You are on page 1of 327

ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT EXCAVATOR PADA PENAMBANGAN

PASIR
(EXCAVATOR’S PRODUCTIVITY ANALYSIS IN QUARRY)

Baskara Jati Putra1, Adityawan Sigit 2


1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: 13511190@students.uii.ac.id
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: adityawan.sigit@uii.ac.id

Abstract: Arvalis Mandiri Putra is a company engaged in various fields, one of mineral mining
(sand and stone). The legal sand mining in Kaliurang Cangkringan Sleman Yogyakarta. In
general, mining activities include demolition, loading and transportation activities. To find out
the level of efficiency and effectiveness, a reference number is needed called tool productivity.
The purpose of this study is to find the planned productivity and real field, to know the factors
that affect productivity on and knowing the value of owning and operation cost on Kobelco
excavator SK 200-8. This study uses a descriptive evaluation method explaining where we will
know the type of equipment and how much the operational costs of the tools used in the mining
process. Based on the results of data analysis and discussion of field recordings, we can see that
the results of the average field productivity is 107.73 m3 / hour and work of efficiency is 24.14
minutes/hour. With the comparison of these results, it can be concluded that the work of the SK
200-8 Kobelco excavator owned by PT Arvalis Mandiri Putra has not worked optimally,
influenced by various factors in the field, one of which is the condition of heavy equipment
operators starting to experience a decrease in performance or fatigue. Based on these conditions,
each session in the afternoon, the cycle time of the machine becomes high, affecting the results of
productivity. In real field there are several other factors, namely Weather Factors, Work
Efficiency Factors, and Location / Medan. The results of the productivity of the Kobelco SK 200-
8 excavator field were not maximized, followed by own and operation costs of Rp 238,168 / hour.
However, from these conditions, the company conclusions can still be a profit Rp. 211,832 / hour.

Keywords: heavy equipment, excavator, mining, quarry, productivity

1. PENDAHULUAN murah. Untuk mengetahui tingkat efisiensi


dan efektivitas maka dibutuhkan angka acuan
PT. Arvalis Mandiri Putra adalah sebuah
yang dinamakan produktivitas alat.
perusahaan yang bergerak dalam berbagai
bidang salah satunya ialah penambangan Alat berat dikatakan produktif apabila durasi
mineral (pasir dan batu) yaitu pertambangan waktu dan kapasitas disesuaikan dengan
pasir secara legal di Kaliurang Cangkringan fungsi dan tujuan penambangan yang
Sleman Yogyakarta. Kegiatan penambangan diinginkan tanpa mengalami idle. Berbagai
ini berpengaruh terhadap produksi, dengan faktor dapat mempengaruhi produktivitas alat
demikian PT. Arvalis Mandiri Putra harus berat. Alat berat yang diamati ialah milik PT.
memiliki alat berat yang dapat menunjang Arvalis Mandiri Putra berjenis excavator
kegiatan tersebut salah satunya ialah Kobelco SK 200-8.
excavator. Biaya yang diperlukan untuk
Banyaknya penggunaan alat berat di PT.
mengadakan alat berat tidak bisa dibilang
Arvalis Mandiri Putra tentunya akan
menentukan biaya penambangan. Alat berat 2.3. Manajemen Proyek
memiliki nilai ekonomi atau yang sering Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu
disebut owning and operation cost. Owning pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara
and operation cost adalah sebuah perhitungan teknis yang terbaik dan dengan sumber daya
estimasi dari biaya kepemilikan dan biaya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan
operasi dari excavator untuk suatu masa tujuan yang telah ditentukan agar
tertentu. Profitabilitas yang tinggi akan mendapatkan hasil yang optimal dalam hal
berpengaruh baik pada nilai keuntungan kinerja biaya, mutu dan waktu serta
perusahaan sehingga keuntungan dapat keselamatan kerja (Husen, 2009).
maksimal. Namun apabila nilai profitabilitas
yang rendah akan berpengaruh rendah pada 2.4. Unsur-Unsur Manajemen
nilai keuntungan pada perusahaan, sehingga Pada manajemen proyek terdapat unsur-unsur
keuntungan menjadi rendah (Blocher dkk, manajemen (6M) yaitu Man, Money,
2000). Sehingga peneliti mencoba untuk Materials, Machine, Market and Method
menganalisis produktivitas alat berat pada (P.C.Tripathi, 2009)
pertambangan pasir di PT. Arvalis Mandiri 2.5. Produktivitas
Putra.
Produktivitas adalah suatu pendekatan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai interdisipliner untuk menentukannya tujuan
berikut. yang efektif atau pembuat rencana yang
1. Untuk mengetahui produktivitas rencana dimana menggunakan sumber-sumber yang
dan nyata lapangan pada excavator efisien namun kualitas yang tinggi tetap
Kobelco SK 200-8. terjaga (Sinungan, 2003).
2. Mengetahui faktor-faktor yang
2.6. Alat Berat
mempengaruhi produktivitas pada
excavator Kobelco SK 200-8. Alat berat merupakan faktor penting didalam
3. Mengetahui nilai owning and operation proyek konstruksi dalam skala besar dimana
cost pada excavator Kobelco SK 200-8. penggunaanya untuk memudahkan manusia
dalam mengerjakan pekerjaan yang ditangani
2. LANDASAN TEORI tenaga manusia. Alat berat yang umum
2.1. Manajemen digunakan antara lain dozer, excavator,
Manajemen dapat diartikan sebagai loader, truck dan conveyor belt; alat pemadat
tanah seperti roller dan compactor, dan lain
kemampuan untuk mendapatkan suatu hasil
lain.
dalam rangka mencapai tujuan melalui
kegiatan sekelompok orang atau organisasi. 2.6.1. Klasifikasi Alat Berat
Dengan pengertian ini tujuan perlu ditetapkan
Secara umum alat berat ada pengkategorian ke
terlebih dahulu, sebelum melibatkan
dalam beberapa klasifikasi yaitu (Rostiyanti,
sekelompok orang atau organisasi yang
2014) :
memiliki keahlian dalam mencapai suatu hasil
tertentu dengan batasan-batasan tertentu 1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat
(Djojowirono, 2005). Klasifikasi ini merupakan pembagian dari
masing masing fungsi utama alat tersebut.
2.2. Proyek
Berdasarkan fungsi alat berat dapat dibagi
Proyek adalah sebuah gabungan dan sumber tujuh fungsi dasar yaitu:
daya manusia, material, peralatan, modal atau
biaya dan segala bentuk perlengkapan dari a. Alat Pengolah Lahan
proyek yang dihimpun dalam sebuah wadah b. Alat Penggali
organisasi atau pekerjaan yang memiliki c. Alat Pengangkut Material
tujuan atau hasil akhir yang sudah menjadi d. Alat Pemindahan Material
planning (Husen, 2009). e. Alat Pemadatan
f. Alat Pemproses Material
g. Alat Penempatan Akhir Tabel 2.1 Waktu Siklus (CT) Excavator
2. Klasifikasi Operasional Alat Berat Beroda Crawler
Klasifikasi alat berat berdasarkan Ukuran Alat
Jenis Materi 0.76 0.94 - 1.72 > 1.72
pergerakannya dapat dibagi menjadi dua m3 m3 m3
yaitu: Kerikil. pasir. tanah organik 0.24 0.3 0.4
a. Alat Dengan Penggerak Tanah. lempung lunak 0.3 0.375 0.5
Batuan. lempung keras 0.375 0.462 0.6
b. Alat Statis
(Rostiyanti,2014)
2.6.2. Excavator
Tabel 2.2 Faktor Koreksi (S) untuk
Excavator adalah alat berat dari salah satu Kedalaman dan Sudut Putar
jenis alat penggali. Alat ini dikhususkan untuk Kedalaman Ukuran Alat
penggalian(%
menggali material di bawah permukaan tanah dari Maksimal) 45 60 75 90 120 180
atau dibawah tempat kedudukan alatnya, 30 1.33 1.26 1.21 1.15 1.08 0.95
misalnya galian gorong-gorong, galian 50 1.28 1.21 1.16 1.1 1.03 0.91
70 1.16 1.1 1.05 1 0.94 0.83
material tambang dan sebagainya. Kelebihan 90 1.04 1 0.95 0.9 0.85 0.75
excavator jika dibandingkan jenis alat gali (Rostiyanti,2014)
yang lain ialah alat ini dapat menggali sambil
mengatur kedalaman yang lebih baik. Tabel 2.3 Faktor Koreksi (BFF) untuk Alat
Tipe excavator dibedakan dalam beberapa hal Gali
Materal BFF (%)
yaitu dari alat kendali dan alat penggeraknya.
Tanah dan tanah organik 80 - 110
Untuk alat kendali terdapat dua tipe yaitu, Pasir dan kerikil 90 - 100
yang pertama menggunakan sistem kabel dan Lempung keras 65 - 95
yang kedua dengan menggunakan sistem Lempung basah 50 - 90
Batuan dengan peledakan buruk 40 - 70
hidrolis. Lalu untuk alat penggeraknya dapat Batuan dengan peledakan baik 70 - 90
digunakan crawler mounted dan roda karet (Rostiyanti,2014)
(wheel mounted) (Suryadharma, 1998).
2.6.3. Produktivitas Alat Berat Excavator Tabel 2.4 Efisiensi Kerja
Kondisi Tata Laksana
Kondisi
Dalam perhitungan produktivitas excavator Pekerjaan Baik
Baik Sedang Buruk
jenis material sangatlah berpengaruh, Sekali
dikarenakan untuk menentukan poin-poin Baik Sekali 0.84 0.81 0.76 0.70
Baik 0.78 0.75 0.71 0.65
penting didalam perhitungannya. Penentuan Sedang 0.72 0.69 0.65 0.60
waktu siklus didasarkan pada pemilihan Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52
kapasitas bucket (Rostiyanti, 2014). Rumus (Rochmanhadi, 1992)
yang dipakai untuk menentukan produktivitas 2.6.4. Faktor-Faktor Produktivitas
excavator ialah: Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
60
Produktivitas = 𝑉𝑥 𝐶𝑇 𝑥𝑆𝑥𝐵𝐹𝐹𝑥𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 (1) tingkat produktivitas alat berat yaitu sebagai
berikut (Effendy, 2017) :
V = Kapasitas alat, CT = Waktu siklus, S =
Faktor koreksi untuk kedalaman dan sudut 1. Bucket Capacity
putar, BFF = Faktor koreksi untuk alat gali, Semakin besar ukuran bucket semakin
Efisiensi = Efisiensi Kerja besar volume material yang terambil dan
diikuti semakin besarnya cycle.
2. Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu edar ialah waktu yang diperlukan
untuk proses pengambilan material. Dari
pengambilan material terdapat beberapa
waktu, yaitu meliputi:
- Waktu penggalian material
- Waktu gerakan swing dengan muatan membagi nilai reproduksi dengan umur
- Waktu penumpahan material ekonomis alat.
- Waktu gerakan swing kosong 2. Reducing charge method
Reducing charge method ialah metode
3. Swell Factor
untuk menentukan jumlah depresiasi
Faktor ini dipengaruhi dari kedalaman
dengan menurun atau berkurang
galian maksimal alat dan sudut putar
jumlahnya setiap tahunnya. Dari cara ini
yang digunakan oleh alat selama proses
menjelaskan bahwa semakin tua alat maka
penggalian.
akan semakin turun produksinya. Metode
4. Bucket Fill Factor ini dibagi menjadi dua yaitu:
Persentasi bucket terisi material dari total a. Declining balance method
kapasitas bucket. Metode untuk menentukan jumlah
depresiasi dari tahun ke tahun sebesar
5. Operator Skill
dari persentase tertentu dari nilai buku
Faktor ini dipengaruhi oleh dari
alat pada tahun bersangkutan. Untuk
bagaimana cara pelaksanaan manusia
besar persentase dapat dihitung
pengguna alat itu sendiri, yang dapat
berdasarkan harga beli alat dikurangi
mempengaruhi waktu edar dan efisiensi
depresiasi yang diperhitungkan.
kerja alat.
b. Sum of year’s digit method
6. Jenis Material Ialah metode untuk menentukan
Faktor ini meliputi jenis dari material besarnya nilai depresiasi tiap tahun
yang akan diambil atau digali alat, yang berdasarkan dari jumlah angka-angka
akan mempengaruhi factor-faktor tahun dari umur ekonomis alat sebagai
lainnya juga. koefisien pembagi dan didasarkan
pada sisa umur ekonomis alat.
2.7. Owning Cost
Owning cost ialah biaya kepemilikan alat
2.8. Operation Cost
yang harus diperhitungkan selama alat
Operation cost ialah biaya dari operasi alat,
dioperasikan oleh pemilik atau perusahaan
yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan semasa
tersebut. Biaya ini diperhitungkan karena
alat digunakan. Biaya operasi ini meliputi
semakin lama alat digunakan semakin
bahan bakar minyak, minyak pelumas atau
berkurang juga tingkat produktivitasnya.
minyak hidrolis, penggantian ban,
Bahkan pada waktu tertentu alat tidak dapat
pemeliharaan, penggantian suku cadang
berproduksi lagi atau dapat disebut dengan
khusus misalnya busi pada mesin excavator
depresiasi.
dan gaji operator (Suryadharma, 1998).
Nilai depresiasi dapat ditentukan dengan
1. Bahan bakar
harga beli alat saat didatangkan beserta
Untuk konsumsi bahan bakar tergantung
perlengkapannya, perkiraan umur ekonomis
dari seberapa besar daya mesin alat,
alat, nilai residu (harga jual setelah akhir umur
disamping itu juga dilihat dari medannya.
ekonomis) dan nilai produksi alat. Adapun
Pabrik pembuat alat biasanya memberikan
beberapa metode untuk menentukan hasil
perkiraan konsumsi bahan bakar sesuai
depresiasi alat dalam satuan waktu tertentu
dengan spesifikasi alat yang dinyatakan
seperti berikut (Suryadharma, 1998):
dalam liter/jam atau galon/jam. Apabila
1. Straight line method tidak ada dapat digunakan pendekatan
Straight line method ialah metode untuk berikut :
menentukan nilai depresiasi alat secara a. 0,06 galon/jam HP untuk mesin bahan
garis lurus atau yang sama besar setiap bakar bensin.
tahunnya. Pada metode ini, untuk b. 0,04 galon/jam HP untuk mesin bahan
memperoleh nilai depresiasi dengan bakar solar.
Bahwa selama pengoperasian alat mesin rupiah/jam
tidak selalu menggunakan tenaga
maksimal atau 100%. Misalnya pada alat Untuk penggerak berupa crawler
gali, pemakaian tenaga maksimal hanya biasanya dapat digunakan selama umur
ketika menggali dan menggangkut mesin dari alat berat tersebut.
material saja. Efisiensi kerja operator
4. Biaya perbaikan/pemeliharaan
dalam satu jam juga tidak penuh 100%,
Untuk menjaga kondisi alat agar alat
misalnya hanya 50 menit/jam saja.
tetap bekerja normal dan baik maka ada
Biasanya banyaknya bahan bakar yang
biaya untuk perbaikan atau pemeliharaan
dipakai antara 12-15% HP alat per jam.
seperti penggantian suku cadang dengan
2. Minyak Pelumas yang baru. Biasanya untuk perbaikan,
Kebutuhan minyak pelumas dan minyak dari pabrik sudah merekomendasikan
hidrolis tergantung pada besarnya bak untuk menentukan biayanya yang
karterdan lamanya periode pergantian tergantung dari kondisi pemakaiannya,
minyak pelumas, yang biasanya 100-200 ditentukan sebagai berikut:
jam pemakaian. Dari pabrik biasanya
𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙(𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒂𝒍𝒂𝒕−𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒃𝒂𝒏)
sudah memberikan perkiraan yang (4)
𝑷𝒆𝒓𝒌𝒊𝒓𝒂𝒂𝒏 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒆𝒌𝒐𝒏𝒐𝒎𝒊𝒔 𝒂𝒍𝒂𝒕 (𝒋𝒂𝒎)
dinyatakan liter/jam atau galon/jam
tergantung dari kondisi medan kerjanya. 5. Penggantian suku cadang khusus
Kondisi medan dibagi menjadi tiga yaitu: Suku cadang khusus ialah suku cadang
a. Ringan : gerakan teratur, banyak yang kerusakannya lebih cepat dibanding
istirahat dan tidak membawa muatan dengan suku cadang yang lain, waktu
penuh. kerusakannya tidak tentu, tergantung
b. Sedang : gerakan teratur dan muatan pemakaian dan medan kerja.
tidak penuh. 6. Gaji Operator
c. Berat : bekerja terus menerus Untuk menentukan gaji operator ialah
dengan tenaga mesin penuh. dengan melihat dari bagaimana
Apabila dari pabrik tidak diberikan kecakapan kerja dan pengalaman kerja
perkiraan konsumsi minyak pelumas dari operator itu sendiri.
maka dapat dengan perkiraan sebagai 3. METODOLOGI
berikut:
q=
𝑯𝑷𝒙𝟎,𝟔𝒙𝟎,𝟎𝟎𝟔 𝑪
𝒙 (2) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
𝟕,𝟒 𝒕
evaluasi menjelaskan dimana kita akan
Keterangan: q = kebutuhan mengetahui jenis alat, jumlah alat berat dan
minyak pelumas (galon/jam), HP = daya berapa besar biaya operasional alat yang
mesin (HP), C = kapasitas bak karter dipakai dalam proses pertambangan tersebut.
(galon), t = waktu pemakaian (jam) atau 3.1. Mencari Data atau Informasi
biasanya dapat diambil penggunaan
minyak pelumas antara 0,35%-0,6% dari 1. Tahap Persiapan
HP alat dalam satu jam. Tahap persiapan yang bertujuan untuk
mempermudah jalannya penelitian, seperti
3. Biaya Ban pengumpulan data, analisis dan penyusunan
umur yang dapat dicapai ban laporan. Tahap persiapan meliputi:
rekomendasi dari pabrik pembuatannya.
Besarnya biaya ban dapat ditentukan a. Studi Pustaka
sebagai berikut: Studi pustaka dimaksudkan untuk
mendapat arahan dan wawasan agar
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒃𝒂𝒏 (𝒓𝒖𝒑𝒊𝒂𝒉) mempermudah pengumpulan data,
𝑷𝒆𝒓𝒌𝒊𝒓𝒂𝒂𝒏 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒆𝒌𝒐𝒏𝒐𝒎𝒊𝒔 𝒂𝒍𝒂𝒕 (𝒋𝒂𝒎)
(3)
analisis dan penyusunan laporan.
b. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk 4.1. Kondisi Lapangan
mengetahui dimana lokasi
dilakukannya pengumpulan data untuk Setelah dilaksanakannya pengambilan data.
penelitian. Data kondisi lapangan yang didapat dari
Data yang digunakan adalah: denah proyek tambang pasir milik PT. Arvalis
lokasi pertambangan dan alat berat Mandiri Putra yang berlokasi di Cangkringan
Sleman diketahui bahwa lokasi bertempat
2. Pengolahan Data pada dataran tinggi dan berikut adalah data
Pengumpulan data dilakukan dengan kondisi lapangan untuk dianalisis:
pengambilan rekaman siklus excavator a. Lokasi Tambang : Kali Gendol Kaliurang
Kobelco SK 200-8 di lapangan selama 14 hari Cangkringan Sleman Yogyakarta
dengan pembagian waktu pagi, siang dan b. Jenis Material Tambang : Pasir
sore pada jam kerja 08.00 – 16.00 dan c. Luas Area Proyek : Kontrak lahan pada
menggunakan data yang dimiliki oleh PT. kali gendol ±7000 m2
Arvalis Mandiri Putra sebagai pelengkap.
4.2. Jenis Alat Berat
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah alat berat Pada pelaksanaan proyek penambangan pasir
berupa Kobelco Kobelco SK 200-8 yang ini dilakukan dengan cara mekanis yaitu
digunakan pada pertambangan tersebut. dengan menggunakan alat berat berupa
excavator, dimana alat berat memiliki
3.2. Sumber Data modifikasi pada bucket nya. Hal ini dilakukan
Sumber utama penelitian yang digunakan oleh pemiliknya dikarenakan untuk kebutuhan
adalah: proyek tambang tersebut. Berikut adalah
1. Data Primer : data yang diambil langsung spesifikasinya :
dari kondisi pelaksanaan pertambangan pasir Jenis Alat Berat : Excavator
dengan alat berat yang digunakan berupa alat
 Merk : Kobelco
gali jenis excavator Kobelco SK 200-8.
 Tipe : SK 200-8
2. Data Sekunder : data yang diperoleh  Kapasitas Bucket : 1,15 m3
langsung dari PT. Arvalis Mandiri Putra dan  Tahun Pembuatan : 2013
referensi atau literatur yang berkaitan dengan  Kondisi : Baik
alat berat.  Fungsi Alat : menggali dan
3.3. Analisis dan Pembahasan memuat pasir kedalam bak Dumptruck
Setelah mendapatkan data yang diperlukan 4.3. Bucket Fill Factor pasir Kali Gendol
maka langkah selanjutnya adalah mengolah (Aliran Merapi)
data tersebut. Pada tahap mengolah atau Untuk penelitian ini pekerjaan tambang pasir
menganalisis dilakukan dengan menghitung oleh PT Arvalis Mandiri Putra dilaksanakan
data yang didapat dengan rumus yang ada. pada hilir kali Gendol. Dimana jenis pasir di
Hasil dari pengolahan data dapat digunakan tempat tersebut dilihat dari grafik (Gambar 1)
kembali untuk data menganalisis yang lainnya memasuki gradasi II yaitu agregat halus
dan berlanjut hingga didapatkan hasil akhir bertipe agak kasar. Hasil tersebut didapatkan
tentang analisis alat berat dalam dengan metode pengujian SNI 03-1968-1990
pertambangan tanah. dan untuk kadar lumpur didapatkan 1,09%
(Pratama, 2018). Dengan data yang
4. ANALISIS didapatkan tersebut maka dapat ditentukan
faktor koreksi memasuki material pasir
dengan Bucket Fill Factor 90%.
𝟏𝟎𝟒𝟕
= = 209,4 m3/jam
𝟔

b. Berikut adalah hasil perhitungan


produktivitas lapangan
1. Data lapangan pagi:
Waktu Siklus (CT) rata-rata : 18 detik
Efisiensi rata-rata : 26,89 menit
Kedalaman Maksimal : 30%
Produktivitas rata-rata per jam (m3/jam)
Produktivitas = 129,35 m3/jam

Gambar 1 Batas Gradasi Agregat Halus 2. Data lapangan siang:


Daerah II Waktu Siklus (CT) rata-rata : 17 detik
Efisiensi rata-rata : 26,19 menit
4.4. Produktivitas Excavator Kedalaman Maksimal : 30%
Pada analisis tugas akhir ini excavator Produktivitas rata-rata per jam (m3/jam)
memiliki dua fungsi yaitu sebagai penggali Produktivitas = 128,72 m3/jam
pasir dan memindahkannya kedalam bak
dumptruck. Sehingga excavator memiliki 3. Data lapangan sore:
waktu siklus di setiap pekerjaannya. Waktu Siklus (CT) rata-rata : 26 detik
a. Berikut ini adalah perhitungan Efisiensi rata-rata : 19,34 menit
produktivitas rencana : Kedalaman Maksimal : 30%
Produktivitas rata-rata per jam (m3/jam)
 Jenis Alat Berat : Excavator Produktivitas = 65,14 m3/jam
 Merk : Kobelco
 Tipe : SK 200-8 Berdasarkan data pada sesi sore, excavator

Kapasitas Bucket (V) : 1,15 m3 Kobelco SK 200-8 memiliki produktivitas dan
 Bucket Fill Factor : 0,9 efisiensi paling rendah. Hal ini disebabkan
 Waktu Siklus (CT) : 0,3 menit pada sesi tersebut operator mengalami
 Kedalaman galian rata-rata : 2 m penurunan kinerja atau kelelahan.
 Kedalaman galian maksimal : 6,7 m Hasil data excavator Kobelco SK 200-8 rata-
rata pada lapangan :
 Kedalaman Maksimal
- Waktu Siklus = 20 detik
=
𝒌𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒈𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
𝒙 𝟏𝟎𝟎% (5) - Efisiensi Kerja = 24,14 menit/jam
𝒌𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒈𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 - Produktivitas = 107,73 m3/jam
𝟐
= 𝟔,𝟕 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 29,85 % ≈ 30%
 Faktor Koreksi rencana (S) 4.5. Perbandingan Produktivitas Rencana
Sudut Putar 45o : 1,33 dengan Lapangan
Sudut Putar 60o : 1,26 Perbandingan antara data lapangan dengan
Sudut Putar 75o : 1,21 rencana ditunjukan dengan angka yang cukup
Sudut Putar 90o : 1,15 besar. Perbedaan pada efisiensi kerja lapangan
Sudut Putar 120o : 1,08 hanya mencapai rata rata 24,14 menit dari
Sudut Putar 180 : 0,95 rencana 45 menit per jamnya, hal ini
 Efisiensi Kerja Rencana : 0,75 menunjukan bahwa alat berat memiliki waktu
idle yang cukup lama tiap jam nya pada
 Produktivitas rencana rata-rata
pekerjaan tambang. Dengan efisiensi kerja
𝟐𝟑𝟗,𝟒+𝟐𝟐𝟔,𝟖+𝟐𝟏𝟕,𝟖+𝟐𝟎𝟕+𝟏𝟗𝟒,𝟒+𝟏𝟕𝟏
tersebut, maka berpengaruh juga pada hasil
= produktivitas rata-rata per jamnya yang hanya
𝟔
mencapai 107,73 m3/jam dari data rencana = Rp 12.152,8 / jam
rata-rata sebesar 180,61 m3/jam. Dari kedua Biaya ganti crawler per jam
hasil tersebut dapat ditinjau bahwa hasil = Rp 1.666,7 / jam
lapangan lebih rendah dari rencana, hal ini Biaya kuku bucket per jam
dikarenakan ada berbagai faktor yang = Rp 1.302,1 / jam
mempengaruhi produktivitas maupun efisiensi • Total biaya pemeliharaan
kerja di lapangan. = Rp 26.380,25 / jam
• Biaya bahan bakar per jam
4.6. Owning and Operation Cost
= Rp 111.562,5
Setiap alat berat yang beroprasi pada suatu • Gaji operator = Rp 34.350/ jam
proyek atau pekerjaan tertentu memiliki • Gaji helper = Rp 18.750/ jam
owning dan operation cost, dimana hal ini • Pemakaian pelumas per jam
untuk menentukan pengeluaran yang = Rp 2.125/ jam
dikeluarkan ketika alat itu bekerja maupun • Operation cost
dalam kondisi idle. Pada pekerjaan tambang = Rp 26.380,25+Rp 111.562,5+
ini PT Arvalis Mandiri Putra menggunakan Rp 34.350+Rp 18.750+Rp 2125
alat Kobelco SK 200-8 dengan pembelian = Rp 193.168 /jam
cash. Alat berat ini juga tidak didaftarkan • Biaya keseluruhan
asuransi, dikarenakan pada pekerjaan tambang = owning cost + operation cost
pasir resikonya terlalu tinggi. Berikut adalah = Rp 45.000 + Rp 193.168
perhitungannya: = Rp 238.168 /jam
a. Owning cost
5. PEMBAHASAN
Berikut ialah data kepemilikan alat berat
dengan tipe atau merk Kobelco SK 200-8 5.1 Produktivitas
dari kantor PT.Arvalis Mandiri Putra:
Selama pelaksanaan analisis dilapangan
 Harga beli alat : Rp 1.200.000.000 didapat beberapa hal berupa faktor yang
 Umur ekonomis : 10 tahun mempengaruhi dari produktivitas excavator
 Waktu pakai dalam setahun Kobelco SK 200-8. Beberapa faktor inilah
:2400 jam penyebab akan perbedaan dari hasil lapangan
 Nilai residu : Rp 120.000.000 dengan rencana yaitu dengan hasil selama
 Depresiasi pekerjaan tambang pasir produktivitas rata-
𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒃𝒆𝒍𝒊 𝒂𝒍𝒂𝒕−𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒓𝒆𝒔𝒊𝒅𝒖
= 𝒖𝒎𝒖𝒓 (6) rata lapangan sebesar 107.73 m3/jam dari
𝒆𝒌𝒐𝒏𝒐𝒎𝒊𝒔 𝒙 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒂𝒌𝒂𝒊 hasil rencana produktivitas 180,61 m3/jam .
𝟏𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎−𝟏𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎
= 𝟏𝟎𝒙𝟐𝟒𝟎𝟎 Berikut ialah beberapa faktor yang
= Rp 45.000/ jam mempengaruhi produktivitas dan efisiensi
kerja pada tambang pasir :
b. Operation cost
a. Faktor Efisiensi Kerja
Berikut ialah perhitungan data operasional
dari Kobelco SK 200-8 yang beroperasi pada Pekerjaan dalam satu jam dilapangan tidak
tambang pasir: mencapai 45 menit per jamnya yaitu efisiensi
• Biaya pemeliharaan kerja rata-rata sebesar 24,14 menit/jam.
Biaya per jam oli hidrolis b. Waktu Siklus
= Rp 4.947,9 / jam
Biaya per jam seal hidrolis Waktu per siklus memiliki waktu yang cukup
= Rp 5.208,3 / jam bagus atau dengan rata-rata keseluruhan ±20
Biaya filter solar per jam detik.
= Rp 781,25 / jam c. Operator Skill
Biaya per jam filter oli
= Rp 321,2 / jam Di peninjauan lapangan operator memiliki
Biaya servis bucket per jam peran yang penting, seperti pada keterampilan
operator sekali siklus yaitu menggali, 1. Berdasarkan hasil analisis data dan
memasukkan pasir ke truk, hingga kembali pembahasan dari rekaman lapangan
menggali lagi memiliki waktu siklus rata-rata didapatkan hasil rata-rata produktivitas
yang cukup bagus. lapangan sebesar 107.73 m3/jam dan
efisiensi kerja sebesar 24,14 menit/jam
d. Bucket Capacity
dari hasil produktivitas rencana 180,61
Pada lapangan alat berat memiliki kapasitas m3/jam dan efisiensi kerja 45 menit/jam.
1,15 m3 dalam kondisi heaped. Dengan perbandingan hasil tersebut dapat
e. Faktor Cuaca disimpulkan bahwa kerja dari excavator
Kobelco SK 200-8 milik PT Arvalis
Kondisi cuaca dilapangan pada pekerjaan sore Mandiri Putra belum bekerja secara
hari relatif berkabut, hal ini berpengaruh pada maksimal dengan dipengaruhi oleh
kerja operator alat berat. berbagai faktor dilapangan salah satunya
f. Faktor Kedalaman Gali ialah dari kondisi operator alat berat mulai
mengalami penurunan kinerja atau
Kondisi pekerjaan dilapangan, kedalaman gali kelelahan. Berdasarkan kondisi tersebut
alat berat masuk di 30%. disetiap sesi sore waktu siklus alat berat
g. Jenis Material menjadi tinggi sehingga mempengaruhi
hasil dari produktivitasnya.
Jenis material pada lapangan ialah pasir,
dimana pertambangan dimulai pada lapisan 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi
tanah berpasir. Pada lapisan itu mayoritas produktivitas excavator Kobelco SK 200-
ialah material pasir. 8 pada pekerjaan tambang pasir tidak
hanya Bucket Capacity, Waktu Siklus,
h. Lokasi / Medan Faktor Kedalaman Gali, Bucket Fill
Pada perkerjaan tambang pasir ini alat berat Factor, Operator Skill, Jenis Material.
dapat bekerja dengan baik, mayoritas hanya Akan tetapi pada lapangan terdapat
bekerja ditempat saja. beberapa faktor lagi yaitu Faktor Cuaca,
Faktor Efisiensi Kerja, dan Lokasi /
Medan.
5.2. Owning and Operation Cost 3. Hasil produktivitas lapangan excavator
Data excavator dari perusahaan yang diteliti Kobelco SK 200-8 yang didapat tidak
dengan umur ekonomis pemakaian alat selama maksimal dengan diikuti biaya owning and
10 tahun dan pada Operation Cost terdapat operation sebesar Rp 238.168/jam. Akan
beberapa pergantian spare part secara berkala tetapi dari kondisi tersebut dapat diambil
selama penambangan salah satunya ganti kuku kesimpulan perusahaan masih keuntungan
bucket diakibatkan oleh jenis material sebesar Rp 211.832/jamnya dari harga
tambang yang digali, dari hal tersebut sewa Rp 450.000/jam.
excavator Kobelco SK 200-8 memiliki hasil 6. SARAN
nilai Owning and Operation Cost senilai Rp.
238.168/jam. Oleh karena itu apabila Beberapa saran dapat disampaikan
perusahaan menyewakan alat berat tersebut mengenaitentang analisis produktivitas alat
senilai Rp. 450.000/jam, maka perusahaan berat excavator pada pekerjaan tambang pasir
tetap akan mendapatkan keuntungan sebesar adalah sebagai berikut:
Rp. 211.832/jam. 1. Pemilihan alat berat sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan dan tidak
sembarangan, dilihat dari harga alat berat
5. KESIMPULAN yang sangat tinggi, sehingga PT. Arvalis
Mandiri Putra ketika merencanakan
Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: pengadaan alat berat baru, dapat melihat
faktor – faktor lapangan yang akan Karakteristik Beton (The Effects Of
memepengaruhi produktivitas dan Limestone Powder As Additional Materials
memilih unit yang sesuai. For Concrete Due To Sea Water Curing
Process On Concrete Characteristics).
2. Koordinasi antara operator, pembantu dan (Online).
pengawas lapangan yang baik akan (Https://Dspace.Uii.Ac.Id/Handle/12345678
membantu memaksimalkan produktivitas 9/13628. Diakses 5 November 2018)
suatu alat berat.
Rochmanhadi. (1992). Alat Berat dan
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut Penggunaannya. Yayasan Badan Penerbit
meninjau bagaimana efisiensi kerja Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
excavator Kobelco SK 200-8 pada
Rostiyanti, S. F. (2014). Alat Berat Untuk Proyek
pekerjaan lain.
Konstruksi. Pt Rineka Cipta. Jakarta
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
penggunaan excavator dengan merk, jenis Santoso, R. B. (2013). Analisis Manajemen Alat
Berat Berdasarkan Nilai Biaya Dan Waktu
dan kapasitas bucket yang berbeda.
Optimal Produktivitas. Dspace.Uii.Ac.Id.
7. DAFTAR PUSTAKA (Online).
(Https://Dspace.Uii.Ac.Id/Handle/12345678
Blocher, E. J., Chen, K. H., and Lin, T. W.
9/5212. Diakses 5 November 2018)
(2000). Manajemen Biaya. Salemba Empat.
Jakarta Sinungan, M. (2003). Produktivitas Apa Dan
Bagaimana. Pt.Bumi Aksara. Jakarta
Djojowirono, S. (2005). Manajemen Konstruksi.
Kmts Ft Ugm.Yogyakarta Suryadharma, H., & Wigroho, H. Y. (1998). Alat-
Alat Berat. Universitas Atma Jaya
Effendy, Y. (2017). Analisis Penggunaan Alat
Yogyakarta. Yogyakarta
Berat Excavator Pada Penambangan Pasir
Oleh Pt Surya Karya Setiabudi (Studi Kasus Syaifuddin, A. F. (2014). Analisis Pekerjaan
Pertambangan Pasir Di Desa Kaliurang Tanah Dengan Alat Berat Di Solo Baru
Kecamatan Srumbung Kabupaten Kabupaten Sukoharjo. (Online).
Magelang). (Online). (Https://Digilib.Uns.Ac.Id/Dokumen/Detail/
(Http://Etd.Repository.Ugm.Ac.Id/Index.Ph 39632/Analisis-Pekerjaan-Tanah-Dengan-
p?Mod=Penelitian_Detail&Sub=Penelitiand Alat-Berat-Di-Solo-Baru-Kabupaten-
etail&Act=View&Typ=Html&Buku_Id=129 Sukoharjo. Diakses 5 November 2018)
842&Obyek_Id=4. Diakses 5 November
2018) Syarif, M. (2018). Analisis Kebutuhan Alat Berat
pada Pekerjaan Galian Timbunan Tanah
Husen, A. (2009). Manajemen Proyek. Andi. pada Proyek Pembangunan Gedung
Yogyakarta (Analysis Of Equipment Needs For Cutting
And Piling Works On Building Project).
Kurniyanda, T. (2005). Optimalisasi Alat Berat
(Online).
Pada Pekerjaan Sipil Di Bidang Drainasi.
(https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/7
(Online).
207. Diakses 5 November 2018)
(Https://Dspace.Uii.Ac.Id/Handle/12345678
9/1485. Diakses 5 November 2018) Yudan Effendy. (2017). Analisis Penggunaan
Alat Berat Excavator Pada Penambangan
P.C.Tripathi. (2009). Principles of Management.
Pasir Oleh Pt Surya Karya Setiabudi.
Tata Mc-Graw Hill. New Delhi.
(Online).
Pratama, K. A. (2018). Pengaruh Serbuk Kapur (Http://Etd.Repository.Ugm.Ac.Id/. Diakses
Sebagai Bahan Tambah Pembuatan Beton 5 November 2018)
Akibat Proses Curing Air Laut Terhadap
PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN JALAN RUAS LARAT-
LAMDESAR PROVINSI MALUKU

Oleh :
Tri Purwanto, *Puji Wiranto, **Hikmad Lukman

Abstrak
Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu proyek.
Alat berat yang dipilih harusnya tepat sehingga proyek/pekerjaan berjalan lancar. Penelitian ini
dibatasi pada masalah produktivitas dan perkiraan biaya alat yang berkaitan dari kombinasi alat
bulldozer D 55 AX, excavator PC 50, dan dump truck HINO 260 FM, Adapun Produktivitas excavator
didapat sebesar 59 m3/jam dengan membutuhkan alat sebanyak 1 unit membuang tanah sebesar
23.527 m3 dalam waktu 398 jam. Produktivitas dump truck dari tiap tempat pembuangan berbeda-
beda mulai dari Produktivitas dump truck tujuan pembuangan Lokasi Adaut adalah sebesar 19 m3/jam
dengan menggunakan 4 unit dump truck. Produktivitas dump truck tujuan pembuangan Lokasi Kandar
adalah sebesar 12 m3/jam dengan menggunakan 5 unit dump truck. Produktivitas dump truck tujuan
pembuangan Lokasi Lamdesar Timur adalah sebesar 17 m3/jam dengan menggunakan 4 unit dump
truck. Produktivitas bulldozer didapat sebesar 225 m3/jam dengan membutuhkan alat 1 unit untuk
membuang tanah sebesar 23.527 m3.

Kata kunci : excavator, dump truck, bulldozer, produktivitas, harga alat

1. PENDAHUAN waktuyang dibutuhkan untuk pengadaan alat


lain yang lebih sesuai merupakan hal yang
1.1. Latar Belakang menyebabkan biaya yang lebih besar.

Alat berat merupakan faktor penting di dalam 1.2. Maksud dan Tujuan
proyek-proyek konstruksi dengan skala yang
besar. Tujuan penggunaan alat berat tersebut Maksud penelitian ini adalah
untuk memudahkan manusia dalam memperhitungkan kembali produktivitas dan
mengerjakan pekerjaan sehingga hasil yang kebutuhan alat berat yang dipergunakan pada
diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pelaksanaan proyek yang sedang berjalan.
pada waktu yang relatif lebih singkat. Tujuan adalah untuk mendapatkan hasil
Alat yang umum dipakai didalam proyek perhitungan Produktivitas alat, jumlah alat
konstruksi antara lain dozer, alat gali yang dibutuhkan dan harga biaya alat tersebut.
diantaranya backhoe, front shovell, dumshell,
alat pemuat diantaranya loader, alat 1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
pengangkut seperti truck. Alat pemadat tanah
diantaranya roller dan compactor, dan lain- Ruang lingkup penulisan ini hanya dibatasi
lain. pada masalah manajemen peralatan dan
Pemilihan alat berat yang akan dipakai perkiraan biaya alat yang berkaitan dengan
merupakan faktor penting dalam keberhasilan Produktivitas dari kombinasi alat bulldozer D
suatu proyek. Alat berat yang dipilih harusnya 55AX, excavator PC 50, dan dump truck HINO
tepat sehingga proyek/pekerjaan berjalan 260 FM, yang di pergunakan pada
lancar. Kesalahan dalam pemilihan alat berat proyek/pekerjaan ruas jalan Larat-Lamdesar
dapat mengakibatkan proyek pekerjaan tidak Provinsi Maluku.
lancar. Dengan demikian keterlambatan
penyelesaian pekerjaan dapat terjadi yang
menyebabkan biaya akan menbengkak. 2. TINJAUAN PUSTAKA
Produktivitas yang kecil dan tenggang

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 1


2.1. Jasa Penjualan Untuk memperoleh cycle time (CM)
diperlukan sebagai berikut:
Agen penjual (dealer) yang bonafide Cm = TL + TH + TD + TR + TW
umumnya melengkapi diri dengan tenaga Dimana :
mekanik yang terlatih, peralatan yang cukup, Cm = siklus waktu (cycle time)
dan fasilitas untuk melakukan pekerjaan- TL = waktu pemutaran
pekerjaan pemeliharaan, serta masa jaminan. TH = waktu pengangkutan
Penjual umumnya memiliki instrumen lengkap TD = waktu menumpahkan
untuk memeriksa kondisi peralatan dan TR = waktu kembali
membandingkannya dengan kriteria atau TW = waktu menunggu
standar yang ditentukan oleh pabrik peralatan.
Oleh karna itu, sebelum menentukan Untuk menghitung jumlah alat-alat
membangun atau tidaknya fasilitas lainnya gunakan (Sumber : Joetata
pemeliharaan sendiri, kontraktor atau pemilik Hadihardaja,1998)
proyek hendaknya mensurvai dan mengkaji
total biaya dan segala sesuatu yang berkaitan 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑉𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 =
dengannya, seperti merekut dan mengkaji 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑡
tenaga mekanik, membangun bengkel,
persediaan suku cadang, overhead, dan masa Setelah jumlah masing-masing alat diketahui
perbaikan yang mungkin lebih lama dibanding maka selanjutnya perlu dihitung durasi
bila dilakukan oleh bengkel penjual. pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satunya cara
dengan menentukan berapa Produktivitas total
2.2. Persedian Suku Cadang alat setelah dikalikan jumlahnya. Kemudian
dengan menggunakan Produktivitas jumlah
Guna mencegah berhentinya oprasi alat-alat alat maka durasi dapat dicari dengan
konstruksi berkepanjangan, diperlukan menggunakan rumus sebagai berikut. (Sumber
persediaan (inventory) suku cadang. Jenis dan : Joetata Hadihardaja,1998)
volumenya amat dipengaruhi oleh letak lokasi 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
proyek. Di daerah terpencil yang jauh dari
agen penjualan (dealer) ataupun bengkel-
bengkel lain, jenis dan volume persedian suku
2.4. Elevasi Letak Proyek
cadang akan meningkat. Bila daerah lokasi
proyek berada di daerah yang telah maju, di
Elevasi berpengaruh terhadap hasil kerja
mana tersedia banyak agen penjual dan
mesin, karena kerja mesin dipengaruhi oleh
bengkel, maka pertama-tama kontraktor
tekanan dan temperatur udara luar.
hendaknya mengadakan kontrak dengannya
Berdasarkan pengalaman, kenaikan 1000 ft
untuk mengetahui sejauh mana jasa dan
(300 m) pertama dari permukaan laut, tidak
fasilitas yang tersedia. Bila memungkinkan,
akan berpengaruh pada mesin-mesin empat
kontraktor hanya perlu menjaga persedian suku
tak; tetapi untuk selanjutnya setiap kenaikan
cadang bagi perbaikan sehari-hari, dan bagian-
1000 ft ke dua (dihitung dari permukaan laut)
bagian yang sudah diperkirakan akan dipakai
HP rata-rata berkurang sebesar + 3%;
dalam waktu dekat.
sedangkan pada mesin-mesin dua tak,
penurunannya sebesar 1%.
2.3. Produksi dan Durasi Pekerjaan
2.5. Efisiensi Operator
Dalam menentu durasi suatu pekerjaan maka
hal-hal yang perlu di ketahui adalah volume
Faktor manusia sebagai operator alat sangat
pekerjaan dan Produktivitas alat tersebut.
sukar ditentukan dengan tepat, sebab selalu
Produktivitas alat bergantung pada kapasitas
berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan
dan waktu siklus alat. dasar untuk mencari
dari jam ke jam, tergantung pada keadaan
Produktivitas alat adalah:
kapasitas cuaca, kondisi alat yang dikemudikan, suasana
Produktivitas = CM kerja dan lain-lain. Biasanya memberikan
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998) perangsang dalam bentuk bonus dapat
mempertinggi efisiensi operator alat.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 2


Dalam kerja seorang operator tak akan dapat berat memegang peranan penting dalam
bekerja selama 60 menit secara penuh, sebab pemeliharan alat berat yang benar-benar tepat.
selalu ada hambatan-hambatan yang tak dapat Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
dihindari seperti pergantian komponen yang pemilihan alat berat antar lain:
rusak, memindahkan alat ke tempat lain, dan 1. Fungsi yang akan dilaksanakan, alat
sebagainya. Pada Tabel 2.6 di bawah ini berat yang digunakan disesuaikan dengan
diberikan beberapa nilai efisiensi operator. funginya terhadap pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2.6. Klasifikasi Alat 2. Kapasitas peralatan, kesesuaian kapasitas
pekerjaan dengan kapasitas alat
Alat berat dapat dikategorikan ke dalam merupakan hal yang penting untuk
beberapa klarifikasi. Klarifikasi tersebut adalah meminimalisir biaya konstruksi.
klarifikasi alat berat dan klarifikasi operator 3. Cara pengoperasian, alat berat
alat berat. disesuaikan dengan mobilitas (arah
gerak, kecepatan, siklus gerak dll) yang
2.7. Klarifikasi Fungsional Alat Berat telah ditetapkan.
4. Ekonomi, pemilihan alat juga harus
Klarifikasi fungsional adalah pembagian alat mempertimbangkan biaya investasi atau
berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. sewa, biaya operasional, dan biaya
Berdasarkan fungsi alat berat dapat dibagi pemeliharaan.
sebagai berikut : 5. Jenis proyek, pada jenis proyek yang
a. Alat penggali, sepeti excavator, front berbeda, akan digunakan jenis alat berat
shovel, backhoe, dragline, dan clamshell. yang berbeda pula.
b. Alat pengangkut material, seperti balt truck 6. Lokasi proyek, lokasi proyek juga akan
dan wagon. mempengaruhi pemilihan alat berat yang
c. Alat pemindah material. Seperti loader dan digunakan.
dozer. 7. Jenis dan kekuatan tanah, kekuatan tanah
d. Alat pemadat, seperti tamping roller, serta jenis tanah yang akan diolah juga
pneumatic-tired roller, compactor, dan mempengaruhi pemilihan alat berat yang
lain-lain. digunakan.
8. Kondisi lapangan, kondisi lapangan yang
2.8. Klasifikasi Operasional Alat Berat sulit akan berbeda dengan kondisi
lapangan yang standar dalam pemilihan
Alat-alat berat dalam pengoprasiannya dapat alat.
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain
atau tidak dapat digerakan (statis). Jadi 2.10. Efisiensi kerja
klarifikasi alat berdaasarkan penggerakanya
dapat dibagi menjadi berikut : Dalam merencanakan suatu proyek,
a. Alat dengan penggerak, seperti crawler Produktivitas per jam dari suatu alat yang
atau roda kelabang dan ban karet. diperlukan adalah Produktivitas standar dari
b. Alat statis, seperti tower crane, batching alat tersebut dalam kondisi ideal dikalikan
plant, dan crasher plant. dengan suatu faktor. Faktor tersebut
dinamakan efisiensi kerja. Efisiensi kerja
2.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi tergantung pada banyak faktor seperti:
pemilihan alat berat topografi, keahlian, oprator, pemilihan standar
pemeliharaan dan sebagainya yang
Pemiihan alat berat yang tepat pada tahap menyangkut operasi alat. Dalam kenyataanya
peracanaan merupakan faktor penentu. Tidak memang sulit untuk menentukan besarnya
semua jenis alat berat dapat digunakan unutk efisiensi kerja, tetapi dengan dasar
setiap tahap konstruksi. Kesalahan pemilihan pengalaman-pengalaman dapat ditentukan
alat berat dapat berakibat terlambatnya efisiensi kerja yang mendekati kenyataan .
pelaksanaan proyek yang mengakibatkan Kondisi kerja kergantung dari hal-hal berikut
membengkaknya biaya konstruksi. Untuk itu dan keputusan terakhir harus diambil dengan
pengetahuan atas fungsi dan spesifikasi alat memperhitungkan semua hal tersebut dibawah
ini:

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 3


a. Apakah alat sesuai dengan tofografi yang Bulldozer berfungsi untuk mengupas tanah dan
bersangkutan grader untuk membentuk permukaan tanah.
b. Kondisi dan pengaruh lingkungan seperti Loader digunakan sebagai pemuat tanah ke
ukuran medan dan peratan cuaca saat itu dalam truck. Untuk jalan dengan pekerasan
dan penerangan pada tempat dan waktu lentur digunakan asphalt mixing plant yang
yang diperlukan. berfungsi untuk mencampurkan bahan
c. Pengaturan kerja dan kombinasi kerja campuran aspal yang kemudian disebarkan,
antara peralatan dan mesin. diratakan, dan dipadatkan dengan mengunakan
d. Metode operasional dan perencanaan asphalt finisher. Sementara itu, untuk
persiapan. pekerasan kaku beton diolah dengan
e. Pengalaman dan kepandaian operator dan mengunakan concrete bacthing plant yang
pengawas untuk pekerjaan termasud. kemudian dipindahkan dengan mengunakan
Hal-hal berikut harus diperhatikan dalam truck mixer.
pelaksanaan pemeliharaan peralatan:
a. Penggantian pelumas dan grease (gemuk) 2.14. Koordinasi alat-alat berat yang
secara teratur. digunakan
b. Kondisi peralatan pemotong (blade,
bucket, bowl, dan sebagainya). a Excavator atau backhoe
c. Persedian suku-suku cadang yang sering
diperlukan untuk peralatan yang Excavator/backhoe termasuk alat penggali
bersangkutan. hidraulis memiliki backet yang dipasang di
depannya, yang dimaksud dengan alat penggali
2.11. Macam-macam alat berat pada proyek hidraulis adalah alat yang bekerja karena
konstruksi adanya tekanan hidraulis pada mesin di dalam
pengoprasiannya. Alat penggeraknya adalah
Pada setiap proyek atau pekerjaan ada traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe
keunikan dimana tidak semua alat berat perlu bekerja dengan cara mengerakan bucket ke
dipakai di proyek tersebut. Jenis-jenis proyek arah bawah dan kemudian menariknya menuju
yang pada umumnya menggunakan alat berat badan alat.
adalah proyek gedunng, pelabuhan, jalan, dam, Dengan demikian dikatakan bahwa backhoe
irigasi, dan lain-lain. menggali material yang berada di bawah
permukaan tempat alat tersebut berada. Pada
2.12. Proyek Gedung perhitungan dalam mencari Produktivitas
backhoe dipakai ( Sumber : Joetata
Alat berat yang umum dipakai di dalam proyek Hadihardaja, 1998)
gedung adalah 𝑞 𝑥 3600 𝑥 𝐸
𝑄= 𝐶𝑚
a. pemancang tiang (pile driving),
Dimana :
b. alat penggali excavator yang digunakan
Q = Produktivitas per jam (m3/jam)
untuk penggalian basement,
q = Produktivitas per siklus (m3)
c. crane untuk pemindahan material secara
q = ql x k
vertikal,
q1 = kapasitas penuh backet backhoe (m3)
d. truck untuk pengangkutan material secara
k = faktor bucket
horizontal,
Cm = waktu (detik)
e. Concrete mixer truck sebagai pengangkut
E = efisiensi kerja
campuran beton.
f. Alat pemadat juga sering digunakan untuk
memadatkan tanah di sekitar basement.
b Dump truck
g. concrete mixer, dan lain-lain.
Alat pengangkut atau lebih sering disebut
2.13. Proyek jalan
dump truck mempunyai fungsi untuk
mengangkut material seperti tanah, pasir,
Proyek jalan pada umumnya mengunakanalat
batuan untuk proyek konstruksi. Pemilihan
gali, truck, dozer, grader, alat pemadat, loader,
jenis pengangkutan bergantung pada kondisi
dan lain-lain. Alat gali digunakan untuk
lapangan, volume material, waktu dan
menggali saluran disekitar badan jalan.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 4


biaya.kapasitas bak penampung truck terdiri V1 = kecepatan rata-rata saat muatan penuh
dari struck capacity (kapasitas peres) dan (menit)
heaped capacity (kapasitas menunjang). Struck
campacity adalah kapasitas alat yang waktu bongkar muat (TD)
muatannya mencapai ketinggian dari bak
penampung. Jenis material yang lepas dengan Dimana bisa diperkirakan dan ini tergantung
daya letak rendah seperti pasir dan krikil dari lokasi penumpahan.
umumnya tidak bisa menggunung, jadi waktu untuk kembali (TR)
pengangkutannya dalam kapasitas peres. TH = D/V2................... ( 2.20.)
Heaped capacity adalah kondisi muatan (Sumber : Joetata Hadihardaja,1998)
mencapai ketinggian lebih dari ketinggian bak. Dimana:
Karena tanah liat mempunyai daya lekat antar D = jarak angkut (meter)
butir yang cukup besar maka kapasitas V2 = kecepatan kembali saat muatan
pengangkutan tanah liat dapat mencapai kosong (menit)
kapasitas.
Untuk menghitung jumlah produksi per jam Beberapa pertimbangan (keuntungan dan
dari dump truck yang melakukan pekerjaan kerugian) yang harus diperhatikan dalam
secara terus menerus digunakan sebagai pemilihan ukuran truk adalah sebagai berikut :
berikut (sumber Joetata Hadihardaja, 1998)
𝐶 𝑥 60 𝑥 𝐸 Truk kecil
𝑄=
𝐶𝑚
Beberapa pertimbangan penting untuk
Dimana untuk mencari nilai c maka digunakan menentukan pemilihan truk besar atau kruk
: kecil yang akan digunakan antara lain :
𝐶 = 𝑞𝑥𝑘 1. Lebih lincah dalam beroperasi.
Keterangan : 2. Lebih mudah mengoperasikannya.
Q = Produktivitas (m3/jam) 3. Lebih fleksibel terhadap jalan kerja lebih
C = Produktivitas per siklus sederhana.
E = efisiensi kerja dump truck 4. Penyesuaian terhadap kemampuan
Cm = waktu siklus dump truck (min) backhoe lebih mudah
M = jumlahdump truck yang bekerja 5. Jika salah satu truk dalam unit angkut
q = kapasitas bucket tidak bekerja, tidak ada masalah terhadap
k = faktor bucket total produksi.
Untuk menghitung cycle time dibutuhkan 6. Lebih banyak supir operatornya.
beberapa perhitungan terlebih dahulu seperti
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998)
Truk besar
waktu muat (TL)
Keuntungan yang didapat dengan
𝐶𝑑 menggunakan truk berukuran besar adalah
𝑇𝐿 = 𝑞𝐼
𝑥 𝑘 𝑥 𝐶𝑚................. ( 2.18.)
sebagai berikut :
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998) 1. Untuk kapasitas yang sama dengan truk
Dimana: kecil, jumlah unit truk besar lebih sedikit.
Cm = siklus waktu (cycle time) 2. Sopir atau crew yang digunakan lebih
Cd = kapasitas damp truck (m3) sedikit.
ql = kapasitas bucket alat pemuat (m3) 3. Cocok untuk angkutan jarak jauh.
K = faktor kapasitas bucket 4. Pemuatan dari backhoe lebih mudah
sehingga waktu yang diperlukan lebih
waktu tempuh sedikit.
5. Waktu yang dibutuhkan damp truk untuk
TH = D/V1................... ( 2.19.) mengambil posisi dimuat kembali (TW),
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998) dimana bisa dipekirakan dan ini
Dimana: tergantung dari lokasi pemuatan.
D = jarak angkut (meter)
c Bulldozer

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 5


Untuk menghitung Produktivitas standar dari
Dalam melaksanakan pekerjaan pemindahan bulldozer, volume tanahyang dipindahkan
tanah mekanis dengan mengunakan alat-alat dalam satu siklus dianggap sama dengan lebar
berat. Bulldozer adalah suatu alat dimana sudu x (tinggi sudut)². Pada kenyataannya
traktor menjadi alat penggerak sekaligus juga dilapangan produksi persiklus akan berbeda-
tempat dudukan alatnya. Kadang-kadang beda tergantung dari jenis tanah sehingga
bulldozer juga disebut traktor yang diberikan faktor sudu perlu disesuaikan karena pengaruh
suatu alat tambahan yang berupa pisau tersebut.
pendorong. Berdasarkan bladenya dozer dapat 1. Waktu siklus
dibagi menjadi :
1. Universal blade (U-Blade) 𝐷 𝐷
𝑐𝑚 = 𝑥 + 𝑍 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Universal Blade pada umumnya 𝐹 𝑅
digunakan untuk keperluan reklamasi
tanah (land reclamation) dan pekerjaan Dimana :
penyediaan bahan (stock pile work). Hal D = jarak angkut/gusur (meter)
ini dimungkinkan karna bentuk blade aga F = kecepatan maju (m/menit)
melengkung sehingga bulldozer dapat R= kecepatan mundur (m/menit)
mendorong muatan lebih banyak, cocok Z= waktu ganti persnelling (menit)
untuk mendorong tanah non kohesif. Kecepatan maju berkisar antara 3-5 km/jam
2. Stright Blade (S-Blade) dan kecepatan mundur berkisar antara 5-7
Blade ini paling cocok untuk digunakan km/jam. jika menggunakan mesin dengan
di segala macam medan (heavy duty torqflow, kecepatan maju diambil 75%
blade)banyak di gunakan untuk maksimum, dan mundur 85% kecepatan
mendorong material cohesive, penggalian maksimum.
struktur dan penimbunan dengan
memiringkan blade, ujung blade dapat 2.15. Analisa Biaya
berfungsi untuk menggali tanah keras
atau boulder dan lain-lain. Dalam memperoleh alat berat ada tiga cara
3. Angling Blade (A-Blade) yang umum digunakan yaitu: membeli, sewa
Angle blade biasanya digunakan untuk beli (leasing) dan menyewa. Perbedaan
membuang muatan kesamping, diantara cara-cara tersebut terdapat biaya total
pembukan jalan perintis, menggali untuk memperoleh alat dan bagaimana cara
saluran. Sangat efektif untuk pekerjaan pembayaran biaya tersebut selama priode
side hill cut atau back filling. tertentu.
4. Cushion Blade (C-Blade)
Blade ini dilengkapi dengan rubber 2.16. Cara sewa
cushion atau bantalan karet untuk
meredam tumbukan. Biasanya blade ini Menyewa suatu peralatan dapat dikatakan
digunakan untuk pemeliharaan jalan dan ekonomis bila jumlah pekerjaan
pekerjaan dozing lainnya. terbatas/sedikit atau bila alat tersebut
Untuk menghitung jumlah produksi per jam dibutuhkan hanya sesekali saja. Perhitungan
dari bulldozer yang melakukan pekerjaan biaya dilakukan dengan mengalikan biaya
secara terus menerus digunakan sebagai sewa dengan jumlah peralatan dan lama waktu
berikut (sumber Joetata Hadihardaja, 1998) sewa. Untuk cara ini biasanya terdapat
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝑘 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ minimal sewa alat, misalnya minimal sewa 200
𝑄= jam/bln.
𝐶𝑚

Produksi per siklus 2.17. Cara leasing


Produksi kerja bulldozer pada saat
penggusuran adalah sebagai berikut : Merupakan biaya yang harus dikeluarkan
Produksi (q) = L x H² x a untuk kepemilikan alat yang dilakukan secara
Dimana : berkala dan biasanya dilakukan setiap bulan,
L = lebar blade/ sudut (m/yd) kuartal dan setiap setengah tahun selama
H = tinggi blade (m) jangka waktu tertentu. Apabila jangka waktu
a = faktor blade leasing tersebut telah habis, maka kontraktor

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 6


(pihak lease) mempunyai hak pilih untuk i = suku bunga bank
memiliki peralatan tersebut atau tidak selama
berlangsung perjanjian leasing, pihak lease 3. Angsuransi alat-alat berat
tidak diperkenankan mengakhiri perjanjian Angusran alat-alat berat dimaksudkan untuk
sebelum waktunya. Jika hal tersebut sampai melindungi terjadinya resiko-resiko cukup
terjadi, pihak lease harus mengganti rugi besar, adapun biaya untuk mengansuransikan
kepada pihak lessor. Pada akhir perjanjian peralatan tersebut diberlakukan sebagai
leasing, pihak lease mempunyai hak pilih berikut:
untuk membeli barang tersebut seharga nilai
sisa atau mengembalikan barang tersebut pada 𝑁+1 1
𝐴𝑐 = [2 𝑥 𝑁 𝑥 𝐸 𝑥 𝐴𝑖] 𝑥 ℎ
pihak lessor untuk juga mengadakan perjanjian
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998)
leasing lagi untuk tahap kedua atau barang
yang sama.
Dimana :
Ac = biaya asuransi
2.18. Cara membeli
N = umur ekonomis alat
E = harga peralatan murni
Pembelian alat berat meliputi pembiayaan awal
Ai = bunga asuransi
oleh pembeli untuk memperoleh hak pemilikan
h = jam kerja peralatan per-jam
atas alat. Pembiayaan awal meliputi
pembayaran tunai untuk :
karena hanya pembelian, bunga modal, pajak,
1. Harga pembelian alat.
asuransi serta umur ekonomis alat merupakan
2. Pembayaran bea atau pajak impor bila
bilangan tetap/konstan, maka biaya
diperlukan.
kepemilikan disebut biaya tetap
3. Pembayaran ongkos angkut ke tempat
4. Biaya operasi
pemesanan.
Biaya operasi adalah biaya-biaya yang
4. Pembayaran ongkos pemeriksaan awal
dikeluarkan untuk keperluan-keperluan
bila diperlukan.
pengoprasian alat. Untuk mengitung biaya
5. Pembayaran untuk modifikasi, perbaikan
operasi tersebut adalah (sumber: Joetata
awal atau perakitan bila diperlukan.
Hadihardaja,2009)
2.19. Biaya Kepemilikan
T=F+G+H+J+K
Biaya kepemilikan adalah jumlah biaya dalam
Yang terdiri dari biaya-biaya untuk :
rupiah yang harus diterima kembali oleh
pemilik alat karna telah mengeluarkan biaya
a. Bahan bakar dan pelumas (H)
untuk pembelian alat, angkutan, pajak,
Pengunaan bahan bakar dan pelumas sangat
asuransi, setiap jam selama umur ekonomis
tergantung dari daya dukung mesin alat. Bahan
alat. Bunga modal juga harus diterima pemilik
bakar dan pelumas tersebut yang dimaksudkan
alat setiap jam selama umur ekonomis alat.
adalah biaya untuk fuel dan oil + grease.
Biaya kepemilikan terdiri dari
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998)
1. Biaya penyusutan (Depresiasi)
Untuk bahan bakar :
Jangka waktu penyusutan biasanya diberikan
oleh pabrik pembuat sesuai jenis alat dan
kondisi kerja. 𝑓𝑢𝑒𝑙 = (12% − 15%) 𝑥 𝑃𝑤 𝑥 𝑀𝑠
2. Bunga pinjaman bank Sedangkan :
Besarnya suku bunga disesuaikan dengan suku 𝑜𝑖𝑙 + 𝑔𝑟𝑒𝑎𝑠𝑒 = (2,5% − 3%)𝑥 𝑃𝑤 𝑥 𝑀𝑝
bunga yang berlaku. Biaya bunga per-jam
dihitunng dengan : b. Workshop (G)
Biaya workshop untuk operasi alat per-jam
𝑖 (1+𝑖)ᶺ efektif dapat dihitung sebagai berikut (sumber:
(1+𝑖)ᶺ −1
....................( 2. 25.) Joetata Hadihardaja,1998)
(Sumber : Joetata Hadihardaja,1998)
(6,25%@8,75%) 𝑥 𝐵 𝐹
𝐺= 𝑊
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐺 = 2 .
Dimana :
A = umur ekonomis alat
c. Perawatan dan perbaikan (F)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 7


Biaya perbaikan dapat diperkirakan sesuai Efisiensi kerja : 0,75 (tabel 2.7)
dengan jam penggunaannya. Tetapi, pada
umumnya, biaya perbaikan merupakan biaya Tabel data waktu siklus excavator Komatsu PC
rata-rata seluruh total biaya perbaikan selama 50
waktu tertentu. (Sumber: Joetata
Hadihardaja,1998) Pengamatan
waktu (menit)
Siklus
(12,5% − 17,5%) 𝑥 𝐵 putar
𝐹= Gali Isi+putar Buang (kosong) total
𝑊
1. 3 6 5 5 19
Dimana : 2. 3 7 5 3 18
B = biaya setempat (Rp) 3. 4 7 4 3 18
W = jumlah jam kerja yang digunakan
secara efektif setahun (jam) Jumlah 55
d. Gaji / upah operator / mekanik rata-
Besarnya sangat tergantung dari tempat/lokasi rata 3,33 6,67 4,67 3,67 18,33
pelaksanaan pekerjan, perusahaan yang sumber : Data lapangan
bersangkutan dan peraturan peraturan yang
ada, yang berlaku di lokasi tersebut dan yang
berlaku antara operator dan perusahaan yang perhitungan :
bersangkutan.
volume tanah hasil galian atau yang harus
dikeruk
3. PEMBAHASAN DAN ANALISA
= 18.821,75 𝑥 1.25 = 23.527,18 𝑚³
3.1. Data Pekerjaan Proyek
Produktivitas per jam :
Pada pelaksanaan proyek pembangunan ruas
jalan larat-lamdesar yang berlokasi di provinsi 𝑞 𝑥 3600 𝑥 𝐸
maluku utara di peroleh data sebagai berikut : 𝑄=
𝐶𝑚
Volume tanah galian : 18.821,75 m³ Faktor Mencari q: q = ql x k
konversi tanah : padat 0,90 , asli 1,00 lepas
1,25 𝑞 = 0,5 𝑥 0,8 = 0,40

Waktu pelaksanaan : 240 hari kerja 0,40 𝑥 3600 𝑥 0,75


𝑄=
kalender 18,33
Jam kerja/hari : 7 jam/hari Q = 58,919 m³/jam ~ 59 m³/jam

3.2. Analisa Data Produksi per hari

= 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎


Alat penggali
= 59 𝑥 7 𝑗𝑎𝑚 = 413 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖
Data Alat
Waktu yang dibutuhkan

excavator/backhoe

Tipe alat : PC50

Volume bucket : 0,5 m³

Kondisi alat : baik

Faktor Bucket : 80% = 0,8 (Tabel 2.9)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 8


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑎𝑙𝑖
=
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
Pengamatan
23.527,18 waktu (menit)
= = 398,76 𝑗𝑎𝑚
59 siklus Lokasi kembali
Jarak berangkat (50
Waktu yang disediakan
(km) (30km/jam) km/jam) loading
= ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 1 Adaut 8,5 17,00 10,20 0,200
2 Kandar 16,4 32,80 19,68 0,233
= 90 𝑥 7 = 630 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 Lamdesar
3 Timur 10 20,00 12,00 0,183
Excavator yang dibutuhkan
Jumlah 34,9 69,80 49,20 0,616
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 rata-rata 11,333 23,27 16,40 0,205
= sumber : Data lapangan
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Perhitungan
398,76
= = 0,632 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 a. Lokasi Adaut
630
Site out put per hari Waktu pemuat (T1)

= 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 59 𝑚³/𝑗𝑎𝑚 𝑥 7 𝑗𝑎𝑚 𝑐𝑑


𝑇1 = 𝑥 𝐾 𝑥 𝐶𝑚
= 413 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑞1
22
𝑇1 = 𝑥 0,80 𝑥 18,33 = 645,216 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,5
Alat pemuat dan pengangkut = 10,754 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Data Alat : Waktu pengangkutan
Dump truck 𝐷 𝐾𝑚
𝑇ℎ = 𝑉𝐼
𝑉𝐼 = 30 𝑗𝑎𝑚
= 500 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Tipe Alat : Hino FM 260 JD

Volume vassel (Cd) : 22 m³ 8500


𝑇ℎ = = 17 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
500
Status alat : Baik
Waktu kembali
Efisiensi kerja (E) : 0,75 (tabel 2.9)
𝐷 𝐾𝑚
𝑇𝑟 = 𝑉2
𝑉2 = 50 𝑗𝑎𝑚
= 833,33 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/
Jarak angkut dump truck : Liat tabel
(4.2) 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Kecepatan rata-rata saat muatan penuh (V1) 8500


𝑇𝑟 = = 10,20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
: 30 km/jam 833,33

Kecepatan kembali saat muatan kosong (V2) Waktu buang + waktu tunggu
: 50 km/jam
= 3 menit
Faktor bucket (K) : 0,80
Waktu bagi dump truck untuk mengambil
Kapasitas dump truck (q) : 22 m³ posisi muat

Kapasitas bucket excavator (q1): 0,5 m³ =1 menit

Cycle time excavator (Cm) 18,33 detik Waktu siklus dump truck

Tabel data waktu siklus dan perjalanan Cm = 10,754 + 17 + 10,20 + 3 + 1 = 41,954


pembuangan tanah dumptruk menit

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 9


Produksi per siklus Waktu bagi dump truck untuk mengambil
posisi muat
=𝑞𝑥𝑘
= 1 menit
= 22 𝑥 0,80 = 17,6 𝑚³
Waktu siklus dump truck
Produktivitas dump truck
Cm = 10,754 + 32,8 + 19,68 + 3 + 1 = 67,234
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸 menit
𝑄=
𝐶𝑚
Produksi per siklus
17,6 𝑥 60 𝑥 0,75
𝑄= = 18,877 𝑚³/𝑗𝑎𝑚 =𝑞𝑥𝑘
41,954
Produksi dump truck per hari = 22 𝑥 0,80 = 17,6 𝑚³

= 18,877 𝑥 7 𝑗𝑎𝑚 = 132,14 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖 Produktivitas dump truck :

Jumlah dump truck yang dibutuhkan 𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸


𝑄=
𝐶𝑚
𝑠𝑖𝑡𝑒 𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑡 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟
= 17,6 𝑥 60 𝑥 0,75
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 𝑄= = 11,779 𝑚³/𝑗𝑎𝑚
67,234
413
= = 3,12 𝑢𝑛𝑖𝑡 ~ 4 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑑𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 Produksi dump truck per hari
132,14
b. Lokasi Kandar = 11,779 𝑥 7 𝑗𝑎𝑚 = 82,458 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖

Waktu pemuat (T1) Jumlah dump truck yang dibutuhkan

𝑐𝑑 𝑠𝑖𝑡𝑒 𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑡 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟


𝑇1 = 𝑥 𝐾 𝑥 𝐶𝑚 =
𝑞1 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘

22 413
𝑇1 = 𝑥 0,80 𝑥 18,33 = 645,216 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = = 5 𝑢𝑛𝑖𝑡
0,5 82,458
= 10,754 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Waktu pengangkutan
c. Lamdesar Timur
𝐷 𝐾𝑚
𝑇ℎ = 𝑉1
𝑉1 = 30 𝑗𝑎𝑚
= 500 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/ Waktu pemuat (T1)
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑐𝑑
16400 𝑇1 = 𝑥 𝐾 𝑥 𝐶𝑚
𝑞1
𝑇ℎ = = 32,8 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
500
22
Waktu kembali 𝑇1 = 𝑥 0,80 𝑥 18,33 = 645,216 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,5
𝐷 𝐾𝑚 = 10,754 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑇𝑟 = 𝑉2 = 50 = 833,33 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/
𝑉2 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Waktu pengangkutan
𝐷 𝐾𝑚
16400 𝑇ℎ = 𝑉1
𝑉1 = 30 𝑗𝑎𝑚
= 500 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/
𝑇𝑟 = = 19,68 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
833,33 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Waktu buang + waktu tunggu 10.000
𝑇ℎ = = 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
500
= 3 menit
Waktu kembali

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 10


𝐷 𝐾𝑚
𝑇𝑟 = 𝑉2 = 50 = 833,33 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/
𝑉2 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Alat perata
10.000 Data Alat :
𝑇𝑟 = = 12 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
833,33
Bulldozer
Waktu buang + waktu tunggu
Tipe Alat :komatsu D155Ax
= 3 menit
Lebar blade (L) :0,90 meter
Waktu bagi dump truck untuk mengambil
posisi muat Tinggi blade (H) : 1,90 meter

Faktor blade (a) : 0,80 (tabel 2.12)


Pengamatan Status alat : Baik
waktu (menit)
kecepatan kecepatan Kondisi operator : Baik
siklus
rata-rata rata-rata jarak waktu tukar Efisiensi kerja (E) : 0,75 (tabel 2.9)
maju mundur gusur persenelling
(km/jam) (km/jam) (meter) (menit) Jarak angkut (D) : 31,67 meter
1 2,77 4,15 20 0,10
2 3,12 7,14 35 0,12 Kecepatan maju (F) : 3,50 km/jam
3 4,61 5,12 40 0,15 Kecepatan mundur (R) : 5,47 km/jam
jumlah 10,5 16,41 95 0,37
rata- Waktu ganti persnelling (Z) : 0,12 menit
rata 3,50 5,47 31,667 0,123
Tabel data waktu siklus bulldozer komatsu D
sumber : hasil pengamatan di lapangan
155AX
= 1 menit

Waktu siklus dump truck


Perhitungan
Cm = 10,754+ 20 + 12 + 3 + 1 = 46,754 menit
Produksi persiklus 𝑞 =
Produksi per siklus
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑢𝑑𝑢 𝑥 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑢𝑑𝑢)2 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑢𝑑𝑢
=𝑞𝑥𝑘
= 1,90 𝑥 ( 0,90)2 𝑥 0,80
= 22 𝑥 0,80 = 17,6 𝑚³
= 1,23 𝑚³
Produktivitas dump truck :
Waktu siklus (Cm)
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸
𝑄= Kecepatan maju (F) = 3,5 km/jam = 58,33
𝐶𝑚 m/menit
17,6 𝑥 60 𝑥 0,75
𝑄= = 16,939 𝑚³/𝑗𝑎𝑚 Kecepatan mundur (R) = 5,47 km/jam = 91,17
46,754 m/menit
Produksi dump truck per hari
Waktu ganti persnelling (Z) = 0,12 menit
= 16,939 𝑥 7 𝑗𝑎𝑚 = 118,578 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐷 𝐷
𝐶𝑚 = 𝑥 + 𝑍, 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Jumlah dump truck yang dibutuhkan = 𝐹 𝑅
𝑠𝑖𝑡𝑒 𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑡 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟 413
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘
= 118,578
31,67 31,67
𝐶𝑚 = 𝑥 + 0,12
58,33 91,17
= 3,48 𝑢𝑛𝑖𝑡 ~ 4 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑑𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 11


𝐶𝑚 = 0,308 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Harga satuan alat untuk mengeruk 1 meter³
material tanah adalah = 𝑅𝑝. 703.863.318,30 ∶
Produktivitas bulldozer 23.527,18 = 𝑅𝑝. 29.917,02
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 4.2.2 Lokasi Kandar
𝑄=
𝐶𝑚
Biaya operasi per jam = 𝑅𝑝. 564.743,75
1,23 𝑥 60 𝑥 0,75 𝑥 1,25
𝑄=
0,308 Jumlah jam kerja dump truck = 23.527,18 ∶
11,779 = 1997,38 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑄 = 224,635 𝑚³/𝑗𝑎𝑚
Sehingga biaya oprasi yang dibutuhkan
Produksi bulldozer per hari =𝑅𝑝. 564.743,75 𝑥 1997,38 𝑗𝑎𝑚 =
𝑅𝑝. 1.128.009.836,00
= 224,635 𝑥 7 𝑗𝑎
Harga satuan alat untuk mengeruk 1 meter³
= 1.572,445 𝑚³/ℎ𝑎𝑟𝑖 material tanah adalah =
Jumlah bulldozer yang dibutuhkan 𝑅𝑝. 1.128.009.836,00 ∶ 23.527,18 =
𝑅𝑝. 47.944,96
𝑠𝑖𝑡𝑒 𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑢𝑡 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟
= 4.2.3 Lokasi Lamdesar Timur
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑙𝑙𝑑𝑜𝑧𝑒𝑟
413 Biaya operasi per jam = 𝑅𝑝. 564.743,75
= = 0,262 𝑢𝑛𝑖𝑡 ~ 1 𝑢𝑛𝑖𝑡
1.572,445 Jumlah jam kerja dump truck 23.527,18 ∶
16,939 = 1388,93 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
4. Analisa biaya
Sehingga biaya oprasi yang dibutuhkan
Dari perhitungan analisa alat didapatkan biaya
=𝑅𝑝. 564.743,75 𝑥 1388,93 𝑗𝑎𝑚 =
pasti perjam, dan total biaya alat sebagai
𝑅𝑝. 784.392.695,00
berikut :
Harga satuan alat untuk mengeruk 1 meter³
4.1. Excavator
material tanah adalah 𝑅𝑝. 784.392.695,00 ∶
Biaya operasi per jam = 𝑅𝑝. 465.187,50 23.527,18 = 𝑅𝑝. 33.339,85

Jumlah jam kerja excavator = 23.527,18 ∶ 4.3. Bulldozer


59 = 398,76 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Biaya operasi per jam = 𝑅𝑝. 745.687,60
Sehingga biaya oprasi yang dibutuhkan
Jumlah jam kerja bulldozer = 23.527,18 ∶
=𝑅𝑝. 465.187,50 𝑥 398,76 𝑗𝑎𝑚 =
224,635 = 104,735 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑅𝑝. 185.498.167.50
Sehingga biaya oprasi yang dibutuhkan
Harga satuan alat untuk mengeruk 1 meter³
𝑅𝑝. 745.687,60 𝑥 104,735 𝑗𝑎𝑚 =
material tanah adalah = 𝑅𝑝. 185.498.167,50 ∶
𝑅𝑝. 78.099.701,24
23.527,18 = 𝑅𝑝. 7.884,41
Harga satuan alat untuk mengeruk 1 meter³
4.2. Dump truck
material tanah adalah 𝑅𝑝. 78.099.701,24 ∶
4.2.1 Lokasi Adaut 23.527,18 = 𝑅𝑝. 3319,55

jumlah biaya alat yang dibutuhkan dalam


Biaya operasi per jam = 𝑅𝑝. 564.743,75
pekerjaan ruas jalan larat-lamdesar adalah :
Jumlah jam kerja dump truck = 23.527,18 ∶
18,877 = 1246,34 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Sehingga biaya oprasi yang dibutuhkan


=𝑅𝑝. 564.743,75 𝑥 1246,34 𝑗𝑎𝑚 =
𝑅𝑝. 703.863.318,30

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 12


5.2 Saran

1. Hasil galian sebagian bisa digunakan


untuk timbunan di lokasi sekitar agar
tidak memakan waktu untuk
pembuangan tanah, dengan lokasi
yang cukup jauh dari lokasi pekerjaan.
2. Dalam mengoptimalisi jumlah alat
berat yang dipakai harus dipikirkan
bagaimana suatu pekerjaan proyek,
dapat berjalan dengan waktu yang
cepat tetapi dengan biaya minim.
3. Alat-alat berat yang akan dipakai,
harus diketahui jelas fungsi dari
masing-masing alat.
4. Alat yang digunakan untuk excavator
hanya 1 unit dengan cadangan 2 unit,
dan tidak perlu dipergunakan
5. KESIMPULAN DAN SARAN semuanya
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Produktivitas excavator didapat
sebesar 59 m3/jam dengan 1 Hadihardaja, Joestata, Pemindahan
membutuhkan alat 1 unit untuk Tanah Mekanik, ITN Malang, 1998
membuang tanah sebesar 23.527,18 2 Rochman Hadi, Pengantar dan Dasar-
m3 dalam waktu 398,76 jam dasar Pemindahan Tanah Mekanis,
2. Produktivitas dump truck dari tiap Departemen PU. Jakarta. 1982
tempat pembuangan berbeda-beda 3 Rochman Hadi, Kapasitas dan
mulai dari: Produksi Alat Berat, Departemen PU.
a. Produktivitas dump truck tujuan Jakarta. 1992
pembuangan lokasi Adaut adalah 4 Anonim, jenis alat berat untuk proyek
sebesar 18,887 m3/jam dengan bangunan (http:// ilmusipil.com/jenis-
menggunakan alat sebanyak 4 unit alat-berat-untuk-proyek-bangunan,
dump truck diakses pada tanggal 20 januari 2016
b. Produktivitas dump truck tujuan pukul 20:30)
pembuangan lokasi Kandar adalah
sebesar 11,779 m3/jam dengan
menggunakan alat sebanyak 5 unit RIWAYAT
dump truck
c. Produktivitas dump truck tujuan
pembuangan lokasi Lamdesar Timur 1. Tri Purwanto. (alumni 2016) Program
adalah sebesar 16,939 m3/jam dengan Studi Teknik Sipil, Falkultas Teknik
menggunakan alat sebanyak 4 unit Universitas Pakuan Bogor.
dump truck 2. Ir. Puji Wiranto, MT. Pembing
3. Produktivitas buldozer didapat sebesar I/Dosen Program Studi Teknik Sipil,
224,635 m3/jam dengan membutuhkan Falkultas Teknik Universitas Pakuan
alat sebanyak 1 unit untuk membuang Bogor.
tanah sebesar 23.527,18 m3. 3. Ir Hikmad Lukman, MT. Pembimbing
4. jumlah biaya alat yang dibutuhkan II/Dosen Program Studi Teknik Sipil,
dalam pekerjaan ruas jalan Larat- Falkultas Teknik Universitas Pakuan
Lamdesar adalah sebesar Rp. Bogor.
3.390.134.000,00,-

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, FT - UNPAK 13


Jurnal Silvikultur Tropika
Vol. 09 No. 01, April 2019, Hal 51-57
ISSN: 2086-8227

PERTUMBUHAN SEMAI SENGON (Paraserianthes falcataria (L.)


