You are on page 1of 9

Jurnal Kesehatan

Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Analisis Perilaku Pekerja Gondola PT. Waringin Megah


Proyek Springhill Condotel Lampung

Zamahsjari Sahli1, Triyanto2


1,2
Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Mitra Lampung, Indonesia
Email: ahmad.zamahsjari@gmail.com

Abstract: Analysis of Gondola Worker Behavior of PT. Waringin Megah Springhill


Condotel Lampung Project. This research was conducted at Springhill Condotel Lampung to
find out and dig deeper into the behavior of gondola workers. This study used a qualitative study
approach. Information collection and retrieval is obtained through observation, in-depth
interviews, and document studies. The supporting factors that have not supported the gondolier
workers to behave safely are knowledge of the hazards, the bad perception about Personal
Protective Equipment (PPE), and the undisciplined attitude of the workers Using PPE. On the
enabling factor, it was found out that the availability of PPE and the existing rules in the project
enables gondola workers to behave safely, but still found unsafe acts. And on the reinforcement
factor, less supervision was found from supervisors and safety. Company to provide information
about hazards of gondolas, tighten the control of PPE, and provide safe behavior training. Gondola
workers to ask supervisors and OSH sections on things they do not know, change poor perceptions
better about the use of PPE, and to improve negative attitudes in the use of PPE and regulations.

Keywords: Construction, Behavior of gondola workers, Qualitative

Abstrak: Analisis Perilaku Pekerja Gondola PT. Waringin Megah Proyek Springhill
Condotel Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam
mengenai perilaku pekerja gondola dalam bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kualitatif. Pengambilan dan penggalian informasi diperoleh melalui observasi, wawancara
mendalam dan studi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa faktor pendorong
yang belum mendukung pekerja gondola untuk berperilaku aman dalam bekerja yaitu pengetahuan
tentang bahaya yang ada di proyek, persepsi buruk yang dimiliki pekerja mengenai penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD), serta sikap pekerja yang tidak disiplin dalam menggunakan APD. Pada
faktor pemungkin, didapatkan hasil bahwa ketersediaan APD dan peraturan yang ada di proyek
sangat memungkinkan pekerja gondola berperilaku aman dalam bekerja, namun masih juga
ditemukan pekerja gondola yang berperilaku tidak aman. Dan pada faktor penguat, adanya
pengawasan dari pengawas dan bagian K3 memberikan pengaruh positif terhadap perilaku pekerja
gondola dalam bekerja. Bagi pihak perusahaan, seharusnya memberikan informasi mengenai
bahaya yang ada di aktifitas gondola, memperketat pengawasan pemakaian APD, serta
memberikan pelatihan mengenai perilaku aman, khususnya tentang penggunaan APD kepada setiap
pekerja gondola. Dan bagi pekerja gondola sebaiknya bertanya kepada pengawas maupun bagian
K3 mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui, mengubah persepsi yang buruk menjadi lebih
baik mengenai penggunaan APD saat bekerja, serta memperbaiki sikap yang negatif (tidak disiplin)
dalam pemakaian APD dan peraturan.

Kata kunci: Konstruksi, Perilaku pekerja gondola, Kualitatif

Terkait isu keselamatan kerja saat ini, data 2016 mengalami penurunan dibandingkan 2015.
dari International Labour Organization (ILO) Namun angka pekerja yang meninggal akibat dari
menyatakan terdapat sekitar 6000 insiden fatal kecelakaan tersebut meningkat 349,4 persen pada
yang terjadi setiap harinya di lingkungan kerja di periode yang sama. Data BPJS Ketenagakerjaan
seluruh dunia. Di Indonesia, insiden kecelakaan menggambarkan penurunan (8%) kecelakaan
kerja terjadi hampir setiap harinya dari setiap 100 kerja dari 110.285 kasus di 16.082 perusahaan
ribu pekerja dan 30% diantaranya terjadi pada pada 2015 menjadi 101.367 kasus di 17.069
sektor konstruksi (Prayitno, 2016). perusahaan‎ di 2016. Namun sayangnya, di sisi
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) lain jumlah pekerja yang meninggal akibat
menyatakan bahwa angka kecelakaan kerja di kecelakaan kerja meningkat tajam dari 2015 ke
199
200 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 199-207

