Badan Perencanaan, Penelitian uraikan. Bagian pertama berkaitan dengan hasil
dan Pengembangan Daerah (BP3D) Kabupaten analisis bagian-bagian (indikator) dari kompetensi
Gunung Mas. Pihak-pihak yang terlibat dalam ke- guru SD daerah terpencil yang membutuhkan pela-
giatan tersebut terdiri dari unsur guru SD daerah tihan, bagian kedua berkaitan dengan hasil analisis
terpencil, kepala sekolah dan pengawas/UPTD SD urutan prioritas kebutuhan pelatihan, dan bagian
daerah terpencil, serta Dinas Pendidikan Kabupaten ketiga berkaitan dengan bentuk pelatihan efektif
Gunung Mas yang diwakili oleh Kepala Bidang untuk meningkatkan kompetensi guru SD daerah
(Kabid) Pendidikan Dasar dan Menengah dan Ka- terpencil berdasarkan hasil FGD.
bid. Peningkatan Mutu Pendidikan. Kegiatan tersebut Bagian Pertama, tentang hasil analisis bagian-
bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian seka- bagian (indikator) dari kompetensi guru SD daerah
ligus berupaya untuk mendapatkan kesepakatan/ terpencil yang membutuhkan pelatihan menunjuk-
menyepakati bentuk pelatihan yang efektif untuk kan bahwa terdapat kesenjangan nyata pada seluruh
meningkatkan kompetensi guru SD daerah terpen- indikator dari kompetensi pedagogik, sosial, dan
cil, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar acu- profesional; terkecuali kompetensi kepribadian dari
an untuk mengembangkan model pelatihan inovatif 5 buah indikator terdapat 3 buah indikator yang
untuk meningkatkan kompetensi guru SD daerah mengalami kesenjangan. Berdasar-kan kondisi terse-
terpencil pada tahapan penelitian berikutnya. but dapat dinyatakan bahwa guru-guru SD daerah
Para peserta FGD sepakat dengan temuan pe- terpencil Kabupaten Gunung Mas membutuhkan
nelitian yang menunjukkan bahwa indikator ’me- pelatihan peningkatan kompetensi untuk seluruh
manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi kompetensi berdasarkan kesenjangan yang terdapat
untuk kepentingan pembelajaran’ bagian dari kom- pada hampir seluruh indikator kompetensi guru SD.
petensi pedagogik merupakan permasalahan utama Namun demikian untuk dapat menetapkan suatu ke-
yang dihadapi oleh sebagian besar guru SD daerah senjangan yang terjadi itu dapat dikurangi atau di-
terpencil yang harus segera dicarikan solusinya; di- hilangkan melalui suatu pelatihan perlu adanya
samping pula untuk tahun-tahun mendatang semua suatu analisis kebutuhan pelatihan guna mengiden-
kelemahan/kesenjangan dari indikator kompetensi tifikasi kesenjangan dan menentukan tindakan yang
guru tersebut secara bertahap juga harus mendapat- tepat (Morrison et al. 2001). Bahkan McCann dan
kan perhatian serius dari pihak yang berwenang da- Tashima (1994) menyatakan bahwa tidak semua
lam penanganannya. Hasil FGD juga menyepakati kesenjangan kompetensi dapat dihilangkan melalui
bahwa untuk bisa merealisasikan program pelatihan pelatihan. Kesenjangan yang disebabkan oleh fak-
pada indikator yang memiliki kesenjangan terbesar tor perilaku yaitu rendahnya pengetahuan, sikap
tersebut maka program pelatihan sebaiknya dilak- dan keterampilan dapat diperbaiki dengan pelatih-
sanakan di sekolah-sekolah gugus (inti) yang lokasi- an, sedangkan kesenjangan lainnya yang disebab-
nya terjangkau guru. Perihal tersebut didasarkan atas kan oleh sarana manajemen (man, money, material,
pengalaman yang pernah mereka alami sebelum- machine, dan methods) dan kebijakan tidak dapat
nya saat program BERMUTU (Better Education diperbaiki dengan pelatihan melainkan melalui usa-
Through Reformed Management and Universitas ha lain sesuai faktor penyebabnya.
