You are on page 1of 9

JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO.

2 2019 e-ISSN 2477-5525


p-ISSN 2406-8810

Received : July 2019 Accepted : August 2019 Published : October 2019

Determinan Perilaku Keselamatan Kerja: Peran Faktor Personal Penjamah


Makanan di Warung Lesehan Malioboro
Anita Sulistyorini1*, Mohammad Zen Rahfiludin2, and Suroto3
1,2,3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

*E-mail:anitasulistyorini.ns@gmail.com

Abstract
Safety behavior has become a vital factor in reducing and even preventing work accidents. Although many
studies have examined safety behavior and the factors that influence it, including personal and situational factors,
the study is limited to formal industries with high risk. Besides, empirically individual elements have been shown to
have a more significant influence on safety behavior. Therefore, this study aims to describe the safety behavior and
the personal factors that influence it, which include the safety knowledge, safety attitudes, and safety motivation of
food handlers at Warung Lesehan Malioboro. This study involved randomly 110 food handlers at Warung Lesehan
Malioboro. Collecting data in this study used a questionnaire technique to measure the safety knowledge, safety
attitudes, safety motivations, and safety behaviors of food handlers. Data analysis used descriptive statistics, t-test,
F-test, and coefficient of determination (adjusted R2). These study findings showed that the description of the factors
of safety knowledge, safety attitudes, safety motivations, and safety behaviors of food handlers with good enough
quality. Also, partially, the safety knowledge, safety attitudes, and safety motivation were proven to influence the
work safety behavior of food handlers. Simultaneously, the factors of safety knowledge, safety attitudes, and safety
motivation also affect the work safety behavior of food handlers. The contribution of these three determinant factors
had an influence of 66% on the work safety behavior of food handlers at Warung Lesehan Malioboro.

Keywords : safety motivation, safety knowledge, safety behavior, sefety attitude

Abstrak
Perilaku keselamatan telah menjadi faktor vital untuk mengurangi dan bahkan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Meskipun telah banyak studi yang mengkaji perilaku keselamatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang meliputi faktor personal dan situasional, namun studi tersebut terbatas pada industri formal
dengan resiko yang tinggi. Selain itu, secara empiris faktor personal terbukti memiliki pengaruh yang lebih besar
pada pembentukan perilaku keselamatan. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku
keselamatan dan faktor personal yang mempengaruhinya yang meliputi pengetahuan, sikap, dan motivasi
keselamatan para penjamah makanan di Warung Lesehan Malioboro. Studi ini melibatkan secara acak 110 penjamah
makanan di Warung Lesehan Malioboro. Pengumpulan data dalam studi ini menggunakan teknik kuesioner untuk
mengukur pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku keselamatan penjamah makanan. Analisis data menggunakan
statistik deskriptif, uji t, uji F, dan koefisien determinsi (Adjusted R2). Hasil studi menunjukkan bahwa gambaran
faktor pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku keselamatan para penjamah makanan berketgori cukup baik. Selain
itu, secara parsial faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi keselamatan terbukti mempengaruhi perilaku keselamatan
kerja para penjamah makanan. Secara simultan, faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi juga mempengaruhi perilaku
keselamatan kerja para penjamah makanan. Kontribusi ketiga faktor determinan yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
dan motivasi memberikan pengaruh sebesar 66% terhadap perilaku keselamatan kerja para penjamah makanan di
Warung Lesehan Malioboro.

Kata kunci : motivasi keselamatan, pengetahuan keselamatan, perilaku keselamatan, sikap