Nielsen) PADA MEDIA TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR
DENGAN PENAMBAHAN PUPUK KOMPOS DAN NPK
Growth of Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen Seedling on Limestone Mining Site’s Soil
Added with Compost and NPK Fertilizer

Basuki Wasis1* dan Siti Halimatus Sa’idah1


(Diterima Januari 2019/Disetujui Maret 2019)

ABSTRACT

Limestone mining activities are damaging soil and enviroment. Revegetation becomes an obligation on every mining
sites. Paraserianthes falcataria is one of many species that suitable to be planted in revegetation site. Adding compost
and NPK fertilizer can improve soil’s condition. This research objective is to analyze the effect of compost and NPK
fertilizer on Paraserianthes falcataria seedlings growth and the exact appropriate dosage for limestone mining’s soil
condition improvement. The design used in this research is completely randomized design with two factors. The result
shows that addtion of compost on tailing media doesn’t give major effect or statistically not significant on seedling
growth of height, diameter, the amount of root nodules, and shoot-root ratio, but statistically significant on wet and dry
weight of the seedlings. NPK fertilizer addition on tailing media is statistically significant on the seedling growth of
diameter, wet weight, and shoot-root ratio, but not significant different on height, dry weight, and the amount of root
nodules. Interaction between compost and NPK fertilizer on media gives effect only at 95% of confidence level. K1N5
sample (with 100 gram composts and 5 gram of NPK fertilizer) gives the best respond on seedling’s growth. Very high
levels of Ca in the soil medium will be toxic to the Paraserianthes Falcataria plant.

Keys word : Compost, limestone mining, NPK fertilizer, Paraserianthes falcataria

PENDAHULUAN terhadap lingkungan yang rusak. Jika kegiatan


rehabilitasi terhadap lingkungan dan ekosistem lahan
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan pasca tambang tersebut dikhawatirkan akan
hasil hutan, meliputi keanekaragaman jenis makhluk menyebabkan penurunan mutu lingkungan.
hidup dan kekayaan bahan atau material tambang. Salah Revegetasi menjadi kegiatan yang wajib dilakukan
satu material tambang yang tersedia adalah batu kapur. pada lahan bekas penambangan, namun seringkali
Batu kapur merupakan bahan baku utama dalam upaya revegetasi menghadapi kendala yang cukup berat.
pembuatan semen. Sebagai bahan dalam bentuk kalsium Pada lahan bekas tambang membutuhkan jenis tanaman
karbonat (CaCO3), batu kapur juga dibutuhkan untuk yang mampu beradaptasi pada daerah kering dan miskin
berbagai penggunaan setelah diubah menjadi kapur unsur hara. Sengon (Paraserianthes falcataria (L.)
mentah (CaO) atau kapur mati (CaOH) seperti misalnya Nielsen) merupakan salah satu tanaman yang tidak
dalam industri-industri farmasi, makanan, dan kertas. membutuhkan persyaratan tumbuh tinggi karena mampu
Sebanyak 80% dari bahan baku pembuatan semen hidup pada tanah miskin hara. Sengon juga merupakan
terdiri atas batu kapur, dan tidak kurang dari 50 juta ton jenis tanaman komersil yang menguntungkan dan
batu kapur dibutuhkan setiap tahun untuk memenuhi termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing species)
proses pembuatan semen di semua pabrik semen di sehingga cocok untuk revegetasi lahan bekas tambang
Indonesia (Prayudyaningsih dan Sari 2016). (Zulkifli 2013, Baskorowati 2014).
Dampak negatif penambangan bahan galian C (batu Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
kapur) antara lain adalah hilangnya solum tanah, lapisan meningkatkan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas
tanah menjadi bercampur dengan batuan, terjadi tambang kapur adalah dengan memperbaiki kualitas
peningkatan bulk density (pemadatan) dan kelembaban tanah dan menyediakan nutrisi untuk tanaman.
tanah, serta penurunan permeabilitas dan kesuburan Diantaranya adalah melalui aplikasi pemupukan. Pupuk
tanah (Cahyani dan Hardjana 2017; Wasis et al 2018). yang digunakan merupakan pupuk alami (kompos) dan
Masalah tersebut dilanjutkan dengan kebiasaan pupuk anorganik/buatan seperti pupuk NPK. Kompos
beberapa penambang yang meninggalkan lahan bekas merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara
tambang tersebut. Setelah cadangannya habis pihak makro dan mikro serta mampu memperbaiki struktur
perusahaan tidak melakukan kegiatan pemulihan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh penambahan pupuk NPK dan kompos
1
Dept. Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB terhadap pertumbuhan bibit sengon (Paraserianthes
* Penulis Korespondensi: falcataria (L.) Nielsen) pada media bekas tambang
E-mail: basuki_wasis@yahoo.com kapur.
52 Basuki Wasis et al. J. Silvikultur Tropika

METODE PENELITIAN Pengukuran tinggi dan diameter dilakukan selama 3


bulan. Berat basah total diukur pada akhir pengamatan.
Waktu dan Tempat Penelitian Bibit sengon dipanen kemudian dipisahkan bagian akar
dan pucuk lalu ditimbang dengan menggunakan
Waktu dan Tempat. Penelitian dilaksanakan mulai timbangan. Berat basah total merupakan penjumlahan
bulan Maret - September 2018 di rumah kaca bagian antara berat basah akar dengan berat basah pucuk. Berat
Silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan kering diukur setelah bagian tanaman dikeringkan
IPB, Laboratorium Pengaruh Hutan Departemen dalam oven pada suhu 80°C selama 24 jam, kemudian
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, dan analisis tanah bagian akar dan pucuk tanaman yang telah dioven
di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan ditimbang. Berat kering total diperoleh dengan
Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Sementara menjumlahkan berat kering akar dengan berat kering
itu, lokasi pengambilan sampel tanah bekas pucuk. Jumlah bintil akar diukur dengan memisahkan
penambangan kapur dilakukan di Ciampea, Kecamatan bintil akar dengan akarnya kemudian dihitung
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. jumlahnya. Nisbah pucuk akar (NPA) dihitung
berdasarkan perbandingan nilai berat kering total pucuk
Alat dan Bahan dengan nilai kering total akar. Analisis unsur hara
dilakukan pada akhir pengamatan. Sample yang diambil
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga sampel yaitu kontrol, perlakuan yang
timbangan digital, sekop kecil, polybag dengan ukuran memiliki pertumbuhan terbaik dan perlakuan dengan
20 cm × 20 cm, alat penyiram, penggaris, kaliper, dosis maksimum.
tallysheet, alat dokumentasi, Microsoft excel 2007 dan
SAS versi 9.1 portable. Sedangkan, bahan yang Rancangan Percobaan dan Analisis Data
digunakan dalam penelitian ini adalah semai Sengon
(Falcataria moluccana Miq.) yang berumur 3 bulan, Rancangan percobaan yang digunakan adalah
pupuk NPK (Ponska 15- 15-15), kompos, dan media rancangan faktorial dengan desain Acak Lengkap
tanam berupa tanah bekas penambangan kapur. dengan dua faktor (Sastrosupadi 2000; Stell dan Torries.
1991). Faktor pertama yaitu pupuk NPK yang terdiri
Prosedur Penelitian dari 4 taraf (N0: 0 g, N5 : 5 g, N10 : 10 g dan N15 :
15g), faktor kedua yaitu kompos yang terdiri dari 4 taraf
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu (K0 : 0 g, K1: 100g, K2: 200 g dan K3: 300g).
persiapan, pemindahan bibit atau penyapihan, Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan
pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, serta pengukuran, kemudian dianalisis dengan menggunakan
rancangan percobaan dan analisis data. model linier. Data diolah menggunakan software SAS
9.1, Nilai P-value < α (0,05), maka perlakuan
Persiapan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi, diameter,
Tahap persiapan meliputi penyiapan media tanam. berat basah total, berat kering total, jumlah bintil akar,
Media tanam yang digunakan merupakan tanah bekas dan NPA, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut
tambang kapur yang berasal dari Ciampea Bogor. Duncan’s Multiple Range Test.
Limbah tambang kapur tersebut ditimbang seberat 1 kg
dalam keadaan kering udara dan dicampurkan dengan
kompos dan pupuk NPK yang komposisinya sesuai HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan perlakuan yang diujicobakan. Semai yang
digunakan adalah semai sengon yang berumur 3 bulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penyapihan pemberian pupuk kompos secara tunggal pada media
Bibiti sengon yang berumur 3 bulan dipindahkan ke tailing tidak memberikan pengaruh secara nyata
dalam media yang telah dipersiapkan. Pemindahan terhadap tinggi tanaman, diameter, jumlah bintil akar
semai ini dilakukan pada waktu sore hari dengan tujuan dan nisbah pucuk akar. Namun memberikan
untuk mengurangi terjadinya penguapan pada semai berpengaruh secara nyata terhadap berat basah dan berat
sengon. kering tanaman. Begitu juga dengan pemberian pupuk
NPK secara tunggal memberikan pengaruh secara nyata
Pemeliharaan terhadap diameter tanaman, berat basah dan nisbah
Pemeliharaan semai sengon meliputi penyiraman pucuk akar, namun tidak berpengaruh secara nyata
sebanyak dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. terhadap tinggi tanaman, berat kering dan jumlah bintil
Penyiraman dilakukan dengan mempertimbangkan akar. Sementara interaksi pemberian pupuk kompos dan
kondisi media tanam di dalam polybag. pupuk NPK hanya berpengaruh nyata terhadap
Pengamatan dan Pengambilan Data parameter diameter tanaman (Tabel 1).
Parameter yang diukur adalah tinggi, diameter, berat Berdasarkan hasil uji duncan/uji lanjut dari hasil
basah, berat kering, jumlah bintil akar dan analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan diameter
unsur hara. Pengukuran tinggi semait sengon dilakukan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan dosis K1N5
dengan menggunakan mistar dari pangkal batang yang (Pupuk Kompos 100 gram NPK 5 gram) menghasilkan
telah ditandai dengan cat (1 cm diatas media) sampai pertumbuhan diameter terbaik dibandingkan dengan
titik tumbuh pucuk apikal. Pengukuran diameter semai perlakuan dosis lainya (Tabel 2). Interaksi terhadap
sengon dilakukan dengan menggunakan caliper digital. pemupukan NPK dan kompos mampu meningkatkan
Vol. 10 April 2019 Pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) 53

pertumbuhan sebesar 170.37% terhadap kontrol dengan perlakuan K1N5 (Pupuk Kompos 100 gram NPK 5
rata-rata pertumbuhan diameter 0.24333 cm selama gram) memiliki rata-rata total laju pertumbuhan
dalam kurun waktu 13 minggu penelitian. diameter tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang
Pemberian pupuk NPK dengan dosis 4-8 lainya. Rata-rata total laju pertumbuhanya sebesar 2.43
gram/polybag mampu meningkatkan tinggi, jumlah mm dalam kurun waktu 13 minggu penelitian.
daun, panjang akar dan diameter pada tanaman Perlakuan K1N5 merupakan perlakuan terbaik dengan
Codiaeum variegatum L. Pupuk NPK merupakan pupuk persentase peningkatan 170.37% terhadap control, hal
yang menyediakan unsur hara esensial yang sangat tersebut menunjukkan bahwa perlakuan telah
dibutuhkan untuk pertumbuhan semai/bibit. Nitrogen memberikan unsur hara dan perbaikan sifat tanah lebih
(N) merupakan unsur utama pada kebanyakan senyawa baik.
organic tanaman antara lain asam amino, enzim, Berdasarkan hasil uji duncan/uji lanjut dari hasil
klorofil, ADP. ATP sehingga kekurangan N dapat sidik ragam pengaruh penambahan pupuk kompos
menghabat pertumbuhan dan reproduksi tanaman terhadap berat basah total tanaman menunjukkan bahwa
(Adinugraha 2012).)). Namun demikian pemberian perlakuan dengan dosis kompos 100 gram memiliki
pupuk N tidak boleh berlebihan karena N dalam rata-rata tertinggi dibandingkan dengan ketiga
konsentrasi tinggi akan menghambat perakaran bibit perlakuan dosis lainya (Tabel 3). Pada pemberian pupuk
(Rosman et al. 2004, El-Aziz 2007) Kompos kompos dengan dosis 100 gram mampu memberikan
merupakan bahan organik yang telah mengalami persentase peningkatan sebesar 23.16% terhadap kontrol
dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dengan rata-rata berat basah total 21.188 gram. Dengan
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah,
disamping itu di dalam kompos terkandung hara-hara Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan
mineral yang berfungsi untuk penyediaan makanan bagi pupuk kompos dan NPK terhadap
tanaman. Selain itu, kompos juga berguna untuk pertumbuhan diameter bibit sengon
bioremidiasi (Wasis dan Sandrasari 2011). Rata-rata
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa Persen
Perlakuan pertumbuhan
Peningkatan
diameter (cm)
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam penambahan K1N5 0.24333 a 170.37
pupuk kompos dan NPK terhadap parameter K1N10 0.24000 a 166.67
pertumbuhan semai sengon K2N0 0.22667 ab 151.86
K0N5 0.20667 abc 129.63
Perlakuan K1N0 0.19000 abc 111.11
Pupuk K2N5 0.17667 abcd 96.30
Parameter Pupuk
NPK Kompos K2N10 0.17333 abcd 92.59
Kompos
+ NPK K3N0 0.16333 abcde 81.48
Tinggi 0.2078tn 0.1209tn 0.1403tn K3N10 0.16000 abcde 77.78
Diameter 0.0924tn 0.0029* 0.0429* K3N5 0.15667 abcde 74.08
Berat Basah 0.0053* 0.0263* 0.2981tn K0N10 0.13667 bcde 51.86
Berat Kering 0.0042* 0.1295tn 0.8073tn K0N15 0.13333 bcde 48.14
Jumlah Bintil K2N15 0.13333 bcde 48.14
0.5582tn 0.1890tn 0.2503tn
Akar K3N15 0.12000 cde 33.33
Nisbah Pucuk K0N0 0.09000 de 0.00
0.8213tn 0.0238* 0.2989tn
Akar K1N15 0.07667 e -14.81
* = perlakuan berpengaruh nyata pada selang Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang
kepercayaan 95% sama menunjukkan perlakuan tidak
tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata berbeda nyata pada selang kepercayaan
95 %

Gambar 1 Rata-rata total laju pertumbuhan diameter semai sengon pada berbagai dosis perlakuan
54 Basuki Wasis et al. J. Silvikultur Tropika

memberikan pupuk kompos pada media tailing akan K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan
meningkatkan unsur hara dalam media tanah. memperlancar proses masuknya CO2 melalui stomata,
Pemberian Kompos pada tanah akan meningkatkan transport fotosintat, air dan gula serta sintesis protein
unsur tanah, memperbaiki struktur tanah dan membaiki dan gula (Tania et al. 2012), Unsur hara K diserap
media tumbuh akar tanaman. Apabila proses tanaman dalam bentuk ion K+ dan jumlahnya dalam
pengambilan air dan unsur hara berjalan normal maka tanah cukup bervariasi. Kalium dalam tanah berada
proses fotosintesis juga akan berjalan dengan baik dan dalam bentuk K dalam larutan, K dapat dipertukarkan
menghasilkan asimilat/hasil fotosintesis yang lebih dan K tidak dapat dipertukarkan.
banyak sehingga menyebabkan berat basah semai Pada tanah lahan kering seperti pada media tailing
tanaman meningkat (Wasis dan Fathia 2011). tambang kapur hara K dalam kondisi yang
Berdasarkan hasil uji duncan penambahan pupuk rendah,sehingga pemupukan sangat diperlukan.
NPK terhadap berat basah total tanaman menunjukkan Demikian pula senyawa posfor sangat esensial dalam
bahwa perlakuan dengan dosis NPK 5 gram memiliki proses fotosintesis, metabolisme asam amino dan
rata-rata tertinggi dibandingkan dengan ketiga oksidasi biologis. Ketiga unsur hara makro seperti N, P
perlakuan dosis lainya (Tabel 4). Pada pemberian pupuk dan K sangat berkaitan erat dengan proses berjalanya
NPK dengan dosis 5 gram mampu memberikan fotosintesis dan pembentukan asimilat. Sehingga apabila
persentase peningkatan sebesar 5.92% terhadap kontrol ketiga unsur tersebut ketersediaanya optimal didalam
dengan rata-rata berat basah total 19.488 gram. tanah maka proses fotosintesis juga dapat berjalan
Pemberian unsur N yang berlebih akan bersifat racun dengan normal dan optimal sehingga mendukung
bagi tanaman. Unsur N cukup tersedia bagi tanaman bertambahnya jumlah asimilat dan berat basah pada
maka kandungan klorofil pada daun akan meningkat semai tanaman sengon (Hardjowigeno 2003).
dan proses fotosintesis juga meningkat sehingga Berdasarkan hasil uji duncan penambahan pupuk
asimilat yang dihasilkan lebih banyak, akibatnya kompos terhadap berat kering total tanaman
pertumbuhan tanaman lebih baik. Apabila asimilat yang menunjukkan bahwa perlakuan dengan dosis pupuk
dihasilkan lebih banyak maka berat dari semai juga akan kompos 100 gram memiliki rata-rata tertinggi
mengalami peningkatan. Selain itu unsur K juga dibandingkan dengan ketiga perlakuan dosis lainya
berperan penting dalam proses fotosintesis. Unsur hara (Tabel 5). Pada pemberian pupuk kompos dengan dosis
100 gram mampu memberikan persentase peningkatan
Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan sebesar 26.60% terhadap kontrol dengan rata-rata berat
pupuk kompos terhadap berat basah bibit kering total 4.9575 gram. Parameter pertumbuhan
sengon tanaman yang berhubungan dengan pengaruh
Perlakuan Rata-rata Berat Persen lingkungan yaitu bobot kering total atau biomassa.
Basah (gram) Peningkatan Biomassa adalah parameter penting yang dapat
Kompos mewakili tanaman dikatakan tumbuh secara optimal
17.203 ab 0 sebab biomassa menggambarkan hasil fotosintesis yang
0 gram
Kompos dipengaruhi laju asimilasi bersih dan luas daun
21.188 a 23.16 pertanaman yang dinyatakan dengan nilai bobot kering
100 gram
Kompos tanaman setelah dilakukan pengeringan sehingga
16.555 b -3.77 pertumbuhan tanaman berbanding lurus dengan nilai
200 gram
Kompos biomasssa tanaman tersebut (Sukendreo dan Sugiarto
13.417 b -22.01 2012).
300 gram
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang Berdasarkan uji lanjut/Duncan pemberian pupuk
sama menunjukkan perlakuan tidak kompos 100 gram mampu memberikan persentase
berbeda nyata pada selang kepercayaan peningkatan 23.16% terhadap kontrol pada berat basah
95 %.
Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan pupuk kompos terhadap berat kering bibit sengon
pupuk NPK terhadap berat basah bibit sengon
Perlakuan Rata-rata Persen
Perlakuan Rata-rata berat Persen Berat Kering Peningkatan
basah (gram) Peningkatan (gram)
Pupuk NPK Kompos
3.9158 ab 0
0 gram 18.399 a 0 0 gram
Pupuk NPK Kompos
4.9575 a 26.60
5 gram 19.488 a 5.92 100 gram
Pupuk NPK Kompos
3.9300 ab 0.36
10 gram 17.063 ab -7.26 200 gram
Pupuk NPK Kompos
2.8492 b -27.24
15 gram 13.413 b -27.10 300 gram
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama menunjukkan perlakuan tidak sama menunjukkan perlakuan tidak
berbeda nyata pada selang kepercayaan berbeda nyata pada selang
95 %. kepercayaan 95 %.
Vol. 10 April 2019 Pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) 55

total dan 26.60% terhadap kontrol pada berat kering kompos juga mengandung unsur hara seperti N,P, K dan
total tanaman. Serta pemberian pupuk NPK 5 gram unsur yang lainya. Sehingga menyebabkan akumulasi
mampu memberikan persentase peningkatan 5.92% unsur N yang terserap pada semai menjadi berlebihan.
terhadap kontrol pada berat kering total tanaman.
Hasil persentase peningkatan yang negatif terhadap Pemberian pupuk NPK secara tunggal memberikan
kontrol menunjukkan bahwa tanaman di duga pengaruh secara nyata terhadap nisbah pucuk akar
mengalami penurunan pertumbuhan yang dikarenakan semai sengon. Informasi mengenai nisbah pucuk akar
dosis pemberian pupuk berlebihan akan bersifat neracun diperlukan untuk mengetahui keseimbangan antara
(Tabel 3, 4 dan 5). Secara keseluruhan pada perlakuan pertumbuhan pucuk tanaman sebagai tempat terjadinya
dengan dosis 15 gram NPK memberikan hasil berat proses fotosintesis dengan pertumbuhan akar sebagai
basah dan berat kering yang lebih rendah apabila bidang serapan unsur hara dan air (Wulandari et al.
dibandingkan pada dosis perlakuan pupuk NPK 5 dan 2011). Berdasarkan hasil uji lanjut/Duncan
10 gram. Menurut Koesriningrum dan Setiyati dalam menunjukkan bahwa dosis pemberian pupuk NPK
(Rosman et al. (2004). Pemberian pupuk N tidak boleh sebesar 5 gram memiliki NPA yang paling tinggi yaitu
berlebihan karena N dalam konsentrasi tinggi akan sebesar sebesar 5.4675 (Tabel 6). Peningkatan NPA
menghambat perakaran bibit. Apabila perakaran bibit menunjukkan bahwa kualitas tanman semakin tidak
terhambat maka penyerapan air dan unsur hara juga baik.
terganggu, sehingga proses fotosintesis menjadi tidak Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai nisbah
berjalan normal serta fotosintat yang dihasilkan menjadi pucuk akar pada berbagai perlakuan semai sengon
rendah. Apabila hasil fotosintat yang dihasilkan rendah adalah sebesar 2.03-8.35. Nilai ini cukup besar jika
maka berat basah total dan berat kering total yang dibandingan dengan literatur yang menunjukkan bahwa
dihasilkan juga akan rendah. Selain itu dosis pemberian nilai NPA yg baik antara 1-3. Perlakuan K1N15
kompos yang berlebihan juga dapat membuat memiliki nilai NPA yang paling kecil diantara
pertumbuhan tanaman tidak optimal, karena pupuk perlakuan lainnya. Hal ini menandakan bahwa

K0 K3N K1
(a)

K0 K3N K1
(b)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2 Penampakan semai sengon (a) Sebelum dipanen, (b) Setelah dipanen
56 Basuki Wasis et al. J. Silvikultur Tropika

penambahan pupuk NPK dan kompos dapat SIMPULAN


mengoptimalkan perkembangan akar untuk
meningkatkan serapan air dan hara (Salisbury dan Ross Pemberian pupuk kompos secara tunggal pada
1992; Rahmawati et al. 2013). media tailing tidak memberikan pengaruh nyata
Hasil analisa tanah menunjukkan bahwa tanah bekas terhadap parameter tinggi tanaman, diameter, jumlah
tambang kapur dengan pemberian pupuk kompos dan bintil akar dan nisbah pucuk akar. Namun memberikan
NPK mampu memperbaiki kondisi fisik, biologi dan pengaruh nyata terhadap berat basah dan berat kering
kimia tanah. Pemberian pupuk NPK dan kompos dapat tanaman. Begitu juga dengan pemberian pupuk NPK
meningkatkan kandungan unsur hara pada media secara tunggal memberikan pengaruh secara nyata
tanaman untuk C organik sebesar 5 %, N sebesar 0.24% terhadap diameter tanaman, berat basah dan nisbah
, P sebesar 200.14 ppm, K sebesar 14.71 me/100g dan pucuk akar, namun tidak berpengaruh secara nyata
Mg sebesar 6,5 me/100g. terhadap tinggi tanaman, berat kering dan jumlah bintil
Selain itu, pemupukan kompos dan NPK juga dapat akar. Pengaruh interaksi perlakuan pemberian pupuk
menurunkan jumlah kalsium yang ada dalam media kompos NPK dengan dosis 5 gram dan kompos 100
tanah sebesar 0,85 me/100 g. Menurut Ginting et al. gram merupakan komposisi terbaik dari media tanam
(2013). Hara Kalium (K), Calsium (Ca), dan semai P.falcataria karena dapat meningkatkan
Magnesium (Mg) merupakan hara makro yang banyak pertumbuhan semai P.falcataria khususnya pada
dikaji keseimbangannya. Hal ini disebabkan ketiga hara pertumbuhan diameter batang. Perlakuan ini
tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya di memberikan persentase peningkatan terhadap control
dalam tanah, dengan kata lain konsentrasi salah satu sebesar 170.37%. sehingga perlakuan pemberian pupuk
hara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hara yang dengan dosis NPK 5 gram dan kompos 100 gram dapat
lainnya menjadi tertekan. Penelitian ini juga menjadi rekomendasi untuk kegiatan revegetasi agar
menunjukkan bahwa Ca yang sangat tinggi akan bersifat tanaman sengon dapat tumbuh dengan optimal. Kadar
toksik bagi tanaman sengon. Ca yang sangat tinggi pada media tanah akan bersifat
toksik bagi tanaman sengon.

DAFTAR PUSTAKA
Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh penambahan Adinugraha HA. 2012. Pengaruh cara penyemaia dan
pupuk NPK terhadap nisbah pucuk akar bibit pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit
sengon mahoni daun lebar di persemaian. Jurnal
Perlakuan Rata-rata nisbah Persen Pemuliaan Tanaman Hutan. 6(1):1-10. doi:
pucuk akar Peningkatan https://doi.org/10.20886/jpth.20 12.6.1.1-10.
Pupuk NPK Baskorowati L. 2014. Budidaya Sengon Unggul
3.0225 b 0 (Falcataria moluccana) Untuk Pengembangan
0 gram
Pupuk NPK Hutan Rakyat. Bogor (ID): IPB Press.
5.4675 a 80.89 Cahyani RW, Hardjana AK. 2017. Perlakuan jenis
5 gram
Pupuk NPK tanaman dan media tanam pada lahan pasca
4.1517 ab 37.36 tambang galian C di KHDTK Labanan, Kabupaten
10 gram
Pupuk NPK Berau, Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy
2.4550 b -18.78 Biodiv Indon 3(3):361-367.
15 gram
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang El-Aziz NG. 2007. Stimulatory effect of NPK fertilizer
sama menunjukkan perlakuan tidak and benzyladenine on growth and chemical
berbeda nyata pada selang kepercayaan constituents of Codiaeum variegatum L. plant.
95 %. American Eurasian J.Agrio & Environ. Sci.
2(6):711-719

Tabel 7 Hasil analisis tanah pada perlakuan kontrol dan K1N5


NPK dan Kompos
No Perlakuan Kontrol Kriteria* Kriteria* Perubahan
(K1N5)
1 pH H2O 7.25 Netral 7.34 Netral 0.09
2 C-Organik (%) 0.08 Sangat Rendah 5.08 Sangat Tinggi 5
3 N-Total (%) 0.03 Sangat Rendah 0.27 Sedang 0.24
4 P-tersedia (ppm) 6.07 Sangat Rendah 206.21 Sangat Tinggi 200.14
5 Ca (me/100g) 57.68 Sangat Tinggi 56.83 Sangat Tinggi -0.85
6 Mg (me/100g) 0.48 Rendah 6.98 Tinggi 6.5
7 K (me/100g) 0.22 Rendah 14.93 Sangat Tinggi 14.71
8 Na (me/100g) 0.25 Rendah 0.98 Tinggi 0.73
9 KTK (me/100g) 24.22 Sedang 32.88 Tinggi 8.66
*= Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Departemen Pertanian 1983)
Vol. 10 April 2019 Pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) 57

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah Cetakan Kelima. Suryantini. 2013. Pembintilan dan penambatan nitrogen
Jakarta (ID): Akademika Pressindo. pada tanaman kacang tanah. Monograf Balitkabi
Gintinng EV, Sutandi A, Nugroho B, Indriyati LT. No 13. 234-250.
2013. Rasio dan kejenuhan hara K, Ca, Mg di Wasis B, Sandrasari A. 2011. Pengaruh pemberian
dalam tanah untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis pupuk komps terhadap pertumbuhan semai mahoni
guineensi Jacq). J. Tanah Lingk. 15(2):60-65. (Swietenia macrophylla King.) pada media tanah
Prayudyaningsih R, Sari R. 2016. Aplikasi fungi bekas tambang emas (tailing). Jurnal Silvikultur
mikoriza arbuskula (FMA) dan kompos untuk Tropika. 3(1):109-112.
meningkatkan pertumbuhan semai jati (Tectona Wasis B, Fathia N. 2011. Pertumbuhan semai gmelina
grandis Linn.f.) pada media tanah bekas tambang dengan berbagai dosis pupuk kompos pada media
kapur. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. tanah bekas tambang emas. JMHT. 17(1):29-33.
5(1):37-46. Wasis B, Winata B, Andriani R. 2018. Growth of
Rahmawati V, Sumarsono, Slamet W. 2013. Nisbah Agathis dammara (Lamb. Rich.) seedling on gold
daun batang, nisbah tajuk akar dan kadar serat tailing with addition of coconut shell charcoal and
kasar alfalfa (Medicago sativa) pada pemupukan compost. Archives of Agriculture and
nitrogen dan tinggi defoliasi berbeda. Animal Environmental Science 3(2): 131-136.
Agriculture Journal. 2(1):1-8. Wulandari AS, Mansur I, Sugiarti H. 2011. Pengaruh
Stell RGD, Torries JH. 1991. Statistical Principles and pemberian kompos batang pisang terhadap
Procedures, A Biometric Approach. PT Gramedia pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus
Pustaka Utama Jakarta , pp 149-167. cadamba Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika.
Sastrosupadi A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis 3(1):78-81.
Bidang Pertanian.Yogyakarta (ID): Kanisius. Zulkifli A. 2013. Pengelolaan Tambang Berkelanjutan.
Sukendro A, Sugiarto E. 2012. Respon pertumbuhan Jakarta (ID): Graha Ilmu.
anakan Shorea leprosula Miq, Shorea
mecistopteryx Ridley, Shorea ovalis (Korth)
Blume dan Shoreaselanica (DC) Blume terhadap
tingkat intensitas cahaya matahari. Jurnal
Silvikultur Tropika. 3(1) :22-27.
ESTIMASI SUMBERDAYA MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION
PADA LOKASI PENGEMBANGAN WIUP CV. MEGA MAKMUR

Jessica Jocunda1)., Budhi Purwoko2)., Fitriana Meilasari2)


jessica.jocunda@gmail.com

ABSTRAK
CV. Mega Makmur merupakan salah satu perusahaan pertambangan batu yang terletak di
Desa Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.
Wilayah izin usaha pertambangan yang menjadi lokasi penelitian yaitu seluas 11,4 Hektar. Sistem
penambangan yang diterapkan perusahaan merupakan tambang terbuka (surface mining) dengan
menggunakan metode quarry. Tahapan kegiatan penambangan dimulai dari kegiatan
pembersihan lahan dari semak belukar dan pepohonan (land clearing), pengupasan lapisan tanah
penutup (overburden removal), pembongkaran batuan melalui peledakan (blasting), pemuatan
dan pengangkutan ke alat penghancur (crushing plant). Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menghitung sumberdaya batuan yang ada di CV. Mega Makmur, serta volume overburden yang
menutupi batuan tersebut.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu dengan menggunakan
metode sayatan penampang (cross section). Dengan adanya sayatan penampang pada peta
kontur, informasi volume tanah penutup dan batuan yang ingin diketahui akan lebih mudah.
Tahapan penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, pengumpulan data primer, pengolahan data,
perhitungan sumberdaya, kesimpulan dan saran.
Hasil penelitian adalah besar volume sumberdaya batu yang terdapat di CV. Mega
Makmur, yaitu sebesar 8.391.763,03 BCM. Sementara volume overburden yang menutupi batuan
tersebut yaitu sebesar 366.138,873 BCM. Saran yang dapat diberikan untuk perusahaan yaitu
segera meningkatkan volume sumberdaya menjadi volume cadangan melalui proses perencanaan
tambang.

Kata-kata kunci: Kabupaten Mempawah, sumberdaya, overburden, cross section.

1. LATAR BELAKANG 2. TUJUAN PENELITIAN


CV. Mega Makmur merupakan Adapun tujuan yang ingin dicapai
suatu perusahaan yang bergerak dalam melalui penelitian ini adalah:
bidang pertambangan batuan sejak tahun a. Mengetahui potensi sumberdaya
2011. Lokasi penelitian yaitu di CV. batuan di lokasi pengembangan
Mega Makmur yang terletak di Desa WIUP CV. Mega Makmur.
Peniraman, Kecamatan Sungai Pinyuh, b. Mengetahui volume overburden
Kabupaten Mempawah. CV. Mega dan volume batuan di lokasi
Makmur melakuan pengajuan daerah pengembangan WIUP CV. Mega
lokasi wilayah izin usaha pertambangan Makmur.
(WIUP) dengan tujuan melakukan
penambangan di lokasi tersebut. Estimasi 3. METODE PENELITIAN
sumberdaya diperlukan agar dapat Tahapan-tahapan penelitian
mengetahui besar potensi sumberdaya diuraikan sebagaimana berikut:
pada lokasi yang akan dikerjakan. a. Studi Pustaka
Penulis telah meninjau berbagai
sumber pustaka dan referensi yang dapat
membantu dalam penyelesaian penulisan
tugas akhir ini, contohnya jurnal, artikel

1. Alumni Prodi Teknik Pertambangan FT. UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Pertambangan FT. UNTAN
ilmiah, buku, peraturan perundang-  Setelah berhasil memunculkan
undangan, data Badan Pusat Statistik, dan raster, maka langkah selanjutnya
skripsi terdahulu. adalah memunculkan garis kontur.
Hal ini dapat dilakukan dengan
b. Pengumpulan Data memanfaatkan pilihan Contour
Kegiatan yang telah dilakukan saat yang ada pada ArcToolbox.
di lapangan adalah dimulai dari:
 Dilakukannya survei lapangan d. Pembuatan Sayatan Melintang
terlebih dahulu. Dilakukan guna (Cross Section)
mengetahui kondisi medan yang Sumberdaya dapat dihitung dengan
ditempuh pada saat pelaksanaan menggunakan metode cross section
pengambilan data primer. sehingga dapat diketahui luas penampang
 Selanjutnya pengambilan data yang menjadi dasar perhitungan untuk
koordinat dan elevasi volume sumberdaya. Pembuatan sayatan
menggunakan total station GTS- melintang dilakukan di software Autocad
255 yang dibantu dengan GPS 2007. Beberapa hal yang harus
Garmin dan koordinat titik ikat diperhatikan adalah :
Bench Mark (BM) yaitu koordinat  Pembuatan garis sayatan harus
WIUP, serta beberapa titik berdasarkan peta topografi yang
pengambilan data tebal overburden telah diperoleh pada langkah
dan pengamatan langsung di sebelumnya
lapangan.  Garis sayatan mengikuti pola titik
pengambilan data ketebalan
c. Pengolahan Data overburden
Tahapan pembuatan peta topografi  Garis sayatan dibuat memotong
sebagai berikut : tegak lurus garis kontur.
 Data kasar dari lapangan terlebih
dahulu dirapikan dalam aplikasi e. Perhitungan Luas Penampang
pengolah angka Microsoft Excel. Apabila dihitung menggunakan
 Setelah itu, data koordinat dan cara manual, metode menghitung luas
elevasi tersebut dimasukkan ke penampang yang dapat digunakan adalah
dalam aplikasi ArcGis 10.1 dengan metode grid. Gambar penampang
menggunakan sistem koordinat dipindahkan ke kertas millimeter block
UTM. dengan skala tertentu, kemudian
 Setelah titik tersebut ditampilkan, menghitung jumlah kotak yang berada di
maka langkah selanjutnya adalah dalam area yang akan dihitung. Berikut
membuat raster. Raster merupakan ini adalah rumus menghitung luas :
gambar yang terbentuk dari titik -
titik atau piksel. L = (Jumlah kotak x Luas 1 kotak dalam
 Raster ini dapat dibuat dengan cm²) x (Penyebut Skala)²
memanfaatkan pilihan Topo to
Raster dari ArcToolbox.

2
Setelah luas overburden dan
batuan masing-masing penampang
diketahui, maka volume sumberdaya
dapat dihitung. Perhitungan telah
dilakukan di aplikasi pengolah angka
Microsoft Excel. Rumus menghitung
volume sumberdaya adalah :

Gambar 1. Lokasi penelitian

Dalam tahap analisis volume


overburden dan sumberdaya batu ini,
terbagi menjadi tiga tahapan yaitu mulai
Akan tetapi apabila ditemukan dari mengetahui ketebalan overburden
kondisi < 0,5 , maka rumus yang berdasarkan data pengambilan titik tebal
digunakan adalah sebagai berikut : OB. Dilanjutkan dengan menyayat
(Sulistyana, 2015) seluruh daerah penelitian dengan garis
yang dapat merepresentasi informasi
penampang, dan diakhiri dengan
menghitung volume overburden dan
sumberdaya batu.
4. HASIL PENELITIAN
Jarak pengambilan data titik tebal
Kondisi pada daerah penelitian
overburden tidak ditentukan, akan tetapi
memiliki topografi yang curam. Ada
masih tetap dalam rentang kurang lebih
pekerjaan pemetaan yang dilakukan di
20-40 m. Apabila diambil jarak yang
lahan yang agak cenderung datar, akan
terlalu jauh, dikhawatirkan ketelitian
tetapi ada pula yang sangat curam.
akan berkurang. Jarak antartitik tebal
Jika ditinjau dari geologi lokal
overburden ini nantinya akan dijadikan
lokasi penelitian, maka dapat diketahui
panduan untuk dilakukan sayatan
bahwa jenis batuan di lokasi penelitian
penampang.
diidentifikasi sebagai batuan beku granit.
Jarak antar sayatan bervariasi
Tekstur batuan kasar dan keras, selain itu
dengan panjang masing-masing yang
warna batuan juga cenderung abu-abu
berbeda mengikuti jarak antar titik
terang..
pengambilan tebal overburden. Pada
Berdasarkan pengamatan beberapa
lokasi penelitian dibuat sebanyak 22
singkapan, geologi batuan di lokasi
sayatan dengan harapan cukup rinci
penelitian lebih cenderung diidentifikasi
sampai potensi batu seluruhnya dapat
sebagai jenis batuan beku granit. Tekstur
tercover.
batuan berbentuk kristalin, kasar dan
Seluruh penampang sayatan
keras, selain itu warna batuan juga
memiliki elevasi dasar (base elevation)
cenderung abu-abu terang.
3
sebesar 51 meter. Angka tersebut diambil Tabel 1. Volume overburden
Luas Penampang Jarak Antar Penampang Volume
karena merupakan elevasi terendah yang Penampang
(m2) (m) (m3)
dapat ditemukan di dalam lokasi WIUP. A-A' 21540.8383
19.35 422319.9159
B-B' 22109.799
Maka dari itu, seluruh perhitungan B-B' 22109.799
volume sumberdaya melalui sayatan C-C' 25419.0188
26.43 628093.3272

penampang akan berdasar pada elevasi C-C' 25419.0188


26.32 673400.1728
D-D' 25751.2071
terendah dan dibatasi oleh cakupan luas D-D' 25751.2071
31.43 962372.8415
WIUP. E-E' 35487.9174
E-E' 35487.9174
22.91 807079.7493
F-F' 34968.6299
F-F' 34968.6299
26.07 889325.5594
G-G' 33257.3432
G-G' 33257.3432
16.85 530205.4506
H-H' 29675.0545
H-H' 29675.0545
32.73 985066.2004
I-I' 30518.4194
I-I' 30518.4194
26.76 795194.337
J-J' 28913.1454
K-K' 2403.9904
43.27 70205.9601
L-L' 841.0274
M-M' 6200.6957 34.89 216653.8285
N-N' 6218.555
N-N' 6218.555
25.64 216758.4626
Gambar 2. Area WIUP O-O' 10689.2814
O-O' 10689.2814
22.37 410426.08
P-P' 5177.9874
P-P' 5177.9874
Setelah sayatan penampang Q-Q' 5584.748
26.06 140238.4423

diperoleh, maka volume overburden dan Q-Q'


R-R'
5584.748
5481.7201
23.91 132299.6261

sumberdaya batu dapat dihitung dalam R-R' 5481.7201


27.66 150761.9378
S-S' 5419.36
aplikasi pengolah angka Microsoft Excel. S-S' 5419.36
25.45 138777.4439
T-T' 5486.5295
Berikut ini adalah volume sumberdaya T-T' 5486.5295
24.57 107797.9585
batu di daerah penelitian U-U'
U-U'
3288.2331
3288.2331
38.29 114785.7314
V-V' 2707.3653
Jumlah Volume Sumberdaya 8391763.03

= Menggunakan rumus frustum


1+ 2+ 1 ∙ 2
=
3
karena 1 < 0,5 2

Sementara itu, di bawah ini adalah


volume overburden di daerah penelitian.

4
Tabel 2. Volumen overburden penelitian b. Volume lapisan penutup
Luas Penampang Jarak Antar Penampang Volume
Penampang
(m2) (m) (m3) (overburden) pada daerah
A-A'
B-B'
788.7807
796.1981
19.35 15334.66989 penelitian dengan menggunakan
B-B' 796.1981
26.43 23263.50628 metode cross section yaitu sebesar
C-C' 964.1883
C-C' 964.1883
26.32 27825.67903
366.138,873 BCM.
D-D' 1150.225
D-D' 1150.225
31.43 37678.72402
E-E' 1247.403 5.2. Saran
E-E' 1247.403
F-F' 1153.1649
22.91 27498.50529
Adapun saran yang dapat diberikan
F-F' 1153.1649
G-G' 1580.9078
26.07 35638.63764 untuk penelitian ini adalah :
G-G'
H-H'
1580.9078
617.4635
16.85 42591.84827 a. Pada saat pemetaan topografi
H-H' 617.4635
32.73 76614.45548
menggunakan total station
I-I' 1412.0848
I-I' 1412.0848 dijumpai kesulitan antara lain
26.76 32740.04382
J-J'
K-K'
1034.8542
88.2812
medan yang terlalu curam dan
43.27 3464.544524
L-L' 71.8549 dipenuhi dengan hutan serta semak
M-M' 177.8968
N-N' 179.0189
34.89 6226.394387 belukar. Kegiatan pemetaan
N-N'
O-O'
179.0189
337.9757
25.64 6627.870772 menjadi lebih lama dan tidak
O-O' 337.9757
22.37 5951.289075 efektif. Maka dari itu, dapat
P-P' 194.102
P-P' 194.102
26.06 5279.930602
disarankan agar diusahakan
Q-Q' 211.1114
Q-Q' 211.1114
dilakukan pembersihan lahan dan
23.91 5145.605348
R-R' 219.3031 pengkondisian jalan akses
R-R' 219.3031
S-S' 113.3721
27.66 4600.898016
seadanya terlebih dahulu agar
S-S' 113.3721
T-T' 113.8533
25.45 2891.443215 mempermudah aksesibilitas saat
T-T'
U-U'
101.5695
113.3721
24.57 2640.557556 pemetaan berlangsung.
U-U' 113.8533
38.29 4124.269506
b. Volume sumberdaya batuan sangat
V-V' 101.5695
Jumlah Volume Overburden 366138.873 potensial. Sebaiknya perusahaan
segera menyusun kajian ekonomi,
Jadi, total hasil estimasi volume lingkungan dan teknis
sumberdaya batuan sebesar 8.391.763,03 penambangan melalui kegiatan
BCM dan volume overburden sebesar perencanaan tambang sehingga
366.138,873 BCM. Dapat diketahui dapat meningkatkan perhitungan
bahwa sumberdaya batuan di lokasi sumberdaya menjadi cadangan.
penelitian sangat potensial untuk
dilakukan proses pertambangan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Daftar Pustaka


5.1. Kesimpulan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Adapun kesimpulan yang dapat Pontianak. 2017. Kabupaten
diperoleh melalui penelitian ini adalah : Mempawah dalam Angka.
a. Volume potensi sumberdaya Mempawah: CV. Anugrah
batuan pada daerah penelitian yaitu Makmur.
sebesar 8.391.763,03 BCM.
5
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Leba, A, F. 2011. Penaksiran
2002. Penyusunan Neraca Sumberdaya Batubara Dengan
Sumber Daya - Bagian 4: Sumber Metode Cross Section di PT.
Daya Mineral Spasial. Satria Mayangkara Sejahtera,
Amandemen I SNI 19-6728-4- Tanjung Telang, Lahat Sumatera
2002 ICS 73.028. Jakarta: BSN. Selatan (Skripsi). Yogyakarta:
Jurusan Teknik Pertambangan
Chappell, B.W. dan White, A.J.R. 1974. Fakultas Teknologi Mineral
Two Contrasting Granite Types. Universitas Pembangunan
Pacific Geology, 8, 173-174. Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Erihartanti, Siregar, S.S., Sota, I. 2015. Mahendra, F.H.M. 2015. “Kajian


“Estimasi Sumberdaya Batubara Kandungan Mineral Aksesori
Berdasarkan Data Well Logging pada Batuan Granitik”. Karya
Dengan Metode Cross Section di Referat. Yogyakarta: Fakultas
PT. Telen Orbit Prima Desa Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Buhut Kab. Kapuas Kalimantan
Tengah”. Jurnal Fisika FLUX. Pokja AMS Kabupaten Mempawah.
Vol. 12 No. 2, Agustus 2015 (118- 2015. Dokumen Perencanaan
127). Banjarbaru: Program Studi Sanitasi Strategi Sanitasi
Fisika FMIPA Universitas Kabupaten Mempawah.
Lambung Mangkurat. Mempawah.

Gobel, A.P., dan Rikumahu, M.V. 2016. Purnomo, H. dan Sumarjono, E. 2016.
“Neraca Sumberdaya dan “Geologi Dan Estimasi Sumber
Cadangan Mineral di Provinsi Daya Nikel Laterit Menggunakan
Jawa Tengah Dalam Rangka Metode Ordinary Kriging di Blok
Peningkatan Penerimaan Pajak R, Kabupaten Konawe – Sulawesi
dan Investasi”. Prosiding Seminar Tenggara”. Prosiding Seminar
Nasional XI Rekayasa Teknologi Nasional ReTII. Yogyakarta:
Industri dan Informasi 2016. Jurusan Teknik Pertambangan,
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Sekolah Tinggi Teknologi
Teknologi Nasional Yogyakarta. Nasional.

Idrus, A., Titisari, A.D., Warmada, I.W.,


Setijadji, L.D. 2007. Eksplorasi
Sumberdaya Mineral.
Yogyakarta: Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.

6
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Perencanaan Dan Biaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang


Area Tambang Batubara PT. Baturona Adimulya Desa Supat
Barat Kecamatan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin
Ebran Alkad1*, Tamrin Kasim 1, Yunasril 1
1
Jurusan Teknik Pertambangan FT Universitas Negeri Padang

*alkad3294@gmail.com

Abstract. PT. Baturona Adimulya is a coal mining company located in West Supat Village, Babat Supat District, Musi
Banyuasin Regency. PT. Baturona Adimulya has a Mining Mine with an area of ± 3,476 ha that has not been
functioned. Current land conditions have elevation of 11 meters with slope ± 12% so that on the slope of the land, when
the summer causes dust and rainy season cause erosion. The company plans to reclaim the former mine land. However,
in the Mining Closure Plan document, it is mentioned that on this land the new planting plan takes into account the
planting of pioneer plants (budding plant) ie sengon, while for planting of nucleus reclamation plants has not been
determined between oil palm or rubber. Therefore, in the reclamation effort on ex-mining land, it is necessary to make
good planning with planting of plants in accordance with the characteristics of the land. The technical planning of
reclamation activities starts from knowing the characteristics of the soil, the arrangement of the land by leveling the
condition of the embankment, then repairing the slope by making terracing, cover crop covering. Furthermore, the
revegetation process starts from pengajiran, excavation planting hole, planting, and maintenance (2 years after the
seed planting). Based on the results of laboratory testing, the characteristics of ex-mining land are suitable for planting
rubber or oil palm plantations. Based on the calculation in the reclamation planning of ex-mining land by revegetation,
the total cost is Rp. 507.372.156.00 for oil palm with sengon laut, and Rp. 505.052.919,00 for rubber with marine
sengon.

Keywords: ex-Mining Land, Reclamation Plan, Revegetation, Cost, Mining Closer

1. Pendahuluan proses-proses ekologi yang menjadi tumpuan kehidupan


melalui kegiatan reklamasi. Pertambangan, jika tidak
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak
daya alam yang melimpah. Sumber daya alam di negatif terhadap lingkungan, terutama gangguan
indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan. keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar.
Maka dari itu sumber daya alam tersebut harus Dampak lingkungan yang mungkin timbul akibat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran kegiatan pertambangan antara lain penurunan
rakyat. Dalam pemanfaatannya harus memperhatikan produktivitas lahan, tanah bertambah padat, terjadinya
kondisi lingkungan dan sosial sekitar. Salah satu erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau
sumber daya alam yang dimanfaatkan tersebut adalah longsoran, terganggunya flora dan fauna
batubara. Dalam proses pengambilannya memimiliki (keanekaragaman hayati), terganggunya kesehatan
proses dan prosedur yang panjang yaitu yang masyarakat, serta perubahan iklim. Oleh karena itu,
dinamakan dengan kegiatan penambangan. perlu dilakukan reklamasi yang tepat. Artinya,
reklamasi harus diperlakukan sebagai satu kesatuan
Industri pertambangan di Indonesia telah meyakini
konsep penting mengenai pembangunan yang yang utuh dari kegiatan pertambangan dan dilakukan
berkelanjutan. Hal ini seiring dengan keluarnya sedini mungkin, dan tidak menunggu proses
Undang-Undang No. 4 tahun 2009 Tentang pertambangan selesai. Hal ini seiring dengan Undang-
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Dalam UU tersebut tertulis tujuan pembangunan Mineral dan Batubara yang terdapat pada pasal 99, pasal
berkelanjutan berwawasan lingkungan yang sangat 100, pasal 101 dan dalam PERMEN ESDM No 7 Tahun
dibutuhkan untuk mencapai pembangunan yang 2014 Pasal 1 Poin 1 menyatakan bahwa reklamasi
meningkatkan mutu kehidupan secara menyeluruh, baik adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan
pada masa kini maupun untuk masa mendatang. usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
Pembangunan berwawasan lingkungan dalam aspek memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
pertambangan berkaitan dengan cara mempertahankan dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

1262
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

PT. Baturona Adimulya merupakan salah satu digunakan pada lahan bekas tambang Pit 1 PT. Baturona
perusahaan batubara yang ada di provinsi Sumatera Adimulya.
Selatan, tepatnya di Kecamatan Babat Supat, Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Kabupaten Musi Banyuasin. Kegiatan penambangan
yang digunakan PT. Baturona Adimulya adalah metode 1. Mendapatkan model reklamasi yang diperuntukan
tambang terbuka (Open Pit Mining). lahan bekas tambang Pit 1 tambang batubara
Lahan bekas tambang Pit 1 PT. Baturona Adimulya dengan luas ± 3,476 ha milik PT. Baturona
dijadikan sebagai disposal area dengan luas yaitu Adimulya Desa Supat Barat Kecamatan Babat
3,476 ha. Supat Kabupaten Musi Banyuasin.
Kondisi lahan bekas tambang Pit 1 pada daerah 2. Menentukan tanaman inti yang cocok yaitu antara
penelitian saat ini masih dalam keadaan gersang serta kelapa sawit atau karet untuk revegetasi lahan
belum dilakukan pengaturan bentuk lahan sehingga bekas tambang Pit 1 tambang batubara PT.
pada saat musim panas menimbulkan debu dan pada Baturona Adimulya Desa Supat Barat Kecamatan
saat musim hujan terjadi erosi. Untuk mengatasi Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin.
masalah tersebut, perusahaan berencana melakukan 3. Mendapatkan anggaran biaya reklamasi lahan
kegiatan reklamasi. Berdasarkan Dokumen Analisis bekas tambang Pit 1 tambang batubara PT.
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PT. Baturona Adimulya Desa Supat Barat Kecamatan
Baturona Adimulya menjelaskan ―areal penambangan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin dengan
yang berada di Desa Supat Barat Kecematan Babat luas area lahan 3,476 ha.
Supat merupakan lahan perkebunan karet, ada sebagian
kecil kebun sawit yang masih belum menghasilkan 2. Lokasi Penelitian
serta semak belukar‖. Di dalam Dokumen juga
menjelaskan bahwa PT. Baturona Adimulya akan Lokasi PKP2B PT. Baturona Adimulya KW06PB0078
menggunakan tanaman Sengon Laut untuk revegetasi setelah perubahan terakhir secara administratif terletak
lahan bekas tambang Pit 1 sebagai tanaman pioner di daerah Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi
sedang tanaman inti yaitu kelapa sawit atau karet. Sumatera Selatan dengan koordinat geografis paling
Namun dalam kegiatan reklamasi perusahaan selatan adalah 3º1’00‖ lintang selatan, paling utara
menentukan jenis tanaman inti apa yang akan dipilih 2º36’17‖ lintang selatan, paling timur 104º13’00‖ bujur
antara kelapa sawit atau karet karena belum dilakukan timur, dan paling barat 103º50’00‖.
pengujian tanah pada area tersebut. Pada daerah Lokasi PT. Baturona Adimulya dapat dicapai dengan
reklamasi bagian pada lahan terasering akan ditanami rute perjalanan dengan menggunakan jalur darat dari
dengan sengon yang merupakan saran dari perusahaan. Palembang ke ibukota Musi Banyuasin, kota sekayu
Untuk melakukan kegiatan reklamasi perusahaan perlu yaitu selama 3 jam dengan jarak sejauh 150 km.
melakukan perhitungan biaya reklamasi baik itu biaya Sedangkan dari kota Sekayu ke Blok Bandar Jaya (
langsung seperti biaya penataan lahan, biaya Kecamatan Keluang ) dan Blok Bedeng Genteng-
pembibitan, biaya penanaman (revegetasi), dan biaya Supat ( Kecamatan Sungai Lilin ) sekitar 20—30
perawatan oleh perusahaan maupun tidak langsung menit melalui jalan perkebunan karet dan kelapa
seperti perencanaan reklamasi, administrasi dan sawit[1].
keuntungan pihak ketiga, dan supervisi.
Dari penjelasan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang perencaaan
dan biaya reklamasi pada lahan bekas tambang Pit 1
PT.Baturona Adimulya. Dalam penelitian ini nantinya
akan dimulai dari mengetahui pH tanah secara langsung
dilapangan, curah hujan, dan luas disposal area yang
akan direklamasi. Setelah itu dilanjutkan dengan
penataan lahan, pembibitan, revegetasi (penanaman),
perawatan, dan juga menghitung biaya yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses reklamasi
tersebut.
Dalam penelitian ini akan membahas beberapa aspek Gambar 1. Lokasi Penelitian
masalah pokok yang akan dibahas adalah Lahan bekas
tambang Pit 1 PT. Baturona Adimulya dijadikan
sebagai disposal area dengan luas yaitu 3,476 ha, 3. Metode Penelitian
Rencana reklamasi yang akan dilakukan yaitu
pengaturan bentuk lahan, pengukuran pH tanah, Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
revegetasi (penanaman), dan perawatan tanaman yang kuantitatif. Hal itu dikarenakan dalam penelitian
sudah di revegetasi. Dua tanaman yang akan di tanam nantinya, akan menggunakan data-data berupa angka-
adalah Sengon laut sebagai tanaman perintis dan angka. Selain itu menurut Kasiram Kontjojo
tanaman intinya antara kelapa sawit atau karet, mendefinisikan ―Penelitian kuantitatif adalah suatu
Perhitungan biaya reklamasi tambang yang akan proses menemukan pengetahuan menggunakan data

1263
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

serupa angka sebagai alat menganalisis keterangan 3. Kedalaman 50 -100 60 Sesuai


mengenai apa yang ingin diketahui‖[2]. Teknik Solum
Pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu: Tanah (cm)
1. Data primer berupa Data Ph Tanah kesesuaian 4. C-Organik** >0,8 dan 1,152- Sesuai
lahan untuk karet atau kelapa sawit, Data Cycle ≤0,8 3,115%
time Alat (DT,excavator), Pengambilan Gambar
Sumber: Budidaya Kelapa Sawit[5]
Lahan Bekas Tambang yang akan direklamasi.
** : Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit Di
2. Data sekunder berupa peta topografi luas daerah
Lahan Poloteknik Pertanian Negeri
reklamasi, peta, kesampaian daaerah, peta geologi
Payakumbuh[6]
dan stratigrafi, data survey pemetaan.
Tabel 3. Kesesuaian Lahan Untuk Ditanami Tanaman
4. Hasil dan Pembahasan Karet
Kondisi
4.1 Kesesuaian Lahan dengan Persyaratan No. Parameter Persyaratan lahan Keterangan
Tumbuh Tanaman yang Akan Ditanam dilokasi
1. Curah 1500-3000 2037,28 Sesuai
Pada PT. Baturona Adimulya tanaman pioner yang akan Hujan
ditanam yaitu sengon laut. Sengon dapat tumbuh mulai (mm)
dari pantai sampai 1600 mdpl, tetapi pada umumnya
pertumbuhannya akan optimum jika tumbuh pada 2. Temperatur 25-28 23 Sesuai
(C°)
kisaran 0 – 800 mdpl. Sengon dapat tumbuh di berbagai
jenis tanah, mulai dari yang berdrainase jelek hingga 3. pH >3,5 5,92- Sesuai
baik dan mulai dari tanah miskin unsur hara sampai 6,32
yang banyak mengandung unsur hara[3]. 4. Ketinggian 0-400 24-35 Sesuai
Tanaman inti yang akan ditanam yaitu kelapa sawit atau dari
permukaan
karet. Berikut ini tabel kesesuaian lahan dari masing-
laut
masing tanaman.
(mdpl) *
Tabel 1. Kesesuaian Lahan Untuk Ditanami Kelapa Sawit
Kondisi * : Pemanfaatan Lahan Sub-Optimal Untuk
No Parameter Persyaratan lahan di Keterangan Pengusahaan Tanaman Karet: Suatu
lokasi Rangkuman Hasil Survei Dan Penelitian[8]
1. Curah 2.000-3.500 2037,28 Sesuai
hujan(mm/Ta Tabel 4. Kesesuaian Lahan Untuk Ditanami Tanaman
hun)
Karet
2. Temperartur 24-29 23 Sesuai No. Parameter Persyaratan Hasil Labor Keterangan
(C°) 51,83-67,73%
1. Tekstur Pasir 0- Sesuai
3. pH 3,5-6,5 5,92-6,32 Sesuai 80%
4. Ketinggian 25-200 24-35 Sesuai Debu 0- 22.02-29.12%
dari 80%
Permukaan Liat 10- 7,51-11,08%
Laut (mdpl) 80%
* : Studi Kesesuaian Lahan Potensial Untuk 2. Kedalaman 45-100 Remah dan Sesuai
Tanaman Kelapa Sawit Di Kabupaten Gumpal
solum
Blitar[4] tanah
(cm)
Tabel 2. Kesesuaian Lahan Untuk Ditanami Kelapa Sawit
3. C- >0,8 dan 60 Sesuai
No Parameter Persyaratan Hasil Labor Keterangan
Organik** ≤0,8
1. Tekstur * Pasir 20- 51,83- Sesuai Sumber: Pusat Penelitian Karet[7].
60% 67,73%
** : Hubungan Antara Karakteristik Agroekologi
Debu 10- 22.02-
Perkebunan Karet (Hevea Brassiliansis L)
40% 29.12%
Dengan Hasil Karet Di Lampung [9]
Liat 20- 7,51-
50% 11,08%
2. Struktur Remah dan Remah dan Sesuai 4.2 Perencanaan Reklamasi
Gumpal
Gumpal
4.2.1 Pengelolaan Bentuk Lahan

Dalam kegiatan ini digunakan alat berat wheel Loader


dan bulldozer. Wheel loader difungsikan untuk
1264
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

pemindahan material dan bulldozer digukan untuk Perataan material lahan B pada koordinat 26 mdpl
perataan lahan yang telah ditimbun oleh wheel loader. dengan Produktifitas yaitu:
Berikut ini produktifitas dan jam kerja masing-masing
alat: Q= = 831,6 m3/jam
1. Whell Loader
Pemindahan material dari bagian paling atas pada Jadi, produktifitas bulldozer komatsu D85ESS
koordinat 35 mdpl ke lokasi A dengan Produktifitas adalah 831,6 m3/jam.
yaitu[10]: Jam Kerja yang dibutuhkan untuk meratakan lahan
dengan volume 24,21 m3 adalah
Q= (1)
= 0,029 jam
3
Q= = 71,4 m /jam
4.2.2 Pembuatan Terasering
Jadi, produktifitas Wheel Loader adalah 71,4
Dalam penelitian ini akan menggunakan teras gulud
m3/jam. Jam Kerja yang dibutuhkan dengan volume
dalam pembuatan terasering. Teras gulud adalah
yang akan dipindahkan 911,13 m3 adalah[11]
guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan
saluran air pada bagian lereng atasnya. Tinggi interval
(2) didapatkan dari Peraturan Menteri Kehutanan tahun
2011 bahwa untuk tinggi teras gulud adalah ± 1,25 m
dengan kemiringan bidang olah nya tetap pada lereng
= 12,7 jam asli yaitu 6,84°. Berdasarkan perhitungan aktual di
lapangan diketahui bahwa kemiringan lereng asli adalah
12 % dan lebar teras bidang olah yang didapatkan
Pemindahan material dari bagian paling atas pada adalah 10,5 m. Berikut sketsa gambar pembuatan teras
koordinat 35 mdpl ke lokasi B dengan Produktifitas gulud.
yaitu:
Tabel 5. Rincian Volume Tanah Serta Waktu
Q= (3) Pembuatan Tiap Guludan
Volume
Produktifitas
yang Waktu
3 excavator
Q= = 75,15 m /jam No. Keterangan akan
Doosan 340
pengerjaan(ja
dibuat m)
LCV
gulud
Jadi, produktifitas Wheel Loader adalah 75,15 1. Gulud 1 24,02 169,2 0,14
m3/jam. Jam Kerja yang dibutuhkan dengan volume
yang akan dipindahkan 58,44 m3 adalah 2. Gulud 2 28,93 169,2 0,17
3. Gulud 3 33,5 169,2 0,20
= 0,77 jam. 4. Gulud 4 37,97 169,2 0,22
5. Gulud 5 42,13 169,2 0,25
2. Bulldozer 6. Gulud 6 46,96 169,2 0,28
Perataan material lahan A pada koordinat 26 mdpl
dengan Produktifitas yaitu: 7. Gulud 7 58,9 169,2 0,35

Q= (5) Total 272,41 1,61

Q= = 332,64 m3/jam

Jadi, produktifitas bulldozer komatsu D85ESS


adalah 332,64 m3/jam. Jam Kerja yang dibutuhkan
untuk meratakan lahan dengan volume 110,31 m3
adalah

= 0,33 jam

Gambar 2. Pengolahan Teras Gulud


1265
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Tabel 6. Kebutuhan Top Soil Untuk Tiap Terasering


dan Bagian Atas dan Bawah
Ketebalan Tanah Volume Top Soil
No. Keterangan Luas (m2) yang direncanakan yang dibutuhkan
(m2) (m3)
1 Bagian Atas 2467,8 0,6 1483,788
2 Terasering 1 1253,63 0,6 752,178
3 gulud 1 212,16 0,6 127,296
4 Terasering 2 1519,77 0,6 911,862
5 gulud 2 252,83 0,6 151,698
6 Terasering 3 1790,69 0,6 1074,414
Gambar 3. Sebelum Didesain
7 gulud 3 294,77 0,6 176,862
8 Terasering 4 2067,46 0,6 1240,476
9 gulud 4 336,57 0,6 201,942
10 Terasering 5 2325,53 0,6 1395,318
11 gulud 5 297,87 0,6 178,722
12 Terasering 6 2589,11 0,6 1553,466
13 gulud 6 415,01 0,6 249,006
14 Terasering 7 2692,1 0,6 1615,26
15 gulud 7 294,31 0,6 176,586
16 Bagian Bawah 15096,07 0,6 9057,642
Total 33910,9 20346,516
Gambar 4. Sesudah Didesain

Dalam pemberian tanah pucuk adapun alat berat yang


dgunakan yaitu sebagai berikut.

