You are on page 1of 21

1

PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN MONITORING


PEMBIAYAAN GUNA MEMINIMALISIR RISIKO DALAM
PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BNI SYARIAH TBK.
CABANG MALANG

Oleh:
AHMAD DWI NURYAWAN
Dosen Pembimbing:
Lutfi Harris, SE., M.Ak., Ak

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Brawijaya Malang

Abstract
The purpose of this study was to determine the system of supervision and
monitoring on the BNI Syariah Malang to anticipate the risk of murabahah
financing repayment problems. This study uses a case study approach is one
strategy in a qualitative study. The data were collected by using interviews,
interviews, and documentation then analyzed with descriptive methods. To keep
the financing provided to customers can be run in accordance with the agreement,
the banks need to conduct surveillance and monitoring of such financing.
Surveillance and monitoring carried out in order to avoid the possibility of
undesirable both for the continuity of financing and the possible risks arising from
the provision of such financing. The results of this research is the implementation
of the supervision and monitoring of the financing is done BNI Syariah Malang
against murabahah financing through two ways, namely by direct supervision and
administrative oversight. Comparison of the amount of murabahah financing is
channeled to financing problems in BNI Syariah Malang at the level of Non
Performing Financing is still below 5% are included in the category of healthy
financing. BNI Syariah Malang should still anticipate and improve the supervision
and monitoring of murabahah financing which has been distributed to minimize the
financing problems that exist.

Keywords: Control, Monitoring, Murabahah Troubled

1. Pendahuluan
Perkembangan syariah di Indonesia terus berkembang pesat, dalam waktu
yang relatif singkat perbankan syariah telah mampu memperlihatkan kemajuan
yang cukup signifikan hingga saat ini. Perbankan syariah dinilai berhasil
mempertahankan eksistensinya dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan
perbankan syariah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya
yang luas dan sesuai dengan mayoritas penduduk di Indonesia adalah islam.
2

Perkembangan ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya perbankan


syariah yang ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia semakin banyak yang
memilih untuk menabung dan menggunakan jasa bank syariah. Untuk
mempertahankan kepercayaan tersebut, maka bank syariah harus hati-hati dalam
mengelola kegiatan operasionalnya (Rokhmana, 2012).
Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi sebagai lembaga
intermediasi yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam
bentuk pembiayaan. Pembiayaan (financing), yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
(Muhammad, 2005).
Seseorang yang berhubungan dengan pembiayaan harus menempuh
prosedur pembiayaan yang sehat, meliputi prosedur persetujuan pembiayaan,
prosedur administrasi dan prosedur pengawasan pembiayaan. Persetujuan
pembiayaan kepada setiap nasabah harus dilakukan melalui proses penilaian yang
objektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan berbagai objek
pembiayaan. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada semua pihak
yang terkait bahwa nasabah dapat memenuhi segala kewajibanya sesuai dengan
persyaratan dan jangka waktu yang disepakati.
Penyelewengan mudah timbul sejak pembiayaan itu disalurkan oleh bank
kepada nasabah sampai dengan pembiayaan itu dibayar lunas oleh nasabah. Oleh
karena itu tugas bank tidak hanya berhenti pada pemberian pembiayaan saja tetapi
bank masih harus melakukan pengawasan mulai dari pembiayaan itu diberikan
sampai dengan pembiayaan dibayar lunas oleh nasabah. Apabila dalam pemberian
pembiayaan itu bank kurang memperhatikan aspek pengawasan, maka segala
permasalahan yang timbul baru akan di ketahui setelah masalah tersebut menjadi
berat dan sulit untuk diatasi. Akibat dari keadaan tersebut kualitas pembiayaan
yang diberikan menjadi buruk. Adanya pembiayaan bermasalah apalagi bila
pembiayaan tersebut sudah ada pada pembiayaan macet akan membutuhkan banyak
waktu, tenaga dan dana bank untuk menyelamatkanya.
3