keselamatan

77
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

1. Pendahuluan penggorengan panas, meningkatkan risiko


Kajian kecelakaan kerja di berbagai luka bakar, dan tergelincir serta jatuh karena
industri merupakan proses penting dalam kelembaban di lantai dapur[7]–[9].
mengembangkan kebijakan Penyebab utama terjadinya kasus
pencegahannya[1]. Bahkan perilaku kecelakaan kerja pada umumnya dipengaruhi
keselamatan kerja diyakini telah menjadi oleh faktor personal dan situasional namun
faktor kunci untuk mengurangi dan bahkan faktor personal diyakini memiliki pengaruh
mencegah terjadinya kecelakaan kerja[2]. lebih besar. Hal ini sesuai dengan temuan
Meningkatnya angka kecelakaan kerja studi sebelumnya yang menyatakan bahwa
disebabkan oleh rendahnya perilaku faktor yang mempunyai pengaruh lebih kuat
keselamatan di tempat kerja. Pekerja masih dalam proses perubahan perilaku adalah faktor
menganggap bahwa implementasi perilaku individual[10]. Beberapa contoh faktor
keselamatan akan menurunkan produktivitas personal yang memiliki peran penting yaitu
kerja mereka. Padahal, penerapan perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan motivasi
keselamatan kerja selain memberikan dampak keselamatan kerja [11]–[15].
pada upaya pencegahan terjadinya kecelakaan Menurut Maulidhasari[16] bahwa
kerja juga berdampak pada peningkatan pengetahuan menjadi dasar terhadap
produktivitas kerja jika dilakukan dengan konsistensi perilaku seseorang, selain itu juga
komitmen yang baik. dijelaskan bahwa pengetahuan menentukan
Sejauh ini, penelitian tentang perilaku perilaku seseorang. Temuan ini serupa dengan
keselamatan kerja banyak dilakukan pada teori Notoatmodjo[17] yang menyatakan
industri formal yang memiliki tingkat resiko bahwa perilaku yang akan bertahan lama
kerja tinggi[3]–[6]. Sementara itu, penelitian adalah perilaku yang didasari oleh
perilaku keselamatan kerja di industri pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
informal dengan resiko kerja yang rendah positif.
belum banyak dilakukan. Padahal sektor Studi sebelumnya juga mengungkapkan
inidustri ini tidak luput dari kasus-kasus bahwa faktor sikap juga berperan penting
kecelakaan kerja. dalam membentuk perilaku individu. Secara
Salah satu industri informal yang perlu teoritis, sikap terbentuk dari pengalaman
mendapatkan perhatian dalam pengembangan seseorang yang mempengaruhi respon
perilaku keselamatan kerja yaitu pedagang terhadap semua obyek, yang diwujudkan
kaki lima seperti Warung Lesehan Malioboro. dalam keadaan siap yang berupa mental[18].
Letak operasional sektor ini sangat strategis Sikap keselamatan dapat diartikan sebagai
karena berada pada area wisata Malioboro kesiapan serta kesediaan untuk bertindak dan
Yogyakarta. Wisata Malioboro telah luas melaksanakan segala pelaksanaan kerja yang
dikenal oleh wisatawan lokal maupun sesuai dengan ketentuan keselamatan dan
internasional, sehingga jaminan keamanan kesehatan kerja[18]. Dalam definisi lain sikap
pangan dan resiko akibat pekerjaan harus diartikan pernyataan evaluatif yang
diperhatikan agar memberikan kepuasan bagi menyenangkan maupun tidak menyenangkan
para wisatawan. terhadap individu, objek, atau suatu peristiwa
Perilaku keselamatan kerja yang perlu yang mencerminkan perasaan seseorang
diterapkan bagi penjamah makanan yaitu terhadap sesuatu[19].
seperti penyimpanan bahan baku, pengolahan Faktor penting lainnya yaitu motivasi
makanan, dan penyajian makanan demi keselamatan. Motivasi keselamatan diyakini
menjaga keamanan pangan dan kesehatan secara empiris mampu mempengaruhi
konsumen. Secara empiris, kasus kecelakaan perilaku keselamatan kerja[20], [21]. Motivasi
kerja yang sering terjadi pada juru masak adalah proses pengambilan keputusan dimana
seperti terpapar dengan wajan atau individu memilih hasil yang diinginkan dan
menggerakkan perilaku yang sesuai untuk
78
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