2016 (Kementerian Tenaga Kerja dan digunakan dalam penelitian ini analitik dengan
Transmigrasi, 2016). menggunakan pendekatan studi kasus.
Proyek pembangunan condotel PT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Waringin Megah merupakan kontraktor utama Mei-Juli 2017 di PT. Waringin Megah proyek
yang membawahi beberapa perusahaan sub Springhill Condotel Lampung. Subyek penelitian
kontraktor pelaksana lapangan. Berdasarkan sifat dalam penelitian ini disebut informan yang terdiri
pekerjaannya, yaitu pembangunan gedung dari informan kunci, informan utama dan
bertingkat, pekerjaan di ketinggian merupakan informan pendukung yang berjumlah 7 orang.
kegiatan berisiko tinggi yang tidak bisa dihindari. Penentuan informan menggunakan teknik
Menurut penanggung jawab Kesehatan dan purposive sampling.
Keselamatan Kerja (K3), sejak kegiatan proyek Instrumen penelitian ini adalah peneliti
dimulai pada Juni 2015, tercacat ada 2 (dua) (human instrument) dimana melakukan proses
kasus kecelakaan kerja yang tergolong ringan. penelitian secara langsung dan aktif
Kecelakaan kerja ini terjadi karena perilaku tidak mewawancarai informan. Alat bantu yang
aman yang dilakukan pekerja konstruksi, seperti digunakan oleh peneliti yaitu pedoman
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), wawancara, alat tulis (bolpoin dan buku) yang
tidak mengikuti Standar Operasi Prosedur (SOP) digunakan untuk mencatat hasil wawancara dan
dan kurangnya kehati-hatian dalam bekerja. hasil pengamatan selama dilakukan proses
Perilaku tidak aman adalah faktor perilaku wawancara serta kamera yang berfungsi untuk
manusia yang dapat menyebabkan terjadinya mengambil gambar dan merekam pembicaraan
kecelakaan kerja. Selain itu perilaku tidak aman peneliti dengan informan.
juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk Analisis data dilakukan dengan seleksi,
pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang pemilihan, penyederhanaan dan pengabstrakan
telah ditetapkan dimana memberikan peluang dengan cara koding atas data-data yang
untuk terjadinya kecelakaan kerja. Green (1991) terkumpul. Apabila ada data yang kurang,
dalam Notoadmodjo (2010) menganalisis bahwa peneliti melakukan wawancara kembali untuk
faktor perilaku itu sendiri ditentukan dari 3 faktor melengkapi data. Penyajian data dilakukan dalam
utama, yang dirangkum dalam akronim bentuk teks naratif.
PRECEDE: Predisposing, Enabling, dan Peneliti mencoba mengambil kesimpulan
Reinforcement Causes in Educational Diagnosis dari data yang diperoleh saat penelitian. Awalnya
and Evaluation. kesimpulan itu kabur, tetapi lama kelamaan
Pada pekerjaan finishing (perapian precast menjadi jelas karena data yang diperoleh semakin
sealant) yang menggunakan akses gondola di banyak dan mendukung. Dengan demikian dapat
proyek pembangunan condotel, ditemukan 2 digambarkan secara sistematis dan akurat
(dua) orang yang berperilaku tidak aman. Pekerja mengenai perilaku pekerja gondola saat bekerja.
finishing (perapian precast sealant)
teridentifikasi tidak menggunakan APD lengkap
(tidak memakai sepatu safety), membuat alat HASIL
pengaman tidak berfungsi (Safety harness tidak
terhubung life line) dan tidak memenuhi Perilaku pekerja gondola dalam penelitian
peraturan yang ada (merokok saat bekerja & ini gambaran tindakan yang dilakukan pekerja
tidak memiliki SIO). Perilaku tidak aman gondola saat bekerja yang terdiri dari perilaku
merupakan bentuk pelanggaran terhadap tidak aman dan perilaku aman pekerja gondola.
peraturan umum proyek dan juga peraturan Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan
perundangan. tiga dari empat pekerja gondola yang berperilaku
tidak aman sehingga bisa disimpulkan bahwa
perilaku tidak aman masih dominan dilakukan
METODE oleh pekerja gondola pada saat bekerja.
Perilaku tidak aman yang dimaksud dalam
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan
penelitian ini adalah kualitatif yaitu salah satu pekerja gondola sehubungan dengan perilaku
prosedur penelitian yang menghasilkan data tidak aman di tempat kerja gondola selama
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku penelitian ini berlangsung. Berdasarkan hasil
orang-orang yang diamati sebagaimana observasi terhadap pekerja gondola di proyek
dijelaskan oleh Bog dan dan Taylor (1992) dalam pembangunan condotel ini, diperoleh gambaran
Sujarweni (2014). Rancangan penelitian yang perilaku tidak aman pekerja gondola dari tiga
orang informan utama, yaitu tiga informan
Sahli, Analisis Perilaku Pekerja Gondola PT. Waringin Megah Proyek Springhill Condotel … 201

