You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),

Volume 2, Nomor 4, April 2014


Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di


Perusahaan Industri Baja

Fitria Ciptaningsih*), Ekawati**), Bina Kurniawan**)


*)
Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**)
Staf Pengajar Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
K3 is an activitiy to ensure and protect the safety and health of workers through prevention of
occupational accidents and occupational diseases. One of prevention accident method is by
SMK3. SMK3 process should begin with good planning so that the application is fits with the policies
and objectives expected. Steel company industry has already applied SMK3 which arranged in
company management system, but in implementation SMK3 was not applied fully yet. The purpose of
this study is to evaluate the application of planning K3 in steel company industry. This study uses
qualitative research with observational approach. Informants in this study were employees of
company who involved in planning K3. Instrument in this study were manual of interview and
observation sheet. Based on the result of indepth interviews and observations, it showed that SMK3
implementation in company not fit fully yet with PP RI nomor 50 tahun 2012, there were some things
that have not been completed, which are training and competence planning for employees ,
explanation of the responsibility and authority for employees level, and procedure of the
responsibility changes.
Keywords : SMK3, steel industry

259
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN setiap tahun hingga mencapai 99.491 kasus pada


Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 tahun 2011.
adalah segala bentuk kegiatan untuk menjamin Salah satu cara pencegahan kecelakaan kerja
dan melindungi keselamatan dan kesehatan yaitu dilakukan melalui penerapan Sistem
tenaga kerja melalui upaya pencegahan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kecelakaan kerja dan penyakit akibat (SMK3). Kewajiban penerapan SMK3 diatur
kerja.Lingkungan kerja yang tidak memenuhi dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, proses tentang ketenagakerjaan yang berisi bahwa
kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem
komplek dan modern dapat menjadi ancaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tersendiri bagi keselamatan dan kesehatan (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem
pekerja. Kondisi lain adalah, masih kurangnya manajemen perusahaan”.Ketentuan mengenai
kesadaran dari sebagian besar masyarakat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
perusahaan, baik pengusaha maupun tenaga kerja Kesehatan Kerja (SMK3) juga diatur dalam
akan arti pentingnya K3 merupakan hambatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