Teacher Upgrading) menjangkau wilayah mereka Kesenjangan terbesar pada kompentensi Peda-
hingga akhir tahun 2010 yang lalu. Peningkatan kom- gogik berada pada indikator V, yaitu memanfaatkan
petensi dan kinerja guru SD daerah terpencil yang teknologi informasi dan komunikasi untuk kepen-
dilakukan melalui kegiatan pembinaan untuk pengua- tingan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara
saan materi pembelajaran dan perbaikan keterampil- diperoleh informasi bahwa kesenjangan terbesar
an mengajar di kelas, menjadi prioritas utama yang pada kompetensi ini disebabkan oleh faktor rendah-
ditujukan bagi guru SD daerah terpencil dengan nya kemampuan guru dalam pemanfaatan teknolo-
mengoptimalkan peran KKG/MGMP. Meskipun gi informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat di-
demikian dalam praktiknya program BERMUTU gunakan untuk kepentingan pembelajaran. Peman-
itu sendiri juga belum tuntas terlaksana dikarenakan faatan TIK yang selama ini dilakukan guru masih
beberapa alasan. Berdasarkan kondisi tersebut pe- sebatas pada hal-hal yang notabene dapat dikatakan
serta FGD menyepakati bahwa bentuk pelatihan yang sebagai hiburan semata yaitu dengan mengakses si-
dipandang efektif adalah jika dilakukan melalui ’In tus jejaring sosial seperti facebook melalui telepon
House Training’ (IHT), karena para guru dapat op- seluler. Para guru belum mengetahui banyak sumber-
timal mengikuti program pelatihan tanpa harus men- sumber belajar seperti buku elektronik (e-Book) mau-
inggalkan tugas mengajar mereka di sekolah. pun bahan belajar lainnya yang dapat diakses dan
160 Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 23, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 152- 163

diunduh secara online. Para guru mengatakan bah- model pembelajaran yang selama ini lazim diguna-
wa memang selama ini mereka tidak tahu situs apa kan untuk mengatasi kekurangan jumlah guru. Jika
yang menyediakan sumber belajar online, bagaima- guru harus meninggalkan sekolah untuk suatu ke-
na cara mengakses sumber-sumber belajar tersebut perluan termasuk untuk berkomunikasi dengan ko-
secara online, dan bagaimana cara mengaplikasikan- munitas profesinya dalam forum KKG/MGMP tentu
nya dalam pembelajaran dikarenakan selama ini konsekuensinya proses belajar mengajar di sekolah
mereka tidak pernah mendapatkan pengetahuan pun akan terganggu, karena tidak mungkin bagi
dan keterampilan tentang TIK. Kondisi tersebut guru untuk dapat pergi dan pulang pada hari yang
menunjukkan bahwa kesenjangan terbesar pada sama disebabkan transportasi pada daerah terpencil
kompetensi pedagogik ini disebabkan oleh faktor yang masih sangat tergantung pada kondisi geogra-
perilaku yaitu rendahnya pengetahuan dan kete- fis. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesenjangan
rampilan guru SD daerah terpencil dalam peman- terbesar pada kompetensi sosial ini bukan disebab-
faatan TIK. kan oleh faktor perilaku (pengetahuan, keterampil-
Kesenjangan terbesar pada kompetensi Kepri- an dan sikap), sehingga dapat diartikan bahwa ke-
badian berada pada indikator V, yaitu menjunjung senjangan terbesar pada kompetensi ini tidak dapat
tinggi kode etik profesi guru. Berdasarkan hasil diatasi dengan pelatihan.