Perwujudan prinsip kehati-hatian diatur sebagaimana pada Pasal 23


Undang-Undang Perbankan Syariah. Pada Pasal 23 UU. No.1 Perbankan syariah,
bahwa bank syariah atau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan
kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban
pada waktunya, sebelum bank syariah dan UUS menyalurkan dana kepada nasabah
penerima fasilitas. (Pada Pasal 1 UU. No.26 Perbankan Syariah). Hal ini diperkuat
terutama oleh desakan warga muslim yang menganggap bahwa bunga bank itu riba.
Adapun tujuan dari diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain agar
bank-bank selalu dalam keadaan sehat, sehingga antara lain selalu dalam keadaan
likuid, solvent dan menguntungkan (profitable). Dengan diberlakukannya prinsip
kehati-hatian itu diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbakan
selalu tinggi sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan
dananya di bank (Sjadeini, 2006).
Bank syariah beroperasi dengan menawarkan produk salah satunya yaitu
produk pembiayaan murabahah atau jual beli barang dengan harga asal dan
ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati bersama. Pembelian ini
memudahkan para nasabah tidak membayar secara kontan. Untuk mendapatkan
keyakinan maka bank syariah wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap
kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah penerima
fasilitas 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition) sebagai upaya
untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah.
Antara dari pihak bank dan debitur biasanya menyepakati perikatan
sebagaimana sistem pengangsurannya. Apabila pembiayaan murabahah tidak
menentukan tingkat suku bunga. Hal ini biasanya berakibat pada peluang terjadinya
resiko pengembalian pembiayaan yang lebih besar. Untuk itu perlu strategi
mengantisipasinya. Salah satu tindakan yang efektif dalam menangani masalah
pembiayaan, yaitu melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik.
Dengan adanya pengawasan yang baik dari pihak bank maka tingkat resiko
pengembalian pembiayaan atau angsuran akan lebih ringan. Apabila terdapat hal-
hal yang tidak diinginkan maka setidaknya akan mampu diantisipasi oleh pihak
bank, sebab masing-masing pihak akan bertanggung jawab terhadap ketentuan-
ketentuan yang telah disepakati bersama. Yang mengakibatkan resiko kredit adalah
4

kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai
perjanjian yang disepakati. Salah satu yang termasuk dalam kelompok resiko kredit
adalah resiko konsentrasi pembiayaan.
Kegiatan usaha bank syariah senantiasa dihadapkan pada resiko-resiko yang
berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan
Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah yang semakin
pesat mengakibatkan resiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks.
Oleh karena itu, bank syariah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan
lingkungan melalui penerapan menejemen resiko yang sesuai dengan prinsip
syariah. Penerapan manajemen resiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan
ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank.
Pada risiko kredit kerugian atau risiko terjadi akibat dari kegagalan debitur
yang tidak dapat diperkirakan karena debitur tidak mampu memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian. Pembiayaan murabahah merupakan
pembiayaan yang dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan
pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk Lump
Sum (sekaligus). Dengan demikian pada pemberian pembiayaan murabahah
dengan jangka waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil
kepada dana pihak ketiga.
Sedangkan pada pembiayaan murabahah risiko bisa terjadi berakibat pada
bank, diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan
murabahah antara lain seperti default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak
membayar angsuran dan biasanya juga terjadi penundaan kewajiban membayar
disebabkan karena ketidakmampuan nasabah. Maka bank tidak diperbolehkan
meminta nasabah membayar jumlah tambahan sebagai denda tetapi bank
menunggu nasabah sampai mampu membayar cicilan. Inilah kerugian yang harus
ditanggung bank ketika nasabah tidak mampu membayar sesuai dengan jatuh
tempo pembayaran yang disepakati bersama.
Untuk menjaga agar pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dapat
berjalan sesuai dengan perjanjian maka perbankan perlu melakukan pengawasan
dan monitoring terhadap pembiayaan tersebut. Pengawasan dan monitoring
dilaksanakan untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan baik bagi
5

berlangsungnya pembiayaan dan kemungkinan risiko yang timbul dari pemberian


pembiayaan tersebut. Pengawasan merupakan salah satu aktivitas atau fungsi
manajemen terkait dengan fungsi lainya seperti perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, penetapan dan pelaksanaan keputusan (Sinn dan Ahmad, 2006).
Dari pemaparan di atas, pengawasan dan monitoring pembiayaan sangat
penting dilakukan oleh lembaga keuangan syariah yaitu khususnya bagi BNI
Syariah Malang untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi. Dalam
pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat atau
nasabah menunjukkan bahwa walaupun pembiayaan murabahah begitu
mendominasi praktek pembiayaan, namun tetap ada risiko yang menyertainya.
Adanya risiko pada pembiayaan murabahah inilah yang menimbulkan
keingintahuan peneliti mengkaji lebih dalam tentang praktek pengawasan dan
monitoring pembiayaan murabahah yang selama ini begitu dominan pada
perbankan syariah.