memperolehnya[22]. Sama halnya menurut 2. Metoda Penelitian


Duncan [23], motivasi adalah usaha untuk Studi ini melibatkan penjamah makanan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam di Warung Lesehan Malioboro, Yogyakarta-
meningkatkan tujuan organisasi semaksimal Indonesia sebagai responden. Sebanyak 110
mungkin. Sementara itu, definisi motivasi responden terlibat dalam pengisian kuesioner.
keselamatan kerja yaitu kemauan seseorang Instrumen penelitian diadaptasi dan
untuk mengerahkan usaha untuk berperilaku dikembangkan dari penelitian sebelumnya.
selamat[24]. Penelitian sebelumnya Instrumen yang dikembangkan divalidasi
menunjukkan bahwa motivasi keselamatan ulang oleh expert judment. Instrumen
mempunyai pengaruh terhadap perilaku pengetahuan keselamatan diadaptasi dan
keselamatan kerja[25]. dikembangkan dari Hafrida [27], sikap
Mengacu pada basis data tentang keselamatan dari Muhammadfam, et al[28],
perilaku keselamatan kerja khususnya pada motivasi keselamatan dari Shin, Gwak, dan
permasalahan di sektor usaha informal Lee[25] dan Griffin & Neal[29], terakhir
Warung Lesehan Malioboro, maka perlu perilaku keselamatan dari Shin et al.[25] dan
dilakukan penelitian atau kajian studi tentang Griffin & Neal[29]. Masing-masing isntrumen
pentingnya perilaku keselamatan dan faktor- memiliki nilai alpha Cronbach 0.76, 0.84,
faktor yang mempengaruhinya. Secara 0.72, dan 0.74.
khusus, studi ini bertujuan untuk mengetahui Analisis data dalam studi ini
gambaran faktor pengetahuan, sikap, motivasi, menggunakan software SPSS version 21
dan perilaku keselamatan kerja para penjamah untuk menganalisis statistik deskriptif setiap
makanan di Warung Lesehan Malioboro. variabel dengan tiga kategori yaitu baik,
Selain itu, studi ini bertujuan untuk cukup baik, dan kurang baik[30]. Analisis ini
menganalisis pengaruh faktor pengetahuan, digunakan untuk mengetahui gambaran
sikap, dan motivasi keselamatan terhadap capaian setiap variabel. Selain itu, untuk
perilaku keselamatan kerja baik secara parsial mengetahui pengaruh variabel independen
maupun simultan. Terakhir, studi ini bertujuan secara individu pada variabel dependen
untuk mengetahui besaran determinan menggunakan analisis uji t. Kriteria
pengetahuan, sikap, dan motivasi dalam pengambilan keputusan uji hipotesis dengan
mempengaruhi perilaku keselamatan kerja ketentuan jika p-value < 0.05 maka hipotesis
para penjamah makanan di Warung Lesehan diterima. Selanjutnya, untuk mengetahui
Malioboro. Hubungan antar variabel pada pengaruh secara simultan variabel independen
penelitian ini ditunjukkan pada gambar 1. terhadap variabel dependen menggunakan uji
F. Kriteria pengambilan keputusan uji
Pengetahuan hipotesis dengan ketentuan jika p-value < 0.05
Keselamatan maka hipotesis diterima. Terakhir, untuk
mengetahui kontribusi pengetahuan, sikap,
Perilaku
Motivasi Keselamatan dan motivasi terhadap perilaku keselamatan
Keselamatan dan Kesehatan menggunakan uji koefisien determinasi
Kerja (Adjusted R2). Semakin besar atau mendekati
angka 1 maka dinyatakan pengaruhnya sangat
Sikap baik.
Keselamatan
3. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Gambar 1. Kerangka Berfikir 3.1. Hasil Penelitian
Uji validitas dan reliabilitas
Analisis Person Correlation dan alpha
Cronbach digunakan untuk menganalisis
validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil
79
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

