Professional Documents
Culture Documents
Makalah Mekanika Tanah
Makalah Mekanika Tanah
DOSEN PENGAMPU
DI SUSUN OLEH:
MUHAMAD ROSYID ASSIDIQI ( 2122201011 )
M. FIRMANSYAH (2122201022)
14
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala
berkat dan karunia yang diberikan dari-Nya sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi sebagian dari syarat-
syarat pengumpulan tugas kelompok mata kuliah Mekanika Tanah.
Tugas ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Bapak Trisno Widodo, S.T.,
M.T. selaku dosen mata kuliah Mekanika Tanah Universitas Nahdlatul Ulama Blitar tahun
ajaran 2022/2023. Makalah ini disusun berdasarkan ketentuan yang telah ada.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu kami mengharapkan penyusunan selanjutnya dengan topik sejenis yang dapat
menghasilkan hasil yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima
kasih, semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami
sangat menyadari bahwa tugas kami ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat kami harapkan.
Akhir kata.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Mengetahui,
( Penulis )
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................3
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN................................................................................................................................5
2.2 PERALATAN..................................................................................................................................6
2.3 BENDA UJI....................................................................................................................................9
2.4 PELAKSANAAN...........................................................................................................................10
2.5 PERHITUNGAN...........................................................................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................3
3.2 Saran............................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................4
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Sifat konsistensi tanah yang selalu berubah-ubah salah satunya akibat perubahan kadar air.
Bila bertambah kadar airnya, maka interaksi antara butir-butir yang bersentuhan semakin
kecil bahkan hilang, sehingga konsistensi tanah akan bersifat seperti cairan.
Pada tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Albert Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus
pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, sifat campuran tambah
dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar yang
dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan kedalam empat keadaan dasar, yaitu: padat, semi
padat, plastis dan cair. Perubahan kadar air dari maksimum ke minimum atau sebaliknya
akan mengalami 4 fase atau keadaan yang dikemukakan oleh Albert Atterberg. Batas-batas
fase ini disebut sebagai batas konsistensi Atterberg yang ditunjukkan oleh kandungan
kadar airnya pada masing-masing batas tersebut. (Braja M.das, 1993).
Karena hasil Uji Atterberg yang bervariasi dengan rentang variasi yang cukup besar,
mengacu kepada penggunaannya hasil Uji Atterberg ini begitu penting dalam penentuan
design terhadap tanah tersebut.
Pada penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap pengaruh kandungan
clay dan silt berdasarkan parameter liquid limit (batas cair) dan plastis limit (batas plastis)
yang mengacu terhadap data Uji Atterberg.
17
3. Bagaimana karakteristik tanah asli melalui pengujian analisa distribusi
saringan?
17
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Batas plastis ialah kadar minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis.
Jadi, pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air minimum dimana
suatu tanah pada keadaan batas plastis. (Plastis = tanah masih dapat digulung sampai
diameter 3,1 mm atau 1/8 inchi).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar suatu tanah pada keadaan
batas cair. Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah masih dapat mengalir di
bawah beratnya atau kadar air tanah pada batas dimana suatu tanah berubah dari
keadaan cair menjadi keadaan plastis.
Batas cair ditentukan dari pengujian Casagranda. Kadar air dari batas cair ini
didefinisikan pada waktu tanah menutup celah sepanjang 1,25 cm pada dasar cawan
(mangkuk) setelah 25 kali pukulan.
Karena sulitnya mengatur kadar air (waktu celah menutup) pada waktu 25 pukulan,
maka percobaan dilakukan beberapa kali dengan pukulan (ketukan) berkisar antara 15
hingga 35 kali.
Shrinkage Limit
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mencari kadar air tanah (%) terhadap
berat kering tanah setelah dioven. Dimana pengurangan air tidak akan menyebabkan
pengurangan volume tanah, sebaliknya penambahan kadar air tanah akan
menyebabkan penambahan volume massa tanah.
17
2.2 PERALATAN
Cawan
Plat kaca
alumunium
cm) menentukan
kadar air dua
buah.