2. Landasan Teori
A. Tinjauan Umum Bank Syariah
Menurut UU No.21 tahun 2008 adalah segala sesuatu yang menyangkut
bank syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan
usaha, serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Perbankan syariah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Secara umum hubungan ekonomi yang berjalan berdasarkan syariat Islam
ditentukan oleh hubungan akad. Akad-akad yang berlaku tersebut terdiri dari 5
prinsip-prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dasar akad tersebut dapat ditemukan
pada produk baik lembaga-lembaga keuangan bank syariah maupun lembaga
keuangan bank konvensional di Indonesia sebagai berikut (Muhammad, 2005):
1). Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadiah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank
syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana
untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadiah. Fasilitas ini diberikan
6

untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan
tabungan. Istilah al-wadiah dalam dunia perbankan konvensional lebih dikenal
dengan giro.
2). Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip Syirkah ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil
usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara
bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini dapat
digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan deposito)
maupun pembiayaan, sementara musyarakah lebih banyak diterapkan pada
pembiayaan dan penyertaan.
3). Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)
Prinsip At-Tijarah merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara
jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam melakukan pembelian
barang atas nama bank. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya dapat berupa
akad murabahah, salam, dan istishna.
4). Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama, ijarah
(sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya
(operating lease). Secara teknik bank dapat membeli dahulu barang yang
dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut disewakan dalam waktu
dan hanya yang telah disepakati oleh nasabah. Kedua, bai al-takjiri atau ijarah
al-muntahiya bithamlik, yang merupakan penggabungan sewa dan beli di mana
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa
(financial lease).
5). Prinsip Jasa/Fee (Al-Ajr Walumullah)
Prinsip kelima ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang
diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank
Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain.
7

B. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan ialah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002).
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit ataupun bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Seiring dengan perjalanan waktu sesudah kredit direalisasikan, tidak
dapat dipungkiri bank akan dihadapkan pada permasalahan risiko yaitu risiko kredit
bermasalah.
Prinsip pemberian pembiayaan dipergunakan dalam melakukan penilaian
permohonan pembiayaan. Seorang petugas pembiayaan pada perbankan harus
memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara
keseluruhan calon debitur. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
resiko kredit. Dalam dunia perbankan pertimbangan yang lazim digunakan untuk
mengevaluasi calon nasabah sering disebut dengan prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Condition, dan Collateral) terhadap nasabah.
Dalam berbagai referensi disebutkan faktor yang paling dominan dalam
analisis tersebut adalah Character, yang tentunya sangat penting untuk didalami
oleh petugas bank sebelum memberikan kredit. Character berkaitan dengan watak
calon debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, seperti memegang teguh
janji dan bersedia melunasi utangnya tepat waktu. Nasabah yang memiliki karakter
yang baik akan berdampak positif terhadap kualitas NPF perbankan.
Menurut Arthesa dan Handiman (2006) analisa pembiayaan dapat dilakukan
dengan berbagai metode sesuai kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali
digunakan metode analisa 5C, yang meliputi:
1. Penilaian terhadap karakter (Character)
Merupakan data tentang kepribadian dari calon debitur seperti sifat-sifat
pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang
keluarga maupun hobinya. Kegunaan dari penilaian tesebut untuk
mengetahui sampai sejauh mana iktikad atau kemauan calon debitur untuk
8

memenuhi kewajibannya (wiilingness to pay) sesuai dengan janji yang telah


ditetapkan. Pemberian kredit atas dasar kepercayaan, sedangkan yang
mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank
bahwa calon debitur memiliki moral, watak dan sifat-sifat pribadi yang
positif dan koperatif. Karakter merupakan faktor yang dominan, sebab
walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan
hutangnya, kalau tidak mempunyai itikad yang baik tentu akan membawa
kesulitan bagi bank dikemudian hari.
2. Penilaian terhadap kemampuan (Capacity)
Penilaian terhadap kemampuan nasabah bertujuan untuk mengukur
kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya. Untuk perorangan, hal
ini dapat terindikasi dari referensi ataupun Curriculum Vitae (CV) yang
dimilikinya. Hal ini dapat menggambarkan pengalaman kerja atau bisnis
yang besangkutan. Untuk perusahaan, hal ini dapat terlihat dari laporan
keuangan dan performance usaha. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajibannya termasuk
pembayaran pelunasan pembiayaan. Capacity merupakan ukuran dari
ability to pay atau kemampuan dalam membayar.
3. Penilaian terhadap modal (Capital)
Penilaian terhadap modal perusahaan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan nasabah atau perusahaan milik nasabah dalam menanggung
beban pembiayaan yang dibutuhkan serta kemampuan dalam menanggung
beban risiko (risk sharing) yang mungkin dialami perusahaan itu.
4. Penilaian terhadap agunan kredit (Collateral)
Jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-
benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penilaian terhadap agunan kredit
dilakukan berdasarkan nilai wajar atas nilai pasar agunan yang berlaku pada
saat dilakukan penilaian. Agunan kredit adalah jaminan dari nasabah ke
bank untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul dari pemberian
kredit.
9