mengungkapkan bahwa semua item valid masing variabel independen baik


(0.51** ~ 0.95**) dan reliabel (0.81 ~ 0.92) pengetahuan, sikap, ataupun motivasi
(Tabel 1). Ini menunjukkan bahwa instrumen keselamatan memiliki pengaruh pada perilaku
cukup kompeten untuk mengukur keselamatan.
pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku Sementara itu, pengaruh secara
keselamatan [31]. bersama-sama yang meliputi faktor
pengetahuan, sikap, dan motivasi keselamatan
Table 1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen terhadap perilaku keselamatan penjamah
Penelitian makanana diuji dengan menggunakan uji F
Variables (N) Validity Reliability dengan kriteria pengambilan keputusan p-
PK (7) 0.53**  0.95** 0.811 value < 0.05 maka hipotesis diterima[32].
SK (10) 0.65**  0.82** 0.917 Pada tabel 3 menunjukkan bahwa faktor
MK (9) 0.59**  0.80** 0.874 pengetahuan, sikap, dan motivasi keselamatan
SB (9) 0.51**  0.88** 0.878
secara simultan memiliki pengaruh yang
Keterangan: PK= pengetahuan keselamatan; signifikan pada perilaku keselamatan para
SK= sikap keselamatan; MK= motivasi penjamah makanan di Waruung Lesehan
keselamatann; SB= perilaku keselamatan; **= Malioboro.
signifikan pada level 0.01
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis (Regresi
Analisis Statistik Deskriptif Sederhana dan Berganda)
Analisis statistik deskriptif digunakan Hipotesis T- P- Hasil
untuk mengetahui capaian atau gambaran Statistics Values
faktor pengetahuan, sikap, motivasi, dan
PK  SB 3.446 0.001 Signifikan
perilaku para penjamah makanan di Warung SK  SB 5.216 0.000 Signifikan
Lesehan Malioboro. Tabel 2 menunjukkan MK  SB 3.653 0.000 Signifikan
bahwa sebagian besar capaian variabel PK, SK, MK 70.105 (F- 0.000 Signifikan
penelitian berada pada kategori cukup baik.  SB statistics)
Tabel 2. Deskripsi Capaian Variabel Keterangan: PK= pengetahuan keselamatan;
Kategori Frekuensi (%) SK= sikap keselamatan; MK= motivasi
PK SK MK SB keselamatann; SB= perilaku keselamatan
Baik 0 16.4 13.6 14.5
Cukup 86.4 61.8 70 69.1
Kurang 13.6 21.8 16.4 16.4 Tahap akhir untuk mengetahui
Total 100 100 100 100 kontribusi besaran pengaruh variabel
Keterangan: PK= pengetahuan keselamatan; independen terhadap variabel dependen
SK= sikap keselamatan; MK= motivasi digunakan uji koefisien determinasi (Adjusted
keselamatann; SB= perilaku keselamatan R Square). Tabel 4 menunjukkan bahwa
besaran pengaruh pengetahuan, sikap, dan
Pengujian Hipotesis motivasi keselamatan terhadap perilaku
Selanjutnya, tahap akhir untuk keselamatan kerja para penjamah makanana di
mengetahui kebermaknaan pengaruh pada Warung Lesehan Malioboro yaitu sebesar
masing-masing hipotesis dilakukan uji 66% (0.655).
hipotesis dengan analisis regresi sederhana
dan berganda. Uji regresi sederhana Tabel 4. Hasil Uji Determinasi
menggunakan uji t dengan kriteria R R Square Adjusted R Std.
Square Error
pengambilan keputusan p-value < 0.05 maka
0.815 0.665 0.655 0.31
hipotesis diterima[32]. Pada tabel 3
menunjukkan bahwa semua hipotesis pada
regresi sederhana diterima dengan p-value <
0.05. Temuan ini bermakna bahwa masing-
80
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

