You are on page 1of 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK TIDAK


AMAN PEMANDU WISATA TUBING OPERATOR X GOA PINDUL

Santi Wulandari, Siswi Jayanti, Baju Widjasena


Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: santiwlndr15@gmail.com

Abstract :
One of the causes of accidents is an unsafe practice. Unsafe practice can be
caused by 3 factors, predisposing factors such as knowledge and attitudes,
reinforcing factors such as supervision and enabling factors such as training of
occupational safety and health. Tourism is a sector that need to get attention
related to work safety, especially tubing tour guides. The purpose of this study is
to analyzed the relationship between knowledge, attitudes, supervision and
training of occupational safety and health with unsafe practice in Operators X’s
tour guides of Goa Pindul. This type of research was observational analytic with
cross-sectional research section. The subjects of this study were 37 Operator X’s
tubing tour guides of Goa Pindul. Data colletion was carried out by used a
questionnaire instrument and observation sheet. Statistical analysis used the chi-
square test. The test results showed that there was a correlation between attitude
(p value = 0.014) and supervision (p value = 0.005) with unsafe practice of
Operator X’s tubing tour guides of Goa Pindul. There was no correlation between
knowledge (p value = 0.062) and OSH training (p value = 0.072) with unsafe
practice of Operator X’s tubing tour guides of Goa Pindul. Suggestions for
management was to added an OSH sosializations at the routine meeting of the
guides, gave routine directions every day before the guiding activities. And
suggestions for guides was to followed the OSH socializations and training
activities carried out by management and ensure to always following work
procedures that have been set.

Keywords : tour guide, unsafe practice, occupational safety

PENDAHULUAN Frank E. Bird menjelaskan bahwa


Berdasarkan data ILO, setiap timbulnya suatu kecelakaan atau
tahunnya terdapat lebih dari 250 juta cidera disebabkan oleh 5 faktor
kecelakaan terjadi di tempat kerja penyebab yang secara beruntun dan
dan lebih dari 160 juta pekerja berdiri sejajar antara faktor satu
menderita penyakit akibat bahaya dengan yang lainnya. Salah satu
pada tempat kerja.1 domino tersebut adalah penyebab
Suatu kecelakaan tidak bisa langsung (immediate causes) yang
terjadi oleh karena satu penyebab terdiri dari tindakan tidak sesuai
saja, melainkan terjadi dari beberapa standar (substandard acts) dan
faktor penyebab yang saing kondisi tidak sesuai standar
berhubungan atau kombinasi dari (substandard conditions).3
beberapa faktor pendahulu.2 Teori Perilaku tidak sesuai standar
kecelakaan kerja Loss Causation adalah perilaku tidak aman yang

613
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berbahaya dalam bekerja. Perilaku dengan memakai ban dalam


