Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Sutan sjahrir once said: “new if our village do start to move forward over
his power own, then all our society, will also up individuals at and progress in all
the field, including the field culture”. Look of the advice, should the community
welfare is in vilage’s, can be immediately realized, remember village have the
potential very large, in various natural resources, resources culture, the
characteristics and uniqueness his human, coupled with indorsement village
funds almost was 1.5 billion. But ironic if we look at it, why still in rural areas
community, still just coming problems hunger, poverty, lost identity and so on,
even a lot of which go from village because assume village he live in not were
given hope for the future. Problems these problems are real the and trickling in
almost all village in indonesian.This, apparently have many provide a to us how
to village dioah and managed, because of that village can give hope and welfare
for their citizens. The concept of the independence can be realized with a pattern
development of backward, with model of development tourist village, here the
community called to collectively make a notion how showing potential for many
fields including tourism, without damaging and reduce the value of the value local
knowledge owned. The outcome of several explained the study a lot of models
tourist village, as: tourist village themes culture, tourist village themes potential
nature, until tourist village of a religious nature, which some study it reduce on a
explaining how village managed in a communal with synchronize with many sides
such as; government and private, to shoulder - before build model of development
tourist village appropriate to identity the village community. Of all this can be
drawn an explanation that it is important comprehend potential in have village,
then mengolahna into a activities which is potential to lead on improving the
quality of the community, whether materil and moral .Hence we think the
development model tourist village relevant to the state of village that were still
marginalised.
2. Desa Wisata Alam (Agraris dan hijau, biru, dan kuning emas. Selain
Bahari) itu, aktivitas manusia mengambil
belerang dari kawah, potensi lain
Pulau Sempu merupakan wilayah yang mendukung yaitu flora dan
wisata yang dapat dikembangkan fauna yang beragam diwilayah
menjadi ekowisata yang menarik tersebut. Daya tarik lain yang
bagi wisatawan domestik dan mendukung ekowisata yaitu potensi
internasional ang ingin menikmati budaya yang unik dari komunitas
konsep ekowisata. Pengembangan yang berdekatan dengan gunung Ijen.
ekowisata diwilayah pulau sempu Untuk meningkatkan implementasi
hendaknya dapat diselaraskan konsep ekowisata atau kriteria,
dengan kondisi sosial dan ekonomi diperlukan pelatihan.
masyarakat, serta tidak berbenturan Selain itu masyarakat setempat
dengan upaya konservasi yang telah harus dilibatkan dalam program.
dilakukan pemerintah daerah di Desa harus mendirikan fasilitas
wilayah ini. (Dias Satria. 2009: Vol.3 persinggahan untuk mengakomodasi
No.1 mei 29, hal37 – 47). pengunjung yang melewati desa
Kegiatan sehari - hari masyarakat Taman Sari menuju Kawah Ijen. (Sri
yaitu bertani menjadi ciri khas desa Widowati. 2012)
Bandungan sangat berpotensi untuk
dikembangkan menjadi desa wisata 3. Desa Wisata Sejarah & Religius
yang berbasis agrowisata yang
memiliki atraksi wisata lain yaitu Pengelolaan makam Sultan
mempelajari cara memelihara sapi Hadiwijaya sudah berjalan dengan
khusus karapan sapi dan sapi sono’ baik yaitu meliputi pengelolaan
dan juga mempelajari cara membatik wisata religi, pengelolaan sumber
menggunakan alat tradisional yang daya antara lain sumber daya
kemudian pengembangan - nya manusia, sumber daya alam serta
secara spesial terbagi menjadi tiga, sumber daya finansial. Faktor -
yaitu menyediakan rute perjalanan faktor pendukung maupun
wisata yang mengelilingi kawasan penghambat untuk pengelolaan
desa wisata yang memperlihatkan wisata religi di kompleks makam
kegiatan sehari – hari masyarakat Sultan Hadiwijaya hendaknya selalu
desa Bandungan, menyediakan ditingkatkan, misal pemberian
sarana transportasi khusus untuk informasi kepada pihak luar,
menuju kawasan desa wisata untuk menjalin kerjasama dengan
mempermudah wisatawan pemerintah yang paling utama Dinas
berkunjung kawasan desa wisata dan Pariwisata, bekerjasama dengan
menyediakan fasilitas pendukung Kraton Surakarta maupun dengan
dan penunjang kegiatan wisata. masyarakat. (Ashana Mustika Ati,
(Faris Zakaria. 2014: Vol.3 No.02) 2011)
Kawah Ijen memiliki potensi
besar bagi pengembangan ekowisata, Karakteristik Desa Wisata
meskipun belum sepenuhnya
dikembangkan, sumber yang paling Desa wisata adalah suatu wilayah
utama adalah panorama / pedesaan yang menawarkan keaslian
pemandangan kawah gunung ijen baik dari segi sosial budaya, adat
dengan tiga warna berbeda, yaitu: istiadat, keseharian, arsitektur
Jurnal Ilmiah Pariwisata-STP Trisakti, VOL 21, NO 1 (2016)
tradisional, struktur tata ruang desa dan belajar dari alam, tentang cara
yang disajikan dalam suatu bentuk hidup berdampingan yang selaras
integrasi komponen pariwisata antara dengan alam, sehingga manusia
lain seperti atraksi, Akomodasi dan dapat memiliki kesadaran yang tinggi
fasilitas pendukung. (Darsono. 2005: terhadap pentingnya alam.
Vol.3 No.02)
3. Karakteristik Desa Wisata
1. Karakteristik Desa Wisata Sejarah & Religius
Budaya
Karakteristik desa wisata religius
Model desa wisata ini biasanya biasa dikaitkan dengan beberapa
lebih menekankan pada identitas tempat – tempat suci dan juga
budaya yang coba ditampilkan, bersejarah, yang diyakini sebagai
secara natural, dan apa adanya, tempat yang dianggap memiliki
sehingga nampak jelas bagaimana kekuatan, atau tempat bersejarah
masyarakat hidup, bersosialisasi dan bagi agama atau kepercayaan
membangun komunikasi dengan tertentu.
komunitasnya. Selain itu model desa
wisata budaya juga dituntut untuk Bentuk Aplikatif Desa Wisata
dapat menyentuh komponen –
komponen kawasan secara mendasar, Dari beberapa penjelasan tersebut
yaitu: a). Pemberdayaan masyarakat kita dapat memberikan gambaran,
pelaku wisata budaya. b). bentuk konkrit dari konsep desa
Pengembangan pusat – pusat wisata, seperti yang diilustrasikan
kegiatan wisata sebagai titik oleh beberapa gambar, berikut:
pertumbuhan. c). Pengembangan
sarana dan prasarana yang
menunjang. d). Adanya keterpaduan
antar kawasan yang mendukung
upaya peningkatan dan pelestarian
daya dukung lingkungan serta sosial
dan budaya setempat. e). Adanya
keterpaduan kawasan wisata budaya
dengan rencana tata ruang wilayah Gambar 1. Salah satu contoh model desa
daerah dan nasional. (Safi Harto. wisata budaya.
Diakses dari Sumber ; diakses dari www.google.com
http://repository.unri.ac.id/ pada 20
Februari 2016).
Internet
Diakses dari
http://www.beritasatu.com/na
sional/336997-
indonesiavietnam-punya-
persoalan-desa-yang-
sama.html pada 22
Febrauari 2017.
Gambar visual desa wisata diakses
dari http://www.google.com
pada 24 Maret 2016.