3.2. Pembahasan menanamkan perilaku keselamatan kerja.


Faktor Pengetahuan Keselamatan Sebagai Kegiatan pelatihan non formal dalam bentuk
Prediktor Perilaku Keselamatan penyuluhan dan sejenisnya selama ini
Salah satu hasil penelitian ini diinisiasi oleh Paguyuban Pedagang Lesehan
menunjukkan bahwa pengetahuan Malioboro (PPLM). Paguyuban ini
keselamatan memberikan pengaruh yang membawahi komunitas para pedagang lesehan
signifikan terhadap perilaku keselamatan makanan di Malioboro. Salah satu peran dan
penjamah makanan di Warung Lesehan fungsi tersebut yaitu memberikan peran
Malioboro. Hasil ini mempertegas studi penting dalam mengedukasi para penjamah
sebelumnya yang dilakukan oleh Vinodkumar makanan. Peran edukasi ini penting dilakukan
dan Bhasi (2010), hasil studinya menyatakan untuk meningkatkan kesadaran dan
bahwa pengetahuan merupakan prediktor pemahahan para penjamah makanan. Menurut
perilaku keselamatan dan kesehatan kerja bagi Schrader dan Lawless (2004) bahwa
para pekerja. Secara teori, perilaku dibentuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman
melalui rangsangan atau stimulus dari luar. (seperti pengetahuan) merupakan intervensi
Salah satunya yaitu pengetahuan yang kunci untuk mempengaruhi dan meningkatkan
terbentuk melalui pengalaman ataupun sikap dan perubahan perilaku.
pendidikan dan pelatihan. Seperti halnya yang Pengetahuan keselamatan yang baik
diungkapkan oleh Notoatmodjo (2014a), ia akan membantu mendorong kesadaran dan
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan pemahaman tentang keselamatan kerja bagi
hasil olahan pikiran manusia terhadap para penjamah makanan. Muatan pengetahuan
stimulus. Stimulus yang dimaksud dapat keselamatan yang perlu ditanamkan meliputi
berupa pengalaman maupun pendidikan. pemahaman penggunaan alat pelindung diri
Merujuk pada hasil analisis statistik (seperti, penggunaan sepatu dan celemek),
deskriptif menunjukkan bahwa kategori hasil prosedur penyimpanan bahan baku,
pengetahuan keselamatan kerja bagi penjamah kecelakaan kerja di dapur, dan penggunaan
makanan di Warung Lesehan Malioboro alat pemadam api ringan. Dalam konteks ini,
masuk dalam kategori cukup baik. Proses pemilik warung lesehan juga turut andil dalam
pembentukan pengetahuan tersebut dapat memberikan edukasi kepada pekerjanya baik
terbentuk melalui pengalaman dan pendidikan secara langsung maupun tidak langsung
baik formal maupun non formal. Jika melalui melalui paguyuban.
pendidikan formal dinilai tidak banyak
memberikan sumbangsih karena hampir
sebagian besar penjamah makanan di Faktor Sikap Keselamatan Sebagai Prediktor
Malioboro lulusan SMP (42%) dan SMA Perilaku Keselamatan
(40%). Artinya, muatan kurikulum pada Prediktor perilaku keselamatan dan
jenjang pendidikan tersebut tidak banyak kesehatan kerja selain pengetahuan yaitu sikap
memuat tentang muatan materi keselamatan keselamatan. Hasil penelitian ini
dan kesehatan kerja. Dengan demikian, proses menunjukkan bahwa sikap keselamatan secara
pembentukan pengetahuan mereka dapat langsung signifikan mempengaruhi perilaku
diperoleh melalui pendidikan non formal keselamatan para penjamah makanan di
seperti melalui pelatihan atau penyuluhan Warung Lesehan Malioboro. Hasil ini
ataupun pengalaman mereka. bermakna bahwa untuk meningkatkan
Pemberian kegiatan pelatihan secara perilaku keselamatan diperlukan penguatan
berkala akan sangat membantu para penjamah kesiapan mental untuk bertindak dengan
makanan untuk senantiasa menjaga dan memprioritaskan keselamatan kerja. Temuan
mengembangkan pengetahuan keselamatan ini secara mendasar mendukung pernyataan
mereka, khususnya dalam meningkatkan Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa
kesadaran mereka terhadap pentingnya sikap dianggap sebagai kesediaan individu
81
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