tidak aman adalah suatu kegagalan kendaraan yang telah dimodifikasi
dalam mengikuti persyaratan dan sedemikian rupa untuk keamanan
prosedur kerja yang benar sehingga dan kenyamanan pengendaranya.
menyebabkan terjadinya kecelakaan Semakin berkembangnya wisata
kerja.4 Menurut konsep perilaku oleh Goa Pindul menyebabkan
Notoadmodjo, perilaku tidak aman meningkatnya juga kebutuhan akan
disebabkan oleh faktor perilaku dan tenaga pemandu yang terampil yang
di luar perilaku. Perilaku ditentukan bisa menjamin tidak hanya
oleh faktor yakni predisposisi, faktor keselamatan dari para wisatawan
pendukung dan faktor pendorong. namun juga harus bisa menjamin
Faktor predisposisi berupa keselamatan diri sendiri. Wisata
karakteristik seseorang seperti tubing di Goa Pindul khususnya di
pengetahuan, motivasi dan sikap. operator X yang akan menjadi
Faktor pendukung terwujud dalam tempat penelitian sudah memiliki
lingkungan fisik dan fasilitas sarana Standard Operational Procedure
prasarana. Sedangkan faktor (SOP) yang berisi panduan dan
pendorong terwujud dalam sikap dan prosedur kerja bagi para pemandu
perilaku stakeholder dan dukungan dalam melakukan pekerjaan. Selain
kelompok masyarakat.5 itu, dalam susunan organisasi atau
Hal ini pun berlaku terhadap manajemen di operator X di Goa
sektor pariwisata, dimana sektor Pindul juga terdapat pengawas yang
pariwisata juga tidak lepas dari melakukan pengawasan salah
praktik tidak aman khususnya yang satunya terhadap pemandu wisata.
berkaitan dengan Keselamatan dan Berdasarkan hasil studi
Kesehatan Kerja, Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
pendahuluan yang dilakukan di wisata Goa Pindul diketahui bahwa
Dinas Pariwisata Kota Semarang pelatihan yang diberikan kepada
didapatkan informasi bahwa para pemandu wisata di Goa Pindul
sebenarnya untuk kegiatan wisata yaitu pelatihan terkait pertolongan
tubing memang memiliki potensi pertama yang diberikan pelatihan
bahaya yang lebih tinggi jika oleh puskesmas setempat.
dibandingkan dengan wisata Sertifikasi yang harus dimiliki oleh
petualang lainnya. pemandu juga masih belum semua
Salah satu tempat daerah pemandu memilikinya.
wisata yang terkenal di Yogyakarta Berdasarkan data, terjadi kasus
yakni Gunungkidul. Salah satu objek meninggalnya pemandu pada
wisata yang ditawarkan di Oktober tahun 2016 yang setelah
Gunugkidul yaitu Goa Pindul. Goa dilakukan penelusuran hal itu terjadi
Pindul merupakan sebuah goa yang karena pemandu tidak tidak
masih sangat alami dan asri yang menggunakan peralatan
terletak di Desa Bejiharjo, keselamatan yang sesuai. Hal ini
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten tidak sesuai dengan SOP yang ada
Gunungkidul. Salah satu wahana yang mana pemandu harus
yang ditawarka di Goa Pindul yaitu menggunakan APD yang sesuai
wisata tubing. Wisata tubing atau saat melakukan pekerjaannya.
bisa disebut dengan donat boat
merupakan salah satu wisata air
dalam bentuk pengarungan sungai

614
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1. Rekapitulasi Tabulasi Silang METODE PENELITIAN


Praktik Tidak PeneIitian ini merupakan
Aman peneIitian kuantitatif. Metode
Tota peneIitian menggunakan desain
Variabel Tidak
Aman l studi cross sectionaI. PopuIasi
Aman
f % .f % penelitian ini yaitu seluruh pemandu
Pengetahu wisata tubing di Operator X Goa
an Pindul yang berjumlah 57 orang.
Kurang 77. 22. Penghitungan sampel
7 2 8 menggunakan rumus Slovin
Baik 8 2
1 39. 60. didapatkan jumlah sampel 37 orang.
Baik 17 29 Variabel bebas dalam penelitian ini
1 3 7
adalah pengetahuan, sikap,
Sikap
pengawasan dan pelatihan K3.
Kurang 1 70. 29.
5 17 Sedangkan variabel terikat yaitu
Baik 2 6 4 praktik tidak aman. Pengambilan
Baik 6 30 14 70 20 data menggunakan kuesioner dan
Pengawas observasi sebagai pendukung.
an Analisis statistik menggunakan uji
Kurang 1 chi square.
75 4 25 16
Baik 2
28. 71. HASIL DAN PEMBAHASAN
Baik 6 15 21
6 4
Pelatihan Pengetahuan dengan Praktik
K3 Tidak Aman
Kurang 1 64. 35. Pengetahuan seseorang
6 16
Baik 1 7 3 merupakan hasil dari mengetahui
35. 65. penginderaan terhadap suatu objek
Baik 7 13 21
0 0 tertentu.6 Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam
membentuk suatu perilaku
seseorang. Pengetahuan yang
Tabel 2. Nilai p-value Hubungan Variabel kurang akan Keselamatan dan
Bebas dengan Variabel Terikat Praktik Kesehatan Kerja (K3) di tempat
Tidak Aman kerja menyebabkan seseorang sulit
Variabel untuk mengetahui potensi bahaya
p-value Keterangan
Bebas yang terdapat di lingkungan
Tidak ada kerjanya.
Pengetahuan 0.062
hubungan Berdasarkan analisis bivariat
Sikap 0.014 Ada hubungan diketahui bahwa praktik tidak aman
lebih banyak ditemukan pada
Pengawasan 0.005 Ada hubungan
responden dengan pengetahuan
Tidak ada kurang baik yaitu sebesar 77.8%
Pelatihan K3 0.072
hubungan dibandingkan dengan responden
yang memiliki pengetahuan baik
yaitu sebesar 39.3%. Berdasarkan
hasil wawancara menggunakan
kuesioner masih terdapat sebesar
59.5% pemandu yang berpendapat