wawancara diperoleh informasi bahwa kesenjangan Di sisi lain kesenjangan terbesar pada kom--
terbesar pada kompetensi ini disebabkan oleh fak- petensi Profesional berada pada indikator V, yaitu
tor minimnya pengetahuan dan pemahaman guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
SD daerah terpencil akan kode etik profesi guru. untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Guru SD daerah terpencil pada realitanya hampir Hasil wawancara menunjukkan bahwa kesenjangan
tidak mengetahui apa dan bagaimana kode etik pro- terbesar pada kompetensi ini disebabkan oleh faktor
fesi guru tersebut harus dilaksanakan. Hasil wawan- rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan
cara mengungkap bahwa pada realitanya organisasi teknologi informasi dan komunikasi untuk berko-
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tingkat munikasi dan mengembangkan diri. Kondisi ini
Kabupaten Gunung Mas baru terbentuk pada tahun hampir sama dengan temuan yang terjadi pada kom-
2016 yang lalu, dimana program jangka pendek petensi pedagogik yang telah diuraikan sebelum-
yang saat ini baru dapat terlaksana adalah program nya, guru SD daerah terpencil belum optimal dalam
sosialisasi dan penegakan kode etik profesi bagi pemanfaatan TIK yang disebabkan ketidaktahuan
guru-guru yang berada di ibukota kabupaten, be- mereka tentang apa dan bagaimana cara memanfa-
lum menjangkau secara merata hingga ke pelosok atkan TIK dengan baik. Kondisi ini menujukkan
daerah terpencil. Kondisi tersebut menujukkan bah- bahwa kesenjangan terbesar pada kompetensi pro-
wa kesenjangan terbesar pada kompetensi kepri- fesional ini disebabkan oleh faktor perilaku yaitu
badian ini disebabkan oleh faktor perilaku, yaitu rendahnya pengetahuan dan keterampilan guru SD
minimnya pengetahuan dan pemahaman guru SD daerah terpencil dalam pemanfaatan TIK yang da-
daerah terpencil akan kode etik profesi guru, se- pat digunakan untuk berkomunikasi dan mengem-
hingga kesenjangan terbesar pada kompetensi ini bangkan diri, sehingga kesenjangan terbesar pada
dapat diatasi dengan pelatihan. kompetensi ini pun dapat diatasi dengan pelatihan.
Sementara itu kesenjangan terbesar pada kom- Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bah-
petensi Sosial berada pada indikator IV, yaitu ber- wa hanya kesenjangan yang terdapat pada indikator
komunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan V dari kompetesi pedagogik, indikator V dari kom-
profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. petensi kepribadian, dan indikator V dari kompe-
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi tensi profesional saja yang dapat diatasi dengan pe-
bahwa kesenjangan terbesar pada kompetensi so- latihan.
sial ini disebabkan oleh faktor kepemimpinan kepa- Bagian Kedua, tentang urutan prioritas kebu-
la sekolah yang saat ini belum dapat memberikan tuhan pelatihan, diketahui bahwa indikator V dari
ijin para guru untuk terlampau sering meninggal- kompetensi pedagogik merupakan indikator yang
kan sekolah termasuk untuk keperluan mengikuti memiliki kesenjangan terbesar dibandingkan dengan
kegiatan dalam komunitas profesi pada forum KKG/ indikator-indikator dari kompetensi lainnya. Temu-
MGMP. Pertimbangan tersebut bukan tanpa alasan, an ini menjadi hal yang dapat dimaklumi meng-
karena SD daerah terpencil rata-rata hanya memi- ingat kondisi dan tantangan yang dihadapi para
liki 3-4 orang guru yang melayani pembelajaran guru yang bertugas pada daerah terpencil; namun
untuk 6 kelas, sehingga pembelajaran dengan me- akan menjadi hal yang cukup menarik untuk dicer-
rangkap kelas (multigrade teaching) merupakan mati/mendapatkan perhatian jika dikaitkan dengan
Piter Joko N, Analisi Kebutuhan Model Pelatihan...161

beberapa hasil temuan penelitian dan publikasi di- tihan TIK untuk kepentingan pembelajaran, Siaha-
luar konteks keterpencilan daerah yang menunjuk- an (2009:13) menegaskan bahwa pada realitanya
kan hasil temuan yang serupa. Temuan Febrianis guru-guru belum dipersiapkan dengan baik untuk
(2014) menempatkan pelatihan TIK untuk pembe- memiliki kesiapan dalam memanfaatkan peralatan/
lajaran dan pengembangan diri guru sebagai priori- fasilitas TIK secara optimal bagi kepentingan kegi-
tas utama pelatihan peningkatan kompetensi yang atan pembelajaran, dan mereka pun belum dibekali
ditujukan untuk guru IPA SMP di Kota Pekanbaru dengan pengetahuan dan keterampilan yang mema-
yang notabene merupakan wilayah perkotaan dan dai di bidang pengembangan bahan-bahan belajar
relatif maju. Temuan yang serupa juga diungkap yang dapat disajikan melalui fasilitas/peralatan TIK.
