Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
AHMAD DWI NURYAWAN
Dosen Pembimbing:
Lutfi Harris, SE., M.Ak., Ak
Abstract
The purpose of this study was to determine the system of supervision and
monitoring on the BNI Syariah Malang to anticipate the risk of murabahah
financing repayment problems. This study uses a case study approach is one
strategy in a qualitative study. The data were collected by using interviews,
interviews, and documentation then analyzed with descriptive methods. To keep
the financing provided to customers can be run in accordance with the agreement,
the banks need to conduct surveillance and monitoring of such financing.
Surveillance and monitoring carried out in order to avoid the possibility of
undesirable both for the continuity of financing and the possible risks arising from
the provision of such financing. The results of this research is the implementation
of the supervision and monitoring of the financing is done BNI Syariah Malang
against murabahah financing through two ways, namely by direct supervision and
administrative oversight. Comparison of the amount of murabahah financing is
channeled to financing problems in BNI Syariah Malang at the level of Non
Performing Financing is still below 5% are included in the category of healthy
financing. BNI Syariah Malang should still anticipate and improve the supervision
and monitoring of murabahah financing which has been distributed to minimize the
financing problems that exist.
1. Pendahuluan
Perkembangan syariah di Indonesia terus berkembang pesat, dalam waktu
yang relatif singkat perbankan syariah telah mampu memperlihatkan kemajuan
yang cukup signifikan hingga saat ini. Perbankan syariah dinilai berhasil
mempertahankan eksistensinya dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan
perbankan syariah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya
yang luas dan sesuai dengan mayoritas penduduk di Indonesia adalah islam.
2
kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai
perjanjian yang disepakati. Salah satu yang termasuk dalam kelompok resiko kredit
adalah resiko konsentrasi pembiayaan.
Kegiatan usaha bank syariah senantiasa dihadapkan pada resiko-resiko yang
berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan
Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah yang semakin
pesat mengakibatkan resiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks.
Oleh karena itu, bank syariah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan
lingkungan melalui penerapan menejemen resiko yang sesuai dengan prinsip
syariah. Penerapan manajemen resiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan
ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank.
Pada risiko kredit kerugian atau risiko terjadi akibat dari kegagalan debitur
yang tidak dapat diperkirakan karena debitur tidak mampu memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian. Pembiayaan murabahah merupakan
pembiayaan yang dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan
pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk Lump
Sum (sekaligus). Dengan demikian pada pemberian pembiayaan murabahah
dengan jangka waktu panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil
kepada dana pihak ketiga.
Sedangkan pada pembiayaan murabahah risiko bisa terjadi berakibat pada
bank, diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan
murabahah antara lain seperti default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak
membayar angsuran dan biasanya juga terjadi penundaan kewajiban membayar
disebabkan karena ketidakmampuan nasabah. Maka bank tidak diperbolehkan
meminta nasabah membayar jumlah tambahan sebagai denda tetapi bank
menunggu nasabah sampai mampu membayar cicilan. Inilah kerugian yang harus
ditanggung bank ketika nasabah tidak mampu membayar sesuai dengan jatuh
tempo pembayaran yang disepakati bersama.
Untuk menjaga agar pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dapat
berjalan sesuai dengan perjanjian maka perbankan perlu melakukan pengawasan
dan monitoring terhadap pembiayaan tersebut. Pengawasan dan monitoring
dilaksanakan untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan baik bagi
5
2. Landasan Teori
A. Tinjauan Umum Bank Syariah
Menurut UU No.21 tahun 2008 adalah segala sesuatu yang menyangkut
bank syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan
usaha, serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Perbankan syariah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Secara umum hubungan ekonomi yang berjalan berdasarkan syariat Islam
ditentukan oleh hubungan akad. Akad-akad yang berlaku tersebut terdiri dari 5
prinsip-prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dasar akad tersebut dapat ditemukan
pada produk baik lembaga-lembaga keuangan bank syariah maupun lembaga
keuangan bank konvensional di Indonesia sebagai berikut (Muhammad, 2005):
1). Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadiah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank
syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana
untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadiah. Fasilitas ini diberikan
6
untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan
tabungan. Istilah al-wadiah dalam dunia perbankan konvensional lebih dikenal
dengan giro.
2). Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip Syirkah ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil
usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara
bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini dapat
digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan deposito)
maupun pembiayaan, sementara musyarakah lebih banyak diterapkan pada
pembiayaan dan penyertaan.
3). Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)
Prinsip At-Tijarah merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara
jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam melakukan pembelian
barang atas nama bank. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya dapat berupa
akad murabahah, salam, dan istishna.
4). Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama, ijarah
(sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya
(operating lease). Secara teknik bank dapat membeli dahulu barang yang
dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut disewakan dalam waktu
dan hanya yang telah disepakati oleh nasabah. Kedua, bai al-takjiri atau ijarah
al-muntahiya bithamlik, yang merupakan penggabungan sewa dan beli di mana
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa
(financial lease).
5). Prinsip Jasa/Fee (Al-Ajr Walumullah)
Prinsip kelima ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang
diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank
Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain.
7
B. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan ialah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002).
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit ataupun bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Seiring dengan perjalanan waktu sesudah kredit direalisasikan, tidak
dapat dipungkiri bank akan dihadapkan pada permasalahan risiko yaitu risiko kredit
bermasalah.
Prinsip pemberian pembiayaan dipergunakan dalam melakukan penilaian
permohonan pembiayaan. Seorang petugas pembiayaan pada perbankan harus
memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara
keseluruhan calon debitur. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
resiko kredit. Dalam dunia perbankan pertimbangan yang lazim digunakan untuk
mengevaluasi calon nasabah sering disebut dengan prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Condition, dan Collateral) terhadap nasabah.
Dalam berbagai referensi disebutkan faktor yang paling dominan dalam
analisis tersebut adalah Character, yang tentunya sangat penting untuk didalami
oleh petugas bank sebelum memberikan kredit. Character berkaitan dengan watak
calon debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, seperti memegang teguh
janji dan bersedia melunasi utangnya tepat waktu. Nasabah yang memiliki karakter
yang baik akan berdampak positif terhadap kualitas NPF perbankan.
Menurut Arthesa dan Handiman (2006) analisa pembiayaan dapat dilakukan
dengan berbagai metode sesuai kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali
digunakan metode analisa 5C, yang meliputi:
1. Penilaian terhadap karakter (Character)
Merupakan data tentang kepribadian dari calon debitur seperti sifat-sifat
pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang
keluarga maupun hobinya. Kegunaan dari penilaian tesebut untuk
mengetahui sampai sejauh mana iktikad atau kemauan calon debitur untuk
8
membeli barang. Berikut ini adalah resiko-resiko yang terkait dalam murabahah
sebagai berikut (Muhammad, 2004):
1. Resiko yang terkait dengan barang
Bank syariah membeli barang-barang yang diminta oleh nasabah dan secara
teoritis menanggung resiko kehilangan atau kerusakan pada barang-barang
tersebut dari saat pembelian sampai diserahkan kepada nasabah. Dalam
kontrak murabahah, bank syariah diwajibkan untuk menyerahkan barang
kepada nasabah dalam kondisi yang baik. Bahkan nasabah berhak menolak
barang-barang yang rusak, yang kurang jumlahnya atau tidak sesuai dengan
spesifikasinya. Bank syariah bagaimanapun juga dalam praktiknya
menghindari resiko-resiko tersebut dengan asuransi dan klausul kontrak,
yang telah disusun sedemikian rupa sehingga membantu bank syariah untuk
menghindari segala resiko yang terkait dengan barang. Dengan demikian,
segala resiko yang terkait dengan barang, yang secara teoritis harus
ditanggung bank, secara efektif telah terhindarkan.