615
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa tidak mengembalikan yang memiliki kategori sikap kurang


peralatan setelah bekerja tidak akan baik yaitu sebesar 70.6% sedangkan
menimbulkan bahaya. pada responden dengan praktik
Berdasarkan uji yang dilakukan, tidak aman dan kategori sikap baik
diperoleh nilai p-value sebesar 0.062 sebesar 30%.
(>0.050), sehingga dapat Berdasarkan hasil uji yang telah
disimpulkan bahwa tidak ada dilakukan didapatkan nilai p-value
hubungan antara pengetahuan sebesar 0.014 (<0.050) yang
dengan praktik tidak aman. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
dikarenakan penyebaran informasi hubungan antara sikap dengan
yang dilakukan oleh manajemen praktik tidak aman pada pemandu
yang dinilai sudah baik. Ini dapat wisata tubing operator X Goa Pindul.
dilihat dari adanya pemasangan Pemandu wisata tubing
banner keselamatan dan Standard Operator X Goa Pindul pada
Operational Procedure (SOP) dasarnya menganggap bahwa
Kepemanduan yang sudah dipasang bergurau dengan sesama pemandu
di setiap buku yang dimiliki pemandu maupun terhadap wisatawan saat
untuk mencatat kegiatan kegiatan kepemanduan merupakan
kesehariannya. hal yang wajar dikarenakan dapat
Saat ini pemandu wisata tubing mencairkan suasana sehingga dapat
di operator X Goa Pindul telah mengurangi ketegangan maupun
memiliki agenda pertemuan rutin ketakutan yang dialami wisatawan.
yaitu setiap satu bulan sekali. Akan tetapi berdasarkan wawancara
Dimana dalam pertemuan tersebut lebih mendalam hal ini terkadang
dibahas permasalahan yang muncul dapat mengakibatkan pemandu
saat kegiatan kepemanduan salah mendapatkan cidera akibat kurang
satunya yang berhubungan dengan fokus saat berjalan.
keselamatan dan praktik kerja dari Pengawasan dengan Praktik Tidak
pemandu sekaligus sebagai wadah Aman
untuk menambah pengetahuan dari Pengawasan yang baik dapat
pemandu. mengidentifikasi kegiatan pekerja
Sikap dengan Praktik Tidak Aman yang tidak aman. Oleh karena itu
Sikap adalah respon yang tidak pengawasan harus dilakukan secara
teramati secara langsung yang berkala atau sesering mungkin
masih tertutup dari seseorang sehingga dapat diketahui tindakan
terhadap stimulus atau objek. Sikap tidak aman dengan segera dan
lebih mengacu pada kesiapan dan dapat dilakukan usaha perbaikan.7
kesediaan untuk bertindak dan Berdasarkan hasil penelitian
bukan pelaksana motif tertentu. diketahui bahwa praktik tidak aman
Sikap merupakan suatu hal yang lebih banyak terdapat pada
kompleks, yang dapat dinyatakan responden yang memiliki kategori
sebagai pernyataan evaluatif, baik pengawasan kurang baik yaitu
menyenangkan ataupun tidak sebesar 75.0% sedangkan pada
menyenangkan. Sikap merupakan responden dengan praktik tidak
determinan penting dalam aman dan kategori pengawasan baik
keselamatan kerja.4 sebesar 28.6%.
Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan hasil uji yang telah
bahwa praktik tidak aman lebih dilakukan didapatkan nilai p-value
banyak terdapat pada responden sebesar 0.005 (<0.050) yang

616
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menunjukkan bahwa terdapat Hasil penelitian menunjukkan


