Professional Documents
Culture Documents
Hillirising Feasibility business of Gambier (Uncaria Gambir Roxb) into Gambier Leaf
extract by Local Farmers in Lima Puluh Kota District, West Sumatra
Kata kunci: Analisis kelayakan finansial, Ekstrak Daun Gambir, Teknik Pengolahan.
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yakni:(1) Melakukan analisis
teknis produksi dengan menggambarkan proses perubahan input berupa daun gambir
menjadi output berupa ekstrak daun gambir. Analisis teknis produksi memungkinkan
sebuah industri untuk mengetahui kebutuhan biaya bahan baku, kebutuhan biaya
tenaga kerja, dan kebutuhan biaya overhead pabrik lainnya untuk memulai atau
menjalankan bisnis serupa; (2) Melakukan analisis finansial untuk menilai sebuah
usaha apakah menguntungkan atau tidak selama umur investasinya.
Menurut (Jakfar, 2012), analisis finansial terkait dengan sumber dana investasi
dan proyeksi tingkat pengembalian investasi dengan mempertimbangkan biaya modal
yang sudah dikeluarkan. Menurut (Johan, 2011), jika keuntungan atau tingkat
kembalian investasi lebih besar atau sama dengan yang diharapkan, maka usaha ini
layak untuk dilakukan. Sebaliknya jika keuntungan atau tingkat kembalian investasi
lebih kecil dari yang diharapkan maka usaha ini tidak layak secara finansial. Perlu
diketahui bahwa sebuah usaha penting untuk melakukan perhitungan secara finansial
guna mengetahui seberapa besar peluang usaha yang dijalankan (Cahyani &
Novitasari, 2021).
Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria kelayakan
investasi mencakup: Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Rasio), Analisis Net Present
Value (NPV), Analisis Internal Rate of Return (IRR), dan Analisis Payback Period (PP).
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode survey observasi. Objek penelitian ini
dilakukan pada salah satu Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kecamatan Mungka,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, yang melakukan usaha
pengolahan tanaman gambir menjadi ekstrak daun gambir. KUBE ini berdiri sejak
tahun 2016 dan telah mendapatkan izin Produksi Industri Rumah Tangga (P-IRT) dari
Dinas Kesehatan. KUBE ini juga pernah meraih gelar sebagai KUBE berprestasi
Terbaik I tahun 2019 Tingkat Provinsi Sumatera Barat
Data yang diambil dalam penelitian ini mencakup data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan observasi langsung selama
dua bulan yakni April-Mei 2022 dan wawancara dengan 5 orang anggota aktif KUBE
yang sekaligus berperan sebagai tenaga kerja dalam pengelolaan usaha ekstrak daun
gambir. Informan kunci yang diwawancarai ini terlibat aktif dalam proses produksi
hingga pemasaran produk. Data sekunder dikumpulkan dari dinas terkait seperti BPTP
Sumatera Barat dan Badan Pusat Statistik.
Metode Analisis
Analisis untuk tujuan pertama yakni mengetahui proses pengolahan tanaman
gambir menjadi ekstrak daun gambir dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan
mendeskripsikan proses pengolahan input produksi berupa daun gambir menjadi
output produksi berupa ekstrak daun gambir. Untuk tujuan kedua yakni menganalisis
kelayakan finansial usaha pengolahan gambir menjadi esktrak daun gambir dilakukan
secara kuantitatif. Analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan menggunakan
kriteria kelayakan investasi menggunakan pendekatan B/C ratio, Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP).
B/C rasio merupakan alat analisis yang digunakan untuk membandingkan benefit dan
cost guna mengukur kelayakan finansial sebuah usaha/bisnis. Rumus untuk
menghitung B/C rasio adalah sebagai berikut:
NPV merupakan analysis tool yang digunakan untuk mengukur selisih antara da
dengan Net Present Value of Cost. NPV juga dapat diartikan sebagai present value
dari laba bersih selama umur usaha (Nurmalina, 2018). Perhitungan NPV dilakukan
untuk melihat nilai investasi dengan mempertimbangkan perubahan nilai mata uang
(Pujawan, 2004). Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n
Bt −Ct
NPV = ∑ …………………….(2)
t =1 (1+i)t
Keterangan:
Bt = Penerimaan tahun ke-t
Ct = Biaya tahun ke-t
i = suku bunga
n = umur ekonomi
t = tahun
NPV 1
IRR = i 1+ ( i 2−i1 ) x 100 % …….......................................................(3)
NPV 1−NPV 2
Keterangan:
i1 adalah discount rate yang menghasilkan NPV 1
i2 adalah discount rate yang menghasilkan NPV 2
NPV1 adalah NPV yang nilainya positif
NPV2 adalah NPV yang nilainya negatif
Jika:
IRR > interest rate yang berlaku (discount rate) maka bisnis itu layak secara finansial
IRR < interest rate yang berlaku (discount rate) maka bisnis itu layak secara finansial
(Nurmalina, 2018).