untuk bertindak dan pelaksanaan motif Proses internalisasi sikap keselamatan


tertentu. Pernyataan ini menggambarkan bagi para penjamah makanan juga perlu
secara tersirat bahwa sikap sebagai faktor ditanamkan melalui penguatan pengetahuan
anteseden sebelum seseorang bertindak mereka tentang keselamatan kerja. Karena
khususnya dalam konteks tindakan atau pada hakekatnya pencapaian tahap akhir sikap
perilaku keselamatan. dalam bentuk penerimaan dimulai dari
Selain itu, teori sebelumnya menyatakan perhatian dan pengertian. Kedua aspek ini
bahwa sikap terbentuk melalui tiga tahap yaitu yaitu perhatian dan pengertian sangat erat
perhatian, pengertian, dan penerimaan [18]. kaitannya dengan seberapa besar informasi
Tahap akhir dari pembentukan sikap ditandai yang mereka pahami mengenai keselamatan
adanya perubahan sikap sebagai bentuk reaksi kerja di tempat kerjanya. Selain itu, studi
dalam sebuah tindakan. Berdasarkan tahapan sebelumnya menunjukkan bahwa pengetahuan
pembentuk sikap tersebut, maka dapat mampu mempengaruhi sikap seseorang [33].
dipahami bahwa sikap keselamatan Dengan demikian, kegiatan pelatihan atau
merupakan kesiapan seseorang untuk penyuluhan menjadi aspek penting dalam
bertindak dalam konteks pelaksanaan kerja rangka membangun kesadaran mereka untuk
yang sesuai ketentuan keselamatan dan membentuk sikap positif yang baik mengenai
kesehatan kerja [18]. Inilah alasan mendasar keselamatan kerja dan pada gilirannya akan
kenapa faktor sikap keselamatan memberikan membentuk perilaku keselamatan mereka.
pengaruh langsung terbesar terhadap perilaku
keselamatan daripada faktor pengetahuan Faktor Motivasi Keselamatan Sebagai
maupun motivasi keselamatan. Alasannya Prediktor Perilaku Keselamatan
yaitu karena sikap penerimaan dan kesiapan Hasil berikutnya dalam penelitian ini
bertindak sangat erat kaitannya dengan proses yaitu motivasi keselamatan secara langsung
pembentukan perilaku sesorang. Kesiapan dan positif mempengaruhi perilaku
bertindak tersebut mencakup kesiapan keselamatan. Artinya, perilaku keselamatan
implementasi personal hygiene, sikap para penjamah makanan di Warung Lesehan
kepatuhan larangan, ketelitian atau Malioboro dapat ditingkatkan dengan
kecermatan bekerja, dan sikap prioritas meningkatkan motivasi keselamatan
terhadap keamanan kerja. pekerjanya. Hasil ini sama halnya dengan
Hasil analisis statistik deskriptif hasil studi sebelumnya [20], [21] yang
menunjukkan bahwa kategori pencapaian menunjukkan bahwa motivasi keselamatan
sikap keselamatan penjamah makanan di mampu memprediksi perilaku keselamatan
Warung Lesehan Malioboro termasuk pekerja. Temuan ini sangat masuk akal jika
kategori cukup baik. Ini bermakna bahwa dikaitkan dengan teori motivasi, dalam teori
internalisasi kesiapan personal hygiene, sikap motivasi keselamatan mengungkapkan bahwa
kepatuhan larangan, ketelitian atau motivasi merupakan kemauan seseorang
kecermatan bekerja, dan sikap prioritas untuk mengerahkan usaha untuk berperilaku
terhadap keamanan kerja menunjukkan selamat [24]. Dalam pemahanan ini, motivasi
kategori yang cukup baik. Hasil ini berperan untuk mengarahkan tindakan
berbanding lurus antara perolehan kategori seseorang sesuai motif yang diharapkan.
sikap dan perilaku keselamatan mereka yaitu Pada prinsipnya banyak cara untuk
keduanya pada kategori cukup baik. Semakin meningkatkan motivasi keselamatan
tinggi kesiapan para penjamah makanan untuk seseorang dalam bekerja, salah satunya
bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terjaminnya rasa aman dan nyaman ketika
keselamatan dan kesehatan kerja maka akan bekerja. Dorongan motif untuk bekerja secara
semakin besar perubahan perilaku aman dan nyaman akan mampu mengarahkan
keselamatan kerja mereka. seseorang bertindak secara hati-hati untuk
dirinya dan bahkan untuk dapat
82
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