17
Neraca dengan
ketelitian 0,01
gr.
Alat
Alat Batas Cair
pembuat
Standar(Casagrande
alur
)
(grooving
tools)
Cawan
Plat kaca
alumunium
17
Sendok dempul Botol
(kapi) panjang 12,5 tempat air
cm. suling.
Neraca dengan
ketelitian 0,01 gr.
17
Shrinkage Limit
Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh AASHTO T-87-
17
72/ASTM D-421-49 atau langsung sebagai berikut :
a. Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu, dan hampir semua butirannya lebih
halus dari saringan 0,42 mm ( no. 40 ). Dalam hal ini benda uji tidak perlu
dikeringkan dan tidak perlu saringan 0,42 mm ( no. 40 ).
b. Jenis-jenis tanah yang mengandung batu atau mengandung banyak butiran yang
lebih kasar dari saringsn 0,42 mm ( no. 40 ).
c. Keringkan contoh benda uji yang lolos saringan nomor 40.
Shrinkage Limit
Sampel tanah lolos saringan no. 40 sebanyak 30 gram dalam keadaan kering.
2.4 PELAKSANAAN
a. Letakkan benda uji di atas plat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar air
merata.
b. Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu
digeleng-geleng seberat 8 gr di atas plat kaca. Penggelengan dilakukan
dengan telapak tangan dengan kecepatan 89 s/d 90 gelengan per menit.
c. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang dengan
diameter 3 mm. Kalau pada waktu penggelengan itu ternyata sebelum benda
uji mencapai 3 mm sudah retak, maka contoh tanah perlu dibiarkan beberapa
saat di udara terbuka agar kadar airnya berkurang sedikit.
d. Pengaduk dan penggelengan dikurangi terus sampai retak-retak itu terjadi
tepat pada saat gelengan mempunyai diameter 3 mm.
e. Periksa kadar air tanah pada ( d ) dilakukan ganda pada benda uji untuk
perbedaan kadar air 5 % ( maksimal ).
a. Letakkan 100 gr benda uji yang sudah dipersiapkan dalam plat kaca
pengaduk
b. Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan menambah
17
air suling sedikit demi sedikit sampai homogen.
c. Setelah contoh menjadi campur dan merata, ambil sebagian benda uji ini dan
letakkan diatas mangkok batas cair, ratakan permukannya sedemikian hingga
sejajar dengan alat, bagian yang paling tebal harus sama dengan 1 cm.
d. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dengan mangkok itu,
dengan alat pembuat alur (Grooving Tool) melalui garis tengah pemegang
mangkok dan sentris. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur
harus tegak lurus permukaan mangkok.
e. Putarlah alat sedemikian hingga mangkok naik atau jatuh dengan kecepatan
dua putaran perdetik. Perputaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda
uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah ketukan pada
saat persinggungan.
f. Ulangi pekerjaan c sampai dengan e beberapa kali sampai diperoleh jumlah
ketukan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan apakah
pengadukan contoh sudah merata kadar airnya. Jika ternyata pada tiga kali
percobaan diperoleh jumlah pukulan lebih kurang sama, maka ambillah
benda uji langsung dari mangkok pada alur, kemudian masukkan kedalam
cawan yang telah diperiksa maka periksalah kadar airnya.
g. Kembalikan benda uji ke atas kaca pengaduk, dan kemudian bersihkan
mangkok alat batas cair. Benda uji diaduk kembali dengan mengubah kadar
airnya. Kemudian ulangilah (b) sampai (f) minimal 3 kali berturut-turut
dengan variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan
jumlah pukulan sebesar 8-10.
Shrinkage Limit
a. Letakkan contoh tanah dalam cawan dan campur baik-baik dengan air suling
secukupnya untuk mengisi seluruh pori-pori tanah yang menyerupai pasta,
sehingga mudah diisikan ke dalam cawan penyusut (shrinkage disk) tanpa
membawa serta masuk gelembung-gelembung udara. Banyaknya air yang
dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk dengan konsistensi yang diinginkan
kira-kira sama atau sedikit lebih besar dari liquid limit, atau untuk memperoleh
"plastic soil" yang diinginkan, air yang dibutuhkan kira-kira 10% dari WLL.