yang sering dihadapi. 50 Tahun 2012 Pasal 5 Ayat 2 yang menyatakan
Keselamatan kerja tercermin pada keadaan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan
di tempat kerja, yang meliputi keadaan tidak tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan
aman (sub standard condition), tindakan tak atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
aman (sub standard act) maupun keadaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya”.
lingkungan kerja. Berdasarkan piramida Dalam menerapkan SMK3 setiap
perbandingan kecelakaan disebutkan bahwa perusahaan wajib melaksanakan lima hal yaitu
keadaan dan tindakan tak aman merupakan dasar penetapan kebijakan K3, perencanaan K3,
dari kejadian hampir celaka maupun kecelakaan, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan
kebanyakan aktifitas pencegahan kecelakaan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan dan
menyangkut identifikasi dan koreksi dari kondisi peningkatan kinerja SMK3. Perencanaan adalah
dan tindakan tidak aman. Keadaan dan tindakan bagian dari konsep Plan-Do-Check-Action yang
tidak aman yang dapat diketahui lebih dulu akan menjadi landasan dari suatu Sistem Manajemen
dapat mencegah kecelakaan lebih dini. yang diaplikasikan dalam SMK3. Proses SMK3
Berdasarkan data International Labour dimulai dengan proses perencanaan yang baik
Organization (ILO) 2003 ditemukan bahwa di untuk menjamin agar penerapan SMK3 sesuai
Indonesia tingkat pencapaian penerapan kinerja dengan kebijakan dan sasaran yang diinginkan.
K3 di perusahaan masih sangat rendah, hanya Program K3 harus melibatkan semua unsur
sekitar 2% (sekitar 317 buah) perusahaan yang dalam perusahaan dan mencakup seluruh tahap
telah menerapkan K3. Sisanya sebesar 98% perusahaan sejak rancang bangun sampai
(sekitar 14.700 buah) perusahaan belum operasinya. Perencanaan K3 harus dilaksanakan
menerapkan K3 secara baik. Data ILO juga secara terpadu dengan melibatkan semua fungsi
menunjukkan bahwa 317 juta kecelakaan kerja yang ada dalam perusahaan dan tercermin dalam
terjadi setiap tahunnya dan 6.300 orang rencana kerja tiap-tiap fungsi. Rencana kerja
meninggal setiap harinya karena kecelakaan disusun dengan memerhatikan empat masukan,
kerja. Angka kecelakaan kerja rata-rata per tahun yaitu hasil tinjauan awal yang telah dilakukan
di Indonesia mencapai 99.000 kasus dan 20 sebelumnya, hasil analisis risiko yang dilakukan
diantaranya termasuk fatal, karena menyebabkan terkait dengan bisnis perusahaan, aspek
korban tewas atau cacat seumur hidup. Menurut perundangan terkait aspek K3, serta ketersediaan
data Jamsostek kecelakaan kerja tahun 2007 sumber daya atau kemampuan perusahaan untuk
mencapai 83.741 kasus dan terus meningkat menjalankannya. Perencanaan K3 harus meliputi