mempengaruhi orang lain agar bertindak terhadap perilaku keselamatan kerja penjamah
secara aman. Selain itu, motif ini juga mampu makanan. Terakhir, ketiga variabel
mengarahkan kita untuk terlibat dalam independen meliputi pengetahuan, sikap, dan
kegiatan-kegiatan keselamatan kerja atau motivasi berkontribusi memberikan pengaruh
setidaknya memprioritaskan keselamatan sebesar 66% terhadap pembentukan perilaku
dalam bekerja. Seperti halnya dalam keselamatan kerja para penjamah makanan di
penelitian ini, motivasi keselamatan para Warung Lesehan Malioboro.
penjamah makanan diukur melalui beberapa Hasil studi ini memberikan implikasi
indikator motivasi keselamatan seperti pada pelaku usaha kuliner agar dapat
prioritas keselamatan, rasa keamanan memperhatikan penguatan kapasitas
personal, mengurangi resiko, kenyamanan, pengetahuan, sikap, dan motivasi para
reaksi kolega, reaksi atasan. penjamah makanan melalui program-program
Oleh karena itu, penting dilakukan edukasi. Selain itu, pengembangan program
penguatan motivasi keselamatan bagi para edukasi juga tidak hanya memprioritaskan
penjamah makanan ketika bekerja. Beberapa peningkatan kapasitas pengetahuan, namun
upaya yang dapat dilakukan oleh para pihak juga perlu melibatkan penguatan kapasitas
terkait seperti paguyuban atau pemilik sikap dan motivasi keselamatan dalam muatan
restoran untuk memberikan penghargaan materi edukasinya.
(reward) dan hukuman (punishment) bagi para
pekerja yang mepriorotaskan keselamatan 5. Saran
kerja. Seperti halnya yang disampaikan oleh Hasil studi ini perlu dikembangkan untuk
Vinodkumar dan Bhasi (2010) bahwa upaya mendapatkan mekanisme penguatan perilaku
yang dapat dilakukan manajemen untuk keselamatan kerja dengan melibatkan faktor
memotivasi para pekerja yaitu dengan pengetahuan, sikap, dan motivasi keselamatan
pemberian insentif, sistem reward atau kerja. Rekomendasi penelitian dengan
penghargaan kepada para pekerja. menggunakan analisis Structural Equation
Secara garis besar, salah satu temuan ini Modeling (SEM) sangat disarankan. Analisis
menyoroti peran penting dari motivasi SEM mampu menjawab bagaimana
keselamatan dalam meningkatkan perilaku membangun model peningkatan perilaku
keselamatan yang baik terutama dalam keselamatan dengan melibatkan faktor
konteks industri informal seperti para pengetahuan, sikap, dan motivasi keselamatan
pedagang kaki lima (warung kesehan). atau bahkan dengan menyertakan faktor lain
Semakin kuat motivasi keselamatan para yang diyakini memiliki pengaruh besar.
penjamah makanan di Warung Lesehan
Malioboro maka akan semakin besar kemauan 6. Daftar Pustaka
untuk bertindak secara aman.
[1] S. Buchanan et al., “Occupational
4. Kesimpulan injury disparities in the US hotel
Hasil studi ini mengungkapkan bahwa industry,” Am. J. Ind. Med., vol. 53, no.
gambaran deskriptif pengetahuan, sikap, 2, pp. 116–125, 2010.
motivasi, dan perilaku keselamatan kerja [2] International Labour Organization,
penjamah makanan di Warung Lesehan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Malioboro masuk kategori cukup baik. Sarana untuk Produktivitas (Pedoman
Temuan lainnya, faktor pengetahuan, sikap, Pelatihan untuk Manajer dan Pekerja).
dan motivasi keselamatan secara parsial Jakarta: International Labour Office,
memiliki pengaruh terhadap perilaku 2013.
keselamatan kerja. Selain itu, secara simultan [3] M. T. Newaz, P. Davis, M. Jefferies,
faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi and M. Pillay, “The psychological
keselamatan memiliki pengaruh signifikan contract: A missing link between safety
83
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

climate and safety behaviour on risky driving behaviors including group


construction sites,” Saf. Sci., vol. 112, violations for e-bike riders in China,”
pp. 9–17, 2019. Transp. Res. Part F Traffic Psychol.
[4] P. Zhang, N. Li, Z. Jiang, D. Fang, and Behav., vol. 56, pp. 344–353, 2018.
C. J. Anumba, “An agent-based [13] F. Kalua, “The Relationship between
modeling approach for understanding Knowledge, Attitude and Practices
the effect of worker-management Ofcare Givers and Food Hygiene in
interactions on construction workers’ Day Care Centers,” Technikon Pretoria,
safety-related behaviors,” Autom. 2001.
Constr., vol. 97, pp. 29–43, 2019. [14] W. Ko, “The relationship among food
[5] B. H. W. Guo, T. W. Yiu, and V. A. safety knowledge , attitudes and self-
González, “Predicting safety behavior reported HACCP practices in restaurant
in the construction industry: employees,” Food Control, vol. 29, no.
Development and test of an integrative 1, pp. 192–197, 2013.
model,” Saf. Sci., vol. 84, pp. 1–11, [15] A. Hedlund, K. Gummesson, A. Rydell,
2016. and I. Andersson, “Safety motivation at
[6] F. Guennoc, C. Chauvin, and J.-C. Le work : Evaluation of changes from six
Coze, “The activities of occupational interventions,” Saf. Sci., vol. 82, pp.
health and safety specialists in a high- 155–163, 2016.
risk industry,” Saf. Sci., vol. 112, pp. [16] D. N. Maulidhasari, “Faktor-Faktor
71–80, 2019. Yang Berhubungan Dengan Perilaku
[7] T. K. Courtney, Y. H. Huang, S. K. Berbahaya (Unsafe Act) Pada Bagian
Verma, W. R. Chang, K. W. Li, and A. Unit Intake PT.Indonesia Power Unit
J. Filiaggi, “Factors influencing Bisnis Pembangkitan (UBP)
restaurant worker perception of floor Semarang,” Universitas Dian
slipperiness,” J. Occup. Environ. Hyg., Nuswantoro, Semarang, 2011.
vol. 3, no. 11, pp. 592–598, 2006. [17] S. Notoatmodjo, Pendidikan Dan
[8] HSE, “A recipe for safety: Health and Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
safety in food and drink manufacture,” Cipta, 2003.
2015. [Online]. Available: [18] B. Endroyo, “Faktor-faktor yang
http://www.hse.gov.uk/pubns/books/hs berperan terhadap peningkatan sikap
g252.htm. [Accessed: 11-Dec-2018]. keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
[9] ILO, “Restaurants – ILO Encyclopedia para pelaku jasa konstruksi di
of Occupational Health and Safety,” semarang,” J. Tek. Sipil dan Perenc.
2011. . UNNES, vol. 12, no. 1993, pp. 111–
[10] R. W. Lent et al., “The role of 120, 2010.
contextual supports and barriers in the [19] S. P. Robbins, T. A. Judge, B. Millet,
choice of math/science educational and M. Boyle, Organisational
options: A test of social cognitive Behavior, 7th ed. Australia: Pearson
hypotheses,” J. Couns. Psychol., vol. Education, 2013.
48, no. 4, pp. 474–483, 2001. [20] R. M. Choudry, D. Fang, and H.
[11] A. Silla and V.-P. Kallberg, “Effect of Lingard, “Measuring Safety Climate of
railway safety education on the safety a Construction Company,” 2009.
knowledge and behaviour intention of [21] M. N. Vinodkumar and M. Bhasi,
schoolchildren,” Eval. Program Plann., “Safety management practices and
vol. 55, pp. 9–16, 2016. safety behaviour: Assessing the
[12] C. Wang, C. Xu, J. Xia, and Z. Qian, mediating role of safety knowledge and
“The effects of safety knowledge and motivation,” Accid. Anal. Prev., vol.
psychological factors on self-reported 42, no. 6, pp. 2082–2093, 2010.
84
JURNAL SAINS TERAPAN VOL. 5 NO. 2 2019 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