tersebut tidak menggunakan APD dengan perilaku tidak aman yaitu dapat terjadi
lengkap (tidak pakai sepatu), mengambil posisi kecelakaan kerja yang merugikan diri sendiri,
kerja tidak aman (FBH tidak dihubungkan pekerja lain dan keluarga, bahkan bisa
dengan life line) serta tidak mematuhi peraturan menyebabkan taruhan nyawa. Berikut
(merokok saat bekerja dan operasikan gondola kutipannya:
tanpa SIO).
Perilaku aman yang dimaksud dalam “Goyang-goyang mas dan kalau hujan
penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan pekerjaan distop” (Informan Pa).
pekerja gondola sehubungan dengan perilaku “Kerugian perilaku tidak aman itu kalau
aman di tempat kerja (proyek) selama penelitian tidak pakai harness risiko jatuh, tidak pakai
ini berlangsung. Berdasarkan hasil observasi helm risiko kejatuhan benda dari atas, tidak
terhadap pekerja gondola di proyek pakai sepatu risiko kejatuhan benda, kena
pembangunan condotel ini, diperoleh gambaran paku dan sebagainya” (Informan Sf).
perilaku aman pekerja gondola dari satu orang
informan utama, yaitu satu informan tersebut 4. Pengetahuan Perilaku Aman
menggunakan APD dengan lengkap (helm & Informan utama ada yang tidak
sepatu), mengambil posisi kerja aman (FBH mengetahui dan ada yang mengetahui tentang
dihubungkan dengan life line) serta mematuhi perilaku aman. Berikut ini wawancaranya;
peraturan (memiliki SIO).
“Perilaku aman itu ya kayak cuaca terang,
Pengetahuan cerah” (Informan Pa)
“Perilaku aman dalam bekerja itu ya selalu
Gambaran pengetahuan ini meliputi pakai APD dengan lengkap mas” (Informan
pengetahuan informan utama dalam menjelaskan Sf).
atau memaparkan definisi tentang bahaya yang
ada di gondola, perilaku tidak aman dalam 5. Pengetahuan Manfaat Perilaku Aman
bekerja, dampak dari berperilaku tidak aman Semua informan utama mengetahui
dalam bekerja, perilaku aman dalam bekerja dan tentang manfaat perilaku aman dalam bekerja
manfaat dari berperilaku aman dalam bekerja. yaitu untuk ketenangan, aman, nyaman dan untuk
keselamatan serta untuk mencegah terjadinya
1. Pengetahuan tentang Bahaya kecelakaan kerja. Berikut wawancaranya:
Informan utama mempunyai pengetahuan
yang masih kurang tentang bahaya yang ada di “Manfaat kita berperilaku aman ya kita kerja
gondola. Berikut hasil wawancara: jadi tenang, nyaman dan aman” (Informan
Pa)
“Bahaya pekerjaan di gondola ya seperti “Menurut saya manfaat perilaku aman ya
angin, hujan, mati lampu, jatuh, kerusakan kita bakal aman dan selamat dalam bekerja”
gondola mas” (Informan Pa) (Informan Sf).
“Bahaya terkait gondola antara lain: jatuh
dari ketinggian, potensi tersengat listrik Persepsi
(jarang), hujan” (Informan Sf).
Persepsi informan di sini beragam mulai
2. Pengetahuan Perilaku Tidak Aman persepsi kurang baik, persepsi cukup baik dan
Informan utama ada yang tidak ada pula yang berpersepsi baik tentang perilaku
mengetahui dan ada yang mengetahui tentang aman dan tidak aman dalam bekerja dengan
perilaku tidak aman dalam bekerja. Berikut hasil gondola di lokasi proyek condotel.
wawancaranya:
1. Persepsi Perilaku Tidak Aman
“Ya kayak itu tadi mas, perilaku tidak aman Gambaran persepsi pekerja mengenai
itu ya seperti hujan, angin” (Informan Pa). perilaku tidak aman meliputi: pandangan pekerja
“Perilaku tidak aman menurut saya ya bila mengenai perilaku tidak aman dalam bekerja.
tidak memakai APD mas” (Informan Sf). Dari wawancara mendalam, satu dari tiga
informan utama yang berperilaku tidak aman
3. Pengetahuan Dampak Perilaku Tidak (Pa), memiliki persepsi buruk tentang perilaku
Aman dalam Bekerja tidak aman sehingga mendukung untuk
Informan utama ada yang tidak berperilaku tidak aman sedangkan informan
mengetahui dan ada yang mengetahui dampak lainnya memiliki persepsi yang cukup baik
202 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 199-207

tentang perilaku tidak aman, meski demikian adanya persediaan APD yang lengkap untuk
masih saja berperilaku tidak aman. Berikut pekerjaan di gondola.
kutipannya: Dari hasil wawancara mendalam dengan
informan didapatkan seluruh informan
“Bekerja diketinggian itu tidak aman” menggambarkan bahwa APD dan peraturan yang
(Informan Pa). ada di proyek sudah lengkap. Berikut ini kutipan
“Kalau tidak aman akan merugikan diri kita wawancaranya:
dan juga orang lain” (Informan Th).
“APD lengkap mas. Peraturan ada di bagian
2. Persepsi Mengenai Perilaku Aman safety dan saya rasa cukup lengkap”
Menurut informan utama yang berperilaku (Informan Sf).
tidak aman, pandangan mereka mengenai
perilaku aman dalam bekerja yaitu kurang baik, Hasil wawancara informan pendukung:
sehingga mencegah mereka untuk berperilaku
aman. Berikut kutipannya: “Peraturan ada dari safety mas. Safety juga
selalu ngecek kalau ada pekerjaan gondola.
“Aman itu kalau bekerja dilantai” (Informan Pa). Untuk APD lengkap dikasih safety (helm,
“Kita perlu berperilaku aman karena itu kita sepatu sama sabuk keselamatan)” (Informan
butuh supaya tidak kecelakaan” (Informan Sf). Sk)