260
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hasil analisis risiko dan juga evaluasi program safety plant divisi produksi, 1 orang staf divisi
tahun sebelumnya. produksi, 1 orang management
Perusahaan industri baja dalam penelitian representative.Data primer diperoleh secara
ini merupakan industri baja terbesar di Indonesia langsung dengan cara wawancara mendalam
yang telah menerapkan pelaksanaan keselamatan, dengan anggota divisi HSE, direksi, HR dan
kesehatan kerja dan lingkungan hidup. Kegiatan karyawan departemen terkait.Data sekunder
proses produksi di perusahaan industri baja ini dalam penelitian ini meliputi profil dan
terdapat tiga tahapan, antara lain pengolahan gambaran umum perusahaan, standar operasional
bijih besi (Iron Making), pengolahan baja (Steel prosedur perusahaan, instruksi kerja, dan data –
Making), dan pengerolan baja (Rolling Making). data lainnya yang menunjang. Data sekunder
Ketiga tahapan tersebut dikerjakan dalam juga meliputi buku – buku, penelitian terdahulu,
beberapa pabrik yaitu Pabrik Besi Spons (Direct jurnal ilmiah dan media internet yang
Reduction Plant), Pabrik Billet Baja ( Billet Steel berhubungan dengan penelitian.
Plant), Pabrik Slab Baja I (Slab Steel Plant I),
Pabrik Slab Baja II (Slab Steel Plant II), Pabrik HASIL PENELITIAN
Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill), Pabrik Berdasarkan hasil observasi penelusuran
Baja Lembaran Dingin (Cool Strip Mill), dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan
Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill). SMK3 di perusahaan industri baja, masih ada
Seluruh prosedur yang mengatur kegiatan beberapa dokumen yang belum dimiliki
operasional perusahaan industri baja ini diatur perusahaan, yaitu prosedur perubahan tanggung
dalam sistem manajemen perusahaan, termasuk jawab, juga identifikasi dan dokumentasi standar
juga tentang SMK3. Perusahaan industri baja ini kompetensi K3. Ditemukan hasil peninjauan
telah menerapkan SMK3, namun berdasarkan terakhir dokumen pengendalian bahaya yaitu
survei awal yaitu wawancara dengan staf divisi tahun 2004.
HSE, didapatkan informasi bahwa SMK3 belum Perusahaan telah membuat program
diterapkan sepenuhnya. Salah satu contoh yaitu pengendalian risiko dengan memprioritaskan
dalam peninjauan ulang aspek kegiatan dan pekerjaan dengan nilai risiko paling tinggi.
bahaya yang seharusnya dilakukan minimal Berdasarkan kebijakan perusahaan maka
setahun sekali atau setiap ada perencanaan atau program pengendalian juga diprioritaskan
penyelesaian suatu proyek serta adanya aktivitas berdasarkan program tahun sebelumnya yang
dan peraturan baru, belum dilakukan sesuai belum selesai, kebijakan perusahaan terkait
prosedur. Berdasarkan hal tersebut maka ketersediaan dana, SDM, dan teknologi, juga
diperlukan penelitian mengenai evaluasi sistem kepatuhan terhadap peraturan perundangan.
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Khusus untuk program lingkungan juga
perusahaan industri baja. mempertimbangkan hasil proper dan kepatuhan
peraturan perundangan. Pengendalian risiko yang
METODE PENELITIAN dilakukan oleh perusahaan sudah berdasarkan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah hirarki pengendalian risiko yaitu eliminasi,
penelitian kualitatif dengan pendekatan substitusi, rekayasa teknik, administrasi, dan
observasional (pengamatan), dan juga APD. Peninjauan terakhir dokumen pengendalian
wawancara mendalam.Subyek penelitian ini bahaya yaitu tahun 2004, padahal dengan adanya
adalah karyawan perusahaan industri baja yang proses industri memungkinkan munculnya
terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan bahaya baru juga dampak terhadap lingkungan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan sehingga diperlukan peninjauan ulang
Kerja. Informan utama dan triangulasi terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian
5 orang, yaitu 2 orang staf divisi HSE, 1 orang risiko.