4.2.3.1 Produktivitas Dumptruck isuzu Giga FVZ


34 P

M= (6)

M= = 4 unit dump truck

Gambar 5. Penampang Tegak Diposal


Produtivitas DT (Q)
4.2.3 Pemberian Tanah Pucuk
Q= (Rochmanhadi, 1985:42) (7)
Penimbunan top soil yang direncanakan dalam
kegiatan reklamasi ini yaitu setebal 0,6 m. Material top
soil yang digunakan untuk kegiatan penimbunan = = 53,11 m3/jam
tersebut yaitu galian top soil yang berasal dari
penambangan pada Pit 2. Jarak Pit 2 ke lahan bekas
Jadi produktifitas dari 4 dump truck adalah 4 x 53,11
tambang Pit 1 yaitu 5 km. Untuk mendapatkan volume
m3/jam = 212,44 m3/jam. Dengan jam kerja adalah
tanah Top Soil yang dibutuhkan untuk menimbun lahan
bekas tambang Pit 1 yang akan direklamasi adalah
seperti pada tabel 6 berikut. =

= 95,7 jam.

3.2.3.2 Produktivitas Excavator

Q= (8)

1266
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

= = 211,5 m3/jam Tabel 7. Koordinat Titik Pengambilan Sampel Tanah

No. X Y Z
Jadi, produktifitas excavator Doosan 340 LCV adalah
211,5 m3/jam. Dengan jam kerja yaitu 1. 381303,28 9702507,611 29,3
2. 381201,8527 9702572,297 24
= = 96,2 jam 3. 381317,2522 9102576,954 32
4. 381295,0003 9702642,675 35
4.2.3.3 Produktivitas Bulldozer 5. 381391,7702 9702628,703 33
1. Bagian Atas
Tabel 8. Hasil Uji Labor Tanah
Q= 3
= 207,9 m /jam No Unsur Analisa Satuan 1 2 3 4 5
1 pH : H2O 5,92 6,15 6,11 6,32 6,06
Jadi, produktifitas bulldozer komatsu D85ESS KcL 4,14 5,45 5,43 4,46 5,14
adalah 207,9 m3/jam. Dengan jam kerja adalah 2 KA % 5,74 6,92 6,58 6,36 7,13
KKA 1,06 1,07 1,07 1,06 1,07
= 3 N.Total % 0,16 0,13 0,10 0,16 0,23
= 7,1 jam 4 P.Bray ppm 3,802 2,618 3,291 2,877 3,579
2. Bagian Bidang Olah 5 C.Organik % 1,311 1,225 1,655 0,668 1,807
B.Organik 2,259 2,112 2,854 1,152 3,115
Q= = 207,9 m3/jam
6 C/N 8,458 9,646 17,062 4,282 8,289
7 K,dd me/100g 0,129 0,132 0,149 0,147 0,144
Jadi, produktifitas bulldozer komatsu D85ESS
adalah 207,9 m3/jam. Dengan jam kerja adalah 8 KTK me/100g 7,399 11,826 10,620 9,443 6,895
9 Tekstur
= Pasir % 65,74 67,73 63,21 51,83 64,36
Debu % 26,75 22,02 25,71 29,12 25,77
= 19,6 jam.
3. Bagian Bawah Liat % 7,51 10,25 11,08 19,05 9,87

Q= = 136,6 m3/jam
Jadi, produktifitas bulldozer komatsu D85ESS
adalah 136,6 m3/jam. Dengan jam kerja adalah

=
= 66,3 jam.

4.3 Potencial Acid Forming (PAF) dan Non


Acid Forming (NAF)

Perusahaan sudah menerapkan sistem pemisahan PAF Gambar 6. Titik Pengambilan Sampel Tanah
(Potencial Acid Forming) dan NAF (Non Acid
Forming) namun belum dilaksanakan karena pada 4.4 Penanaman Tanaman Penutup Tanah
material tidak begitu berpotensi PAF dan NAF, maka
penulis hanya mengambil data sampel tanah untuk Untuk penanaman tanaman penutup pada daerah
persiapan revegetasi lahan reklamasi. penelitian ini yang akan ditanami dengan tanaman
Pengambilan data sampel tanah dilakukan dengan lima kacang-kacangan jenis pueraria javanica dan
titik karena pengambilan sampel melihat perbedaan Colopogonium muconoides. Disarankan 2 – 4 kg/ha
warna tanah. Pengambilan data tersebut pada titik yang untuk Pueraria[4] dan Calopogonium biasanya
berbeda-beda dari lahan reklamasi. Pengujian sampel ditaburkan pada 1-3 kg/ha. Dari lahan yang akan
dilakukan di Labor Fakultas Pertanian Universitas dilakukan reklamasi yaitu akan ditanami dengan
Andalas. Berikut adalah tabel koordinat pengambilan tanaman dengan LCC yaitu Colopogonium muconoides
sampel tanah. pada bagian atas. Sedangkan tanaman inti LCC yang
1267
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

akan ditanam adalah pueraria javanica pada bagian 4.6 Penanaman Tanaman Pioner dan
bawah. Berikut ini adalah kebutuhan LCC untuk setiap Tanaman Inti
lahan yaitu sebagai berikut:
Pada penelitian ini tanaman pioner yang akan
Tabel 9. Kebutuhan Tanaman Tanah Penutup Jenis digunakan adalah sengon laut dan tanaman inti yang
Pueraria javanica akan digunakan adalah karet atau kelapa sawit.

4.6.1 Sengon Laut


Kebutuhan jumlah bibit yang
2
No. Keterangan Luas (m )
biji (kg/ha) dibutuhkan (kg) Jarak yang digunakan dalam rencana reklamasi yaitu 4
x 4 m. Untuk mendapatkan jumlah tanaman
menggunakan persamaan yaitu[11]
1. Bagian atas 2472,98 4 0,99
Bagian 15096,0 (20)
2. 4 6,04
Bawah 7
17569,0
Total 7,03
5 Berikut Jumlah pohon tiap lahan dapat dilihat pada tabel
12 dibawah ini:
Tabel 10. Kebutuhan Tanaman Tanah Penutup Jenis
Colopogonium muconoides Tabel 12. Jumlah Pohon Sengon Laut Tiap Lahan
Luas jarak Jumlah
No. Keterangan Luas (m2)
Tanam (4x4) Pohon
kebutuhan jumlah biji yang
No. Keterangan luas (m2)
biji (kg/ha) dibutuhkan (kg) 1 Terasering 1 1253,63 16 78
2 Terasering 2 1519,77 16 95
1 Terasering 1 1253,63 3 0,38 3 Terasering 3 1790,69 16 113
2 Terasering 2 1519,77 3 0,46 4 Terasering 4 2067,46 16 129
3 Terasering 3 1790,69 3 0,54 5 Terasering 5 2325,53 16 145
4 Terasering 4 2067,46 3 0,62 6 Terasering 6 2589,11 16 162
5 Terasering 5 2325,53 3 0,70 7 Terasering 7 2692,1 16 168
6 Terasering 6 2589,11 3 0,78 14238,2
Total 9 890
7 Terasering 7 2692,1 3 0,81
Total 14238,29 4,27 Lubang tanaman dibuat dengan ukuran 30 x 30 cm,
dengan kedalaman 30 cm[3]. Jadi kebutuhan untuk
pupuk kandang adalah 1kg/pohon x 890 pohon yaitu
4.5 Penanaman Rumputan sebanyak 890 kg, furadan 100 gr/pohon x 890 yaitu
89.000 atau 89 kg, dan pupuk NPK yang dibutuhkan
Rumputan yang digunakan adalah bede (Brachiaria yaitu sebanyak 100 gr/pohon x 890 yaitu 89.000
decumbens). Menggunakan biji/benih sebanyak 2-4 gr/pohon atau 89 kg.
kg/ha Jadi benih rumput bede yang digunakan 3 kg/ha
dengan kebutuhan untuk masing-masing lahan pada 4.6.2 Kelapa Sawit
tabel 11 berikut:
Perencanaan reklamasi ini, jarak tanam dan pengajiran
Tabel 11. Kebutuhan Tanaman Rumputan (pemasangan patok) yang akan digunakan adalah 8,5 m
jumlah biji x 8,5 m dengan sistem segitiga sama sisi. ukuran
luas kebutuhan yang lubang yang akan digunakan adalah 90 x 90 x 60 cm.
No. Keterangan
(m2) biji kg/ha dibutuhkan
(kg)
1 gulud 1 212,16 3 0,06
2 gulud 2 252,83 3 0,08
3 gulud 3 294,77 3 0,09
4 gulud 4 336,57 3 0,10
5 gulud 5 297,87 3 0,09
6 gulud 6 415,01 3 0,12
7 gulud 7 294,31 3 0,09
Total 2103,52 0,63

1268
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Pada perencanaan akan menggunakan ukuran lubang


tanam yaitu 60 x 60 x 60 cm. Lubang tanam dipupuk
125 gr rock posphate 1 bulan sebelum menanam karet.
Jumlah bibit yang tersedia adalah 837 batang, dan
dosis pupuk per lubang adalah 125 gr. Maka jumlah
pupuk yang diperlukan adalah 104.625 gr atau 104,625
kg.

4.7 Perawatan

4.7.1 Sengon Laut


Gambar 7. Sketsa Jarak Tanah yang Akan Digunakan
Penyiangan atau pendangiran menyeluruh dilakukan
Tabel 13. Jumlah Pohon Kelapa Sawit Tiap Lahan setiap 3 bulan sekali. Tanaman sengon umur 4 bulan
perlu diberi pupuk urea, ZA, TSP dan KCL berturut-
Luas jarak
No. Keterangan
Luas
Tanam
Jumlah turut sebanyak 40, 80, 120, 160 kg/ha. Jadi total pupuk
(m2) Pohon yang akan digunakan dalam reklmasi pohon sengon
(8,5x8,5)
yaitu sebagai berikut:
1 Bagian atas 2472,98 72 34
Bagian Tabel 15. Kebutuhan Pupuk 1 Tahun
2 15096,07 72 210
Bawah Kebutuhan Pupuk (kg/ha) Total Pupuk (kg)
Total 17569,05 244 No. Keterangan Luas (m2)
urea ZA TSP KCL Urea ZA TSP KCL
Sebelum penanaman disiapkan terlebih dahulu pupuk 1 Terasering 1 1253,63 40 80 120 160 5,01 10,03 15,04 20,06
dasar berupa SP-36 sebanyak 150 gr/ pohon. Karena
jumlah pohon sawit yang tersedia adalah 244 pohon, 2 Terasering 2 1519,77 40 80 120 160 6,08 12,16 18,24 24,32
maka jumlah pupuk SP-36 sebanyak 36.600 gr atau 36,6
kg. 3 Terasering 3 1790,69 40 80 120 160 7,16 14,33 21,49 28,65

4.6.3 Karet 4 Terasering 4 2067,46 40 80 120 160 8,27 16,54 24,81 33,08

Jarak tanam karet pada lahan yang akan direklamasi 5 Terasering 5 2325,53 40 80 120 160 9,30 18,60 27,91 37,21
adalah 7 m x 3m berbentuk barisan lurus mengikuti ara
6 Terasering 6 2589,11 40 80 120 160 10,36 20,71 31,07 41,43
h Timur ‐ Barat berjarak 3 m dan arah Utara ‐ Selatan b
erjarak 7 m.[12]. Dengan gambar berikut; 7 Terasering 7 2692,1 40 80 120 160 10,77 21,54 32,31 43,07
Total 14238,29 56,95 113,91 170,86 227,81

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman sudah


berumur satu sampai dua bulan setelah ditanam, hal ini
dimaksudkan agar tanaman pengganti tidak begitu
ketinggalan dengan tanaman yang lain.

4.7.2 Kelapa Sawit

Pemupukan dilakukan pertama kali 3 bulan setelah bibit


ditanam. Dengan jumlah pohon yang ditanam 244
batang, maka dapat diketahui kebutuhan pupuk selama 2
Gambar 8. Cara Pengajiran Tanaman Karet Pada tahun awal. Dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:
Lahan Datar
Tabel 16. Jumlah Pupuk yang Dibutuhkan 2 Tahun
Tabel 14. Jumlah Pohon Karet Tiap Lahan Awal Penanam Bibit
Jumlah Jumlah
Luas jarak Jumlah Pupuk
Luas Jumlah Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
No. Keterangan Tanam No Jenis Pupuk Selama 2
(m2) Pohon Pohon Pupuk Seluruh Pupuk Seluruh
(7x3) tahun/pohon(gr)
Pohon(gr) Pohon(kg)
1 Bagian atas 2472,98 21 118 1 Urea 1500 244 366000 366
Bagian
2 15096,07 21 719 2 Rock 1800 244 439200 439,2
Bawah
Phosphate
Total 17569,05 837
3 MOP(KCL) 2000 244 488000 488

4 Dolomit 1250 244 305000 305


5 HGF-B 100 244 24400 24,41269
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Umumnya penyulaman dilakukan 6 bulan setelah 4.8.2 Biaya Pembuatan Guludan


penanaman, tetapi tidak menutup kemungkinan lebih
awal jika sudah diketahui ada tanaman yang perlu Dalam perencanaan menggunakan 1 unit alat berat
diganti. Excavator Doosan S340 LCV. Dengan total biaya yaitu;

4.7.3 Karet Tabel 19. Total Biaya Pembuatan Guludan

Ada dua cara penyiangan, yaitu secara manual dan


secara kimiawi. Secara manual adalah menggunakan
peralatan penyiangan, seperti cangkul atau parang.
Sementara itu, secara kimiawi dengan menyemprotkan
herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma.
Dengan jumlah tanaman karet yang ditanam sebanyak
1277 batang. Jumlah kebutuhan pupuk selama 2 tahun 4.8.3 Biaya Untuk Pengelolaan Material Top Soil
awal setelah masa tanam, dapat dilihat pada tabel 17 di
bawah ini: Untuk penebaran top soil pada lahan yang akan
direklamasi maka material top soil diambil dari bukaan
Tabel 17. Jumlah Pupuk yang Dibutuhkan 2 Tahun pit 2. Untuk itu dalam perencanaan memerlukan 1 unit
Awal Penanam Bibit Karet alat berat Excavator Doosan S340 LCV sebagai alat gali
Jumlah Jumlah material top soil, 5 unit alat angkut Isuzu Giga, dan 1
Jumlah unit Buldozer Komatsu D85ESS sebagai penata akhir.
kebutuhan kebutuhan
pupuk Jumlah Berikut rincian biaya dari masing-masing alat untuk
No Jenis pupuk pupuk pupuk
selama 2 pohon penebaran top soil, diuraikan sebagai berikut:
seluruh seluruh
th/phn (gr)
pohon (gr) pohon (Kg) Tabel 20. Biaya Pengangkutan Top Soil
1 Urea 326,05 837 272903,85 272,90
Upah
2 DS 479,58 837 401408,46 401,41 Jumlah biaya Kebutuhan Jumlah biaya
No. Jenis alat berat Jam kerja operator Total (Rp)
3 KCL 192 837 160704 160,70 operator (Rp) solar(Lt) solar (Rp)
(Rp/jam)
Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 DT isuzu Giga FVZ 34 p 95,7 60.000,00 5.742.000,00 1.914 22.489.500,00
1-2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman Total 5.742.000,00 1.914 22.489.500,00 28.231.500,00
yang hidup dan yang mati.
Tabel 21. Biaya Perataan Top Soil

4.8 Perhitungan Rencana Biaya Langsung Upah


Reklamasi Disposal Area Jumlah biaya Kebutuhan Jumlah biaya
Jenis alat berat Jam kerja operator Total (Rp)
operator (Rp) solar(Lt) solar (Rp)
(Rp/jam)
4.8.1 Biaya Penataan Lahan
bulldozer komatsu D85ESS 93 60.000,00 5.580.000,00 2.232 26.226.000,00
Untuk meratakan tanah pada lahan yang akan
direklamasi, dalam perencanaan menggunakan 1 unit Total 5.580.000,00 2.232 26.226.000,00 31.806.000,00
alat berat Buldozer Komatsu D85ESS dan 1 unit Wheel Tabel 22. Total Biaya Penggalian Material Top Soil
Loader karena alat tersebut milik dari PT. Baturona
Adimulya, maka biaya yang akan dihitung adalah upah Upah
operator dan minyak solar. Upah operator yaitu Rp. Jumlah biaya Kebutuhan Jumlah biaya
Jenis alat berat Jam kerja operator Total (Rp)
60.000,00/jam sedangakan harga minyak solar yaitu . operator (Rp) solar(Lt) solar (Rp)
(Rp/jam)
11.750,00/liter. Jadi biaya yang akan dibutuhkan
selama proses pengerjaan penataan lahan tersebut Excavator Doosan S340 LCV 96,2 60.000,00 5.772.000,00 1.924 22.607.000,00
adalah;
Total 5.772.000,00 1.924 22.607.000,00 28.379.000,00
Tabel 18. Total Biaya Penataan Tanah
4.8.4 Biaya Sewa Alat
Upah Jumlah
operator Jumlah biaya Kebutuhan biaya solar Dalam perencanaan reklamasi digunakan alat berat yaitu
No. Jenis alat berat Jam kerja (Rp/jam) operator (Rp) Solar (Lt) (Rp) Total (Rp) whell loader, bulldozer, excavator, dan dumptruck.
Bulldozer Dalam perencanaan alat yang gunakan merupakan sewa.
Komatsu Berikut ini rincian biaya sewa yaitu
1 D85ESS 0,359 60.000,00 60.000,00 8,63 101.402,00
2 Wheel Loader 13,47 60.000,00 808.200,00 56,5 664.227,00
Total 868.200,00 65 765.629,00 1.633.894,00
1270
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Tabel 23. Biaya Sewa Alat 4.8.6 Biaya Penanaman Rumput Guludan

No Nama Alat Banyak Alat Sewa Alat (Rp)/Jam Jam Kerja Alat Total Untuk memperkuat guludan maka sebaiknya ditanami
dengan rerumputan jenis rerumputan yang dipakai
1 Whell Loader 1 449.000,00 13,47 6.048.030,00
adalah Brachiaria decumbens. Berikut ini rincian
Buldozzer biayanya adalah;
2 Komatsu 1 750.000,00 93,359 70.019.250,00
D85ESS Tabel 26. Rincian Biaya Penanaman Rumput Guludan
Excavator Bahan yang Kebutuhan Harga Biaya Total
No.
3 Doosan S340 1 700.000,00 97,48 68.236.000,00 dibutuhkan (kg) satuan (Rp)
LCV Biji Brachiaria
1 0,63 700.000,00 791.000,00
DT Isuzu decumbens
4 4 500.000,00 95,7 47.850.000,00
Giga
2 Pupuk kandang 420 1.127,00 473.340,00
Total Keseluruhan 192.153.280,00
total 1.264.340,00
4.8.5 Biaya Penanaman Cover Crop
4.8.7 Biaya Penanaman Kegiatan Revegetasi
4.8.5.1 Cover Crop untuk Sengon Laut Dalam pelaksanaan kegiatan revegetasi ada beberapa
jenis kegiatan yang diperlukan pengeluaran biaya untuk
Tanaman penutup tanah yang akan ditanam adalah jenis melakukan pekerjaan tersebut, biaya yang dikeluarkan
tanaman kacang-kacangan yakni Calopogonium adalah biaya analisis tanah, pembelian bibit, pupuk
mucunoides yang disemaikan dalam bentuk biji. dasar, biaya upah tanam (dari penggalian lubang hingga
Berikut adalah rincian biayanya; penanaman bibit), dan biaya perawatan selama 2 tahun
setelah bibit ditanam.
Tabel 24. Rincian Biaya Penanaman Cover Crop 1. Biaya Analisis Tanah
Sengon Laut Untuk pengujian analisis kualitas tanah dilakukan di
Harga Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Bahan yang Kebutuh Biaya Total Andalas. Biaya analisis tanah sebanyak 5 sampel
No. satuan
dibutuhkan an ( Kg) (Rp)
(Rp/kg) berjumlah Rp. 1.000.000.
Biji 2. Biaya Penanaman Sengon Laut
50.000,0
1 Calopogonium 4,27 231.500,00 Rincian biayanya dapat dilihat pada tabel 27 berikut
0
mucunoides
ini:
2 Pupuk urea 4,2 1.800,00 7.560,00
3 Pupuk fosfat 4,2 3.500,00 14.700,00 Tabel 27. Rincian Biaya Pembelian Bibit Sengon Laut
Total 253.760,00

4.8.5.2 Cover Crop untuk Kelapa Sawit atau Karet

Tanaman penutup tanah yang akan ditanam adalah jenis Rincian biaya kebutuhan pupuk dasar, dapat dilihat pada
tanaman kacang-kacangan yakni Pueraria javanica tabel 28 berikut;
yang disemaikan dalam bentuk biji. Berikut ini adalah
rincian biayanya; Tabel 28. Rincian Biaya Kebutuhan Pupuk Dasar
Tabel 25. Rincian Biaya Penanaman Cover Crop Harga
Kebutuhan Biaya Total
No Keterangan satuan
(Kg) (Rp)
(Rp/kg)
Bahan yang Kebutuhan Harga satuan Biaya Total Pupuk
No. 1 890 1.127,00 1.003.030,00
dibutuhkan (kg) (Rp/kg) (Rp)
kandang
2. Furadan 89 15.000,00 1.335.000,00
Biji 3. Pupuk NPK 89 2.300,00 204.700,00
1 Pueraria 7,03 190.000,00 1.335.700,00 Total 2.542.730,00
javanica
Pupuk Rincian biaya yang dikeluarkan untuk upah tanam,
2 5,2 1.800,00 9.360,00
urea pembelian ajir (titik patok), dan tali rapia untuk alat
Pupuk bantu saat penentuan jarak pemasangan ajir, dapat
3 5,2 3.500,00 18.200,00
fosfat dilihat pada tabel 29 berikut;
Total 1.363.260,00

1271
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Tabel 29. Rincian Biaya Upah Tanam Tabel 35. Rincian Biaya Kebutuhan Pupuk Dasar
Harga
No Keterangan Volume Kebutuhan satuan Biaya Total (Rp)
(Rp)
1 Upah tanam Batang 890 3.000,00 2.670.000,00
Rincian biaya yang dikeluarkan untuk upah tanam,
Pembelian titik
2 Bilah 890 5.00,00 445.000,00 pembelian ajir (titik patok), dan tali rapia untuk alat
patok (ajir) bantu saat penentuan jarak pemasangan ajir, dapat
dilihat pada tabel 36 berikut;
Pembelian tali
3 Gulungan 1 15.000,00 15.000,00 Tabel 36. Rincian Biaya Upah Tanam
rapia
Harga
total 3.130.000,00 No Keterangan Volume Kebutuhan Biaya Total (Rp)
satuan
1 Upah tanam Batang 837 3.000,00 2.511.000,0
3. Biaya Penanaman Kelapa Sawit
Rincian biayanya dapat dilihat pada tabel 30 berikut Pembelian titik
ini: 2 Bilah 837 5.00,00 418.500,0
patok (ajir)
Tabel 30. Rincian Biaya Pembelian Bibit Kelapa Pembelian tali
Sawit 3 Gulungan 1 15.000,00 15.000,0
rapia
total 2.944.500,0

4.8.8 Biaya Perawatan


Rincian biaya kebutuhan pupuk dasar, dapat dilihat pada
tabel 31 berikut; Upah pekerja untuk perawatan Sengon Laut, Kelapa
sawit atau Karet di sekitar kecamatan Babat Supat,
Tabel 31. Rincian Biaya Kebutuhan Pupuk Dasar Kabupaten Musi Banyuasin dipatok dengan kisaran
harga Rp. 50.000,00/hari/orang (PT. Baturona
Adimulya). Jadi biaya upah untuk perawatan selama 2
tahun adalah Rp. 31.200.000,00/ orang/2 tahun.
1. Sengon laut
Rincian biaya yang dikeluarkan untuk upah tanam, Banyaknya biaya yang diperlukan untuk masing-
pembelian ajir (titik patok), dan tali rapia untuk alat masing pupuk adalah pada tabel 37 berikut.
bantu saat penentuan jarak pemasangan ajir, dapat
dilihat pada tabel 33 berikut; Tabel 37. Biaya Pemupukan Sengon Laut Jangka
Waktu 2 Tahun
Tabel 33. Rincian Biaya Upah Tanam Total
Jenis Harga
Harga No. kebutuhan Biaya Total (Rp)
No Keterangan Volume Kebutuhan Biaya Total (Rp) pupuk Rp/kg
satuan (Kg)
1 Upah tanam Batang 244 3.000,00 732.000,00 Rp205.038,00
1 Urea 1.800 113,91
Pembelian titik 2 ZA 1.400 227,81 Rp318.934,00
2 Bilah 244 5.00,00 122.000,00
patok (ajir) 3 TSP 2.450 341,72 Rp837.214,00
Pembelian tali 4 KCL 2.650 455,63 Rp1.207.420,00
3 Gulungan 1 15.000,00 15.000,00
rapia total Rp2.568.606,00
total 869.000,00
2. Kelapa Sawit
4. Biaya Penanaman Karet Dengan jumlah pohon yang ditanam 244 batang,
Rincian biayanya dapat dilihat pada tabel 34 berikut maka dapat diketahui kebutuhan pupuk selama 2
ini: tahun awal. Maka banyaknya biaya dapat dilihat
pada tabel 38 berikut:
Tabel 34. Rincian Biaya Pembelian Bibit Karet

Rincian biaya kebutuhan pupuk dasar, dapat dilihat


pada tabel 35 berikut;

1272
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

Tabel 38. Biaya Pemupukan Kelapa Sawit Selama 2 Tabel 39. Total Biaya Langsung Reklamasi Lahan
Tahun Bekas Tambang Pit 1 dengan Karet dan
Total Sengon Laut
Harga Biaya Total
No. Jenis pupuk kebutuhan
Rp/kg (Rp)
(Kg)
1 Urea 1.800,00 366 658.800,00
Rock 439,2
2 1.050,00 461.160,00
Phosphate
3 MOP(KCL) 2.650,00 488 1.293.200,00
4 Dolomit 3.900,00 305 1.189.500,00
5 HGF-B 2.700,00 24,4 65.880,00
total 3.668.540,00
3. Karet
Dengan jumlah pohon yang ditanam 837 batang,
maka dapat diketahui kebutuhan pupuk selama 2
tahun awal. Maka banyaknya biaya dapat dilihat
pada tabel 39 berikut:

Tabel 39. Biaya Pemupukan Karet Selama 2 Tahun


Total
Jenis Harga Biaya Total
No. kebutuhan
pupuk Rp/kg (Rp)
(Kg)
1 Urea 1.800,00 272,9 491.220,00
2 DS 2.500,00 401,41 1.003.525,00
3 KCL 2.650,00 160,7 425.855,00
total 1.920.600,00 Keterangan :
*Sengon Laut
**Karet
4.9 Total Biaya Langsung
4.10 Perhitungan Rencana Biaya Tidak
Jadi total untuk biaya langsung adalah; Langsung Reklamasi Lahan Disposal Pit
1 PT. Baturona Adimulya.
Tabel 38. Total Biaya Langsung Reklamasi Lahan 1. Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2% (dua
Bekas Tambang Pit 1 dengan Kelapa Sawit persen) sampai dengan 10% (sepuluh persen)
dan Sengon Laut dari biaya langsung.
Dalam perencanaan diambil nilai tengah dari
range yang telah ditentukan yaitu 7%. Maka,
untuk biaya perencanaan reklamasi sebesar 7% x
Rp. 424.579.210,00 = Rp. 29.720.545,00 apabila
menanam kelapa sawit dengan sengon laut.
Sedangkan bila menanam karet dengan sengon
laut biaya nya adalah 7% x Rp. 422.638.426,00
= Rp. 29.584.690,00.
2. Biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga
sebagai pelaksana reklamasi tahap operasi
produksi sebesar 3% (tiga persen) sampai dengan
14% (empat belas persen) dari biaya langsung.
Dalam perencanaan diambil nilai tengah dari
range yang telah ditentukan yaitu 8 %. Maka,
untuk biaya administasi dan keuntungan pihak ke
tiga sebesar 8 % x Rp. 424.579.210,00 = Rp.
33.966.337,00 apabila menanam kelapa sawit
dengan sengon laut. Sedangkan bila menanam
karet dengan sengon laut biaya nya adalah 8 % x
Rp. 422.638.426,00 = Rp. 33.811.074,00.
3. Biaya supervisi sebesar 2% (dua persen) sampai
dengan 7% (tujuh persen) dari biaya langsung.
Keterangan : Dalam perencanaan diambil nilai tengah dari
*Sengon Laut range yang telah ditentukan yaitu 4,5 %. Maka,
**Kelapa Sawit
1273
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 3, No. 3

untuk biaya supervisi sebesar 4,5 % x Rp. [3] L. Baskorowati. Budidaya Sengon Unggul
424.579.210,00 = Rp. 19.106.064,00 apabila (Falcataria moluccana) Untuk Pengembangan
menanam kelapa sawit dengan sengon laut. Hutan Rakyat. Bogor: IPB Press. (2014)
Sedangkan bila menanam karet dengan sengon
laut biaya nya adalah 4,5 % x Rp. [4] M. Syakir. Budidaya Kelapa Sawit. Bogor: ASKA
422.638.426,00 = Rp. 19.018.729,00. MEDIA. (2010).

5. Kesimpulan dan Saran [5] Sasongko, Purnomo Edi. Studi Kesesuaian Lahan
Potensial Untuk Tanaman Kelapa Sawit Di
5.1 Kesimpulan Kabupaten Blitar. Jurnal Pertanian MAPETA.
ISSN: 14112817, XII, 2. Hlm.137-144. (2010).
Dari Penelitian yang telah dibuat dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut : [6] Husna, Lailatul. Kesesuailan Lahan Tanaman
Kelapa Sawit Di Lahan Politeknik Pertanian
1. Model perencanaan teknik reklamasi yang Negeri Payakumbuh. Jurnal Nasional Ecopedon,
diperuntukan lahan bekas tambang Pit 1 PT. 2,1 Hlm. 48-54. (2015).
Baturona Adimulya dengan luas ± 3,476 ha yang
akan dibuat terasering seperti pada gambar 4. [7] Aidi, Daslin. Produktivitas Klon Karet Pada
Berbagai Kondisi Lingkungan Di Perkebunan.
2. Lahan ini akan ditanami sengon laut dengan karet Jurnal Agrium, 18,1 Hlm. 1-6. (2013).
atau sengon laut dengan kelapa sawit. Dengan
tanaman penutup Calopogonium micunoides dan [8] Nugroho, dkk. Pemanfaatan Lahan Sub-Optimal
Pueraria javanica. Untuk Pengusahaan Tanaman Karet: Suatu
Rangkuman Hasil Survei Dan Penelitian. Jurnal
3. Total biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan
Pertanian Tropik. 2, 2. (14) Hlm. 110-115. (2015).
dalam mereklamasi lahan bekas tambang adalah Rp.
507.372.156,00 untuk kelapa sawit dengan sengon
[9] Murni, Andarias Makka. Hubungan Antara
laut, dan Rp. 505.052.919,00 untuk karet dengan
Karakteristik Agroekologi Perkebunan Karet
sengon laut.
(Hevea Brassiliansis L) Dengan Hasil Karet Di
5.2 Saran Lampung. Jurnal Tanah Lingkungan., 17 (1) Hlm.
16-24. (2015).
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, terlihat
[10] Rochmanhadi. Perhitungan Biaya Pelaksanaan
bahwa biaya untuk penanaman karet dengan sengon
Pekerjaan Dengan Menggunakan Alat-Alat Berat.
laut sedikit lebih murah dari pada menanam tanaman
Departemen Pekerjaan Umum: Badan Penerbit
kelapa sawit dengan sengon laut. Disarankan kepada
Pekerjaan Umum. (1985).
pihak perusahaan, sebelum memilih tanaman yang
akan ditanam antara kelapa sawit dan karet, akan lebih
[11] ESDM. Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 tentang
baik melihat prospek kedepan dari ke dua tanaman
Pelaksanaan Reklamasi Dan Pascatambang Pada
tersebut, mana yang akan mendapatkan keuntungan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
lebih besar antara menanam kelapa sawit atau karet.
Batubara.
DAFTAR PUSTAKA [12] Permenhut No.4 Tahun 2011 tentang Pedoman
Reklamasi Hutan. UU No. 4 Tahun 2009 tentang
[1] Mubakab.go.id. (2016). Pertambangan Mineral Dan Batubara.
[2] Kuntjojo. Metodologi Penelitian. Kediri. (2009). [13] C. Anwar. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan. (2001).

1274
Karakteristik dan Revegetasi Tanaman Karet pada Lahan Pasca
Tambang Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara

Characteristic and Rubber Plant Revegetation at the Post Coal Mining Land Kutai Kartanegara Regency

SUJIMAN1, SANTUN R.P. SITORUS2, R. OKTAVIANI3, DAN MACHFUD3

ABSTRAK PENDAHULUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik Pada tahun 1997 di Kalimantan Selatan
lahan dan tanaman yang cocok untuk merevegetasi lahan pasca
tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode terdapat 157 perusahaan atau perorangan penam-
penelitian pengambilan data primer yaitu pengambilan sampel bangan tanpa ijin (PETI), dan pada tahun 2000
tanah dengan purposive sampling dengan cara komposit,
rancangan percobaan tanaman karet juga dilakukan di daerah ini, sebanyak 445 perusahaan (Qomariah, 2003).
dengan cara daerah lahan pasca tambang diberi tanah asli dan Sementara itu, di Kabupaten Kutai Kartanegara saat
lainnya tidak diberi tanah merah. Keduanya sama-sama dilakukan
empat perlakuan yaitu : (1) tanpa pupuk, (2) diberi kapur, (3) ini terdapat 214 Kuasa Penambangan Eksploitasi
diberi pupuk kandang, dan (4) diberi campuran pupuk kandang dan 562 Kuasa Penambangan Eksplorasi
dan kapur. Penelitian menunjukkan bahwa lahan pasca tambang
yang berumur 5 hingga 20 tahun termasuk dalam klasifikasi (wawancara dengan Kepala Seksi Perijinan Dinas
kesesuaian lahan S2 untuk tanaman karet. Komoditas unggulan di Pertambangan Kutai Kartanegara, 2008). Apabila
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah karet, kopi, coklat, dan
kelapa. Dari percobaan faktorial rancangan acak kelompok perusahaan tersebut akan menambang semua,
penanaman karet di lahan pasca tambang yang diberi tanah asli dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap lingkungan
sangat berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman karet di
lahan tersebut. terutama di daerah sekitar tambang. Selain itu
meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam
Kata kunci : Lahan pasca tambang batubara, Kesesuaian lahan,
Komoditas unggulan, Percobaan tanaman karet penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi
pertanian maupun untuk keperluan lainnya
memerlukan pemikiran yang seksama dalam
ABSTRACT
mengambil keputusan pemanfaatan yang paling
The research objective was to analyse the characteristic menguntungkan dari sumberdaya lahan yang
of post coal mining land in Kutai Kartanegara Regency and to find terbatas. Sementara itu, perlu dilakukan tindakan
out what commodities that suitable for vegetation of this land.
The methode of research was using primary data including soil konservasi untuk penggunaan di masa mendatang.
sampling taken with purposive sampling and composite methode. Kecenderungan seperti dikemukakan di atas telah
Rubber planting experiment was also carried out at two different
soil conditions, that was land with original soil and land with mendorong pemikiran para ahli akan perlunya suatu
tailing soil (overburden of coal mining). Both soil conditions were perencanaan atau penataan kembali penggunaan
employed experimental using randomized completely block design
with four treatments, i.e. : (1) without fertilizer, (2) liming, (3) lahan agar lahan dapat dimanfatkan secara lebih
manure fertilizer, and (4) manure fertilizer + liming. Secondary efisien (Sitorus, 2004).
data for commodity research was taken from bureau of statistic
centre, labour service, and mining service of Kutai Kartanegara Secara nasional, perencanaan penggunaan
Regency.The result showed that reclaimed land (5-20 years) was
classified as S2 class of land suitability for rubber. The competitive
lahan telah memberikan pengaruh yang signifikan
commodities of Kutai Kartanegara Regency were rubber, coffea,
and coconut, meanwhile strategic commodities were oil palm,
pepper, and cocoa. The result of rubber experiment showed that 1. Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Kutai Kartanegara,
Tenggarong, Kalimantan Timur.
post coal mining land with original soil significantly affective to
leaf amount, height, and stem diameter of rubber. 1 Guru Besar pada Fakultas Pertanian dan Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Keywords : Coal post mining land, Land suitability, Competitive 3. Pengajar pada Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor,
commodity, Rubber experimental Bogor.

ISSN 1410 – 7244 65


JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 33/2011

terhadap peningkatan produksi pertanian melalui Data yang digunakan


manajemen lahan yang lebih baik, akan tetapi tidak
Jenis data yang digunakan dalam penetapan
sedikit permasalahan yang ditimbulkan telah
karakteristik tanah dan vegetasi serta kualitas lahan
memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan
pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai
terhadap keadaan lingkungan secara luas karena
Kartanegara terdiri atas data primer dan data
miss management dalam penggunaan lahannya.
sekunder. Data primer terdiri atas data sifat fisik dan
Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya :
kimia tanah, sifat fisik dan kimia air, dan data
(1) degradasi dan kerusakan lahan akibat aktivitas
singkapan batuan. Data sekunder seperti data
penambangan, (2) konversi lahan pertanian produktif
kualitas batubara, curah hujan, hari hujan, peta
ke penggunaan lahan non pertanian, yang secara topografi, peta geologi, peta rencana tata ruang dan
keseluruhan telah berdampak pada kondisi sosial wilayah (RTRW).
ekonomi dan lingkungan masyarakat yang pada
akhirnya dapat menghambat kegiatan produksi dalam
Metodologi
sistem pertanian yang berkelanjutan (Sabiham,
2008). Perlu adanya konservasi tanah untuk Data primer terdiri dari data sifat fisik dan
mengatasi permasalahan inilah sehingga berdampak kimia tanah, dengan cara purposive sampling, di
positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Konsesi PT Tanito Harum Tenggarong Kalimantan
Konservasi tanah diartikan sebagai upaya Timur. Selain itu, percobaan penanaman karet yang
untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan diberikan perlakuan dilakukan di lahan pasca
memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Sifat-sifat tambang yang ada tanah asli dan yang tidak ada
fisik, kimia, biologi tanah menentukan kemampuan tanah aslinya di PT Tanito Harum Tenggarong
Kalimantan Timur. Data sekunder seperti data
tanah (soil capability) untuk suatu penggunaan dan
kualitas batubara, curah hujan, hari hujan, peta
perlakuan yang diperlukan agar tanah tidak rusak
topografi, peta geologi, peta rencana tata ruang dan
dan tanah dapat digunakan secara berkelanjutan
wilayah (RTRW) diperoleh dari institusi terkait
(sustainable). Sifat-sifat tanah tersebut juga
dengan masalah ini. Percobaan faktorial dengan
menentukan kepekaan tanah untuk erosi (Arsyad,
rancangan acak kelompok penanaman tanaman
2006).
karet dilakukan di lahan pasca tambang batubara,
Penanaman kembali lahan pasca tambang dengan cara daerah lahan pasca tambang diberi
dengan tanaman karet adalah penting dalam tanah asli dan lainnya tidak diberi tanah merh.
merancang satu paket budidaya yang diharapkan, Keduanya diberikan empat perlakuan yaitu : (1)
agar kondisi lahan tidak menjadi lahan kritis, serta tanpa pupuk, (2) diberi kapur, (3) diberi pupuk
kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi kandang, dan (4) diberi campuran pupuk kandang
meningkat, khususnya di lokasi dekat pasca dan kapur. Parameter yang diamati, yaitu : (1) tinggi
tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara. tanaman karet, (2) jumlah daun, dan (3) diameter
tanaman karet. Pupuk diberikan pada waktu
penanaman.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan tempat penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan, mulai Karakteristik lahan mencakup faktor faktor
bulan Desember 2008 sampai dengan November lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarnya
2009. Lokasi penelitian di Kabupaten Kutai seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air
Kartanegara, Kalimantan Timur. tersedia dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan

66
SUJIMAN ET AL. : KARAKTERISTIK DAN REVEGETASI TANAMAN KARET PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA

dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis Kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan
kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat potensial. Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian
berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah lahan saat ini atau kesesuaian lahan dalam keadaan
tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi, dan lain lain. alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan
Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk
dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas.
karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik Faktor-faktor pembatas dapat dibedakan dua jenis,
lahan (Hardjowigeno, 2003).
yaitu : (1) faktor pembatas yang sifatnya permanen
dan tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk
Evaluasi kesesuaian lahan
diperbaiki, dan (2) faktor pembatas yang dapat
Evaluasi kesesuaian lahan menurut FAO diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntung-
(1976) dalam Sitorus (2004) ada dua yaitu : kan dengan memasukkan teknologi yang tepat.

Tabel 1. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada tanah pasca
tambang batubara yang sudah ditanami sengon 20 tahun yang lalu di
Dusun Sukodadi, Tenggarong, Kutai Kartanegara
Table 1. Rubber plantation suitability assessment at the coal post mining land
with 20 years Albizia falcata at Sukodadi Area, Tenggarong, Kutai
Kartanegara
Kualitas/karakteristik lahan Nilai data (SKD 20 th) Kelas kesesuaian lahan aktual

Temperatur rata-rata tahunan 27,5 S1


Ketersediaan air :
Bulan kering (<75 mm) 2 S1
Curah hujan (mm) 2.838,79 S1
Media perakaran :
Drainase Baik S1
Tekstur Lempung, lanau, pasir S1
Kedalaman efektif 150 S1
KTK tanah 13,3 (rendah) S2
pH tanah 4,6 S1
C-organik 1,11 S1
Toksisitas :
Salinitas 13,3 (rendah) S2
Kejenuhan Al (%) 4,6 S1
Kedalaman sulfidik (cm) 1,11 S1
Total N % 0,12 S2
P2O5 9,8 S2
K2O 94,7 S1
Penyiapan lahan <3 S1
Batuan permukaan <2 S1
Tingkat bahaya erosi :
Bahaya erosi S1
Lereng (%) 0-5
S1
Bahaya banjir S1

67
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 33/2011

Penentuan kelas kesesuaian lahan aktual, pengembangan di kecamatan tersebut. Sedangkan


mula-mula dilakukan penilaian terhadap masing- nilai LQ=1, dapat diartikan bahwa komoditas ter-
masing kualitas lahan berdasar atas karakteristik sebut mempunyai potensi yang tinggi untuk
lahan terjelek, selanjutnya kelas kesesuaian lahan dikembangkan di kecamatan yang bersangkutan.
ditentukan berdasarkan atas kualitas terjelek. Analisis LQ menggunakan data luas tanaman
Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian perkebunan dan produksi tanaman perkebunan (ton)
lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha- tahun 2007 dan tahun 2008.
usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial Hasil analisis menunjukkan bahwa tiap
merupakan kondisi yang diharapkan sesudah
kecamatan di delapan belas kecamatan di wilayah
diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan
studi memiliki komoditas yang merupakan komoditas
yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat
yang dominan dikembangkan oleh masyarakat.
produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi
per satuan luasnya. Hasil analisis LQ luas tanaman, tanaman
menghasilkan dan produksi hasil perkebunan di
Basis komoditas perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat pada
Tabel 2.
Penilaian terhadap basis atau bukan suatu
komoditas didasarkan pada nilai LQ, yaitu LQ > 1, Pemilihan komoditas unggulan
LQ = 1, dan LQ < 1. Nilai LQ > 1 memberikan
pengertian bahwa komoditas tersebut merupakan Berdasarkan hasil kajian di lapangan menunjuk-
basis pengembangan di kecamatan tersebut. kan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah
Sebaliknya jika nilai LQ < 1, dapat diartikan bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara lebih banyak
komoditas tersebut bukan merupakan basis terkonsentrasi pada sektor pertambangan yang

Tabel 2. Matriks awal penilaian alternatif pemilihan komoditas yang paling layak di lokasi penelitian
Table 2. Initial matric of comodity choise assessment feasible at the research area
Kriteria
Alternatif Kesesuaian Produktivitas Nilai LQ luas Nilai LQ Nilai LQ tanaman Risiko
lahan wilayah tanam produksi menghasilkan konsumsi
Karet 4 10,47 0,69 1,26 2,35 3
Lada 4 0 0,27 0 0 1
Kopi 3 0 1,25 0 0 1
Cengkeh 4 0 1,75 0 0 2
Kelapa 4 0 0,20 0 0,72 1
Kakao 4 0 1,34 0 0 1
Kapuk 3 0 2,52 0 0 3
Kemiri 4 0 1,02 4,96 0 1
Aren 3 0,24 1,26 0,47 1,87 1
Jambu mete 2 0 1,38 0 4,41 1
Jahe 3 0 0 0 0 1
Panili 3 0 0 0 0 1
Pala 4 0 0 0 0 1
Kayu manis 2 0 0 0 0 1
Kelapa sawit 4 6,75 3,77 5,53 4,33 1

68
SUJIMAN ET AL. : KARAKTERISTIK DAN REVEGETASI TANAMAN KARET PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA

Tabel 3. Matriks hasil transformasi pemilihan komoditas melalui teknik perbandingan indeks kinerja di lokasi
penelitian
Table 3. Matric product of comodity transformation choise assessment with composite performance index at
the research area
Kriteria
Nilai LQ Nilai
Alternatif Kesesuaian Produktivitas Nilai LQ luas Nilai LQ Risiko Peringkat
tanaman alternatif
lahan wilayah tanam produksi konsumsi
menghasilkan
Karet 200 1.147 169 226 335 300 386,80 1
Lada 200 100 127 100 100 100 127,70 10
Kopi 150 100 225 100 100 100 125,00 11
Cengkeh 200 100 275 100 100 200 167,50 6
Kelapa 200 100 120 100 175 100 138,25 9
Kakao 200 100 234 100 100 100 138,40 8
Kapuk 150 100 352 100 100 300 187,70 3
Kemiri 200 100 202 596 100 100 184,80 4
Aren 150 124 226 147 287 100 161,45 7
Jambu mete 100 100 238 100 541 100 179,95 5
Jahe 150 100 100 100 100 100 112,50 13
Panili 150 100 100 100 100 100 112,50 14
Pala 200 100 100 100 100 100 125,00 12
Kayu manis 100 100 100 100 100 100 100,00 15
Kelapa sawit 200 775 377 553,00 533 100 364,20 2
Bobot kriteria 0,25 0,15 0,1 0,1 0,15 0,25

merupakan tulang punggung perekonomian terakhir diukur pada tanggal 29 November 2009
masyarakat sehingga umumnya tenaga kerja yang atau hari ke-109 dari mulai penanaman karet.
ada lebih banyak terserap di sektor ini. Sedangkan Tanaman karet ditanam pada dua lokasi yaitu :
subsektor perkebunan yang banyak diusahakan oleh (1) lokasi pasca tambang batubara dengan dilapisi
petani setempat adalah karet, kelapa sawit, dan oleh tanah asli, (2) lokasi pasca tambang batubara
kapuk. Hasil analisis Composite Performance Index yang tidak dilapisi oleh tanah asli. Pada lokasi
(CPI) dari komoditas tanaman di Kabupaten Kutai pertama dan kedua sama-sama dibuat empat
Kartanegara dapat dilihat pada Tabel 3. perlakuan, yaitu : (1) tanaman diberi pupuk kandang
10 kg dan kapur 3 kg, (2) tanaman diberi pupuk
Dinamika pertumbuhan tanaman karet kandang 10 kg, (3) tanaman diberi kapur 3 kg, dan
(Hevea brassiliensis M.A.) pada dua kondisi yang terakhir tanaman tanpa diberi pupuk.
tanah yang berbeda
Pertumbuhan jumlah daun pada lahan pasca tambang
Pertumbuhan tanaman karet batubara

Pertumbuhan tanaman karet diukur empat kali Perhitungan menggunakan software minitab
yaitu sewaktu penanaman tanggal 12 Agustus dengan menggunakan program Anova, hasil
2009, tanggal 15 September 2009 atau hari ke-34, penelitian untuk dua jenis tanah menghasilkan F
tanggal 20 Oktober 2009 atau hari ke-69, dan hitung sebesar 18,31 dan F tabel sebesar 2,79 pada

69
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 33/2011

kepercayaan 95%, artinya bahwa lahan pasca tailing tidak diberi tanah asli dan yang diberi tanah
tambang yang diberi tanah asli berpengaruh nyata asli. Perhitungan menggunakan software minitab
terhadap pertumbuhan daun pada tanaman karet. dengan menggunakan program anova, hasil
Sedangkan jenis pupuk didapat F hitung sebesar penelitian untuk dua jenis tanah menunjukkan
2,67 dan F tabel sebesar 2,79, artinya bahwa lahan bahwa F hitung sebesar 29,37 dan F tabel sebesar
pasca tambang pada tailing yang diberi pupuk tidak 2,79 pada kepercayaan 95%, artinya bahwa lahan
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan daun pasca tambang yang diberi tanah asli berpengaruh
tanaman karet. Selain itu, interaksi antara jenis nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman karet.
pupuk dan jenis tanah pada tanaman karet Sedangkan jenis pupuk didapat F hitung sebesar
menghasilkan F hitung sebesar 0,88 dan F tabel 4,33 dan F tabel sebesar 2,79, artinya bahwa lahan
2,79. Hasil pertumbuhan jumlah daun pada lahan pasca tambang pada tailing yang diberi pupuk
pasca tambang batubara yaitu di lokasi tailing tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
diberi tanah asli dan yang diberi tanah asli dapat tanaman karet. Selain itu, interaksi antara jenis
dilihat Tabel 4. pupuk dan jenis tanah pada tanaman karet
menghasilkan F hitung sebesar 1,06 dan F tabel
Pertumbuhan tinggi tanaman karet pada dua tipe tanah
2,79, artinya bahwa interaksi keduanya tidak
Percobaan pertumbuhan tinggi tanaman karet berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman
pada lahan pasca tambang batubara yaitu di lokasi karet.

Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan jumlah daun tanaman


karet yang terdapat di dua kondisi tanah yaitu lahan pasca
tambang yang diberi tanah asli dan lahan pasca tambang yang
tidak diberi tanah asli
Table 4. Annova analysis value leaf of growth rubber plantation at coal
post mining with soil and nothing of soil
Sumber variasi Derajat bebas (db) F hitung F tabel (0,05)
Jenis tanah 1 18,31 4,034
Jenis pupuk 3 2,67 2,790
Interaksi jenis tanah 3 0,88 2,790
dan jenis pupuk
Galat 52
Total 59

Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi tanaman karet


yang terdapat di dua kondisi tanah yaitu lahan pasca tambang
yang diberi tanah asli dan lahan pasca tambang yang tidak
diberi tanah
Table 5. Annova analysis value high of growth rubber plantation at
coal post mining with soil and nothing of soil
Sumber variasi Derajat bebas (db) F hitung F tabel (0,05)
Jenis tanah 1 29,37 4,034
Jenis pupuk 3 4,33 2,790
Interaksi jenis tanah 3 1,06 2,790
dan jenis pupuk
Galat 52
Total 59

70
SUJIMAN ET AL. : KARAKTERISTIK DAN REVEGETASI TANAMAN KARET PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA

Pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada dua Pertumbuhan tinggi tanaman karet pada lahan pasca
tipe tanah tambang tanpa tanah asli

Percobaan pertumbuhan diameter batang Dinamika pertumbuhan tinggi tanaman karet


tanaman karet pada lahan pasca tambang batubara yang ditanam pada lahan pasca tambang di
yaitu di lokasi tailing tanpa diberi tanah asli dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang tidak diberi tanah
yang diberi tanah asli. Perhitungan menggunakan
asli untuk parameter tinggi tanaman terlihat bahwa
software minitab dengan menggunakan program
pemberian pupuk kandang dan pupuk kandang yang
anova, hasil penelitian untuk dua jenis tanah
menunjukkan bahwa F hitung sebesar 30,64 dan F dicampur dengan kapur berpengaruh terhadap
tabel sebesar 4,034 pada kepercayaan 95%, artinya pertumbuhan tinggi tanaman karet (Gambar 1).
bahwa lahan pasca tambang yang diberi tanah asli
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter
batang tanaman karet. Sedangkan jenis pupuk

Pertumbuhan tinggi pohon


didapat F hitung sebesar 2,62 dan F tabel sebesar
2,79, artinya bahwa lahan pasca tambang pada
tailing yang diberi pupuk berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman
karet. Selain itu, interaksi antara jenis pupuk dan
jenis tanah pada tanaman karet menghasilkan F
hitung sebesar 1,74 dan F tabel 2,79, artinya
bahwa interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
pada pertumbuhan diameter batang tanaman karet.
Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan diameter Hari ke-

batang tanaman karet yang terdapat di dua kondisi


Gambar 1. Grafik rataan tinggi tanaman karet pada
tanah yaitu lahan pasca tambang yang diberi tanah
daerah lahan pasca tambang batubara
asli dan lahan pasca tambang yang tidak diberi
yang tidak diberi tanah asli di Kabupaten
tanah dapat dilihat Tabel 6. Kutai Kartanegara

Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan Figure 1. Means grafic of total high plantation at
diameter batang tanaman karet yang coal post mining with soil of Kutai
terdapat di dua kondisi tanah yaitu lahan Kartanegara Regency
pasca tambang yang diberi tanah asli dan
lahan pasca tambang yang tidak diberi
tanah Pertumbuhan jumlah daun tanaman karet pada tailing
Table 6. Annova analysis value diameter of growth tanpa tanah asli
rubber plantation at coal post mining with
soil and nothing of soil Dinamika pertumbuhan jumlah daun tanaman
Derajat bebas F tabel karet yang ditanam pada lahan pasca tambang di
Sumber variasi F hitung
(db) (0,05) Kabupaten Kutai Kartanegara yang tidak diberi tanah
Jenis tanah 1 30,64 4,034 asli untuk parameter jumlah daun tanaman, terlihat
Jenis pupuk 3 2,62 2,790
bahwa pemberian pupuk kandang dan pupuk
Interaksi jenis tanah 3 1,74 2,790
dan jenis pupuk kandang yang dicampur dengan kapur serta
Galat 52 pemberian kapur berpengaruh terhadap pertumbuhan
Total 59 tinggi tanaman karet (Gambar 2).

71
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 33/2011

Pertumbuhan tinggi tanaman karet pada lahan pasca


Pertumbuhan jumlah daun

tambang yang diberi tanah

Dinamika pertumbuhan tinggi tanaman karet


yang ditanam pada lahan pasca tambang di
Kabupaten Kutai Kartanegara dan diberi tanah asli,
pertumbuhannya lebih signifikan dari pada lahan
pasca tambang yang tidak diberi tanah. Pemupukan
Hari ke- kandang yang dicampur dengan kapur pada hari ke-
109 tinggi tanaman naik hingga 40 cm, sedangkan
Gambar 2. Grafik rataan jumlah daun tanaman pupuk kandang yang diberikan ke tanaman hingga
karet pada daerah lahan pasca tambang hari ke-109 tingginya bertambah 35 cm, dan
batubara yang tidak diberi tanah asli di terakhir pada pemberian kapur tanaman dapat
Kabupaten Kutai Kartanegara. mencapai tinggi 30 cm. Pertumbuhan tinggi
Figure 2. Means grafic of total leaf plantation at tanaman karet disajikan pada Gambar 4.
coal post mining with soil of Kutai
Kartanegara Regency

Pertumbuhan tinggi pohon

Pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada


tailing tanpa tanah asli

Dinamika pertumbuhan jumlah daun tanaman


karet yang ditanam pada lahan pasca tambang di
Kabupaten Kutai Kartanegara yang tidak diberi tanah
asli untuk parameter diameter batang terlihat bahwa
pemberian pupuk kandang yang dicampur dengan Hari ke-
kapur berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi
Gambar 4. Grafik rataan tinggi tanaman karet pada
tanaman karet (Gambar 3).
daerah lahan pasca tambang batubara
yang diberi tanah asli di Kabupaten
Kutai Kartanegara
Pertumbuhan diameter batang

Figure 4. Means grafic of total high plantation at


coal post mining with soil of Kutai
Kartanegara regency

Pertumbuhan jumlah daun tanaman karet pada lahan


pasca tambang yang diberi tanah

Hari ke- Dinamika pertumbuhan jumlah daun tanaman


Gambar 3. Grafik rataan diameter batang tanaman karet yang ditanam pada lahan pasca tambang di
karet pada daerah lahan pasca tambang Kabupaten Kutai Kartanegara dan diberi tanah asli,
batubara yang tidak diberi tanah asli di
pertumbuhannya lebih signifikan dari pada lahan
Kabupaten Kutai Kartanegara
pasca tambang yang tidak diberi tanah. Pengaruh
Figure 3. Means grafic of total stem diameter
plantation at coal post mining with soil pemberian pupuk kandang yang dicampur dengan
of Kutai Kartanegara regency kapur dan pupuk kandang terhadap jumlah daun pada

72
SUJIMAN ET AL. : KARAKTERISTIK DAN REVEGETASI TANAMAN KARET PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA

hari ke-109, jumlah daun tanaman naik hingga 35

Pertumbuhan diameter batang


buah, sedangkan kapur yang diberikan ke tanaman
tersebut hingga hari ke-109 daunnya tambah 30
buah, dan terakhir tanpa pemberian pupuk pada
tanaman karet jumlah daunnya hanya naik sebesar
15 buah. Pertumbuhan jumlah daun tanaman karet
disajikan pada Gambar 5.

Hari ke-
Pertumbuhan jumlah daun

Gambar 6. Grafik rataan diameter batang tanaman


karet pada daerah lahan pasca tambang
batubara yang diberi tanah asli di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Figure 4. Means grafic of total stem diameter
plantation at coal post mining with soil
of Kutai Kartanegara regency

Hari ke-
KESIMPULAN
Gambar 5. Grafik rataan jumlah daun tanaman
karet pada daerah lahan pasca tambang 1. Karakteristik lahan mencakup faktor-faktor
batubara yang diberi tanah asli di
lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarnya
Kabupaten Kutai Kartanegara
seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, dan
Figure 5. Means grafic of total leaf plantation at
air tersedia. Satu jenis karakteristik lahan dapat
coal post mining with soil of Kutai
Kartanegara regency. berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis
kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat
berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah
Pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada tidaknya tanah diolah, dan kepekaan erosi.
lahan pasca tambang yang diberi tanah
2. Berdasarkan data curah hujan yang diterima dari
Dinamika pertumbuhan diameter tanaman BMG Samarinda diperoleh Rata-Rata Bulan
karet yang ditanam pada lahan pasca tambang di Kering 105,8 mm, sementara Rata-Rata Bulan
Kabupaten Kutai Kartanegara dan diberi tanah asli, Basah sebesar 2.023,1 mm. Maka nilai indeks
pertumbuhannya lebih signifikan daripada lahan Q sebesar 19,87%. Dari nilai indeks tersebut
pasca tambang yang tidak diberi tanah. Pemupukan maka dapat disimpulkan bahwa daerah
kandang yang dicampur dengan kapur dan pupuk penelitian termasuk Tipe B pada Klasifikasi Iklim
kandang pada hari ke-109 diameter batang tanaman Schmidt dan Ferguson, sehingga masuk dalam
naik hingga 1,6 cm, dan terakhir pemberian kapur iklim tropika basah.
tanaman dapat mencapai diameter batang sebesar 3. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet
1,15 cm. Pertumbuhan diameter batang tanaman pada tanah, baik yang belum direklamasi dan
karet disajikan pada Gambar 6. sudah direklamasi dari 20 tahun, 15 tahun, 10

73
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 33/2011

tahun, 5 tahun hingga 1 tahun, masuk ke dalam Mattjik, A.A. 2006. Perancangan Percobaan dengan
kesesuaian lahan S2 artinya bahwa tanaman ini Aplikasi SAS dan Minitab, IPB Press. Hlm
cukup sesuai untuk lahan pasca tambang 275.
batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara, lahan Qomariah, R. 2003. Dampak Kegiatan Pertambangan
ini bisa menjadi S1 atau sangat sesuai bila Tanpa Ijin Batubara Terhadap Kualitas
Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi
diadakan perbaikan kondisi lahan.
Masyarakat di Kabupaten Banjar Kalimantan
4. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan tanaman Selatan. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB
karet yang terdapat di dua kondisi tanah di Bogor. Hlm 141.
lokasi pasca tambang batubara, baik dilapisi Sitorus, S.R.P 2004. Evaluasi Sumber Daya Lahan.
dengan tanah asli maupun tidak menunjukkan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Penerbit
bahwa jenis tanah berpengaruh nyata terhadap Tarsito. Bandung. Hlm 185.
pertumbuhan tanaman. Sitorus, S.R.P 2007. Kualitas Degradasi dan
Rehabilitasi Lahan. Sekolah Pascasarjana IPB
Bogor. Hlm 81.
DAFTAR PUSTAKA
Sabiham, S. 2008. Manajemen Sumberdaya Lahan
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut dalam Usaha Pertanian Berkelanjutan. Buku
Pertanian Bogor. IPB Press. Hlm 396. Obor. Penyelamatan Tanah, Air dan
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia.
Pedogenesis, Akademika Presindo. Hlm 354. Jakarta. Hlm 31.

74
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkebunan

Perkebunan merupakan usaha pemanfaatan lahan kering dengan menanam

komoditi tertentu. Berdasarkan jenis tanamannya, perkebunan dapat dibedakan

menjadi perkebunan dengan tanaman musim, seperti perkebunan tembakau dan tebu,

serta perkebunan tanaman tahunan, seperti perkebunan kelapa sawit, karet, kakao,

kopi, cengkeh, dan pala. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi

menjadi :

1. Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh

rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaan

dalam skala yang terbatas luasnya.

2. Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh

perusahaan yang berbadan hukum dikelola secara komersial dengan areal

pengusahaan yang sangat luas. Perkebunan Besar terdiri dari Perkebunan Besar

Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) Nasional/Asing.

Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal, pertama,

fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta

penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu

peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan

penyangga kawasan lindung. Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu

kesatuan bangsa.

Universitas Sumatera Utara


Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan, antara lain:

a. meningkatkan produksi komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas,

kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya dalam rangka mendorong

peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan baku

industri dalam negeri, dan peningkatan ekspor non migas;

b. meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja, dan modal;

c. meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan, dan pengusaha

perkebunan;

d. meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan;

e. meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha;

f. ikut membantu program transmigrasi;

g. membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan

pertumbuhan ekonomi antar wilayah;

h. meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber daya

manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan lingkungannya;

i. ikut memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan

nasional dan keamanan ketertiban masyarakat. (Syamsulbahri, 1996).

Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai

tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi

daerah atau kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk

masa mendatang. Tanaman perkebunan merupakan komoditi yang ditujukan untuk

mendukung industri dan sebagai salah satu sumber untuk meningkatkan devisa

negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan dalam pengembangan

tanaman perkebunan amatlah penting. Dari berbagai komoditi perkebunan yang

Universitas Sumatera Utara


diusahakan baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat tidak dapat

dipungkiri selalu diarahkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya

dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara sektor ekonomi dan lingkungan.

Strategi pengembangan peningkatan produksi perkebunan tidak lagi

diletakkan pada intensifikasi saja sebagai titik berat, tetapi secara simultan

berwawasan diversifikasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi. Prospek

pengembangan tanaman perkebunan mengacu pada penggunaan lahan, upaya

meningkatkan produktivitas lahan tidak berbasis pada satu macam komoditi, tetapi

disesuaikan dengan potensi sumber daya alam pada setiap wilayah. Di samping itu

pula untuk menghindari kerugian yang fatal apabila terjadi kegagalan panen maupun

harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan dengan penanaman aneka komoditi

tanaman perkebunan beresiko kerugian akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi

suatu wilayah akan menentukan jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan.

Kenyataan ini akan memberikan peluang pasar yang dinamik, karena akan

menghindari peledakan hasil komoditi tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar

dalam negeri akan bergairah.

Secara keseluruhan volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan

mempunyai peluang besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas

perkebunan yang mempunyai prospek pasar yang bersaing. (Situmorang, 2010)

Universitas Sumatera Utara


2.2. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu tujuan pembangunan secara makro adalah meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses

peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan dapat

dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan dan peningkatan

hasil produksi dan pendapatan. Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi

adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan

ekonomi mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat

bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat

kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada

masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai bila jumlah fisik barang-barang dan jasa-

jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar jumlahnya dari

tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan produksi total oleh suatu perekonomian oleh

beberapa ahli ekonomi didefenisikan sebagai kenaikan PDRB/GNP riil suatu daerah

atau negara. (Siboro, 2004)

Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan menaik bagi

output per kapita saja tidak cukup, tapi kenaikan output harus bersumber dari proses

intern perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus

bersifat self-generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri

menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode-

periode selanjutnya.

Menurut Saptomo (2008), tolak ukur yang paling banyak digunakan untuk

mengukur keberhasilan suatu perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga

berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Ada beberapa alasan yang

mendasari pemilihan pertumbuhan ekonomi menggunakan PDRB bukan indikator

lainnya diantaranya adalah bahwa PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh aktifitas produksi di dalam perekenomian daerah. Data

PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengolah sumber daya

yang dimiliki menjadi suatu proses produksi.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk

mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya

perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri

dan jasa.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daeah

perkotaan (urbanisasi).

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan

adanya kekuatan hubungan internasional.

6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional.

(Jhingan, 2007)

Universitas Sumatera Utara


2.3. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

Di dalam ilmu ekonomi terdapat banyak teori pertumbuhan. Para ekonom

mempunyai pandangan atau persepsi yang tidak selalu sama mengenai proses

pertumbuhan suatu perekonomian. Teori-teori pertumbuhan ekonomi dapat

dikelompokkan kedalam beberapa teori sebagai berikut :

2.3.1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori pertumbuhan klasik dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo,

Malthus dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang

modal dan teknologi yang digunakan. Para tokoh ini memfokuskan perhatiannya

pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka

mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami

perubahan.

Menurut teori klasik pertumbuhan ekonomi dilambangkan oleh fungsi :

Q = Y = f (K, L, R, T)

Dimana:

Q = Output

Y = Pendapatan

K = Kapital

L = Labor

R = Tanah

T = Teknologi

Universitas Sumatera Utara


Adam Smith mengemukakan bahwa faktor manusia sebagai sumber

pertumbuhan ekonomi. Manusia dengan melakukan spesialisasi akan meningkatkan

produktivitas. Smith bersama dengan Ricardo percaya bahwa batas dari pertumbuhan

ekonomi adalah ketersediaan tanah. Tanah bagi kaum klasik merupakan faktor yang

tetap.

Kaum klasik juga yakin bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung

akibat adanya pembentukan akumulasi modal. Akumulasi tercipta karena adanya

surplus dalam ekonomi. Namun David Ricardo pesimis bahwa tersedianya modal

dalam jangka panjang akan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi. Menurutnya

dengan hanya mengandalkan modal pada jangka panjang (long run) perekonomian

akan menuju kepada keadaan yang stationer, yaitu dimana pertumbuhan ekonomi

tidak terjadi sama sekali.

Menurut Ricardo peranan teknologi akan dapat menghambat berjalannya the

law of diminishing return, walaupun teknologi bersifat rigid (kaku), dan hanya dapat

berubah dalam jangka panjang. Bagi kaum klasik, keadaan stationer merupakan

keadaan ekonomi yang sudah mapan dimana masyarakat sudah hidup sejahtera dan

tidak ada lagi pertumbuhan yang berarti.

2.3.2. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik diwakili oleh teori pertumbuhan Joseph

Schumpeter, Alferd Marshal, Robert Solow dan Trevor Swan. Pendapat neo-klasik

tentang perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (Suryana, 2000)

a. Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam pembangunan

ekonomi;

b. Perkembangan merupakan proses yang gradual;

Universitas Sumatera Utara


c. Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif;

d. Adanya pikiran yang optimis terhadap perkembangan;

e. Aspek Internasional merupakan faktor bagi perkembangan.

Menurut paham neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan

tingginya tingkat tabungan. Pada tingkat tertentu, tingkat bunga akan menentukan

tingkat investasi. Apabila permintaan terhadap investasi berkurang maka akan

berakibat menurunnya tingkat bunga dan menyebabkan hasrat menabung masyarakat

juga akan menurun.

2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

Meliputi teori pertumbuhan Rostow, Kuznet, dan Teori Harrod-Domar.

Menurut Rostow (dalam Suryana, 2000) pembangunan ekonomi adalah suatu

transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Masyarakat tradisional (The traditional society);

b. Prasyarat lepas landas (The precondition for take-off);

c. Lepas landas (The take-off);

d. Tahap kematangan (The driven to maturity);

e. Masyarakat berkonsumsi tinggi (The age of high mass consumption).

Kuznet (dalam Suryana, 200) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang

terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan

teknologi, institusional dan ideologis yang diperlukannya.

Harrod-Domar (dalam Suryana, 2000) mengatakan bahwa agar suatu

perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh (steady growth):

Universitas Sumatera Utara


a. Barang modal telah mencapai kapasitas penuh;

b. Tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional;

c. Ratio modal produksi tetap;

d. Perekonomian terdiri dua sektor.

Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor

produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan

teknologi. Pandangan ini didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap

mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan

modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

Selanjutnya menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio =

COR) dapat berubah dan bersifat dinamis. Untuk menciptakan sejumlah output

tertentu, biasa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga

kerja yang jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih

banyak modal yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit,

sebaliknya jika modal yang digunakan lebih sedikit maka lebih banyak tenaga kerja

yang digunakan. Dengan adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai

kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja

yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

2.4. Faktor-F aktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang

mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya

merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi

tersebut. Beberapa faktor yang dipandang sebagai sumber penting yang dapat

Universitas Sumatera Utara


mewujudkan pertumbuhan ekonomi adalah: tanah dan kekayaan alam lainnya,

jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja, barang-barang modal dan tingkat

teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat, dan luas pasar. (Sukirno, 2002)

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

pada subsektor perkebunan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi :

1. Ekspor

2. Luas Lahan dan

3. Produksi

4. Kurs

5. Investasi

2.4.1. Ekspor

Menurut Amir (2004), ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari

peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan

pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing ataupun

ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada

bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan bayaran dengan valuta asing.

Dalam definisi lain ekspor adalah arus keluar sejumlah barang dan jasa dari

suatu negara ke pasar internasional. Ekspor terjadi terutama karena kebutuhan akan

barang-barang atau jasa tertentu sudah tercukupi didalam negeri atau karena produksi

barang-barang atau jasa tadi bisa kompetitif baik harga maupun mutu dengan produk

sejenis di pasar internasional. Ekspor dengan sendirinya akan memberikan

pemasukan devisa bagi negara-negara yang bersangkutan yang nantinya digunakan

untuk membiayai kebutuhan impor maupun pembangunan dalam negeri.

Universitas Sumatera Utara


Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi

suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara

meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang

langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor

yang mana tanpa produk-produk tersebut maka negera-negara miskin tidak akan

mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor

juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala

ekonomi yang mereka miliki. (Todaro dan Stephen, 2003)

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara

memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya

menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output

yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan

ekonomi dapat ditingkatkan. (Jhingan, 2007)

Adapun tujuan ekspor antara lain yaitu : (Amir, 2004)

1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk

memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba).