5. Penilaian terhadap kondisi perekonomian dan usaha (Condition)


Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang
dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Ada suatu usaha yang sangat
tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan
kondisi ekonomi dengan usaha calon debitur. Penilaian terhadap kondisi
ekonomi dan prospek usaha dilakukan untuk mengetahui kekuatan
perusahaan atas berubah-ubahnya kondisi makro ekonomi dan kemampuan
perusahaan mengantisipasinya untuk bisa bertahan dalam keadaan yang
sulit sekalipun.
C. Pelaksanaan Pengawasan dan Monitoring Pembiayaan

Untuk mengetahui dengan jelas apakah penyelenggaraan berbagai kegiatan


operasional sesuai dengan rencana atau tidak, dan apakah terjadi deviasi atau tidak,
manajemen perlu mengamati jalanya kegiatan operasional tersebut. Berbagai teknik
yang dapat digunakan antara lain adalah:
1) Pengamatan lansung atau observasi oleh manajemen melihat sendiri
bagaimana caranya para petugas operasional menyelenggarakan kegiatan
dan menyelesaikan tugasnya. Teknik ini dapat berakibat positif dalam
implementasi strategi dengan efesien dan efektif. Dikatakan demikian
karena dengan pengawasan langsung berbagai manfaat dapat dipetik, seperti
perolehan informasi bukan hanya tentang jalanya pelaksanaan berbagai
kegiatan operasional, akan tetapi juga dengan demikian manajemen dapat
segera meluruskan tindakan para pelaksana apabila diperlukan.
2) Melalui laporan, baik lisan maupun tulisan dari para penyelia yang sehari-
hari mengawasi secara langsung kegiatan tersebut (Sondang, 2005).
D. Risiko Dalam Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan berdasarkan pembagian resiko yang diidentikkan dengan
model teoritis perbankan Islam tidak tampak menjadi karakter utama praktek
murabahah bank-bank Islam. Namun demikian, para pendukung bank syariah
mengatakan bahwa dalam murabahah, faktor pembagian resiko tetap ada, yang itu
menjadi alasan diambilnya laba sampai nasabah memenuhi janji awal untuk
10

membeli barang. Berikut ini adalah resiko-resiko yang terkait dalam murabahah
sebagai berikut (Muhammad, 2004):
1. Resiko yang terkait dengan barang
Bank syariah membeli barang-barang yang diminta oleh nasabah dan secara
teoritis menanggung resiko kehilangan atau kerusakan pada barang-barang
tersebut dari saat pembelian sampai diserahkan kepada nasabah. Dalam
kontrak murabahah, bank syariah diwajibkan untuk menyerahkan barang
kepada nasabah dalam kondisi yang baik. Bahkan nasabah berhak menolak
barang-barang yang rusak, yang kurang jumlahnya atau tidak sesuai dengan
spesifikasinya. Bank syariah bagaimanapun juga dalam praktiknya
menghindari resiko-resiko tersebut dengan asuransi dan klausul kontrak,
yang telah disusun sedemikian rupa sehingga membantu bank syariah untuk
menghindari segala resiko yang terkait dengan barang. Dengan demikian,
segala resiko yang terkait dengan barang, yang secara teoritis harus
ditanggung bank, secara efektif telah terhindarkan.
2. Resiko yang terkait dengan nasabah
Janji nasabah murabahah untuk membeli barang yang dipesan dalam suatu
transaksi murabahah, tidaklah mengikat. Oleh sebab itu, nasabah berhak
menolak untuk membeli barang ketika bank syariah menawari mereka
dalam penjualan. Dalam prakteknya, resiko terhadap kemungkinan
penolakan nasabah untuk membeli barang dapat dihindari dengan
pembayaran di awal (sepertiga dari total harga, misalnya), dengan jaminan,
jaminan pihak ketiga, dan dengan klausul kontrak. Dengan demikian, semua
resiko yang secara teoritis mungkin ada dalam kaitannya dengan penolakan
nasabah untuk membeli barang, sebenarnya telah hilang dalam praktek
perbankan syariah.
3. Resiko yang terkait dengan pembayaran
Resiko tidak terbayar penuh atau sebagian dari uang muka, seperti yang
dijadwalkan dalam kontrak, memang ada dalam pembiayaan murabahah.
Bank syariah menghindari resiko ini dengan adanya janji tertulis, jaminan,
jaminan pihak ketiga dan klausul kontrak yang menyatakan bahwa semua
hasil dari barang-barang murabahah yang dijual kepada pihak ketiga
11

dengan tunai maupun kredit harus ditaruh di bank sampai apa yang menjadi
hak bank dibayar kembali sepenuhnya. Jika tidak adanya pembayaran itu
disebabkan oleh faktor di luar kemampuan nasabah, bank syariah secara
moral berkewajiban menjadwal ulang utang. Di pihak lain, jika nasabah
memiliki kemampuan untuk membayar tepat waktu, tetapi nasabah tidak
melakukannya maka bank syariah telah mengadopsi konsep denda yang
dijatuhkan kepada nasabah.