Sikap Hasil wawancara informan kunci (K3):

1. Sikap Pekerja terhadap Bahaya “APD sepatu dan helm diberikan oleh PT.
Seluruh informan mempunyai sikap positif Waringin, sedangkan harness merupakan
terhadap bahaya. Berikut wawancaranya: tanggung jawab PT. Kartika (Operator)
sebagai pemilik gondola (Waringin sewa).
“Sikap saya waspada, hati-hati, antisipasi Untuk APD lainnya seperti kaca mata,
dan pakai Alat Pelindung Diri mas” sarung tangan dan lain-lain diberikan sesuai
(Informan AP). bahaya pekerjaan jadi tergantung hasil
“Ya kita harus tenang, jangan panik, karena penilaian bahaya yang ada. Untuk peraturan
kalau panik malah akan menambah bahaya (SOP khusus gondola) tidak ada, yang ada
yang ada” (Informan Sf). adalah SOP umum proyek yang didalamnya
termasuk pekerjaan diketinggian
2. Sikap Pekerja Terhadap Penyediaan APD (diantaranya pekerjaan gondola)” (Informan
dan Peraturan Pak Kus).
Semua informan mempunyai sikap positif
terhadap APD dan peraturan. Berikut Faktor Penguat Perilaku Pekerja Gondola
wawancaranya:
Faktor penguat disini adalah pengawasan
“Senang dan selalu dipakai saat kerja” dari pengawas dan Koordinator K3 meliputi
(Informan Th). pengawasan setiap hari pada saat bekerja serta
“Saya patuh memakai APD biar selamat” pengawasan terhadap perilaku pekerja.
(Informan AP).
1. Gambaran Pengawasan yang Dilakukan
Wawancara mengenai sikap terhadap Pengawas Setiap Hari Saat Bekerja
adanya peraturan di proyek: Terobservasi adanya aktifitas pemberian
“Mematuhi aturan dan ikut maunya pengarahan saat bekerja. Dari hasil wawancara
perusahaan mas” (Informan Pa). mendalam dengan semua informan utama,
“Mengikuti peraturan demi keselamatan diri mengenai gambaran pengawasan yang dilakukan
sendiri dan orang lain” (Informan Th). pengawas setiap hari pada saat mau memulai
pekerjaan, diperoleh gambaran bahwa pengawas
Gambaran Faktor Pemungkin Perilaku setiap pagi melakukan pengarahan masalah
pekerjaan dan juga pengarahan masalah
Faktor pemungkin disini adalah keselamatan terutama masalah APD.
ketersediaan APD dan peraturan yang ada di Berikut ini kutipan wawancaranya:
proyek khususnya pada pekerjaan gondola.
Observasi di gudang peralatan menemukan
Sahli, Analisis Perilaku Pekerja Gondola PT. Waringin Megah Proyek Springhill Condotel … 203

“Setiap hari di kantor dikasih pengarahan pelanggaran kena denda dan pekerjaannya
dan suruh pakai APD” (Informan Pa) di hentikan. Sebaliknya apabila pekerja
“Diarahkan supaya selalu memperhatikan disiplin mematuhi aturan dan APD maka
keselamatan dalam setiap pekerjaan feed back dari perusahaan adalah diberikan
terutama terkait gondola mas. Setiap hari penghargaan pada saat safety morning
setiap saat standby bila ada masalah pada bulanan dengan cara dinobatkan sebagai
operasi gondola” (Informan Sf) karyawan teladan dan juga hadiah agar bisa
memacu semangat teman-teman yang
Hasil wawancara informan pendukung: lainnya. Hadiah diambilkan dari denda yang
“Setiap hari sebelum mulai kerja, selain dikenakan kepada pelanggar aturan K3
pengarahan masalah kerjaan juga selalu (barter)” (Informan Pak Kus)
saya ingatkan agar memakai APD lengkap.
Saat pertama kali di kasih pelatihan oleh 3. Bentuk Pengawasan
mandor bersama safety dilapangan” Dari hasil observasi ditemukan adanya
(Informan Pak Sk) pemberian briefing diawal kerja oleh pengawas
maupun bagian K3 serta pengecekan APD saat
Dikuatkan wawancara informan kunci sebagai memasuki area proyek oleh security di pos
berikut: depan. Wawancara informan utama:

“Di awal pekerjaan, para pekerja “Ya itu tadi dikasih pengarahan dan juga
mendapatkan induction training untuk mandor keliling setiap harinya” (Informan
mengenalkan bahaya yang ada kemudian Pa)
dipilih pekerja yang mempunyai fisik dan
mental yang kuat karena pekerjaan Hasil wawancara informan pendukung:
ketinggian berisiko tinggi. Juga dipilih
pekerja yang mempunyai sopan santun yang “Dikasih pengarahan diawal kerja dan juga
baik” (Informan Pak Kus) cek keliling saat pekerjaan berlangsung baik
oleh saya dan juga oleh safety” (Informan
2. Gambaran Pengawasan Perilaku Pak Sk)
Hasil observasi saat inspeksi bersama
terlihat bagaimana teguran diberikan kepada Informasi tersebut juga dikuatkan berdasarkan
pelanggar aturan dan pujian untuk yang disiplin. hasil wawancara mendalam dengan informan
Berikut ini kutipan wawancaranya: kunci dari bagian K3 sebagai berikut:

“Kalau tidak pakai APD ditegur dan juga “Sama seperti pekerja yang lain dikasih
kena denda mas. Tapi kalau tertib dikasih pengarahan diawal kerja dan juga cek
pujian kadang juga dikasih hadiah oleh keliling saat pekerjaan berlangsung baik
safety” (Informan Pa) oleh bagian K3 dan juga oleh mandor serta
operator gondola” (Informan Pak Kus)
Informasi sejalan dengan wawancara informan
pendukung. Berikut kutipannya:
PEMBAHASAN
“Karena pekerjaan finishing kalau ada yang
kurang bagus saya komplain. Untuk Gambaran Perilaku Pekerja Gondola
safetynya juga kita cek setiap hari. Kalau
ada yang tidak aman kita tegur. Sebaliknya Perilaku pekerja gondola, yang dalam
kalau yang tertib dikasih penghargaan” penelitian ini adalah gambaran tindakan yang
(Informan Pak Sk) dilakukan pekerja gondola saat bekerja terdiri
dari perilaku tidak aman dan perilaku aman saat
Hasil wawancara mendalam dengan informan bekerja. Dari hasil penelitian diperoleh data 3
kunci: (tiga) pekerja gondola yang berperilaku tidak
aman dalam bekerja, hal itu menandakan bahwa
“Kalau ada yang tidak aman kita tegur. Jenis perilaku tidak aman dalam bekerja pada pekerja
peringatan ada 1, 2 dan 3. Kalau masih gondola masih cukup tinggi. Perilaku tidak aman
mengabaikan aturan kita minta ganti dalam bekerja yang dilakukan oleh pekerja
personil sama mandornya. Terkait gondola yaitu tidak menggunakan APD dengan
penggunaan APD apabila ditemukan lengkap (seperti tidak menggunakan sepatu),
204 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 199-207