hubungan antara pengawasan praktik tidak aman lebih banyak
dengan praktik tidak aman pada terdapat pada responden yang
pemandu wisata tubing operator X memiliki kategori pelatihan K3
Goa Pindul. kurang baik yaitu sebesar 64.7%
Pengawas dalam hal ini ketua sedangkan pada responden dengan
pemanduan di Operator X Goa praktik tidak aman dan kategori
Pindul memiliki ruangan yang pelatihan K3 baik sebesar 35.0%.
berbeda dengan pemandu, dimana Berdasarkan hasil uji yang telah
tugas pengawas pada dasarnya dilakukan didapatkan nilai p-value
mengkoordinir jadwal kepemanduan sebesar 0.072 (>0.050) yang
bagi pemandu setiap harinya. menunjukkan bahwa tidak terdapat
Dengan adanya pemisahan ruang ini hubungan antara pelatihan K3
mengakibatkan kurangnya pantauan dengan praktik tidak aman pada
terhadap praktik kerja dari pemandu pemandu wisata tubing operator X
wisata apakah sudah sesuai dengan Goa Pindul.
prosedur yang sudah ditetapkan Berdasarkan hasil wawancara
atau belum, sehingga perlu adanya menggunakan kuesioner terhadap
pemantauan lebih rutin baik itu di pemandu wisata tubing operator X
tempat pemandu biasa berkumpul Goa Pindul diketahui bahwa masih
atau sesekali saat melakukan terdapat pemandu yang belum
kegiatan pemanduan sehingga mempunyai lisensi pemanduan
dapat memastikan pemandu khusus. Hal ini dikarenakan sistem
melakukan pratik kerja dengan yang digunakan di semua operator
aman. Beberapa pemandu wisata wisata tubing yang terdapat di Goa
menyatakan bahwa terkadang Pindul secara kuota. Setiap operator
pengawas masih mengabaikan wisata tubing Goa Pindul akan
terkait kesesuaian penggunaan APD mendapat batas kuota bagi
yang digunakan oleh pemandu, pemandunya untuk mendapatkan
selain ini berdasarkan hasil lisensi sehingga hal ini berdampak
wawancara masih terdapat pemandu terhadap tidak meratanya pemberian
yang merasa bahwa kurangnya sertifikasi untuk kepemanduan
pengarahan untuk bekerja aman khusus. Oleh karena itu perlu
yang diberikan oleh pengawasan adanya strategi dari manajemen
terhadap pemandu. untuk memberikan pelatihan K3
Pelatihan K3 dengan Praktik Tidak yang lebih menyeluruh bagi
Aman pemandu wisata sehingga
Pelatihan K3 lebih difokuskan kompetensi dari pemandu bisa
pada penggunaan alat-alat merata. Karena berdasarkan hasil
keselamatan dan prosedur-prosedur wawancara pemandu mengatakan
kerja yang aman untuk mencegah bahwa pelatihan yang diberikan oleh
terjadinya kecelakaan kerja.8 manajemen sudah banyak akan
Pelatihan K3 adalah salah satu tetapi mayoritas pelatihan yang
bentuk proses pendidikan melalui diberikan tidak berhubungan dengan
training, sehingga pekerja akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
memperoleh pengalaman- (K3) secara langsung.
pengalaman belajar yang dapat
menimbulkan perubahan perilaku
mereka.5

617
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

KESIMPULAN 5. Notoadmodjo, S. Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian dan Perilaku Kesehatan.
yang telah dilakukan dapat diambil Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
kesimpulan bahwa tidak ada 6. Notoadmodjo, S. Promosi
hubungan antara pengetahuan dan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
pelatihan K3 dengan praktik tidak Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
aman. Sedangkan terdapat 7. Gibson J. L. et A.
hubungan antara sikap dan Organizations : Behavior,
pengawasan dengan praktik tidak Structure, Processes.
aman terhadap pemandu wisata Singapore: Mc Graw-Hill; 2012.
tubing Operator X Goa Pindul. 8. Bancin A. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tindakan Tidak
SARAN Aman (Unsafe Action) pada
1. Menambahkan agenda Pekerja di PT. Kharisma
sosialisasi terkait K3 secara Cakranusa. Universitas
rutin dalam pertemuan pemandu Sumatera Utara; 2016.
setiap bulannya.
2. Lebih menegaskan dalam hal
pengawasan dengan selalu
memberikan pengarahan rutin
setiap harinya sebelum
dimulainya kegiatan
pemanduan.
3. Bagi pemandu mengikuti
kegiatan sosialisasi dan
pelatihan K3 yang dilakukan
oleh manajemen dan
memastikan selalu bekerja
mengikuti prosedur kerja yang
aman yang sudah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. ILO. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Tempat
Kerja. 1st ed. Jakarta:
International Labour Office;
2013.
2. ILO. Pencegahan kecelakaan,
Seri manajemen. 1st ed.
Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo; 1989.
3. Ramli S. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Dian Rakyat;
2010.
4. Winarsunu. Psikologi
Keselamatan Kerja. Malang: UP
Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang; 2008.

618

You might also like