2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik

(membuka pasar ekspor).

3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity).

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam

persaingan yang ketat. (Amir, 2004)

Suatu komoditi yang memiliki potensi untuk ekspor memiliki ciri-ciri antara

lain :

Universitas Sumatera Utara


1. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksi belum dapat

dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri.

2. Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah, mutu,

unik atau lainnya, bila dibandingkan dengan komoditi serupa dengan yang

diproduksi negara lain.

3. Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor (outward looking

industries) atapun industri yang pindah lokasi (relocation industries).

4. Komoditi ini memperoleh izin pemerintah untuk diekspor. (Amir, 2004)

Menurut Darmansyah (dalam Soekartawi, 1995), faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain:

1. Harga internasional. Semakin besar selisih antara harga di pasar internasional

dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan

diekspor menjadi bertambah banyak.

2. Nilai tukar (exchange rate). Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu

negara maka harga ekspor negara itu di pasar internasional akan menjadi

lebih mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai mata uang suatu negara, harga

ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih murah.

3. Quota ekspor-impor yakni kebijakan perdagangan internasional berupa

pembatasan kuantitas barang ekspor dan impor.

4. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga

produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau

dapat mendorong pengembangan komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan

non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor.

Universitas Sumatera Utara


Menurut model basis ekspor, pertumbuhan suatu daerah adalah tergantung

dari pertumbuhan industri-industri ekspornya dan kenaikan permintaan yang bersifat

ekstrim bagi daerah yang bersangkutan adalah penentu pokok dari pertumbuhan

regional. Bertambah luasnya basis ekspor suatu daerah akan cenderung menaikkan

tingkat pertumbuhan ekonomi.

2.4.2. Luas Lahan

Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha pertanian. Penggunaan lahan

sangat tergantung kepada keadaan dan lingkungan lahan berada. Masing-masing

keadaan akan menyebabkan cara penggunaan yang berbeda yang harus disesuaikan

dengan keadaan tersebut.

Jenis tanah di Sumatera Utara di dominasi oleh tanah litosol, podsolik dan

regosol, yaitu seluas 1.601.601 hektar atau sekitas 22.34 persen dari seluruh luas

wilayah Sumatera Utara yang tersebar di Kabupaten Asahan, Dairi, Deli Serdang,

Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias dan Tapanuli Selatan. Jenis tanah ini sesuai

untuk pengembangan komoditi perkebunan seperti karet, kelapa sawit dan tanaman

keras lainnya. (Kusuma, 2006).

Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik-pabrik

hasil pertanian, yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil-

hasil produksi keluar. (Mubyarto, 1989). Pentingnya faktor produksi tanah dapat

dilihat dalam luas atau sempitnya lahan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi

skala usaha, yang akhirnya mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha

pertanian. (Soekartawi, 1995)

Menurut Sinaga (2010), peningkatan luas lahan perkebunan maka akan

meningkatkan pendapatan petani, hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang

Universitas Sumatera Utara


dimiliki akan membuat semakin banyak bibit yang ditanam sehingga produktifitas

diharapkan nantinya semakin tinggi. Komoditi kelapa sawit, kakao dan kopi pada

umumnya mulai berproduksi 3 sampai 4 tahun sejak ditanam dilapangan. Sedangkan

untuk komoditi karet unggul bisa mulai berproduksi sekitar 4 sampai 5 tahun setelah

masa tananm.

Lahan adalah salah satu dari faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Untuk

perkebunan banyak diusahakan di Sumatera (bahkan di tiga provinsi: Sumatera

Utara, Riau, Jambi mempunyai lahan seluas 1 juta ha lebih untuk perkebunan).

Dengan luas lahan yang terbatas yang telah tersedia, maka para petani pemilik

perkebunan akan menyeleksi tanaman perkebunan apa yang cocok dengan

lingkungan lahan mereka dengan keuntungan yang paling baik dan resiko yang

paling sedikit. Analisis yang dilakukan hanya pendeteksian prospek pasar saja karena

hasilnya telah cukup untuk mengetahui tanaman yang berprospek cerah. (Indrian,

1992).

Luas lahan menghasilkan adalah merupakan luas lahan tanaman pertanian

yang terdapat pokok-pokok yang mengeluarkan hasil. Luas lahan menghasilkan pada

satu periode ( jangka waktu ) tertentu adalah tergantung kepada keputusan untuk

menanam pada masa lalu.

Lahan pertanian semakin menyusut akibat adanya pengaruh dari

meningkatnya populasi penduduk. Dimana populasi penduduk yang terus bertambah

akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan manusia untuk lahan yang akan

digunakan untuk membuat pemukiman-pemukiman baru. Dalam pembangunan

pemukiman-pemukiman tersebut maka lahan-lahan pertanian menjadi

dialihfungsikan menjadi lahan untuk membuat pemukiman tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Dengan perkembangan populasi penduduk maka secara langsung juga dapat

mengakibatkan terjadinya pengurangan lahan perkebunan. Atau juga dapat

menambah jumlah luas lahannya karena alih fungsi lahan pertanian masyarakat ke

bidang perkebunan karena anggapan masyarakat sekarang ini berfikir bahwa

perkebunan terutama sawit lebih menguntungkan dari pada mengusahakan lahannya

untuk pertanian pangan, palawija dan hortikultura.

Dengan semakin pesatnya perkembangan industri dan populasi penduduk

maka akan membuat terjadinya konversi lahan-lahan pertanian. Dengan

meningkatnya konversi lahan pertanian tersebut maka mempengaruhi tingkat

perbandingan antara luas lahan dengan manusia (land man ratio). Semakin rendah

tingkat land man ratio maka semakin besar pula konversi lahan yang terjadi sehingga

banyak lahan pertanian yang akan dialihfungsikan. Hal ini akan membuat petani

kehilangan lahannya, sehingga petani dapat menjadi buruh di lahannya.

Dengan semakin rendahnya land man ratio maka lahan akan semakin

berkurang terutama lahan pertanian itu sendiri sehingga akan membuat petani

kehilangan penghasilan utamanya. Dengan demikian maka pendapatan petani akan

terus berkurang karena jumlah lahan yang diusahakan berkurang juga. Disamping itu

dengan berkurangnya lahan pertanian maka secara otomatis akan mempengaruhi

jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini karena lahan pertanian

yang semakin menyusut sehingga pendapatan asli daerah yang berasal dari produk-

produk pertanian akan terpengaruh. (Simanjuntak, 2008)

2.4.3. Produksi

Ditinjau dari segi ekonomi pengertian produksi merupakan suatu proses

pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil

Universitas Sumatera Utara


yang baik kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan suatu

komoditi yang dapat diperdagangkan.

Suatu bangsa harus berproduksi untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Produksi harus dilakukan dalam keadaan apapun, oleh pemerintah atau swasta.

Produksi tentu saja tidak akan dilakukan kalau tidak ada bahan-bahan yang

memungkinkan proses produksi itu sendiri untuk melakukan produksi, orang

memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya,

serta kecakapan. Semua unsur-unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of

productions). Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha

memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor produksi.

Seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

terdiri atas:

1. Tanah

Hal yang dimaksud dengan tanah (land) di sini bukanlah sekedar tanah untuk

ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk juga di dalamnya segala

sumber daya alam (natural resources). Itulah sebabnya faktor produksi yang

pertama ini sering kali disebut dengan natural resources di samping juga sering

disebut land. Dengan demikian istilah tanah ini maksudnya adalah segala sesuatu

yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal atau tersedia di alam mini tanpa

usaha manusia, yang antara lain meliputi:

a. Tenaga penumbuh yang ada di dalam tanah, baik untuk pertanian,

perikanan, maupun pertambangan.

Universitas Sumatera Utara


b. Tenaga air, baik untuk pengairan, pengaraman, maupun pelayaran, termasuk

juga di sini adalah, misalnya air yang dipakai sebagai bahan pokok oleh

Perusahaan Air Minum

c. Ikan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala, dan

sebagainya)

d. Tanah yang di atasnya didirikan bangunan

e. Living stock, seperti ternak dan binatang-binatang lain yang bukan ternak

dan lain- lainnya, seperti bebatuan dan kayu-kayuan.

Sehingga yang dimaksud dengan istilah tanah (land) di sini adalah egala sumber

asli yang tidak berasal dari kegiatan manusia, dan bisa diperjual belikan.

2. Tenaga Kerja

Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja manusia (labor)

bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji,

bertukang, dan segala kegitatan fisik lainnya, tetapi lebih luas lagi, yaitu human

resources (sumber daya manusia). Jadi, pengertian human resources adalah

semua atribut atau kemampuan manusiawi yang dapat disumbangkan untuk

memungkinkan dilakukannya proses produksi barang dan jasa.

3. Modal

Faktor produksi modal ini sering juga disebut dengan real capital goods (barang-

barang modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk

menunjang kegiatan produksi barang- barang lain serta jasa. Modal juga

mencakup arti uang yang tersedia di dalam perusahaan untuk membeli mesin-

mesin serta faktor produksi lainnya.

4. Kecakapan Tata Laksana

Universitas Sumatera Utara


Kecakapan (skill) atau disebut dengan entrepreneurship. Entrepreneurship ini

merupakan faktor produksi yang intangible (tidak dapat diraba), tetapi sekalipun

demikian peranannya justru sangat menentukan.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu

sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan

berjalan, terutama tiga faktor utama, yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Bila hanya

tersedia tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usahatani tidak

akan berjalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, tidak ada yang dapat

dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya, seperti modal.

Dalam proses produksi pertanian/perkebunan, faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.

b. Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit, dan sebagainya. (Soekartawi, 1995).

Menurut Joesron dan Tati (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses

atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.

Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Hubungan teknis antara input produksi dengan output dapat dijelaskan dengan suatu

fungsi produksi.

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input dalam proses

produksi (X1, X2, X3, ....., Xn), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Q = f (X1, X2, X3, ....., Xn)

Dimana : Q = output

X = input

Input produksi sangat banyak, dan dalam hal ini input produksi hanyalah

input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Dengan demikian dalam fungsi

produksi di atas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada

substitusi antara faktor produksi.

2.4.4. Kurs

Nilai tukar, yang biasanya juga disebut dengan kurs adalah pertukaran antara

dua mata uang yang berbeda, dimana terdapat perbandingan nilai atau harga antara

kedua mata uang tersebut. Dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu

mata uang suatu negara dengan negara lain menjadi hal yang terpenting untuk

mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini terdapat

perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut dan inilah yang

disebut dengan nilai tukar atau kurs. Jadi, secara umum kurs dapat diartikan sebagai

harga suatu mata uang suatu negara terhadap mata uang asing atau harga mata uang

luar negeri terhadap mata uang domestik.

Valuta asing (foreign exchange) sebagai mata uang asing dan alat

pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional

disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya stabil dan kadang-

kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Hard

currency pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju seperti mata uang

Amerika Serikat (US$) dan Jepang (JPY). Sedangkan soft currency adalah mata uang

lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung karena

Universitas Sumatera Utara


nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai

terhadap mata uang lainnya. Soft currency umumnya berasal dari negara-negara yang

sedang berkembang seperti mata uang Indonesia (Rupiah), Philipina (Peso), Thailand

(Bath), dan India (Rupee).

Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal :

a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing atau

bank, dimana kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta

asing atau bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka menjual

valuta asing. Selisih kurs jual dan kurs beli merupakan keuntungan bagi para

pedagang.

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan waktu pembayaran, dimana

kurs TT (telegraphic transfer) lebih tinggi karena lebih cepat dibanding

dengan kurs MT (mail transfer)

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami

fluktuasi (perubahan-perubahan) yang berdampak langsung pada harga barang-

barang ekspor dan impor. Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain :

Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat

bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang

bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs

adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan

harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat

bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran atas mata uang yang

bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini

Universitas Sumatera Utara


adalah produk negara itu bagi pihak luar negara itu bagi pihak luar negeri

menjadi murah,sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih

mahal.

Sistem kurs valas yang digunakan oleh beberapa negara berbeda – beda satu

sama lainnya. Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila

transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs

valuta asing akan berubah – ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan

penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijakan stabilitasi kurs, tetapi tidak

dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah – ubah di

dalam batas yang kecil, meskipun batas – batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu.

Pemerintah harus turut campur tangan dalam pasar valuta asing untuk menghindari

fluktuasi nilai kurs yang besar dan berlebihan. Dalam hal ini kurs tidak lagi

dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Sistem ini disebut exchange control.

Oleh karena itu, dalam jangka pendek ekspansi moneter akan mendorong perubahan

yang segera pada harga relatif dan daya saing. (Dornbusch dan Fischer, 1997).

Kegiatan stabilitas kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut :

apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valuta asing

di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari pemerintah maka tendensi kurs turun

dapat dicegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs naik, maka pemerintah menjual

valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs

dapat dicegah.

Misalnya, pemerintah Indonesia menghendaki supaya kurs stabil pada tingkat

US $1 = Rp. 670,00. Gambar (a) : karena sesuatu sebab (misalnya, kenaikan harga

minyak) ekspor naik, sehingga penawaran valuta asing (US$) bergeser ke kanan (dari

Universitas Sumatera Utara


S1 ke S2). Kalau permintaan tetap pada D1, kurs US$ cenderung turun menjadi

US$1 = Rp. 600,00. Untuk mencegah penurunan ini pemerintah membeli dolar di

pasar bebas. Pembelian ini akan mengakibatkan permintaan naik, yang ditunjukkan

dengan pergeseran kurva permintaan ke atas (dari D1 ke D2). Tindakan ini akan

terus dilakukan sampai kurs kembali pada tingkat US$1 = Rp. 670,00. Gambar (b)

karena kenaikan pendapatan atau inflasi di dalam negeri misalnya, impor akan naik,

kenaikan impor akan mengakibatkan permintaan valuta asing naik (ditunjukkan

dengan kurva permintaan ke atas dari D1 ke D2). Kalau penawarannya tetap kurs

akan naik menjadi US$1 = 730,00. Untuk menurunkan kembali pada tingkat semula,

pemerintah menjual dolar di pasar. Penjualan ini akan terus dilakukan sampai kurva

penawaran bergeser kekanan dari S1 ke S2.

Gambar berikut menjelaskan operasi stabilitasi kurs tersebut.

Rp. D2 Rp. D2
S1 S1
D1 D1
S2 S2
730
670
670
600

US$ US$

(a) (b)

Gambar 2.1. Kebijaksanaan Stabilisasi Kurs

Usaha untuk mencegah kenaikan kurs valuta asing ini bagi pemerintah lebih

sukar, karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Keterbatasan ini mungkin

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk mengembalikan kurs ke

tingkat yang dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih

mudah dijalankan sebab pembelian valuta asing oleh pemerintah dilakukan dengan

menggunakan cadangan mata uang sendiri. Besarnya cadangan mata uang sendiri di

bawah kekuasaan/pengawasan pemerintah, bahkan kalau kekurangan pemerintah

dapat mencetak uang.

2.4.5. Investasi

Todaro dan Stephen (2003), menyatakan bahwa sumber daya yang akan

digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang

disebut sebagai investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai

pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau

pembentukan modal.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005), modal merupakan faktor produksi

yang khusus. Modal (barang modal) merupakan faktor produksi buatan yang

merupakan input sekaligus output dari suatu perekonomian. Pembentukan modal

diartikan bahwa masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktifitas produktifnya

saat ini untuk kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja

untuk pembuatan barang modal. Yang mana pembentukan modal juga mencakup

pembiayaan untuk pendidikan, rekreasi dan barang mewah yang memberikan

kesejahteraan dan produktivitas lebih pada individu dan semua pengeluaran

masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja.

Universitas Sumatera Utara


Dornbush dan Fischer (1997) menjelaskan bahwa investasi merupakan

pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang

modal (meliputi pabrik, mesin, kantor dan produk-produk tahun lama lainnya yang

digunakan dalam proses produksi) digolongkan atas investasi tetap perusahaan,

investasi tempat tinggal dan investasi persediaan. Investasi merupakan unsur PDB

yang paling sering berubah. Ketika pengeluaran atas barang dan jasa turun selama

resesi, sebagian besar dari penurunan itu berkaitan dengan penurunan pengeluaran

investasi (Mankiw, 2000). Investasi sebagai suatu kegiatan penggunaan uang untuk

penyediaan barang-barang modal yang dipergunakan dalam suatu kegiatan ekonomi

untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. (Sukirno, 2002)

Investasi merupakan penanaman modal di mana penanaman modal tersebut

bisa berasal dari Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman

Modal Asing (PMA). Investasi ini merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

Dalam hal investasi, pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu

kebijaksanaan tentang penanaman modal melalui UU No. 1 Tahun 1967 mengenai

Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 mengenai Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN). Kemudian disempurnakan dengan berlakunya

masing-masing UU No. 11 dan UU No. 12 Tahun 1970.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967, pengertian Penanaman

Modal Asing (PMA) adalah:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan

devisa Indonesia yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk

pembiayaan perusahaan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


2. Alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing

atau bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah

Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa

Indonesia.

3. Bagian dari perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967

ini diperkenankan ditransfer tetapi dipergunakan untuk membiayai

perusahaan Indonesia.

Penanaman modal asing sangat besar fungsinya terhadap pembangunan

karena:

1. Dengan adanya penanaman modal asing maka hal ini menciptakan lapangan

pekerjaan dan dapat pula meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Sumber modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara yang sedang

berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan

ekonomi.

3. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka perlu diikuti dengan

perubahan struktural produksi dan perdagangan.

4. Modal asing berperan aktif dalam mobilisasi dan transformasi struktural.

Menurut Kotler (1998) investasi asing memperhatikan minimum empat ciri

daya tarik suatu negara bagi investasi asing, yaitu:

1. Keuntungan Komperatif dan Bersaing.

Menurut Michael Porter dalam Kotler (1998) bahwa daya tarik suatu bangsa

untuk mengadakan investasi dalam suatu industri terletak dalam empat atribut

yang luas, yaitu:

a) Faktor Kondisi

Universitas Sumatera Utara


Daya tarik suatu bangsa bagi investasi akan makin besar bila sumber daya

alamnya, lokasinya, tenaga kerjanya yang terampil dan prasarana dasar

makin baik.

b) Kondisi permintaan

Makin tinggi kecanggihan permintaan ditempatnya sendiri baik produk

dan pelayanan industri tersebut makin besar daya tarik suatu bangsa untuk

menanamkan modalnya.

c) Industri-industri terkait dan pendukung

Daya tarik suatu bangsa bagi investasi akan makin besar dengan makin

adanya industri yang terkait dan pendukung dalam bangsa tersebut.

d) Strategi, struktur dan persaingan yang tegas

Makin besar intensitas persaingan di dalam negeri, makin besar daya tarik

suatu bangsa bagi penanaman modal.

2. Stabilitas Ekonomi dan Politik Dalam Negeri

Situasi pemerintahan yang tidak stabil dan keadaan ekonmi yang

perkembangannya tidak menentu dapat mengakibatkan perusahaan bisnis

akan ragu-ragu untuk menanamkan modalnya di negara-negara lain. Stabilitas

ekonomi dan politik merupakan kunci keberhasilan dalam menarik investasi

asing langsung.

3. Perlindungan Hak Cipta

Adanya kepastian hukum dan kelembagaan yang menguasai investasi secara

langsung. Kepastian hukum dan kelembagaan ini hendaknya terbuka

sehingga dapat diramalkan dan tetap stabil. Akses bebas ke valuta asing

Universitas Sumatera Utara


untuk pengalihan keuntungan dan perolehan input hendaknya diterapkan,

arah penanaman modal asing sering kuatir untuk mempribumikan hak milik

atau nasionalisasi secara langsung.

4. Zona-Zona Perdagangan Asing

Salah satu cara untuk menarik investasi asing langsung adalah dengan

membangun zona perdagangan asing Foreign Trade Zone (FTZ) di mana

perusahaan yang hanya mengekspor dapat didirikan bebas dari kebanyakan

perundang-undangan lokal. Multi National Corperation (MNC)

diperbolehkan untuk beroperasi, mengimpor, membuat dan bahkan memiliki

secara keseluruhan suatu bisnis di dalam lingkungan FTZ.

Selama MNC tidak menjual barang-barang impornya di dalam negara tuan

rumah, tidak akan ada efek pada pasar setempat. Negara tuan rumah

mendapat untung dari penciptaan kerja, keterampilan yang dipakai angkatan

kerjanya, pengalihan teknologi dan pendapatan yang meningkat bagi

warganya. Zona perdagangan asing didirikan tidak hanya di negara-negara

yang sedang berkembang tetapi juga di negara-negara yang sudah

berkembang.

Berbagai kebijakan investasi PMA di atas harus didukung oleh PMDN yang

baik sehingga memberi hasil yang maksimal. Sedangkan menurut Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1968 pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah

sebagai berikut:

1. Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda

baik yang dimiliki oleh negara atau swasta asing yang berdomisili di

Indonesia, yang disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal

Universitas Sumatera Utara


tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan, pasal-pasal Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

2. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut di dalam ayat 1

Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1968 dapat terdiri atas perorangan dan

badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka Indonesia memasuki era baru

dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan adanya

kebijaksanaan tersebut maka para investor asing dan swasta nasional berani

melakukan penanaman modal untuk kegiatan ekonomi.

Jenis - jenis investasi :

a. Investasi yang terdorong (induced investment) dan investasi otonom

(Autonomous Investment).

Investasi yang terdorong yakni investasi yang dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan, baik pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional.

Investasi otonom adalah investasi yang dilakukan pemerintah karena

disamping biayanya yang sangat besar juga investasi ini kurang memberikan

keuntungan, dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan baik itu

pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Tetapi dapat berubah karena

adanya perubahan – perubahan faktor – faktor diluar pendapatan, seperti

tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan

sebagainya.

b. Public Investment dan Private Investment

Universitas Sumatera Utara


Public investment adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, yang

dimaksud pemerintah disini adalah pemerintah pusat atau daerah. Sedangkan

private investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta, dimana

keuntungan menjadi prioritas utama, berbeda dengan public investment yang

diarahkan untuk melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

c. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan

foreign investment adalah penanaman modal asing.

d. Gross Investment atau Net Investment

Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang

dilaksanakan pada suatu waktu. Net investment adalah selisih antara investasi

bruto dengan penyusutan, misalnya investasi tahun ini adalah 25 juta

sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu sebesar 10 juta

maka investasi netto adalah 15 juta.

Investasi yang ditanamkan pada suatu negara atau daerah, ditentukan oleh

beberapa faktor, yang antara lain : (Kelana, 1997)

a. Tingkat bunga

Tingkat bunga menentukan jenis – jenis investasi yang akan memberikan

keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan

menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang

ditanamkan (return of investment), yaitu berupa presentase keuntungan netto

(belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih

besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam

menggunakan modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau

Universitas Sumatera Utara


membungakan uang tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi.

Dalam hal dimana pendapatan yang akan diperoleh adalah lebih besar dari

tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositokan uang tersebut dan

akan menggunakannya untuk investasi apabila tingkat keuntungan yang

diperoleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan dibayar.

b. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan

Ramalan mengenai keuntungan di masa depan akan memberikan gambaran

pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan

dimasa depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi

tambahan barang – barang modal yang diperlukan.

c. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan – perubahannya.

Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan

masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total

agregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya

investasi lain (induced investment)

d. Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.

Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong

para investor untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperoleh

untuk investasi – investasi baru.

e. Situasi politik

Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi

investor asing untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi

memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal

Universitas Sumatera Utara


yang ditanam dan memperoleh keuntungan sehingga stabilitas politik jangka

panjang akan sangat diharapkan oleh para investor.

f. Kemajuan teknologi

Dengan adanya temuan – temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin

banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh investor, sehingga

semakin tinggi tingkat investasi yang akan dicapai.

g. Kemudahan – kemudahan yang diberikan pemerintah

Tersedianya berbagai sarana dan prasarana awal, seperti jalan raya, listrik dan

sistem komunikasi akan mendorong para investor untuk menanamkan

modalnya di suatu daerah. Disamping itu adanya bentuk insentif yang

diberikan pemerintah seperti keringanan – keringanan di dalam perpajakan (tax

holiday). Yaitu suatu keringanan di dalam pembebanan pajak yang diberikan

kepada suatu perusahaan yang mau menanamkan kembali ke dalam bentuk

investasi baru atau jika perusahaan yang bersangkutan mau dan bersedia

menanamkan investasinya di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Penciptaan investasi membawa pengaruh kepada perkembangan suatu daerah.

Dampak tersebut disebut dengan spared effect yaitu apabila suatu investasi yang

ditanamkan didalam suatu daerah membawa perkembangan baik/positif bagi daerah

lainnya, seperti tumbuhnya industri-industri pelengkap atau penunjang bagi industri

utama di daerah pusat investasi.

Kegiatan investasi akan menimbulkan dua efek, yaitu efek langsung terhadap

tingkat pengeluaran agregat, dan efek terhadap kapasitas produksi nasional.

Universitas Sumatera Utara


Efek 1, terjadi pada sisi permintaan agregat, yaitu bila pengeluaran investasi

meningkat, pengeluaran agregat di pasar uang akan meningkat, yang kemudian akan

menaikkan tingkat pendapatan nasional melalui proses multiplier.

Efek 2, terjadi pada sisi penawaran agregat dan efek ini bersifat jangka

panjang sehingga kenaikan pengeluaran investasi akan meningkatkan jumlah kapital.

Dengan meningkatnya jumlah kapital, produksi perekonomian meningkat yang

kemudian akan meningkatkan penawaran agregat.

2.5. Model Dinamik Komoditi Pertanian

Menurut Labys (1973) permintaan bagi suatu komoditi pertanian adalah

secara dinamik. Karena permintaan biasanya berinteraksi tidak secara serta merta

(cepat) terhadap faktor yang mempengaruhinya, misal harga dan pendapatan. Tetapi

biasanya pengaruh pemrintaan dibagi-bagi pada periode tertentu. Faktor institusi dan

keterbatasan teknologi (technological rigidities) sering menjadi penghambat terhadap

cepatnya pengaruh faktor-faktor terhadap permintaan suatu produk, artinya ada

faktor time lag.

Menurut Afifuddin (1989), untuk menentukan bentuk suatu model bagi setiap

hubungan antar variabel ekonomi adalah sangat penting dalam suatu penelitian,

selain memenuhi ciri-ciri yang terdapat dalam memilih sutau model, sifat dan

konsep-konsep yang terdapat dalam suatu model itu perlu juga diambil perhatian

terutama sekali semasa menganalisis suatu model yang telah dibina (dibentuk) .

Keputusan produksi yang diambil pada waktu t yang didasarkan pada harga

saat itu (Pt) tidak akan terealisasi pada waktu t, melainkan pada waktu t+1. Oleh

karena itu, fungsi penawaran melibatkan peubah tenggang waktu (lagged variable)

sebagai peubah penjelas (explanatory variable). Akan tetapi besar kemungkinan

Universitas Sumatera Utara


terjadinya kolinieritas ganda antar peubah tenggang waktu tersebut. Dengan

demikian, diperlukan modifikasi model respon produksi

Model penyesuaian parsial Nerlove diterapkan untuk menganalisis perilaku

permintaan yang dinamis. Pendekatan ini dapat menjelaskan perbedaan perilaku

permintaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Asumsi dasar pada model

penyesuaian parsial Nerlove bahwa permintaan pada suatu periode tertentu (t)

menyesuaikan diri secara parsial terhadap permintaan yang diharapkan.

Terdapat beberapa cara mengklasifikasikan model komoditi. Pada umumnya

ada tujuh jenis metodologi yakni model pemasaran ekonometrik, model proses

ekonometrik, model keseimbangan ‘spatial’, model perdagangan internasional,

model rekursif, model perindustrian dinamik dan model sistem (Labys, 1973).

Model-model komoditi dapat juga diklasifikasikan pada bentuknya yang statis atau

dinamik, linier atau non linier, stokastik atau non stokastik, terbuka atau tertutup,

rekursif atau simultan (Afifuddin, 1989).

2.6. Penelitian Terdahulu

Situmorang (2010), melakukan penelitian untuk mengetahui keadaan ekspor

karet alam Sumatera Utara dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini

menggunakan analisis path dan berfokus pada studi pengaruh variabel kurs, inflasi,

dan harga karet alam ekspor Sumatera Utara terhadap ekspor karet alam Sumatera

Utara melalui produksi karet alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurs, inflasi,

harga karet alam ekspor secara bersama-sama berpengaruh nyata positif terhadap

produksi karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara sedangkan inflasi dan harga

karet alam ekspor memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap produksi karet

Universitas Sumatera Utara


alam Sumatera Utara. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet

alam ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara

parsial, kurs, harga karet alam ekspor, produksi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara dan inflasi memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara bersama-sama, kurs,

inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam berpengruh nyata terhadap

ekspor karet alam Sumatera Utara.

Putra (2011), melakukan penelitian pengaruh nilai tukar rupiah, harga pupuk

kelapa sawit, luas lahan kelapa sawit, dan harga ekspor minyak kelapa sawit terhadap

volume ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara. Data penelitian diestimasi

dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least

Square. Hasil penelitian menunjukkan nilai tukar Rupiah, harga pupuk kelapa sawit, luas

lahan kelapa sawit, dan harga ekspor minyak kelapa sawit memiliki pengaruh positif

terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara, dan luas lahan memiliki

pengaruh paling dominan.

Sumanjaya (2005), yang menganalisis faktor-faktor pertumbuhan ekonomi

Indonesia, menunjukkan bahwa ekspor dan investasi memiliki pengaruh yang positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara nilai tukar yang meningkat tajam, justru

mempunyai hubungan yang negatif dan bahkan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Inflasi sering meningkat sejalan dengan kebijaksanaan. Keseluruhan faktor di atas

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Mahendra (2006), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa

nilai ekspor, nilai investasi dan jumlah tenaga kerja selama periode 1985 – 2004

Universitas Sumatera Utara


berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Secara

parsial variabel ekspor dan variabel investasi tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Sedangkan variabel tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

Nensy (2005), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Penelitian membahas tentang pengaruh

ekspor, investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ekspor berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, sedangkan variabel

investasi dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena investasi yang

terjadi jumlahnya sedikit dan pengeluaran pemerintah untuk menyeimbangi

pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga sangat besar. Dimana secara bersama-sama

ketiga variabel tesebut mampu memberikan penjelasan tingkat variasi pertumbuhan

ekonomi Sumatera Utara sebesar 70,6% sedangkan sisanya 29,4% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Zai (2008), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

ekspor karet Sumatera Utara (periode 1997 – 2006). Berdasarkan hasil analisis data

volume ekspor karet Sumatera Utara disimpulkan variabel nilai free of broad (FOB),

produksi perkebunan karet rakyat dan total produksi PTPN II, PTPN III dan PTPN

IV mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor karet Sumatera

Utara. Ketiga variabel memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor

karet Sumatera Utara. Nilai koefisien determinasi adalah 0,774 sehingga dapat

diartikan bahwa volume ekspor karet Sumatera Utara 77,4% dipengaruhi oleh nilai

Universitas Sumatera Utara


free of broad (FOB), produksi perkebunan karet rakyat dan total produksi PTPN II,

PTPN III dan PTPN IV 77,4% sedangkan 22,6 % lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor

lainnya.

Bakara (2005), melakukan analisis tentang pengaruh intervensi BI dalam

menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis jalur dapat diambil

kesimpulan bahwa suku bunga SBI, Giro Wajib Minimum dan nilai tukar Rupiah

secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar

Rupiah. Penetapan suku bunga SBI dan Giro Wajib Minimum yang terlalu tinggi

ditetapkan Bank Indonesia akan mengakibatkan suku bunga pinjaman pada bank-

bank umum juga tinggi. Hal ini akan mengurangi iklim investasi dan loanable funds

yang diberikan kepada masayarakat. Kestabilan nilai tukar Rupiah mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dilihat pada krisis ekonomi yang

terjadi pada pertengahan tahun 1997, bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah telah

menyebabkan mempengaruhi keadaan moneter dalam negeri serta mengganggu

seluruh aktifitas perekonomian Indonesia. Krisis nilai tukar Rupiah telah

menyebabkan harga barang-barang dan jasa meningkat secara tajam, laju inflasi yang

tinggi, fungsi sektor perbankan sebagai intermediary financial terganggu, sektor

produksi terhambar sehingga jumlah pengangguran meningkat, yang pada akhirnya

menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional mengalami penurunan.

Afifuddin, dkk (1994) penelitiannya menganalisis faktor yang mempengaruhi

respon pekebun dalam menentukan keputusan untuk investasi. Dengan melihat

hubungan faktor harga kelapa sawit, harga karet, anggaran pembangunan pemerintah

untuk kelapa sawit dan harga faktor produksi, masing-masing pada waktu masa

Universitas Sumatera Utara


penanaman kelapa sawit dengan menggunakan model luas lahan. Temuan mereka,

luas lahan menghasilkan dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit, investasi dan

tingkat upah buruh masing-masing time lag 4 tahun. Investasi dan tingkat upah,

masing-masing bermakna pada tingkat keyakinan 95% dan 99%. Harga minyak

kelapa sawit tidak signifikan dimasukkan kaerena hubungan sesuai teori.

2.7. Kerangka Konseptual

Keterkaitan antara variabel-variabel yang digunakan dalam penulisan ini

digambarkan dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :

Nilai Produksi Komoditi


Perkebunan (NP) Nilai Ekspor Komoditi
Perkebunan (NE)
Luas Lahan Perkebunan Pertumbuhan Ekonomi
(LL) (PE)
Investasi (I)
Kurs (K)

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Nilai produksi komoditi perkebunan memberikan pengaruh yang positif

terhadap nilai ekspor subsektor perkebunan Sumatera Utara, ceteris paribus.

Universitas Sumatera Utara


b) Luas lahan perkebunan tahun t-4 memberikan pengaruh yang positif terhadap

nilai ekspor subsektor perkebunan Sumatera Utara, ceteris paribus.

c) Kurs memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai ekspor subsektor

perkebunan Sumatera Utara, ceteris paribus.

d) Nilai produksi komoditi perkebunan, luas lahan perkebunan tahun t-4 dan

kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai ekspor komoditi

perkebunan Sumatera Utara, ceteris paribus.

e) Nilai produksi komoditi perkebunan memberikan pengaruh yang positif

terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, ceteris paribus.

f) Luas lahan perkebunan tahun t-4 memberikan pengaruh yang positif terhadap

pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, ceteris paribus.

g) Kurs memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara, ceteris paribus.

h) Nilai ekspor komoditi perkebunan memberikan pengaruh yang positif

terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, ceteris paribus.

i) Nilai investasi tahun t-4 pada subsektor perkebunan memberikan pengaruh

yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, ceteris paribus.

j) Nilai produksi komoditi perkebunan, luas lahan perkebunan tahun t-4, kurs,

ekspor komoditi perkebunan, beserta nilai investasi tahun t-4 pada subsektor

perkebunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

Sumatera Utara, ceteris paribus.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Umum Tentang Air

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, air merupakan


suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit,
terutama penyakit perut.

Peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua setelah kualitas, karena


semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka
dibutuhkan air rata-rata sebesar 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan
kebutuhan air di suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperlukan
sekitar 60 liter/hari. Jadi untuk negara-negara yang sudah maju kebutuhan air pasti
lebih besar dari kebutuhan untuk negara-negara yang sedang berkembang.

Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, sumber-sumber air telah


menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air tidak hanya menjadi hal
pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia, tapi juga untuk produksi
barang industri. Air tersebar tidak merata diatas bumi, sehingga
ketersediaannya disuatu tempat akan sangat bervariasi.

Perencanaan yang didasarkan keahlian serta pengolahan yang


seksama merupakan hal yang penting untuk mencapai tingkat efisiensi
pemanfaatan air yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang. Walaupun
demikian, usaha-usaha ini haruslah mempunyai lingkup yang lebih luas. Investasi
dalam pengembangan sumber daya air dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan ekonomi, sosial, dan politis serta kenyataan-kenyataan teknik dasar.

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi yang
sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di muka buni. Untuk itu
air perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta
mahluk hidup lainnya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa air memiliki
peran yang sangat strategis dan harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu
mendukung kehidupan dan pelaksanaan pembangunan di masa kini maupun di
masa mendatang. Tanpa adanya air maka kehidupan tidak dapat berjalan normal.

Tabel 2.1 Unsur Fungsional dalam Sistem Penyediaan Air Bersih

Prinsip Perencanaan
Unsur Fungsional Keterangan
(Primer/Sekunder)
Sumber Air Kuantitas/Kualitas Sumber air permukaan dari
sungai, danau, mata air (air
tanah).
Prasedimentasi Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyimpanan air
permukaan ditempatkan dekat
sumber.
Transmisi Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyaluran air dari
penyimpanan dan pengolahan.
Pengolahan Kuantitas/Kualitas Fasilitas untuk merubah
kualitas air baku.
Transmisi dan Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyaluran air
Penampungan pengolahan ke reservoir
distribusi.
Distribusi Kuantitas/Kualitas Fasilitas pendistribusian air ke
sambungan konsumen.
(Sumber:Tri Joko,Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum)
2.2 Sumber-Sumber Air

Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini adalah mata air, sungai, rawa,
danau, waduk, dan muara. Berikut ini adalah sumber-sumber air :

1. Air Laut

Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut mempunyai sifat asin,
karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%, gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Dengan keadaan
ini, maka air laut tidak memenuhi sarat untuk air minum.

2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran
industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran untuk masing-masing air
permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air
permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan
bakteri.

Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan
mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Udara yang mengandung
oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang
terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama
dalam perjalanan O2 akan meresap ke dalam air permukaan.
Air permukaan ada dua macam yaitu :

1. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu


pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

2. Air rawa/danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna hitam atau kuning kecoklat, hal ini
disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam
humus yang terlarut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya


kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali
(anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini terlarut. Pada permukaan air akan
tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

3 Air tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di
bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air. Air tanah merupakan salah
satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.

Air tanah berasal dari air hujan dan air permukaan, yang meresap
mula-mula ke zona tak jenuh dan kemudian meresap makin dalam hingga
mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah berinteraksi dangan
air permukaan serta komponen-komponen lain seperti jenis batuan penutup,
penggunaan lahan, serta manusia yang di permukaan.
4. Air tanah dangkal

Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.


Lumpur akan tertahan, sedemikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air
akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang
terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi
sebagai saringan. Di samping penyaringan, pengotoran masih terus
berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah
menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul menjadi air tanah dangkal
dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.

5. Air tanah dalam

Terdapat sebuah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamannya sehingga dalam suatu kedalaman akan didapat
satu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar
dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis atau sumur bor. Jika
air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk
membantu pengeluaran air.

6. Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.


Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah.

(Sumber:Tri Joko,Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum)


2.3 Persyaratan Umum Penyediaan Air Bersih
Dalam merencanakan penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K yaitu
Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas. Kualitas menyangkut mutu air, baik air baku
maupun air hasil pengolahan yang siap didistribusikan. Kuantitas menyangkut jumlah
atau ketersediaan air baku yang akan diolah. Perlu pertimbangan apakah sumber air
baku tersebut dapat memenuhi kebutuhan air baku selama umur rencana. Kontinuitas
menyangkut kebutuhan air yang terus menerus. Artinya sumber air baku tersebut
apakah dapat memasok kebutuhan air secara terus menerus terutama ketika musim
kemarau.
Dalam penggunaan yang sangat luas dalam segala segi kehidupan dan
aktivitas manusia, maka suatu penyediaan air untuk suatu komunitas harus memenuhi
syarat:
 Aman dari segi higienisnya.
 Baik dan dapat diminum.
 Tersedia dalam jumlah yang cukup.
 Cukup murah/ ekonomis (terjangkau).

2.3.1. Persyaratan Kualitatif


Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum aman, higienis
dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi penyakit pada
pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitasnya.
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu/kualitas dari air bersih. Syarat-
syarat yang digunakan sebagai standar kualitas air antara lain:
1. Persyaratan Fisik Air
Air bersih/minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah suhu.
 Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung dalam air seperti
gas H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain-lain. Pengukuran biologis senyawa
organik dapat menghasilkan bau pada zat cair dan gas. Bau yang disebabkan oleh
senyawa organik ini selain mengganggu dari segi estetika, juga beberapa senyawanya
dapat bersifat karsinogenik. Pengukuran secara kuantitatif bau sulit diukur karena
hasilnya terlalu subjektif.
 Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang


bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari lapukan tanaman dan
hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat
organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya.
Kekeruhan dalam air minum/ air bersih tidak boleh lebih dari 5 NTU. Penurunan
kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi estetika yang kurang
baik juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini disebabkan karena
penyerapan beberapa koloid dapat melindungi organisme dari desinfektan.
 Rasa

Syarat air bersih/ minum adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air yang
berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut. Sebagai contoh
rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik maupun anorganik, sedangkan rasa
asin dapat disebabkan oleh garam terlarut dalam air.
 Suhu

Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25 °C), dengan batas toleransi
yang diperbolehkan yaitu 25 °C ± 3 °C. Suhu yang normal mencegah terjadinya
pelarutan zat kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimia pada pipa dan
mikroorganisme tidak dapat tumbut. Jika suhu air tinggi maka jumlah oksigen terlarut
dalam air akan berkurang, juga akan meningkatkan reaksi dalam air.
 Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alasan estetika
dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang
berwarna. Pada dasarnya warna dalam air dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
warna semu (apparent colour) yang disebabkan oleh unsur tersuspensi dan warna
sejati (true colour) yang disebabkan oleh zat organik dan zat koloidal. Air yang telah
mengandung senyawa organik seperti daun, potongan kayu, rumput akan
memperlihatkan warna kuning kecoklatan, oksida besi akan menyebabkan air
berwarna kecoklatan atau kehitaman.

2. Persyaratan Kimia

Air bersih/ minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah
tertentu yang melampaui batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut adalah bahan
kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. Beberapa persyaratan kimia
tersebut antara lain:
 pH

pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan
mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih/ minum.
 Zat pada total (Total Solid)

Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan
dan pengeringan pada suhu 103-105 °C.
 Zat organik sebagai KMnO4

Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-tumbuhan, alkohol, sellulosa,
gula dan pati), sistesa (proses-proses produksi) dan fermentasi. Zat organik yang
berlebihan dalam air akan mengakibatkan timbulnya bau tidak sedap.
 CO2 agresif

CO2 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan hasil dekomposisi zat
organik. CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam
distribusi air bersih.
 Kesadahan total (Total Hardness)

Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation)
logam valensi, misalnya Mg2+, Ca2+, Fe+, dan Mn+. Kesadahan total adalah kesadahan
yang disebabkan oleh adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Air sadah
menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai titik didih yang
lebih tinggi dibandingkan dengan air biasa.
 Besi

Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah
kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan seperti minyak.
Besi merupakan logam yang menghambat proses desinfeksi. Hal ini disebabkan
karena daya pengikat klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga
digunakan untuk mengikat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih sedikit dan hal ini
memerlukan desinfektan yang lebih banyak pada proses pengolahan air. Dalam air
minum kadar maksimum besi yaitu 0,3 mg/l, sedangkan untuk nilai ambang rasa
pada kadar 2 mg/l. Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin
namun dalam dosis yang berlebihan dapat merusak dinding halus.
 Mangan

Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MnO 2. Kadar


mangan dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0.1 mg/l. Adanya mangan
yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada benda-benda putih oleh deposit MnO2,
menimbulkan rasa dan menyebabkan warna (ungu/ hitam) pada air minum, serta
bersifat toksik.
 Tembaga (Cu)

Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak
pada lidah dan dapat menyebabkan gejala ginjal, muntaber, pusing, lemah dan dapat
menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat,
warna dan korosi pada pipa.
 Seng (Zn)

Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi pada dosis tinggi
dapat bersifat racun. Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3 mg/l dalam air minum
menyebabkan rasa kesat/ pahit dan bila dimasak timbul endapat seperti pasir dan
menyebabkan muntaber.
 Klorida

Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus


senyawanya. Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air
minum. Kadar klor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkan rasa asin dan korosif
pada logam.

 Nitrit

Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi


yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit.
 Flourida (F)

Kadar F < 2 mg/l menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaliknya bila terlalu
banyak juga akan menyebabkan gigi berwarna kecoklatan.
 Logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Hg, CN)

Adanya logam-logam berat dalam air akan menyebabkan gangguan pada


jaringan syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen, dan kanker.
3. Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut:
 Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli; Salmonella
typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
 Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton
colifprm, Cladocera dan lain-lain.

4. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,
seperti sinar alfa, beta dan gamma.
Air baku yang digunakan untuk menghasilkan air bersih harus memenuhi
aturan yang tertuang dalam Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada pasal 8
PP mengenai klasifikasi dan criteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
1. Kelas Satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum.
2. Kelas Dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
peternakan.
3. Kelas Tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman.
4. Kelas Empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman.

(Sumber:Tri Joko,Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum)


Tabel 2.3 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
Kadar Maksimum
No Parameter Satuan Golongan Golongan Golongan Golongan
A B C D
FISIKA
1 Bau - - - - -
Jumlah zat padat
2 Mg/L 1000 1000 1000 1000
terlarut
Skala
3 Kekeruhan 5
NTU
4 Rasa -
Skala
5 Warna 15
TCU

o
Suhu
6 Suhu C
udara
Daya Hantar Umhos/c
7 2250
Listrik m

KIMIA anorganik
1 Air raksa Mg/lt 0.001 0.001 0.002 0.005
2 Aluminium Mg/lt 0.2 -
3 Arsen Mg/lt 0.005 0.05 1 1
4 Barium Mg/lt 1 1
5 Besi Mg/lt 0.3 5
6 Florida Mg/lt 0.5 1.5 1.5
7 Kadmium Mg/lt 0.005 0.01 0.01 0.01

8 Kesadahan CaCO3 Mg/lt 500


9 Klorida Mg/lt 250 600 0.003
Kromium valensi
10 Mg/lt 0.005 0.05 0.05 1
6
11 Mangan Mg/lt 0.1 0.5 2
12 Natriun Mg/lt 200 60

13 Nitrat sebagai N Mg/lt 10 10

14 Nitrit sebagai N Mg/lt 1.0 1 0.06

15 Perak Mg/lt 0.05


16 .pH 6.5 – 8.5 5–9 6–9 5–9
17 Selenium Mg/lt 0.01 0.01 0.05 0.05
18 Seng Mg/lt 5 5 0.02 2
19 Sianida Mg/lt 0.1 0.1 0.02
20 Sulfat Mg/lt 400 400
Sulfida sebagao
21 Mg/lt 0.05 0.1 0.002
H2S
22 Tembaga Mg/lt 1.0 1 0.02 0.1
23 Timbal Mg/lt 0.05 0.01 0.03 1
Oksigen terlarut
24 Mg/lt - >=6 >3
(DO)
25 Nikel Mg/lt - 0.5

SAR (Sodium
26 Mg/lt - 1.5 – 2.5
Absortion Ratio)

Kimia Organik
Aldrin dan
1 Mg/lt 0.0007 0.017
dieldrin
2 Benzona Mg/lt 0.01

3 Benzo (a) Pyrene Mg/lt 0.00001

Chlordane (total
4 Mg/lt 0.0003
isomer)
5 Chlordane Mg/lt 0.03 0.003
6 2,4 D Mg/lt 0.10
7 DDT Mg/lt 0.03 0.042 0.002
8 Detergent Mg/lt 0.5
1,2
9 Mg/lt 0.01
Dichloroethane
1,1
10 Mg/lt 0.0003
Dichloroethane
Heptachlor
11 heptachlor Mg/lt 0.003 0.018
epoxide
Hexachlorobenzen
12 Mg/lt 0.00001
e
13 Lindane Mg/lt 0.004 0.056
14 Metoxychlor Mg/lt 0.03 0.035

15 Pentachlorophenol Mg/lt 0.01

16 Pestisida total Mg/lt 0.1

2,4,6
17 Mg/lt 0.01
Trichlorophenol

Zat Organik
18 Mg/lt 10
(KMnO4)
19 Endrin Mg/lt - 0.001 0.004
20 Fenol Mg/lt - 0.002 0.001

Karbon kloroform
21 Mg/lt - 0.05
ekstrak

22 Minyak dan lemak Mg/lt - Nihil 1

Organofosfat dan
23 Mg/lt - 0.1 0.1
carbanat
24 PCD Mg/lt - Nihil
Senyawa aktif biru
25 Mg/lt - 0.5 0.2
metilen
26 Toxaphene Mg/lt - 0.005
27 BHC Mg/lt - 0.21

Mikrobiologik
Jml/100
1 Koliform tinja 0 2000
ml
Jml/100
2 Total koliform 3 10000
ml

Radioaktivitas
Gross Alpha
1 Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1
activity
Gross Beta
2 Bq/L 1.0 1.0 1.0 1.0
activity

(Sumber : http://uripsantoso.wordpress.com/2010/01/18/kualitas-dan-kuantitas-air-bersih-
untuk-pemenuhan-kebutuhan-manusia)
Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu

Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu
pengolahan

Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan

Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

2.3.2 Persyaratan Kuantitas


Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih
yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan
air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat
ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. Syarat kuantitas air bersih artinya
air bersih harus memenuhi standar yang disebut standar kebutuhan air. Standar
kebutuhan air adalah kapasitas air yangdibutuhkan secara normal oleh manusia untuk
memenuhi hajat hidupnya seharihari. Standar kebutuhan air diperhitungkan
berdasarkan pengamatan pemakaianair bersih dalam kehidupan sehari-hari para
konsumen. Kuantitas air bersih harus dapat dimaksimalkan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih pada masa sekarang dan masa mendatang.

2.3.3 Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi
debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau
setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut
hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk
menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian
air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan,
yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua
aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan
air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena
itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir
pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan pemipaan
didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak
boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang
diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan
pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai
dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

2.4 Penyalahgunaan dan Pencemaran

Sumber air yang berada disekeliling kita, bisanya terganggu akibat


penggunaan dan penyalahgunaan sumber air seperti :
 Pertanian
Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada lahan
yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat
berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat
menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah.
 Industri
Walaupun industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin
membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama,
penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya
air nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah
industri yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air
permukaan atau air bawah tanah, seihingga menjadi terlalu berbahaya untuk
dikonsumsi. Air buangan industri sering dibuang langsung ke sungai dan
saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari
lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja
meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan apapun.
Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi
volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit
kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar
tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.

 Eksploitasi sumber-sumber air secara masal oleh rumah tangga.

- Di negara berkembang: Di beberapa tempat di negara bagian Tamil Nadu


di India bagian selatan yang tidak memiliki hukum yang mengatur
pemasangan penyedotan sumur pipa atau yang membatasi penyedotan air
tanah, permukaan air tanah anjlok 24 hingga 30 meter selama tahun 1970-
an sebagai akibat dari tak terkendalikannya pemompaan atau pengairan.
Pada sebuah konferensi air di tahun 2006 wakil dari suatu negara yang
kering melaporkan bahwa 240.000 sumur pribadi yang dibor tanpa
mengindahkan kapasitas jaringan sumber air mengakibatkan kekeringan
dan peningkatan kadar garam.
- Di negara maju seperti Amerika Serikat seperlima dari seluruh tanah irigasi
di AS tergantung hanya pada jaringan sumber air (Aquifer) Agallala yang
hampir tak pernah menerima pasok secara alami. Selama 4 dasawarsa
terakhir terhitung dari tahun 2006, sistem jaringan yang tergantung pada
sumber ini meluas dari 2 juta hektar menjadi 8 juta, dan kira-kira 500
kilometer kubik air telah tersedot. Jaringan sumber ini sekarang sudah
setengah kering kerontang di bawah sejumlah negara bagian. Sumber-
sumber air juga mengalami kemerosotan mutu, di samping pencemaran
dari limbah industri dan limbah perkotaan yang tidak diolah, seperti
pengotoran berat dari sisa-sisa dari lahan pertanian. Misalnya, di bagian
barat AS, sungai Colorado bagian bawah sekarang ini demikian tinggi
kadar garamnya sebagai akibat dari dampak arus balik irigasi sehingga di
Meksiko sudah tidak bermanfaat lagi, dan sekarang AS terpaksa
membangun suatu proyek besar untuk memurnikan air garam di Yuma,
Arizona, guna meningkatkan mutu sungainya. Situasi di wilayah perkotaan
jauh lebih jelek daripada di daerah sumber dimana rumah tangga yang
terlayani terpaksa merawat WC dengan cara seadanya karena langkanya
air, dan tanki septik membludak karena layanan pengurasan tidak dapat
diandalkan, atau hanya dengan menggunakan cara-cara lain yang sama-
sama tidak tuntas dan tidak sehat. Hal ini tidak saja mengakibatkan
masalah bagi penggunanya sendiri, tetap juga sering berbahaya terhadap
orang lain dan merupakan ancaman bagi lingkungan karena limbah mereka
lepas tanpa proses pengolahan.

(http://www.hydro.co.id/2013/01/02/penyalahgunaan-dan-pencemaran-sumber-air/)

2.5. Sistem Penyediaan Air

Suatu sistem penyedian air yang mampu menyediakan air yang dapat
diminum dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang penting bagi suatu kota
besar yang modern. Unsur-unsur yang membentuk suatu sistem penyedian air
yang modern meliputi sumber-sumber penyedian, sarana-sarana penampungan,
sarana penyaluran (ke pengolahan), sarana-saran pengolahan, sarana-saran
penyaluran (dari pengolahan), tampungan sementara, serta srana-sarana
distribusi. Dalam mengembangkan persediaan air bagi masyarakat jumlah dan
mutu air merupakan hal yang paling penting.
2.6 Penggunaan dan Jumlah Air

Penggunaan air untuk kota dapat dibagi menjadi beberapa kategori.


Penggunaan rumah tangga adalah air yang digunakan di tempat-tempat hunian
pribadi, rumah-rumah apartemen dan sebagainya untuk minum, mandi
penyiraman taman, saniter dan tujuan-tujuan lainnya.penggunaan komersial dan
industri adalah air yang dipergunakan oleh badan-badan komersial dan industri.
Pada kelompok-kelompok pemukiman kecil, penggunaan komersial dan industri
mungkin sangat rendah hingga 10 gpcd (40 liter/kapita per hari), tetapi di kota-
kota industri besarnya dapat mencapai 100 gpcd (0,4 m3/kapita per hari) ).
Penggunaan umum meliputi air yang dibutuhkan untuk pemakaian ditaman-taman
umum, bangunan-bangunan pemerintah, sekolah-sekolah,rumah-rumah sakit,
tempat peribadatan, penyiraman jalan dan lain-lain.

Secara garis besar, penggunaan air dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)

Kebutuhan air domestik dibagi dua sistem yaitu sambungan langsung dan
sambungan tidak langsung. Sambungan tidak langsung dibagi menjadi dua bagian
yaitu sambungan halaman dank ran umum.

b. Kebtuhan Air Non Domestik

Standar kebutuhan air non domestik yaitu kebutuhan air bersih di luar
keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain:
 Penggunaan komersial dan industri
Yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersial dan industri-industri
 Penggunaan umum
Yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan atau fasilitas umum,
misalnya rumah sakit, sekolah-sekolah, dan rumah ibadah.
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Air

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan air adalah sebagai berikut:

a. Iklim

Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman pengaturan udara dan


sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering dari pada di iklim
yang lembab. Pada iklim yang sangat dingin, air mungkin diboroskan di keran-
keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa.

b. Ciri-ciri Penduduk

Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari para langganan.


Pemakaian per kapita di daerah-daerah miskin jauh lebih rendah daripada di
daerah-daerah kaya.

c. Masalah Lingkungan Hidup

Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihannya


pemakaian sumber-sumber daya telah menyebabkan berkembangnya alat-alat
yang dapat dipengaruhi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman.

d. Industri dan Perdagangan

Jumlah pemakaian air yang sebenarnya tergantung pada besarnya


pabrik dan jenis industrinya.

e. Iuran air dan Meteran

Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam pemakaian air
dan industri mungkin mengembangkan persediaannya sendiri dengan biaya yang
lebih murah.
f. Iuran Kota

Pemggunaan air per kapita pada kelompok masyarakat yang


mempunyai jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar
daripada di kota kecil. Perbedaan itu di akibatkan oleh lebih besarnya
pemakaian oleh industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih banyaknya
pemakaian untuk perdagangan dan barangkali juga lebih banyak kehilangan dan
pemborosan di kota-kota besar .

(Sumber : Teknik Sumber Daya Air Jilid 2)

2.8. Sistem Distribusi

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan


konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi
syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan
perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila
diperlukan), dan reservoir distribusi.
Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa
yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,
perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini
adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang
digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk
menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas
pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan.
Sistem pendistribusian air ke masyarakat, dapat dilakukan secara langsung
dengan gravitasi maupun dengan sistem pompa. Pembagian air dilakukan melalui
pipa-pipa distribusi, seperti:
1. Pipa primer, tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping.
2. Pipa sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluan tertentu, seperti: fire
hydrant, bandara, pelabuhan dan lain-lain.
3. Pipa tersier, diperkenankan tapping untuk kepentingan pendistribusian air ke
masyarakat melalui pipa kuarter.

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang
harus diperhatikan antara lain adalah:
 Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani

Daerah layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah
kabupaten/ Kotamadya. Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada
kebutuhan, kemauan (minat), dan kemampuan atau tingkat sosial ekonomi
masyarakat. Sehingga dalam suatu daerah belum tentu semua penduduk
terlayani.
 Kebutuhan air

Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah
pelayanan.
 Letak topografi daerah layanan

Letak topografi daerah layanan akan menentukan sistem jaringan dan pola
aliran yang sesuai.
 Jenis sambungan sistem

Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi:

1. Sambungan halaman yaitu pipa distribusi dari pipa induk/ pipa utama ke
tiap- tiap rumah atau halaman.
2. Sambungan rumah yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/ pipa
utama ke masing- masing utilitas rumah tangga.
3. Hidran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara
komunal pada suatu daerah tertentu unuk melayani 100 orang dalam setiap
hidran umum.
4. Terminal air adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air
yang diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah
yang rawan air bersih.
5. Kran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara
komunal pada kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat
tetapi kurang mampu dalam membiayai penyambungan pipa ke masing-
masing rumah. Biasanya satu kran umum dipakai untuk melayani kurang
lebih dari 20 orang.

(Sumber:Tri Joko,Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum)

2.8.1 Sistem Jaringan Pipa Distribusi

Untuk memenuhi kebutuhan debit baik untuk penampungan sementara


maupun untuk ke sambungan langsung maka dipermudah dengan melalui
jaringan perpipaan. Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang
saling terhubung satu sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa
mengalami perubahan debit aliran maka terjadi penyebaran pengaruh ke pipa-pipa
yang lain.

Dari segi kapasitas pipa distribusi dirancang untuk memenuhi


kebutuhan debit pada saat pemakaian puncak. Secara umum pipa disusun
sebagai berikut:

 Pipa Induk

Merupakan pipa yang menghubungkan antara tempat


penampungan dengan pipa tersier. Jenis pipa ini mempunyai pipa terbesar.
Untuk menjaga kestabilan pipa induk tidak diperbolehkan untuk disadap
langsung oleh pipa service atau pipa langsung mengalirkan air ke rumah-
rumah.

 Pipa Sekunder atau Pipa Retikulasi

Merupakan pipa penghubung antara pipa induk dengan pipa yang hirarki
nya satu tingkat dibawahnya.

 Pipa Service

Pipa service berfungsi menghubungkan dari pipa retikulasi langsung ke


rumah-rumah. Pada pipadihubungkan dengan pipa service dengan menggunakan
clamp saddle.

2.8.2 Pola Jaringan Distribusi Air

Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan


untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh kondisi
topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan biasanya diklasifikasikan
sebagai:
1. Sistem Cabang (branch)

Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) menyerupai cabang sebuah


pohon. Pada pipa induk utama (primary feeders), tersambung pipa induk sekunder
(secondary feeders), dan pada pipa induk sekunder tersambung pipa pelayanan
utama (small distribution mains) yang terhubung dengan penyediaan air minum
dalam gedung. Dalam pipa dengan jalur buntu, arah aliran air selalu sama dan suatu
areal mendapat suplai air dari satu pipa tunggal.
Kelebihan:
a. Sistem ini sederhana dan desain jaringan perpipaannya juga sederhana.
b. Cocok untuk daerah yang sedang berkembang.
c. Pengambilan dan tekanan pada titik manapun dapat dihitung dengan mudah.
d. Pipa dapat ditambahkan bila diperlukan (pengembangan kota).
e. Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi yang terbatas.
f. Membutuhkan beberapa katup untuk mengoperasikan sistem.

Kekurangan:
a. Saat terjadi kerusakan, air tidak tersedia untuk sementara waktu.
b. Tidak cukup air untuk memadamkan kebakaran karena suplai hanya dari
pipa tunggal.
c. Pada jalur buntu, mungkin terjadi pencemaran dan sedimentasi jika tidak ada
penggelontoran.
d. Tekanan tidak mencukupi ketika dilakukan penambalan areal ke dalam
sistem penyediaan air minum.

2. Sistem Gridiron

Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan pipa
induk utama, pipa induk sekunder, serta pipa pelayanan utama saling terhubung.
Sistem ini paling banyak digunakan.
Kelebihan:
a. Air dalam sistem mengalir bebas ke beberapa arah dan tidak terjadi stagnasi
seperti bentuk cabang.
b. Ketika ada perbaikan pipa, air yang tersambung dengan pipa tersebut tetap
mendapat air dari bagian yang lain.
c. Ketika terjadi kebakaran, air tersedia dari semua arah.
d. Kehilangan tekanan pada semua titik dalam sistem minimum.
Kekurangan:
a. Perhitungan ukuran pipa lebih rumit.
b. Membutuhkan lebih banyak pipa dan sambungan pipa sehingga lebih mahal.

3. Sistem Melingkar (loop)

Pipa induk utama terletak mengelilingi daerah layanan. Pengambilan dibagi


menjadi dua dan masing-masing mengelilingi batas daerah layanan, dan keduanya
bertemu kembali di ujung. Pipa perlintasan (cross) menghubungkan kedua pipa
induk utama. Di dalam daerah layanan, pipa pelayanan utama terhubung dengan pipa
induk utama. Sistem ini paling ideal.
Kelebihan:
a. Setiap titik mendapat suplai dari dua arah.
b. Saat terjadi kerusakan pipa, air dapat disediakan dari arah lain.
c. Untuk memadamkan kebakaran, air tersedia dari segala arah.
d. Desain pipa mudah.

Kekurangan:
- Membutuhkan lebih banyak pipa.

Hampir tidak ada sistem distribusi yang menggunakan tata letak tunggal,
umumnya merupakan gabungan dari ketiganya.
Gambar 2.1 Bentuk Sistem Distribusi
(Sumber:Tri Joko,Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum)

2.9 Jenis Pipa dan Alat Sambung

2.9.1 Jenis Pipa

 Asbestos Cement Pipe (ACP)

Jenis ini terbuat dari bahan asbes dengan permukaan bagian dalam yang halus
meskipun telah berusia lama, tahan terhadap korosi, bersifat isolator, ringan,
pemasangannya mudah, penyambungannya sederhana dengan menggunakan
coupling, ring tittle, dan mechanical joint. Tetapi pipa ini tidak elastis dan tidak
tahan terhadap benturan dan beban berat. Tersedia dalam ukuran 50-600 mm.

 Cast Iron Pipe (CIP) dan Ductile Cast Iron Pipe (DCIP)

Terbuat dari bahan besi tuang dengan sifat tahan terhadap tekanan yang besar,
daya mekanis lebih baik, mampu menahan getaran, berat, dan tahan lama. CIP
mudah terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan sambungan, oleh
karenanya ada jenis tertentu yang diberi lapisan anti korosif seperti pada jenis
DCIP. DCIP mudah dalam pemasangan, penyambungan dapat dilakukan dengan
flanged, bell dan spigot, dan mechanical joint. Tersedia dalam ukuran 75-1500
mm.

 Galvanized Iron Pipe (GIP)

Terbuat dari baja campuran atau besi tempa dengan sifat tahan terhadap tekanan
dari dalam pipa dan kesadahan yang tinggi, pengangkutan dan pemasangan
mudah, tetapi kurang tahan terhadap korosi dan harganya relatif mahal. Tersedia
dalam ukuran 75-1500 mm.

 Steel Pipe
Terbuat dari baja dengan sifat tidak tahan terhadap korosi elektris dan tekanan
atau benturan, tipis dan ringan, pembuatannya mudah, tetapi sulit dalam
pemasangan karena membutuhkan waktu yang banyak, serta penyambungan
dapat dilakukan dengan pengelasan dan mahal. Tersedia dalam ukuran 75-1500
mm.

 Prestressed Concrete Pipe (PCP)

Terbuat dari beton atau tanah liat dengan sifat tahan terhadap korosi, tidak
mengalami perubahan kekasaran di dinding pipa untuk waktu yang lama, tetapi
cukup berat dan sukar dalam pemasangan. Biasanya diperuntukkan dalam
kondisi khusus. Tersedia dengan diameter 500-2000 mm.
 Polyvinyl Chloride Pipe (PVC)

Terbuat dari serat fiber dengan sifat tahan terhadap korosi dan tanah yang agresif,
isolator, menghambat pertumbuhan bakteri, tidak merubah sifat air, ringan,
pemasangannya mudah yaitu dengan sistem rubbering, dan umumnya mudah
didapat serta banyak tersedia di pasaran. Dengan sistem pemasangan dengan
menggunakan rubbering ini, pipa tidak perlu lagi dilem dan sambungan antarpipa
akan fleksibel terhadap gerakan pipa. Tetapi kekuatan mekanisnya rendah,
koefisian muai panasnya besar, dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Tersedia
dengan diameter 50-400 mm.

2.9.2 Alat Sambung (fifting)

Alat sambung (fitting) berguna untuk pemasangan instalasi pipa karena dapat
diketahui pemasangan instalasi pipa yang terlalu panjang melebihi pipa yang ada
dipasaran. Jenis-jenis alat sambung yang dapat di gunakan adalah :
 Elbow digunakan untuk membelokkan aliran
 Reducing elbow digunakan untuk memperkecil arah aliran yang di belokkan
 Side outlet elbow digunakan untuk membagi arah aliran pada belokkan
 Bend digunakan untuk membelokkan arah aliran yang beradius besar
 Tee digunakan untuk membagi aliran menjadi dua bagian
 Cross digunakan untuk membagi aliran menjadi tiga bagian
 Side outlet Tee digunakan untuk membagi aliran menjadi empat bagian
 Socklet digunakan untuk penyambung pipa lurus
 Cap/Dop digunakan untuk menutup arah aliran
 Barrel Union digunakan untuk bagian pipa mati
 Plain nipple,barrel nipple,hexagonal nipple,flange,locnut,bushis,dan long
screw.
2.10 Langkah Perhitungan Perencanaan Jaringan Pipa

2.10.1 Analisa Pertumbuhan Penduduk


Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk pada tahun-tahun
mendatang digunakan beberapa metode antara lain Metode Geometrik,
Metode Aritmatik.

1. Metode Geometrik
Digunakan untuk meramalkan data/kejadian lain yang
perkembangannya atau pertumbuhannya sangat cepat untuk keperluan
proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah
pendudukmenunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Metode ini
tepat untuk diterapkan pada kasus pertumbuhan ekonominya tinggi dan
perkembangan kotanya pesat.

Rumus:
Pn = Po (1+r)a
R = Po (1+n)1/n
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
R = Tingkat pertumbuhan
n = Jumlah interval tahu

2. Metode Aritmatik
Digunakan bila data berkala menunjukkan jumlah penambahan
(absolute number) yang relatif sama setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota
dengan luas wilayah yang relatif kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota
rendah dan perkembangan kota yang tidak terlalu pesat.
Rumus :

Pn = Po + ka (Tn-To)

Ka =

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n

Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

Tn = Tahun ke-n

To = Tahun awal

Ka = Konstanta

P1 = Jumlah penduduk terakhir yang diketahui

Po = Jumlah penduduk pada tahun pertama

T1 = Tahun terakhir yang diketahui

To = Tahun pertama yang diketahui

2.10 Manajemen Proyek


2.10.1 Rencana Anggaran Biaya
Yang dimaksud dengan rencana dan anggaran ialah merencanakan sesuatu
bangunan dalam bentuk dan faedah dalam penggunaannya, beserta besar biaya yang
diperlukan dan susunan –susunan pelaksanaan dalam bidang administrasi maupun
pelaksanaan kerja dalam bidang teknik.
(Sumber : Arief Rahman, Rencana Anggaran Biaya )
2.10.2 Penjadwalan Proyek
Unsur utama penjadwalan adalah peramalan (forccasting). Perlu disadari
bahwa perubahan- perubahan dapat saja terjadi di masa mendatang sehingga akan
mempengaruhi pola rencananya sendiri.
Menjadwalkan adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-
persoalan, menguji jalur-jalir yang logis, serta menyusun berbagai tugas, yang
menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan
dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat.

2.10.3 Tujuan dan Manfaat Perencanaan Jadwal


Jadwal bagi proyek bagaikan sebuah peta dalam perjalanan. Tanpa membaca
peta dengan baik, perjalanan dapat tersesat sehingga menghabiskan banyak waktu,
biaya bahan bakar, atau bahkan tidak sampai ke tujuan karena kehabisan bahan bakar
(proyek gagal).
Untuk itu sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang manajer yang baik
terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek. Tujuan perencanaan jadwal adalah :
1. Mempermudah perumusan masalah proyek
2. Menentukan metode atau cara yang sesuai
3. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir
4. Mendapatkan hasil yang optimim
Manfaat perencanaan tersebut bagi proyek adalah :
1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan
2. Mengetahui kegiatan yang perlu menjadi perhatian (kegiatan kritis)
3. Mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus
menyelesaikannya.

2.10.4 Unsur-unsur Penyusunan Kegiatan


Penyusunan kegiatan secara logis menurut waktu tertentu akan menghasilkan
rencana formal yang mencantumkan :
1. Kegiatan atau tugas
2. Waktu
3. Sumber daya
4. Biaya sebagai target di dalam pelaksanaan

Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan,


maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup
efektif, yaitu :
1. Secara teknis jadwal tersebut bisa dipertanggung jawabkan (technically
feasible)
2. Disusun berdasarkan perkiraan/ramalan yang akurat (reliable estimate)
dimana perkiraan waktu, sumber daya serta biayanya berdasarkan kegiatan
pada proyek sebelumnya
3. Sesuai sumber data yang tersedia
4. Sesuai penjadwalan proyek lainnya, yang menggunakan sumber daya yang
sama
5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada spesifikasi
proyek
6. Mendetail yang dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dengan
pengendalian kemajuan proyek
7. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis
(Sumber : Syafriandi & Putri Lyanna )

2.10.5 Metode Penjadwalan Proyek


Network analysis sebenarnya adalah perbaikan dari metode diagram batang.
Metode tersebut menyajikan secara jelas hubungan ketergantungan antara bagian
kegiatan dengan kegiatan lainnya yang digambarkan dengan diagram network.
Digunakan metode tersebut memungkinkan dapat diketahui bagian-bagian kegiatan
yang harus didahulukan, yang harus menunggu selesainya kegiatan lain, dan kegiatan
yang tidak perlu tergesa-gesa. Metode network analysis tersebut mengalami
penyempurnaan secara bertahap, yaitu PERT, CPM, PDM, dan yang terakhir adalah
penjadwalan dengan komputer.

2.10.6 Bar Chart


Bar Chart atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai diagram batang mula-
mula dipakai dan diperkenalkan oleh Hendri Lawrence Gantt pada tahun 1917.
Metode tersebut bertujuan mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan untuk
merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai, dan waktu
pelaporan.
Hingga kini metode diagram batang masih banyak digunakan karena diagram
batang mudah dibuat dan dipahami sehingga sangat berguna sebagai alat komunikasi
dalam penyelenggaraan proyek.
Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom tersebut
urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Baris menunjukan periode waktu
yang berupa jam, hari, mingguan, ataupun bulanan. Penggambaran bar (batang) pada
setiap baris kegiatan akan menunjukan waktu mulai dan waktu selesainya kegiatan.