261
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Peraturan perundangan yang digunakan di dan K3. Untuk rencana kerja pertama kali yang
perusahaan yaitu peraturan perundangan yang diprioritaskan adalah pekerjaan dengan nilai
relevan dengan kegiatan dampak industri. risiko yang paling tinggi, setelah berjalan
Referensi undang-undang yang digunakan dalam selanjutnya program menjadi program perbaikan
penyusunan peraturan di perusahaan adalah lingkungan dan K3. Perencanaan program
Undang – undang, Peraturan Pemerintah, perbaikan lingkungan dan K3 disusun
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, berdasarkan evaluasi program tahun sebelumnya.
Peraturan Daerah Tingkat I, Keputusan Dalam program perbaikan K3 dan Lingkungan
Gubernur, Peraturan Daerah Tingkat II, yang telah dilaksanakan tahun sebelumnya
Peraturan Perusahaan, Keputusan Direksi terdapat status batas waktu yaitu lanjut atau
Perusahaan, Ketentuan Asosiasi/ Organisasi selesai. Program yang berstatus lanjut biasanya
Internasional maupun Nasional, Kesepakatan adalah program kerja yang harus dilakukan
Internasional dan Nasional. secara rutin seperti meminimalisasikan potensi
Perusahaan telah mengidentifikasi peraturan debu akibat transportasi scrap.
perundangan yang relevan dengan kegiatan Status lanjut pada suatu program juga bisa
dampak industri serta mengevaluasi dikarenakan program tersebut belum selesai
pemenuhannya. Peraturan perundangan yang dilaksanakan, contohnya perbaikan kelengkapan
digunakan di perusahaan diidentifikasi dan fasilitas sanitasi di laboratorium kimia. Belum
didokumentasikan dalam dokumen Evaluasi selesainya suatu program dapat disebabkan
Peraturan & Perundangan Keselamatan Kerja, beberapa hal antara lain pengerjaan yang
Kesehatan Kerja & Lingkungan Hidup. Setiap bertahap sehingga membutuhkan waktu yang
peraturan dievaluasi secara singkat bagian atau lama. Prioritas program juga disesuaikan dengan
pasal yang relevan dengan kegiatan perusahaan, kebijakan perusahaan terkait dana, SDM dan
dilengkapi dengan status implementasinya dan teknologi. Program kerja yang bertujuan untuk
bukti pemenuhan berupa referensi silang memenuhi kepatuhan terhadap peraturan
terhadap dokumen/ prosedur perusahaan. Hasil perundangan juga diprioritaskan. Bagi program
evaluasi dan pemenuhan perundangan ini juga lingkungan, hasil proper juga dipertimbangkan
disosialisasikan kepada divisi terkait. untuk membuat program kerja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, Pengelolaan organisasi dan SDM harus
peraturan perundangan di perusahaan telah dilakukan dengan merencanakan,
ditetapkan, dipelihara, diinventaris dan mengembangkan, memelihara, dan
diidentifikasi sesuai PP RI nomor 50 tahun 2012. meningkatkan kompetensinya sehingga sasaran
Tujuan dan sasaran K3 yang dibuat oleh organisasi dapat tercapai. Perencanaan dan
perusahaan disusun dalam Sasaran Kerja Unit evaluasi SDM di perusahaan industri baja ini
Divisi Safety & Environment. Tujuan K3 dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
diukur menggunakan indikator pengukuran yaitu antisipasi perubahan strategi dan lingkungan
Key Performance Indicator (KPI). Target bisnis perusahaan. Pemenuhan kebutuhan SDM
ditentukan sebagai sasaran pencapaian tujuan. dilaksanakan melalui promosi mutasi dan
Dalam menetapkan tujuan, perusahaan juga rekrutmen dengan seleksi. Perusahaan juga
berkonsultasi dengan wakil pekerja, ahli K3, dan melakukan aktifitas pengembangan SDM yang
P2K3 dalam pertemuan P2K3 yang terjadwal. didasarkan pada kompetensi dan pengukuran
Tujuan dan sasaran K3 yang dibuat oleh kompetensi yang dilakukan dengan metode
perusahaan telah sesuai dengan PP RI nomor 50 assessment center.
tahun 2012. Perusahaan telah melakukan upaya
Persyaratan skala prioritas di perusahaan konsultasi, motivasi, dan kesadaran. Upaya
terdapat dalam program perbaikan lingkungan konsultasi mengenai K3 dilakukan dengan semua