Syahid (2016) dalam penelitiannya yang menem- Bagian Ketiga, hasil FGD menyepakati bahwa
patkan pelatihan pemanfaatan TIK untuk keperluan bentuk pelatihan efektif yang ditujukan bagi guru
pembelajaran dan pengembangan diri sebagai pela- SD daerah terpencil hanya akan banyak memberi-
tihan yang paling dibutuhkan oleh guru SD di wila- kan manfaat jika dilakukan melalui IHT mengingat
yah kabupaten Sumedang. Berkaca pada temuan segala keterbatasan dan kondisi yang dihadapi guru
lapangan pada lokasi penelitian yang berbeda terse- pada daerah terpencil. Pertimbangan biaya dan
but dapat disimpulkan bahwa memang pada reali- waktu yang tidak memungkinkan jika pelatihan di-
tanya belum ditemukan perbedaan yang mencolok laksanakan jauh dari tempat mereka bertugas men-
dalam konteks pemanfaatan TIK untuk pembelajar- jadi alasan yang mendasari IHT ditetapkan sebagai
an dan pengembangan diri antara guru yang bertu- bentuk pelatihan terbaik untuk meningkatkan kom-
gas pada wilayah perkotaan dengan daerah terpencil. petensi guru SD daerah terpencil. Perihal tersebut
Fakta tersebut juga mendukung pernyataan Triyoso sejalan dengan beberapa hasil kajian penelitian
dan Sudibyo (2012) yang menjelaskan tentang ba- yang mengungkap keefektifan IHT sebagai bentuk
nyaknya satuan-satuan pendidikan dan guru di In- pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompe-
donesia yang belum mampu mendayagunakan po- tensi guru. Temuan penelitian tindakan sekolah Co-
tensi TIK yang dimiliki secara baik dan oleh karena rinorita (2017) mengungkap bahwa pelaksanaan
itu sekolah dan guru terancam kesenjangan digital IHT secara signifikan dapat meningkatkan kompe-
(digital divide). Kesenjangan sarana dan prasarana tensi guru, yang pada akhirnya mempunyai hubung-
TIK antara kota dan pedesaan, kawasan barat dan an yang signifikan terhadap tahap pengembangan
timur Indonesia, memperlebar jurang perbedaan profesional guru (Jubaidah, 2006). IHT merupakan
penyediaan TIK. Hasil monitoring, supervisi, dan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat
evaluasi keterlaksanaan RSKM/KTSP yang dila- sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompe-
kukan Direktorat Pembinaan SMA tahun 2010 pun tensi guru dalam menjalankan pekerjaannya dengan
menyimpulkan hal yang senada tentang pemanfaat- mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko,
an TIK (baik hardware maupun software) oleh guru 2012:40). Beberapa kelebihan penerapan IHT di-
di satuan pendidikan masih amat terbatas. TIK le- bandingkan bentuk pelatihan lain yaitu hasil pelatih-
bih banyak dimanfaatkan pada fungsi administratif an akan lebih maksimal, materi pelatihan lebih spe-
dan belum terekplorasi secara mendalam sebagai sifik, waktu pelatihan fleksibel, biaya pelatihan le-
media atau alat bantu pembelajaran dan penilaian bih murah, serta lebih nyaman karena dilakukan di
sehingga hal ini menjadi suatu tantangan nyata yang lingkungan tempat para peserta pelatihan (Kama-
harus ditindaklanjuti dengan serius oleh pihak peng- ludin, 2011; Drayton, 2013). Berdasarkan kondisi
ambil kebijakan berkenaan dengan peningkatan tersebut, maka program pelatihan yang ditujukan
mutu pendidikan (Trioyoso dan Sudibyo, 2012). untuk meningkatkan kompetensi guru SD daerah
Fakta ini semakin menguatkan bahwa dalam upaya terpencil dalam memanfaatkan teknologi informasi
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pening- dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
katan kompetensi guru, sajian model pelatihan ino- akan efektif terlaksana dan memiliki kemanfaatan
vatif yang dikembangkan berdasarkan kesenjangan yang banyak jika diselenggarakan di tempat/lokasi
nyata dari kompetensi guru, termasuk guru SD dae- para guru bertugas, atau wilayah yang dapat dengan
rah terpencil yang membutuhkan pelatihan dalam mudah dijangkau para guru SD daerah terpencil.