mengambil posisi kerja tidak aman (FBH tidak APD (sebagai tolok ukur perilaku aman) yang
terkait dengan life line) serta tidak mematuhi didapat informan dari Koordinator K3dan
peraturan (mengoperasikan alat tanpa wewenang pengawas pada setiap Safety Morning. Namun
& merokok saat bekerja). pada saat Safety Morning tersebut, informasi
Perilaku tidak aman ini merupakan bentuk mengenai bahaya kurang diinformasikan kepada
pelanggaran terhadap peraturan umum proyek para pekerja khususnya pekerja gondola.
dan juga peraturan perundangan. Tidak memakai Namun pada hasil observasi masih juga
APD secara lengkap dan benar adalah ditemukan pekerja gondola yang berperilaku
pelanggaran aturan proyek butir ke 2 (tentang tidak aman saat bekerja. Mungkin hal ini
kewajiban pemakaian APD), sedangkan tidak disebabkan karena tingkat pengetahuan yang
mentaati peraturan merupakan pelanggaran dimiliki mereka tidak berada pada tingkatan yang
aturan proyek butir ke 13 (tentang larangan paling tinggi, dalam hal ini adalah tahap evaluasi.
merokok) dan butir ke 16 (tentang SIO). Bahkan mungkin tingkat pengetahuan dari
Peraturan perundangan yang dilanggar dalam hal pekerja belum sampai pada tingkatan aplikasi.
ini adalah UU No 1 Tahun 1970 tentang Penelitian yang dilakukan pada Pekerja
keselamatan kerja (pasal 12, b: tentang APD) dan Konstruksi PT. PP (Persero) di Proyek
juga Permenakertrans No per 08/MEN/VII/2010 Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan
tentang APD psl 6 (1). menyatakan bahwa pengetahuan bahaya pada
Satu orang informan utama ditemukan pekerja minim, persepsi penggunaan APD buruk
berperilaku aman, yaitu informan tersebut dan sikap tidak disiplin menggunakan APD
menggunakan APD dengan lengkap (helm, (Annishia, 2011)
sepatu), mengambil posisi kerja yang aman (FBH Pada tingkat aplikasi, pekerja seharusnya
dihubungkan dengan life line) serta mematuhi telah memiliki kemampuan dalam hal
peraturan (memiliki SIO). menggunakan pengetahuan atau apa saja yang
Perilaku aman ini merupakan bentuk telah diketahui untuk diaplikasikan dalam kondisi
ketaatan terhadap peraturan umum proyek dan atau situasi sebenarnya dalam hal ini yaitu
juga peraturan perundangan. Memakai APD diaplikasikan dalam perilaku aman saat bekerja.
secara lengkap dan benar sesuai dengan aturan Perilaku kerja aman akan muncul pada saat
proyek butir ke 2 (tentang APD) dan juga UU No pekerja ini sudah sampai pada tahap memahami
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja (pasal manfaat dari berperilaku kerja aman kemudian
12, b: tentang APD) serta Permenakertrans No menerapkannya dalam pola kerja sehari-hari.
per 08/MEN/VII/2010 tentang APD pasal 6 (1), Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya yang
sedangkan mentaati peraturan tentang dapat dilakukan, bisa melalui pemberian
kepemilikan SIO merupakan pemenuhan aturan informasi mengenai bahaya yang ada di aktifitas
proyek butir ke 16 (tentang SIO). gondola proyek, definisi perilaku tidak aman
pekerja, perilaku aman pekerja, manfaat
Faktor Pendorong Perilaku berperilaku aman saat bekerja, dan kerugian
berperilaku tidak aman saat bekerja. Pemberian
Faktor pendorong yang diteliti dalam informasi ini diharapkan bisa diberikan sejak
penelitian ini meliputi pengetahuan, persepsi dan awal pekerja masuk bekerja (induction training)
sikap pekerja. Berdasarkan hasil penelitian, dan bila mungkin setiap saat pengawas
didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar melakukan pengawasan di proyek.
pekerja gondola memiliki pengetahuan yang Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
minim tentang bahaya gondola dan perilaku bahwa pengetahuan pekerja gondola mengenai
dalam bekerja. Untuk masalah persepsi, pekerja bahaya yang ada di aktifitas gondola proyek
gondola memiliki pandangan yang kurang baik masih kurang. Kurangnya pengetahuan pekerja
mengenai perilaku dalam bekerja. Sedangkan mengenai bahaya yang ada di gondola mungkin
sikap yang dimiliki pekerja gondola dalam disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai
berperilaku saat bekerja semuanya positif, namun bahaya yang seharusnya diberikan oleh pihak
belum muncul saat bekerja. kontraktor. Dengan pengetahuan pekerja
Berdasarkan hasil penelitian, pada mengenai bahaya yang masih kurang itulah yang
umumnya pengetahuan yang dimiliki pekerja kemungkinan menyebabkan mereka berperilaku
gondola tergolong cukup baik. Hanya pada tidak aman.
pengetahuan mengenai bahaya yang ada di Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
gondola saja, pekerja memiliki pengetahuan yang bahwa pengetahuan pekerja mengenai perilaku
masih kurang. Hal ini, mungkin disebabkan tidak aman masih sangat minim. Pengetahuan
karena cukupnya informasi tentang pemakaian pekerja yang kurang baik mengenai perilaku
Sahli, Analisis Perilaku Pekerja Gondola PT. Waringin Megah Proyek Springhill Condotel … 205