2.10.7 Kurva S
Pada proyek yang tidak terlalu banyak kegiatannya, metode bar chart sering
digunakan. Penggunaan digabungkan dengan kurva “S” sebagai pemantau biaya.
Disebut kurva S karena bentuknya yang menyerupai huruf S. Hal tersebut terjadi
karena pada awal proyek (kegiatan persiapan) besarnya biaya yang dikeluarkan per
satuan waktu cenderung rendah, kemudian meningkat cepat pada pertengahan proyek
(kegiatan konstruksi), dan akan menurun/rendah kembali pada akhir proyk
(penyelesaian akhir).
\
Gambar 2.2. Kurva S

Kurva tersebut pertama kali dikembangkan oleh Jendral Warren T. Hannum,


seorang perwira Zeni Amerik Serikat, atas dasar pengamatan terhadap pelaksanaan
sejumlah besar proyek dari awal hingga selesai. Kurva tersebut dipergunakan hanya
sebagai pembanding saja karena tidak secara rinci memberikan data yang diperlukan.
Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %)
kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Kemajuan
kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan proyek.
Prbandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat
diketahiunya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari
yang direncanakan.
(Sumber : Syafriandi & Putri Lyanna, Aplikasi Microsoft Project )

2.10.8 NetWork Planning (NWP)

NetWork Planning prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian


–bagian pekerjaaan yanga digambarkan daalam diagram network. Dengan demikian
diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur
( Tambah biaya ), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain,
pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan orang dapat digeser
ke tempat lain demi effisiensi.

(Sumber : Drs. Sofyan Badri, Dasar-dasar Network Planning)


UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN PEMANFAATAN LUBANG BEKAS TAMBANG (VOID)


DI PT ADARO INDONESIA, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TESIS

With a Summary in English

Study of Utilization of Mine Voids in PT. Adaro Indonesia, South


Kalimantan Province
Study on the lementation of Informati
on Accessibility Process in Company’s
Environmental Performance Rating Program’s Policy (PROPER))

Tiyas Nurcahyani
0806447740

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA, JULI, 2011

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya sendiri,


dan semua sumber yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Tiyas Nurcahyani


NPM : 0806447740

Tanda Tangan :

Tanggal :

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


HALAMAN PENGESAHAN TESIS

Tesis ini diajukan oleh:


Nama : Tiyas Nurcahyani
NPM : 0806447740
Program Studi : Kajian Ilmu Lingkungan
Judul Tesis : Kajian Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void)
di PT. Adaro Indonesia, Provinsi Kalimantan Selatan

Tesis ini telah disetujui dan disyahkan oleh Komisi Penguji Program Studi Kajian
Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia pada tanggal 7
Juli 2011 dan telah dinyatakan lulus ujian komprehensif dengan Yudisium
SANGAT MEMUASKAN

Jakarta, Juli 2011

Mengetahui,
Ketua Program Studi Tim Pembimbing
Ilmu Lingkungan Pembimbing I,

Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr. PH Dr. Ir. Setyo S. Moersidik, DEA

Pembimbing II,

Dr. Lana Saria, M.Si

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


HALAMAN PENGESAHAN OLEH KOMISI PENGUJI

Tesis ini diajukan oleh:


Nama : Tiyas Nurcahyani
NPM : 0806447740
Program Studi : Kajian Ilmu Lingkungan
Judul Tesis : Kajian Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void)
di PT. Adaro Indonesia, Provinsi Kalimantan Selatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi Kajian Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Ir. Setyo S. Moersidik, DEA ......................

Pembimbing II : Dr. Lana Saria, M.Si ......................

Ketua Sidang : Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH ......................

Sekertaris Sidang : Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si ......................

Penguji Ahli : Dr. Ir. Soemarno Witoro Soelarno, Msi ......................

Ditetapkan di : JAKARTA

Tanggal : 7 Juli 2011

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan di bawah


ini:

Nama : Tiyas Nurcahyani


NPM : 0806447740
Program Studi : Kajian Ilmu Lingkungan
Fakultas : Pascasarjana
Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

”Kajian Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void) di PT. Adaro Indonesia,


Provinsi Kalimantan Selatan”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak bebas Royalti Non-eksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :

Yang menyatakan,

(Tiyas Nurcahyani)

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


BIODATA PENULIS

Nama : Tiyas Nurcahyani


Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 29 September 1971
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : PlosoarumRT 02/RW 05 No. 34, Sekarsuli,
Klaten Utara, Klaten
Agama : Islam
Email : tiyas_cahya@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1990-1996 Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik Pertambangan


Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Yogyakarta
1997-1990 SMA Negeri 2 Klaten
1994-1997 SMP Negeri I Ceper, Klaten
1994-1988 SD Negeri II Ceper, Klaten

Riwayat Pekerjaan :

2006-sekarang Staf Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara,


Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan segala
nikmat, rahmat, ridho dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul Kajian Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void) di PT. Adaro Indonesia,
Provinsi Kalimantan Selatan. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya.

Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tesis. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moersidik, DEA, sebagai dosen pembimbing I atas semua
bantuan, bimbingan dan waktu yang disediakan selama proses penyusunan tesis.
2. Dr. Lana Saria, M.Si, sebagai dosen pembimbing II atas semua bimbingan,
koreksi, kesabaran dan pemahaman substansi selama proses penyusunan tesis.
3. Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr.PH selaku Ketua Program Studi Ilmu
Lingkungan yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk untuk
menyelesaikan penelitian ini.
4. Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si., sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Lingkungan atas masukan selama perkuliahan dan bimbingan serta dorongannya
yang tiada putus agar penulis menyelesaikan penelitian ini.
5. Bapak Priyadi, Bapak Iswan Sujarwo, Mas Mahmudi, Bapak Edi Askari, Bapak
Rony, Bapak Yudi, Bapak Fajar, Mas Arif, Mbak Dinda dari PT. Adaro yang telah
banyak membantu selama penelitian di lapangan.
6. Bapak Bambang Susigit, Bapak Nur Hardono, Bapak Muh. Ansari, sebagai atasan
yang terus memberikan dukungan moral dan masukan dalam perampungan tesis.

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


7. Seluruh dosen program Studi Kajian Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas
Indonesia atas semua ilmu yang pernah diberikan.
8. Para narasumber atas kerja sama serta segala bantuan yang diberikan.
9. Kakak-kakak: Heru, Hendri, Lilis dan Didik yang tidak pernah berhenti untuk
selalu memberikan dukungan serta doa.
10. Rekan-rekan mahasiswa PSIL angkatan 27 dan 27 A: Dewi Istiyanie, Asih
Widiastuti, Damar, Fina Amelia, Rahma Widhiasari, Yanu Aryani, Redny Tota,
Josi Khama Dewi, Fakhrudin Mustofa, Ayu Satya, Ade, Yoga, Dewi Sri, Eti
Purwati dan Silvia Wijaya, mereka semua adalah rekan PSIL yang selalu
memberikan masukan, dorongan dan juga persahabatan selama ini. Dengan
template wajib : “semangat”!.
11. Ibu Erni, Ibu Irna, Pak Udin, Mas Nasrul, Mas Juju, seluruh staf administrasi yang
telah banyak membantu selama penulis menjalani perkuliahan dan selama
penelitian berlangsung.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu

Saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan
hati penulis mohon masukan dan saran bagi perbaikan tesis ini selanjutnya, sehingga
dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir
kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


ABSTRAK

Nama : Tiyas Nurcahyani


NPM : 0806447740
Program Studi : Kajian Ilmu Lingkungan
Judul Tesis : KAJIAN PEMANFAATAN LUBANG BEKAS TAMBANG
(VOID) DI PT ADARO INDONESIA, PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN

Penambangan batubara secara tambang terbuka akan menimbulkan perubahan rona


lingkungan baik berupa bukit-bukit kecil ataupun lubang bekas penambangan (void).
Metode pembuangan tanah penutup secara bacfilling di areal penambangan akan
memperkecil void yang terjadi. Void yang ditinggalkan pada akhir kegiatan tambang
tanpa adanya perencanaan pemanfaatan berpotensi menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan bagi lingkungan. Rona akhir tambang dalam penelitian ini dibatasi pada:
cadangan tersisa, peruntukan lahan, dan air permukaan. Penelitian bertujuan untuk
mengkaji pemanfaatan lubang bekas tambang (void) terhadap pembangunan
berkelanjutan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lubang bekas tambang
(void) berpotensi memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Program
pemberdayaan masyarakat sekitar tambang dalam memanfaatkan lubang bekas
tambang menjadi sangat penting bagi kelangsungan pembangunan. Informasi
mengenai kandungan logam baik pada tanah maupun air dapat menjadi suatu gambaran
terhadap bahaya atau tidaknya pemanfaatan air tersebut bagi kesehatan manusia.

Kata Kunci: batubara, backfilling, rona akhir tambang, void, manfaat, kesehatan

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


ABSTRACT

Name : Tiyas Nurcahyani


Study Program : Environmental Science
Title : Study of Utilization of Mine Voids in PT. Adaro Indonesia, South
Kalimantan ProvinceStudy of Information Accessibility ure
for Environmental Ma
Open pit coal mining will cause changes in the environmental setting that either the
hills or small holes mined (void). Backfilling disposal method of in the area of mining
will decrease the voids happened. The hole left by the post mine at the end of mining
activities without use utilization planning could potentially cause unwanted effects on
the environment. Post mining in this study is limited to: the remaining reserves, land
use and surface water. The study aims to assess the utilization of the void to sustainable
development. The results of this study indicate that the void potentially contribute to
sustainable development. Community empowerment programs around the mines in
mined utilizing the hole becomes very important for the continuity of development.
Information of metal content in soil and water may be an illustration of the dangers of
whether or not the utilization of water for human health.

Keywords: coal, backfilling, post mining area, voids, benefits, health

PROPER, public policy, company’s environmental performance, SWOT

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN OLEH KOMISI PENGUJI................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................... v
BIODATA PENULIS ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xx
RINGKASAN .................................................................................................... xxi
SUMMARY ....................................................................................................... xxiv
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1 Geologi Lingkungan ............................................................................... 6
2.1.1 Klimatologi................................................................................... 7
2.1.2 Geomorfologi................................................................................. 8
2.1.3 Geologi ......................................................................................... 9
2.1.4 Hidrogeologi.................................................................................. 10

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


2.2 Metode Penambangan ......................................................................... 10
2.3 Reklamasi ............................................................................................ 15
2.4 Pascatambang ...................................................................................... 16
2.5 Kualitas Air .......................................................................................... 20
2.6 Kandungan Logam .............................................................................. 22
2.6.1 Arsen (As) .................................................................................. 23
2.6.2 Besi (Fe) .................................................................................... 23
2.6.3 Mangan (Mn) .............................................................................. 24
2.6.4 Timbal (Pb).................................................................................. 24
2.6.5 Kadmium (Cd) ........................................................................... 25
2.6.6 Merkuri (Hg) ............................................................................... 25
2.7 Tata Ruang dan Lahan ........................................................................ 26
2.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat................................................... 27
2.9 Pemanfaatan Lahan Pascatambang ..................................................... 28
2.10 Pembangunan Berkelanjutan ............................................................... 31
2.11 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep................................................ 32
2.11.1 Kerangka Teori.......................................................................... 32
2.11.2 Kerangka Konsep .................................................................... 34
2.12 Hipotesis ............................................................................................. 34
3. METODE PENELITIAN .......................................................................... 36
3.1 Pendekatan penelitian ............................................................. 36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 36
3.3 Populasi Penelitian ............................................................................ 36
3.4 Sampel Penelitian .............................................................................. 37
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................ 38
3.6 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 39
3.6.1 Data primer................................................................................ 39
3.6.2 Data sekunder............................................................................ 39
3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 39
3.8 Metode Analisis Data ........................................................................ 40

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 42
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 42
4.1.1 Lokasi dan luas wilayah ........................................................... 42
4.1.2 Geologi wilayah penelitian dan cadangan batubara.................... 43
4.1.3 Penambangan ............................................................................. 44
4.1.4 Iklim .......................................................................................... 45
4.1.5 Hidrologi dan Kualitas Air ......................................................... 47
4.1.6 Jenis Tanah ................................................................................. 49
4.1.7 Kependudukan ............................................................................ 52
4.1.7.1 Air Bersih ....................................................................... 53
4.1.7.2 Kelistrikan ...................................................................... 54
4.1.7.3 Wisata ................................................................................ 57
4.1.7.4 Perekonomian.................................................................... 59
4.1.8 Tata Ruang ................................................................................. 63
4.2 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 64
4.3 Rona Akhir Tambang PT. Adaro Indonesia ...................................... 65
4.3.1 Cadangan tersisa ....................................................................... 65
4.3.2 Peruntukan lahan ........................................................................ 67
4.3.3 Kualitas Air Permukaan ............................................................. 70
4.3.3.1 Kualitas air limbah .................................................. 71
4.3.3.2 Kualitas air sungai ..................................................... 73
4.3.4 Kualitas tanah ............................................................................. 76
4.4 Manfaat Rona Akhir terhadap Aspek Sosial, Ekonomi dan
Lingkungan ........................................................................................ 77
4.4.1 Manfaat ekonomi ........................................................................ 81
4.4.2 Manfaat sosial ............................................................................ 82
4.4.3 Manfaat lingkungan .................................................................. 85
4.5 Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void) terhadap
Pembangunan Berkelanjutan ............................................................. 86
4.5.1 Kualitas air hasil olahan Water Treatment Plant (WTP 300) ..... 86

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


4.5.2 Persepsi Masyarakat untuk Pemanfaatan Lubang
Bekas Tambang ......................................................................... 91
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 98
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 98
5.2 Saran .................................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 101
LAMPIRAN

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Wilayah Kecamatan dan Desa-Desa dalam Pengaruh


Tambang.................................................................................... 105
Lampiran 2 Data Curah Hujan di Pit Tutupan.............................................. 107
Lampiran 3 Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk................................ 109
Lampiran 4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non Domestik.................. 112
Lampiran 5 Perhitungan Penambahan Pelanggan PDAM........................... 120
Lampiran 6 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Sambungan PDAM
Tahun 2009 – 2032................................................................... 122
Lampiran 7 Proyeksi Kebutuhan Listrik ..................................................... 130
Lampiran 8 Kriteria Kelas Mutu Air............................................................ 133
Lampiran 9 Laporan Hasil Uji Analisa Air.................................................. 135
Lampiran 10 Hasil Kuesioner Masyarakat..................................................... 139
Lampiran 11 Perhitungan Ekonomi Budidaya Karet...................................... 143
Lampiran 12 Diagram Alir Pemanfaatan Air Limbah Tambang.................... 146
Lampiran 13 Peta Rona Akhir Tambang........................................................ 147

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Matriks Variabel Penelitian ............................................................. 38


Tabel 3.2 Matriks Metode untuk Menjawab Tujuan Penelitian....................... 39
Tabel 4.1 Tipe Iklim Berdasarkan Schmidt dan Ferguson ............................. 46
Tabel 4.2 Rekapitulasi Neraca Air tahun 1997-2007 ...................................... 48
Tabel 4.3 Rekapitulasi Run Off Daerah Tangkapan Hujan
Tahun 1997 – 2007 ......................................................................... 49
Tabel 4.4 Kapasitas Terpasang dan Daya Mampu Pembangkit
Tahun 2008 ...................................................................................... 55
Tabel 4.5 Potensi Energi Air di Kalimantan Selatan ...................................... 56
Tabel 4.6 Jumlah Pelanggan, VA per Langganan dan kWh Listrik di
Kabupaten Tabalong ....................................................................... 56
Tabel 4.7 Jumlah Pelanggan, VA per Langganan dan kWh Listrik di
Kabupaten Balangan ...................................................................... 57
Tabel 4.8 Banyaknya Tempat Pariwisata dan Agrowisata di
Kabupaten Tabalong ...................................................................... 57
Tabel 4.9 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Tabalong .................................... 58
Tabel 4.10 Tempat Wisata di Kabupaten Balangan ......................................... 58
Tabel 4.11 Struktur Perekonomian Kabupaten Tabalong 2009 ....................... 59
Tabel 4.12 Struktur Perekonomian Kabupaten Tabalong tanpa Minyak
dan Batubara Tahun 2001-2009 ...................................................... 60
Tabel 4.13 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga berlaku
Tahun 2005-2009 ............................................................................. 61
Tabel 4.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Balangan tanpa
Minyak Bumi dan Batubara ........................................................... 62
Tabel 4.15 Neraca Cadangan pada Akhir Tambang Tahun 2022 .................... 66
Tabel 4.16 Hasil Uji Kualitas Air di Sei Dahai Tahun 2010.............................. 76
Tabel 4.17 Hasil Analisa Kualitas Tanah WD C2 pada Tahun 2010 ................ 77

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel 4.18 Program CSR PT Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong .......... 83
Tabel 4.19 Program CSR PT Adaro di Kabupaten Balangan .......................... 84
Tabel 4.20 Program CSR PT Adaro di Kabupaten Barito Selatan ................... 84
Tabel 4.21 Program CSR PT Adaro di Kabupaten Barito Timur ..................... 84
Tabel 4.22 Program CSR PT Adaro di Kabupaten Barito Kuala ...................... 84
Tabel 4.23 Hasil Uji Analisa Kualitas Air Kolam Ikan .................................... 90
Tabel 4.24 Hasil Uji Analisa Kimia Daging Ikan dan Udang pada
Ujicoba Kolam Budidaya ................................................................ 91

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Variasi dari Open Pit Mining ................................................... 12


Gambar 2.2 Open Pit Method pada Lapisan Miring..................................... 13
Gambar 2.3 Paradigma Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan
Benar ........................................................................................ 18
Gambar 2.4 Kerangka Teori ........................................................................ 33
Gambar 2.5 Kerangka Konsep ..................................................................... 34
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi PT. Adaro Indonesia .................... 42
Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Penambangan Batubara
PT. Adaro Indonesia ................................................................. 45
Gambar 4.3 Grafik Curah Hujan di Pit Tutupan tahun1999 – 2010............. 46
Gambar 4.4 Grafik pH di Lokasi TA-13 tahun 2010.................................... 71
Gambar 4.5 Grafik TSS di Lokasi TA-13 ................................................... 72
Gambar 4.6 Grafik Fe di Lokasi TA-13........................................................ 72
Gambar 4.7 Grafik Mn di Lokasi TA-13 .................................................... 73
Gambar 4.8 Grafik pH di Beberapa Lokasi Sungai Bulan Novemver 2010. 73
Gambar 4.9 Grafik TSS di Beberapa Lokasi Sungai Bulan November
2010........................................................................................... 74
Gambar 4.10 Grafik Fe dan Mn di Beberapa Lokasi Sungai
Bulan November 2010 ............................................................ 75
Gambar 4.11 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk............................................ 78
Gambar 4.12 Proyeksi Kebutuhan Air di Kabupaten Balangan dan
Tabalong ................................................................................... 79
Gambar 4.13 Letak WTP T-300 dan inpit pond T-300 ................................. 88
Gambar 4.14 Sebaran Responden Berdasarkan Umur.................................... 91
Gambar 4.15 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............. 92
Gambar 4.16 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan............................. 92
Gambar 4.17 Pengetahuan Responden tentang Rencana Penutupan
Tambang................................................................................... 93

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Gambar 4.18 Pendapat Responden tentang Void pada Akhir Tambang ........ . 94
Gambar 4.19 Persepsi Masyarakat tentang Pemanfaatan Void....................... 95
Gambar 4.20 Persepsi Masyarakat tentang Program Pemanfaatan Void........ 95

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


DAFTAR SINGKATAN

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


bcm : bank cubic meter
GMP : Good Mining Practice
IUP : Ijin Usaha Pertambangan
KB : Kejenuhan Basa
KTK : Kapasitas Tukar Kation
OB : Overburden
pH : derajat keasaman
PKP2B : Perjanjian Karya Pengusahaan Penambangan Batubara
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PLTD : Pembangkit Listrik Tenaga Disel
PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
RPT : Rencana Penutupan Tambang
ROM : Raw of Material
SR : Stripping Ratio
TSS : Total Suspended Solid
WTP : Water Treatment Plant

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


RINGKASAN
Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Indonesia
Tesis (Juli 2011)

Nama : Tiyas Nurcahyani


NPM : 0806447740
Judul Tesis : Kajian Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void) di PT.
Adaro Indonesia, Provinsi Kalimantan Selatan
Jumlah Halaman : Halaman permulaan xvi, halaman isi 100, gambar 25, tabel
26, lampiran 13

Konsumsi batubara di dunia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan


yang sangat pesat. Produksi batubara selama 17 tahun terakhir (1990-2007) juga
meningkat dari 3.489 juta ton menjadi 5.543 juta ton, dimana Indonesia menjadi
produsen terbesar ke 7 di dunia dengan produksi 231 juta ton.

Di dalam negeri, batubara telah memainkan peran yang cukup penting bagi
perekonomian Indonesia. Peran batubara sebagai sumber energi pembangkit juga
semakin besar, mengingat sekitar 71,19% dari konsumsi batubara domestik diserap
oleh pembangkit listrik, 17% untuk industri semen dan 10% untuk industri tekstil dan
kertas.

Dalam kegiatan usaha pertambangan batubara, pemilihan metode penambangan


disesuaikan dengan bentuk, sebaran, posisi batubara, dan kondisi tanah penutupnya
(overburden). Lapisan batubara dengan kondisi perlapisan mendatar (panjang), tebal
dan letak endapan yang tidak terlalu dekat dengan permukaan lebih cocok dilakukan
penambangan dengan cara open pit.

Pada penambangan batubara dengan metode open pit, tanah penutup (overburden) yang
dikupas dipindahkan ke suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapannya yang
disebut sebagai lokasi penimbunan (waste dump). Pada penambangan batubara secara
tambang terbuka dengan metode backfill dapat meninggalkan lahan bekas
penambangan berupa lubang bekas tambang (void). Lubang bekas tambang yang
ditinggalkan pada akhir kegiatan tambang tanpa adanya perencanaan pemanfaatan
berpotensi menimbulkan dampak yang tidak diinginkan bagi lingkungan.

Adanya kolam bekas penambangan pada akhir kegiatan penambangan ini tentu
memerlukan pengelolaan agar dalam perjalanan waktu tidak membahayakan
masyarakat dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Berdasarkan uraian tersebut, dapat diirumuskan permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian ini yaitu penentuan manfaat void sebagai salah satu rona akhir belum
secara jelas mengakomodasi pemanfaatan dan keberlanjutan terhadap fungsi
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Mengetahui rona akhir yang
ditetapkan apakah sudah termasuk dalam perencanaan tambang; 2) Mengetahui
manfaat rona akhir tambang terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan; dan 3)
Mengkaji pemanfaatan lubang bekas tambang (void) terhadap pembangunan
berkelanjutan.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang


digunakan untuk mengetahui potensi pemanfaatan lubang bekas tambang (void)
terhadap pembangunan berkelanjutan adalah dengan metode kuantitatif deskriptif.

Waktu penelitian dilakukan di lokasi PT. Adaro Indonesia yang berada di wilayah
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan pada bulan
November - Desember 2010.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:
Pada akhir tambang akan tersisa cadangan sebesar 492 juta ton, luas lahan yang dibuka
5.595,53 ha dan akan ada void seluas 2.039,56 ha pada beberapa pit, yaitu Pit Tutupan
bagian Utara seluas 278,89 ha, Pit Tutupan bagian Tengah seluas 710,20 ha, Pit
Tutupan bagian Selatan seluas 725,33 Ha, pit Wara seluas 237,23 Ha, dan Pit Paringin
87,91 Ha. Kualitas air limbah telah memenuhi baku mutu, kualitas air sungai beberapa
kali memenuhi baku mutu untuk kriteria air kelas IV. Untuk kualitas air olahan WTP-
300, beberapa kali memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416
tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Berdasarkan hasil analisa, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rona akhir tambang dalam penelitian ini meliputi:


a. cadangan tersisa pada akhir tambang sebesar 492 juta ton yang tersebar di tiga
Pit Tutupan, Paringin dan Wara.
b. Peruntukan lahan, yang terdiri dari lahan bekas tambang yang dibuka seluas
5.595,53 ha dan void yang terbentuk seluas 2.039,56 di Pit Tutupan, Paringin,
dan Wara. Dam di daerah Wara seluas 60,35 dan di Paringin seluas 15,17 ha.
c. Air permukaan, meliputi kualitas air sungai dan kualitas air limbah pada titik
penaatan SP 13 (TA13).
d. Kualitas tanah, berdasarkan hasil uji laboratorium bahwa pH tanah pada WD C2
termasuk masam.
Rona akhir tambang yang telah ditetapkan sudah terintegrasi dengan perencanaan
tambang.

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


2. Manfaat rona akhir tambang:
a. Secara Ekonomi: mempunyai potensi manfaat untuk perkebunan karet dan
hutan produksi, void yang ada dapat menampung air sejumlah 1.355.364.377 m3
sehingga diprediksikan dapat memasok kekurangan air bersih masyarakat. Air
yang ada juga mempunyai potensi untuk dijadikan sumber listrik yang
dibutuhkan oleh oleh masyarakat pada pada tahun yang akan datang.
b. Secara sosial: adanya peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat.
c. Secara lingkungan: mempunyai potensi manfaat lingkungan yaitu kualitas air
permukaan sesuai dengan baku mutu dan kesuburan tanah sesuai untuk
pertanaman, sehingga akan kembali fungsi lingkungan dan ekosistem.
Rona akhir tambang mempunyai potensi manfaat terhadap aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan.

3. Manfaat lubang bekas tambang (void) terhadap pembangunan berkelanjutan dapat


dilihat dari tiga aspek, yaitu:

a. Secara ekonomi: sumber air bersih, sumber air untuk pengairan tanaman
perikanan, dan tempat wisata.
b. Secara sosial: meningkatnya akses kesehatan masyarakat melalui
tersedianya air bersih, dan adanya tempat wisata.
c. Secara lingkungan: kualitas air sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan
dan tersedianya reservoir air bagi daerah tangkapan hujan.
Void sebagai salah satu rona akhir berpotensi memberi kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.

Daftar Kepustakaan: 38 (dari tahun 1986-2009)

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


SUMMARY
Programme of Study in Environmental Sciences
Postgraduate Programme University of Indonesia
Thesis (JULY, 2011)

Name : Tiyas Nurcahyani


Study Program : Environmental Science
Title : Study of Mine Voids in PT. Adaro Indonesia, South
Kalimantan Province
Number of pages : Initial page xvi, contens 100, figures 25, tables 26,
appendices 13

Coal consumption in the world in several years has increased very rapidly. Coal
production during the last 17 years (1990-2007) also increased from 3489 million
tonnes to 5543 million tonnes, of which Indonesia became the seventh largest producer
in the world with production of 231 million tons.

Domestically, coal has played an important role for the economy of Indonesia. The role
of coal as a source of energy generation is also getting bigger, considering that
approximately 71.19% of domestic coal consumption by power plants is absorbed, 17%
for the cement industry and 10% for textile and paper industries.

In coal mining operations, the selection of mining methods adapted to the shape,
distribution, coal position, and top soil and sub soil condition (overburden). Coal seam
with a horizontal bedding conditions (length), and location of sediment thickness are
not too close to the surface suitable mined by open pit method.

In coal mining by open pit methods, overburden are removed to a disposal area as the
landfill (waste dump). At the open pit coal mining with backfill methods may leave a
hole of post mining (void). The hole left by the post mine at the end of mining activities
without use utilization planning could potentially cause unwanted effects on the
environment.

The existence of ex-mining pond at the end of this mining activity would require the
passage of time management in order to not endanger the public and can be exploited
for the benefit of society.

Based on the description, can be defined issues to be raised in this study is the
determination of benefits void as one of the final color has not clearly accommodate the
use and sustainability of the environment and sustainable development functions.

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Objectives to be achieved in this study were: 1) Determine the final hue determined
whether it has been included in mine planning, 2) Knowing the benefits of mining the
final hue of the social, economic and environmental, and 3) Assess the utilization of
void against sustainable development.

This research approach uses a quantitative approach. The method used to determine the
potential utilization of void towards sustainable development is a descriptive
quantitative method.

The study has been conducted at the site of PT. Adaro Indonesia, South Kalimantan in
November-December 2010.

Based on analysis of data obtained, the obtained results as follows:


At the end of the mine will remain a reserve of 492 million tons, the area of 5595.53 ha
of land cleared and there will be a void area of 2039.56 ha in some pit, namely Pit
Tutupan the northern area of 278.89 ha, Pit Tutupan area of 710 Central , 20 ha, Pit
Tutupan the southern area of 725.33 hectares, an area of 237.23 Ha Wara pit, Pit
Paringin 87.91 Ha. The quality of waste water meets quality standards, the quality of
river water several times to meet water quality standards for criteria for class IV.
WTP300 processed for water quality, several times to meet the quality standard of the
Minister of Health Regulation No. 416 of 1990 on Conditions and Water Quality
Monitoring.

Based on the results of the analysis, then this study can be summarized as follows:

1. End of mining in the study include:


a. remaining mine reserves at the end of 492 million tonnes spread over three Pit
Tutupan, Paringin and Wara.
b. Allotment of land, which consists of former mining land cleared an area of
5595.53 ha and voids that form an area of 2039.56 in the Pit Tutupan, Paringin,
and Wara. Dam in the areas of Wara and Paringin covering an area of 60.35 and
at 15.17 ha
c. Surface water, including water quality and waste water quality compliance at
point SP 13 (TA13)
d. Soil quality, based on the results of laboratory tests that the soil pH at WD C2
including sour
End of mining which has been set already integrated with the mine planning.

2. Benefits of the final hue mine:


a. In Economics: have potential benefits for rubber plantations and production
forests, the existing voids can accommodate a number of 1,355,364,377 m3 of
water so that the predicted shortage of clean water can supply the community.
The water also has the potential to be a source of electricity needed by the
community in the coming year.

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


b. Socially: an increase in education and public health.
c. In the environment: the environment has the potential benefit of surface water
quality in accordance with standard quality and fertility of soil suitable for
planting, so it will return the environment and ecosystem function.

Rona end of mine has the potential benefits against the economic, social, and
environmental.

3. Benefits of the void towards sustainable development can be seen from three aspects,
namely:
a. Economically: fresh water resources, water sources for crop irrigation
fisheries, and tourist attractions.
b. Socially: increased access to public health through the availability of clean
water, and the sights
c. In the environment: water quality in accordance with established quality
standards and availability of water reservoirs for rain catchment.

Void as one of the final hue potentially contribute to sustainable development.

References : 32 (1986 - 2009)

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Konsumsi batubara di dunia dalam beberapa tahun terakhir mengalami


peningkatan yang sangat pesat. Pada tahun 1990 total konsumsi batubara dunia
mencapai 3.461 juta ton dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton,
meningkat rata-rata 3,59% per tahun (Ermina Miranti, 2008). World Energy
Council memperkirakan cadangan batubara terbukti dunia mencapai 847.488 juta
ton pada akhir 2007 yang tersebar di lebih dari 50 negara dimana 76,3%
terkonsentrasi di 5 negara yaitu Amerika Serikat (28,6%), Rusia (18,5%),
Cina (13,5%), Australia (9%), dan India (6,7%). Pada periode yang sama,
menurut data World Energy Council Indonesia memiliki cadangan terbukti
sebesar 4,3 miliar ton atau 0,5% dari total cadangan dunia. Produksi batubara
selama 17 tahun terakhir (1990-2007) juga meningkat dari 3.489 juta ton menjadi
5.543 juta ton, dimana Indonesia menjadi produsen terbesar ke 7 di dunia dengan
produksi 231 juta ton.

Sementara itu di dalam negeri, batubara telah memainkan peran yang cukup
penting bagi perekonomian Indonesia. Sumbangan yang diberikan dalam
penerimaan negara meningkat setiap tahun. Peran batubara sebagai sumber energi
pembangkit juga semakin besar, mengingat sekitar 71,19% dari konsumsi
batubara domestik diserap oleh pembangkit listrik, 17% untuk industri semen dan
10% untuk industri tekstil dan kertas.

Dalam kegiatan usaha pertambangan batubara, pemilihan metode penambangan


disesuaikan dengan bentuk, sebaran dan posisi batubara tersebut serta kondisi
tanah penutupnya (overburden). Lapisan batubara dengan kondisi perlapisan
mendatar (panjang), tebal dan letak endapan yang tidak terlalu dekat dengan
permukaan lebih cocok dilakukan penambangan dengan cara open pit ataupun
open cut. Disebut sebagai penambangan secara open pit jika dilakukan dari

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


2

permukaan yang relatif mendatar menuju ke arah bawah dimana endapan batubara
tersebut berada.

Pada awal penambangan batubara dengan metode open pit, tanah penutup
(overburden) yang dikupas dipindahkan ke suatu daerah pembuangan yang tidak
ada endapannya yang mana disebut sebagai lokasi penimbunan (waste dump).
Setelah operasi penambangan berjalan, maka tanah penutup dapat ditempatkan
kembali pada lubang bekas tambang atau disebut sebagai sistem backfilling
ataupun yang dilakukan di waste dump untuk melaksanakan kegiatan reklamasi
selama operasi penambangan berjalan. Penimbunan secara bacfilling dilakukan
untuk melaksanakan kegiatan reklamasi selama operasi penambangan berjalan.

Reklamasi pada kegiatan penambangan adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang


tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya. Berdasarkan definisi tersebut, reklamasi pada kegiatan
pertambangan tidak selalu dalam kegiatan revegetasi tetapi dapat dalam bentuk
lain. Bila dalam kondisi tertentu kegiatan pascatambang harus meninggalkan
lubang bekas tambang (void), maka lubang tersebut harus mempunyai nilai
manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pemanfaatan lubang bekas tambang telah dilakukan pada beberapa bekas


penambangan. Reklamasi lahan bekas galian pasir dan batu telah dilakukan di
Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas dengan melakukan budidaya ikan air tawar
(Haryono dan A. H. Tjakrawidjaja, 1994). Penambangan Timah di Pulau Bangka
juga merupakan contoh kegiatan penambangan mineral yang meninggalkan
lubang bekas tambang. Menurut Freddy A Hariratri (2001) secara keseluruhan
kualitas air kolong umur sedang (5-20 tahun) lebih sesuai untuk budidaya ikan
keramba jaring apung dibandingkan kualitas kolong umur muda (0-5 tahun)
terutama untuk budidaya ikan nila (Oreichromis niloticus).

PT. Adaro Indonesia merupakan salah satu perusahaan Perjanjian Karya


Pengusahaan Penambangan Batubara (PKP2B) Generasi 1 yang mencakup areal
35.800 ha dengan target produksi 45 juta ton/tahun. Metode penambangan yang
dilakukan adalah tambang terbuka menggunakan kombinasi kerja alat gali-muat
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


3

dengan alat angkut untuk kegiatan pengupasan lapisan batuan penutup dan
penggalian batubara. Sampai tahun 2009 ada 3 (tiga) buah pit yaitu Pit Tutupan,
Paringin dan Wara.

Berdasarkan dokumen AMDAL (2009), rona akhir tambang akan meninggalkan


wilayah dengan bentang alam yang bervariasi, yaitu mulai dari area yang
ditimbun sehingga membentuk topografi bukit kecil hingga area dengan elevasi
rendah berupa lubang bekas tambang (void). Dokumen AMDAL (2009) juga
menyebutkan bahwa pada wilayah Tutupan, Paringin, dan Wara akan
meninggalkan kolam bekas penambangan. Lubang bekas tambang (void) yang
ditinggalkan pada akhir kegiatan penambangan ini tentu memerlukan pengelolaan
agar dalam perjalanan waktu tidak membahayakan masyarakat dan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Adanya suatu metode pembuangan
tanah penutup secara bacfilling di areal penambangan akan memperkecil lubang
yang terjadi. Maka upaya pencegahan, pengendalian dan pemulihan pencemaran
juga seharusnya direncanakan sejak sebelum tambang beroperasi.

Kegiatan pengendalian dan pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan


dilakukan dengan mengacu pada dokumen yang disetujui oleh pemerintah dalam
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan dokumen Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). Dengan adanya dokumen ini, maka perusahaan
pertambangan wajib mengikuti kegiatan yang tertuang dalam dokumen, sehingga
jika terjadi adanya penyimpangan terhadap hasil yang diharapkan, maka dokumen
dapat direvisi untuk perbaikan.

Adanya lubang bekas tambang (void) yang ditinggalkan pada akhir kegiatan
pertambangan, saat ini mendapatkan perhatian yang cukup serius dari berbagai
sektor. Dalam berbagai kesempatan diskusi pada presentasi Rencana Penutupan
Tambang (RPT), adanya void yang ditinggalkan pada akhir tambang sering
menimbulkan perdebatan diantara para pemangku kepentingan (stakeholder).
Penentuan manfaat void sering hanya didasarkan atas keinginan sepihak atau
bahkan tidak mencapai kesepakatan karena masing-masing pihak menginginkan
pemanfaatan yang berbeda.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


4

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mencoba melakukan kajian terhadap


pemanfaatan area bekas galian tambang berupa lubang (void) pada PT. Adaro
Indonesia, yang merupakan salah satu PKP2B Generasi I. Pembatasan lingkup
penelitian dilakukan mengingat bahwa perusahaan tersebut telah beroperasi cukup
lama dan telah ada area bekas galian tambang berupa lubang bekas tambang
(void) yang dimanfaatkan untuk sumber air bersih.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, bahwa sampai saat ini sebagian besar
tambang batubara di Indonesia dilakukan secara tambang terbuka. Pada
penambangan batubara secara tambang terbuka dengan metode backfill dapat
meninggalkan lahan bekas penambangan berupa lubang bekas tambang (void).
Lubang bekas tambang yang ditinggalkan pada akhir kegiatan tambang tanpa
adanya perencanaan pemanfaatan berpotensi menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan bagi lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang menjadi pokok


bahasan pada penelitian ini adalah penentuan manfaat void sebagai salah satu rona
akhir belum secara jelas mengakomodasi pemanfaatan dan keberlanjutan terhadap
fungsi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Dari pernyataan tersebut, maka pertanyaan yang dapat dikemukakan


adalah:

1. Apakah rona akhir tambang yang telah ditetapkan sudah termasuk dalam
perencanan tambang?
2. Apakah rona akhir tambang yang ditetapkan memberi manfaat terhadap
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?
3. Apakah lubang bekas tambang (void) sebagai salah satu rona akhir tambang
memberi manfaat sosial dan ekonomi terhadap pembangunan berkelanjutan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui rona akhir yang ditetapkan apakah sudah termasuk dalam


perencanaan tambang.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


5

2. Mengetahui manfaat rona akhir tambang terhadap aspek sosial, ekonomi


dan lingkungan
3. Mengkaji pemanfaatan lubang bekas tambang (void) terhadap pembangunan
berkelanjutan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada perusahaan pertambangan tentang pentingya


rona akhir tambang dalam suatu perencanaan tambang sejak tahap studi
kelayakan
2. Memberikan informasi kepada semua pemangku kepentingan tentang
pentingnya perencanaan pemanfaatan lubang bekas tambang dan pentingnya
kerjasama semua pemangku kepentingan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemanfaatannya
3. Dijadikan bahan masukan untuk pembuatan kebijakan bagi pemerintah
dalam pengelolaan lubang bekas tambang.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Lingkungan

Secara geografis wilayah Indonesia terletak pada garis equator termasuk dalam
daerah beriklim tropis basah, yang umumnya memiliki temperatur hangat,
kelembaban udara tinggi, dan curah hujan tinggi. Iklim yang demikian
memungkinkan Indonesia mempunyai tanah yang subur, tetapi kondisi curah
hujan yang cukup tinggi juga berpotensi menyebabkan terjadinya bencana banjir.
Menurut Iskandarsyah (2008), bahwa geologi lingkungn adalah interaksi antara
manusia dengan lingkungan geologis. Lingkungan geologis terdiri dari unsur-
unsur fisik bumi (batuan, sedimen, tanah, dan fluida), unsur permukaan bumi,
bentang alam dan proses yang mempengaruhinya. Dalam kehidupan manusia,
lingkungan geologis tidak hanya memberikan unsur-unsur yang menguntungkan
atau bermanfaat seperti ketersediaan air bersih, mineral ekonomis, bahan
bangunan, bahan bakar, dan lain-lainnya, namun juga memiliki potensi terjadinya
bencana seperti gempa bumi, banjir, dan letusan gunung berapi.

Menurut Iskandarsyah (2008), bahwa geologi lingkungan merupakan manajemen


sumber daya alam untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial
berkelanjutan yang berkaitan dengan sumber daya alam terbarukan dan upaya
minimalisasi dampak dari pengambilan dan penggunaan sumber daya alam tak
terbarukan.

Komponen-komponen dalam lingkungan secara langsung maupun tidak langsung


akan terpengaruh dan/atau mempengaruhi aktivitas pertambangan. Komponen-
komponen tersebut diantaranya adalah karakteristik fisik dan kimiawi,
karakteristik biologi, dan respon manusia terhadap lingkungan pertambangan
(karakteristik sosial).

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


7

Aspek-aspek yang akan selalu terkait dan berhubungan dengan komponen-


komponen lingkungan adalah:

a. Klimatologi (iklim/cuaca)
b. Geomorfologi (fisiografi, topografi, dan pola pengaliran sungai)
c. Geologi (tanah/ batuan/kandungan mineral dan struktur geologi)
d. Hidrogeologi

Aspek-aspek tersebut di atas selain mempunyai potensi pengembangan yang dapat


dipertimbangkan dalam membuka suatu kawasan pertambangan, juga memiliki
potensi bencana geologi yang harus diantisipasi sebelum kegiatan pertambangan
berjalan.

2.1.1 Klimatologi

Klimatologi adalah kajian mengenai iklim suatu daerah termasuk di dalamnya


cuaca, temperatur, kelembaban udara, curah hujan, arah dan kecepatan angin.
Iklim dibedakan menjadi iklim tropis (tropis basah dan kering), sub tropis, iklim
dingin dan kutub. Secara geografis wilayah Indonesia yang terletak di daerah
equator termasuk ke dalam daerah beriklim tropis basah. Temperatur tergantung
dari sinar matahari dan sumber panas yang berasal dari dalam bumi yang diterima
di suatu daerah. Letak geografis, elevasi dan peranan vegetasi menjadi penting
dalam proses perubahan temperatur. Vegetasi akan mengurangi radiasi sinar
matahari dan menjaga laju radiasi dari dalam bumi, sehingga temperatur rata-rata
di dalam kawasan hutan lebih rendah daripada di daerah terbuka, sebaliknya
temperatur minimum di dalam hutan akan lebih tinggi daripada di tempat terbuka.
Temperatur rata-rata di dalam kawasan hutan yang sedikit lebih rendah ini
menyebabkan kelembaban nisbinya akan menjadi lebih tinggi daripada di daerah
terbuka. Keadaan ini dapat menjadi pertimbangan untuk menempatkan fasilitas
pertambangan di daerah terbuka.

Curah hujan pada suatu daerah dicirikan oleh intensitas hujan, yaitu jumlah
presipitasi yang jatuh pada saat tertentu. Data curah hujan dapat diperoleh dari
Badan Meteorologi dan Geofisika atau diukur sendiri melalui alat penakar hujan.
Data curah hujan ini sangat bermanfaat untuk mengurangi resiko yang terlibat

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


8

dalam konstruksi rekayasa pertambangan, seperti pemeliharaan stabilitas lereng


pit dan teknik penirisan tambang. Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan
potensi bencana geologi di dalam tambang bawah permukaan seperti banjir
lumpur basah. Sementara itu, curah hujan yang rendah akan menyulitkan
penyediaan air yang dibutuhkan oleh suatu operasi pertambangan maupun fasilitas
penunjangnya.

2.1.2 Geomorfologi

Bentuk roman muka bumi (bentang alam) yang sesuai untuk suatu kawasan
pertambangan ditentukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap lansekap
lapangan yang meliputi relief, kemiringan lereng, ketinggian daerah (elevasi),
pola pengaliran sungai, litologi, dan struktur geologi yang berkembang. Data
tersebut ditunjang oleh analisis terhadap peta topografi, foto udara, data satelit dan
GIS (yang dapat diperoleh dari instansi pemerintah maupun pihak swasta), serta
penelitian terdahulu. Relief suatu daerah akan mencirikan beda tinggi satu tempat
dengan tempat lainnya dan juga menampakkan curam landainya lereng, pola
bentuk dan ukuran bukit, lembah, gunung, dataran, gawir, dan sebagainya. Van
Zuidam dalam Iskandarsyah (2008) membuat suatu klasifikasi dari penamaan
relief berdasarkan kemiringan lereng, sebagai berikut :

a. datar (almost flat): 0°-2° (0%-2%)


b. landai (gently sloping): 2°-4° (2%-7%)
c. miring (sloping): 4°-8° (7%-15%)
d. agak curam (moderately steep): 8°-16° (15%-30%)
e. curam (steep): 16°-35° (30%-70%)
f. sangat curam (very steep): 35°-55° (70%-140%)
g. terjal (extremely steep): >55° (>140%)

Bentang alam yang landai umumnya cocok untuk dijadikan sebagai tempat
fasilitas penunjang pertambangan seperti tempat pemukiman, pengolahan dan
pemurnian, pembibitan tanaman-tanaman yang diperuntukkan bagi reklamasi
lahan tambang. Bentang alam bergelombang biasanya ditempati oleh batuan
sedimen/metamorf yang keras, sedangkan intrusi batuan beku akan membentuk
bukit-bukit yang berdiri sendiri (soliter) seperti halnya batu gamping dengan
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


9

perbukitan karstnya yang disertai dengan sungai terputus-putus, depresi dan


dolina-dolina. Daerah dengan bentang alam seperti ini sebenarnya merupakan
daerah yang perlu dikonservasi (dilindungi) mengingat umumnya daerah ini
adalah daerah resapan bagi kebutuhan air di daerah hilir. Apabila potensi
sumberdaya mineralnya cukup bagus, daerah ini dapat dijadikan kawasan
pertambangan dengan memperhatikan aspek-aspek dampak lingkungan dan
penanggulangan potensi bencana geologi yang dapat ditimbulkannya.

2.1.3 Geologi

Dalam geologi lingkungan, mengenal macam dan sifat batuan serta struktur
geologi yang berkembang menjadi penting. Tanah adalah lapisan penutup
permukaan bumi yang tidak terkonsolidasi, terdiri dari mineral dan bahan organik
yang terbentuk akibat pelapukan batuan penyusun kerak bumi. Tanah tersebut
dapat terbentuk dari batuan yang berada di bawahnya (residual soil) atau berasal
dari batuan yang tererosi dari tempat lain (transported soil). Tanah residu dapat
terdiri dari lapisan-lapisan yang disebut horison, mulai dari horison O (top-soil,
didominasi oleh bahan organik), horison A (sub-soil, prosentase mineral lebih
besar daripada bahan organik), horison B (didominasi oleh mineral yang
menyusun partikel-partikel batuan yang sangat halus), dan horison C (bedrock,
lapisan batuan yang belum teralterasi penuh). Tanah merupakan unsur yang
sangat penting di dalam pemanfaatan suatu lahan, baik sebagai sumber daya alam
maupun sumber bencana geologi. Sebagai sumber daya alam, tanah bermanfaat
bagi lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Urutan dan kedudukan setiap perlapisan batuan (stratigrafi) penting artinya untuk
eksploitasi sumberdaya mineral. Metode penambangan dapat ditentukan
berdasarkan kedudukan sumber daya mineral yang akan dieksploitasi, apakah
akan dilakukan tambang terbuka atau tambang bawah permukaan. Kedudukan
sumber daya mineral akan berasosiasi dengan proses pembentukan batuan
penyusun kerak bumi. Suatu daerah yang akan dijadikan kawasan pertambangan
dapat tersusun oleh batuan beku, batuan sedimen atau batuan metamorf, bahkan
bisa ketiga-tiganya. Batuan-batuan tersebut diurut dan dikelompokkan
berdasarkan suatu formasi, yaitu satuan batuan resmi yang memiliki kesamaan ciri
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


10

litologi dan umur pengendapan.

2.1.4 Hidrogeologi

Menurut Kodoatie dalam Iskandarsyah (2008) bahwa hidrogeologi adalah suatu


studi interaksi antara kerja kerangka batuan dan air tanah yang dalam prosesnya
menyangkut aspek-aspek kimia dan fisika yang terjadi di dekat atau di bawah
permukaan bumi. Davies dalam Iskandarsyah (2008) menyatakan bahwa
hidrogeologi tidak akan lepas dari daur hidrologi sebagai berikut: evaporasi dari
tanah atau air laut dan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan – kondensasi dalam
awan – presipitasi dalam bentuk hujan – infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah
atau menjadi air limpasan (sungai dan danau) – kembali evapotranspirasi.

Air yang meresap ke dalam tanah akan membentuk suatu sistem aliran air bawah
permukaan (air tanah), yang akan berbeda pada masing-masing daerah, tergantung
dari litologi dan bentang alamnya. Litologi atau lapisan batuan yang mengandung
air tanah disebut lapisan akifer. Air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi
(daerah tangkapan) ke daerah yang lebih rendah (daerah buangan) yang akhirnya
mengalir menuju laut. Daerah tangkapan adalah bagian dari suatu daerah aliran
(catchment area) dimana aliran air tanah jenuh menjauhi permukaan tanah.
Daerah buangan adalah bagian dari catchment area dimana aliran air tanah
menuju permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah (pada akifer bebas) maupun
muka pisometrik (pada akifer tertekan) merupakan hal yang penting untuk
diketahui, karena mencerminkan kesetimbangan hidrodinamika air tanah di suatu
daerah.

2.2 Metode Penambangan

Secara garis besar metode penambangan untuk pengambilan bahan galian


dikelompokkan dalam tiga metode penambangan, yaitu tambang terbuka (surface
mining), tambang bawah tanah/tambang dalam (underground mining), dan
tambang bawah air (underwater mining). Berdasarkan jenis endapan, maka secara
umum metode tambang terbuka dapat dikelompokkan menjadi empat macam,
yaitu: open pit/open cast/open cut/open mine yang diterapkan untuk tambang
mineral (bijih/ore), kuari (quarry) yang diterapkan untuk menambang batuan,

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


11

strip mine yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan sedimenter yang


letaknya kurang lebih mendatar, misalnya tambang batubara ataupun tambang
garam serta alluvial mine yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan
alluvial.

Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangannya, secara garis
besar kuari dibagi menjadi dua golongan, yaitu: side hill type, yang diterapkan
untuk menambang batuan atau endapan yang letaknya di lereng bukit atau
endapannya berbentuk bukit. Kedua adalah pit type, yang diterapkan untuk
menambang batuan yang terletak pada suatu daerah yang relatif datar.

Berdasarkan cara penggaliannya, maka alluvial mine dapat dibedakan menjadi


tiga macam, yaitu:

1) Tambang semprot (hydraulicking). Tambang semprot dilakukan dengan


menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi dengan menggunakan
alat penyemprot yang dinamakan monitor atau water jet atau giant. Syarat
utama menggunakan metode ini adalah ketersediaan air yang banyak, baik
untuk penggalian maupun untuk pengolahan.

2) Penambangan dengan kapal keruk (dredging), yang digunakan bila endapan


terletak di bawah permukaan air, misalnya di lepas pantai, sungai, danau atau
lembah.

3) Manual mining method, yang mana cara penambangan ini sangat sederhana
yaitu dengan menggunakan tenaga manusia dan hampir tidak memakai alat
mekanis. Cara seperti ini dilakukan oleh rakyat setempat dan biasanya
dilakukan untuk endapan dengan ukuran atau jumlah cadangannya kecil,
letaknya tersebar dan terpencil dan endapannya cukup kaya.

Menurut Hartman (1987), berdasarkan proses penambangannya, maka metode


tambang terbuka dikelompokkan dalam metode ekstraksi secara mekanik dan
metode ekstraksi dengan air. Metode ekstraksi secara mekanik biasa dilakukan
pada endapan logam (bijih), batubara dan batuan.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


12

Penambangan endapan mineral dan batubara dengan menggunakan metode


ekstraksi mekanik dapat dibedakan atas: open pit mining, kuari, open cast mining
dan auger mining (Hartman, 1987). Secara umum penambangan batubara dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode tambang terbuka dan metode
tambang bawah tanah. Pemilihan metode penambangan batubara ditentukan oleh
kondisi batubara sebagai bahan galian, ukuran dan ketebalan, bentuk bahan galian
serta kedalaman (posisi) bahan galian. Metode tambang terbuka merupakan suatu
metode penambangan yang dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan
bumi dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. Tambang
terbuka batubara memiliki nilai ekonomis jika batubara berada dekat permukaan
tanah.

Pada open pit, tanah penutup dikupas dan ditransportasikan ke suatu daerah
pembuangan yang tidak ada endapan mineral/batubara di bawahnya. Pada open
cast mining, tanah penutup yang telah dikupas diangkut langsung ke daerah yang
berbatasan dan telah ditambang. Beberapa variasi open pit menurut Hartman
(1987) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.Variasi dari Open Pit Mining


Sumber: Hartman, 1987
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


13

Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak


endapan dan alat-alat mekanis yang digunakan, yaitu meliputi contour mining,
mountain top removal method, area mining method, dan open pit method. Contour
mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng
pegunungan atau bukit. Cara penambangan diawali dengan dengan pengupasan
tanah penutup (overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti
garis ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan
batubaranya. Penambangan kemudian dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai
batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang. Pada mountain top removal
method lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya sehingga memungkinkan
perolehan batubara 100%. Area mining method biasa diterapkan untuk
menambang endapan batubara yang dekat permukaan pada daerah mendatar
sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari singkapan batubara yang
mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke arah yang lebih
tebal sampai batas pit. Open pit method digunakan untuk endapan batubara yang
memiliki kemiringan (dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal
apabila lapisan tanah penutup juga tebal. Jika lapisan miring, maka metode ini
dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan (single seam)
atau lebih (multiple seam). Gambar 2.2 menggambarkan bahwa pada cara ini
lapisan tanah penutup yang telah dikupas dapat ditimbun di kedua sisi pada
masing-masing pengupasan.

Gambar 2.2. Open Pit Method pada Lapisan Miring


Sumber: Hartman (1987)
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


14

Sedangkan jika lapisan tebal, penambangan dapat dimulai dengan melakukan


pengupasan tanah penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah
ditambang. Namun demikian, sebelum operasi penambangan, terlebih dahulu
harus tersedia lahan bukaan untuk penempatan overburden. Pada cara ini,
pengupasan tanah penutup maupun penggalian batubara digunakan sistem jenjang
(benching system).

Menurut Martin et al., dalam Hartman (1987) bahwa tahapan dalam operasi
tambang terbuka batubara secara garis besar meliputi:

1) Persiapan (penebangan pohon)


2) Pembersihan lahan
3) Pemindahan batuan penutup (topsoil)
4) Pembongkaran batuan penutup (overburden)
5) Pemindahan batuan penutup (overburden removal)
6) Pembersihan lapisan batubara
7) Pembongkaran/penggalian batubara
8) Pemuatan batubara
9) Pengangkutan batubara ke penimbunan atau pengolahan

Pembongkaran batuan penutup dapat dilakukan dengan ripper ataupun


menggunakan bahan peledak. Setelah batuan berbentuk material lepas (lose
material), maka batuan kemudian diambil dengan dragline atau power shovel
untuk diletakkan di alat angkut yaitu dump truck. Setelah lapisan batubara terlihat,
lapisan batubara tersebut digali, dan kemudian dimuat ke dalam truk atau ban
berjalan untuk diangkut ke tempat pengolahan batubara atau langsung ke
stockpile.

Pada kegiatan pemindahan batuan penutup (overburden removal), batuan


diangkut untuk ditempatkan di waste dump ataupun ditimbun secara backfilling.
Setelah tanah ditebarkan, maka lapisan tanah pucuk ditempatkan kembali dan
terakhir diratakan.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


15

2.3. Reklamasi

Tambang terbuka batubara memerlukan lahan yang luas dan luas lahan yang
terganggu juga lebih luas dibandingkan dengan tambang dalam. Namun demikian,
tidak semua tambang dapat diusahakan secara tambang dalam. Luasan lahan
terganggu tersebut digunakan untuk kegiatan penambangan dan tempat
pembuangan lapisan tanah penutup. Luasan lahan terganggu mempunyai potensi
dampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola secara baik dan benar.
Tambang batubara hanya menggunakan lahan untuk sementara waktu, sehingga
penting dilakukan reklamasi lahan segera setelah kegiatan penambangan
dihentikan. Reklamasi lahan merupakan satu kesatuan dari kegiatan pertambangan
modern di seluruh dunia dan biaya reklamasi lahan dibebankan pada biaya operasi
penambangan.

Dalam tambang terbuka, faktor lingkungan yang mendapat perhatian utama


adalah masalah polusi dan reklamasi. Berdasarkan Undang-undang Nomor 4
tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, bahwa reklamasi
didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Sesuai dengan
definisi tersebut, maka reklamasi pada lahan bekas tambang dapat berupa
penataan lahan yang kemudian dilanjutkan dengan revegetasi ataupun penataan
lahan untuk peruntukan lain.

Menurut Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial


(Departemen Kehutanan, 2002) bahwa pada kegiatan usaha pertambangan,
kegiatan reklamasi merupakan kegiatan yang harus segera dilakukan setelah lahan
bukaan selesai ditambang. Tahapan reklamasi lahan bekas tambang batubara
meliputi:

a. Tahapan perencanaan, yang meliputi perencanaan jangka panjang dan jangka


pendek. Pada tahap ini dibuat mengenai detil tentang tahapan reklamasi,
kebutuhan bahan/alat dan biaya serta tenaga kerja
b. Pengaturan topografi lahan
c. Pengaturan tanah pucuk
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


16

d. Revegetasi (penanaman kembali)


e. Pemeliharaan, yang meliputi pemupukan dengan pupuk organik/pupuk
kandang, penyulaman tanaman pada tanaman yang mati dan pendangkiran.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan


Pascatambang, bahwa rencana reklamasi meliputi:

a. Tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;


b. Rencana pembukaan lahan;
c. Program reklamasi terhadap lahan terganggu yang meliputi lahan bekas
tambang dan lahan di luar bekas tambang yang bersifat sementara dan/atau
permanen;
d. Kriteria keberhasilan meliputi standar keberhasilan penataan lahan,
revegetasi, pekerjaan sipil, dan penyelesaian akhir; dan
e. Rencana biaya reklamasi terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Reklamasi yang dimaksudkan pada lahan di luar bekas tambang meliputi:

a. Tempat penimbunan tanah penutup


b. Tempat penimbunan sementara dan tempat penimbunan bahan tambang
c. Jalan
d. Pabrik/instansi pengolahan dan pemurnian
e. Bangunan/instalasi sarana penunjang
f. Kantor dan perumahan
g. Pelabuhan khusus; dan/atau
h. Lahan penimbunan dan/atau pengendapan tailing.

2.4 Pascatambang

Cadangan batubara setelah sekian lama ditambang dan diambil untuk


dimanfaatkan akan mengalami penurunan bahkan habis. Jika batubara tidak
ekonomis lagi ditambang, maka perusahaan akan mengurangi atau bahkan
menghentikan karyawannya. Untuk itu perlu suatu program kegiatan yang
dikembangkan sejak awal kegiatan operasi penambangan agar pada saat terjadi
penutupan tambang, masyarakat sekitar tetap dapat menikmati kesejahteraan
seperti pada saat ada kegiatan penambangan. Dalam Undang-undang Nomor 4
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


17

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang dimaksud


“pascatambang” adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan. Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010
tentang Reklamasi dan Pascatambang bahwa Pemegang IUP Operasi Produksi
dalam melaksanakan pascatambang wajib memenuhi tiga prinsip, yaitu:

a. perlindungan dan pengelolaan lingkngan hidup pertambangan;


b. keselamatan dan kesehatan kerja; dan
c. konservasi mineral dan batubara.

Seperti diketahui bahwa kegiatan pertambangan ditujukan bagi kesejahteraan


masyarakat, baik masa kini maupun masa mendatang, maka kegiatan ini harus
memenuhi kaidah pertambangan yang baik dan benar (good mining
practice/GMP), yaitu memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan norma-
norma yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya mineral memberikan hasil
yang optimal dan dampak buruk yang minimal (Suyartono dkk, 2003). Paradigma
pengelolaan pertambangan yang baik dan benar dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Dalam GMP, bahwa penerapan teknik pertambangan yang tepat meliputi
penetapan cadangan; kajian kelayakan; konstruksi; penambangan, pengolahan,
dan pengangkutan; penutupan tambang; dan pascatambang. Untuk optimalisasi
pemanfaatan, maka dalam penerapan teknik pertambangan harus memperhatikan
dan mematuhi peraturan perundangan dan standardisasi yang ada. Aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, konservasi sumberdaya, dan aspek
nilai tambah merupakan aspek yang penting dan saling terkait dalam pengelolaan
pertambangan yang baik. Kemandirian masyarakat pada saat kegiatan masih
beroperasi dan pascatambang sangat penting artinya, sehingga perusahaan dan
pemerintah harus dapat mentransformasikan sumberdaya yang tak terbarukan
menjadi sumberdaya yang terbarukan.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


18

Penerapan teknik pertambangan yang tepat

P ‐ Penetapan cadangan
‐ Kajian Kelayakan
E
‐ Konstruksi
R ‐ Penambangan, pengolahan, pengangkutan
A ‐ Penutupan tambang S
T ‐ Pascatambang/pembangunan berkelanjutan T
U A
R N
A Peduli Lingkungan Peduli K3 D
N A
R
P Pengelolaan D
E Pertambangan yang
I
R baik dan benar
S
U A
N S
D Penerapan prinsip Punya nilai tambah,
pengembangan I
A KOnservasi
wilayah/masyarakat
N
G
A
N

OPTIMALISASI PEMANFAATAN
LOGAM DAN MINERAL BAGI
MASYARAKAT

Kemandirian masyarakat
Pembangunan berkelanjutan

NILAI TAMBAH DENGAN PENGGERAK

Gambar 2.3. Paradigma Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar


Sumber: Suyartono dkk (2003)

Dengan melakukan penerapan tata cara pertambangan yang baik, maka dapat
dihindari terjadinya pemborosan sumber daya mineral dan batubara, tercapainya
optimalisasi sumber daya, terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan serta
terlindunginya keselamatan dan kesehatan para pekerja. Penerapan teknik
pertambangan yang tepat haruslah dimulai sejak awal kegiatan pertambangan,
yang meliputi:

a. Penetapan cadangan mineral dan batubara yang akan ditambang


b. Studi kelayakan
c. Konstruksi
d. Penambangan, pengolahan dan pengangkutan

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


19

e. Penutupan tambang dan pascatambang.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan


Pascatambang, dinyatakan bahwa rencana pascatambangan harus memuat:

a. Profil wilayah, meliputi lokasi dan aksesibilitas wilayah, kepemilikan dan


peruntukan lahan, rona lingkungan awal, dan kegiatan usaha lain di sekitar
tambang;
b. Deskripsi kegiatan pertambangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem
dan metode penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta fasilitas
penunjang;
c. Rona lingkungan akhir lahan pascatambang, meliputi keadaan cadangan
tersisa, peruntukan lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, serta
biologi akuatik dan teresterial;
d. Program pascatambang, meliputi:
d.1. reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang
d.2. pemeliharaan hasil reklamasi;
d.3. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; dan
d.4. pemantauan
e. Organisasi termasuk jadwal pelaksanaan pascatambang
f. Kriteria keberhasilan pascatambang
g. Rencana biaya pascatambang meliputi biaya langsung dan biaya tidak
langsung

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan


Pascatambang, bahwa program pascatambang meliputi:

a. Reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang
b. Pemeliharaan hasil reklamsi
c. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; dan
d. Pemantauan.

Dalam peraturan ini juga disebutkan bahwa salah satu prinsip yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang Ijin Usaha

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


20

Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi adalah melakukan


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, yaitu meliputi:

a. Perlindungan terhadap kuantitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah
serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati;
c. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup,
kolam tailing, lahan bekas tambang dan struktur buatan lainnya;
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
e. memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan
f. perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Rona lingkungan akhir lahan pascatambang sangat penting dalam suatu kegiatan
usaha pertambangan dan harus direncanakan dengan baik. Seperti diketahui
bahwa pembangunan berkelanjutan dalam konteks usaha pertambangan adalah
transformasi sumber daya tidak terbarukan (non renewable resources) menjadi
sumber daya pembangunan terbarukan (renewable resources). Manfaat yang
diperoleh dari kegiatan pertambangan haruslah dapat dirasakan bukan hanya pada
saat sedang ada pertambangan, tetapi juga bermanfaat untuk generasi yang akan
datang. Dalam konteks ini, bahwa setelah adanya kegiatan tambang berakhir,
maka perekonomian di daerah sekitar tambang juga tetap berlangsung.

Rona lingkungan akhir lahan pascatambang harus sudah direncanakan pada saat
melakukan studi kelayakan dan AMDAL, sehingga peruntukan lahan bekas
tambang tersebut dapat diwujudkan sebagaimana mestinya. Proses penutupan
tambang dilakukan secara bertahap dan merupakan bagian yang tak perpisahkan
dari kegiatan perlindungan lingkungan.

2.5 Kualitas Air

Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan. Kegunaan air tidak
hanya terbatas untuk air minum saja, namun juga untuk penggunaaan lain, seperti

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


21

untuk pertanian dan perikanan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang
dapat diperbarui, tetapi air mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia.

Kualitas air untuk berbagai penggunaan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air.
Dalam Peraturan Pemerintah ini kualitas mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas, yaitu:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tahun 1990


tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Pasal 1 menyatakan bahwa
kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, bahwa yang
dimaksud:

“Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak”.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


22

Peraturan mengenai air minum ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
yang menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Dan bahwa air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan.
Parameter wajib meliputi parameter yang langsung berhubungan langsung dengan
kesehatan dan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan.

2.6 Kandungan Logam

Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik, dan
anorganik. Kandungan alamiah logam akan berubah-ubah tergantung pada kadar
pencemaran oleh ulah manusia atau oleh perubahan alam seperti erosi.
Pencemaran logam berat pada tanah biasanya terkait dengan pencemaran udara
dan pencemaran air. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah
sangat rendah di dalam tanah. Bentuk senyawa ikatan logam dalam tanah
mempunyai sifat kimia yang berbeda-beda, termasuk daya larutnya terhadap air,
perubahan ikatan logam yang terikat dalam bahan organik, ikatannya dengan
silikat, dan ikatannya dengan oksida, hidroksida dan fosfat. Bentuk ikatan tersebut
sangat dipengaruhi oleh pH dan kandungan senyawa lain.

Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam


dalam tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan logam yang kurang
atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan mencerminkan kandungan logam
dalam tanah.

Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar maupun
air laut. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan
maupun logam berat jumlah sangat sedikit dalam air. Beberapa logam bersifat
esensial dan sangat dibutuhkan dalam proses kehidupam, misalnya kalsium (Ca),
fosfor (P), magnesium (Mg) yang merupakan logam ringan yang berguna untuk

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


23

pembentukan kutikula/sisik pada ikan dan udang. Logam berat yang bermanfaat
dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada hewan
air adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan mangan (Mn). Logam-logam berat yang
bersifat racun, seperti Hg, Cd, dan Pb terdapat dalam air biasanya dalam bentuk
ion.

Penggunaan logam oleh manusia mempengaruhi adanya pencemaran logam berat


terhadap alam lingkungan. Pencemaran logam berat pada lingkungan dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu udara, tanah/daratan, dan air/lautan.

Menurut Gossel dan Bricker dalam Darmono (2001) ada lima logam yang
berbahaya pada manusia, yaitu arsen (As), kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri
(Hg), dan besi (Fe). Selain itu ada tiga logam yang kurang beracun, yaitu tembaga
(Cu), selenium (Se), dan seng (Zn). Terjadinya toksisitas logam dapat melalui
beberapa jalan, yaitu inhalasi (pernafasan), termakan (saluran pencernaan), dan
penetrasi melalui kulit.

2.6.1. Arsen (As)

Arsen hampir selalu ditemukan secara alamiah di daerah pertambangan


walaupun jumlahnya sangat sedikit dan biasanya berbentuk senyawa kimia
baik dengan logam lain, oksida maupun sulfur. Arsen biasanya mencemari
lingkungan dalam bentuk debu yang beterbangan. Dalam pabrik, arsen
sering digunakan untuk campuran insektisida, pembasmi gulma, bahan
pengawet kayu, dan dipakai untuk konduktor listrik.

2.6.2. Besi (Fe)

Logam besi merupakan merupakan logam yang penting dalam sistem


biologi makhluk hidup. Fe dalam tubuh makhluk hidup berperan penting
dalam sel darah merah. Kandungan yang rendah dari Fe dalam makanan
akan menyebabkan naiknya efisiensi absorpsi Fe dan dapat meningkatkan
absorpsi logam esensial (Co, Mn, Zn) serta logam toksik (Cd, Pb).
Sementara makanan yang banyak mengandung Fe dapat menurunkan
absorpsi Zn pada manusia. Toksisitas akut Fe terjadi pertama-tama
disebabkan oleh adanya iritasi dalam saluran gastro-intestinal. Keracunan
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


24

Fe dapat menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler


meningkat sehingga plasma darah merembes keluar. Pada proses toksisitas
Fe kronik, besi banyak terakumulasi dalam jaringan hati, yaitu dalam
mitokondria dari sel hati.

2.6.3. Mangan (Mn)

Mangan merupakan logam yang penting dalam sistem biologi makhluk


hidup. Mangan (bersama Ca dan P) berperan dalam pembentukan sistem
tulang dan gigi. Kelebihan jumlah Mn dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan adanya toksik inhalasi.

2.6.4. Timbal (Pb)

Timbal adalah sejenis logam lunak dan berwarna coklat kehitaman, serta
mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Keracunan Pb dapat
terjadi jika mengkonsumsi sebanyak 0,2 – 2,0 mg Pb/hari. Timbal yang
diabsorpsi melalui saluran pencernaan didistribusikan ke dalam jaringan
lain melalu darah. Logam ini dapat terdeteksi dalam tiga jaringan utama,
yaitu:

a. Pertama, di dalam darah Pb terikat dalam sel darah merah (eritrosit)


dan mempunyai waktu paruh sekitar 25 – 30 hari.
b. Kedua, di dalam jaringan lunak (hati dan ginjal), mempunyai waktu
paruh sekitar beberapa bulan. Dari jaringan tersebut Pb didistribusikan
dan dideposit ke dalam kompartemen.
c. Ketiga, tulang dan jaringan-jaringan keras (kalsifikasi) seperti gigi,
tulang rawan dan sebagainya.

Timbal di dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul
protein dan menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim.
Timbal mengganggu sistem sintesis Hb.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


25

2.6.5. Kadmium (Cd)

Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam


Pb dan Zn. Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium yang
masuk ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd
dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses. Kadmium
dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai
metalotionein. Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya
Cd dalam tubuh adalah seng, besi, tembaga, selenium, kalsium, piridoksin,
asam askorbat, dan protein yang interaksinya bersifat antagonisme.

2.6.6. Merkuri (Hg)

Bentuk merkuri murni (elemen) adalah satu-satunya logam yang bersifat


cair dalam suhu kamar. Menurut Darmono (2001) ada tiga bentuk merkuri
yang toksik terhadap manusia yaitu merkuri elemen (merkuri murni),
bentuk garam inorganik dan bentuk organik. Bentuk garam inorganik Hg
dapat berbentuk merkuri (Hg2+) dan bentuk merkuro (Hg+), dimana bentuk
garam merkuri lebih toksik daripada merkuro. Ion merkuri menyebabkan
pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein, menghambat
aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Uap Hg yang
terhisap akan terlarut dalam darah dan dengan cepat terbawa ke otak dan
teroksidasi menjadi bentuk merkurik (Hg++) yang stabil dan akan tertinggal
di dalam otak. Indikator toksisitas Hg hanya dapat didiagnosis dengan
analisis kadar Hg dalam darah atau urin dan rambut. Dalam bidang
pertanian merkuri digunakan untuk membunuh jamur sehingga baik
digunakan untuk pengawet produk hasil pertanian.

Menurut Bryan dalam Darmono (1995), beberapa faktor yang mempengaruhi


kekuatan racun logam berat terhadap ikan dan organisme air lainnya adalah:

a. Bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut dalam air;


b. Pengaruh interaksi antara logam dan jenis racun lainnya;

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


26

c. Pengaruh lingkungan seperti temperatur, kadar garam, pengaruh pH atau


kadar oksigen dalam air;
d. Kondisi hewan, fase siklus hidup (telur, larva, dewasa), besarnya organisme,
jenis kelamin dan kecukupan kebutuhan nutrisi;
e. Kemampuan hewan unutk menghindar dari kondisi buruk (polusi), misalnya
lari untuk pindah tempat;
f. Kemampuan hewan untuk berdapatasi terhadap racun, misalnya detoksikasi.