17
b. Bagian dari cawan penyusut (shrinkage disk) dilapisi tipis-tipis dengan vaseline
atau grease (stempet) untuk mencegah melekatnya tanah pada cawan.
Contoh tanah yang sudah dibasahi tadi, dimasukkan ke dalam cawan (kira-kira
1/3 volume cawan) tepat ditengah-tengah cawan, dan tanah dibuat mengalir ke
pinggir dengan cara mengetuk-ngetukkan (tapping) cawan di atas permukaan
yang kokoh yang diberi landasan beberapa lembar kertas (blotting paper) atau
bahan lain. Pengetukan ini dilakukan sampai udara yang ada dalam pasta tanah
terbawa ke permukaan. Kemudian tambahkan lagi pasta tanah ke dalam cawan
dan ketuk-ketuk lagi sampai cawan terisi penuh, dan biarkan kelebihan tanah
melebar ke pinggiran cawan. Kelebihan tanah tersebut dipotong dengan straight
edge, kemudian bersihkan tanah yang melekat di luar cawan.
c. Timbang dan catatlah cawan berisi pasta tanah (yang telah dipotong dan
dibersihkan bagian luarnya) tersebut. Kemudian pasta tanah dibiarkan
mengering di udara sehingga warnanya berubah dari tua menjadi muda. Setelah
tanah menjadi kering, masukkannlah ke dalam oven pada suhu (105 5)C.
Setelah 24 jam, timbanglah berat cawan + tanah kering. Timbang pula berat
cawan kosong yang telah dibersihkan dan dikeringkan.
d. Volume shrinkage disk (= volume tanah basah) diketahui dengan cara cawan
diisi penuh dengan air raksa sapai meluap. Buang kelebihan air raksa dengan
cara menekan prong plate (kaca dengan tiga buah pegangan baja) kuat-kuat
pada bagian atas cawan. Ukurlah dengan gelas ukur, banyaknya air raksa yang
tinggal dalam cawan, maka didapatkan volume tanah basah.
e. Volume tanah kering diukur dengan cara :
Cawan gelas diisi dengan air raksa, dan kelebihan air raksa dibuang dengan
cara menekan prong plate di atas cawan.
Air raksa yang melekat di luar cawan gelas dibersihkan betul-betul.
Letakkan cawan gelas berisi air raksa pada cawan gelas yang lebih besar.
Letakkan tanah kering di atas air raksa pada cawan.
Tekan hati-hati tanah kering itu agar masuk seluruhnya ke dalam air raksa
dengan menggunakan prong plate. Penekanan dilakukan sampai prong plate
rata dengan bibir cawan. Perhatikan betul-betul jangan sampai udara
terbawa masuk ke dalam air raksa.
17
Air raksa yang tumpah = volume tanah kering (Vs).
2.5 PERHITUNGAN
Ww
w1 = × 100 %
Ws
3 ,32
= ×100 %
−1 ,85
= -1,79 %
Ww
w2 = × 100 %
Ws
−0 , 15
= ×100 %
1, 86
= -8,06 %
Ww
w3 = × 100 %
Ws
0 ,33
= ×100 %
1 ,19
= 27,73 %
17
= w1 + w2 +w 3
PL 3
−1 ,79±8 , 06+27 , 73
PL =
3
= -53,26 %
17
CATATAN :
Alat-alat yang akan dipergunakan harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan
harus dalam keadaan bersih dan kering.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat, maka sebaiknya pengadukan
benda uji untuk batas cair dan batas plastis dilakukan sekaligus (setelah
pengadukan rata, pisahkan 20 gram benda uji untuk pemeriksaan batas
plastis).