tidak aman saat bekerja, mungkin disebabkan berperilaku aman saat bekerja. Hal tersebut
karena kurangnya informasi yang diberikan oleh sejalan dengan konsep pengetahuan yang
perusahaan. dikembangkan dari teori Bloom (1908) dalam
Pengetahuan yang kurang baik ini diyakini Sugiyono 2010, bahwa memahami suatu obyek
menjadi latar belakang perilaku tidak aman bukan sekedar tahu terhadap obyek tersebut,
pekerja gondola. Bagaimana pekerja akan tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
menghindari perilaku tidak aman kalau mereka tersebut harus dapat mengintrepretasikan dengan
tidak mengetahui dengan baik (memahami) apa benar tentang obyek (perilaku) yang diketahui
itu perilaku tidak aman serta dampak yang tersebut. Perilaku kerja aman akan muncul pada
ditimbulkannya. Hal tersebut sejalan dengan saat pekerja ini sudah sampai pada tahap
konsep pengetahuan yang dikembangkan dari memahami manfaat dari berperilaku kerja aman
teori Bloom (1908) dalam Sugiyono 2010, bahwa kemudian menerapkannya dalam pola kerja
memahami suatu obyek bukan sekedar tahu sehari-hari.
terhadap obyek tersebut, tidak sekedar dapat Persepsi pekerja yang dimaksud dalam
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat penelitian ini adalah pandangan baik atau
mengintrepretasikan dengan benar tentang obyek buruknya yang dimiliki pekerja mengenai
(perilaku) yang diketahui tersebut. perilaku tidak aman dalam bekerja. Pada
Hasil penelitian menunjukkan pekerja umumnya pekerja gondola memiliki persepsi
gondola memiliki pengetahuan yang cukup baik yang kurang baik mengenai perilaku tidak aman
mengenai dampak dari berperilaku tidak aman dalam bekerja, sehingga mendorong mereka
dalam bekerja antara lain bisa terjadi kecelakaan untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja.
kerja yang dapat merugikan diri sendiri, bahkan Sebagian besar perilaku tidak aman
bisa terjadi kematian. Hal ini sudah sesuai pekerja gondola adalah tidak menggunakan APD
dengan pernyataan Heinrich dalam Teori Domino secara lengkap. Dari hasil wawancara mendalam,
Heinrich yang menyatakan bahwa perilaku tidak salah satu pekerja gondola menyatakan bahwa
aman menyumbang 88% penyebab kecelakaan dia risih jika harus menggunakan APD (sepatu)
kerja. Pengetahuan pekerja mengenai dampak saat bekerja, karena tidak nyaman dan membuat
berperilaku tidak aman dalam bekerja kaki menjadi bau. Hal ini sejalan dengan
kemungkinan didapat dari informasi yang pernyataan dari Tarwaka (2014) yang
diberikan perusahaan. Namun, pengetahuan yang menyatakan bahwa penggunaan APD memiliki
mereka miliki itu, belum dapat mencegah mereka pengaruh terhadap kenyamanan pekerja karena
untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja. menghambat gerakan mereka, sehingga dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bekerja menjadi lebih sulit, dan ada pula yang
pengetahuan pekerja gondola mengenai perilaku dapat mengganggu komunikasi.
aman juga masih minim. Satu pekerja bahkan Sikap pekerja yang dimaksud dalam
tidak tahu. Sedangkan 3 pekerja yang lain lebih penelitian ini adalah gambaran positif atau
menjelaskan manfaat perilaku aman bukannya negatif mengenai penilaian dalam menghadapi
pengertian perilaku aman itu sendiri. bahaya yang ada di pekerjaan gondola, penilaian
Pernyataan tersebut tentu kurang sesuai terhadap penyediaan APD, penilaian terhadap
dengan pengertian perilaku aman menurut Bird adanya peraturan yang berlaku di lokasi proyek.
dan Germain (1990) dalam skripsi Annishia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
(2011). Perilaku aman adalah perilaku yang tidak pekerja mempunyai sikap positif. Namun pada
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kenyataannya, sikap positif tersebut tidak muncul
insiden. Kurangnya pengetahuan pekerja gondola pada saat mereka bekerja.
mengenai perilaku aman saat bekerja, mungkin Dari penelitian ini dapat disimpulkan
disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai bahwa positif atau negatifnya sikap tidak selalu
apa itu perilaku aman. memberikan perubahan terhadap perilaku karena
Pemberian informasi mengenai perilaku sebagaimana yang dikemukakan oleh
aman, bisa diberikan saat Safety Morning dan Notoadmodjo (2010), dimana suatu sikap belum
saat pengawas sedang melakukan pengawasan otomatis terwujud dalam suatu tindakan terbuka
terhadap pekerja gondola di lapangan (proyek). (overt behavior).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
pengetahuan pekerja tentang manfaat perilaku Faktor Pemungkin Perilaku
aman masih minim. Semua ini juga sangat
dimungkinkan karena informasi K3 yang minim. Faktor pemungkin yang diteliti dalam
Minimnya pengetahuan tentang manfaat penelitian ini yaitu dilihat dari aspek ketersediaan
perilaku aman ini mencegah pekerja dari APD dan Peraturan. Berdasarkan observasi di
206 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 199-207