2.7. Tata Ruang dan Lahan

Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan maka


pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi
kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga
kelestariannya. Sementara itu, untuk pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan
pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona
rimba pada taman nasional. Dalam undang-undang ini juga dinyatakan bahwa
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui
pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan
luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Dalam undang-
undang ini penambangan dengan pola pertambangan terbuka juga dilarang
dilakukan pada kawasan hutan lindung.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya
alam dilakukan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dengan memperhatikan:

e. Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;


f. Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
g. Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dinyatakan


bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

a. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan


terhadap bencana;
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


27

b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan,
kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan; dan
c. Geostrategi, goepolitik, dan geoekonomi.

Dalam Undang-undang ini juga disebutkan bahwa penyusunan tata ruang wilayah
provinsi mengacu pada rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Sugandhi (1999) menyatakan bahwa penataan ruang wilayah adalah suatu usaha
manusia yang diwujudkan berupa pola dan struktur yang akan menggambarkan
ikatan pemanfaatan ruang yang terpadu bagi sektor-sektor pembangunan (baik
bidang ekonomi, sosial budaya, dan Hankamnas) dalam hidup manusia beserta
segala isinya. Ikatan pemanfaatan ruang yang terpadu meliputi pengaturan ruang
untuk kegiatan manusia sesuai ukuran-ukurannya baik di daratan, lautan, angkasa
dengan mempertimbangkan kondisi alam, lautan, angkasa yang sesuai dengan
kehidupan manusia melalui keterpaduan perencanaan fisik, perencanaan sosial,
perencanaan ekonomi, perencanaan kelembagaan (institusional) bagi kehidupan
manusia dan lingkungannya yang selaras, serasi dan seimbang. Sugandhi (1999)
juga menyatakan bahwa perencanaan wilayah merupakan proses yang saling kait
mengait antara berbagai sektor pembangunan, baik sektor pemerintah maupun
swasta, baik secara sektoral maupun regional yang perlu disusun secara sistematis,
terarah dan terpadu dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup
masyarakat.

2.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kegiatan pertambangan merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan.


Kegiatan pertambangan umumnya terdapat di daerah terpencil yang umumnya
minim akan infrastruktur, bahkan ada yang tidak ada infrastruktur sama sekali.
Dengan adanya kegiatan pertambangan diharapkan usaha pertambangan ini akan
memicu perkembangan wilayah.

Seperti diketahui bahwa usaha pertambangan bersifat sementara karena deposit


bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Meskipun

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


28

bersifat sementara, kegiatan usaha pertambangan mempunyai potensi besar untuk


menciptakan momentum bagi berlangsungnya transformasi sosial (Suyartono,
2003). Kesementaraan usaha pertambangan dicerminkan oleh umur tambang atau
tergantung dari dua faktor yaitu skala produksi dan besarnya deposit bahan galian.
Percepatan transformasi sosial sangat bergantung pada percepatan pemanfaatan
deposit bahan galian. Semakin kecil percepatan pemanfaatan (penggalian) bahan
galian, maka semakin banyak waktu atau kesempatan bagi berlangsungnya
transformasi sosial.

Suyartono (2003) juga menyatakan bahwa ada tiga kelompok yang


berkepentingan dalam mewujudkan terciptanya keselarasan antara kegiatan usaha
pertambangan dan pembangunan yang berkelanjutan, yaitu pemerintah pusat
maupun daerah, dunia usaha pertambangan umum, dan masyarakat setempat.
Perusahaan pertambangan bertugas mengembangkan usahanya agar menghasilkan
suatu keuntungan bagi negara, daerah, dan masyarakat dalam bentuk lapangan
kerja dan program-program sosial. Dengan demikian, masyarakat setempat akan
dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan hasil pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan pertambangan.

Kegiatan usaha pertambangan merupakan suatu aspek penting yang dapat


membantu terciptanya pengembangan wilayah secara berkelanjutan. Salah satu
konsep yang dikembangkan untuk pengembangan wilayah ini adalah konsep
tangggung jawab perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Menurut Arif
Budimanta (2007) bahwa konsep CSR ini termuat tanggung jawab kepada
perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan dengan menjadi agen
pembangunan. Implikasinya perusahaan tidak hanya berfungsi sebagai penghasil
devisa negara, tetapi juga berkewajiban menciptakan lapangan kerja dan efek
ganda lainnya dalam kerangka peningkatan nilai tambah industri bagi
kesejahteraan komuniti.

2.9. Pemanfaatan Lahan Pascatambang

Dalam suatu kegiatan pertambangan, pada tahap kegiatan operasi tambang


pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah serta masyarakat sekitar akan
menikmati hasil kegiatan tersebut. Saat tambang berakhir, tentu segala aktivitas
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


29

penambangan dengan berbagai kegiatan ekonomi yang mendukungnya akan


berhenti. Masyarakat yang hanya mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan
pertambangan akan mengalami kesulitan.

Seperti diketahui, bahwa batubara merupakan sumberdaya yang tak terbarukan


dan suatu saat akan habis jika ditambang. Penutupan tambang sejak mulai
disusunnya studi kelayakan sudah harus direncanakan, sehingga semua pemangku
kepentingan (stakeholder) siap terhadap berhentinya operasi penambangan. Ada
banyak alasan mengapa tambang dapat tutup prematur (tidak sesuai dengan umur
tambang yang direncanakan). Menurut Laurence dalam Praktek Unggulan
Program Pembangunan Berkelanjutan untuk Industri Pertambangan (2006) bahwa
hampir 70% tambang di Australia yang telah tutup selama 25 tahun mengalami
penutupan yang tak terduga-duga dan tak direncanakan.

Alasan penutupan tersebut bukan karena habisnya cadangan bahan galian akan
tetapi karena alasan lainnya, yaitu:

a. Ekonomi, yaitu rendahnya harga komoditas atau tingginya biaya operasional


yang menyebabkan perusahaan pailit.
b. Geologi, seperti penurunan kualitas ataupun kuantitas yang tidak terantisipasi
sebelumnya.
c. Teknis, seperti kondisi geoteknik yang buruk ataupun kerusakan
mesin/peralatan.
d. Peraturan, akibat pelanggaran keamanan atau lingkungan.
e. Perubahan kebijakan, yang disebabkan oleh perubahan pemerintah.
f. Tekanan sosial atau masyarakat, khususnya dari organisasi non pemerintah
(atau lembaga swadaya masyarakat).
g. Penutupan industri atau pasar di tingkat hilir
h. Banjir atau gelombang besar.

Mengambil contoh pertambangan emas Bottle Creek, Western Austalia, yang


merupakan studi kasus dalam Praktek Unggulan Program Pembangunan
Berkelanjutan untuk Industri Pertambangan (2006) yang beroperasi pada Juni
tahun 1988 dan menghentikan operasinya pada November 1989 karena
terbatasnya sumberdaya emas. Kegiatan penutupan tambang dinyatakan berhasil
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


30

setelah dilakukan pemantauan secara terus menerus. Tambang Petangis,


Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur, merupakan salah satu tambang yang mulai
beroperasi tahun 1993 dan berhenti beroperasi pada tahun 2002. Tambang ini
merupakan salah satu contoh yang melakukan reklamasi secara bertahap di lokasi
penambangan pada saat masih beroperasi dan berhasil menyelesaikan
pascatambangnya tahun 2005. Misima Gold Mine, Papua Nugini, yang berhenti
beroperasi pada tahun 2004 setelah beroperasi sejak tahun 1987 juga dinyatakan
berhasil dalam penutupan tambang dengan hasil sebagai berikut:

a. Pengerjaan lahan dan dekonstruksi/pembongkaran berhasil diselesaikan


sesuai rencana
b. Tidak ada kecelakaan yang menyebabkan kehilangan waktu atau cedera
serius
c. Penggunaan lahan cocok untuk tujuan-tujuan pertanian
d. Tercipta peluang sosial dengan kelompok pemilik lahan setempat dan
pemerintah dengan mengelola sistem pembangkit listrik tenaga air dan sistem
perairan atas nama masyarakat
e. Pemerintah lokal dan pemerintah propinsi bertanggung jawab atas pusat
kesehatan dan medis serta infrastruktur lain yang telah terbangun sebagai
bagian dari rencana pengembangan masyarakat.

Seperti diketahui bahwa faktor utama terciptanya optimalisasi penambangan


adalah dilakukannya perencanan dan dilaksanakan teknik-teknik pertambangan
yang baik dan benar. Pemilihan metode penambangan akan memberi konsekuensi
pada rona akhir penambangan yang ditinggalkan. Menurut Suyartono, dkk (2003)
bahwa perlu ada kebijakan penutupan tambang yang bertujuan untuk mendorong
setiap kegiatan pertambangan mempunyai konsep sejak dini mengenai
pemanfaatan lahan bekas tambang, agar aman dan tetap mempunyai fungsi
lingkungan. Konsep pemanfaatan lahan bekas tambang tersebut tentunya harus
sesuai dengan rencana pembangunan di daerah, dan merupakan kesepakatan tiga
unsur utama aktor pembangunan yaitu industri pertambangan, pemerintah dan
masyarakat. Konsep pemanfaatan lahan bekas tambang yang tertuang dalam
dokumen rencana penutupan tambang juga memberikan dampak positif, yaitu

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


31

masyarakat akan mengetahui bahwa lahan bekas tambang masih memberikan


manfaat meskipun tambang sudah tidak beroperasi lagi.

2.10 Pembangunan Berkelanjutan

Pada 1987, Komisi Brundtland dalam World Commision on Environment and


Development (WCED) memberikan laporannya, Our Common Future,
mendefinisikan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
dijalankan untuk memenuhi kebutuhan sekarang, namun tidak boleh mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Tiga
aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah:

a. Keberlanjutan Ekonomi, diartikan sebagai pembangunan yang mampu


menghasilkan barang dan jasa secara kontinyu, untuk memelihara
kemampuan pemerintah menjalankan tugasnya termasuk menghadapi
tuntutan eksternal dan menghindarkan terjadinyta kebijakan sektoral ekstrim
yang menyebabkan ketidakseimbangan dan merusak produksi pertanian dan
industri. Harris (2001) dalam Witoro (2007) menyatakan bahwa keberlanjutan
ekonomi mensyaratkan adanya aliran barang dan jasa yang kontinyu utnuk
memelihara kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam menjalankan
tugasnya dan menjaga roda pembangunan di sektor produksi pertanian dan
industri. Witoro (2007) menyatakan bahwa pembangunan tidak bisa terlepas
dari pemanfaatan sumberdaya alam (SDA), baik SDA terbarukan (renewable)
maupun SDA tak terbarukan (non Renewable). Pembangunan untuk jangka
panjang dan berkelanjutan tentunya harus bertumpu kepada SDA terbarukan.

b. Keberlanjutan lingkungan, mensyaratkan bahwa sistem yang berkelanjutan


secara lingkungan harus mampu memenuhi hal-hal sebagai berikut:

(1) Memelihara ketersediaan sumberdaya yang stabil


(2) Menghindari eksploitasi yang berlebihan pada sumberdaya alam
terbarukan atau menurunnya fungsi lingkungan, dan
(3) Penyusutan (depleted) sumberdaya alam tak terbarukan hanya dapat
ditoleransi bila disertai substitusi yang memadai.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


32

Witoro (2007) menyatakan bahwa apabila suatu daerah akan ditinggalkan


setelah sumberdaya mineral habis ditambang, beberapa persyaratan
lingkungan yang perlu dipenuhi agar tercapai tujuan dari perencanaan
penutupan tambang, yaitu kestabilan fisik, kestabilan kimia, dan kestabilan
ekologi, termasuk di dalamnya adalah perlindungan keanekaragaman hayati.

c. Keberlanjutan Sosial, diartikan sebagai terciptanya suatu sistem adil yang


mampu mewujudkan kesetaraan untuk menyediakan jasa-jasa layanan sosial
termasuk kesehatan, pendidikan, gender, politik, dan partisipasi.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB) bulan September 2000, negara-negara anggota PBB mengadopsi tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs), yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar untuk
semua; mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan
angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit lainnya; dan memastikan kelestarian lingkungan hidup.

2.11. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

2.11.1. Kerangka teori

Penambangan batubara secara tambang terbuka akan memerlukan luas bukaan


lahan yang tidak sedikit luasnya. Luas bukaan tersebut tidak hanya dipergunakan
pada kegiatan penambangan saja, namun digunakan juga untuk pembangunan
fasilitas pendukung kegiatan penambangan itu sendiri, yaitu untuk pembangunan
jalan, tempat penimbunan dan pengolahan batubara serta untuk tempat
pembuangan material penutup (overburden/OB). Kegiatan penambangan batubara
akan menghasilkan batubara (produk) dan material penutup (OB). Perbandingan
antara batubara yang diambil dan overburden yang dipindahkan disebut sebagai
stripping ratio (SR). Luas bukaan lahan terdiri dari luas bukaan untuk produksi
dan luas bukaan untuk konstruksi dan penunjang. Luas bukaan lahan untuk
produksi biasanya berupa lubang bukaan (open pit ataupun open cast) dan pada
akhir tambang akan meninggalkan lubang bekas tambang (void) yang harus
direklamasi. Keadaan geologi lingkungan pada suatu daerah mempengaruhi

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


33

metode penambangan yang dilakukan. Dengan melihat metode penambangan


serta rencana tata ruang dan lahan, maka dapat direncanakan reklamasi dan
pascatambang yang akan dilakukan. Reklamasi dan pascatambang haruslah
direncanakan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai faktor, diantaranya
adalah kualitas air, kandungan logam baik dalam tanah maupun air, dan rencana
tata ruang wilayah, sehingga dapat bermanfaat bagi kelangsungan perekonomian
masyarakat dan pemerintah di sekitar daerah tambang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka teori dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Geologi lingkungan Metode


penambangan

Kualitas air Reklamasi


Tata ruang dan
lahan
Kandungan logam Pascatambang

Pemanfaatan lahan
pascatambang

Pembangunan
berkelanjutan

Gambar 2.4. Kerangka Teori

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


34

2.11.2. Kerangka konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian dapat


digambarkan seperti gambar 2.5. berikut.

Cadangan tersisa

Peruntukan lahan Rona akhir tambang

Kualitas Air
permukaan

Pembangunan
Manfaat rona akhir
berkelanjutan
tambang
Kualitas tanah

Kualitas air
limbah
Pemanfaatan lubang
bekas tambang

Kualitas air WTP

Persepsi
masyarakat

Gambar 2.. Kerangka Konsep

2.12. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi permasalahan di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti


pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Rona akhir tambang mempunyai potensi manfaat terhadap aspek sosial,


ekonomi, dan lingkungan.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


35

2. Void sebagai salah satu rona akhir berpotensi memberi kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


36

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif yang pemilihan


lokasinya dilakukan secara purposif. Jenis penelitian ini tergolong deskriptif yang
bertujuan melihat potensi pemanfaatan lubang bekas tambang (void) terhadap
pembangunan berkelanjutan. Sifat penelitian ini adalah ex post facto untuk
mengamati potensi manfaat void terhadap pembangunan berkelanjutan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Adaro Indonesia yang berada di wilayah


Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Pengambilan
data di lapangan pada November - Desember 2010, yang meliputi diskusi dengan
personil lapangan PT. Adaro Indonesia, pejabat desa, dan masyarakat desa sekitar
tambang yang berada di lingkar 1 (Ring 1). Data tambahan dikumpulkan melalui
korespondensi dengan staf PT. Adaro Indonesia, pemerintah daerah, pejabat desa,
maupun instansi terkait lainnya.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah:

a. Perusahaan pertambangan batubara

Populasi penelitian untuk perusahaan pertambangan ini adalah perusahaan


PKP2B Generasi I yang mempunyai kriteria: perusahaan tambang yang
melakukan tambang terbuka dengan kondisi cadangan yang berpotensi
meninggalkan lubang bekas tambang (void).

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


37

b. Masyarakat sekitar tambang

Populasi penelitian untuk masyarakat ini adalah adalah masyarakat sekitar


tambang yang tinggal di desa dengan kategori Desa Lingkar 1 (Ring 1/R1),
yaitu desa-desa yang mengalami pemaparan langsung dampak kegiatan
penambangan

3.4. Sampel Penelitian

a. Perusahaan

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel PT. Adaro Indonesia dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu, pengambilan sampel
dilakukan terhadap unsur populasi karena peneliti menganggap bahwa objek
yang dijadikan sampel memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian.

b. Sampel penelitian untuk masyarakat di Desa .

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel non random


(tidak acak), yaitu pengambilan sampel dimana sampel tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi
sampel disebabkan oleh faktor yang sudah direncanakan oleh peneliti. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu,
pengambilan sampel dilakukan terhadap unsur populasi karena peneliti
menganggap bahwa objek yang dijadikan sampel memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya.

Menurut Champion (1981) bahwa sebagian besar uji statistik selalu


menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik
yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30
s/d 60 atau dari 120 s/d 250. Dengan mengacu pada Champion, maka peneliti
menetapkan jumlah sampel yang terpilih sebanyak 66 (enam puluh enam)
responden yang berasal dari desa di Lingkar 1 (Ring 1), dimana tidak semua
desa di Lingkar 1 terwakili sampelnya dalam penelitian ini.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


38

3.5. Variabel penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi cadangan tersisa (ton) dan
peruntukan lahan (ha) melalui studi literatur, baik dari dokumen AMDAL
PT. Adaro maupun dokumen Rencana Penutupan Tambang yang sedang diajukan
oleh PT. Adaro kepada pemerintah. Variabel yang lain adalah kualitas air
permukaan, kualitas air limbah, kualitas tanah, dan kualitas air WTP 300 juga
dilakukan dengan studi literatur. Kualitas air kemudian dibandingkan dengan baku
mutu pada penambangan batubara, dan kemudian dianalisa dengan
mempertimbangkan pengaruh logam berat terhadap kehidupan di air. Variabel
kualitas tanah diperoleh dengan malakukan studi literatur yaitu laporan hasil uji
tanah yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas
Lambung Mangkurat. Variabel sosial ekonomi sifat datanya adalah primer dan
sekunder.

Secara umum, variabel penelitian serta metode yang digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian, diuraikan dalam Tabel 2.1:

Tabel 2.1. Matrik Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Definisi Operasional Unit Sifat Data

Cadangan tersisa Jumlah cadangan yang tersisa pada akhir ton Sekunder
tambang

Peruntukan lahan Luas lahan yang direklamasi pada akhir ha Sekunder


tambang

Kualitas air Parameter kualitas air sungai mg/l Sekunder


permukaan

Kualitas air limbah Parameter kualitas air limbah mg/l Sekunder

Kualitas tanah Parameter kesuburan tanah %, ppm Sekunder

Kualitas air WTP Parameter kualitas air bersih yang mg/l Sekunder
300 dihasilkan oleh WTP 300

Sosial ekonomi Persepsi masyarakat tentang pemanfaatan % Primer,


masyarakat lubang bekas tambang (void) sekunder

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


39

Tabel 2.2. Matriks Metode untuk Menjawab Tujuan Penelitian

No Tujuan Penelitian Metode Jenis data Metode Analisis


Pengumpulan Data Data
1 Mengetahui rona akhir Studi kepustakaan Sekunder Analisis
tambang yang ditetapkan deskriptif
apakah sudah termasuk
dalam perencanaan tambang
2 Mengetahui manfaat rona Studi kepustakaan Sekunder Analisis
akhir tambang terhadap deskriptif
aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan
3 Mengkaji pemanfaatan Studi kepustakaan, Sekunder, Analisis
lubang bekas tambang kuesioner primer deskriptif
(void) terhadap
pembangunan berkelanjutan

3.6. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder yang
berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

3.6.1. Data Primer

Data primer diperoleh peneliti melalui observasi yang dibuat dalam bentuk
kuesioner masyarakat dan foto. Data primer yang berupa kuesioner diisi langsung
oleh responden masyarakat sekitar tambang dengan fokus keinginan masyarakat
sekitar tambang terhadap kolam lubang bekas tambang yang ditinggalkan.

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari perusahaan serta berbagai literatur baik


perpustakaaan maupun situs internet yang ada kaitanya dengan masalah yang
diteliti. Data penunjang dikumpulkan melalui dokumen yang dimiliki oleh
PT. Adaro Indonesia, pemerintah, laboratorium uji, Badan Pusat Statistik,
BAPPEDA, dan PDAM maupun instansi lain yang terkait.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini:

a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


membaca, mengutip baik secara langsung maupun tidak langsung dari buku

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


40

dan literatur yang bersifat ilmiah dan berhubungan dengan topik yang diteliti,
inventarissai data dan validasi data.

b. Penelitian Lapangan, yaitu dengan melakukan penelitian langsung pada PT


Adaro Indonesia dan masyarakat lingkar 1 tambang. Untuk data sosial
ekonomi, maka peneliti membuat instrumen penelitian berupa keusioner yang
diisi langsung oleh responden masyarakat dengan metode dialog atau
wawancara langsung. Fokus wawancara adalah pada keinginan masyarakat
dalam pemanfaatan lubang bekas tambang (void) dan pengetahuan masyarakat
terkait rencana penutupan tambang.

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis data terdiri atas analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan
menggambarkan kondisi riil yang dihadapi kegiatan usaha pertambangan batubara
yang menerapkan tambang terbuka sehingga pada akhir tambang akan
meninggalkan void. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan rencana
pemanfaatan void.

Data sekunder rona akhir tambang didapatkan dari dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) PT. Adaro Indonesia. Hasil analisis ini
digunakan untuk mendapatkan ksesimpulan tentang apakah rona akhir tambang
sudah terintegrasi dalam perencanaan tambang. Data kualitas air permukaan,
dalam hal ini peneliti batasi hanya data sungai sekitar tambang didapatkan dari
hasil uji laboratorium Pengujian Komoditi dan Lingkungan, Balai Riset dan
Standardisasi Industri, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri,
Kementerian Perindustrian RI. Data yang diperoleh ini kemudian dibandingkan
dengan baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air. Data kualitas tanah
didapatkan peneliti dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian
Universitas Lambung Mangkurat. Data kualitas air pada titik penaatan didapatkan
dari Balai Riset dan Standardisasi Industri, Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri, Kementerian Perindustrian. Data ini kemudian dibandingkan dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


41

Untuk Data kualitas air olahan WTP 300 didapatkan dari Laboratorium Riset dan
Standardisasi Industri, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri,
Kementerian Perindustrian RI. Data ini kemudian dibandingkan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.

Data primer yang diambil oleh peneliti berupa data sosial ekonomi masyarakat.
Responden yang diambil sebanyak 66 orang yang diambil dari desa di Lingkar 1
(R1). Populasi responden adalah Desa di Lingkar 1 tambang. Pemilihan responden
dilakukan tidak secara acak. Pengisisn data kuesioner dilakukan langsung di
lapangan melalui wawancara. Data kuesioner yang terkumpul kemudian diolah
dengan menggunakan statistik sederhana. Perhitungan data statistik akan
menampilkan tabel-tabel mengenai umur, jenis mata pencaharian, pendidikan, dan
keinginan masyarakat dalam pemanfaatan lubang bekas tambang (void).

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


42

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Lokasi dan luas wilayah

Secara geografis, PT. Adaro Indonesia berada pada 115°33’30” - 115° 36’ 10”BT
dan 02°07’ 30” LU – 02°25’ 30” LS. Secara administratif, PT. Adaro Indonesia
terletak di 2 Propinsi dan 4 Kabupaten. Lokasi pit dan sarana produksi PT. Adaro
Indonesia yang dikembangkan berada di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten
Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, sementara untuk jalan angkut batubara
dan pelabuhan khusus batubara berada di Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten
Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Gambar 4.1. merupakan peta
wilayah administrasi PT. Adaro Indonesia.

Tempat penelitian

Gambar 4.1. Peta Wilayah Administrasi PT. Adaro Indonesia


Sumber: AMDAL (2009)

Area Kuasa Penambangan PT. Adaro secara administratif berbatasan dengan


beberapa wilayah, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Upau,

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


43

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Muara Harus dan Kecamatan Tanta serta sebelah
barat berbatasan dengan Kecamatan Juai.

Secara keseluruhan, total luas Kuasa Pertambangan Eksploitasi PT. Adaro


Indonesia berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Nomor
635.K/20.01/DJB/98 (+KW 96PP0386) adalah 35.800,80 ha yang terbagi menjadi
tiga area penambangan, yaitu Paringin, Tutupan, dan Wara. Batubara yang
dihasilkan oleh penambangan PT. Adaro Indonesia mempunyai nilai kalor 5.800 –
6.000 kcal/kg, kandungan belerang sekitar 0,1% dan kadar abu 1%. Berdasarkan
pengaruh kegiatannya, terdapat tiga kategori wilayah desa yang tersentuh
langsung dan tidak langsung, yaitu desa-desa dalam wilayah sisi tambang (R1),
desa-desa dalam wilayah dekat tambang (R2) dan desa-desa di luar wilayah
penambangan (R3) tetapi diperkirakan akan memperoleh pengaruh.

4.1.2. Geologi wilayah penelitian dan cadangan batubara

Daerah lokasi PKP2B PT. Adaro Indonesia terletak di tepi bagian timur Sub-
Cekungan Barito di kaki Pegunungan Meratus (AMDAL, 2009). Sub Cekungan
Barito merupakan bagian selatan dari Cekungan Kutai yang selama Zaman
Tersier, berupa suatu cekungan sedimen yang luas dan meliputi Kalimantan
bagian selatan dan timur. Formasi batuan di daerah penelitian adalah Formasi
Warukin yang berumur Miosen tengah sampai Miosen atas. Formasi ini terdiri
dari batupasir kuarsa, batulanau, serpih dan batubara yang terendapkan dalam
lingkungan huviatil (sungai dan delta). Tanah penutup daerah tambang terdiri dari
tanah pucuk (top soil) setebal 0 – 20 cm dan di bawahnya merupakan sub soil
yang terdiri dari lempung, lanau, lempung pasiran dan pasir lanauan, kadang-
kadang ditemukan limonit.

Batuan di daerah Tutupan yang mengandung lapisan batubara merupakan bagian


teratas dari Formasi Warukin yang berumur Miosen Tengah dan Atas (AMDAL,
2009). Penyebaran batubara pada Pit Tutupan memanjang dari utara ke selatan
mengikuti arah jurus perlapisan batubara dengan total panjang 17,5 Km. Pit
Tutupan dibagi menjadi 3 blok, yaitu Tutupan Selatan, Tutupan Tengah dan
Tutupan Utara. Cadangan batubara terbukti Pit Tutupan mencapai 645 juta Mt dan
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


44

akan ditambang sampai elevasi -204 dengan nisbah pengupasan rata-rata (SR)
adalah 4,03. Daerah Wara yang mempunyai cadangan terbukti sebesar 254,2 juta
ton terbagi menjadi dua bagian, yaitu Wara-1 dengan lapisan batubara yang
mempunyai kemiringan yang tajam dan Wara-2 dengan lapisan batubara yang
hampir landai. Daerah Wara akan ditambang sampai kedalaman maksimum -192
meter dengan SR total 3,11. Daerah Paringin mempunyai kemiringan lapisan
batubara 15o sampai 50o dan akan ditambang sampai elevasi -240 meter dengan
SR 5,5.

4.1.3. Penambangan

Metode tambang yang digunakan di lokasi penelitian adalah tambang terbuka


open pit dengan dengan sistem berjenjang (AMDAL, 2008). Peralatan yang
digunakan adalah kombinasi truk dan shovel/excavator. Kegiatan penambangan
dimulai dengan pembersihan lahan (land clearing) menggunakan dozer. Lapisan
atas tanah penutup (top soil) dipindahkan untuk digunakan langsung bagi
keperluan reklamasi maupun ditimbun terlebih dahulu pada tempat khusus sambil
menunggu kesiapan lahan reklamasi. Setelah selesai pengupasan top soil, maka
dilanjutkan dengan pengupasan lapisan penutup di bawahnya (overburden/OB)
dengan menggunakan dozer dan excavator. Pengupasan batuan penutup selain
dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis juga menggunakan bahan
peledak. Lapisan batuan penutup kemudian digali dan dimuat ke dalam truk dan
diangkut menuju tempat pembuangan yang letaknya di luar tambang (external
disposal) atau ditimbun secara backfilling di bekas lubang tambang.

Hasil analisis laboratorium PT. Geoservices (AMDAL,2009) terhadap beberapa


contoh batuan dari daerah Low Wall tambang Tutupan yang berupa sandstone dan
mudstone pada kedalaman 5,72 meter – 76,11 meter adalah merupakan batuan
tidak berpotensi pembentuk asam (Non Acic Forming/NAF), dengan indikasi
NAG (Net Acid Generation), pH 4,47 - 6,22; dan NAF, kg.H2SO4/t = 0,018; dan
kadar sulfur 0,02% – 0,06%. Sedangkan untuk batubara pada kedalaman 114,79
meter adalah merupakan batuan pembentuk asam (Potentially Acid Forming/PAF)
dengan indikasi NAG pH = 1,99; dan NAG, kg.H2SO4/t = 4,46; dan kadar sulfur =
0,18%.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


45

Batubara yang diambil kemudian diangkut dan ditimbun di stock ROM. Gambar
4.2 menunjukkan proses penambangan batubara PT. Adaro Indonesia.

Gambar 4.2. Diagram Alir Proses Penambangan Batubara PT. Adaro Indonesia
Sumber: AMDAL (2009)

4.1.4 Iklim

Tipe iklim wilayah penelitian ditentukan berdasarkan klasifikasi S Schmidt and


Ferguson dan Oldeman dengan menggunakan data curah hujan yang diperoleh
dari stasiun-stasiun pencatat curah hujan. Tipe iklim berdasarkan data yang
diperoleh dari Stasiun Tanjung, Muara Teweh dan Banjarmasin dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut ini. Berdasarkan Tabel tersebut, bahwa tipe iklim di Tanjung
menurut klasifikasi S Schmidt and Ferguson dalam kategori B, sedangkan jika
menurut klasifikasi Oldeman termasuk dalam kategori C2.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


46

Tabel 4.1. Tipe Iklim berdasarkan Schmidt and Ferguson dan Oldeman

Metode Iklim
Stasiun
Schmidt & Fergusson Oldemann
Tanjung B C2
Muara Teweh A B1
Banjarmasin B C2
Sumber: AMDAL (2009)
Keterangan:
Klasifikasi Schmidt and Fergusson Klasifikasi Oldeman
A: 9 bulan berurutan merupakan bulan basah B1: 7-9 bulan basah berurutan dan bulan kering
<2 bulan
B: 7-9 bulan berurutan merupakan bulan basah C2: 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan
kering

Jumlah hari hujan per tahun berkisar antara 162 hari hujan sampai 198 hari hujan
dengan intensitas curah hujan harian rata-rata berkisar antara 0,23 mm/hari sampai
20,87 mm/hari. Besarnya curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 1.125,50
mm sampai 6.315,27 mm. Berdasarkan data hasil pengamatan curah hujan di
tambang Tutupan selama 11 tahun terakhir (1999 – 2010) bisa dilihat pada
gambar 4.3 grafik dibawah ini :

Gambar 4.3. Grafik Curah Hujan di Pit Tutupan tahun1999 – 2010

Sumber: PT. Adaro Indonesia (2010)

Dari gambar 4.3 terlihat periode musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai
Juni sedangkan musim panas hanya pada bulan Juli sampai September. Walaupun

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


47

musim panas pada periode Juli – September, namun hujan masih turun dengan
intensitas 60 – 120 mm per bulan. Dalam periode 5 tahun terakhir intensitas hujan
bisa turun sampai > 20 mm perbulan yaitu pada bulan Januari, Maret, April, dan
November. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada bulan Desember sampai
Maret, dengan intensitas > 400 mm per bulan dengan hari hujan berkisar antara 15
sampai dengan 25 hari. Ada indikasi intensitas curah hujan dari tahun ke tahun
semakin tinggi, pada tahun 2004 intensitas curah hujan mencapai 4.204 mm
pertahun, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Maret dengan Intensitas
mencapai 600 mm pertahun. Bahkan pada tahun 2010 curah hujan mencapai
6.315,27 mm/tahun, suatu angka yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 ini intensitas
curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari dengan intensitas masih cukup
tinggi yaitu 291,50 mm/bulan.

Suhu udara berkisar antara 27oC sampai 33oC dengan tingkat kelembaban antara
36% sampai 76%, kecepatan angin antara 0,15 knot sampai 3,65 knot dengan arah
angin terbanyak yang menuju arah Barat Laut.

4.1.5 Hidrologi dan Kualitas Air

Di Kabupaten Tabalong terdapat beberapa sungai, yaitu Sungai Anyar, Sungai


Tabalong, Sungai Tigarun, Sungai Arakan, Sungai Ripai, Sungai Tabur, Sungai
Tamunti, Sungai Walangkir, Sungai Hapau Bulat, Sungai Awang, Sungai
Punggur, Sungai Panungkuan, Sungai Jangkung, Sungai Jaing, dan Sungai
Mangkusip.

DAS Tabalong mempunyai luas sekitar 2.753 km2 dengan debit antara
21,3 m3/det sampai 285,7 m3/det. Debit minimum umumnya terjadi pada bulan
Sepetember dan debit maksimum terjadi pada bulan Januari. Beberapa sungai
dalam DAS Tabalong yang langsung berhubungan dengan lokasi penambangan
adalah Sungai Wara, Sungai Jaing dan Sungai Mangkusip. DAS Balangan
mempunyai luas sekitar 1.032 km2 dengan rata-rata debit sungai antara
15,3 m3/det sampai 75 m3/det, tergantung pada musim. Debit terendah umumnya
terjadi pada bulan September, sedangkan debit maksimum terjadi pada bulan
Desember. DAS Balangan yang langsung berhubungan dengan lokasi
penambangan adalah Sungai Balida, Sungai Balang, Sungai Paran, Sungai
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


48

Belerang, Sungai Guruhiyang, Sungai Padang Panjang, Sungai Dahai, dan Sungai
Tutupan. Sungai Balangan merupakan lahan untuk mencari ikan bagi penduduk
setempat.

Berdasarkan hasil perhitungan dalam AMDAL (2009), maka dapat dilihat neraca
air pada tiap-tiap catchment area seperti pada tabel 4.2 di bawah.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Neraca Air tahun 1997-2007

Lokasi Curah Hujan Infiltrasi Run off Evapotranspirasi


min- (mm)
(mm) (mm)
max (mm)
Pit Tutupan Min 1.125,50 7,03 1.097,60 25,88
Max 4.224,10 4,24 4.195,80 25,53
Duhat-Walangkir Min 1.125,50 21,85 1.077,61 32,62
Max 4.224,10 13,19 4.180,17 30,71
Dahur-Tamiang Min 1.125,50 113,57 973,86 48,17
Max 4.224,10 68,52 4.109,60 45,91
SP 20-21 Min 1.125,50 0,31 1.109,52 19,41
Max 4.224,10 0,19 4.205,88 19,15
SP – 13 Min 1.125,50 3,43 1.106,40 19,41
Max 4.224,10 2,07 4.204,00 17,99

Sumber: AMDAL 2009

Tabel 4.3 di bawah menunjukkan adanya kondisi air larian yang berasal dari Pit
Tutupan yaitu SP 20 -21 dan SP-13 pada periode tahun 1997 -200.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Run Off Daerah Tangkapan Hujan Tahun 1997 – 2007

Lokasi Tahun Debit Run off


(m3/det) (m3/det)
1997 284,68 276,36
Pit Tutupan
2007 407,78 405,06
SP 20-21 1997 3,08 3,04
2007 12,58 12,52
SP – 13 1997 1,21 1,19
2007 11,47 11,42
Duhat-Walangkir 1997 49,20 47,11
2007 70,47 69,74
Dahur-Tamiang 1997 135,35 117,12
2007 193,88 188,63

Sumber: AMDAL, 2009

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


49

Kondisi air larian pada SP 20-21 dan SP-13 berkisar antara 280,59 m3/det sampai
429 m3/det, dimana air ini tertampung pada kolam pengendap yang ada di sekitar
tambang sebelum dialirkan ke arah Sungai Tabalong dan Sungai Balangan melalui
anak-anak sungai yang ada serta sebagian mengalir melewati dearah rendah di
Duhat-Walangkir dan Dahur-Tamiang.

4.1.6. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Tabalong adalah aluvial, podsolik, potsol, organosol


gleyhumus, dan komplek podsolik merah kuning, laterit, litosol, dan latosol.
Sebagian besar adalah tanah podsolik (151.168 ha atau 41,99 %) yang tersebar di
9 (sembilan) kecamatan terkecuali Kecamatan Banua Lawas dan Kelua. Tanah
komplek podsolik merah kuning, laterit, litosol, dan latosol seluas 106.766 ha
(29,66 %) hanya terdapat di Kecamatan Muara Uya dan Haruai (Bappeda
Kabupaten Tabalong, 2001). Sementara jenis tanah di Kabupaten Balangan
berdasarkan peta Landsystem RePPProt, 1987 dalam AMDAL PT. Adaro adalah
podsolik merah kuning (typic kanhapludults) sedangkan berdasarkan peta tanah
yang dikeluarkan oleh Puslittanak, 1999/2000 dalam AMDAL menetapkan jenis
tanah di areal ini disamping podsolik (kanhapludults) sebagai jenis tanah utama,
juga terdapat jenis podsolik (kandiudults), podsolik plintik (plinthudults),
kambisol dystrik (dystrudepts), dan oksisol kandik (kandiudox) sebagai tanah-
tanah sisipan.

Data mengenai jenis dan kesuburan tanah lokasi tambang PT. Adaro Indonesia
diperoleh dari data sekunder yaitu dokumen AMDAL PT. Adaro Indonesia. Jenis
tanah pada Pit Tutupan, Pit Wara dan Pit Paringin terdiri dari podsolik haplik
(typic kanhapludults) dan kambisol oxic (oxic dystrudepts). Profil tanah untuk
jenis podsolik Haplik ini pada fisiografi daerah lipatan dengan bentuk wilayah
landai-berombak. Bahan induk adalah batuliat, batupasir, drainase baik-sedang
dan vegetasi yang tumbuh adalah alang-alang.

Parameter kesuburan tanah yang dianalisis dalam AMDAL (2009) adalah sebagai
berikut:

a. Tekstur Tanah

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


50

Lokasi Tutupan, Paringin dan Wara umumnya tergolong mempunyai kelas


ukuran butir ‘sedang’ pada bagian lapisan atasnya (0-20 cm), yaitu
berkisar antara lempung perpasir (SL), lempung (L), lempung berliat (CL),
dan lempung liat berdebu (SiCL). Sedangkan lapisan bawahnya (> 20 cm)
tergolong berukuran butir ‘sedang sampai halus’, yaitu berkisar antara
lempung (L), lempung liat berpasir (SCL), lempung liat berdebu (SiCL),
lempung berliat (CL), liat berdebu (SiC) dan liat (C).

Keadaan tekstur seperti di atas termasuk cukup baik untuk pertumbuhan


tanaman karena akar tanaman cukup mudah untuk berkembang.

b. pH

pH tanah di lokasi Tutupan, Paringin dan Wara secara rata-rata tergolong


masam (4,5-5,5). Pada pH yang seperti ini, beberapa unsur hara tanaman
seringkali tidak tersedia.

Menurut hasil analisa tanah yang dilakukan oleh Universitas Lambung


Mangkurat pada Desember 2010, bahwa pH pada tanah alami di area
Paringin, Tutupan dan Wara berkisar antara 4,97 – 5,98. Hal ini
menunjukkan bahwa secara alamiah, tanah di lokasi penambangan sudah
dalam kondisi asam. pH tanah di waste dump berkisar antara 4,32 – 5,83
dan di disposal pH tanah berkisar antara 6,15 – 6,35 dengan perkecualian
di disposal Pit Gampa yang mempunyai pH 5,04.

c. C-organik

Lapisan atas tanah (0 -20 cm) kandungan C-organiknya sebagian besar


berkisar antara rendah sampai sedang, yaitu berkisar antara 0,61% sampai
2,76%. Sedangkan lapisan bawahnya (>20 cm) kandungan C-organiknya
berkisar antara rendah sampai sangat rendah (0,42% - 1,58). C-organik
dalam tanah berperan dalam meningkatkan kapasitas tukar kation. Makin
tinggi kadar C-organiknya, kemungkinan tanah semakin subur. Peran
C-organik ini berkaitan dengan kandungan N dalam tanah.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


51

d. N-total

Kandungan N-total dalam tanah berkisar antara rendah sampai sangat


rendah, yaitu <0,1% - 0,2%.

e. C/N ratio

Nilai C/N ratio menunjukkan tingkat kesuburan suatu tanah. Tanah di


lokasi Tutupan, Paringin dan wara mempunyai C/N ratio yang tergolong
sedang sampai sangat tinggi, yaitu >11.

f. P-tersedia

Kandungan P-tersedia pada lokasi Tutupan, Paringin, Wara sangat rendah.


Kandungan P-tersedia yang sangat rendah ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman karena senyawa P2O5-tersedia merupakan salah
satu penentu dari status kesuburan tanah.

g. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

KTK tanah di lokasi penelitian sebagian besar tergolong rendah, yaitu


berkisar kurang dari 16 me/100 gram tanah. Hanya pada SF 13 (di Wara)
pada lapisan bawahnya (17,55 me/100 gram) dan SF 18 (di Kelanis) pada
lapisan atasnya (18,85 me/100 gram) yang tergolong sedang, serta SF 17
(jalan angkut batubara) pada lapisan bawahnya (28,5 me/100 gram) yang
termasuk tinggi.

h. Kejenuhan Basa (KB)

Sebagian besar hasil analisa tanah pada contoh tanah di lokasi penelitian
menunjukkan hasil yang berada pada kisaran di bawah 35% , sehingga
digolongkan pada kisaran rendah.

Mengacu pada parameter tersebut, maka tingkat kesuburan tanah adalah sebagai
berikut:

a. pH pada lahan yang belum ditambang (alami) dan yang sudah direklamasi
tergolong masam yaitu berkisar antara 4,67 sampai 4,91.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


52

b. Kejenuhan basa umumnya tergolong rendah, yaitu <20%.

c. Kandungan C-organik dan N-total termasuk rendah, yang menunjukkan


rendahnya aktivitas mikroorganisme. Kandungan fosfor juga rendah.

d. Kegiatan penambangan dilaporkan secara kimiawi mempengaruhi kualitas


kesuburan tanah di lokasi pertambangan, akan tetapi tidak pada tanah-
tanah di jalur jalan tambang.

4.1.7. Kependudukan

Luas wilayah Kabupaten Tabalong 3.946 km2 yang terdiri 12 Kecamatan.


Penduduk Kabupaten Tabalong pada tahun 2009 mencapai 206.830 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 104.271 jiwa dan perempuan 102.559 jiwa yang terdiri dari
51.268 rumah tangga (Kepala Keluarga/KK). Laju pertumbuhan penduduk sejak
tahun 2004 sampai tahun 2009 mencapai 2,3%/tahun. Penduduk terbanyak ada di
Kecamatan Murung Pudak sebanyak 39.222 jiwa, disusul Kecamatan Tanjung
30.437 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Tabalong adalah 52 jiwa per km2
dan Kecamatan Murung Pudak adalah yang terpadat dengan 330 jiwa per km2.

Penduduk Kabupaten Tabalong rata-rata berpendidikan SD sederajat (8,39% dari


total jumlah penduduk) dan berpendidikan sederajat SLTA sebanyak 4,55%.
Untuk tingkat buta huruf sebanyak 2, 27 %. Kabupaten Tabalong terus berupaya
meningkatkan jumlah sumber daya manusia. Peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk untuk
bersekolah pada usia sekolah.

Dalam rangka mempercepat proses pembangunan di Kabupaten Tabalong, maka


Kabupaten Tabalong dibagi menjadi tiga wilayah pengembangan pembangunan
(Monografi Kabupaten Tabalong, 2009), yaitu:

a. Wilayah pengembangan pembangunan utara


Daerah yang masuk dalam wilayah ini adalah Kecamatan Haruai, Upau,
Muara Uya, Jaro dan Bintang Ara. Potensi wilayah ini adalah perkebunan,
pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, kehutanan daerah
transmigrasi dan pariwisata.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


53

b. Wilayah pengembangan pembangunan tengah


Daerah yang masuk dalam wilayah ini adalah Kecamatan Tanta, Tanjung,
Murung Pudak. Potensi wilayah ini adalah perkebunan, pusat pemerintahan,
perdagangan, industri, pendidikan dan kebudayaan serta pariwisata.

c. Wilayah pengembangan pembangunan selatan


Daerah yang masuk dalam wilayah ini adalah Kecamatan Banua Lawas,
Pugaan, Kelua, Muara Harus. Potensi wilayah ini adalah kerajinan rumah
tangga purun dan pandai besi, pertanian tanaman pangan, peternakan unggas
dan perikanan.

Kabupaten Balangan yang mempunyai luas wilayah 1.878,30 Km2 terdiri dari 8
kecamatan. Penduduk Kabupaten Balangan pada tahun 2008 (BPS, 2009)
berjumlah 112.395 jiwa yang terdiri dari laki-laki 56.424 jiwa dan perempuan
55.971 jiwa, dengan jumlah rumah tangga (KK) sebanyak 29.334. Kepadatan
penduduk mencapai 59,83 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Balangan
per tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2009 mencapai 2,6%. Jumlah penduduk
terbanyak ada di Kecamatan Halong dan kepadatan penduduk terpadat ada di
Kecamatan Paringin yang mencapai 168,40 jiwa per km2.

4.1.7.1. Air bersih

Di Kabupaten Tabalong mengalir beberapa sungai. Sungai yang digunakan untuk


pengairan adalah Sungai Jaro, Sungai Jaing dan Sungai Kinarum. Untuk
keperluan air bersih, penduduk menggunakan air dari Sungai Tabalong, sumur
gali, sumur bor dan PDAM.

Jumlah pelanggan air minum menurut BPS (2009) berjumlah 10.781, yang terdiri
dari rumah tangga (9.635), hotel dan obyek wisata, badan sosial dan rumah sakit,
sarana (fasilitas) umum serta perusahaan/toko/industri. Dari produksi air minum
2.912.756 m3, yang terjual sebanyak 2.266.175 m3 dengan kriteria non niaga
1.944.570 m3 (86%), niaga 76.113 m3 dan sosial sebanyak 245.492 m3.
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan kebutuhan air masing-masing
pelanggan sebanyak 201,82 m3 untuk setiap keluarga (pelanggan) selama setahun.
Jadi dalam satu bulan dibutuhkan air bersih sebanyak 16,82 m3.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


54

Sumber air bersih di Kabupaten Balangan berasal dari air permukaan, yaitu
Sungai Balangan dan air sumur dalam. Sumber air bersih yang diolah menjadi air
bersih oleh PDAM juga berasal dari air sungai dan air sumur dalam. Data dari
PDAM Kabuapten Balangan menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah air
yang diolah oleh PDAM Kabupaten Balangan, yaitu pada tahun 2007 sebesar
1.161.186 m3 dan pada tahun 2009 sebesar 1.615.710 m3. Dari data tersebut, air
bersih yang dialirkan pada tahun 2007 untuk masyarakat mencapai 1.105.897 m3
dan pada tahun 2009 mencapai 1.534.925 m3 yang terbagi menjadi rumah tangga
maupun industri (niaga). Jumlah KK yang dapat dialiri pada tahun 2007 sebesar
3.949 KK dengan konsumsi per KK mencapai 212 m3 dan pada tahun 2009
meningkat menjadi 4.910 KK dengan konsumsi air bersih mencapai 220 m3.

4.1.7.2. Kelistrikan

Listrik merupakan kebutuhan yang sangat vital selain air. Adanya listrik dalam
suatu desa menunjukkan bahwa desa tersebut telah mengalami kemajuan jika
dibandingkan dengan desa yang belum ada listrik sama sekali. Tidak bisa
dipungkiri bahwa pertumbuhan perekonomian membawa pengaruh pada
peningkatan aktivitas masyarakat dan aktivitas bisnis yang pada gilirannya akan
mendorong peningkatan kebutuhan listrik.

Sistem ketenagalistrikan di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan


merupakan bagian dari Sistem Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
(Kalselteng). Sumber listrik untuk Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan
berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asam Asam maupun
Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD dan dilayani oleh PT. PLN (Persero)
Cabang Barabai. Dalam Rencana Penyediaan Tenaga Listrik (RPTL) Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah 2010-2019, bahwa Sistem Kalselteng
direncanakan akan terinkoneksi dengan Sistem Mahakam (Kalimantan Timur)
pada tahun 2012. Prakiraan kebutuhan listrik di daerah ini diperkirakan naik
sekitar 8,84% sampai 9,48% antara tahun 2011 sampai tahun 2019. Secara
keseluruhan, dalam tabel 4.4 menunjukkan komposisi sistem pembangkitan
kelistrikan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (2009).

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


55

Tabel 4.4. Kapasitas Terpasang dan Daya Mampu Pembangkit Tahun 2008

Kapasitas
Daya Mampu
Sistem Jenis Terpasang
[MW]
[MW]
Sistem Kalselteng
PLTA Riam Kanan PLTA 30.00 30.00
PLTU Asam asam PLTU 130.00 128.00
PLTD PLTD 119.70 90.40
PLTG PLTG 21.00 18.00
Sewa Mesin PLTD 8.50 8.50
Excess Power Sistem PLTU 7.50 7.50
Terisolasi Batulicin /
Pagatan
PLTD PLTD 7.46 5.30
Sewa Mesin PLTD 3.00 3.00
Excess Power PLTU 2.50 2.50
Kotabaru
PLTD PLTD 6.14 5.11
Sewa Mesin Sampit PLTD 3.00 3.00

PLTD PLTD 19.36 13.95


Sewa Mesin Pangkalan PLTD 4.80 4.80
Bun
PLTD PLTD 17.51 13.70
Sewa Mesin Buntok PLTD 6.00 6.00

PLTD Muara Teweh PLTD 6.38 4.60

PLTD PLTD 5.99 4.22


Sewa Mesin Kuala PLTD 1.00 1.00
Pambuang
PLTD Kasongan PLTD 2.38 1.79

PLTD Tersebar PLTD 2.26 1.62

PLTD PLTD 23.64 21.35


Total 428.12 374.33

PLTA Riam Kanan PLTA 30.00 30.00


PLTU Asam asam PLTU 130.00 128.00
PLTD PLTD 210.82 162.03
PLTG PLTG 21.00 18.00
Sewa Mesin PLTD 26.30 26.30
Excess Power PLTU 10.00 10.00

Sumber: RPTL PLN Kalselteng 2009

Potensi energi yang potensial dikembangkan di Kalimantan Selatan adalah


batubara, mikrohidro dan biomasa. Dalam RPTL PLN Kalsel-Teng dinyatakan
bahwa Kalimantan Selatan merupakan daerah yang kaya sumber air. Beberapa
sungai penting adalah Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa,
Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


56

Kintap, Sungai Batulicin, dan Sungai Sampanahan. Sungai-sungai yang ada ini
tidak berpotensi sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Secara rinci potensi
tenaga air dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Potensi Energi Air di Kalimantan Selatan

No Nama Bendungan Kabupaten Kapasitas (MW)


1 PLTA Kusan Tanah Bumbu 65
2 PLTMH Riam Kiwa Banjar 10
3 PLTMH Muara Kendihin Hulu Sungai Selatan 0,6
4 PLTMH Sampanahan Hulu Sungai Selatan 4,1
5 PLTMH Gendang Timburu Kotabaru 0,6
6 PLTMH Halung Balangan 1,6
7 PLTMH Pitap 1 Hulu Sungai Utara 4,9
8 PLTMH Pitap 2 Hulu Sungai Utara 4,0
9 PLTMH Batangalai Hulu Sungai Utara 4,1
10 PLTMH Ayu Tabalong 4,7
Total 99,6

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, Propinsi kalimantan Selatan (2009)

Listrik yang digunakan oleh 42.844 pelanggan PLN di Kabupaten Tabalong


sebesar 62.164.822 kWh (BPS Kab Tabalong). Pelanggan rumah tangga 40.349
dengan listrik yang dipakai sebesar 47.294.810 kWh sementara sisanya adalah
pelanggan di bidang niaga/kegiatan usaha. Pelanggan listrik di Kabupaten
Tabalong sejak tahun 2006 sampai tahun 2009 meningkat rata-rata sebesar 8,96%,
yang semula berjumlah 39.322 pelanggan menjadi 41.816 pelanggan (tabel 4.6).

Tabel 4.6. Jumlah Pelanggan, VA per Langganan dan kWh Listrik


di KabupatenTabalong

Tahun Jumlah pelanggan VA per langganan kWh per langganan


(1) (2) (3) (4)
2009 42844 758 155
2008 42816 766 109
2007 40366 762 108
2006 39322 730 85

Sumber: PLN Ranting Tanjung (Kab. Tabalong dalam Angka)

Kenaikan pelanggan juga diimbangi dengan kenaikan kWh masing-masing


pelanggan, yaitu sebesar 82,35%. Adanya kenaikan ini menunjukkan bahwa
kebutuhan masyarakat akan listrik juga meningkat dari tahun ke tahun.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


57

Di Kabupaten Balangan ada 15.369 pelanggan PLN dengan penggunaan listrik


mencapai 17.113.240 kWh. Dari jumlah tersebut pelanggan rumah tangga
mencapai 14.610 sambungan dan listrik yang digunakan sebesar 11.585.386
kWh. Pelanggan listrik di Kabupaten Balangan mengalami peningkatan sebesar
12,82% dari tahun sampai tahun 2008. Sementara kWh masing-masing pelanggan
juga meningkat 43,21% pada tahun 2008 dari tahun 2006.

Tabel 4.7 Jumlah Pelanggan, VA per Langganan dan kWh Listrik


di Kabupaten Balangan

Tahun Pelanggan VA per pelanggan kWh per pelanggan


(1) (2) (3) (4)
2008 15369 628.53 1113.49
2007 14356 561.15 92.37
2006 9779 605.56 1262.18
2005 13623 595.20 777.54

Sumber: Kab. Balangan dalam angka 2009

4.1.7.3. Wisata

Potensi pariwisata di Kabupaten Tabalong tidak begitu banyak dan tersebar di


beberapa kecamatan seperti terlihat pada tabel 4.8. Pembangunan pariwisata di
kabupaten ini diarahkan untuk meningkatkan penerimaan pendapatan daerah.
Berkembangnya kepariwisataan di daerah Tabalong ditandai dengan peningkatan
jumlah wisatawan.

Tabel 4.8 Banyaknya Tempat Pariwisata dan Agrowisata di Kabupaten Tabalong

No Kecamatan District Nama tempat wisata dan agro wisata


1. Banua Lawas Danau Undan
2. Tanta Upacara Adat dan Budaya Warukin
3. Tanjung Puri Indah
Murung Pudak
Wisata air terjun dan gua

Sumber: BPS Kabupaten Tabalong, 2009

Peningkatan jumlah wisatawan dapat dilihat pada tabel 4.9, dimana sejak tahun
1995 sampai tahun 2009 telah mengalami peningkatan yang cukup pesat, yaitu:
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


58

447%. Dan selama 5 tahun terakhir, bidang pariwisata mengalami peningkatan


137%.

Tabel 4.9 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Tabalong

Wisatawan
Tahun Jumlah
Mancanegara Domestik
(1) (2) (3) (4)
1995 26 17,000 17,026
1996 30 18,500 18,530
1997 10 10,500 10,510
1998 13 12,000 12,013
1999 21 14,000 14,021
2000 24 16,500 16,524
2001 32 19,700 19,732
2002 48 34,194 34,242
2003 33 33,729 33,762
2004 44 39,245 39,289
2005 83 36,500 36,583
2006 72 36,290 36,362
2007 215 41,661 41,876
2008 - - -
2009 407 92,700 93,107

Sumber: Dinas Kesejahteraan sosial, Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Tabalong

Potensi wisata di Kabupaten Balangan juga tersebar di beberapa kecamatan,


seperti terlihat pada tabel 4.10. Beberapa potensi yang ada adalah obyek wisata
alam, baik gunung maupun danau. Data mengenai jumlah wisatawan di daerah ini
belum lengkap, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masih belum optimal
memanfaatkan potensi wisata ini sebagai pendapatan asli daerah.

Tabel 4.10 Tempat Wisata di Kabupaten Balangan

Kecamatan Nama tempat wisata dan agro wisata


No District
1. Lampihong Obyek wisata Religius makam Amir Husin
2. Batu Mandi -
3. Awayan Obyek wisata sejarah Benteng Tundakan
Obyek wisata alam gunung Hantanung
4. Tebing Tinggi Obyek wisata Alam Gunung Bagantung
Obyek wisata Alam hambal Lumut
5. Paringin Obyek wisata Alam bumi Perkemahan PT. Adaro

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


59

Tabel 4. 10 (Sambungan)

6. Paringin Selatan Obyek Wisata Alam Danau Baruh Bahinu


Obyek Wisata Religius Datu Kandang haji Makam
7. Juai Pahlawan
8. Halong Obyek wisata alam gunung Belawan dan Berai
Sumber: BPS Kabupaten Balangan (2009)

4.1.7.4. Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai
tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu wilayah/region. Peranan atau kontribusi sektor ekonomi
menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. PDRB
perkapita Kabupaten Tabalong tahun 2009 sebesar Rp. 16.709.522 dan mengalami
pertumbuhan sebesar 7,39 persen (atas dasar harga berlaku). Adanya kegiatan
penambangan di Kabupaten Tabalong ternyata menjadi penyumbang terbesar
pada PDRB. Hal ini dapat dilihat penyumbang PDRB masing-masing sektor dari
tahun 2007 sampai 2009 seperti pada tabel 4.11. Struktur perekonomian
Kabupaten Tabalong sejak tahun 2007 sampai tahun 2009 tidak begitu mengalami
perubahan dengan didominasi oleh sektor primer. Kontribusi sektor pertambangan
masih dominan dibanding sektor lain.

Tabel 4.11. Struktur Perekonomian Kabupaten Tabalong 2009

2007 2008 2009


Lapangan Usaha
(%) (%) (%)
Sektor Primer
Pertanian 17,35 16,52 15,67
Pertambangan dan Penggalian 58,10 58,47 58,02
Sektor Sekunder
Lain-lain 24,55 25,01 26,31

Sumber: BPS Kabupaten Tabalong

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


60

Tabel 4.12 Struktur Perekonomian Kabupaten Tabalong tanpa Minyak dan


Batubara Tahun 2001-2009

Tahun
No Lapangan Usaha
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Pertanian 47.59 47.59 46.02 43.94 45.17 41.32 39.69 37.25
Pertambangan dan
2 penggalian 0.23 0.25 0.23 0.23 0.24 0.24 0.24 0.24
3 Industri pengolahan 3.18 3.78 3.41 3.04 2.88 2.78 2.90 2.64
Listrik dan air
4 minum 0.63 0.36 0.34 0.29 0.31 0.34 0.36 0.39
5 Bangunan 5.69 5.93 5.59 5.74 7.11 7.39 7.58 7.16
Perdagangan,
restoran dan
6 perhotelan 17.89 17.63 17.28 16.21 14.52 16.61 14.48 16.20
Pengangkutan dan
7 komunikasi 2.97 2.76 2.66 4.00 4.14 4.66 4.47 5.27
Bank dan lembaga
8 keuangan lainnya 5.54 6.34 6.83 7.30 6.83 7.85 8.77 8.48

9 Jasa-jasa 16.28 15.36 17.64 19.24 19.24 18.80 21.52 22.39

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


Sumber: BPS Kabupaten Tabalong

Berdasarkan data BPS Kabupaten Tabalong, struktur perekonomian yang paling


dominan adalah dari sektor pertanian yang mencapai 37,25% pada tahun 2009,
disusul sektor jasa 22,39% dan perdagangan 16,20%. Dari data seperti terlihat
pada tabel 4.12, maka dapat dilihat adanya peningkatan persentase dari tahun
2001 sampai 2009 pada sektor jasa, bank dan lembaga keuangan, pengangkutan
dan komunikasi, bangunan serta pertambangan.

Peningkatan ini juga tidak berbeda jauh jika dilihat dari tahun 2005 sampai tahun
2009. Peningkatan ini tentu terkait dengan kegiatan pertambangan di wilayah ini,
sehingga sektor jasa juga mengalami peningkatan cukup pesat. Hal yang cukup
menarik perhatian adalah bahwa sektor pertanian tetap menjadi sektor yang
mendominasi struktur perekonomian di Kabupaten Tabalong (mencapai 37,25%),
meskipun sejak tahun 2001 mengalami penurunan persentase. Bahkan penurunan
persentase pada tahun 2009 dibanding tahun 2001 cukup besar yaitu mencapai
10.34%.

Sektor pertambangan masih menduduki urutan pertama pada Produk Domestik


Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabalong, yaitu mencapai 2.651.699.548
(65,03%). Pada tabel 4.13 juga menunjukkan bahwa meskipun sektor pertanian

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


61

menduduki urutan pertama pada struktur perekonomian, namun dalam PDRB


menduduki urutan kedua yaitu mencapai 5.32.330.883 (13,06%).

Tabel 4.13 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga berlaku (000 Rp)
Tahun 2005-2009

Tahun
No Lapangan Usaha
2005 2006 2007 2008 2009

(1) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Pertanian 444,453,850 492,034,393 487,783,741 509,955,705 532,330,883

2 Pertambangan dan penggalian 1,756,655,769 2,103,356,038 2,219,250,052 2,418,301,626 2,651,699,548

3 Industri pengolahan 32,728,590 31,325,520 32,820,159 37,294,970 37,710,722

4 Listrik dan air minum 2,974,859 3,406,312 4,062,560 4,570,814 5,534,529

5 Bangunan 58,073,570 77,475,605 87,285,754 97,383,635 102,245,163


Perdagangan, restoran dan
6 perhotelan 163,943,930 158,216,625 196,130,830 186,118,194 231,560,349

7 Pengangkutan dan komunikasi 40,448,484 45,093,646 54,996,046 57,418,556 75,169,882


Bank dan lembaga keuangan
8 lainnya 73,856,571 74,413,620 92,657,378 112,665,914 121,164,275

9 Jasa-jasa 156,275,315 204,716,198 221,984,676 276,459,855 319,976,047

PDRB tanpa minyak bumi 2,224,223,278 2,626,144,491 2,810,967,476 3,086,897,232 3,396,182,477

PDRB dengan minyak bumi 2,765,713,518 3,190,037,957 3,396,971,196 3,700,169,269 4,077,391,398


Sumber: BPS Kabupaten Tabalong

Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan tetap merupakan andalan


perekonomian wilayah ini mengingat kemampuan sektor ini dalam menciptakan
nilai tambah (output) atas berbagai aktivitas produksinya.

Struktur perekonomian Kabupaten Balangan berdasarkan data BPS juga


menunjukkan bahwa sektor yang paling mendominasi penduduk Kabupaten
Balangan adalah sektor pertanian yang mencapai 59,08 pada tahun 2008, disusul
sektor jasa 13,84% dan perdagangan 12,10%. Dari data seperti terlihat pada
tabel 4.14, maka dapat terlihat adanya peningkatan persentase tahun 2008 dari
tahun 2003 pada sektor perdagangan, jasa, bangunan, bank, industri pengolahan,
pertambangan dan penggalian serta listrik dan air minum. Persentase yang
mengalami penurunan adalah sektor pertanian serta pengangkutan dan
komunikasi. Peningkatan terbesar dari sektor perdagangan, restoran dan
perhotelan serta sektor jasa bisa dimungkinkan karena adanya peningkatan pada
sektor pertambangan. Peningkatan ini juga diimbangi dengan peningkatan pada
sektor bangunan.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


62

Tabel 4.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Balangan tanpa Minyak Bumi dan
Batubara

Tahun
No Lapangan Usaha
2003 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pertanian 66.66 65.07 61.71 60.80 61.23 59.08

2 Pertambangan dan penggalian 0.28 0.31 0.29 0.28 0.32 0.34

3 Industri pengolahan 0.58 0.56 0.59 0.75 0.79 0.79

4 Listrik dan air minum 0.25 0.26 0.26 0.27 0.28 0.28

5 Bangunan 4.20 4.47 4.43 4.60 5.46 5.30

Perdagangan, restoran dan


6 perhotelan 7.87 8.01 10.22 12.26 11.71 12.10

7 Pengangkutan dan komunikasi 6.32 6.64 6.30 5.76 5.18 5.15


Bank dan lembaga keuangan
8 lainnya 2.29 2.96 3.05 2.87 2.76 3.12

9 Jasa-jasa 11.54 11.73 12.42 12.27 13.84

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


Sumber: BPS Kabupaten Balangan

Tabel 4.15 di bawah menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan struktur


perekonomian penduduk yang dominan (mencapai 59,08%).

Tabel 4.15 PDRB Kabupaten Balangan Menurut Lapangan Usaha atas Dasar
Harga Berlaku
(ribuan rupiah)
Tahun
No Lapangan Usaha
2003 2004 2005 2006 2007 2008

(1) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pertanian 279,467,614 289,543,503 311,617,487 353,951,732 401,162,845 426,047,805


Pertambangan dan
2 penggalian 904,690,251 990,089,097 1,030,964,869 1,147,994,891 1,215,913,284 1,249,216,920

3 Industri pengolahan 2,423,305 2,479,959 2,993,596 4,348,490 5,144,564 5,699,281

4 Listrik dan air minum 1,051,181 1,163,065 1,321,809 1,551,175 1,807,399 2,046,059

5 Bangunan 17,587,723 19,870,251 22,377,461 26,780,250 35,804,699 38,232,827


Perdagangan, restoran
6 dan perhotelan 30,003,893 35,640,047 51,614,993 71,370,380 76,749,945 87,239,236
Pengangkutan dan
7 komunikasi 26506281 29,534,899 31,809,651 33,508,521 33,925,466 37,150,120
Bank dan lembaga
8 keuangan lainnya 9,599,180 13,164,739 15,395,820 16,734,607 18,077,893 22,467,856

9 Jasa-jasa 48,395,276 52,214,664 66,319,184 72,325,443 80,390,160 99,801,769


PDRB tanpa minyak
bumi 419,216,470 444,972,279 504,937,110 582,202,073 655,189,213 721,133,707
PDRB dengan minyak
bumi 1,322,724,704 1,433,700,224 1,534,414,870 1,728,565,489 1,868,976,255 2,012,901,872
Sumber: BPS Kabupaten Balangan

Dalam PDRB Kabupaten Balangan, sektor pertanian hanya berada pada peringkat
dua (Rp. 426.047.805.000,-) di bawah sektor pertambangan dan penggalian yang
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


63

mencapai Rp. 1.249.216.920,-. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sektor


pertambangan dan penggalian mempunyai peran besar dalam perekonomian
wilayah ini.

Survei yang dilakukan oleh peneliti di sekitar wilayah pertambangan juga


menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian (perkebunan) cukup besar dalam
struktur perekonomian di daerah penelitian, yaitu mencapai 71% . Meskipun hasil
survei menunjukkan bahwa tidak ada responden yang bekerja sebagai penambang
atau pegawai di wilayah pertambangan, namun pengaruh kegiatan pertambangan
di lokasi penelitian cukup terasa.

4.1.8. Tata Ruang

Berdasarkan Peraturan Daerah Proponsi Kalimantan Selatan Nomor 9 tahun 2000


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, maka
Kabupaten Tabalong merupakan Kawasan Sentra Produksi Tabalong-Hulu Sungai
Utara dan Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya, Kawasan Tertinggal,
Kawasan Hutan Produksi Terbatas, Kawasan Hutan Produksi Tetap, Kawasan
Pertanian Lahan Basah, Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering, Kawasan
Tanaman Tahunan/Perkebunan, Pengembangan Peternakan, Pengembangan
Perikanan, Kawasan Pertambangan Batubara dan Minyak Bumi, Zona Agro
Industri Murung Pudak, Kawasan Pariwisata (Tanjungpuri, Upau Dan Jaro), dan
Kawasan Pemukiman . Tanjung sebagai ibukota Kabupaten Tabalong berdasarkan
Perda tersebut ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Komunikasi, Pusat Industri
Manufaktur, Pusat Pemukiman, Pusat Administrasi Pemerintahan. Sementara
Paringin ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lokal.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, bahwa prioritas pengembangan kawasan
pertambangan dilakukan untuk memfungsikan kembali peruntukan lahan pasca
eksploitasi tambang, pemanfaatan lahan untuk pertambangan dilakukan dengan
pola pinjam pakai untuk lokasi pertambangan yang berada dalam kawasan hutan
atau dengan melakukan pembebasan lahan pada kawasan budidaya lainnya.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


64

Kabupaten Balangan berdasarkan Perda dijadikan sebagai Pusat Pelayanan Lokal,


Pengembangan Irigasi Lahan Lebak, Kawasan Hutan Produksi Terbatas, Kawasan
Hutan Produksi Tetap, Kawasan Hutan Produksi Konversi, Kawasan Pertanian
Lahan Basah, Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering, Kawasan Tanaman
Tahunan/Perkebunan, Pengembangan Peternakan, Pengembangan Perikanan,
Kawasan Pertambangan Batubara, serta Zona Industri Perabot Kayu dan Rotan.

Menurut RPJPD Provinsi Kalimantan Selatan (2009), Kabupaten Tabalong


bersama dengan Kabupaten Balangan direncanakan untuk meningkatkan Sentra
produksi pangan dan Sentra agribisnis hortikultura. Selain itu, Kabupaten
Tabalong dan Kabupaten Balangan juga ditetapkan sebagai ruang kawasan
perikanan dan kelautan yang meliputi pembenihan dan budidaya ikan air tawar,
ruang kawasan budidaya peternakan sapi, ruang kawasan pariwisata, ruang
kawasan pemukiman, dan ruang kawasan kegiatan pertambangan. Kabupaten
Tabalong ditetapkan sebagai ruang kawasan budidaya pertanian tanaman pangan
dan hortikultura, yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian
lahan kering, dan kawasan budidaya kehutanan, yang meliputi kawasan hutan
produksi tetap dan hutan produksi terbatas. Selain itu, dalam RPJP Provinsi
Kalimantan Selatan juga menyebutkan bahwa Kabupaten Tabalong dan
Kabupaten Balangan juga dikembangkan menjadi Kawasan Pembangkit Energi
Listrik dan Kabupaten Tabalong dikembangkan menjadi Kawasan Agropolitan.

4.2 Keterbatasan penelitian

Beberapa keterbatasan yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Ketidak lengkapan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
yang diharapkan peneliti selama 10 tahun terakhir, ada beberapa yang tidak
lengkap.

2) Keterbatasan waktu dan tenaga dalam survey di lokasi penelitian daerah


pengamatan (observasi) terhadap penduduk yang terkena pengaruh oleh
kegiatan penambangan PT. Adaro Indonesia.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


65

4.3 Rona Akhir Tambang PT. Adaro Indonesia

Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui apakah rona akhir tambang


PT. Adaro Indonesia sudah direncanakan dalam perencanaan tambang, maka
peneliti melakukan kajian studi literatur yang ada, yaitu melakukan kajian
terhadap dokumen AMDAL dan dokumen Rencana Penutupan Tambang yang
sedang diajukan oleh PT. Adaro kepada pemerintah. Rona akhir tambang yang
menjadi fokus penelitian ini terbatas pada parameter cadangan tersisa, peruntukan
lahan, dan air permukaan. Sedangkan parameter morfologi, air tanah, serta biologi
akuatik dan teresterial tidak peneliti bahas.

4.3.1 Cadangan Tersisa

Untuk mengetahui cadangan tersisa pada akhir tambang, maka dilakukan


perhitungan terhadap neraca cadangan yang ada di Tutupan, Wara, dan Paringin
dengan mengacu penambangan batubara sampai akhir tambang sesuai dengan
dokumen Studi Kelayakan Peningkatan Kapasitas 45 juta ton. Perhitungan neraca
cadangan dilakukan dengan membandingkan antara cadangan yang ada dengan
batubara yang dapat diambil sampai akhir tambang 2022. Batuan penutup yang
dipindahkan juga akan dilihat kemudian dibandingkan dengan peta rona akhir
tambang 2022.

Perhitungan ini perlu dilakukan mengingat perlunya konsistensi penambangan


yang dilakukan oleh perusahaan tambang terhadap rencana tambang yang telah
dibuat dan disetujui oleh pemerintah. Pembahasan mengenai cadangan tersisa
dilakukan dengan menghitung jumlah cadangan tersisa dari material balance dan
neraca cadangan yang dibuat berdasarkan Studi Kelayakan dalam dokumen
AMDAL. Hasil analisa yang dilakukan akan dijadikan pijakan dalam memberikan
rekomendasi perlunya rencana pengelolaan cadangan tersisa tersebut.