[22] K. Dartey-Baah, “Job satisfaction and Company, 1980.


motivation: Understanding its impact [31] J. F. Hair, W. C. Black, B. J. Babin,
on employee commitment and and R. E. Anderson, Multivariate data
organisational performance,” Acad. analysis: A global perspective, 7th.
Leadersh., vol. 8, no. 4, 2010. Upper Saddle River: Pearson Prentice
[23] S. Notoatmodjo, Ilmu Perilaku Hall, 2010.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, [32] I. Ghozali, Aplikasi analisis
2014. multivariate dengan program IBM
[24] A. Neal and M. A. Griffin, “A study of SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit
the lagged relationships among safety Universitas Diponegoro, 2011.
climate, safety motivation, safety [33] P. G. Schrader and K. A. Lawless, “The
behavior, and accidents at the knowledge, attitudes, & behaviors
individual and group levels,” J. Appl. approach: How to evaluate
Psychol., vol. 91, no. 4, pp. 946–953, performance and learning in complex
2006. environments,” Perform. Improv., vol.
[25] D. P. Shin, H. S. Gwak, and D. E. Lee, 43, pp. 8–15, 2004.
“Modeling the predictors of safety [34] S. Notoatmodjo, Promosi Kesehatan
behavior in construction workers,” Int. dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, 2007.
J. Occup. Saf. Ergon., vol. 21, no. 3,
pp. 298–311, 2015.
[26] C. Chen and S. Chen, “Measuring the
effects of Safety Management System
practices , morality leadership and self-
efficacy on pilots ’ safety behaviors :
Safety motivation as a mediator,” Saf.
Sci., vol. 62, pp. 376–385, 2014.
[27] E. Hafrida, “Kuesioner penelitian
pengaruh faktor personal dan
manajemen K3 terhadap tindakan tidak
aman pada pekerja di PT. Inti Benua
Perkasatama Dumai,” Repos. Institusi
Sumatera Utara, 2015.
[28] I. Mohammadfam, F. Ghasemi, O.
Kalatpour, and A. Moghimbeigi,
“Constructing a Bayesian network
model for improving safety behavior of
employees at workplaces,” Appl.
Ergon., vol. 58, pp. 35–47, 2017.
[29] M. A. Griffin and A. Neal,
“Perceptions of safety at work: a
framework for linking safety climate to
safety performance, knowledge, and
motivation.,” J. Occup. Health
Psychol., vol. 5, no. 3, pp. 347–358,
Jul. 2000.
[30] G. Sax, Principles of education and
psychological measurement and
evaluation, 2nd editio. Belmont,
California: Wadsworth Publishing
85

You might also like