investasi awal
PP = x 1 tahun……(4)
penerimaan periode
Jika PP ≤ umur investasi (n) maka bisnis itu layak secara finansial
Jika PP > umur investasi (n) maka bisnis tidak layak secara finansial (Nurmalina,
2018).
Gambir merupakan salah satu komoditi unggulan Sumatera Barat. Tanaman ini
banyak diusahakan masyarakat lokal dalam bentuk perkebunan rakyat. Luas
perkebunan gambir di Sumatera Barat mencapai 28.742 Ha dengan produksi 7.582 ton
per tahun dan terdapat 32.135 keluarga yang menggantungkan hidupnya dari
perkebunan gambir (Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Sumatera Barat, 2020). Meskipun menjadi komoditi unggulan daerah, namun
kesejahteraan petani gambir masih rendah, salah satu strategi yang ditawarkan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani Gambir adalah mendorong pengembangan
agroindustri gambir menjadi berbagai produk olahan (Evalia et al., 2012). Upaya lain
untuk peningkatan pendapatan petani gambir dilakukan dengan memfasilitasi petani
dengan alat dan rumah kempa untuk memperkuat sistem produksi dan pengolahan
hasil (Hosen, 2017) dan (Mutiara, 2017)
Daerah tujuan utama ekspor gambir Sumatera Barat adalah India. Umumnya
ekspor gambir yang dilakukan petani masih berupa gambir kering. Adakalanya terjadi
penurunan harga gambir akibat monopoli harga gambir oleh India. Pemerintah
Sumatera Barat telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk menstabilkan harga
gambir seperti mendorong implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan hilirisasi
komoditi gambir melalui inovasi industri. Salah satu inovasi industri yang dilakukan
pemerintah saat ini adalah dengan mengembangkan usaha pengolahan tanaman
gambir menjadi minuman ekstrak daun gambir. Usaha ini dilakukan oleh Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) yang beranggotakan petani lokal setempat. Salah satu KUBE
yang konsisten melakukan pengolahan tanaman gambir menjadi minuman ekstrak
daun gambir adalah KUBE yang berlokasi di Nagari Talang Maur, Kecamatan Mungka,
Kabupaten Lima Puluh Kota. KUBE ini telah berdiri sejak tahun 2016 dan
beranggotakan 10 orang. Dalam satu kali proses produksi KUBE mengolah sebanyak
10 kg bahan baku berupa daun gambir yang dibeli dari hasil kebun gambir petani lokal
setempat. Dalam satu bulan KUBE mampu melakukan 4 kali proses produksi. Proses
pengolahan tanaman gambir menjadi minuman ekstrak daun gambir dilakukan dengan
memanfaatkan peralatan dan teknologi yang sederhana. Gambar 1 memperlihatkan
proses produksi yang dilakukan petani untuk mengolah tanaman gambir menjadi
ekstrak daun gambir.
Total Biaya
Total Penerimaan
Industri pengolahan ekstrak daun gambir oleh KUBE mampu menghasilkan 120
kg ekstrak daun gambir pertahun. Produk dijual dalam bentuk kemasan yang berat
nettonya 250 gram. Mark Up yang ditetapkan adalah 25 persen dari harga pokok
produksi sesuai persentase keuntungan yang diharapkan, sehingga didapatkan harga
jual yakni Rp18.000 per kemasan atau Rp 72.000/Kg. Harga jual ini kemudian
diasumsikan akan mengalami peningkatan sebesar 20 persen setiap 5 tahun. Total
penerimaan usaha ekstrak daun gambir dapat dilihat pada Tabel 4.