Cadangan tersisa yang dihitung berdasarkan neraca cadangan tahun 2007 dan
material balance yang direncanakan oleh PT. Adaro seperti pada tabel 4.15.
Berdasarkan hitungan, maka cadangan tersisa pada Pit Tutupan sebesar
206.000.000 ton, di Pit Wara 1 sekitar 208.200.000 ton, Pit Wara 2 sekitar
47.800.000 ton dan Pit Paringin sekitar 30.000.000 ton.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


66

Tabel 4.15 Neraca Cadangan pada Akhir Tambang Tahun 2022

TOTAL
batubara/overburden Satuan PIT TUTUPAN PIT WARA 1 PIT WARA 2 PARINGIN
Cadangan terbukti batubara Ton 609,000,000 254,200,000 - -
Cadangan terkira batubara Ton 37,000,000 74,000,000 131,800,000 53,000,000
Batubara yang ditambang Ton 440,000,000 120,000,000 84,000,000 23,000,000
3
Tanah penutup m 2,169,174,874 283,810,000 170,833,668 137,783,925
3
Disposal Expit m 979,674,851 70,897,211 22,353,202 -
3
Disposal Inpit m 1,189,527,023 212,912,789 148,480,466 137,783,925
SR 4.87 2.37 2.04 5.99
Sisa cadangan terbukti batubara Ton 169,000,000 134,200,000
sisa cadangan total 206,000,000 208,200,000 47,800,000 30,000,000

Hasil olahan berdasarkan data dari AMDAL (2009)

Keterangan:
- Cadangan terbukti batubara: adalah cadangan terbukti per 31 Desember
Tahun 2007
- Cadangan terkira batubara: adalah cadangan terkira per 31 Desember 2007
- Batubara yang ditambang: adalah jumlah batubara yang akan ditambang
sampai tahun 2022
- Tanah penutup: adalah batuan penutup (overburden) yang dipindahkan
selama penambangan sampai tahun 2022.
- Stripping Ratio (SR): adalah nisbah pengupasan rata-rata sampai tahun
2022

Pada dokumen AMDAL dan dokumen Rencana Penutupan Tambang (RPT) yang
saat ini diajukan, PT. Adaro Indonesia sudah memperkirakan jumlah cadangan
tersisa pada masing-masing Pit. Namun jumlah cadangan tersisa yang ada belum
dipetakan letak dan kedalamannya. Mengacu pada SNI 13-6011-1999 bahwa yang
disebut cadangan batubara terkira adalah sumberdaya batubara tertunjuk dan
sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua
faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.
Sedangkan cadangan batubara terbukti adalah sumberdaya batubara terukur yang
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga
hasil kajiannya dinyatakan layak.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


67

Hasil analisis yang dilakukan dengan mengacu pada SNI meskipun PT. Adaro
Indonesia sudah memperkirakan jumlah cadangan tersisa sekitar 492 juta ton,
namun mengingat belum dipetakan secara detil dan berada pada kedalam berapa,
maka perlu mengkaji lebih lanjut mengenai cadangan tersisa ini dengan melihat
dari faktor ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran, kebijakan
pemerintah, peraturan/perundang-undangan, lingkungan dan sosial. Sehingga
dalam neraca sumberdaya dan cadangan apakah tetap akan dimasukkan dalam
klasifikasi cadangan atau masuk dalam klasifikasi sumberdaya. Apalagi jika
dilihat dari jumlah cadangan tersisa yang cukup besar sekitar 492 juta ton, maka
jika ditinjau dari aspek konservasi sumberdaya batubara tentu harus ada
pengelolaan untuk kemudian dapat dimanfaatkan. Untuk dapat diusahakan atau
dikelola haruslah secara jelas disebutkan mengenai ketebalan batubara, seam
berapa, dan kedalaman berapa batubara berada. Jika letak dan ketebalan batubara
sudah dipetakan, maka akan dapat direncanakan pengelolaan cadangan tersisa
tersebut.

4.3.2 Peruntukan Lahan

Untuk mengetahui peruntukan lahan, maka peneliti melakukan studi literatur baik
dari dokumen AMDAL maupun Rencana Penutupan Tambang yang saat ini
sedang diajukan oleh PT. Adaro untuk mendapatkan persetujuan. Pada akhir
tambang, dari luas bukaan yang direncanakan, selain ada yang ditinggalkan
sebagai void juga akan ada yang ditinggalkan sebagai lahan yang akan
direvegetasi. Rencana luas bukaan tambang sampai tahun 2022 adalah 5.595,53
ha. Dari luasan yang dibuka tersebut terbagi dalam beberapa lokasi pit, yaitu Pit
Tutupan Utara seluas 574,30 ha, Pit Tutupan Tengah seluas 2.903,49 ha, Pit
Tutupan Tengah seluas 440,77 ha, Pit Wara seluas 1.370,66 ha, dan Pit Paringin
306,31 ha. Dari total luasan lahan yang dibuka, akan disisakan lubang bekas
tambang seluas 2.039,56 ha (36%) yang terbagi di beberapa lokasi pit. Lubang
bekas tambang (void) Pit Tutupan bagian Utara seluas 278,89 Ha sampai elevasi
RL -84, Pit Tutupan bagian Tengah seluas 710,20 Ha sampai elevasi RL - 156, Pit
Tutupan bagian Selatan seluas 725,33 Ha sampai elevasi RL -204, Pit Wara seluas
237,23 Ha dengan elevasi RL – 96 (Wara 1), Pit Paringin 87,91 Ha sampai elevasi

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


68

RL - 48. Sementara itu kolam yang ditinggalkan di luar tambang di daerah Wara
seluas 60,35 dan di Paringin seluas 15,17 ha.

Dokumen AMDAL (2009) menyebutkan bahwa lahan bekas tambang


direncanakan akan difungsikan sebagai hutan, pertanian/perkebunan, pemukiman
atau perkotaan, wisata dan sebagainya. Dari kajian terhadap dokumen AMDAL,
dapat dilihat secara teknis lubang bekas tambang telah direncanakan dengan
membuat peta rona akhir yang berisi gambaran sampai kedalaman berapa
batubara akan digali dan diambil. Letak disposal juga telah direncanakan sampai
tahun 2022. Ketinggian elevasi timbunan pada inpit dump sudah direncanakan
(sampai 100 mRL dari elevasi lantai -48mRL) dan luasan inpit dump hanya dapat
dilihat pada peta rona akhir, namun dokumen secara tegas tidak menyebutkan
angka. Untuk timbunan di luar tambang (expit) juga telah didesain sampai
ketinggian 72 meter.

Berdasarkan hitungan (dengan asumsi bentuk pit seperti setengah bola yang
terpotong di bagian bawah), Pit Paringin mampu menampung air sebanyak 18,8
juta m3, Pit Wara mampu menampung air 101,6 juta m3, dan Pit Tutupan mampu
menampung 1.234,9 juta m3 air. Dengan melihat curah hujan yang cukup tinggi,
maka adanya kolam-kolam ini mempunyai fungsi untuk menampung air dari
limpasan air hujan, sehingga tanah yang terbawa oleh air, dapat terendapkan di
kolam dan tidak langsung menuju ke sungai.

Berdasarkan hasil analisis air sungai yang ada di sekitar pertambangan, maka
sungai-sungai yang ada masih memenuhi baku mutu untuk kriteria air kelas IV,
hal ini memungkinkan air sungai tersebut digunakan sebagai air untuk pengairan
pertanaman. Jika hal ini disesuikan dengan rencana tata ruang yang ada, maka
peruntukan lahan di lahan bekas galian tambang sesuai untuk tanaman keras atau
perkebunan. Mengingat di daerah ini juga diarahkan untuk menjadi Kawasan
Tanaman Pangan Lahan Kering, maka jika akan digunakan untuk tanaman pangan
perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan masalah kandungan logam berat
maupun kandungan logam esensialnya.

Kebutuhan listrik di daerah Tabalong dan Balangan dapat dilayani oleh PLN
Cabang Barabai melalui sambungan dari Pembamgkit Asam-asam dan sebagian
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


69

dari PLTD. Sampai tahun 2009, ada sekitar 60.455 sambungan pelanggan yang
dapat dilayani oleh PLN dari total 83.289 Kepala Keluarga di kedua kabupaten
ini. Dari prediksi pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi peningkatan
kebutuhan listrik dari tahun ke tahun. Apalagi jika mengacu pada Rencana RPTL
Wilayah Kalselteng tahun 2009-2019, yang rata-rata terjadi kenaikan sekitar 8%
per tahun, akan terjadi kecenderungan peningkatan kebutuhan listrik di Kabupaten
Tabalong dan Kabupaten Balangan.

Dengan adanya air yang bisa ditampung di lubang bekas tambang dan dilihat dari
curah hujan yang tinggi serta debit run off minimum yang ada di daerah Tutupan
mencapai 276,36 m3/detik, maka ada potensi bagi pengembangan sumber air
tersebut menjadi tenaga mikhrohidro. Dengan pemanfaatan menjadi mikrohidro,
masih memungkinkan untuk dipakai sebagai sumber bagi pengairan irigasi.
Namun jika mikrohidro yang dikembangkan, tentunya listrik yang dihasilkan
tidak bisa begitu besar, karena biasanya hanya mencapai 200 kW. Untuk
dimanfaatkan sebagai hidropower, diperlukan suatu kajian lebih lanjut, mengingat
hidropower akan menghasilkan listrik lebih besar dibandingkan mikrohidro,
namun dibutuhkan persyaratan teknis yang sesuai (letak dan debit yang ada).

Tidak semua lubang bekas tambang (void) digunakan sebagai sumber air bersih.
Mengingat dalam RTRW di daerah Tablaong dapat digunakan untuk peruntukan
kawasan pariwisata, tentu akan sangat menguntungkan bagi masyarakat sekitar
jika void dapat digunakan sebagai kawasan wisata. Mengacu pada kesuksesan
Tambang Petangis yang merupakan salah satu tambang batubara yang pertama
melakukan pascatambang, maka lubang bekas tambang (void) dapat digunakan
sebagai kawasan wisata dan kawasan budidaya perikanan. Apalagi jika melihat
kecenderungan kenaikan wisatawan baik domestik dan mancanegara ke daerah
Tabalong dan Balangan yang mengalami kenaikan sekitar 27,4 % per tahun, maka
jika proyeksi wisatawan juga sama dengan pertumbuhannya, maka akan ada
wisatawan sekitar 621.024 jiwa yang akan datang ke daerah ini. Adanya tempat
wisata yang menarik dan dekat dengan wisata-wisata lainnya akan menjadikan
proyek unggulan bagi lahan bekas tambang ini. Pengembangan menjadi kawasan
wisata dan budidaya perikanan terlebih dahulu harus mempertimbangkan berbagai

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


70

aspek, terutama aspek fisik dan kimia air yang ada. Kajian yang terus menerus
terkait kualitas air pada void yang terbentuk harus terus dilakukan dan
didokumentasikan, sehingga akan dapat diketahui pada tahun keberapa air dalam
void benar-benar dapat dimanfaatkan tanpa mendapatkan perlakuan khusus
(penambahan zat kimia untuk mendapatkan baku mutu yang ditentukan).

4.3.3. Kualitas Air Permukaan

Kualitas air permukaan pada dasarnya meliputi antara lain sungai, danau, dan
rawa. Pada penelitian ini, untuk mengetahui kualitas air, peneliti membatasi
analisa hanya terhadap air limbah dan sungai yang terkait dengan kegiatan
penambangan. Hasil analisa kualitas air limbah tersebut kemudian dibandingkan
dengan baku mutu limbah pada kegiatan pertambangan batubara yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan
batubara. Pembahasan hasil analisa sungai dilakukan dengan melakukan
perbandingan antara hasil uji lab sungai tersebut dengan kualitas air yang
dipersyaratkan dalam Peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Berdasarkan Pasal 1 yang dimaksud:

“Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan batubara adalah air yang
berasal dari kegiatan penambangan batubara dan air buangan yang berasal dari
kegiatan pengolahan/pencucian batubara”.

“Baku mutu air limbah batubara adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan atau jumlah unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya
dalam air limbah batubara yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan”.

“Titik penaatan (point of compliance) adalah satu atau lebih lokasi yang
dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air
limbah”.

Seperti diketahui bahwa parameter kualitas air limbah yang penting dalam
kegiatan pertambangan batubara adalah pH, residu tersuspensi (TSS), besi (Fe)

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


71

total dan mangan (Mn) total. Sedangkan analisa air sungai juga dibandingkan
dengan baku mutu untuk kriteria kelas air.

4.3.3.1. Kualitas Air Limbah

Seperti telah disebutkan di muka, bahwa parameter penting air limbah


penambangan batubara meliputi pH, TSS, Fe total, dan Mn Total. Gambar 4.4
menunjukkan hasil uji pH pada outlet SP13HW1 selama tahun 2010.

pH

Gambar 4.4. Grafik pH di Lokasi TA-13 tahun 2010


Sumber: Balai Riset dan Standardisasi Industri, 2010

Hasil analisa pH di titik penaatan pada outlet SP13HW1 selama tahun 2010 masih
menunjukkan angka di antara batas pH bawah dan batas pH atas yang ditentukan,
yaitu antara 6,26 sampai 6,86. Meskipun secara alami kondisi tanah di daerah
penelitian, secara fisik memang memungkinkan air permukaan mempunyai pH
rendah.

Seperti diketahui bahwa partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam


air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya
memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan
ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan
akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam
(Darmono, 2001). Partikel tersuspensi juga dapat merusak produksi pakan ikan
(plankton), merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau, selat, dan
pelabuhan. Dengan TSS yang jauh dari baku mutu yang ditetapkan menunjukkan
bahwa kolam pengendapan (sediment pond) berfungsi dengan baik. Kolam
pengendapan yang berfungsi dengan baik ini menandakan adanya perencanaan

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


72

yang baik dalam pengelolaan air limbah sebelum dibuang ke perairan umumHasil
analisa TSS juga berada jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan. Grafik
Gambar 4.5 menunjukkan hasil analisa uji lab terhadap TSS di outlet TA-13.

TSS,
mg/l

Gambar 4.5 Grafik TSS di Lokasi TA-13

Kandungan logam berat besi (Fe) Total pada titik penaatan TA-13 menunjukkan
kisaran angka bawah batas baku mutu yang dipersyaratkan. Kandungan Fe
tertinggi terjadi pada bulan Maret, dan inipun masih dibawah 0,6 mg/l.
Gambar 4.6 menunjukkan kecenderungan kandungan Fe total pada air limbah di
titik penaatan Ta-13.

Fe,
mg/l

Gambar 4.6 Grafik Fe di Lokasi TA-13

Kandungan logam berat mangan (Mn) total pada titik penaatan TA-13 selama
tahun 2010 berada pada kisaran angka di bawah batas baku mutu yang
dipersyaratkan. Kandungan mangan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 0,05

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


73

mg/l namun masih jauh di bawah baku mutu. Gambar 4.7 menunjukkan hasil uji
laboratorium pada titik penaatan TA-13.

Mn,
mg/l

Gambar 4.7 Grafik Mn di Lokasi TA-13

4.3.3.2 Kualitas Air Sungai

Parameter penting air sungai yang dianalisa meliputi pH, total suspended solid
(TSS), Besi (Fe), dan mangan (Mn). Hasil analisa pH di lokasi sungai di sekitas
penambangan pada bulan November 2010 masih memenuhi baku mutu untuk
kriteria air kelas IV (Gambar 4.8), yaitu antara 5,22 sampai 6,72.

pH

Gambar 4.8 Grafik pH di Beberapa Sungai Bulan November 2010

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


74

Pada ke tujuh belas sungai yang mengalir di sekitar tambang, pada bulan
November pH berkisar antara 5,22 – 6,72 dan pH terendah ada pada lokasi SPA-1
(Sei Pasintik Hulu) yaitu 5,22. Meskipun mempunyai pH 5,22 namun masih
berada pada baku mutu kriteria air kelas IV yang ditentukan. Sungai ini berada
agak jauh dari batas lokasi tambang. Ada kemungkinan air dari sumber lain yang
masuk ke badan air karena secara alami sifat fisik tanah di daerah penelitian
mempunyai pH antara 4,5 – 5,5. Adanya pH alami yang agak rendah ini perlu
mendapat perhatian semua pihak terutama instansi yang terkait dalam rangka
menetapkan rona akhir tambang dan pengelolaan air permukaan sekitar tambang.

Total suspended solid (TSS) pada ketujuh belas lokasi sungai di sekitar daerah
pertambangan pada bulan November 2010 berada pada kisaran 30 – 323 dan
masih di bawah baku mutu kriteria kelas III dan kelas IV yang ditetapkan oleh
pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Grafik TSS pada
beberapa lokasi sungai bulan November 2010 dapat dilihat pada Gambar 4.9 di
bawah. Pada Sungai Balangan Hilir dan Sungai Barito Hulu kandungan TSS
mencapai angka 323 mg/l dan 291 mg/l termasuk paling tinggi dibandingkan
dengan sungai-sungai yang lain meskipun masih di bawah baku mutu. Tingginya
TSS ini mungkin disebabkan oleh Sungai Balangan Hilir dan Sungai Barito
merupakan muara dari beberapa sungai kecil lainnya. Dengan keadaan ini, maka
perlu kerjasama semua pihak dalam pengelolaan DAS di sekitar tambang.

TSS,
mg/l

Gambar 4.9. Grafik TSS di Beberapa Lokasi Sungai Bulan November 2010
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


75

Kandungan besi dan mangan dalam badan air di sekitar daerah tambang dapat
dilihat pada gambar grafik 4.10 di bawah.

mg/l

Gambar 4.10 Grafik Fe dan Mn di Beberapa Lokasi Sungai Bulan November


2010

Baku mutu besi dan mangan dalam air permukaan hanya dipersyaratkan untuk
kriteria kelas I, yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum. Pada kelas
ini, kandungan besi dipersyaratkan maksimal 0,3 mg/l dan untuk mangan
maksimal 1 mg/l. Sementara untuk kriteria kelas II, kelas III, dan kelas IV tidak
mempersyaratkan kandungan besi dan mangan.

Berdasarkan hasil analisa kualitas air pada Sei-Dahai pada bulan Februari, Mei,
dan Agustus 2010 (seperti dapat dilihat pada tabel.4.16 di bawah), maka dapat
disimpulkan bahwa Sei- Dahai pada saat pemantauan, pH telah memenuhi baku
mutu yang ditetapkan, yaitu berkisar antara 6,41 sampai 6,73. TSS di Sei-Dahai
pada Bulan Agustus 2010 agak tinggi dibandingkan pada periode pada bulan
Februari dan Mei. Pada bulan Mei 2010 kandungan kadmium (Cd) di Sungai
Dahai <1, padahal outlet TA-13 yang menuju Sungai Dahai pada periode April-
Juni menunjukkan angka di bawah <0.001, sehingga kandungan kadmium yang
tinggi ini tidak dapat dipastikan berasal dari kegiatan penambangan PT. Adaro
Indonesia.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


76

Tabel 4.16 Hasil Uji Kualitas Air di Sei Dahai Tahun 2010

Kriteria Mutu Air Hasil Uji


No Parameter Satuan Kelas TA-1/Sei. Dahai
Feb Mei Agt Nov
I II III IV 2010 2010 2010 2010
1 pH *) - 6–9 6–9 6–9 5–9 6.41 6.73 6.44 -
Total Suspended
2 Solid (TSS) mg/l 50 50 400 400 12.2 31 57 -
Total Dissolved
3 Solid (TDS) mg/l 1000 1000 1000 2000 83.3 50 46 -
Biochemical
Oxygen
4 Demand (BOD) mg/l 2 3 6 12 5.98 6.24 4.2 -
Chemical
Oxygen
5 Demand (COD) mg/l 10 25 50 100 15.01 12.03 9.264 -
6 Minyak/Lemak mg/l 1000 1000 1000 (-) <0.0050 11.404 1 -
7 Sulfat (SO4) mg/l 400 (-) (-) (-) 36 0.717 49.978 -
8 Besi (Fe) mg/l 0.3 (-) (-) (-) 0.9812 0.015 0.906 -
9 Mangan (Mn) mg/l 1 (-) (-) (-) 0.1876 <0.001 0.081 -
10 Kadmium (Cd) mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01 0.013 <1 <0.001 -

Sumber: Balai Riset dan Standardisasi Industri, Banjarbaru (2010)

Kesimpulan yang didapat dari hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Sei-Dahai
pada bulan Februari dan bulan Mei tidak sesuai dengan kriteria mutu air kelas I,
II, III, dan IV, hal ini disebabkan adanya kandungan kadmium (Cd) yang melebihi
baku mutu yang ditetapkan. Hanya pada bulan Agustus kriteria mutu kelas IV
dapat dipenuhi, sehingga air permukaan tersebut layak untuk peruntukan untuk
mengairi pertanaman ataupun untuk peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air
yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa, pengelolaan sepanjang DAS perlu terus
dilakukan oleh semua pemangku kepentingan agar pencemaran air dapat
dikurangi.

4.3.4 Kualitas tanah

Contoh tanah pada daerah WD C2 (tabel 4.17) mempunyai tekstur tanah liat, pH
turun naik pada saat uji sampel, yaitu berkisar antara 4,44 sampai 4,87. pH ini
termasuk masam, sehingga unsur hara tanaman mungkin kurang tersedia bahkan
tidak tersedia. Jika tanah juga terlalau masam, maka unsur logam berat menjadi
dominan yang menyebabkan akar tanaman akan terhambat untuk tumbuh.
Kandungan C organik termasuk sedang sampai tinggi. Kandungan C-Organik

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


77

dalam tanah berperan dalam meningkatkan kapasitas tukar kation. Makin tinggi
kadar C-Organiknya, kemungkinan tanah semakin subur. Peran C-Organik juga
berkaitan dengan kandungan N dalam tanah. P tersedia merupakan salah satu
senyawa yang menentukan kesuburan tanah. Maka dari data di bawah dapat
dilihat bahwa kandungan P tersedia mengalami penurunan terus dalam waktu 7
bulan. Dari data ini dapat dilihat bahwa tanah pada WD C2 sebenarnya tanah yang
tingkat kesuburannya cukup, namun untuk menghindari penurunan kesuburan
tanah perlu dilakukan perlakuan khusus agar memudahkan tanaman untuk
tumbuh.

Tabel 4.17 Hasil Analisa Kualitas Tanah WD C2 Pada tahun 2010

Parameter Satuan Maret Juni Sept


-
Tekstur tanah Liat Liat Liat
-
pH 4.85 4.44 4.87
%
C Organik 3.57 2.93 3.19
%
N Total 0.64 0.51 0.52
Ppm
P tersedia 42.06 20.31 10.6
Me/g
KTK 17.81 18.73 12.52
%
KB 27.74 14.96 12.11

Dengan melihat kecocokan tanah terhadap jenis tanaman dan melihat peruntukan
lahan pada tata ruang yang ada, maka dapat direncanakan untuk peruntukan apa
lahan bekas WD C2 tersebut.

4.4. Manfaat Rona Akhir terhadap Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Untuk mengetahui manfaat rona akhir terhadap aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan, maka peneliti melakukan studi literatur terkait rona akhir tambang,
kualitas tanah dan kualitas air permukaan. Dari hasil analisa kualitas air sungai
yang dilakukan kemudian dibandingkan dengan kriteria mutu air sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air dengan melihat potensi daerah sekitar
tambang. Hasil analisa kualitas tanah akan dibandingkan dengan kesesuaian
peruntukan lahan, sehingga akan dapat direncanakan pengelolaan sepanjang umur
tambang dan pascatambang.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


78

Untuk saat ini kebutuhan air bersih di daerah Tabalong dan Balangan masih
mengandalkan dari PDAM, sumur bor, dan dari air sungai. Jika dilihat dari target
Millenium Development Goals (MDGs) terhadap kebutuhan air baku minimal
untuk daerah pedalaman adalah 60 liter/hari/kapita dan kebutuhan air untuk
daerah perkotaan 120 liter/hari/kapita (SNI 19-6728.1-2002), maka PDAM di
kedua kabupaten ini belum mampu secara kuantitas memenuhi kebutuhan
minimal ini. Dari kebutuhan air baku yang mencapai 10.744.222 m3 pada tahun
2009, PDAM hanya mampu menyediakan 3.205.606 m3 kepada masyarakat.
Pemakaian inipun juga tidak tersebar merata, karena yang dapat menikmati air
bersih dari PDAM ini hanya sekitar 15.126 sambungan, dimana jika
dikonversikan setiap sambungan dinikmati oleh 4 orang, maka air bersih yang
disediakan oleh PDAM ini baru dinikmati oleh 60.504 jiwa (19%) dari total
jumlah penduduk 319.225 jiwa.

Dengan kecenderungan kenaikan jumlah penduduk seperti terlihat pada Gambar


4.11 dan adanya peningkatan kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan air
bersih juga akan meningkat.
Jiwa

Gambar 4.11 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk

Berdasarkan proyeksi kebutuhan akan air bersih di kedua kabupaten, yaitu


Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, maka untuk tahun-tahun
mendatang untuk pasokan air bersih yang disediakan oleh PDAM masih belum
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


79

mencukupi secara kuantitas terhadap kebutuhan masyarakat. Asumsi penambahan


jumlah sambungan adalah sebesar 500 sambungan/tahun, yang didasarkan atas
kecenderungan penambahan sambungan per tahun oleh PDAM sejak tahun 2006
sampai tahun 2009 rata-rata sekitar 500 sambungan. Adanya selisih kebutuhan air
dan pasokan yang disediakan oleh PDAM tentunya perlu diantisipasi, mengingat
pentingnya air bersih bagi kesehatan masyarakat. Gambaran proyeksi kebutuhan
air bersih, air yang dapat disediakan oleh PDAM, dan selisih air bersih yang tidak
dapat disediakan oleh PDAM dapat dilihat pada Gambar 4.12 di bawah. Akses
akan air bersih merupakan salah satu upaya untuk mencapai status/tingkat
kesehatan yang lebih baik. Jika dilihat target MDGs bahwa akses terhadap air
bersih paling tidak dinikmati oleh 68,87% masyarakat, maka di kedua kabupaten
ini masih jauh dari target yang diharapkan jika hanya mengandalkan dari
kemampuan PDAM yang ada, yang sampai saat ini baru dapat dinikmati oleh
19% penduduk di kedua kabupaten.

m3

Gambar 4.12 Proyeksi Kebutuhan Air di Kabupaten Balangan dan Tabalong

Bahkan untuk kuantitas yang tidak dapat dilayani oleh PDAM juga masih tinggi
untuk tahun-tahun mendatang. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa meskipun
kemampuan PDAM dalam menyediakan sambungan selalu meningkat setiap
tahunnya, namun selisih air dari air yang dibutuhkan dengan yang disediakan oleh
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


80

PDAM juga mengalami kecenderungan meningkat. Dengan adanya keterbatasan


kemampuan PDAM ini, maka perlu dicari alternatif lain menyediakan air bersih.
Mengingat di daerah bekas tambang akan ditinggalkan lubang bekas tambang
(void) yang dapat menampung air yang cukup besar, dan melihat kecenderungan
curah hujan selama sebelas tahun terakhir yang cukup tinggi, maka ada potensi
manfaat dari void sebagai air bersih. Dengan tersedianya air bersih, maka aspek
kesehatan masyarakat akan dapat ditingkatkan.

Dari sisi ekonomi, bahwa tersedianya void ini dapat digunakan untuk budidaya
ikan dan untuk pariwisata. Pariwisata yang berkembang, akan bermanfaat untuk
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan bagi masyarakat sekitar.
Mengingat tidak ada data resmi terkait pendapatan dari wisata ini, maka peneliti
hanya mengaitkan kecenderungan peningkatan wisatawan dari tahun ke tahun.
Sedangkan jika dilihat dari daerah wisata yang ada, di sekitar Kabupaten
Tabalong tidak begitu banyak daerah wisata yang ada, maka adanya tempat wisata
akan dapat menjadi daya tarik bagi daerah ini. Untuk dapat digunakan sebagai
tempat wisata, maka void yang ada harus layak secara teknis, kesehatan, dan
estetika. Dari sisi teknis, tentunya kestabilan lereng dan tanggul void harus
menjadi perhatian utama, Untuk aspek kesehatan, maka void yang ada airnya
harus memenuhi baku mutu sesuai yang ditentukan. Dari segi estetika tentunya
void haruslah ditata sedemikian rupa sehingga dapat menggundang adanya
wisatawan untuk datang. Jika void yang ada akan digunakan untuk budidaya ikan,
maka diperlukan kajian yang terus menerus mengenai kandungan logam dalam air
dan dalam ikan yang akan dikonsumsi sampai dapat dipastikan bahwa void yang
ada layak secara kesehatan untuk perikanan.

Seperti diketahui, bahwa salah satu sifat ekosistem adalah selalau mencari
keseimbangan (ekuilibrium) baru yang dinamik, maka kualitas air yang ada dalam
void pada kurun waktu tertentu akan membaik. Untuk mengetahui berapa lama
kualitas air sesuai dengan baku yang diharapkan, tentunya perlu penelitian lebih
lanjut.

Seperti telah disebutkan dimuka, bahwa jenis tanah di daerah tambang didominasi
oleh jenis tanah podsolik haplik yang kejenuhan basanya rendah, yaitu dibawah
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


81

35%, Daerah Tutupan vegetasinya alang-alang, semak, dan belukar. Daerah


sekitar Wara vegetasinya alang-alang. Daerah sekitar Paringin vegetasinya alang-
alang, sungkai, anggrek tanah. Berdasarkan studi kepustakaan dan wawancara
kepada sebagian responden, diketahui bahwa lahan yang berada di lokasi PKP2B
sebelumnya sebagian besar merupakan perkebunan karet. Dari hitungan (dengan
asumsi tanpa memperhitungkan inflasi dan nilai mata uang masa yang akan
datang) terhadap budidaya tanaman karet, maka pada lahan seluas 1 ha akan
menghasilkan 1.576 kg karet kering/tahun. Mengacu pada perhitungan
pemanfaatan lahan bekas tambang (Witoro, 2007) bahwa 40% lahan bekas
tambang yang bukan berupa void dapat dimanfaatkan untuk tanaman karet dan
dengan melihat kesesuaian dengan RTRW yang ada, yaitu daerah penambangan
digunakan sebagai kawasan tanaman keras dan hutan produksi. Seperti telah
diketahui bahwa void yang terbentuk sekitar 2.039,56 ha, maka sisanya seluas
3.555,97 ha berupa lahan yang seharusnya bisa direvegetasi, maka untuk luasan
lahan 1.422,39 ha (40% dari 3.555,97 ha) dapat dijadikan alternatif sebagai
perkebunan karet yang dapat disiapkan untuk menggantikan kontribusi sektor
pertambangan dalam perekonomian di daerah. Namun berdasarkan analisis yang
dilakukan oleh peneliti bahwa meskipun luasan inpit, outpit, lubang bekas
tambang, dam sudah direncanakan sejak awal, tetapi belum ada rencana yang
matang untuk apa lahan bekas tambang tersebut. Hasil ini dijadikan pijakan untuk
memberikan rekomendasi bahwa rencana peruntukan lahan perlu segera dibuat
dengan mempertimbangkan berbagai sektor terkait.

4.4.1. Manfaat ekonomi

Manfaat ekonomi rona akhir tambang bagi masyarakat dan pemerintah setempat
adalah:

a. Lahan bekas tambang yang ditinggalkan pada akhir kegiatan tambang seluas
5.595,53 ha yang tersebar di Pit Tutupan, Pit Paringin, dan Pit Wara.
Menurut Witoro (2007) bahwa kombinasi penggunaan Dana Investasi
Pembangunan Berkelanjutan (DIPB) yang terbaik adalah penanaman karet
sebesar 40%, kelapa sawit 40%, dan tanaman hutan 20%. Dengan melihat
RTRW, kualitas tanah, dan potensi daerah, maka lahan bekas tambang
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


82

mempunyai potensi dikembangkan sebagai perkebunan karet dan hutan


produksi.

b. Kolam bekas galian tambang seluas 2.039,56 ha mempunyai potensi manfaat


untuk sumber air bersih, pengairan untuk budidaya tanaman tahunan dan
persawahan, sumber air untuk peternakan, tempat wisata, perikanan, atau
mikrohidro.

4.4.2. Manfaat sosial

Seperti kita ketahui bahwa eksploitasi batubara sebagai bahan galian yang bersifat
tak terbarukan, merupakan kesempatan dan harapan bagi masyarakat untuk
mendapatkan kesejahteraan. Eksploitasi batubara yang dilakukan oleh perusahaan
haruslah mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar tambang. Hilangnya aset
dan timbulnya dampak lingkungan merupakan biaya sosial yang seharusnya
diperhitungkan dalam investasi pertambangan.

Salah satu kesempatan yang dimiliki oleh daerah dalam pembangunan daerahnya
adalah adanya program pengembangan wilayah dan masyarakat di sekitar
tambang. Dengan adanya kegiatan penambangan, maka daerah yang dahulunya
terpencil dan belum terjangkau oleh program pemerintah dapat menikmati
pembangunan daerahnya. Pengembangan wilayah ini dilakukan melalui kemitraan
yang sinergis diantara pemangku kepentingan.

Beberapa contoh pengembangan wilayah yang dilakukan oleh perusahaan yang


bermanfaat pada masyarakat sekitar tambang adalah program Corporate Social
Responsibility (CSR). Strategi pengembangan wilayah telah dijalankan oleh
PT. Adaro Indonesia dengan melakukan program CSR. Menurut Witoro (2007),
keberlanjutan sosial yang dicirikan oleh adanya sistem yang mampu mencapai
kesetaraan, penyediaan layanan publik dan akuntabilitas politik hanya akan dapat
dicapai apabila investasi dalam pengembangan sumber daya manusia
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan konsisten. CSR yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan wujud tanggung jawab perusahaan kepada daerah dan
masyarakat sekitar. CSR yang dilakukan pada saat tahapan operasi penambangan
ini merupakan bagian dari perhatian terhadap masyarakat sekitar untuk

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


83

menciptakan kehidupan yang harmonis dengan penduduk sekitar dan juga


berguna bagi persiapan masyarakat sekitar tambang pada saat tambang sudah
tidak beroperasi, sehingga masyarakat dapat mandiri. Program CSR yang
dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia disekitar wilayah tambang terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari pemerintah daerah (kabupaten). Berdasarkan data yang
berhasil didapatkan peneliti, bahwa CSR yang dilakukan pada beberapa
Kabupaten mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai 2010. Kabupaten yang
mendapatkan dana CSR adalah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan,
Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Kuala. Manfaat yang dirasakan
oleh penduduk sekitar tambang dengan adanya CSR adalah dari segi ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan sosial. Tabel 4.18 memperlihatkan berapa besar CSR
yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia kepada masyarakat di lima Kabupaten.

Tabel 4.18. Program CSR PT Adaro di Kabupaten Tabalong

Tahun
Program
2008 2009 2010
Economic Development 2.491.875.000 3.881.933.571 3.389.320.000
Education 2.146.625.000 4.059.532.143 2.402.500.000
Health 1.215.000.000 1.672.605.714 3.980.417.143
Social Culture 1.663.000.000 1.825.928.571 1.975.000.000
Special Project 914.285.715 3.778.571.429
Total (tidak termasuk dana tim) 7.516.500.000 12.354.285.714 15.525.808.572

Program CSR di Kabupaten Tabalong mengalami peningkatan dari 11,92%


sampai 227,61% yang meliputi program ekonomi, pendidikan, kesehatan dan
sosial. Sementara dari keseluruhan CSR mengalami kenaikan sebesar 25,67%.
Manfaat terbesar dari CSR yang diperoleh oleh penduduk Kabupaten Tabalong
adalah dari segi kesehatan, dimana dana untuk kesehatan pada tahun 2010
mencapai Rp. 3.980.417.143, meningkat 227,61%.

Program CSR di Kabupaten Balangan juga mengalami kenaikan pada program


sosial pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2008 dan tahun 2009. Pada tahun
2010, Kabupaten Balangan mendapatkan manfaat CSR terbesar dari social
culture, yang juga mengalami kenaikan cukup besar dari tahun 2008, yaitu
sebesar 214,93%. Rata-rata kenaikan CSR yang dikeluarkan oleh PT. Adaro untuk
Kabupaten Balangan sebesar 38,17%. Namun untuk program ekonomi mengalami
penurunan dari tahun 2009. Demikian juga halnya dengan program pendidikan,
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


84

mengalami penurunan pada tahun 2010 jika dibandingkan pada tahun 2009 dan
tahun 2008. Program CSR di Kabupaten Balangan dapat dilihat pada Tabel 4.19
di bawah ini.

Tabel 4.19. Program CSR PT Adaro di Kabupaten Balangan

Tahun
Program
2008 2009 2010
Economic Development 2.734.125.000 3.272.285.715 2.195.000.000
Education 2.061.375.000 1.535.000.000 1.335.000.000
Health 1.680.000.000 1.242.857.143 1.465.000.000
Social Culture 1.675.000.000 3.031.428.571 5.275.000.000
Special Project 2.327.300.000 3.158.000.000 4.207.142.857
Total (tidak termasuk dana tim) 10.477.800.000 12.239.571.429 14.477.142.857
Sumber: PT. Adaro Indonesia

Tabel 4.20. Program CSR PT Adaro di Kabupaten Barito Selatan

Tahun
Program
2008 2009 2010
Economic Development 632,875,000 725,000,000 489,000,000
Education 567,625,000 683,500,000 354,750,000
Health 378,000,000 695,000,000 344,000,000
Social Culture 812,000,000 1,339,357,144 1,792,964,286
Special Project
Total (tidak termasuk dana tim) 2,390,500,000 3,442,857,144 2,980,714,286

Tabel 4.21 Program CSR PT Adaro di Kabupaten Barito Timur

Tahun
Program
2008 2009 2010
Economic Development 601,250,000 1,090,000,000 585,640,000
Education 500,000,000 926,430,000 666,000,000
Health 200,000,000 500,000,000 375,000,000
Social Culture 555,000,000 880,000,000 893,360,000
Special Project 1,071,428,572
Total (tidak termasuk dana tim) 1,856,250,000 3,396,430,000 3,591,428,572

Tabel 4.22 Program CSR PT Adaro di Kabupaten Barito Kuala

Tahun
Program
2008 2009 2010
Economic Development 475,000,000 462,650,000 183,500,000
Education 227,000,000 202,100,000 344,000,000
Health 176,500,000 171,714,000 90,000,000
Social Culture 327,500,000 338,850,000 501,000,000
Special Project
Total (tidak termasuk dana tim) 1,206,000,000 1,175,314,000 1,118,500,000

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


85

Program CSR di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2010 meningkat 24,69%
dari tahun 2008. Manfaat terbesar dari CSR yang dirasakan penduduk adalah dari
program sosial yang mencapai 60% dari keseluruhan CSR. Kabupaten Barito
Timur pada tahun 2010 mendapatkan dana CSR sebesar 3.591.428.572 meningkat
93,48% dari tahun 2008. Peningkatan ini terjadi karena adanya special project
yang dilakukan pada tahun 2010 yang meliputi kegiatan untuk lembaga keuangan
mikro, lembaga pengembangan bisnis, lembaga pengembangan potensi
pendidikan. Program CSR untuk Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2010
mengalami peningkatan sebesar 52,98% pada sisi sosial, namun secara
keseluruhan mengalami penurunan sebesar 7% dari tahun 2008.

Program CSR ini merupakan suatu program untuk mengelola dampak terkait
operasi penambangan yang meliputi masuknya pendatang yang berpotensi
menimbulkan ketidakseimbangan pendapatan, konsumsi air bersih dan sumber
daya alam yang dipergunakan bersama. Sehingga dengan adanya program ini,
diharapkan masyarakat sekitar tambang juga mendapatkan keuntungan, baik dari
segi pembangunan fisik, pendidikan dan ekonominya.

Dengan adanya program CSR dan tersedianya air baku yang memenuhi baku
mutu air bersih, maka diharapkan ada potensi manfaat rona akhir tambang dari
aspek sosial, yaitu:

a. Pendidikan masyarakat sekitar tambang mengalami perbaikan dan


peningkatan
b. Kesehatan masyarakat minimal sama atau mengalami perbaikan.

4.4.3. Manfaat lingkungan

Seperti diketahui bahwa kegiatan pertambangan tidak hanya dapat merubah


bentang alam, namun juga berpotensi merusak ekosistem dan fungsi lingkungan.
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan pada kegiatan operasi
penambangan, maka selama tahapan kegiatan pertambangan dilakukan
pengelolaan lingkungan. Upaya pengelolaan lingkungan dan reklamasi yang
dilakukan dapat diharapkan digunakan untuk mencegah air limbah melampaui
baku mutu yang ditetapkan.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


86

Berdasarkan analisa air permukaan dan analisa tanah pada masa operasi (tahun
2010), diperoleh hasil bahwa kualitas air telah memenuhi baku mutu yang
ditentukan. Jika pengelolaan secara konsisten dilakukan sampai pascatambang,
maka akan didapatkan kualitas air yang sesuai dengan baku mutu perairan. Untuk
tanah pada waste dump, dengan melihat kecenderungan kualitas tanah selama
periode tahun 2010 maka harus ada upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah
jika penataan lahan sudah siap ditanami. Sehingga manfaat lingkungan yang
diperoleh adalah:

a. Kualitas air permukaan sesuai dengan baku mutu yang ditentukan


b. Kesuburan tanah sesuai untuk pertanaman.

4.5 Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void) terhadap Pembangunan


Berkelanjutan

Untuk mengetahui pemanfaatan lubang bekas tambang (void) terhadap


pembangunan berkelanjutan maka dilakukan analisa air hasil olahan Water
Treatment Plant (WTP-300) dan sosial ekonomi masyarakat.

4.5.1. Kualitas air hasil olahan water treatment plant (WTP 300)

Untuk memberikan pernyataan bahwa area bekas penggalian (void) dapat


dimanfaatkan untuk sumber air, pertanian, ataupun perikanan maka dalam
penelitian ini melakukan analisis toksikologis dan kadar logam berat pada kolam
(setling pond) dan analisa kualitas air hasil olahan WTP 300. Analisa toksikologis
dilakukan dengan melakukan perbandingan antara hasil uji laboratorium dengan
persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan usaha pertambangan secara tambang terbuka
akan menyisakan rona akhir yang yang berbeda dengan rona awal. Salah satu rona
akhir yang tersisa pada akhir penambangan adalah adanya lubang bekas tambang
(void) yang tidak dapat ditutup/ditimbun semuanya. Adanya void yang tertinggal
pada akhir kegiatan penambangan ini jika tidak dikelola berpotensi menimbulkan
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


87

dampak yang yang tidak diinginkan. Rencana pemanfaatan void pada


pascatambang sampai saat ini mendapat perhatian yang cukup serius dari
pemangku kepentingan. Untuk mengetahui manfaat void yang ditinggalkan, perlu
adanya suatu kajian yang terus menerus apakah void tersebut berbahaya jika
dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah daerah.

Seperti telah disebutkan di depan, bahwa penambangan secara tambang terbuka


dapat meninggalkan lubang bekas tambang karena penimbunan batuan penutup
tidak seluruhnya dapat dilakukan secara backfilling. Salah satu perusahaan
pertambangan yang akan meninggalkan lubang bekas tambang adalah PT. Adaro
Indonesia dengan void yang ditinggalkan berada pada Pit Tutupan, Pit Wara, dan
Pit Paringin.

Sebagai salah satu perusahaan yang masih aktif melakukan kegiatan operasi
penambangan dan belum memasuki pascatambang, PT. Adrao Indonesia telah
melakukan suatu upaya untuk memanfaatkan void yang telah ada untuk tempat
penampungan air dan beberapa kolam lainnya untuk ujicoba budidaya ikan.

Upaya pemanfaatan void ini dilakukan dengan melakukan pengolahan air limbah
pada kolam bekas penambangan inpit pond T-300. Air dari inpit pond kemudian
dialirkan menuju kolam-kolam pengendap yang disebut sebagai SP-13. Dari
SP-13 ini kemudian diambil airnya menuju WTP-300 untuk diolah menjadi air
bersih. Gambar 4.13 memperlihatkan kolam bekas penambangan (inpit pond T-
300) yang mempunyai luas 16,65 Ha dan kedalaman 32,684 meter.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


88

Gambar 4.13 Letak WTP T-300 dan inpit pond T-300

Hasil analisa air yang dilakukan terhadap air hasil olahan WTP 300 dibandingkan
dengan parameter yang dipersyaratkan untuk kualitas air bersih berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, maka pada bulan Maret, Juni, Juli,
Oktober dan November belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

Dari hasil uji laboratorium terhadap air olahan WTP 300 dari bulan Januari 2010
sampai Desember 2010, pH berada pada kisaran antara 6,41 sampai 6,92. pH 6,41
pada bulan Oktober 2010 masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan,
yaitu 6,5. Parameter zat padat terlarut (TDS) berkisar antara 79 mg/l sampai 449
mg/l. TDS tertinggi terjadi pada bulan Juni meskipun masih berada di bawah baku
mutu yang ditetapkan, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya curah hujan
pada bulan-bulan di tahun 2010 ini. Parameter arsen (As), fluorida (F), kadmium,
kesadahan, Clorida (Cl), nitrat, nitrit, pH, sianida (CN), sulfat (SO4), seng (Zn),
Cr valensi, masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Arsen bahkan
berada di bawah angka 0,001 mikron/l. Timbal (Pb) juga berkisar antara <0.009
mg/l sampai 0,289 mg/l. Pada bulan September Timbal melampaui baku mutu
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


89

yang ditetapkan yaitu 0,289 mg/l dari batas baku mutu yaitu 0,05 mg/l. Untuk ini
perlu diwaspadai tingginya timbal di masa-masa yang mendatang karena timbal
dapat menyebabkan keracunan jika mengkonsumsi sebanyak 0,2 – 2,0 mg
Pb/hari.

Kandungan Fe pada bulan Maret 2010 mencapai 8,21 mg/l, hal ini termasuk
melampaui baku mutu yang ditentukan. Meskipun Fe yang merupakan logam
esensial sangat diperlukan dalam proses fisiologik, namun jika kelebihan Fe juga
tidak baik bagi kesehatan. Kelebihan Fe dapat menyebabkan keracunan, meskipun
jarang menyebabkan kematian. Untuk zat organik (KMnO4) pada bulan Maret,
Juni, Juli, dan November belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Hasil
MPN Coliform pada bulan Mei juga menunjukkan angka pada baku mutu yang
ditetapkan yaitu 50 APM/100 ml.

Dari hasil analisa tersebut di atas, maka pada bulan Januari, Februari, April, Mei,
Agustus, dan Desember 2010 yang memenuhi baku mutu air bersih berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990. Jika hasil analisa air yang
dilakukan terhadap air hasil olahan WTP 300 dibandingkan dengan baku mutu Air
Minum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum hanya pada
bulan Januari dan April 2010 yang telah memenuhi baku yang ditentukan (tetapi
belum menyertakan parameter suhu, alumunium, tembaga dan amonia).

Pemanfaatan void sebagai sumber air dilakukan PT. Adaro Indonesia dengan
memasok air bersih hasil pengolahan WTP 300 untuk kebutuhan masyarakat
sekitar tambang. Pasokan air bersih dari PT Adaro Indonesia dapat dinikmati
sekitar 640 KK dengan rata-rata penggunaan 118 m3/tahun. Seperti telah
disebutkan di depan, bahwa kualitas air bersih yang ada telah memenuhi baku
mutu air bersih sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Mengingat saat ini telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maka
tentunya perlu ada parameter tambahan yang harus diuji untuk memastikan bahwa
air yang ada memang layak konsumsi dari segi kesehatan.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


90

Untuk pemanfaatan area bekas tambang, PT. Adaro juga melakukan percobaan
budidaya ikan di bagian selatan tambang Paringin dengan kolam percobaan
berjumlah 8 buah, dan masing-masing kolam mempunyai panjang 35 meter, lebar
15 meter dan kedalaman 1,5 meter. Berdasarkan hasil analisa kualitas air terhadap
kandungan logam berat yang potensial ada pada penambangan batubara, maka
hasil uji kualitas air dapat dilihat pada tabel 4.23.

Tabel 4.23 Hasil Uji Analisa Kualitas air Kolam ikan

Parameter Satuan Hasil Metode Uji/Teknik


Amoniak Total (NH3N) mg/liter < 0,007 SNI.06-6989-30-2004
Magnesium (Mg) mg/liter 6,46 AAS
Nitrogen % 0,0009 Kjeltec
Posfat (PO4) mg/liter 0,06 APHA 4500 PO4 – 2005
Timah (Sn) mg/liter <0,004 APHA 3120B – 2005
Nitrit (NO2) mg/liter <0,004 SNI 06 -6989-9-2004
Raksa (Hg) mg/liter <0,0004 APHA. 3114B- 2005
Arsen (As) mg/liter <0,004 APHA 3120B -2005
Besi (Fe) mg/liter 11,4 SNI.06-6989-4-2004
Timbal (Pb) mg/liter 0,004 APHA.3120B-2005
Nitrat (NO3) mg/liter <0,22 JIS K.0112.43.2.4
Kadmium (Cd) mg/liter <0,0004 APHA.3120B-2005

Sumber: Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro, 2010

Seperti diketahui bahwa logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan
dalam air tawar dan air laut, meskipun jumlahnya terbatas. Dalam kondisi normal
dan tidak tercemar, beberapa logam berat dan ringan jumlahnya sangat sedikit
dalam air. Bahkan beberapa logam sangat dibutuhkan dalam proses kehidupan,
misalnya kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) yang merupakan logam
ringan dan berguna untuk pembentukan kutikula/sisik pada ikan dan udang.
Tembaga (Cu), seng (Zn), dan mangan (Mn) merupakan logam berat yang
bermanfaat dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik
pada hewan air. Menurut Darmono (1995) bahwa dalam memonitor pencemaran
logam, analisa biota air sangat penting artinya daripada analisa airnya. Hal
tersebut disebabkan kandungan logam dalam air yang dapat berubah-ubah
tergantung pada lingkungan dan iklim. Kandungan logam dalam biota air
biasanya akan selalu bertambah dari waktu ke waktu karena sifat logam yang
“bioakumulatif”. Hasil uji analisa terhadap kandungan logam berat pada daging
ikan dan udang seperti terlihat pada tabel 4.24.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


91

Tabel 4.24 Hasil Uji Analisa Kimia Daging Ikan dan Udang pada Ujicoba Kolam
Budidaya.

Parameter Hasil
Satuan Metode Uji/Teknik
Cemaran logam Udang Ikan
Timbal (Pb) mg/kg <0.048 <0.048 AOAC.999.11/9.1.09.2005
Kadmium (Cd) mg/kg <0.003 <0.003 AOAC.999.11/9.1.09.2005
Timah (Sn) mg/kg <0.8 <0.8 SNI. 01-2896-1998, butir 5
Mangan (Mn) mg/kg 1.88 0.3 SNI. 01-2896-1998, butir 5
Besi (Fe) mg/kg 5.71 11.8 SNI. 01-2896-1998, butir 5
Raksa (Hg) mg/kg <0.005 <0.005 SNI. 01-2896-1998, butir 6
Arsen (As) mg/kg <0.003 <0.003 SNI. 01-4866-1998

4.5.2 Persepsi Masyarakat untuk Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang

Untuk mendapatkan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan lubang bekas


tambang (void), maka peneliti melakukan analisis terhadap hasil kuesioner yang
ditanyakan kepada masyarakat yang mendapat pengaruh langsung pada kegiatan
pertambangan PT. Adaro Indonesia (Lingkar 1/R1). Dari data kuesioner yang
berhasil diperoleh dengan jumlah 66 responden, maka peneliti mengelompokkan
sebaran masyarakat berdasarkan umur, pekerjaan, dan pendidikan.

Berdasarkan hasil kuesioner, maka sebaran umur responden di lapangan dapat


digambarkan pada Gambar 4.14 di bawah.

Gambar 4.14. Sebaran Responden Berdasarkan Umur

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


92

Sebagian besar responden (58%) berumur antara 19 – 39 tahun yang jika


diproyeksikan lima belas tahun ke depan (tahun 2025) mereka akan berumur
antara 34 – 54 tahun, merupakan usia yang masih produktif dan akan tetap
berperan dalam perekonomian masyarakat. Sehingga dengan melihat apa yang
responden rasakan diharapkan juga dapat mewakili sebagian masyarakat sekitar
tambang.

Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan, maka presentase responden


terbesar adalah berpendidikan SD, yaitu 44 responden (67%). Pendidikan tertinggi
adalah Sarjana S1 dengan jumlah 2 responden (3%).

Gambar 4.15 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari data mata pencaharian masyarakat berdasarkan hasil kuesioner langsung di


lapangan adalah sebagaimana ditampilkan Gambar 4.16 di bawah.

Gambar 4.16 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan


Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


93

Dari Gambar 4.16 di atas terlihat bahwa reponden yang menjadi objek penelitian
mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebesar 71%. Persentase
sebagai petani ini jauh lebih besar daripada presentase pada struktur
perekonomian Kabupaten Balangan (59%) dan struktur perekonomian Kabupaten
Tabalong (37%). Hal ini karena sebagian besar responden berada pada daerah
lingkar 1, yang memang berada agak jauh dari pusat kota Kabupaten.

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa usia responden merupakan usia yang
masih produktif pada lima belas tahun yang akan datang, dan melihat komposisi
pendidikan yang tertinggi adalah berpendidikan setingkat SD, maka harapan
untuk keberlanjutan perekonomian di sekitar tambang kemungkinan masih tidak
jauh dari mata pencaharian mereka saat ini, yaitu sebagai petani atau penyadap
karet.

Gambar 4.17 memperlihatkan pengetahuan responden mengenai rencana


penutupan tambang PT. Adaro Indonesia.

Gambar 4.17 Pengetahuan Responden tentang Rencana Penutupan Tambang

Dari responden berjumlah 66 orang, baik berdasarkan kriteria umur, pendidikan,


dan pekerjaan, sebagian besar yaitu sekitar 49 responden (74%) menyatakan
ketidaktahuan akan rencana penutupan tambang (RPT). Karena PT. Adaro belum
melakukan sosialisasi ke daerah responden, maka sebagian besar responden (34
responden) juga mengharapkan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh perusahaan
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


94

dengan pemuka masyarakat ke masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui


adanya rencana penutupan tambang. Dari pertanyaan yang diajukan mengenai
void yang ditinggalkan pada saat kegiatan tambang berakhir, hampir sebagian
besar, yaitu 28 responden (42%) setuju adanya void yang ditinggalkan pada saat
tambang berakhir. Sementara 27% (18 responden) menyatakan setuju dengan
syarat, yaitu harus dikelola, atau dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Gambaran mengenai persentase responden yang setuju terhadap void
diperlihatkan pada Gambar 4.18 di bawah.

Gambar 4.18. Pendapat Responden tentang Void pada Akhir Tambang

Jika memang void akan ditinggalkan pada akhir tambang, maka responden (52%)
menyatakan keinginannya untuk menjadikan void sebagai tempat sumber air
bersih. Hal ini tentu ada kaitannya dengan kebiasaan warga sekitar tambang yang
masih menggunakan air sungai sebagai sumber air bersihnya. Sehingga dengan
adanya sumber air baku yang dapat diolah menjadi air bersih, akan dapat lebih
bermanfaat dari segi kesehatan jika dibandingkan dengan mengkonsumsi air
sungai.

Dari hasil kuesioner yang dilakukan, responden juga menyatakan bahwa program
pemanfaatan lubang bekas tambang sangat penting dan sebaiknya diarahkan
dalam bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar tambang, seperti terlihat pada
Gambar 4.18 dan 4.19 berikut.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


95

Gambar 4.19 Persepsi Masyarakat tentang Pemanfaatan Void

Gambar 4.20 Persepsi Masyarakat tentang Program Pemanfaatan Void

Sesuai dengan topik penelitian, maka setelah dilakukan analisis terhadap kualitas
air, baik air limbah penambangan batubara maupun air hasil olahan
WTP T- 300, peneliti mencoba mengkaitkan adanya pemanfaatan lubang bekas
tambang (void) dengan melihat potensi-potensi yang ada di kabupaten Tabalong
dan Kabupaten Balangan. Sektor-sektor yang menjadi penunjang dalam analisis
adalah sektor pertanian, wisata, dan industri (dalam hal ini adalah ketersediaan
air).

Potensi sumberdaya air di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan


sebenarnya termasuk banyak. Seperti telah disebutkan di atas beberapa sungai ada
di wilayah ini. Beberapa sungai juga dimanfaatkan oleh penduduk untuk

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


96

keperluan sehari-hari. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk di sekitar


lokasi tambang, maka kebutuhan air juga meningkat. Mengingat saat ini sebagian
besar masyarakat sekitar tambang masih menggunakan air sungai sebagai sumber
air bersihnya, maka diharapkan untuk masa yang akan datang dapat digantikan
dengan air bersih yang sesuai dengan kriteria air bersih. Untuk mendapatkan air
bersih, dapat dilakukan dengan menjadi pelanggan pada PDAM. Namun
mengingat kapasitas dan kemampuan PDAM juga sangat terbatas, tentunya
adanya maka lubang bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk sumber air bersih
dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu.

Kebutuhan listrik di daerah ini seiring dengan pertambahan penduduk juga akan
meningkat. Beberapa opsi yang dinyatakan oleh PT. Adaro akan menjadikan
sumber air ini sebagai pembangkit mikrohidro. Untuk menjadikan sebagai
mikrohidro, maka perlu kajian secara teknis apakah memang lubang bekas
tambang dapat dijadikan mikrohidro atau tidak.

Sebagian masyarakat menginginkan adanya sumber air ini dipergunakan untuk


pengairan pertanian. Dilihat dari tata ruang yang ada, memang di daerah sekitar
tambang ada yang merupakan kawasan budidaya pertanian lahan basah dan
kawasan budidaya pertanian lahan kering. Sesuai dengan analisa kualitas air
limbah dan air sungai yang ada sesuai dengan kriteria kelas IV yaitu untuk
peruntukan pengairan pertanaman. Untuk tetap menjadi sumber air bagi pertanian
maupun perkebunan perlu adanya pengelolaan dari semua pemangku kepentingan
agar kualitas air yang ada tetap sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.

Potensi daerah wisata di Kabupaten Tabalong dan Balangan tidaklah terlalu


banyak. Adanya peningkatan jumlah wisatawan pada tahun 2009 di Kabupaten
Tabalong terutama yang berasal dari wisatawan domestik mengindikasikan
adanya kebutuhan masyarakat akan tempat hiburan. Dari persepsi masyarakat
tentang peruntukan lubang bekas tambang ada sebagian yang menginginkan
adanya pemanfaatan untuk tempat wisata.

Dengan melihat adanya prediksi peningkatan jumlah penduduk, peningkatan


kebutuhan pangan, peningkatan kebutuhan air bersih, peningkatan kesejahteraan

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


97

masyarakat, keinginan masyarakat, dan disesuaikan dengan RTRW, maka secara


ekonomi lubang bekas tambang mempunyai potensi manfaat untuk:

a. Sumber air bersih,


b. kebutuhan sumber air untuk pengairan tanaman,
c. perikanan,
d. wisata,
e. sumber untuk pembangkit listrik (mikrohidro)

Dari aspek sosial, lubang bekas tambang (void) mempunyai potensi manfaat
untuk:

a. sumber air bersih, dimana masyarakat akan bisa mengkonsumsi air sesuai
dengan kualitas yang dipersyaratkan sehingga akan dapat meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat, dan
b. wisata.

Pada akhir tambang, void yang ada juga mempunyai potensi manfaat dari aspek
lingkungan yaitu:

a. kualitas air yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan, dan
b. tersedianya reservoir air bagi daerah tangkapan hujan sekitarnya.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


98

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rona akhir tambang dalam penelitian ini meliputi:

a. cadangan tersisa pada akhir tambang sebesar 492 juta ton yang tersebar di
tiga Pit Tutupan, Paringin dan Wara.

b. Peruntukan lahan, yang terdiri dari lahan bekas tambang yang dibuka
seluas 5.595,53 ha dan void yang ditinggalkan pada akhir tambang seluas
2.039,56 di Pit Tutupan, Paringin, dan Wara. Dam di daerah Wara seluas
60,35 dan di Paringin seluas 15,17 ha.

c. Air permukaan, meliputi kualitas air sungai sekitar tambang pada bulan
November 2010 telah memenuhi baku mutu kriteria air untuk kelas IV,
kualitas air limbah pada titik penaatan SP 13 (TA13) telah memenuhi baku
mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
113 tahun 2003.

d. Kualitas tanah, berdasarkan hasil uji laboratorium bahwa pH tanah pada


WD C2 termasuk masam.

Rona akhir tambang yang telah ditetapkan sudah terintegrasi dengan


perencanaan tambang.

2. Manfaat rona akhir tambang:

a. Secara Ekonomi: lahan seluas 3.555,97 ha mempunyai potensi manfaat


untuk perkebunan karet (1.422,39 ha) dan hutan produksi, void yang ada
dapat menampung air sejumlah 1.355.364.377 m3 sehingga diprediksikan
dapat memasok kekurangan air bersih masyarakat. Air yang ada juga

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


99

mempunyai potensi untuk dijadikan sumber listrik yang dibutuhkan oleh


oleh masyarakat pada pada tahun yang akan datang.

b. Secara sosial: adanya peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat.

c. Secara lingkungan: mempunyai potensi manfaat lingkungan yaitu kualitas


air permukaan dan kualitas tanah sesuai dengan baku mutu sehingga akan
kembali fungsi lingkungan dan ekosistem.

Rona akhir tambang mempunyai potensi manfaat terhadap aspek ekonomi,


sosial, dan lingkungan.

3. Manfaat lubang bekas tambang (void) terhadap pembangunan berkelanjutan


dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:

a. Secara ekonomi: sumber air bersih, tempat wisata, perikanan, sumber


air untuk pengairan tanaman.

b. Secar sosial: meningkatnya akses kesehatan masyarakat melalui


tersedianya air bersih.

c. Secara lingkungan: kualitas air sesuai dengan baku mutu yang


ditetapkan, sehingga akan kembalinya fungsi lingkungan dan
ekosistem.

Void sebagai salah satu rona akhir berpotensi memberi kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.

5.2. Saran

Saran ditujukan peneliti untuk semua pihak yang berkepentingan dengan


pemanfaatan area bekas galian tambang (void), yaitu pemerintah daerah,
perusahaan tambang, dan masyarakat sekitar tambang.

1. Untuk PT. Adaro Indonesia:

a. Dalam rangka konservasi sumberdaya batubara, maka perusahaan


seharusnya dapat memetakan letak, kedalamam, dan pada seam berapa

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


100

batubara berada serta ketebalan cadangan batubara tersisa dalam rangka


konservasi batubara.

b. Untuk memanfaatkan lahan bekas tambang, baik yang berupa tapak


bekas tambang maupun void, perlu adanya kajian lebih lanjut baik dari
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

c. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tambang terkait adanya


Rencana Penutupan Tambang (RPT) karena berdasarkan kuesioner dan
wawancara pada saat di lapangan, sebagian besar responden menyatakan
ketidaktahuan mengenai program ini.

2. Pemerintah: disusunnya suatu pedoman kebijakan tentang pengelolaan


lubang bekas tambang (void)

3. Masyarakat sekitar tambang: diharapkan dapat bekerjasama dengan


pemerintah daerah dan perusahaan dalam program perencanaan dan
pelaksanaan pemanfaatan lubang bekas tambang.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait kualitas air pada lubang bekas
tambang (void).

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


101

DAFTAR PUSTAKA

Aca Sugandhi. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Adhi Wibowo; Retno Damayanti. 2008. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (Tekmira).

Arif Budimanta. 2007. Kekuasaan dan Penguasaan Sumber Daya Alam, “Studi
Kasus Panambangan Timah Bangka”. Indonesia Center for Sustainable
Development. Jakarta.

Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Tabalong. 2001. Rencana Tata


Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tabalong Tahun 2002 – 2012.
BAPEDA Kabupaten Tabalong.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bapeda Kabuapten Tabalong. 2009. Monografi
Kabupaten Tabalong. BPS Kabupaten Tabalong.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, “Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam”. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Dephut. 2002.


Buku Panduan, “Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial”. CV. Bina Niaga
Sejati. Jakarta.

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkunga (AMDAL). 2009. Integrasi


Areal Penambangan dan Peningkatan Produksi Menjadi 45 Juta Ton
Pertahun Tambang Batubara PT. Adaro Indonesia. 2009. PT Adaro
Indonesia.

Ermina Miranti. 2008. Economic Review Nomor 214, “Prospek Industri Batubara
di Indonesia”. Jakarta.

Freddy Asmanto Hariratri. 2001. Analisis Kesesuaian Kualitas Air Kolong


Penambangan Timah untuk Pengembangan Budidaya Ikan Keramba Jaring
Apung di Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


102

Gempur Santoso. 2005. Metodologi Penelitian, “Kuantitatif dan Kualitatif”.


Jakarta.

Haryono dan A.H. Tjakrawidjaja. 1994. Reklamasi Lahan Bekas galian Pasir dan
batu dengan Budidaya Ikan Air Tawar di Desa Pagelaran Kecamatan
Ciomas – Bogor Kawasan DAS Hulu Cisadane. Prosiding Seminar Hasil
Litbang SDH. Balitbang Zoologi, Puslitbang Biologi. LIPI

Howard L. Hartman. 1987. Introductory Mining Engineering. Wiley-Interscience


Publication.

......................., 2006. Unggulan Program Pembangunan Berkelanjutan untuk


Industri Pertambangan. Departement of Industry Tourism and Australian
Government.

Joleha. 2001. Sistem Drainase Resapan untuk Meningkatkan Pengisian


(Recharge) Air Tanah. Jurnal Natur Indonesia. Fakultas Teknik Univesitas
Riau.

Kabupaten Tabalong dalam Angka. 2009. BPS Kabupaten Tabalong.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


492/MENKES/PER/IV/2010 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum. Kementerian Kesehatan. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Kementerian Kesehatan.
Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2003. Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batubara. Kementerian
Lingkungan Hidup. Jakarta.

Lembaga Demografi FE UI. 2007. Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Penerbit FE


UI. Jakarta.

Nusa Idaman Said, 1999. Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan


Kualitas Air. Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang TIEML,
BPPT. Jakarta.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


103

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. 2009. Peraturan Daerah Nomor 17


Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi
Kalimantan Selatan 2005-2025. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun


2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Pemerintah Republik Indonesia.
Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun


2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Ralf Dahrendorf. 1986. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri, “Sebuah
Analisa-Kritik”. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta.

Ronny Kountur. 2007. Metode Penelitian , “Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis”.
PPM. Jakarta.

Soelarno Soemarmo Witoro. 2007. Perencanaan Pembangunan Pasca Tambang


untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus pada
Pertambangan Batubara PT. Kaltim Prima Coal) di Kabupaten Kutai,
Provinsi Kalimantan Timur. Program Stusi Ilmu Lingkungan. Program
Pascasarjana. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi, “Suatu Pengantar”. PT. Rajagrafindo


Persada. Jakarta.

Sonny Keraf. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya: “Pengantar Teknologi


Batubara Menuju Lingkungan Bersih”. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Suparmoko, M. 2007. Metode Penelitian Praktis. Edisi ke Empat, Cetakan ke


Dua. BPFE-Yogyakarta.

Suyartono dkk. 2003. Good Mining Practice, “Konsep Tentang Pengelolaan


Pertambangan yang Baik dan Benar”, Studi Nusa, Jakarta.

Suyartono. 2004. Hidup dengan Batubara, “Dari Kebijakan Hingga Pemanfaatan”.


Yayasan Media Bakti Tambang. Jakarta.

Tarsis Ari Dinarna. 2000. Eksplorasi Cekungan Batubara Daerah Haruwai dan
Sekitarnya, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Direktorat
Sumberdaya Mineral. Bandung.
Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


104

T. Yan W. M. Iskandarsyah. 2008. Aplikasi Geologi Tata Lingkungan untuk


Daerah Pertambangan. Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.
Bandung.

Veriady. 2007. Studi Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang Timah (Studi Kasus PT.
Timah Tbk di Pulau Bangka). Program Studi Ilmu Lingkungan. Program
Pascasarjana. Jakarta.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


KUESIONER MASYARAKAT

Nama Interviewer :
Tanggal Intervew :

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :

2. Umur Responden :

3. Desa
:_______________________________RT__________/RW______
_
Kecamatan
_________________________________________________________,
Kabupaten _________________________________

4. Jenis Kelamin :
(1) Pria
(2) Wanita

5. Status Perkawinan :
(1) Belum menikah
(2) Menikah
(3) Duda/Janda

6. Jumlah keluarga yang


ditanggung:____________________________(orang) tidak termasuk
bapak/ibu

7. Pendidikan responden :
(1) Tidak sekolah
(2) SD
(3) SMP
(4) SMA
(5) Akademi
(6) Universitas

II. SOSIAL EKONOMI


8. Pekerjaan responden :
(1) Petani :
(2) Pedagang :
(3) Penambang :

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


(4) Lainnya,
yaitu_______________________________________________(sebutk
an)

9. Dimanakah lokasi bapak/ibu bekerja?


(1) Di sekitar desa
(2) Di sekitar kawasan tambang PT. Adaro Indonesia
(3) Di pertambangan PT. Adaro

10. Berapa pendapatan bapak/ibu perhari dari hasil usaha pokok bapak/ibu?
(1) Kurang dari Rp. 40.000,-/hari
(2) Antara Rp. 40.000,- - Rp. 100.000,-/hari
(3) Lebih dari Rp. 100.000,-/hari

11. Apakah Bapak/ibu mempunyai mata pencaharian sampingan?


(1) Ya
(2) Tidak

12. Jika ya, apakah mata pencaharian sampingan tersebut?, jika tidak,
langsung ke pertanyaan no 14)
Jawab: ____________________________________

13. Berapa pendapatan sampingan per hari?


(1) Kurang dari Rp. 40.000,-/hari
(2) Antara Rp. 40.000,- - Rp. 100.000,-/hari
(3) Lebih dari Rp. 100.000,-/hari

III. PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM


RENCANA PENUTUPAN TAMBANG (RPT)
14. Apakah bapak/ibu tahu tentang rencana penutupan tambang PT. Adaro ?
(a) ya
(b) tidak

15. jika tahu, darimana bapak/ibu mengetahuinya?