3. Metode Penelitian
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. BNI Syariah Cabang Malang, yang
beralamat di Jl. Jaksa Agung Suprapto No.48 Malang. Adapun alasan peneliti
memilih lokasi PT. Bank Negara Indonesia dikarenakan PT. Bank Negara
Indonesia Syariah merupakan salah satu pelopor dari perbankan syariah yang
ada di Malang, berdiri pada tanggal 29 April 2000. Dipilihnya BNI Syariah ini
juga didasarkan pada pertimbangan bahwa BNI Syariah memiliki data yang
diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan studi
kasus yang merupakan salah satu strategi dalam sebuah penelitian kualitatif.
Penelitian studi kasus ini dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.
Kasus-kasus dibatasi oleh waktu serta aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (John, 2008).
Dalam penelitian kualitatif di mana penelitian lebih menekankan pada
makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Penelitian ini merupakan
kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati (Moleong, 2005).
Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami dunia
makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif
masyarakat itu sendiri. Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan hanya
12

menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan


korelasi sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau
proses yang sedang berlangsung. Berpijak dari penelitian di atas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengawasan dan
monitoring pembiayaan murabahah pada PT. BNI Syariah Cabang Malang.
Sedangkan jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis
deskriptif kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata
cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk
memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. Bahwasanya
penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi
tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang sementara berlangsung.
C. Sumber Data
Penelitian yang dilaksanakan berkaitan erat dengan data yang diperoleh
sebagai dasar dalam pembahasan dan analisis. Diharapkan dari hasil penelitian
nantinya bisa didapatkan data yang valid dan relevan dengan obyek yang
diteliti. Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2002) sumber data penelitian
merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
metode pengumpulan data, dalam mengadakan penelitian ini data-data yang
diperlukan adalah:
1. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli. Dalam hal ini peneliti langsung meminta informasi atau
keterangan dari pegawai bagian Constumer Processing Head tentang
penerapan pengawasan dan monitoring pembiayaan murabahah, yang
dilakukan dengan metode wawancara.
2. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen-
dokumen yang dimiliki oleh perbankan yang berupa gambaran umum
13

perbankan, data keuangan dan jumlah nasabah yang bermasalah yang


diperoleh dari periode 2011, 2012, dan 2013.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum
dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan
non-interaktif (Sutopo, 2006). Metode interaktif meliputi interview dan
observasi berperanserta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi tak
berperanserta, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan.
1. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
a. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi atau keterangan. Dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung pada pihak yang berwenang dari pegawai BNI
Syariah Cabang Malang untuk mendapatkan gambaran umum mengenai
perusahaan dan masalah yang berhubungan dengan sistem pelaksanaan
pengawasan dan monitoring terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan
yang dapat diwawancarai adalah Bapak Junaidi sebagai Constumer
Processing Head.
b. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, agenda dan lain sebagainya. Untuk
mendapatkan data-data yang terkait dengan penelitian, maka peneliti
menggunakan arsip-arsip yang ada pada BNI Syariah Cabang Malang
untuk dipergunakan dalam penelitian yaitu profile perusahaan yang berisi
gambaran umum BNI Syariah Malang, formulir yang digunakan dalam
sistem dan prosedur pengajuan, penyaluran dan pengawasan kredit,
prosedur pengajuan kredit serta laporan pembiayaan murabahah
bermasalah.
c. Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Data yang diperoleh dengan metode ini adalah yang berhubungan
mengenai kondisi obyektif yang mencakup: profil perusahaan yang berisi
14

gambaran umum BNI Syariah Cabang Malang, formulir yang digunakan


dalam sistem dan prosedur pengajuan, penyaluran dan pengawasan kredit,
prosedur pengajuan kredit serta laporan pembiayaan murabahah yang
bermasalah dalam perusahaan yang ada di BNI Syariah Cabang Malang,
serta hal-hal yang berkaitan dengan pengumpulan data.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) dilakukan untuk memperoleh data
dengan meneliti dan mempelajari literatur, karya ilmiah, dan sumber-sumber
bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan
landasan teori.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah proses mengatur urutan data dan
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga lebih mudah di baca dan diinterpretasikan (Moleong, 2005). Dalam
penelitian ini digunakan analisis kualitatif. Difokuskan pada penunjukkan
makna, deskriptif, penjernihan dan penempatan data pada konteksnya masing-
masing dan seringkali melukiskannya dengan kata-kata dari pada dalam angka-
angka.
Tahap menganalisa data yang paling penting dan menentukan dalam
suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Selain itu data diterjunkan dan dimanfaatkan agar dapat
dipakai untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian.
Metode analisis data proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2012).
Proses analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya.
2. Reduksi data, yaitu dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dan
15

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada


didalamnya.
3. Menyusun data hasil reduksi, data tersebut disusun menjadi satu persatu
yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
4. Pemeriksaan keabsahan data, yaitu data yang telah diperoleh perlu
diperiksa kembali untuk memeriksa keabsahan data.
5. Melakukan penafsiran data dalam mengelola hasil sementara menjadi
teori substantif.