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambar dalam bentuk grafik, dengan cara :
a. Buatlah titik-titik yang menyatakan hubungan jumlah ketukan (sumbu
mendatar dengan skala logaritma) dengan kadar air (sumbu tegak dengan
skala biasa).
b. Buatlah garis lurus melalui titik-titik perpotongan tersebut, jika ternyata
titik-titik yang diperoleh tidak terletak pada suatu garis lurus, maka
buatlah garis lurus pada titik berat titik-titik tersebut.
c. Tentukan besarnya kadar air
d. pada jumlah ketukan 25, dengan cara menarik garis lurus vertikal dari
titik 25 (pada sumbu mendatar) sampai menyentuh kurva grafik,
kemudian tarik garis ke sumbu tegak. Nilai kadar air inilah merupakan
batas cair atau liquid limid dari benda uji tersebut.
e. Untuk menggambar grafik Liquid Limid dan Plastic Limid
Determination, maka kita harus mencari dahulu harga PI (Plasticity
Index) = LL – PL
PI = LL – PL
17
a. Alat-alat yang akan dipergunakan harus diperiksa dulu sebelum dipakai
dan harus dalam keadaan bersih dan kering.
Periksa tinggi jatuh mangkuk Casagranda, apakah sudah tepat 1,0 cm.
Mangkuk ini harus dalam keadaan bersih, kering, dan tidak goyang.
Alat pembuat alur (groving tool) harus bersih, kering, dan tidak aus.
Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian ditimbang
untuk menentukan beratnya.
b. Beberapa jenis lempung akan mengalami kesulitan dalam proses
pengadukan dan kadang-kadang jika terlalu lama diaduk akan berubah
sifatnya. Agar pengadukan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih
cepat, maka adukan disimpan dulu dan ditutup dengan kain basah atau
contoh yang telah disiapkan direndam dulu selama 24 jam.
c. Selama berlangsungnya percobaan pada kadar air tertentu, benda uji tidak
boleh dibiarkan mengering atau terjadi perubahan kadar air.
Shrinkage Limit
PERHITUNGAN
Ww
a. Kadar air (w) = x 100 % = 47,81 %
Ws
12 ,65
= x 100 %
26 , 90
= 47,03 %
Ww
b. Kadar air (w) = x 100 %
Ws
14 , 82
x 100 %
= 31 , 49
= 47,06 %
Ww
c. Kadar air (w) = x 100 %
Ws
15 , 82
x 100 %
= 33 ,09
17
d. Shrinkage Limit (SL)= w %− ( V - Vs
Ws
×100 %
)
= 53,34 − ( 24,5026-, 2623 , 23 ×100 %)
= 41,90 %
= 45,65%
LL PL SL
Contoh tanah ini dibentuk dalam sebuah tabung dengan berat (W), kemudian
dicelupkan ke dalam air raksa dan dengan demikian volumenya (V) dapat ditentukan /
ditetapkan. Taruh shrinkage dish yang mengandung sampel dioven pada suhu 110C
selama sekurang-kurangnya 16 jam. Kemudian berat dan volume kering (W s dan V1) dapat
ditentukan.
Dari gambar diatas terlihat bahwa contoh yang telah melewati batas susut diantara
(i)dan (iii). Setelah air yang ada diuapkan dengan tidak mengurangi volume / isi, maka
kadar air dapat ditentukan dengan rumus :
Ww
w=
Ws
Pada saat awal, berat air adalah (w - Ws). Setelah ada penguapan isi sebesar (V – V 1)
dengan berat (V – V1) w, karena itu berat air sisa pada batas susut adalah :
Ww = (W – Ws) – (V – V1) w
Ww
Disubstisusikan ke persamaan : w = , maka didapat :
Ws
(W −Ws) - (V - V 1)γw
SL = Ws
17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk mendapatkan data yang akurat, dari praktikum tersebut yang akurat, dari
praktikum tersebut yang sesusai dengan yang diinginkan, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Laboratorium Mekanika Tanah ITN Malang , Buku Petunjuk Mekanika Tanah Dasar
2. Buku Mekanika Tanah, karya Lawrie Wesley.
17