262
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pihak, dari tingkat direksi sampai pekerja. yang berbeda – beda, sehingga mereka harus
Konsultasi internal biasa dilakukan saat diberi pelatihan pengenalan bahaya serta
pertemuan P2K3, kegiatan ini juga menampung penangannya sesuai dengan pekerjaan mereka.
masukan dari pekerja dan mencari penyelesaian Dalam memenuhi prasarana K3, perusahaan
untuk masalah K3 yang ada. Konsultasi juga telah mewujudkan komitmen dengan membentuk
dilakukan dengan pihak eksternal seperti dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
anak perusahaan, instansi pemerintah, produsen Kerja (P2K3), sesuai dengan ketentuan dalam PP
barang dan alat, juga dengan konsultan K3. RI nomor 50 tahun 2012. Keanggotaannya terdiri
Upaya meningkatkan motivasi dan dari pengusaha dan tenaga kerja. Organisasi
kesadaran para pekerja di perusahaan diantaranya P2K3 di perusahaan terdiri dari P2K3 pusat dan
dilakukan dengan media-media seperti slogan, sub P2K3. Organisasi P2K3 pusat terdiri dari
poster, maupun pamflet mengenai K3. Sebagai ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota.
upaya motivasi perusahaan juga memberikan Ketua P2K3 pusat adalah pimpinan perusahaan
reward atau penghargaan bagi divisi maupun atau salah satu pimpinan perusahaan yang khusus
perorangan yang memiliki performa K3 terbaik, ditunjuk saat itu. Wakil P2K3 pusat adalah
reward ini biasanya diberikan saat bulan K3. pejabat yang ditunjuk oleh ketua P2K3 pusat
Selain itu diadakan juga lomba kampanye yang bisa mewakili bila ketua P2K3 pusat
maupun cerdas cermat mengenai K3, untuk berhalangan. Sekretaris P2K3 pusat adalah
meningkatkan kesadaran dan juga pengetahuan manager HSE yang sekaligus sebagai Ahli K3
mengenai K3. Perusahaan juga telah memberikan dan LH. Anggota P2K3 pusat adalah perwakilan
pehamaman kepada tenaga kerja mengenai dari semua unsur di perusahaan yang memiliki
bahaya yang ada pada saat bekerja. Pemahaman implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan
tersebut diberikan pada saat induksi karyawan kerja yang terdiri dari unsur ketua sub P2K3,
baru pertama kali masuk. unsur kepala divisi, unsur wakil karyawan.
Seluruh karyawan perusahaan pada awal Secara umum prosedur operasi dalam
masuk telah mendapatkan induksi, yaitu SMK3 dapat dikategorikan dalam dua golongan
pelatihan mengenai pengenalan bahaya di tempat yaitu prosedur manajemen SMK3 dan prosedur
kerja juga penanganannya. Perusahaan juga operasional. Prosedur manajemen di perusahaan
mengadakan refresh induction bagi seluruh telah terintegrasi dalam dokumen Manual Sistem
karyawan secara bergiliran dan wajib bagi Manajemen Perusahaan yang merupakan
karyawan baru. Refresh ini berisi materi tentang dokumen Level 1. Sedangkan prosedur
pengenalan K3 secara umum, prosedur kerja operasional di perusahaan terdapat dalam
aman, SMK3, resertifikasi Surat Izin Operasi dokumen Level 2 yaitu prosedur dan dokumen
(SIO), kesehatan kerja, P3K, dan ISO 14001. Level 3 yaitu Dokumen Pendukung berupa Work
Perusahaan telah mengadakan induksi bagi Instruction. Prosedur operasional di perusahaan
karyawan baru, namun pelatihan K3 seperti juga dilengkapi dengan analisis bahaya atau Job
tanggap darurat dan penanganan kebakaran Safety Analysis yang termasuk dalam dokumen
belum direncanakan. level 3.
Perusahaan telah memberikan pelatihan job Perusahaan memiliki prosedur yang
competency untuk operator maupun pekerja ahli mengatur komunikasi dan pelaporan HSE.
seperti ahli listrik, ahli mekanik, sehingga Prosedur ini meliputi komunikasi dan pelaporan
seluruh operator dan ahli telah bersertifikat. baik bersifat internal karyawan maupun eksternal
Namun, pelatihan K3 berupa pengenalan bahaya yang berkaitan dengan aspek keselamatan dan
di bidang mereka masing – masing belum kesehatan kerja. Laporan untuk pihak internal
direncanakan. Setiap pekerjaan sepeti ahli listrik, didistribusikan ke divisi terkait dan dilaporkan
ahli mekanik, ahli kimia memiliki potensi bahaya dalam Management Review (MR). Laporan