4. Hasil dan Pembahasan


A. Pelaksanaan Pengawasan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah Pada BNI
Syariah Malang.
Pelaksanaan pengawasan pembiayaan di BNI Syariah Malang dilakukan
secara terus menerus guna menjamin pembiayaan serta menghindari pembiayaan
bermasalah. Kegiatan pengawasan langsung dan pengawasan administratif yang
dilakukan oleh BNI Syariah Malang adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan Langsung.
Pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan langsung
ditempat kegiatan usaha nasabah. Tujuan dari inspeksi on the spot ini untuk
mengecek kebenaran dari seluruh data maupun laporan oleh nasabah
dibandingakan dengan jumlah dan keadaannya secara fisik. Oleh karena itu
pelaksanaan inspeksi on the spot perlu dilakukan tidak hanya bersifat insidentil
tetapi juga harus dilakukan secara rutin.
Dalam hal ini bagi semua debitur tidak terkecuali bagi debitur yang
mengalami permasalahan dan pihak bank juga harus menyelamatkan
pembiayaan bermasalah tersebut. Sehingga bila terjadi permasalahan, maka
pihak bank segera mambantu mencari jalan keluarnya. Dengan kata lain dengan
kunjungan debitur tersebut, accunt officer dapat mengetahui hal-hal apakah yang
perlu mendapatkan bimbingan atau pembinaan. Selain melakukan kunjungan
ketempat debitur, account officer juga melakukan informasi seperti sms atau
telepon untuk mengingatkan debitur bila terjadi tunggakan.
16

b. Pengawasan Administratif.
Administrasi pembiayaan sebagai salah satu objek pengawasan
pembiayaan merupakan kegiatan untuk mengumpulkan atau menyusun dan
memeriksa data-data maupun surat-surat kelengkapan nasabah yang dibutuhkan
selama proses kegiatan pembiayaan tersebut berlangsung seperti kartu tanda
pengenal, surat ijin usaha, surat perjanjian pembiayaan dan sebagainya. Hal ini
akan memudahkan bank dalam melakukan pengawasan terhadap nasabah
maupun kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh pegawai bank. Untuk
memudahkan pengawasan dan supaya setiap pembiayaan dapat diikuti dengan
baik maka disusun kolektabilitas pembiayaan, atas pembagian tersebut costumer
service dapat melakukan identifikasi terhadap pembiayaan yang mungkin
menjadi masalah dan mulai melakukan rencana penyelesaian sebelum
pembiayaan tersebut menjadi macet atau tidak dapat ditagih.
Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh BNI Syariah Malang dalam
pengawasan pembiayaan meliputi monitoring terhadap rekening nasabah,
laporan keuangan yang disampaikan oleh nasabah kepada bank, serta terhadap
jaminan pembiayaan. Dari fokus pemantauan bahwa tujuan dari kegiatan
monitoring adalah mengamankan dana bank dan risiko kerugian yaitu dengan
memberikan keyakinan bahwa pembiayaan yang telah diberikan cukup aman
dari segi penggunaanya maupun agunanya.
B. Implementasi Pelaksanaan Pngawasan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah
Pada BNI Syariah Malang
Prosedur pembiayaan suatu metode untuk melaksanakan kegiatan
pembiayaan, dengan persetujuan pembiayaan kepada setiap calon nasabah harus
dilakukan melalui proses penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan objek pembiayaan, sehingga memberikan keyakinan
kepada semua pihak yang terkait, bahwa anggota dapat memenuhi segala
kewajibanya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati.
Apabila terjadi hal yang kemudian menyebabkan ketidakmampuan
nasabah untuk memenuhi kewajibanya, maka BNI Syariah benar-benar telah
menguasai jaminan sebagai jalan keluarnya. Pada BNI Syariah calon nasabah
17