pemanfaatan TIK untuk kepentingan pembelajaran,
tentu menjadi sebuah keniscayaan dan untuk itu di- SIMPULAN
perlukan dukungan sajian model pelatihan inovatif
dalam upaya mengatasi kesenjangan yang terjadi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
yang pada akhirnya diharapkan akan mampu me- dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan nya-
ningkatkan kompetensi guru. Dalam konteks pela- ta pada seluruh indikator kompetensi pedagogik,
162 Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 23, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 152- 163

sosial, dan profesional guru SD dalam subjek pene- yang memiliki kesenjangan terbesar dan menempati
litian ini; sedangkan pada kompetensi kepribadian prioritas utama kebutuhan pelatihan, sekaligus men-
terdapat 3 dari 5 indikator yang mengalami kesen- jadi model pelatihan inovatif yang akan dikembang-
jangan. Indikator ‘memanfaatkan teknologi informa- kan. In House Training (IHT) merupakan bentuk
si dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran’ pelatihan yang direkomendasikan untuk mening-
dari kompetensi pedagogik merupakan indikator katkan kompetensi guru SD daerah terpencil.

DAFTAR RUJUKAN

Arnold, P. 2001. Review of Contemporary Issues for Schools. Journal of Education for Students Placed
Rural Schools. Education in Rural Australia. 11 at Risk. 6 (1) 73-94.
(1): 30-42. Hammerness, K. 2005. How Teacher Learn and Develop.
Bafadal, I. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Se- In L. Darling-Hammond & J. Bransford (eds).
kolah Dasar: Dalam Rangka Manajemen Pen- Preparing Teacher for a Changing World. San
ingkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Francisco: Jossey-Bass.
Aksara. Heslop, J. 1996. A Model for The Development of
Barber, M., dan Moushed, M. 2007. How the World’s Teachers in a Remote Area of Western Australia.
Best Performing Schools Come Out on Top. New The Australian Journal of Teacher Education.
York: McKinsey & Company. (Online), 21 (1), (http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol
Corinorita. 2017. Pelaksanaan in House Training untuk 21/iss1/), diakses 27 agustus 2017.
Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Me- Jalmo, T., dan Rustaman, N. Y. 2010. Pengembangan
nyusun RPP. Jurnal Ilmu Sosial, Sains dan Hu- Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru
maniora. 3 (1) 117-122. IPA SMP. Forum Pendidikan. 30(1): 79-89.
Darling-Hammond, L. 2006. Powerful Teacher Educa- Jubaidah, S. 2006. The Reletionship Between In-House
tion: Lesson from Exemplary Program. US: Training and The Development of Teachers Pro-
Jossey-Bass. fessionalism Level: A Research Among Second-
Darwangsa. 2013. Pengembangan Model Diklat Partisi- ary Schools in Beaufort. Tesis tidak diterbitkan.
patif - Kolaboratif (Parkol) untuk Meningkatkan Sabah: Sekolah Pendidikan dan Pembangunan
Kompetensi Guru Biologi SMA. Disertasi tidak Sosial Universiti Malaysia Sabah. (Online),
diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan In- (http://eprints.ums.edu.my/9379/1/mt00000004
donesia. 33.pdf), diakses 27 Agustus 2017.
Denzin, N. K. 2009. Qualitative Inquiry Under Fire: Kemaludin, L. 2011. Pengertian In House Training, tu-
Toward a New Paradigm Dialogue. California:
juan dan Manfaatnya. (Online), (http://tiket
Left Coast Press Inc.
training.com/pengertian-in-house-training-tujuan-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)
dan-manfaatnya), diakses 27Agustus 2017.
Provinsi Kalimantan Tengah. 1998. Laporan Pe-
McCann, T. A., dan Tashima, J. 1994. Training Needs
nuntasan Wajib Belajar Tingkat Sekolah Dasar
Assessment Tool. Australia: King of Prussia, Pa.
di Daerah Terpencil, Masyarakat Terasing, dan
Morrison, G., R., Ross, S. M., dan Kemp, J. E. (Eds.)