Analisis Finansial
Untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan daun gambir menjadi ekstrak
daun gambir, maka dilakukan analisis finansial dengan menggunakan 4 kriteria yakni
B/C rasio, NPV, IRR, dan Payback Period (PP). Hasil analisis menunjukkan bahwa
usaha pengolahan daun gambir menjadi ekstrak daun gambir secara finansial layak
untuk diusahakan. Usaha ini memiliki rasio B/C yang lebih besar dari satu, NPV yang
bernilai positif, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga serta payback period
(PP) melebihi umur ekonomis. Hasil analisis finansialnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Analisis finansial usaha pengolahan tanaman gambir menjadi ekstrak daun gambir
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditya M, Ariyanti PR. 2016. Manfaat Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai Antioksidan.
Majority [Internet]. 5(September):129–133.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1049/844
2. Affandi M. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir di Desa Toman,
Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
(Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor.
3. BPS [Badan Pusat Statistik]. 2021. https://sumbar.bps.go.id/indicator/54/597/1/luas-lahan-
dan-produksi-gambir-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-sumatera-barat.html
4. Cahyani WK, Novitasari D. 2021. AGROINTEK : Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
5. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat. 2020.
Produksi tanaman perkebunan rakyat (ton).
6. Edward Z. 2009. Pemanfaatan fungsi anti oksidan gambir. 2(2):3–4.
7. Evalia N.A., Said E.G., Suryana R. N. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri dan
Peningkatan Nilai Tambah Gambir di Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat. Jurnal
Manajemen dan Agribisnis. Vol 9 No.3
8. Fadli M., Agriqhisti., Anshari L.H. 2021. Pengembangan Metode Produksi Teh Untuk
Peningkatan Pendapatan Petani Gambir di Durian Tinggi Kabupaten Limapuluh Kota.
Jurnal Hilirisasi IPTEKS. hal 1-7
9. Gittinger, J. P. 1982. Economic analysis of agricultural projects. Baltimore: Johns Hopkins
University Press.
10. Gumbira E. 2009. Agro Industri & Bisnis Gambir di Indonesia. IPB Press.
11. Gusmanizar N. 2011. Effect of Incubation time on chemical composition and in vitro
digestibility of treated extracted gambir leaf waste with mix Rhizopus sp and aspergilus
niger as animal feed.
12. Hidayat T., Hernani. 2013. Financial analysis of tea bags gambir leaves processing
technology package. Proceedings International Conference on Agricultural Postharvest
Handling, and Processing (ICAPHP), Jakarta, 19-21 November 2013
13. Hosen. N. 2017. Profil Sistem Usaha Pertanian Gambir di Sumatera Barat. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan. Vol 17 (2) : 124-131.
14. Jakfar K.S. 2012. Studi Kelayakan Bisnis: Kencana Prenada media Grup.
15. Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. [place unknown]: Graha Ilmu.
16. Kusuma P,T,W., Mayasti, N.K.I. 2014. Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha
Produksi Komoditas Lokal : Mie Berbasis Jagung. Agritech, Vol 34 (2): 194-202
17. Mutiara. 2017. Analisis kelayakan Finansial Pengolahan Gambir dengan Menggunakan
Sistem Dongkrak di Nagari Siguntur Tua Kecamatan Koto IX Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan (skripsi). Universitas Andalas. Padang
18. Nazir M. 2000. Gambir, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diservikasinya. [place
unknown]: Yayasan Hutanku.
19. Nugroho A., Heryani H., Istikowati W.R., 2021. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan The
Herbal (Euphorbia hirta) dengan kombinasi teh hitam (Camellia sinensis). Agrointek 15 (2):
544 - 553
20. Nurmalina R. 2018. Studi Kelayakan Bisnis : IPB Press.
21. Pujawan I.N 2004, Ekonomi Teknik. Penerbit Guna Widya, Surabaya
22. Radiks, P. 1997. Analisis Biaya dan Manfaat. Rineka Cipta. Jakarta
23. Wibowo & Waluyo. 2005. Teknik Pengolahan Gambir di Desa Siambaliang, Kabupaten
Dairi, Sumatera Utara. 2005.Jurnal penelitian Hasil Hutan.
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang./index.php/JPHH/article/view/3987