yang hendak melakukan pembiayaan harus melawati prosedur-prosedur dan


penilaian yang telah ditetapkan oleh BNI Syariah adalah sebagai berikut:
Prosedur awal adalah calon nasabah melakukan negosiasi dengan
customer service BNI Syariah tentang pembiayaan yang akan dilakukan,
negosiasi tersebut membicarakan tentang semua hal-hal yang berhubungan
dengan pembiayaan yaitu terkait barang apa yang akan dibiayai, tentang mergin
keuntunganya, jangka waktu angsuran, jaminan dan lain-lain. Setelah prosedur
wawancara atau negosiasi selesai dan disepakati oleh calon anggota dan pihak
BNI Syariah, prosedur berikutnya adalah calon anggota harus mengisi formulir
permohonan pembiayaan yang telah disediakan oleh BNI Syariah.
Tahap selanjutnya setelah calon nasabah mengisi formulir permohonan
pembiayaan, formulir yang telah diisi oleh calon nasabah akan dinilai dan
dianalisis oleh pihak bank, tujuan dari penilaian dan analisis tersebut adalah
untuk meyakinkan pihak bank bahwa calon nasabah benar-benar siap dengan
segala sesuatunya yang berhubungan dengan pembiayaan. Pada BNI Syariah
yang berwenang menilai dan menganalisis formulir permohonan pembiayaan
adalah kepala cabang atau asistennya, kepala cabang dan asistennya inilah yang
berhak menyetujui pengajuan pembiayaan. Dalam mengambil keputusan
menyetujui permohonan pembiayaan kepala cabang atau wakilnya
mempertimbangkan dengan prinsip analisis 5C.
C. Analisis Pelaksanaan Pengawasan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah
Serta Pengelolaan Risiko pada BNI Syariah Malang
1. Analisis Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada BNI Syariah Malang.
Dari hasil penelitian yang di dapat, peneliti menarik sebuah kesimpulan
bahwa dari data-data yang telah peneliti dapat dari BNI Syariah Malang tentang
prosedur pengajuan pembiayaan murabahah sudah bisa dikatakan cukup baik,
karena penerapan prisip kehati-hatian dalam pembiayaan murabahah di BNI
Syariah Malang pada khususnya dilakukan sesuai yang diamanatkan dalam
pasal 23 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah guna
meminimalisir pembiayaan yang bermasalah dan pada akhirnya dapat
merugikan pihak bank.
18

Pelaksanaan dilakukan berjalan secara berkesinambungan dari data


administratifnya sampai dengan kegiatan usaha anggota di lapangan, hal tersebut
akan selalu memberi informasi kepada BNI Syariah Malang tentang
perkembangan pembiayaan yang telah disalurkan kepada para nasabah dan
prosedur yang ditetapkan sudah tersusun secara sistematis dari tahap wawancara
sampai dengan tahap kunjungan usaha, dan dalam memutuskan persetujuan
pembiayaan pihak BNI Syariah Malang berpedoman dengan prinsip 5C.
Namun ada sedikit kerancuan dalam penerapan akad pembiayaan, BNI
Syariah Malang dalam pembelian barang diwakilkan kepada anggota dengan
akad wakalah, akad murabahah harus diakadkan ketika barang murabahah sudah
dibeli. Namun tidak demikian di BNI Syariah Malang, akad wakalah dan akad
murabahah dilakukan secara bersama ketika nasabah menandatangani surat
wakalah.
2. Analisis Pelaksanaan Pengawasan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah
Pada BNI Syariah Malang.
Dari analisis pelaksanaan pengawasan dan monitoring pembiayaan
murabahah bermasalah BNI Syariah Malang yang di dapat disimpulkan bahwa
kenaikan jumlah pembiayaan selalu diikuti dengan kenaikan jumlah pembiayaan
bermasalah dari tahun ke tahun. Dapat kita ketahui bahwa BNI Syariah Malang
mengalami peningkatan tingkat Non Performing Financing (NPF) pada tahun
2012 dan 2013. Salah satu faktor penting penyebab kredit macet atau
pembiayaan bermasalah tersebut adalah faktor ekonomi nasabah. Namun BNI
Syariah Malang termasuk dalam kategori Bank yang sehat karena memiliki
tingkat NPF masih dibawah 5%. Hal ini tidak lepas dari peran manajemen dalam
melakukan pengawasan maupun masyarakat sebagai nasabah yang memiliki
tingkat kesadaran cukup tinggi.

3. Analisis Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah Pada BNI Syariah


Malang.
Sebagai cara untuk menyelamatkan dan menyelesaikan pembiayaan
bermasalah BNI Syariah Malang memiliki cara-cara atau strategi yang
dipergunakan, yang dimaksud dengan penyelamatan pembiayaan adalah suatu
19

langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui perundingan kembali


antara bank dan nasabah peminjam sebagai debitur. Mengenai penyelamatan
pembiayaan bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah
dengan melalui perundingan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila
telah terjadi pembiayaan bermasalah dan macet maka BNI Syariah Malang pada
umumnya menempuh langkah seperti: meneruskan hubungan kepada anggota,
pengembalian pokok, peringatan (I, II, dan III), menjual barang jaminan, dan
yang terakhir penyitaan barang jaminan.

5. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil yang diperoleh
seperti yang telah dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Pengawasan dan monitoring pembiayaan murabahah pada BNI Syariah
Malang telah dijalankan dengan cukup baik, hal ini bisa dilihat dari kegiatan
yang dilakukan pengawasan dan monitoring pembiayaan yang dilakukan
BNI Syariah Malang terhadap pembiayaan murabahah melalui berbagai
proses yaitu mulai tahap dari pertimbangan pra pemberian pembiayaan
murabahah, pengarahan dana, pemberian konsultasi usaha manajemen,
pelaksanaan pengawasan pasca pemenuhan pembiayaan sampai dengan
penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada BNI Syariah
Malang.
Dalam melakukan pengawasan dan monitoring pembiayaan
murabahah, BNI Syariah Malang melakukan pengawasan langsung dan
pengawasan administratif. Dengan adanya pengawasan dalam pembiayaan
murabahah yang dilakukan oleh bank diharapkan akan meminimalkan
pembiayaan bermasalah pada BNI Syariah Malang.
Dalam menganalisis permohonan pembiayaan murabahah yang
diajukan oleh nasabah, BNI Syariah Malang mengacu kepada prinsip 5C.
Setelah pengajuan pembiayaan yang diajukan oleh calon anggota disetujui
oleh komite selanjutnya calon nasabah menandatangani surat wakalah dan
20

surat persetujuan pembiayaan murabahah. Pada BNI Syariah Malang akad


wakalah dan akad murabahah dilakukan secara bersamaan.
2. Pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BNI Syariah Malang walaupun
terdapat pembiayaan bermasalah atau macet namun belum melampaui
ketentuan Bank Indonesia sebesar 5% tetapi tetap saja perlu mendapat
perhatian. Jumlah pembiayaan bermasalah pada BNI Syariah Malang pada
tahun 2011 jumlah pembiayaan murabahah yang disalurkan BNI Syariah
Malang kepada debitur adalah sebesar Rp12.820.963.462 dan pembiayaan
bermasalah yang terjadi adalah sebesar Rp432.913.326 atau sebesar 3,3%.
Tahun 2012 pembiayaan murabahah meningkat sebesar Rp15.923.172.886
diikuti peningkatan pembiayaan bermasalah yaitu sebesar Rp560.529.483
atau sebesar 3,5%. Pada tahun berikutnya tahun 2013 jumlah pembiayaan
yang diberikan naik kembali sebesar Rp17.696.212.280 diikuti lagi dengan
kenaikan pembiayaan bermasalah yaitu sebesar Rp704.028.651 atau 4%.
Dapat disimpulkan bahwa kenaikan jumlah pembiayaan selalu diikuti
dengan kenaikan jumlah pembiayaan bermasalah dari tahun ke tahun.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada BNI Syariah Malang, maka peneliti
mempunyai saran-saran yang mungkin sifatnya bisa menjadibahan koreksi bagi
BNI Syariah Malangsebagai berikut:
1. Pada penerapan akad wakalah sebaiknya BNI Syariah Malang
mendahulukan akad wakalah dari pada akad murabahah, kedua akad
tersebut sebaiknya tidak dilakukan secara bersamaan karena pada teorinya
akad murabahah dilaksanakan setelah barang murabahah dibeli.
2. Agar setiap aktivitas yang diterapkan di dunia perbankan khususnya dalam
pembiayaan supaya bisa mencapai hasil yang maksimal, maka fungsi
pengawasan harus diterapkan dengan tepat dan benar. Dalam melakukan
pengawasan, pihak perbankan diharapkan dapat mengembangkan prinsip-
prinsip syariah dengan pendekatan yang bersifat kekeluargaan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Arthesa, Ade dan Endia Hardiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian. Edisi


Kesatu. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Ghozali.

John W. Creswell. 2008. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Edisi Ketiga. Bandung: Pustaka Pelajar.

Kasmir. 2002. Management Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:


Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad.2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank
Syariah. Yogyakarta: UII Press.

_________.2005. Bank Syariah Problem dan Proses Perkembangan di Indonesia.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rokhmana, Siti Nila. 2012. Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan Terhad


Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Cabang Semarang).
Skripsi. Semarang: Universitas IAIN Walisongo.

Sinn, Abu dan Ahmad Ibrahim. 2006. Manajemen Syariah sebuah kajian historis
dan kotemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sjadeini, Sutan Remy. 2006. Hak Jaminan dan Kepailitan: Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis. Jurnal Hukum Bisnis. Volume XI; (53-54).

Sondang, Siagan. 2005. Manajemen Stratejik, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sutopo.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam


Penelitian, Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

You might also like