(1) Surat kabar
(2) Sosialisasi dari pemerintah
(3) Sosialisasi dari perusahaan
(4) Perbincangan dengan orang lain

16. Jika tidak tahu, menurut bapak/ibu yang sebaiknya dilakukan oleh PT.
Adaro Indonesia?
(1) Melakukan sosialisasi bersama pemerintah ke masyarakat
(2) melakukan sosialisasi bersama pemuka masyarakat ke masyarakat
(3) Jawaban lainnya, sebutkan
________________________________________

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


17. Salah satu rencana penutupan tambang adalah adanya rona akhir. Jika
dalam rona akhir PT. Adaro meninggalkan lahan bekas tambang berupa
lubang bekas tambang (void), apa pendapat bapak/ibu?
(1) Setuju
(2) Setuju dengan syarat,yaitu
_______________________________________ (sebutkan)
(3) Tidak setuju

18. Jika setuju, untuk peruntukan apa lubang bekas tambang tersebut
diinginkan?, jika tidak setuju langsung ke pertanyaan no. 24)
(1) Tempat reservoar air (waduk/penampungan air)
(2) Tempat pembudidayaan ikan
(3) Untuk mikrohydro (pembangkit listrik)
(4) Tempat rekreasi
(5) Untuk peruntukan lainnya,
yaitu_________________________________________(sebutkan)
19. Jika lubang bekas tambang diperuntukkan untuk tempat reservoar air
(waduk/penampungan air) tersebut di atas, keuntungan apa yang bapak/ibu
harapkan?
(1) Sumber air minum
(2) Sumber air untuk pertanian
(3) Sumber air untuk perikanan

20. Jika lubang bekas tambang diperuntukkan untuk tempat pembudidayaan


ikan tersebut di atas, keuntungan apa yang bapak/ibu harapkan?
(1) Mata pencaharian pokok
(2) Mata pencaharian tambahan (sampingan)

21. Jika lubang bekas tambang diperuntukkan untuk mikrohydro (pembangkit


listrik) tersebut diatas, keuntungan apa yang bapak/ibu harapkan?
(1) Adanya listrik bagi penduduk
(2) Adanya peningkatan pendapatan

22. Jika lubang bekas tambang diperuntukkan untuk tempat rekreasi tersebut
di atas, keuntungan apa yang bapak/ibu harapkan?
(1) Ada tempat untuk wisata air bagi penduduk
(2) Adanya peningkatan ekonomi jika wisata berkembang

23. Jadi menurut bapak/ibu, apakah lubang bekas tambang (void) ada
manfaatnya?
(1) Ya
(2) Tidak
(3) Tidak tahu

24. Jika tidak setuju, dan lubang bekas tambang tidak bisa ditimbun lagi,
menurut bapak/ibu, apa yang sebaiknya PT. Adaro lakukan?
Jawab:____________________________________________(sebutkan)

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


IV. KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM
PEMANFAATAN LUBANG BEKAS TAMBANG
25. Apakah yang bapak/ibu ketahui tentang program pemanfaatan lubang
bekas tambang (void) tersebut?
(1) Pemberdayaan masyarakat sekitar tambang
(2) Membuka lapangan kerja baru
(3) Mempertahankan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang setelah
pascatambang
(4) Perusahaan ingin mengambil hati masyarakat
(5) Menjaga imej perusahaan

26. Seberapa penting adanya program tersebut menurut bapak/ibu?


(1) Sangat penting
(2) Penting
(3) Cukup penting
(4) Kurang penting
(5) Tidak penting

27. Berdasarkan informasi, saat ini PT Adaro telah melakukan kegiatan


pemanfaatan lubang bekas tambang untuk tempat pengolahan air (WTP),
dimana sebagian penduduk di Desa Dahai dan Padang Panjang dapat
menikmati air bersih, menurut bapak/ibu, apa program ini bermanfaat?
(1) Ya
(2) Tidak

28. Berdasarkan program no 27), apa bapak/ibu mendapat keuntungan dari


program air bersih tersebut?
(1) Ya
(2) Tidak
29. Jika ya, berapa air yang bisa dinikmati?
Jawab______________________________________________________

30. Jika bapak/ibu tidak mendapat keuntungan dari program air bersih
tersebut, darimana bapak/ibu mendapatkan air bersih?
(1) Sungai
(2) Sumur gali
(3) Sumur bor
(4) Membeli
(5) Dari tempat lainnya,
yaitu________________________________________(sebutkan)

V. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM


PEMANFAATAN LUBANG BEKAS
31. Apakah Pihak PT. Adaro Indonesia berkonsultasi dengan bapak/ibu
mengenai program pemanfaatan lubang bekas tambang?
(1) Ya
(2) Tidak
(3) Menginformasikan tetapi tidak berkonsultasi
4

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


(4) Tidak tahu

32. Jika jawaban no 31) “ya” dan “menginformasikan”, Seberapa besar


keterlibatan bapak/ibu dalam pertemuan/diskusi mengenai program
pemanfaatan lubang bekas tambang?
(1) Sangat aktif
(2) Aktif
(3) Cukup aktif
(4) Tidak aktif
(5) Tidak tahu

33. Apakah bapak/ibu terlibat dalam program pemanfaatan lubang bekas


tambang?
(1) Ya
(2) Tidak

34. Jika ya, apa peranan bapak/ibu dalam program pemanfaatan lubang bekas
tambang tersebut? (sebutkan)
_____________________________________________

35. Apa bapak/ibu puas dengan bentuk keterlibatan di dalam program


pemanfaatan lubang bekas tambang?
(1) Sangat puas
(2) Puas
(3) Cukup puas
(4) Kurang puas
(5) Tidak puas

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 1: Daftar Wilayah Kecamatan Dan Desa-Desa Dalam Wilayah Pengaruh Tambang

Tambang
R1 R2 R3
Jumlah
Kabupaten Kecamatan
Desa
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Desa Desa Desa Jumlah KK
penduduk KK penduduk KK Penduduk

1. Wonorejo 1564 396 1. Mihu 1621 189 1. Lalayau 892 245


2. Sumber Rejeki 1831 464 2. Galumbang 612 220 2. Teluk bayur 616 198
3. Lamida Atas 254 90 3. Juai 634 199 3. Tigarun 297 89
Juai 19 4. Buntu Karau 1224 362 4. Sirap 480 12 4. Hukai 619 194
5. Mungkur
5. Marias Uyam 439 151 5. Pamurus 682 197
6. Muara Ninian 6. Bata 480 152 6. Gulinggang 776 263
7. Panimbaan 423 107
1. Dahai 710 189 1. Kalahiyang 449 132 1. Maradap 433 105
2. Sei Ketapi 489 141 2. Layap 498 155 2. Tarangan 219 69
Balangan
3. Leasung Batu 880 279 3. Teluk Keramat 518 156 3. Lingsir 577 175
4. Paran 380 117 4. Muara Pitap 401 145 4. Panggung 421 132
5. Lok Batu 723 240 5. Bungin 432 151 5. Inan 256 149
6. Mangkayahu 430 134 6. Binjai 314 99 6. Paringin Timur 978 566
Paringin 28
7. Haur Batu 814 213 7. Gunung Pandau 435 124
8. Murung Ilung 520 161 8. Galumbang 264 134
9. Babayau 793 240 9. Murung jambu 251 66
10. Lamida Bawah 351 123 10. Batu Piring 998 295
11. Balida 727 215
12. Balang 706 119

105

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 1 (Sambungan)

1. Lok Batu 1254 232 1. Kembang Kuning


2. Seradang
3. Halong
4. Mahe Pasar
Haruai 9
5. Hayup
6. Wirang
7. Nawin
8. Marindi
1. Bilas 1185 338 1. Masingai I 1102 324
2. Masingai II 1098 338
Upau 6 3. Pengelak 1251 336
Tabalong
4. Kinarun 384 754
5. Kaong 770 200
1. Padang Panjang 1513 417 1. Walangkir 819 819 1. Padangin 933 345
2. Warukin 1508 419 2. Barimbun 1113 310 2. Mangkusip 1427 394
Tanta 12 3. Tamiang 3. Tahta 1355 400 3. Tanta Hulu 928 271
4. Pulau Ku'u 960 232 4. Murung Baru 748 192
5. Luk Bayur 1018 233
1. Maburai 1592 401 Masukau 1129 298 1. Sulingan 3191 844
Murung 2. Kasiau 3015 775 Balimbing 5502 1354 2. Kapar 3367 870
10
Pudak
Balimbing Raya 5722 1385 3. Kasiau Raya 507 133
Pembatan 4170 1013 4. Mabu'un 3765 980
Sumber: AMDAL 2009

105

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


105

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 2: Data Curah Hujan Di Pit Tutupan

a. Data curah hujan harian di Pit Tutupan

RAINFALL (MM) / DAYS


YEAR
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

1997 4.11 3.09 4.16 4.02 4.56 0.40 2.68 - - 1.90 3.73 8.21

1998 3.65 3.80 0.52 1.53 3.68 6.87 8.71 5.24 4.53 10.37 12.38 12.02

1999 12.68 9.55 9.29 5.33 3.61 1.47 1.10 0.61 1.00 5.55 7.02 8.81

2000 6.76 8.84 7.29 8.05 4.71 3.88 1.32 2.98 3.70 5.82 8.02 5.08

2001 5.40 13.23 10.50 9.08 0.61 8.13 1.84 0.39 7.00 6.34 12.35 10.10

2002 15.76 13.95 14.73 10.55 6.05 5.28 1.69 0.81 1.50 1.50 8.13 12.66

2003 8.05 11.50 16.56 11.07 4.55 3.38 2.03 4.32 3.75 4.35 14.73 11.95

2004 19.81 12.84 14.89 7.60 8.65 5.80 5.26 0.23 2.70 0.58 13.90 21.56

2005 17.03 10.75 19.37 12.47 12.14 9.17 6.47 2.03 4.22 9.61 15.83 18.93

2006 8.92 13.89 15.68 12.46 8.96 12.83 3.18 3.39 4.08 1.98 5.89 14.60

2007 20.87 22.54 9.34 19.40 13.45 11.22 5.35 6.65 3.17 11.00 17.09 8.52

2008 12.64 9.96 20.47 17.07 5.37 3.80 8.26 6.08 4.39 8.48 19.47 20.10

2009 18.78 15.32 13.48 13.83 8.52 4.14 4.95 6.05 4.08 7.44 11.58 20.63

2010 16.60 10.41 27.58 20.37 9.47 19.14 14.67 15.97 18.48 13.55 23.93 17.19

Sumber: PT. Adaro Indonesia (2010)

107

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


b. Data curah hujan bulanan di Pit Tutupan

JAN FEB MARCH APRIL MAY JUNE JULY AUG SEPT OCT NOV DEC TOTAL DAILY (MM)
YEAR

31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 YEAR MAX DATE

1997 127.50 86.50 129.00 120.50 141.50 12.00 83.00 0.00 0.00 59.00 112.00 254.50 1,125.50 74.00 03/07/97

1998 113.00 106.50 16.00 46.00 114.00 206.00 270.00 162.50 136.00 321.50 371.50 372.50 2,235.50 92.00 26/06/98

1999 393.00 267.50 288.00 160.00 112.00 44.00 34.00 19.00 30.00 172.00 210.50 273.00 2,003.00 65.00 20/04/99

2000 209.50 256.50 226.00 241.50 146.00 116.50 41.00 92.50 111.00 180.50 240.50 157.50 2,019.00 95.00 16/01/00

2001 167.50 370.50 325.50 272.50 19.00 244.00 57.00 12.00 210.10 196.50 370.50 313.00 2,558.10 79.00 23/03/01

2002 488.50 390.50 456.50 316.50 187.50 158.50 52.50 25.00 45.00 46.50 244.00 392.50 2,803.50 173.00 15/01/02

2003 249.50 322.00 513.50 332.00 141.00 101.50 63.00 134.00 112.50 135.00 442.00 370.50 2,916.50 76.50 11/08/03

2004 614.00 372.50 461.50 228.00 268.00 174.00 163.00 7.00 81.00 18.00 417.00 668.50 3,472.50 88.00 22/02/04

2005 528.00 301.00 600.50 374.00 376.30 275.00 200.50 63.00 126.50 298.00 474.80 586.80 4,204.40 87.00 21/04/05

2006 276.45 388.95 486.00 373.70 277.72 384.90 98.50 105.00 122.50 61.50 176.80 452.50 3,204.52 77.60 10/11/06

2007 647.10 631.25 289.40 582.10 416.90 336.60 165.75 206.27 95.10 340.90 512.70 264.05 4,488.12 157.00 05/05/07

2008 391.70 288.75 634.70 512.00 166.50 114.00 256.00 188.50 131.80 262.80 584.20 623.20 4,154.15 115.00 20/04/08

2009 582.25 429.00 418.00 414.80 264.25 124.25 153.50 187.70 122.50 230.50 347.50 639.50 3,913.75 127.00 19/01/09

2010 514.50 291.50 855.00 611.00 293.50 574.30 454.85 495.20 554.50 420.10 717.82 533.00 6,315.27 114.50 13/04/10

MAX 647.10 631.25 855.00 611.00 416.90 574.30 454.85 495.20 554.50 420.10 717.82 668.50 4488.12 173.00 15/01/02

AVG. 378.75 321.64 407.11 327.47 208.87 204.68 149.47 121.26 134.18 195.91 372.99 421.50

Sumber: PT. Adaro Indonesia

107

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


110

Lampiran 3: Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk

Perencanaan pertambahanan penduduk dihitung berdasarkan persamaan dibawah:


Pt = Po. (1 + t. r)
Keterangan :
r = Laju pertumbuhan penduduk (%)
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun akhir (jiwa)
Po = Banyaknya penduduk pada tahun awal (jiwa)
t = Waktu (tahun)
Untuk mencari laju pertumbuhan penduduk, maka persamaan diatas dapat diubah
menjadi :
( Pt − Po) / t
r =
Po
1) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan
Haruai Kabupaten Tabalong:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2005 sebanyak 19355 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 20522 jiwa
t = Waktu = (2009-2005) = 4 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(20522 − 19355) / 4
r =
19355
r = 0,015 atau r = 1,5 % / tahun.

2) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan Upau


Kabupaten Tabalong:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2007 sebanyak 6267 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 8011 jiwa
t = Waktu = (2009-2007) = 2 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(8011 − 6267) / 2
r =
6267

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


110

r = 0,139 atau r = 13,9 % / tahun.

3) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan Tanta


Kabupaten Tabalong:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2005 sebanyak 14284 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 16612 jiwa
t = Waktu = (2009-2005) = 4 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(16612 − 14284) / 4
r =
14284
r = 0,041 atau r = 4,1 % / tahun.

4) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan


Murung Pudak Kabupaten Tabalong:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2005 sebanyak 31153 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 39222 jiwa
t = Waktu = (2009-2005) = 4 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(39222 − 31153) / 4
r =
31153
r = 0,064 atau r = 6,6% % / tahun.
5) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan Juai
Kabupaten Balangan:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2005 sebanyak 15158 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 15295 jiwa
t = Waktu = (2009-2005) = 4 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(15693 − 15158) / 4
r =
15158
r = 0,008 atau r = 0,8 % / tahun.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


110

6) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan


Paringin Kabupaten Balangan:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2007 sebanyak 14335 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 16847 jiwa
t = Waktu = (2009-2007) = 2 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(16847 − 14335) / 2
r =
14335
r = 0,087 atau r = 8,7 % / tahun.
7) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kabupaten
Balangan:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 2003 sebanyak 97213 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 112395 jiwa
t = Waktu = (2009-2003) = 6 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(112393 − 97213) / 6
r =
97213
r = 0,026 atau r = 2,6 % / tahun.
8) Contoh Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk Kabupaten
Tabalong:
Diketahui :
Po = Banyaknya penduduk pada tahun 1999 sebanyak 166953 jiwa
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun 2009 sebanyak 206830 jiwa
t = Waktu = (2009-1999) = 10 Tahun
maka Laju pertumbuhan penduduk adalah :
(206830 − 166953) / 10
r =
166953
r = 0,023 atau r = 2,3 % / tahun

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 4: Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Non Domestik

I. Kabupaten Tabalong

Perhitungan kebutuhan air non domestik diasumsikan berdasarkan kriteria


perencanaa kebutuhan air bersih pada Tabel C.1 pada Lampiran C. Perhitungan
dilakukan dengan urut sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang ada di dua kabupaten
wilayah studi. Proyeksi jumlah fasilitas untuk 32 tahun ke depan, sesuai dengan
pertambahan laju penduduk, diasumsikan bertambah berdasarkan dari data tahun
2009. Berikut contoh hasil perhitungan kebutuhan air non domestik untuk Desa
Pedalaman.

A. Fasilitas Pemerintahan
- Jumlah kebutuhan air untuk fasilitas pemerintahan di Kabupaten Tabalong
diasumsikan sesuai dengan jumlah keseluruhan pegawai negeri di Kabupaten
Tabalong, dan pada tahun 2032 di asumsikan tidak ada penambahan kantor
fasilitas pemerintahan dan tidak ada penambahan jumlah pegawai.
- Kebutuhan air di kantor pemerintahan diasumsikan sebesar 10
liter/pegawai/hari (SNI 19-6728.1-2002)
- Kebutuhan air = ( jumlah pegawai x pemakaian air )
= (2839 unit x 10 liter/unit/hari)
= 28.389 liter/hari

B. Fasilitas Pendidikan
- Jumlah Siswa diambil rata-rata untuk TK, SD, SLTP, dan SLTA adalah 32
orang untuk tiap kelasnya. Pada tahun ada 474 sekolah.
- Pemakaian air untuk fasilitas pendidikan sebesar 10 liter/jiwa/hari (Asumsi
berdasarkan SNI 19-6728.1-2002).
- Kebutuhan air = ( jumlah sekolah x jumlah siswa x pemakaian air )
= (474 x 32 jiwa x 10 liter/jiwa/hari)
= 151.680 liter/hari.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


C. Fasilitas Peribadatan
- Jumlah tempat ibadah diasumsikan bertambah sesuai pertambahan penduduk.
Setiap rumah ibadah melayani maksimal 40 jiwa. Pada tahun 2009, ada 742
tempat ibadat.
- Total Jumlah orang yang dilayani = 40 x 742 jiwa = 29680
- Pemakaian air untuk fasilitas peribadatan sebesar 2 liter/jiwa/hari (SNI 19-
6728.1-2002).
- Kebutuhan air = ( jumlah jiwa x pemakaian air )
= (29680 x 2 liter/hari)
= 60.800 liter/hari.

D. Fasilitas Kesehatan
Rumah Sakit
- Jumlah rumah sakit diasumsikan bertambah sesuai pertambahan penduduk.
Namun untuk perhitungan kebutuhan air, jumlah rumah sakit di asumsikan
tetap, yaitu 72 unit.
- Total Jumlah rumah sakit, puskesmas dan klinik di Kabupaten Tabalong = 72
unit
- Pemakaian air dapat adalah sebesar 300 liter/unit/hari (SNI 19-6728.1-2002).
- Kebutuhan air = ( jumlah fasilitas kesehatan x pemakaian air )
= (72 unit x 300 liter/unit/hari)
= 21.600 liter/hari.

E. Fasilitas Perekonomian

a. Pasar, Pusat Perbelanjaan


- Total Jumlah pasar di Kabupaten Tabalong = 12 unit (12 kecamatan)
- Pemakaian air (SNI 19-6728.1-2002) adalah 0,7 liter/det/hari = 0,7 x 24 x
3600 = 60.480 liter/lt
- Kebutuhan air = ( jumlah pasar x pemakaian air )
= (12 x 60480 liter/hari)
= 725.760 liter/hari

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


.
b. Warung, dan Toko kecil
- Total Jumlah warung di Kabupaten Tabalong = (3 x 12 unit) = 36 unit
- Pemakaian air warung diasumsikan sebesar 100 liter/unit/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah warung x pemakaian air )
= (36 x 100 liter/unit/hari)
= 3600 liter/hari.

a + b = 729360 liter/hari

F. Fasilitas Pengianapan
- Jumlah fasilitas jasa dan fasilitas penunjang industri diasumsikan bertambah
sesuai pertambahan penduduk. Seiring pertambahan penduduk jumlah
fasilitas yang besar ini di asumsikan juga bertambah.

- Total Jumlah hotel di Kabupaten Tabalong = 18 unit dengan jumlah kamar


369 kamar
- Pemakaian air dapat dilihat sebesar 90 liter/kamar/hari (SNI 19-6728.1-2002)
- Kebutuhan air = ( jumlah hotel x jumlah kamar x pemakaian air )
= (369 x 90 liter/unit/hari)
= 33.210 liter/hari.

G. Fasilitas Transportasi
- Terdapat 2 terminal penumpang di Kecamatan Kabupaten Tabalong. Seiring
pertambahan penduduk jumlah terminal maupun dermaga di asumsikan
bertambah.
- Pemakaian air dapat diasumsikan berdasarkan pada jumlah pelanggan atau
pengunjung, dengan asumsi pemakaian per pengunjung sebesar 3
liter/pengunjung/hari (SNI 19-6728.1-2002). Asumsi pengunjung yang
menggunakan terminal adalah 100 orang perhari.
- Kebutuhan air = ( jumlah fasilitas x jumlah orang x pemakaian air )
= (2 unit x 100 kapita x 3 liter/pengunjung/hari )

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


= 600 liter/hari.

H. Fasilitas Olah Raga


- Asumsi terdapat 12 tempat olahraga di Kabupaten Tabalong. Asumsi
kebutuhan air 2000 liter/unit/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah fasilitas x pemakaian air )
= (12 x 2000 liter/ha/hari )
= 24.000 liter/hari.

I. Fasilitas tempat wisata


Jumlah pengunjung pada tahun 2009 adalah: 93.107 pengunjung. Asumsi
kebutuhan air per hari per pengunjung adalah: 10 lt/pengunjung/hari/
Kebutuhan air = (jumlah jumlah pengunjung x
pemakaian air )
= (93.107 x 10 liter/pengunjung/hari
)/365
= 2551 liter/hari.
J. Peternakan
a. Peternakan Sapi Kebutuhan air = ( jumlah ternak sapi x pemakaian
air )
= (12.101 x 40 liter/ekor/hari )
= 484.040 liter/hari.
b. Peternakan Kambing = (jumlah ternak kambing x
pemakaian air)
= (4550 x 35 liter/ekor/hari)
= 159.250 ltr/hari

II. Kabupaten Balangan

Perhitungan kebutuhan air non domestik diasumsikan berdasarkan kriteria


perencanaa kebutuhan air bersih pada Tabel C.2 pada Lampiran C. Perhitungan
dilakukan dengan urut sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang ada di dua kabupaten
wilayah studi. Proyeksi jumlah fasilitas untuk prediksi tahun ke depan, sesuai

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


dengan pertambahan laju penduduk, diasumsikan bertambah berdasarkan dari data
tahun 2009. Berikut contoh hasil perhitungan kebutuhan air non domestik untuk
Desa Pedalaman.

A. Fasilitas Pemerintahan
- Jumlah kebutuhan air untuk fasilitas pemerintahan di Kabupaten Tabalong
diasumsikan sesuai dengan jumlah keseluruhan pegawai negeri di Kabupaten
Tabalong, dan pada tahun 2032 di asumsikan tidak ada penambahan kantor
fasilitas pemerintahan dan tidak ada penambahan jumlah pegawai.
- Kebutuhan air di kantor pemerintahan diasumsikan sebesar 10
liter/pegawai/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah pegawai x pemakaian air )
= (1102 unit x 10 liter/pegawai/hari)
= 11020 liter/hari

B. Fasilitas Pendidikan
- Jumlah Siswa diambil rata-rata untuk TK, SD, SLTP, dan SLTA adalah 32
orang untuk tiap kelasnya. Pada tahun ada 313 sekolah.
- Pemakaian air untuk fasilitas pendidikan sebesar 10 liter/jiwa/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah sekolah x jumlah siswa x pemakaian air )
= (313 x 32 jiwa x 10 liter/jiwa/hari)
= 100160 liter/hari.

C. Fasilitas Peribadatan
- Jumlah tempat ibadah diasumsikan bertambah sesuai pertambahan penduduk.
Setiap rumah ibadah melayani maksimal 40 jiwa. Pada tahun 2009, ada 338
tempat ibadat.
- Total Jumlah orang yang dilayani = 40 jiwa x 338 unit = 13520
- Pemakaian air untuik fasilitas peribadatan sebesar 2 liter/jiwa/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah jiwa x pemakaian air )
= (13520 x 2 liter/hari)
= 27040 liter/hari.

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


D. Fasilitas Kesehatan
Rumah Sakit
- Jumlah rumah sakit diasumsikan bertambah sesuai pertambahan penduduk.
Seiring pertambahan penduduk jumlah rumah sakit di asumsikan seperti
terlihat dari Tabel C.1.
- Total Jumlah rumah sakit, puskesmas dan klinik di Kabupaten Balangan = 96
unit
- Pemakaian air dapat adalah sebesar 300 liter/unit/hari
- Kebutuhan air = ( jumlah fasilitas kesehatan x pemakaian air )
= (96 unit x 300 liter/unit/hari)
= 28.800 liter/hari.

E. Fasilitas Perekonomian

a. Pasar, Pusat Perbelanjaan


- Asumsi: Total Jumlah pasar di Kabupaten Balangan = 8 unit (8 kecamatan)
- Pemakaian air adalah 0,7 liter/det/hari = 0,7 x 24 x 3600 = 60.480 liter/lt
- Kebutuhan air = ( jumlah pasar x pemakaian air )
= (8 x 60480 liter/hari)
= 483840 liter/hari
.
b. Warung, dan Toko kecil
- Asumsi: Total Jumlah warung di Kabupaten Balangan = (3 x 8 unit) = 24 unit
- Pemakaian air warung diasumsikan sebesar 100 liter/unit/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah warung x pemakaian air )
= (24 x 100 liter/unit/hari)
= 2400 liter/hari.

a + b = 486240 liter/hari

F. Fasilitas Pengianapan

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


- Jumlah fasilitas jasa dan fasilitas penunjang industri diasumsikan bertambah
sesuai pertambahan penduduk. Seiring pertambahan penduduk jumlah
fasilitas yang besar ini di asumsikan juga bertambah.
- Total Jumlah hotel di Kabupaten Tabalong = 4 unit dengan asumsi jumlah
kamar 80 kamar
- Pemakaian air dapat dilihat sebesar 90 liter/kamar/hari.
- Kebutuhan air = (jumlah kamar x pemakaian air )
= (80 x 90 liter/unit/hari)
= 7200 liter/hari.

G. Fasilitas Transportasi
- Terdapat 2 terminal penumpang di Kecamatan Kabupaten Tabalong
Balangan. Seiring pertambahan penduduk jumlah terminal maupun dermaga
di asumsikan bertambah.
- Pemakaian air dapat diasumsikan berdasarkan pada jumlah pelanggan atau
pengunjung, dengan asumsi pemakaian per pengunjung sebesar 3
liter/pengunjung/hari. Asumsi pengunjung yang menggunakan terminal
adalah 100 orang perhari.
- Kebutuhan air = ( jumlah fasilitas x jumlah orang x pemakaian air )
= (2 unit x 100 kapita x 3 liter/pengunjung/hari )
= 600 liter/hari.

H. Fasilitas Olah Raga


- Asumsi terdapat 8 tempat olahraga di Kabupaten Balangan. Asumsi
kebutuhan air 2000 liter/unit/hari.
- Kebutuhan air = ( jumlah fasilitas x pemakaian air )
= (8 x 2000 liter/ha/hari )
= 16.000 liter/hari.
I. Fasilitas tempat wisata
Asumsi jumlah pengunjung pada tahun 2009 adalah: 50.000 pengunjung.
Asumsi kebutuhan air per hari per pengunjung adalah: 10 lt/pengunjung/hari/

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Kebutuhan air = (jumlah jumlah pengunjung x
pemakaian air )
= (50.000 x 10 liter/pengunjung/hari
)/365
= 1369 liter/hari.
J. Peternakan
a. Peternakan Sapi Kebutuhan air = ( jumlah ternak sapi x pemakaian
air )
= (12.101 x 40 liter/ekor/hari )
= 484.040 liter/hari.
b. Peternakan Kambing = (jumlah ternak kambing x
pemakaian air)
= (4550 x 35 liter/ekor/hari)
= 159.250 ltr/hari

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 5: Perhitungan Penambahan Pelanggan PDAM

A. Perencanaan pertambahan pelanggan PDAM dihitung berdasarkan data


yang diberikan oleh PDAM Balangan.
Tabel L5.1 Penambahan Jumlah Sambungan PDAM dari tahun 2006 -
2009
Jumlah KK Pelanggan Air terjual Nilai air m3/KK Rp/m3
Tahun Penduduk (sambungan) (m3) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2009 112,395 32,021 4,910 1,078,624 1,305,135,040 220 1,210

2008 102,702 29,334 4,371 931,793 1,100,270,000 213 1,181

2007 102,192 28,882 3,949 777,304 901,062,000 197 1,159

2006 100,956 28,541 3,082 640,282 720,625,000 208 1,125


Sumber: PDAM Kabupaten Balangan

Dengan asumsi bahwa penambahan sambungan PDAM Balangan sebesar 500


sambungan per tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2030, maka didapatkan data
seperti Tabel L5.2 berikut.

Tabel L5.2. Proyeksi Penambahan Sambungan PDAM


Jumlah Air yang dapat
No Tahun Penduduk KK Sambungan disediakan PDAM
Jiwa PDAM m3/th
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)x220
220
1 2009 112,395 32,021 4,910 1,080,200
2 2012 121,162 30,290 6,410 1,410,200
3 2015 129,929 32,482 7,910 1,740,200
4 2018 138,695 34,674 9,410 2,070,200
5 2021 147,462 36,866 10,910 2,400,200
6 2024 156,229 39,057 12,410 2,730,200
7 2027 164,996 41,249 13,910 3,060,200
8 2030 173,763 43,441 15,410 3,390,200

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


B. Perencanaan pertambahan pelanggan PDAM dihitung berdasarkan data
yang diberikan oleh PDAM Tabalong.
Tabel L5.3. Penambahan Sambungan PDAM dari Tahun 2006-2009
Tahun Jumlah KK Pelanggan Air terjual Nilai air m3/KK Rp/m3
Penduduk (Sambungan) (m3) (Rp)

2009 206,830 51,268 10,216 2,009,062 6,605,132,000 197 3,288

2008 193,641 51,244 9,640 1,944,570 5,986,541,100 202 3,079

2007 190,989 49,496 9,167 183,309 1,831,309 20 10

2006 188,827 48,340 8,380 1,783,289 93,443,680 213 52


Sumber: BPS Kabupaten Tabalong

Dengan asumsi bahwa penambahan sambungan PDAM Tabalong sebesar 500


sambungan per tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2030, maka didapatkan data
seperti tabel berikut.
Tabel L5.4 Proyeksi Penambahan Sambungan PDAM
Jumlah Air yang dapat
No Tahun Penduduk KK Sambungan disediakan PDAM
jiwa PDAM m3/th
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5)x213
500 213
1 2009 206,830 51,268 10,216 2,009,062
4 2012 221,101 55,275 11,716 2,495,508
7 2015 235,373 58,843 13,216 2,815,008
10 2018 249,644 62,411 14,716 3,134,508
13 2021 263,915 65,979 16,216 3,454,008
16 2024 278,186 69,547 17,716 3,773,508
19 2027 292,458 73,114 19,216 4,093,008
22 2030 306,729 76,682 20,716 4,412,508

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 6: Proyeksi Jumlah Penduduk Dan Sambungan Pdam Tahun 2009-2032

Proyeksi kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun 2006 sampai tahun 2009 dan penambahan sambungan
PDAM per tahun pada tahun 2006-2009. Dengan asumsi kebutuhan minimal air untuk daerah pedalaman sebesar 60 liter/hari/kapita dan untuk
penduduk yang tinggal di perkotaan 120 liter/hari/kapita, maka dengan melihat struktur perekonomian masyarakat dan melihat lapangan pekerjaaan
responden yang sebagian besar petani, diasumsikan penduduk perkotaan sebesar 30% dari jumlah keseluruhan penduduk. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat dihitung jumlah air bersih yang dibutuhkan masyarakat dari tahun 2009 sampai tahun 2030.
A. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Domestik Kabupaten Balangan tahun 2009 -2032
Tabel L6.1. Proyeksi jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Domestik di Kabupaten Balangan Tahun 2009-2035

Jumlah Standar Kebutuhan Air Air yang dapat


Jumlah air yang dibutuhkan disediakan Kekurangan
No Tahun KK Perkotaan
Penduduk Pedalaman % Penduduk Sambungan PDAM
jiwa lt/org/hr lt/ org/hr Kota Desa lt/hr lt/hr lt/hr m3/hr m3/th PDAM m3/th m3/th m3/hr
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)=(14)x220 (16) (17)
(3)x(5)x(7) (3)x(6)x(8) (9)+(10) (11):1000 (12) x 365 220 (13)-(15)

1 2009 112.395 32.021 120 60 30 70 4.046.220 4.720.590 8.766.810 8.767 3.199.886 4.910 1.080.200 2.119.686 5.807

2 2010 115.317 28.829 120 60 30 70 4.151.422 4.843.325 8.994.747 8.995 3.283.083 5.410 1.190.200 2.092.883 5.734

3 2011 118.240 29.560 120 60 30 70 4.256.623 4.966.061 9.222.684 9.223 3.366.280 5.910 1.300.200 2.066.080 5.660

4 2012 121.162 30.290 120 60 30 70 4.361.825 5.088.796 9.450.621 9.451 3.449.477 6.410 1.410.200 2.039.277 5.587

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L6.1 (Sambungan)
Jumlah Standar Kebutuhan Air Air yang dapat
Jumlah air yang dibutuhkan disediakan Kekurangan
No Tahun KK Perkotaan
Penduduk Pedalaman % Penduduk Sambungan PDAM
jiwa lt/org/hr lt/ org/hr Kota Desa lt/hr lt/hr lt/hr m3/hr m3/th PDAM m3/th m3/th m3/hr
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)=(14)x220 (16) (17)
(3)x(5)x(7) (3)x(6)x(8) (9)+(10) (11):1000 (12) x 365 220 (13)-(15)

5 2013 124.084 31.021 120 60 30 70 4.467.027 5.211.531 9.678.558 9.679 3.532.674 6.910 1.520.200 2.012.474 5.514

6 2014 127.006 31.752 120 60 30 70 4.572.229 5.334.267 9.906.495 9.906 3.615.871 7.410 1.630.200 1.985.671 5.440

7 2015 129.929 32.482 120 60 30 70 4.677.430 5.457.002 10.134.432 10.134 3.699.068 7.910 1.740.200 1.958.868 5.367

8 2016 132.851 33.213 120 60 30 70 4.782.632 5.579.737 10.362.369 10.362 3.782.265 8.410 1.850.200 1.932.065 5.293
9 2017 135.773 33.943 120 60 30 70 4.887.834 5.702.473 10.590.306 10.590 3.865.462 8.910 1.960.200 1.905.262 5.220

10 2018 138.695 34.674 120 60 30 70 4.993.035 5.825.208 10.818.244 10.818 3.948.659 9.410 2.070.200 1.878.459 5.146

11 2019 141.618 35.404 120 60 30 70 5.098.237 5.947.943 11.046.181 11.046 4.031.856 9.910 2.180.200 1.851.656 5.073

12 2020 144.540 36.135 120 60 30 70 5.203.439 6.070.679 11.274.118 11.274 4.115.053 10.410 2.290.200 1.824.853 5.000

13 2021 147.462 36.866 120 60 30 70 5.308.641 6.193.414 11.502.055 11.502 4.198.250 10.910 2.400.200 1.798.050 4.926

14 2022 150.385 37.596 120 60 30 70 5.413.842 6.316.149 11.729.992 11.730 4.281.447 11.410 2.510.200 1.771.247 4.853

15 2023 153.307 38.327 120 60 30 70 5.519.044 6.438.885 11.957.929 11.958 4.364.644 11.910 2.620.200 1.744.444 4.779

16 2024 156.229 39.057 120 60 30 70 5.624.246 6.561.620 12.185.866 12.186 4.447.841 12.410 2.730.200 1.717.641 4.706

17 2025 159.151 39.788 120 60 30 70 5.729.448 6.684.355 12.413.803 12.414 4.531.038 12.910 2.840.200 1.690.838 4.632

18 2026 162.074 40.518 120 60 30 70 5.834.649 6.807.091 12.641.740 12.642 4.614.235 13.410 2.950.200 1.664.035 4.559

19 2027 164.996 41.249 120 60 30 70 5.939.851 6.929.826 12.869.677 12.870 4.697.432 13.910 3.060.200 1.637.232 4.486

20 2028 167.918 41.980 120 60 30 70 6.045.053 7.052.561 13.097.614 13.098 4.780.629 14.410 3.170.200 1.610.429 4.412

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L6.1 (Sambungan)
Jumlah Standar Kebutuhan Air Air yang dapat
Jumlah air yang dibutuhkan disediakan Kekurangan
No Tahun KK Perkotaan
Penduduk Pedalaman % Penduduk Sambungan PDAM
jiwa lt/org/hr lt/ org/hr Kota Desa lt/hr lt/hr lt/hr m3/hr m3/th PDAM m3/th m3/th m3/hr
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)=(14)x220 (16) (17)
(3)x(5)x(7) (3)x(6)x(8) (9)+(10) (11):1000 (12) x 365 220 (13)-(15)

21 2029 170.840 42.710 120 60 30 70 6.150.254 7.175.297 13.325.551 13.326 4.863.826 14.910 3.280.200 1.583.626 4.339

22 2030 173.763 43.441 120 60 30 70 6.255.456 7.298.032 13.553.488 13.553 4.947.023 15.410 3.390.200 1.556.823 4.265

23 2031 176.685 44.171 120 60 30 70 6.360.658 7.420.767 13.781.425 13.781 5.030.220 15.910 3.500.200 1.530.020 4.192

24 2032 179.607 44.902 120 60 30 70 6.465.860 7.543.503 14.009.362 14.009 5.113.417 16.410 3.610.200 1.503.217 4.118

25 2033 182.529 45.632 120 60 30 70 6.571.061 7.666.238 14.237.299 14.237 5.196.614 16.910 3.720.200 1.476.414 4.045

26 2034 185.452 46.363 120 60 30 70 6.676.263 7.788.974 14.465.237 14.465 5.279.811 17.410 3.830.200 1.449.611 3.972

27 2035 188.374 47.094 120 60 30 70 6.781.465 7.911.709 14.693.174 14.693 5.363.008 17.910 3.940.200 1.422.808 3.898

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


B. Proyeksi Kebutuhan Air bersih Domestik Kabupaten Talangan tahun 2009 -2032
Tabel L6.2. Proyeksi Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Domestik di Kabupaten Tabalong Tahun 2009-2035

Jumlah Standar Kebutuhan Air Air yang dapat


Jumlah air yang dibutuhkan Kekurangan
No Tahun Penduduk KK Perkotaan Pedalaman % Penduduk Sambungan disediakan PDAM
3 3
jiwa lt/org/hr lt/ org/hr Kota Desa lt/hr lt/hr lt/hr m /hr m /th PDAM m3/th 3
m /th m3/hr
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)=(14)x213 (16) (17)
(3)x(5)x(7) (3)x(6)x(8) (9)+(10) (11):1000 (12) x 365 500 213 (13)-(15)

1 2009 206.830 51.268 120 60 30 70 7.445.880 8.686.860 16.132.740 16.133 5.888.450 10.216 2.009.062 3.879.388 10.628

2 2010 211.587 52.897 120 60 30 70 7.617.135 8.886.658 16.503.793 16.504 6.023.884 10.716 2.282.508 3.741.376 10.250

3 2011 216.344 54.086 120 60 30 70 7.788.390 9.086.456 16.874.846 16.875 6.159.319 11.216 2.389.008 3.770.311 10.330

4 2012 221.101 55.275 120 60 30 70 7.959.646 9.286.253 17.245.899 17.246 6.294.753 11.716 2.495.508 3.799.245 10.409

5 2013 225.858 56.465 120 60 30 70 8.130.901 9.486.051 17.616.952 17.617 6.430.188 12.216 2.602.008 3.828.180 10.488

6 2014 230.615 57.654 120 60 30 70 8.302.156 9.685.849 17.988.005 17.988 6.565.622 12.716 2.708.508 3.857.114 10.567

7 2015 235.373 58.843 120 60 30 70 8.473.411 9.885.647 18.359.058 18.359 6.701.056 13.216 2.815.008 3.886.048 10.647

8 2016 240.130 60.032 120 60 30 70 8.644.667 10.085.444 18.730.111 18.730 6.836.491 13.716 2.921.508 3.914.983 10.726

9 2017 244.887 61.222 120 60 30 70 8.815.922 10.285.242 19.101.164 19.101 6.971.925 14.216 3.028.008 3.943.917 10.805

10 2018 249.644 62.411 120 60 30 70 8.987.177 10.485.040 19.472.217 19.472 7.107.359 14.716 3.134.508 3.972.851 10.885

11 2019 254.401 63.600 120 60 30 70 9.158.432 10.684.838 19.843.270 19.843 7.242.794 15.216 3.241.008 4.001.786 10.964

12 2020 259.158 64.789 120 60 30 70 9.329.688 10.884.636 20.214.323 20.214 7.378.228 15.716 3.347.508 4.030.720 11.043

13 2021 263.915 65.979 120 60 30 70 9.500.943 11.084.433 20.585.376 20.585 7.513.662 16.216 3.454.008 4.059.654 11.122

14 2022 268.672 67.168 120 60 30 70 9.672.198 11.284.231 20.956.429 20.956 7.649.097 16.716 3.560.508 4.088.589 11.202

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L6.2. (Sambungan)
Jumlah Standar Kebutuhan Air Air yang dapat
Jumlah air yang dibutuhkan Kekurangan
No Tahun Penduduk KK Perkotaan Pedalaman % Penduduk Sambungan disediakan PDAM
3 3
jiwa lt/org/hr lt/ org/hr Kota Desa lt/hr lt/hr lt/hr m /hr m /th PDAM m3/th 3
m /th m3/hr
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)=(14)x213 (16) (17)
(3)x(5)x(7) (3)x(6)x(8) (9)+(10) (11):1000 (12) x 365 500 213 (13)-(15)

15 2023 273.429 68.357 120 60 30 70 9.843.453 11.484.029 21.327.482 21.327 7.784.531 17.216 3.667.008 4.117.523 11.281

16 2024 278.186 69.547 120 60 30 70 10.014.709 11.683.827 21.698.535 21.699 7.919.965 17.716 3.773.508 4.146.457 11.360

17 2025 282.943 70.736 120 60 30 70 10.185.964 11.883.624 22.069.588 22.070 8.055.400 18.216 3.880.008 4.175.392 11.439

18 2026 287.701 71.925 120 60 30 70 10.357.219 12.083.422 22.440.641 22.441 8.190.834 18.716 3.986.508 4.204.326 11.519

19 2027 292.458 73.114 120 60 30 70 10.528.474 12.283.220 22.811.694 22.812 8.326.268 19.216 4.093.008 4.233.260 11.598

20 2028 297.215 74.304 120 60 30 70 10.699.730 12.483.018 23.182.747 23.183 8.461.703 19.716 4.199.508 4.262.195 11.677

21 2029 301.972 75.493 120 60 30 70 10.870.985 12.682.816 23.553.800 23.554 8.597.137 20.216 4.306.008 4.291.129 11.757

22 2030 306.729 76.682 120 60 30 70 11.042.240 12.882.613 23.924.853 23.925 8.732.571 20.716 4.412.508 4.320.063 11.836

23 2031 311.486 77.871 120 60 30 70 11.213.495 13.082.411 24.295.906 24.296 8.868.006 21.216 4.519.008 4.348.998 11.915

24 2032 316.243 79.061 120 60 30 70 11.384.751 13.282.209 24.666.959 24.667 9.003.440 21.716 4.625.508 4.377.932 11.994

25 2033 321.000 80.250 120 60 30 70 11.556.006 13.482.007 25.038.012 25.038 9.138.875 22.216 4.732.008 4.406.867 12.074

26 2034 325.757 81.439 120 60 30 70 11.727.261 13.681.805 25.409.066 25.409 9.274.309 22.716 4.838.508 4.435.801 12.153

27 2035 330.514 82.629 120 60 30 70 11.898.516 13.881.602 25.780.119 25.780 9.409.743 23.216 4.945.008 4.464.735 12.232

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


C. Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan Air Non Domestik diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 2% per tiga tahun, karena pemerintah dan karyawan dianggap tidak
mengalami kenaikan jumlah tiap tahu, namun tiap tiga tahun. Demikian juga dengan fasilitas lainnya diasumsikan mengalami kenaikan sebesar
2%.
Tabel L6.3 Proyeksi Kebutuhan Air bersih Non Domestik Kabupaten Balangan
No Jumlah air
Fasilitas (liter/hari) liter/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun
2009 2012 2015 2018 2021 2024 2027 2030
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(4) :
(3) x 365 1000

1 Fasilitas Pemerintah 11.020 4.022.300 4.022 4.103 4.185 4.268 4.354 4.441 4.530 4.620

2 Fasilitas Pendidikan 100.160 36.558.400 36.558 37.290 38.035 38.796 39.572 40.363 41.171 41.994

3 Fasilitas Peribadatan 27.040 9.869.600 9.870 10.067 10.268 10.474 10.683 10.897 11.115 11.337

4 Fasilitas Kesehatan 28.800 10.512.000 10.512 10.722 10.937 11.155 11.379 11.606 11.838 12.075

5 Fasilitas Perekonomian 483.840 176.601.600 176.602 180.134 183.736 187.411 191.159 194.982 198.882 202.860

6 Fasilitas Penginapan 7.200 2.628.000 2.628 2.681 2.734 2.789 2.845 2.902 2.960 3.019

7 Fasilitas Transportasi 600 219.000 219 223 228 232 237 242 247 252

8 Fasilitas olahraga 16.000 5.840.000 5.840 5.957 6.076 6.197 6.321 6.448 6.577 6.708

9 Fasilitas tempat wisata 1.369 499.685 500 510 520 530 541 552 563 574

10 Peternakan 159.250 58.126.250 58.126 59.289 60.475 61.684 62.918 64.176 65.460 66.769

11 Hidran umum. Dll 319.989 326.388 332.916 339.574 346.366 353.293 360.359 367.566

Total 624.865 637.362.71 650.109.96 663.112.16 676.374.40 689.901.89 703.699.93 717.773.93


Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L6.4 Proyeksi Kebutuhan Air bersih Non Domestik Kabupaten Tabalong

No Jumlah air
Fasilitas (liter/hari) liter/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun
2009 2012 2015 2018 2021 2024 2027 2030
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(3) x 365 (4) : 1000

1 Fasilitas Pemerintah 28.389 10.361.985 10.362 10.569 10.781 10.996 11.216 11.440 11.669 11.903
2 Fasilitas Pendidikan 151.680 55.363.200 55.363 56.470 57.600 58.752 59.927 61.125 62.348 63.595
3 Fasilitas Peribadatan 60.800 22.192.000 22.192 22.636 23.089 23.550 24.021 24.502 24.992 25.492
4 Fasilitas Kesehatan 21.600 7.884.000 7.884 8.042 8.203 8.367 8.534 8.705 8.879 9.056
5 Fasilitas Perekonomian 729.360 266.216.400 266.216 271.541 276.972 282.511 288.161 293.924 299.803 305.799
6 Fasilitas Penginapan 33.210 12.121.650 12.122 12.364 12.611 12.864 13.121 13.383 13.651 13.924
7 Fasilitas Transportasi 600 219.000 219 223 228 232 237 242 247 252
8 Fasilitas olahraga 24.000.00 8.760.000 8.760 8.935 9.114 9.296 9.482 9.672 9.865 10.062
9 Fasilitas tempat wisata 2.551.00 931.115 931 950 969 988 1.008 1.028 1.049 1.070
10 Peternakan 159.250.00 58.126.250 58.126 59.289 60.475 61.684 62.918 64.176 65.460 66.769
11 Hidran umum. Dll 588.845.01 600.621.9 612.634 624.887 637.385 650.132 663.135 676.398
(10 % dari kebutuhan
Domestik)
Total 1.031.021 1.051.641.02 1.072.673.84 1.094.127.32 1.116.009.87 1.138.330.06 1.161.096.66 1.184.318.60

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


D. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Domestik dan Non Domestik

Tabel L6.5 Proyeksi Kebutuhan Air bersih Domestik dan Non Domestik Kabupaten Balangan dan Tabalong
No
Fasilitas m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3/tahun
2009 2012 2015 2018 2021 2024 2027 2030
(1) (2) (3 (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kebutuhan Air
A Balangan
1 Non Domestik 624.865 637.363 650.110 663.112 676.374 689.902 703.700 717.774
2 Domestik 3.199.886 3.449.477 3.699.068 3.948.659 4.198.250 4.447.841 4.697.432 4.947.023
3 Sub Total 3.824.751 4.086.839 4.349.178 4.611.771 4.874.624 5.137.743 5.401.132 5.664.797

B Tabalong
1 Non Domestik 1.031.021 1.051.641 1.072.674 1.094.127 1.116.010 1.116.010 1.161.097 1.184.319
2 Domestik 5.888.450 6.294.753 6.701.056 7.107.359 7.513.662 7.919.965 8.326.268 8.732.571
3 Sub Total 6.919.471 7.346.394 7.773.730 8.201.487 8.629.672 9.035.975 9.487.365 9.916.890

TOTAL kebutuhan air 10.744.222 11.433.234 12.122.908 12.813.258 13.504.297 14.173.718 14.888.497 15.581.687

Yang disediakan PDAM


1 Domestik Tabalong 2.009.062 2.495.508 2.815.008 3.134.508 3.454.008 3.773.508 4.093.008 4.412.508
2 Non Domestik tabalong 1.166 1.189.3 1.213.1 1.237.4 1.262.1 1.287.4 1.313.1 1.339.4
3 Domesti Balangan 1.080.200 1.410.200 1.740.200 2.070.200 2.400.200 2.730.200 3.060.200 3.390.200
4 Non Domestik balangan 116.753 119.088.06 121.469.82 123.899.22 126.377.20 128.904.75 131.482.84 134.112.50

TOTAL yang disediakaan 3.207.181 4.025.985 4.677.891 5.329.845 5.981.847 6.633.900 7.286.004 7.938.160
PDAM

Selisih 7.537.041 7.407.248 7.445.017 7.483.413 7.522.449 7.539.818 7.602.493 7.643.527

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 7: Prediksi Kebutuhan Listrik

Prediksi kebutuhan listrik dapat dihitung berdasarkan pertumbuhan jumlah pelanggan PLN dari tahun 1999-2009. Persentase pelanggan
yang dapat menikmati sambungan listrik tiap tahun mengalami kenaikan. Untuk sambungan listrik di Kabupaten Balangan masih belum
mencapai 55% dari jumlah Kepala Keluarga yang seharusnya dilayani. Sampai tahun 2032, diasumsikan jumlah pelanggan yang dapat
dilayani sebesar 75% dari jumlah Kepala Keluarga yang ada. Sementara untuk Kabupaten Tabalong, karena setiap tahun persentase yang
dapat dilayani hampir mencapai 60%, maka pada tahun 2032 diasumsikan sekitar 85% Kepala Keluarga dapat dilayani.

Tabel L7.1 Peningkatan Jumlah Pelanggan PLN di Kabupaten Tabalong dari tahun 1999-2009

KWH per
Tahun Jumlah pelanggan VA per langganan langganan
(1) (2) (3) (4)

2009 42,844 758 155

2008 42,816 766 109

2007 40,366 762 108

2006 39,322 730 85

2005 37,856 727 90

2004 36,592 710 89


Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L7.1 (Sambungan)

2003 35,800 700 77

2002 34,095 558 70

2001 31,659 655 70

2000 29,794 614 58

1999 28,030 578 67


Sumber: BPS KABupaten Tabalong

Tabel L7.2 Peningkatan Jumlah Pelanggan PLN di Kabupaten Balangan dari tahun 2004- 2008
Tahun Jumlah pelanggan VA terpasang KWH terjual
(1) (2) (3) (4)

2008 15,369 9,659,860 17,113,240

2007 14,356 8,055,800 1,326,080

2006 9,779 5,921,800 12,342,813

2005 13,623 8,108,450 10,592,415

2004 9,324 5,585,600 2,835,160

Sumber: BPS Kabupaten Balangan

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Berdasarkan data tersebut, maka asumsi yang dipakai adalah peningkatan secara bertahap, mengingat kemampuan PLN Kabupaten
Balangan juga terbatas. Peningkatan terakhir pada tahun 2008 adalah PLN hanya dapat melayani hampir 50% KK yang seharusnya
mendapatkan pelayanan listrik. Maka asumsi yang digunakan adalah persentase yang dapat dilayani sampai tahun 2032 sebesar 75%
jumlah KK yang ada.

Tabel L7.2. Prediksi Kebutuhan Listrik Kabupaten Balangan

Jumlah Jumlah Jumlah Pelanggan kWh/ Jumlah kWh yang Selisih yang tidak
Tahun Penduduk KK Pelanggan pelanggan kWh disediakan PLN dapat dilayani
(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(3)x(5) (7)=(4)x(5) (8)=(6)-(7)
2009 112,395 32,021 17,611 155 4,963,255 2,729,705.00 2,233,550.00
2012 121,162 33,656 19,183 155 5,216,689 2,973,365.00 2,243,324.04
2015 130,612 36,281 21,768 155 5,623,591 3,374,040.00 2,249,550.79
2022 154,384 42,884 30,019 155 6,647,084 4,652,945.00 1,994,139.31
2030 186,496 51,804 38,853 155 8,029,678 6,022,215.00 2,007,462.85
2032 196,194 54,498 40,873 155 8,447,221 6,335,315.00 2,111,906.09

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Untuk Kabupaten Tabalong, karena persentase KK yang dilayani pada tahun 2009 sudah mencaiapi 55% dari KK yang ada, maka asumsi yang
digunakan adalah persentase yang dapat dilayani sampai tahun 2032 mencapai 85%.

Tabel L7.2. Prediksi Kebutuhan Listrik Kabupaten Tabalong

Tahun Penduduk Total kebutuhan Total PLN kwH yang belum dilayani
(a) (b) (a)-(b)

2009 206,830 7,946,540 6,640,820.00 1,305,720.00

2012 221,101 8,567,674 7,196,846.34 1,370,827.87

2015 236,357 9,158,844 7,785,017.17 1,373,826.56

2022 274,411 10,633,418 9,570,075.82 1,063,341.76

2030 324,902 12,589,966 11,330,969.77 1,258,996.64

2032 339,848 13,169,105 11,852,194.38 1,316,910.49

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 8: Kriteria Kelas Mutu Air

Tabel L8.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001)
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
deviasi temperatus dari
Temperatur ºC deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
keadaan alamiahnya
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi pengolahan air minum
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400 secara konvensional, residu
tersuspensi ≤ 5000 mg/L
KIMIA
ANORGANIK
Apabila secara alamiah diluar
rentang tersebut, maka
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
ditentukan
berdasarkan rentang alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total Fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 sbg N mg/L 10 10 20 20
Bagi perikanan, kandungan
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) amonia bebas untuk ikan yang
peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Bagi pengolahan air minum
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 secara konvensional, Cu ≤ 1
mg/L
Bagi pengolahan air minum
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) secara konvensional, Fe ≤ 5
mg/L
Bagi pengolahan air minum
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 secara konvensional, Pb ≤ 0,1
mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Bagi pengolahan air minum
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 secara konvensional, Zn ≤ 5
mg/L
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L8.1 (Sambungan)

Bagi pengolahan air minum


Nitrit sbg N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) secara konvensional, NO2-N
≤ 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Bagi ABAM tidak
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) dipersyaratkan

Bagi pengolahan air minum


Belerang Sbg H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) secara konvensional S sbg H2S
< 0,1 mg/L

MIKROBIOLOGI
Fecal coliform jml/100ml 100 1000 2000 2000
Bagi pengolahan air minum
secara konvensional, fecal
coliform ≤ 2000 jml/100 ml dan
- Total coliform jml/100ml 1000 5000 10000 10000 total coliform ≤ 10000
jml/100ml

RADOAKTIFITAS
- Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
- Gross-B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Kimia dan Lemak µg/L 1000 1000 1000 (-)
Detergen sbg MBAS µg/L 200 200 200 (-)
Senyawa fenol µg/L 1 1 1 (-)
Sebagai fenol
BHC µg/L 210 210 210 (-)
Aldrin / Dieldrin µg/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)
DDT µg/L 2 2 2 2
heptachlor dan µg/L 18 (-) (-) (-)
heptachlor epoxide
Lindane µg/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyclor µg/L 35 (-) (-) (-)
Endrin µg/L 1 4 4
Toxaphan µg/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan :
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM = Air Baku Mutu Air Minum
(-) = Parameter tersebut tidak dipersyaratkan
Logam berat merupakan logam terlarut
Nilai DO merupakan batas minimum

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 9: Laporan Hasil Uji Analisa Air

Tabel L9.1 Laporan Hasil Uji Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara Pada Ta-13 Tahun 2010

Hasil Uji
Baku
No Parameter Uji satuan (TA-13/SP13HW1) Metode Uji
Mutu
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 pH*) - 5-9 6.68 6.55 6.62 6.66 6.84 6.95 6.79 6.53 6.60 6.41 6.26 6.86 -
2 Total Suspended Solid (TSS) mg/l 400 14 30 55 23 27 35 37.00 33.00 31.00 33 30 Gravimetri
3 Besi (Fe) Total mg/l 7 0.282 0.270 0.551 0.156 0.232 0.270 0.70 0.44 0.31 0.44 0.806 0.402 AAS
4 Mangan (Mn) Total mg/l 4 0.036 0.02 0.05 <0.001 <0.001 0.035 <0.001 0.01 <0.001 0.04 0.034 0.03 AAS
5 Kadmium (Cd) mg/l (-) 0.013 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 AAS
Sumber: Balai Riset dan Standardisasi Industri, Banjarmasin (2010)

Keterangan: (-) tidak dipersyaratkan dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau
kegiatan Pertambangan Batubara

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L9.2 Hasil Uji Kualitas Air Limbah Di Titik Penataan Pada November 2010

Hasil Uji
Baku
No Parameter satuan TA- TA- TA- TA- TA- TA- TA-
Mutu TA-9 TA-4 TA-5 TA-6
39 12 33 11 34 35 TA-36 26
1 pH *) - 5-9 6.22 6.31 6.46 6.41 6.28 6.16 6,15 6.33 6.43 6.39 6.55 6.38
Total Suspended Solid
2 (TSS) mg/l 400 23 39 56 58 39 36 44 61 37 33 32 31
3 Besi (Fe) mg/l 7 0.441 0.335 1.635 2.031 0.52 0.518 1.032 1.147 0.406 0.43 0.698 0.309
4 Mangan (Mn) mg/l 4 0.253 0.086 0.128 0.011 0.079 0.178 0.209 0.036 0.224 0.281 0.121 0.176

Hasil Uji
Baku
No Parameter satuan SP- TA- TA- TA- TA- TA- TA- TA- SP-
Mutu
Kelanis 13 14 15 16 28 37 TA-38 24 TP-2 Gampa MP-2
1 pH *) - 5-9 6.00 6.26 6.40 6.32 6.39 6.46 6.44 6.40 6.35 6.66 6.18 6.71
2 Total Suspended Solid (TSS) mg/l 400 152 33 34 30 30 40 41 32 30 57 66 31
3 Besi (Fe) mg/l 7 0.512 0.806 0.654 0.38 0.426 1.157 0.898 0.362 0.259 1.016 2.611 0.259
4 Mangan (Mn) mg/l 4 0.171 0.034 0.052 0.388 0.028 0.089 0.116 <0.001 0.025 0.032 0.117 <0.001

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L9.3 Hasil Uji Analisa Pada Air Sungai
kelas Hasil Uji
No Parameter satuan KLN- KLN-
TA-2 STA-1 STA-2 STA-3 STA-4 STA-5 STA-6 STA-7
I II III IV PRG-3 PRG-4 PRG-5 PRG-6 1 2 GA-2 GA-3 SPA-1
1 pH *) - 6-9 6-9 6-9 5-9 6.21 6.01 6.72 6.51 6.17 6.64 6.02 6.65 6.16 6.15 6.20 6.13 5.52 6.02 5.5 5.80 5.22
Total
Suspended
2 Solid (TSS) mg/l 50 50 400 400 42 55 44 40 36 37 48 57 40 43 112 323 291 56 38 30 31
Total Dissolved
3 Solid (TDS) mg/l 1000 1000 1000 2000 66 20 80 79 17 101 35 28 127 102 71 57 20 16 11 18 18
Biochemical
Oxygen
4 Demand (BOD) mg/l 2 3 6 12 8.1 8.4 8.1 12.3 8.1 4.53 8.1 14.4 7.2 5.1 6.24 9.2 14.4 18.6 7.2 5.25 10.2
Chemical
Oxygen
5 Demand (COD) mg/l 10 25 50 100 16.14 17.72 16.74 24.1 17.17 9.377 16.14 28.38 13.96 10.25 12.97 18.67 29.38 38.87 14.99 11.61 20.39
6 Minyak/Lemak mg/l 1000 1000 1000 (-) <1 3 <1 <1 2 <1 <1 <1 2 1 2 2 2 1 <1 <1 <1
7 Sulfat (SO4) mg/l 400 (-) (-) (-) 18.63 5.665 26.54 26.41 5.19 46.42 13.41 4.91 45.6 30.36 4.35 1.352 2.937 7.31 3.643 2.132 2.693
8 Besi (Fe) mg/l 0.3 (-) (-) (-) 2.074 2.949 2.445 2.498 1.388 1.415 2.494 2.617 2.061 1.135 9.6 15.63 4.207 3.566 1.376 1.019 0.887
9 Mangan (Mn) mg/l 1 (-) (-) (-) 0.057 0.155 0.082 0.048 0.035 0.102 0.19 0.113 0.023 0.015 0.249 0.46 0.068 0.048 0.036 0.024 0.017
10 Kadmium (Cd) mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L9.4 Hasil Analisa Kualitas Air pada WTP-300

Baku Bulan
No Parameter Uji Satuan Metode
Mutu Jan Feb Maret April Mei Jun Juli Agustus September Oktober November Desember
1 pH*) - 6.5-9 6.6 6.75 6.82 6.81 6.8 6.76 6.81 6.92 6.9 6.41 6.58 6.85 -
Tidak Tdk Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
-
2 Bau berbau berbau berbau berbau berbau berbau berbau berbau Berbau berbau berbau Berbau berbau Organoleptik
3 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 1500 104.6 100.1 101.9 136 158 449 103 78 110 113 119 122 Gravimetri
4 Zat Padat Tersuspensi (TSS)**) mg/l - <0.05 1 4 28 25 40 27 31 30 28 26 27 Gravimetri
5 Kekeruhan NTU 5.00 1.23 0.98 0.49 0.83 1.28 1 1.27 4.58 2 1.68 1.5 3 Turbidimetri
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
-
6 Rasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa berasa Organoleptik
7 Warna TCU 50.00 1 2 1 2 8 1 <1 1 2 4 1 1 Spektrofotometri
8 Merkuri (Hg) *) mg/l 0.00 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.000209 <0.000001 <0.000001 <0.000001 0.0009 <0.00001 <0.00001 0.00357 <0.00001 AAS
9 Arsen (As) mg/l 0.05 <0.0020 <0.002 <0.002 <0.000001 <0.000001 <0.000001 - - - - - -
10 Besi (Fe) mg/l 1.00 <0.0020 0.727 8.2135 0.293 0.134 0.061 <0.001 0.422 0.223 0.019 0.059 0.074 AAS
11 Fluorida (F) mg/l 1.50 0.2829 <0.0020 <0.002 0.095 0.077 0.008 0.134 0.041 0.116 0.131 0.13 0.179 Spektrofotometri
12 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500.00 51.7 56.4 52.64 35.028 40.032 43.785 37.53 41.033 34.027 39.031 15.666 43.034 Titrimetri
13 Klorida (Cl) mg/l 600 14.48 149.1 15.762 21.229 12.544 22.345 16.464 17.433 11.622 15.496 16.645 13.804 Titrimetri
14 Krom Hexavalen (Cr+6) mg/l 0.05 <0.0020 <0.0020 <0.0020 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 AAS
15 Mangan (Mn) mg/l 0.05 <0.0030 0.0791 0.0603 0.085 <0.001 0.077 <0.001 0.06 0.016 0.018 0.006 0.032 AAS
16 Kadmium (Cd) mg/l 0.005 <0.0020 0.0023 0.0029 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 AAS
17 Nitrat (NO3-N) mg/l 10 0.6384 <0.0020 0.2219 0.042 2.319 0.1332 0.256 0.068 0.776 1.124 0.392 0.715 Spektrofotometri
18 Nitrit (NO2-N) mg/l 1 <0.009 <0.0090 <0.0090 0.001 0.005 0.003 0.002 0.003 0.002 0.003 0.006 <0.001 Spektrofotometri
19 Seng (Zn) mg/l 1.5 <0.0020 0.1129 <0.0020 0.134 0.154 0.056 0.126 0.021 0.137 0.043 0.295 <0.001 AAS
20 Sulfat (SO4) mg/l 400 41 47 54.38 32.957 27.426 45.384 37.209 42.436 29.984 82.24 25.294 45.238 Spektrofotometri
21 Timbal (Pb) *) mg/l 0.05 <0.009 <0.0090 <0.0090 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.289 0.064 <0.001 <0.001 AAS
22 Zat Organik (KMnO4) *) mg/l - 7.08 5.37 10.33 9.48 0.632 32.864 12.64 7.584 9.48 - 10.112 2.528 Titrimetri
23 MPN Coliform APM/100ml 50 0 0 0 2 50 <2 <2 <2 <2 <2 8 8 APM
24 MPN Coli Tinja APM/100ml 0 0 0 0 1 2 <2 <2 <2 <2 <2 8 4 APM
Baku mutu didasarkan atas Peraturan Menteri Kesehatann Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air pada
Lampiran 2, yaitu untuk Persyaratan Kualitas Air Bersih

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 10: Hasil Kuesioner Masyarakat

Tabel L10.1 Hasil Analisa Kuesioner Masyarakat

Umur Frekuensi Persentase


19 - 39 Tahun 38 58%
40 - 60 Tahun 25 38%
61 - 81 Tahun 3 5%
Total 66 100%

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 51 77%
Wanita 15 23%
Total 66 100%

Status Perkawinan Frekuensi Persentase

Lajang 5 8%
Menikah 56 85%
Duda/Janda 5 8%
Total 66 100%

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak Sekolah 2 3%
SD 44 67%
SMP 10 15%
SMA 8 12%
Akademi 0 0%
Universitas 2 3%
Total 66 100%

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Petani 47 71%
Pedagang 1 2%
Penambang 0 0%
Lainnya 18 27%
Total 66 100%

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L10.1 (Sambungan)

Lokasi Frekuensi Persentase

Sekitar Desa 53 80%


Sekitar Pertambangan 10 15%
Pertambangan 0 0%
Luar Desa 3 5%
Total 66 100%

Pendapatan Frekuensi Persentase

< Rp. 40.000,-/hari 45 68%


Rp. 40.000,- s.d Rp. 100.000,-/hari 18 27%
> Rp. 100.000,-/hari 3 5%
Total 66 100%

Tahu tentang RPT Frekuensi Persentase

Ya 15 23%
Tidak 49 74%
Tidak Menjawab 2 3%
Total 66 100%

Tidak Tahu Frekuensi Persentase

Melakukan sosialisasi bersama pemerintah


ke masyarakat 8 12%
Melakukan sosialisasi bersama pemuka
masyarakat ke masyarakat 34 52%

Mengurangi pengangguran di masyarakat 3 5%


Tidak Menjawab 6 9%
Total 51 100%

Mengetahui Frekuensi Persentase

Surat Kabar 0 0%
Sosialisasi dari pemerintah 0 0%
Sosialisasi dari perusahaan 1 2%
Perbincangan dengan orang lain 14 21%
Tidak Menjawab 2 3%
Total 17 100%

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L10.1 (Sambungan)

Pendapat Mengenai Void Frekuensi Persentase

Setuju 28 42%
Setuju dengan Syarat 18 27%
Tidak Setuju 15 23%
Tidak Menjawab 5 8%
Total 66 100%

Jika Setuju Frekuensi Persentase

Tempat reservoar air 34 52%


Tempat Pembudidayaan ikan 6 9%
Untuk Mikrohydro (pembangkit listrik) 1 2%
Lainnya 1 2%
Tidak Menjawab 9 14%
Total 51 100%

Pemanfaatan Reservoar Air Frekuensi Persentase

Sumber Air Minum 6 9%


Sumber Air Pertanian 27 41%
Sumber Air Perikanan 1 2%
Tidak Menjawab 0 0%
Total 34 100%

Pemanfaatan Budidaya Ikan Frekuensi Persentase

Mata Pencaharian Pokok 1 2%


Mata Pencaharian Tambahan 5 8%
Tidak Menjawab 0 0%
Total 6 100%

Pengetahuan tentang pemanfaatan void Frekuensi Persentase

Pemberdayaan masyarakat sekitar tambang 36 55%


Membuka lapangan kerja baru 9 14%
Memepertahankan kesejahteraan
masyarakat sekitar tambang setelah
pascatambang 11 17%
Perusahaan ingin mengambil hati
masyarakat 3 5%
Tidak Menjawab 6 9%
Total 65 100%

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Tabel L10.1 (Sambungan)

Pentingnya Program Pemanfaatan Frekuensi Persentase

Sangat Penting 41 62%


Penting 10 15%
Cukup Penting 5 8%

Kurang Penting 0 0%
Tidak Menjawab 10 15%
Total 66 100%

Keterlibatan Frekuensi Persentase

Sangat Aktif 3 5%
Aktif 11 17%
Cukup Aktif 2 3%
Tidak Aktif 2 3%
Tidak Tahu 4 6%
Tidak Menjawab 25 38%
Total 47 100%

Keterlibatan Frekuensi Persentase

Ya 15 23%
Tidak 34 52%
Tidak Menjawab 17 26%
Total 66 100%

Kepuasan Frekuensi Persentase

Sangat Puas 4 6%
Puas 6 9%
Cukup Puas 11 17%
Kurang Puas 12 18%
Tidak Puas 3 5%
Tidak Menjawab 30 45%
Total 66 100%

Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 11: Perhitungan Ekonomi Budidaya Karet

Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya


tanaman karet yang mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Syarat tumbuh akret


b. Klon-klon karet rekommendasi
c. Bahan tanam dan penanaman
d. Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan
pengendalian penyakit
e. Penyadapan/panen

Bahan/bibit tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi.
Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman.

Jika areal realtif datar (keniringan antara 0o-8o), jarak tanam yang baik adalah
7 meter x 3 meter (476 lubang per hektar). Jika areal lahan bergelombang atau
berbukit (kemiringan 8o-15o), maka jarak tanam 8 meter x 2,5 meter (500
lubang/ha).

Pengendalian gulma dilakukan berdasarkan umur tanaman, yaitu:

Umur tanaman Kondisi Aplikasi Lebar


(tahun) tajuk herbisida piringan/jalur
Frekuensi waktu
Tanaman Belum 3- 4 kali Maret, Juni, 1,5 -2 meter
belum menutup September,
menghasilkan: Desember
2-3 tahun
4 – 5 tahun Mulai 2 – 3 kali Maret, 1,5 – 2 meter
menutup September,
Juni
Tanaman Sudah 2 – 3 kali Maret, 2-3 meter
menghasilkan: menutup September,
6-8 tahun Juni
9 -15 tahun Sudah 2 kali Maret, 2 –3
menutup September meter
>15 tahun Sudah 2 kali Maret, 2 – 3 meter
menutup September
Sumber: Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet (2005)

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Pemupukan dasar dilakukan 2 kali/tahun untuk umur 1tahun sampai 5 tahun.

Tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk disadap, oleh karena itu
perkebunan karet memerlukan investasi jangka panjang dengan masa
tenggang 5-6 tahun.

Asumsi biaya investasi dan pemeliharaan per ha kebun karet (selama 30


tahun) adalah:

Uraian Biaya (Rp/ha)


1. Sertifikasi lahan 400.000,-
2. Pembukaan lahan dan penanaman 7.449.888,-
(dengan intercrops)
3. Pemeliharaan TBM (tahun 1-5) 12.664.125,-
Biaya Investasi TBM (1+2+3) 20.514.013,-
4. Biaya Pemeliharaan TM: per tahun
Umur 6 -15 tahun 4.347.500,-
Umur 16 -25 tahun 3.774.500,-
Umur 26 – 28 tahun 3.349.000,-
Umur 29 -30 tahun 2.305.750
Total Biaya (1+2+3+4) 54.804.776
Sumber: Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet (2005)

Keterangan:
TMB : Tanaman Belum Menghasilkan
TM : Tanaman Menghasilkan

Dengan asumsi tingkat produksi rata-rata 1.576 kg karet kering/ha/tahun, dan


harga karet kering saat ini berkisar Rp. 10.000,-, maka dalam 1 ha kebun karet
akan menghasilkan:

Hasil 1 ha = 1.576 kg/tahun x Rp. 10.000,-

= Rp. 15.760.000,-/tahun.

Jika menghasilkan pada tahun ke 6, dan produk karet diasumsikan sama per
tahunnya, maka selama 30 tahun akan menghasilkan karet dengan waktu 25
tahun dengan hasil:

Hasil karet selama 30 tahun = (30 -5) tahun x Rp. 15.760.000,-/tahun

= 25 x Rp. 15.760.000,-

= Rp. 394.000.000,-

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Keuntungan dalam 1 ha = Hasil karet – Biaya yang dikeluarkan

= Rp. 394.000.000,- - Rp. 54.804.776,-

= Rp. 339.195.224/30 tahun

= Rp. 11.306.507/tahun

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 12: Diagram Alir Pemanfaatan Air Limbah Tambang

DIAGRAM ALIR PEMANFAATAN AIR LIMBAH TAMBANG

Inpit sump

Inpit pond t300

sp13

wtp

Tandon air bersih

146 Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


Lampiran 13: Peta Rona Akhir Tambang

A. Peta Rona Akhir Pit Tutupan Tahun 2022

Sumber: PT. Adaro Indonesia


151 Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


B. Peta Rona Akhir Pit Wara-1 Tahun 2022

Sumber: PT. Adaro Indonesia


151 Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


C. Peta Rona Akhir Pit Wara-2 Tahun 2022

Sumber: PT. Adaro Indonesia


151 Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


D. Rona Akhir Pit Paringin Tahun 2022

Sumber: PT. Adaro Indonesia


151 Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.


E. Peta Lokasi Tanah Contoh Tanah di Pit Tutupan

Sumber: PT. Adaro Indonesia

151 Universitas Indonesia

Kajian pemanfaatan..., Tiyas Nurcahyani, Pascasarjana UI, 2011.

You might also like