gudang perlengkapan maupun di lapangan, SIMPULAN


didapatkan ketersediaan APD yang ada di proyek
ini sudah lengkap. Hal ini sejalan dengan hasil Berdasarkan hasil penelitian dengan
wawancara mendalam bahwa APD diperoleh dari metode obsevasi, wawancara mendalam serta
bagian K3. Sedangkan peraturan yang mengatur studi dokumentasi perusahaan, di dapatkan
tentang penerapan perilaku aman saat bekerja kesimpulan sebagai berikut:
terkait dengan aturan mengenai SOP (Safe a. Perilaku tidak aman masih dominan di
Operating Prosedur) yang bersifat umum, yang lapangan. Tiga dari empat pekerja gondola
terdapat dalam dokumentasi RK3 (Rencana K3) ditemukan berperilaku tidak aman saat
PT. Waringin Megah. bekerja.
Hal ini merupakan perwujudan b. Perilaku tidak aman: APD tidak lengkap,
pelaksanaan ketentuan dalam UU No 1 Tahun posisi kerja tidak aman dan tidak mematuhi
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 (c) peraturan. Sedangkan perilaku aman pekerja
yang diantaranya mengatur masalah penyediaan gondola antara lain: APD lengkap, posisi
APD oleh perusahaan secara cuma-cuma dan kerja yang aman dan mematuhi peraturan.
tentang masalah hak dan kewajiban tenaga kerja c. Pekerja gondola berperilaku tidak aman
dalam penerapan K3 ditempat kerja untuk mempunyai pengetahuan kurang tentang
menjamin perlindungan keselamatan dan bahaya gondola, persepsi buruk terhadap
kesehatan kerja bagi dirinya. penggunaan APD dan sikap positif dalam
Penelitian yang dilakukan pada Pekerja penggunaan APD, namun tidak muncul
Konstruksi PT. PP (Persero) di Proyek disaat bekerja.
Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan d. Pekerja gondola yang berperilaku aman
menyatakan bahwa Ketersediaan APD dan mempunyai pengetahuan yang cukup baik
peraturan yang ada di proyek sangat mengenai bahaya gondola, persepsi baik
memungkinkan pekerja konstruksi berperilaku terhadap APD dan sikap positif terhadap
aman dalam bekerja, namun masih juga penggunaan APD.
ditemukan pekerja konstruksi yang berperilaku e. Faktor pemungkin perilaku aman pekerja
tidak aman (Annishia, 2011). gondola adalah penyediaan APD yang
lengkap untuk pekerja gondola berupa sepatu
Faktor Penguat Perilaku safety, safety helmet dan full body harness
(sesuai standar perusahaan).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui f. Faktor penguat berupa pengawasan yang
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh belum maksimal dari pengawas maupun
pengawas dan team safety kurang memadai bagian K3 karena keterbatasan waktu
karena masih menganggap pekerjaan gondola mereka.
yang berisiko tinggi sama seperti pekerjaan g. Dokumentasi dan pencatatan K3 masih
konstruksi yang lain dalam level pengawasannya, kurang.
sehingga masih banyak ditemukan pekerja yang
berperilaku tidak aman.
Penelitian yang dilakukan pada Pekerja SARAN
Konstruksi PT. PP (Persero) di Proyek
Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan 1. Memperketat pengawasan dengan
menyatakan bahwa pengawasan dari pengawas implementasi sistem ijin kerja.
dan SHE Officer memberikan pengaruh terhadap 2. Membuat peraturan atau SOP khusus
perilaku pekerja konstruksi dalam bekerja, karena pekerjaan gondola.
pekerja selalu merasa diawasi saat bekerja. 3. Meningkatkan pengetahuan pekerja gondola
(Annishia, 2011) tentang K3.
Pengawasan yang lemah akan memicu 4. Implementasi program keselamatan berbasis
pekerja berperilaku tidak aman yang pada perilaku.
akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan yang 5. Para pekerja diharapkan disiplin dalam
akan merugikan perusahaan. Bird dan Germain pemakaian APD dan taat aturan,
dalam Tarwaka (2016) menyebutkan kurangnya meningkatkan pemahaman dan mengubah
pengawasan merupakan urutan pertama menuju persepsi yang buruk menjadi lebih baik
suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. terutama dalam hal pemakaian APD.
Pengawasan bisa diperkuat dengan
memberlakukan prosedur ijin kerja di ketinggian
utamanya pekerjaan gondola.
Sahli, Analisis Perilaku Pekerja Gondola PT. Waringin Megah Proyek Springhill Condotel … 207

DAFTAR PUSTAKA

Annishia, F. B. 2011. Analisis Perilaku Tidak Prayitno, Adi. 2016. Meminimalisir Kecelakaan
Aman Pekerja Konstruksi PT. PP (Persero) Kerja Perusahaan Diminta Serius
di Proyek Pembangunan Tiffany Terapkan K3.
Apartemen Jakarta Selatan Tahun https://hsecenter.org/meminimalisir-
2011. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran dan kecelakaan-kerja-perusahaan-diminta-
Ilmu Kesehatan, Jakarta: Universitas Islam serius-terapkan-k3/
Negeri Syarif Hidayatullah. Peraturan Perundangan. 1970. Undang-Undang
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.
Dan Transmigrasi Republik Indonesia Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitative,
nomor per. 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Pelindung Diri. Jakarta: Kementerian Sujarweni, V. Wiratna, 2014. Metodologi
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Press.
2016. Modul Pembinaan Calon Ahli Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum Kerja,Manajemen dan Implementasi K3 di
(AK3U). Jakarta: Kementerian Tenaga Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Kerja dan Transmigrasi RI. _______. 2016, Dasar-Dasar Keselamatan Kerja
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Serta Pencegahan Kecelakaan Di Tempat
Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta. Kerja. Surakarta: Harapan Press.

You might also like