263
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

eksternal berupa tanggapan komplain masyarakat kerja tersebut, sehingga kemudian ditentukan
kemudian didistribusikan melalui Divisi Humas. kira – kira berapa lama program tersebut dapat
Apabila laporan berkaitan dengan instasi, maka terselesaikan. Biasanya jangka waktu
dikomunikasikan ke instansi terkait. Laporan pelaksanaan program satu tahun, hal tersebut
mengenai penyelesaian temuan audit maka juga mempermudah proses evaluasi.
dikomunikasikan ke auditor melalui divisi P2M. Perusahaan telah memiliki indikator
Perusahaan juga memiliki laporan insiden, pencapaian bagi setiap program kerja. Indikator
laporan ketidaksesuian, laporan kinerja K3 dan pencapaian yang digunakan untuk menilai
laporan identifikasi bahaya. kinerja di perusahaan ini yaitu menggunakan KPI
Sistem pendokumentasian di perusahaan (Key Performance Indicator). KPI merupakan
telah diatur dengan baik sesuai PP RI nomor 50 indikator kunci untuk mengukur kinerja individu,
tahun 2012. Dokumen formal di perusahaan manajer, departemen, atau fungsi. Indikator KPI
dikategorikan ke dalam empat level dokumen merupakan ketentuan direksi untuk menentukan
meliputi Level 1 (Manual), Level 2 (Prosedur), suatu kinerja. Aspek K3 juga dimasukkan dalam
Level 3 (Dokumen Pendukung), dan Level 4 menentukan KPI sebagai indikator kinerja K3.
(Record/ Data Base/ Supporting Data). Penilaian aspek K3 tertuang dalam Sasaran Kerja
Dokumen Level 1 Manual merupakan dokumen Unit yang dibuat oleh perusahaan. Aspek K3
utama yang memuat komitmen, kebijakan yang dinilai diantaranya adalah maksimal indekx
perusahaan, proses bisnis & konteks diagram, kecelakaan kerja LT IFR, maksimal indeks
dan sistem manajemen. Dokumen Level 2 yaitu occupational health, proper kategori biru,
prosedur atau pedoman merupakan penjabaran maksimal kejadian kebakaran, dan tingkat
dari dokumen Level 1. Dokumen Level 3 yaitu pemenuhan peraturan lingkungan dan K3. Ada
dokumen pendukung, merupakan dokumen yag pula indikator untuk pengukuran operasional,
mengatur tata cara suatu kegiatan atau aktivitas seperti pengukuran terhadap lingkungan kerja
lebih detail yang merupakan penjabaran dari maupun limbah yang standarnya sudah
dokumen Level 2. Dokumen level 4 merupakan ditentukan berdasarkan standar yang ditetapkan
record / database / data pendukung lainnya yang oleh pemerintah.
merupakan hasil dan bukti obyektif dari suatu Sistem tanggung jawab dan tanggung gugat
kegiatan. di perusahaan diatur dalam Sistem Manajemen
Perusahaan telah memiliki instruksi kerja Perusahaan. Secara sederhana sistem tanggung
baik tertulis maupun tidak tertulis sesuai dengan jawab di perusahaan berupa setiap kepala divisi
PP RI nomor 50 tahun 2012. Instruksi kerja di bertanggung jawab atas karyawannya dan
perusahaan diatur dalam dokumen Level 3 yaitu seterusnya sampai tingkat direksi. Tanggung
Work Instruction (WI). WI ditetapkan untuk jawab dan tanggung gugat harus dijelaskan untuk
setiap pekerjaan yang berkaitan dengan operasi. semua tingkatan, baik dari tingkat pekerja sampai
WI dibuat tertulis, didokumentasikan dan tingkat direksi. Tetapi dalam siste manajemen
dikomunikasikan agar mudah dipahami oleh perusahaan hanya dijelaskan wewenang dan
pekerja. Selain WI, ada juga Job Desc bagi setiap tanggung jawab direksi dan management
personil yang juga memuat deskripsi pekerjaan representative saja. Perusahaan juga belum
yang harus mereka lakukan. Untuk instruksi memiliki prosedur untuk memantau dan
kerja secara lisan biasanya dilakukan saat safety mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung
briefing. jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh
Seluruh program kerja yang ada di terhadap program K3.
perusahaan industri baja ini memiliki jangka
waktu pelaksanaan. Jangka waktu pelaksanaan
ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan program