Masyarakat Nomadik/Perahu (Sebuah Al-
2001. Designing Effective Instruction. (3rd Edi-
ternatif).
tion). USA: John Wiley and Sons.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)
Provinsi Kalimantan Tengah. 2008. Laporan Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., dan Wright,
Monitoring dan Evaluasi (Monev) Sertifikasi P. M. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia
Guru dalam Jabatan Melalui Portofolio Tahun Mencapai Keunggulan Bersaing. Jakarta: Salem-
2006-2007. Jakarta: Konsorsium Sertifikasi ba Empat.
Guru. Nugroho, P. J. 2012. Pengembangan Profesionalisme
Drayton, S. 2013. The Advantages and Disadvan- Guru Sekolah Dasar pada Daerah terpencil Kabu-
tages of In-House Training. (Online), paten Gunung Mas. Jurnal Manajemen Pendidik-
(http://www.businesszone.co.uk/community- an. 23 (6): 513-531. ISSN: 0852-1921.
voice/blogs), diakses 27 Agustus 2017. Nugroho, P. J. 2013. Faktor-Faktor yang Mempenga-
Febrianis, I. 2014. Analisis Kebutuhan Pelatihan Pening- ruhi Profesionalisme Guru SD Daerah terpencil
katan kompetensi Guru IPA SMP di Kota Pekan- Kabupaten Gunung Mas. Prosiding Hasil Peneli-
baru. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program tian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun
Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut 2013. Dies Natalis Universitas Palangka Raya.
Pertanian Bogor. ISSN: 2354-6727.
Gandara, P. P., Gutierrez, D. D., dan O Hara, S. S. 2001. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Ne-
Planning for the Future in Rural and Urban High gara dan Reformasi Birokrasi (Permenegpan-RB)
Piter Joko N, Analisi Kebutuhan Model Pelatihan...163

Nomor 16 tahun 2009 Tentang Jabatan Fung- Sujoko, A. 2012. Peningkatan Kemampuan Guru Mata
sional Guru dan Angka Kreditnya. Pelajaran Melalui In House Training. Jurnal
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Pendidikan Penabur. 11(18): 27-39.
Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifi- Syahid, A. A. 2016. Analisis Kebutuhan Pelatihan Kom-
kasi Akademik dan Kompetensi Guru. petensi Guru Sekolah Dasar Kecamatan Tan-
Sher, J. P., dan Sher, K. R. 1994. Beyond the Conven- jungkerta Kabupaten Sumedang. Prosiding Semi-
tional Wisdom: Rural Development as if Austra- nar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan Da-
lia’s Rural People and Communities Really Mat- sar untuk Pemenuhan Tuntutan Kompetensi
tered. Journal of Research in Rural Education. Generasi Masa Depan. PGSD FKIP Universitas
10(1):2-43. Kuningan. ISBN: 978-602-73-53-1-1. (Online),
Siahaan, S. 2009. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan (https://proceeding.uniku.ac.id/index.php/pgsd201
Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran. Modul 6/index), diakses 27 Agustus 2017.
Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Triyoso, A., dan Sudibyo, D. 2012. Profil Kompetensi
Konten JARDIKNAS. Jakarta: Departemen Pen- Guru dalam Manfaatan Teknologi Informasi dan
didikan Nasional, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai Media Pembelajaran.
Komunikasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Sains Pasca Sarjana Univer-
Siram, R. 1992. Pelaksanaan Model Sistem Guru Kun- sitas Negeri Surabaya. (Online), 2(1): 170-174,
jung Suatu Alternatif Pemerataan Pendidikan (https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpps/article/
Sekolah Dasar Daerah Terpencil di Kalimantan download/410/260), diakses 27 Agustus 2017.
Tengah. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS Villegas-Reimers, E. 2003. Teacher Proffesional Devel-
IKIP Malang. opment: an International Review of the Litera-
Sofiraeny, R. 2011. Model Pengembangan Profesional ture. Paris: UNESCO. International Institute for
Berkelanjutan Guru IPA melalui Lesson Study Educational Planning.
Berbasis MGMP. Disertasi tidak diterbitkan.
Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.

View publication stats

You might also like