You are on page 1of 2

Setelah Perang Dunia Kedua, tidak bisa disangkal bahwa AS

merupakan kekuatan ekonomi terkemuka sekaligus memiliki militer


yang juga sangat kuat.
Namun setelah setidaknya delapan tahun pertempuran dan
mengerahkan banyak uang serta tenaga, AS dikalahkah oleh pasukan
Vietnam utara dan sekutu gerilya mereka, Viet Cong.

Saat itu adalah puncak dari Perang Dingin, di mana kekuatan dunia
komunis dan kapitalis saling berhadapan. Prancis, yang bangkrut
akibat Perang Dunia Kedua, telah berusaha namun gagal
mempertahankan koloninya di Indochina. Sebuah konferensi
perdamaian telah membagi Vietnam menjadi negara komunis di wilayah
utara dan negara yang didukung oleh AS di selatan. Namun kekalahan
Prancis tidak mengakhiri konflik di negara itu. Didorong oleh
kekhawatiran seluruh Vietnam dan negara-negara di sekitarnya menjadi
komunis, AS terseret ke dalam perang yang akan berlangsung selama
satu dekade dan menelan jutaan nyawa.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan AS kalah dalam


perang melawan Vietnam:

1. Tugas yang terlalu berat

Berperang di belahan dunia lain adalah tugas yang sangat besar.


Pada puncak peperangan, AS menempatkan lebih dari setengah
juta tentara di Vietnam. Biaya yang dihabiskan untuk itu pun
sangat mencengangkan. Pada tahun 2008, sebuah laporan
Kongres AS memperkirakan total pengeluaran untuk perang
adalah US$686 miliar (lebih dari US$950 miliar atau Rp14.323
triliun dalam kurs saat ini).Tetapi AS menghabiskan lebih dari
empat kali lipat lebih banyak pada Perang Dunia II dan berhasil
menang. Belum lama sejak saat itu, AS juga terlibat perang jarak
jauh di Korea, sehingga mereka sangat percaya diri. Keyakinan
itu, bagaimana pun, berkurang. Terutama akibat serangan oleh
Tet komunis pada Januari 1968, dan pada akhirnya dukungan
kongres yang berkurang untuk membiayai perang memaksa
penarikan pasukan tempur AS pada 1973.

2. Pasukan AS tidak cocok untuk jenis pertempuran ini

Tentara muda AS berjuang menghadapi kondisi di hutan,


sedangkan pemberontak Viet Cong dengan terampil menavigasi
semak-semak yang lebat untuk melancarkan serangan
mendadak. Fokus AS untuk memerangi gerilyawan Viet Cong yang
menyebabkan kekalahan. Tapi kesalahan strategis ini
memungkinkan pasukan reguler dari Angkatan Darat Vietnam
utara memasuki wilayah selatan, dan kekuatan infiltrasi inilah
yang akan memenangkan perang.

3. AS kalah dalam perang di negara nya sendiri

Pada 1966, Arsip Nasional AS memperkirakan bahwa 93%


keluarga AS memiliki TV. Siaran yang mereka tonton tidak selalu
disensor dan kerap dibandingkan dengan perang-perang
sebelumnya. Itu sebabnya, tembakan di sekitar kompleks
kedutaan AS di Saigon selama serangan Tet begitu berpengaruh.
Ini menjadi keuntungan besar bagi utara. Meskipun mereka
kehilangan lebih banyak, negara totaliter mereka memiliki
kendali mutlak atas media sehingga bisa memonopoli informasi.

4. AS gagal memenangi hati masyarakat Vietnam

Ini adalah perang yang sangat brutal yang membuat AS


menggunakan berbagai senjata mengerikan. Penggunaan napalm
(pembakar petrokimia yang membakar pada suhu 2.700C dan
menempel pada apa pun yang disentuhnya) dan Agen Oranye
(bahan kimia yang digunakan untuk menggunduli hutan tempat
musuh bersembunyi, juga membunuh tanaman pangan sehingga
menyebabkan kelaparan) memberi persepsi buruk terhadap AS di
antara penduduk desa.

5. Komunis memiliki moral yang lebih baik

Orang-orang yang memilih berperang di pihak komunis jauh lebih


bertekad untuk menang dibandingkan orang-orang yang
ditugaskan berperang pada pihak Vietnam Selatan. Kemampuan
pasukan komunis untuk terus bertahan meskipun banyak korban
jiwa mungkin juga menjadi bukti kuatnya moral mereka.

You might also like