2. Resiko yang terkait dengan nasabah
Janji nasabah murabahah untuk membeli barang yang dipesan dalam suatu
transaksi murabahah, tidaklah mengikat. Oleh sebab itu, nasabah berhak
menolak untuk membeli barang ketika bank syariah menawari mereka
dalam penjualan. Dalam prakteknya, resiko terhadap kemungkinan
penolakan nasabah untuk membeli barang dapat dihindari dengan
pembayaran di awal (sepertiga dari total harga, misalnya), dengan jaminan,
jaminan pihak ketiga, dan dengan klausul kontrak. Dengan demikian, semua
resiko yang secara teoritis mungkin ada dalam kaitannya dengan penolakan
nasabah untuk membeli barang, sebenarnya telah hilang dalam praktek
perbankan syariah.
3. Resiko yang terkait dengan pembayaran
Resiko tidak terbayar penuh atau sebagian dari uang muka, seperti yang
dijadwalkan dalam kontrak, memang ada dalam pembiayaan murabahah.
Bank syariah menghindari resiko ini dengan adanya janji tertulis, jaminan,
jaminan pihak ketiga dan klausul kontrak yang menyatakan bahwa semua
hasil dari barang-barang murabahah yang dijual kepada pihak ketiga
11
dengan tunai maupun kredit harus ditaruh di bank sampai apa yang menjadi
hak bank dibayar kembali sepenuhnya. Jika tidak adanya pembayaran itu
disebabkan oleh faktor di luar kemampuan nasabah, bank syariah secara
moral berkewajiban menjadwal ulang utang. Di pihak lain, jika nasabah
memiliki kemampuan untuk membayar tepat waktu, tetapi nasabah tidak
melakukannya maka bank syariah telah mengadopsi konsep denda yang
dijatuhkan kepada nasabah.
3. Metode Penelitian
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. BNI Syariah Cabang Malang, yang
beralamat di Jl. Jaksa Agung Suprapto No.48 Malang. Adapun alasan peneliti
memilih lokasi PT. Bank Negara Indonesia dikarenakan PT. Bank Negara
Indonesia Syariah merupakan salah satu pelopor dari perbankan syariah yang
ada di Malang, berdiri pada tanggal 29 April 2000. Dipilihnya BNI Syariah ini
juga didasarkan pada pertimbangan bahwa BNI Syariah memiliki data yang
diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan studi
kasus yang merupakan salah satu strategi dalam sebuah penelitian kualitatif.
Penelitian studi kasus ini dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.
Kasus-kasus dibatasi oleh waktu serta aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (John, 2008).
Dalam penelitian kualitatif di mana penelitian lebih menekankan pada
makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Penelitian ini merupakan
kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati (Moleong, 2005).
Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami dunia
makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif
masyarakat itu sendiri. Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan hanya
12
b. Pengawasan Administratif.
Administrasi pembiayaan sebagai salah satu objek pengawasan
pembiayaan merupakan kegiatan untuk mengumpulkan atau menyusun dan
memeriksa data-data maupun surat-surat kelengkapan nasabah yang dibutuhkan
selama proses kegiatan pembiayaan tersebut berlangsung seperti kartu tanda
pengenal, surat ijin usaha, surat perjanjian pembiayaan dan sebagainya. Hal ini
akan memudahkan bank dalam melakukan pengawasan terhadap nasabah
maupun kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh pegawai bank. Untuk
memudahkan pengawasan dan supaya setiap pembiayaan dapat diikuti dengan
baik maka disusun kolektabilitas pembiayaan, atas pembagian tersebut costumer
service dapat melakukan identifikasi terhadap pembiayaan yang mungkin
menjadi masalah dan mulai melakukan rencana penyelesaian sebelum
pembiayaan tersebut menjadi macet atau tidak dapat ditagih.
Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh BNI Syariah Malang dalam
pengawasan pembiayaan meliputi monitoring terhadap rekening nasabah,
laporan keuangan yang disampaikan oleh nasabah kepada bank, serta terhadap
jaminan pembiayaan. Dari fokus pemantauan bahwa tujuan dari kegiatan
monitoring adalah mengamankan dana bank dan risiko kerugian yaitu dengan
memberikan keyakinan bahwa pembiayaan yang telah diberikan cukup aman
dari segi penggunaanya maupun agunanya.
B. Implementasi Pelaksanaan Pngawasan dan Monitoring Pembiayaan Murabahah
Pada BNI Syariah Malang
Prosedur pembiayaan suatu metode untuk melaksanakan kegiatan
pembiayaan, dengan persetujuan pembiayaan kepada setiap calon nasabah harus
dilakukan melalui proses penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan objek pembiayaan, sehingga memberikan keyakinan
kepada semua pihak yang terkait, bahwa anggota dapat memenuhi segala
kewajibanya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati.
Apabila terjadi hal yang kemudian menyebabkan ketidakmampuan
nasabah untuk memenuhi kewajibanya, maka BNI Syariah benar-benar telah
menguasai jaminan sebagai jalan keluarnya. Pada BNI Syariah calon nasabah
17
5. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil yang diperoleh
seperti yang telah dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Pengawasan dan monitoring pembiayaan murabahah pada BNI Syariah
Malang telah dijalankan dengan cukup baik, hal ini bisa dilihat dari kegiatan
yang dilakukan pengawasan dan monitoring pembiayaan yang dilakukan
BNI Syariah Malang terhadap pembiayaan murabahah melalui berbagai
proses yaitu mulai tahap dari pertimbangan pra pemberian pembiayaan
murabahah, pengarahan dana, pemberian konsultasi usaha manajemen,
pelaksanaan pengawasan pasca pemenuhan pembiayaan sampai dengan
penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada BNI Syariah
Malang.
Dalam melakukan pengawasan dan monitoring pembiayaan
murabahah, BNI Syariah Malang melakukan pengawasan langsung dan
pengawasan administratif. Dengan adanya pengawasan dalam pembiayaan
murabahah yang dilakukan oleh bank diharapkan akan meminimalkan
pembiayaan bermasalah pada BNI Syariah Malang.
Dalam menganalisis permohonan pembiayaan murabahah yang
diajukan oleh nasabah, BNI Syariah Malang mengacu kepada prinsip 5C.
Setelah pengajuan pembiayaan yang diajukan oleh calon anggota disetujui
oleh komite selanjutnya calon nasabah menandatangani surat wakalah dan
20
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada BNI Syariah Malang, maka peneliti
mempunyai saran-saran yang mungkin sifatnya bisa menjadibahan koreksi bagi
BNI Syariah Malangsebagai berikut:
1. Pada penerapan akad wakalah sebaiknya BNI Syariah Malang
mendahulukan akad wakalah dari pada akad murabahah, kedua akad
tersebut sebaiknya tidak dilakukan secara bersamaan karena pada teorinya
akad murabahah dilaksanakan setelah barang murabahah dibeli.
2. Agar setiap aktivitas yang diterapkan di dunia perbankan khususnya dalam
pembiayaan supaya bisa mencapai hasil yang maksimal, maka fungsi
pengawasan harus diterapkan dengan tepat dan benar. Dalam melakukan
pengawasan, pihak perbankan diharapkan dapat mengembangkan prinsip-
prinsip syariah dengan pendekatan yang bersifat kekeluargaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arthesa, Ade dan Endia Hardiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok Gramedia.
Muhammad.2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank
Syariah. Yogyakarta: UII Press.
Sinn, Abu dan Ahmad Ibrahim. 2006. Manajemen Syariah sebuah kajian historis
dan kotemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sjadeini, Sutan Remy. 2006. Hak Jaminan dan Kepailitan: Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis. Jurnal Hukum Bisnis. Volume XI; (53-54).