264
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

KESIMPULAN prosedur untuk mengkomunikasikan perubahan


Perusahaan telah melakukan proses tanggung jawab.
identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian Saran
risiko sebagai dasar pembuatan rencana kerja, 1. Melakukan peninjauan ulang identifikasi
namun belum sesuai dengan PP RI nomor 50 bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
tahun 2012. Belum dilakukan peninjauan ulang untuk mendapatkan gambaran terbaru
secara rutin. potensi bahaya di perusahaan.
Perusahaan telah mendokumentasikan 2. Melaksanakan pelatihan K3 seperti tanggap
semua peraturan perundang – undangan yang darurat dan pemadaman kebakaran bagi
digunakan, yang dibuat dalam dokumen Evaluasi seluruh pekerja, dan pelatihan K3 bagi ahli
Peraturan Perundangan K3 dan Lingkungan. listrik, mekanik, dan kimia.
Tujuan dan sasaran K3 tertulis dalam 3. Membuat dokumentasi wewenang dan
Sasaran Kerja Unit, dengan menggunakan tanggung jawab bagi level manager,
indikator penilaian Key Performance Indicator supervisor, foreman, dan pekerja.
(KPI) yang dapat diukur dan memiliki target.
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3 DAFTAR PUSTAKA
perusahaan telah melakukan konsultasi dengan 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
wakil pekerja, ahli K3, P2K3, dan pihak lain Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
yang terkait. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Skala prioritas rencana kerja di perusahaan Kesehatan Kerja.
berdasarkan pekerjaan dengan nilai risiko paling 2. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan
tinggi, program tahun sebelumnya yang belum Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di
selesai, kebijakan perusahaan terkait dana, SDM, Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
dan teknologi, dan kepatuhan terhadap peraturan. 2008.
Perusahaan telah melakukan upaya konsultasi, 3. Heinrich, H.W. et Al. Industrial Accident
motivasi dan kesadaran bagi karyawan sesuai Prevention. Newyork: McGraw-Hill. 1980.
dengan PP RI nomor 50 tahun 2012. Belum ada 4. International Labour Organization. (Online),
rencana pelatihan bagi karyawan di perusahaan. (http://www.ilo.org/global/topics/safety-
Perusahaan memiliki organisasi K3 yaitu P2K3 and-health-at-work/lang--en/index.htm,
pusat dan Sub P2K3. Perusahaan memiliki diakses tanggal 27 Juli 2013).
prosedur, instruksi kerja, JSA bagi semua jenis 5. Suara Merdeka. Pengawasan SMK3 Lemah,
pekerjaan. Perusahaan memiliki prosedur untuk Kecelakaan Kerja Makin Marak. 13
mengkomunikasikan pelaporan internal dan Februari 2013. Jakarta. (Online),
eksternal. (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read
Seluruh program kerja di perusahaan telah /news/2013/02/13/145283, diakses tanggal
ditentukan jangka waktu pelaksanaannya. 27 Juli 2013).
Indikator pencapaian yang digunakan untuk 6. Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen
menilai Sistem Manajemen K3 adalah KPI. Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
Perusahaan telah melakukan pengukuran 18001. Jakarta: Dian Rakyat. 2011.
operasional terhadap lingkungan kerja maupun 7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
limbah, penilaiannya berdasarkan standar yang Tentang Ketenagakerjaan.
ditentukan pemerintah. 8. Ramli, Soehatman. Smart Safety Panduan
Sistem pertanggungjawaban di perusahaan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta:
diatur dalam Sistem Manajemen Perusahaan. Dian Rakyat. 2013.
Belum ada penjelasan tanggung jawab dan
wewenang untuk tingkat pekerja. Belum ada

265
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 4, April 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

9. NB Bennet dan Rumondang. Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT Pustaka Binaman Pressindo. 1985.
10. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
Sagung Seto. 2009.
11. Sahab, Syukri. Teknik Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT Bina Sumber Daya Manusia. 1997.
12. Suardi, Rudi. Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta:
PPM. 2005.
13. Budiono, Sugeng. Bunga Rampai Hiperkes
dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan
Universitas Diponegoro. 2003.
14. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset. 2010.
15. Ramli, Soehatman. Manajemen Risiko
dalam Perspektif K3 OH Risk Management.
Jakarta: Dian Rakyat. 2010.
16. Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian.
Bandung: CV Pustaka Setia. 2008
17. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu
Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2009.
18. Somad, Ismet. Teknik Efektif dalam
Membudayakan Keselamatan & Kesehatan
Kerja. Jakarta: Dian Rakyat. 2013.

266

You might also like