You are on page 1of 14

p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

e-ISSN 2550-0864

PELAKSANAAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA PADA PERUSAHAAN DI SLEMAN YOGYAKARTA

IMPLEMENTATION OF SAFETY AND OCCUPATIONAL HEALTH


CULTURE OF THE COMPANIES AT SLEMAN, YOGYAKARTA
1* 2 3 4
Ariyanto Nugroho , Heni Trisnowati , Theresia Puspitawati , Rini Pratiwi ,
MariaViligieni Landis5, Natalia Menge Bu'u6, Josi Akbar Saputra7

1,2,3,4,5,6,7
Universitas Respati Yogyakarta
*
HP/Email : 082134535461 / ariyanto.nugroho@respati.ac.id

Abstract

Background: Implementation of safety and occupational health culture the company has
an important role in the creating a safety workplace, healthy, free from accidents and
ultimately improve the efficiency and productivity of work. However each companies have
different in K3 cultural practices because its depend on company's communication
patterns and the resources of the company.
Objective:This study aims to explore the implementation of K3 culture at the companies in
Sleman, Yogyakarta.
Method:The research was conducted by qualitative method with case study design. Data
were collected through interviews to informants management of the company and the
employees from three companiesas many as 19 people.
Result:The results showed: 1) a local company has implemented K3 program but cultural
use of personal protective equipment (PPE) is still lacking;2) a nationwide company has
implemented K3 culture as leaders keep reminding employees in terms of information K3,
and the APD facilities for employees;3) a national scale company received an award from
the Regent as the best Committee of Safety & Health (P2K3); the Companies have
generally been implementing K3 culture ranging from organization structure, and the
production process.
Conclusion: patterns of communication between leaders and employees, motivation of
employers and employees in the implementation of K3 and facilities of the company is very
important to cultivate K3 in the company.
Keywords: Safety and occupational health culture, company

Intisari

Latar Belakang: Pelaksanaan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
perusahaan mempunyai peran penting dalam menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari kecelakaan kerja dan pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Namun, praktek budaya K3 disetiap perusahaan bervariasi sesuai
dengan pola komunikasi dan sumber dayayang dimiliki perusahaan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi pelaksanaan budaya K3 pada
perusahaan di Sleman, Yogyakarta.
Metode: Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan rancangan studi kasus.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan yaitu pengurus
perusahaan dan karyawan dari 3 perusahaan sebanyak 19 orang.

63
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

Hasil: penelitian menunjukkan : 1) satu perusahaan lokaltelah menerapkan program K3


tetapi budaya menggunakan alat pelindung diri (APD) masih kurang; 2) satu perusahaan
berskala nasional telah menerapkan budaya K3 seperti pemimpin selalu mengingatkan
karyawan dalam hal informasi K3, dan adanya fasilitas APD bagi karyawan; 3) satu
perusahaan skala nasional mendapat penghargaan dari Bupati sebagai Panitia Pembina
Keselamatan & Kesehatan Kerja (P2K3) terbaik; perusahaan ini secara umum sudah
menerapkan budaya K3 mulai dari stuktur organisasi, dan proses produksi.
Kesimpulan: pola komunikasi antara pemimpin dengan karyawan, motivasi perusahaan
dan karyawan dalam penerapan K3 serta fasilitas dari perusahaan sangat penting dalam
membudayakan K3 di perusahaan.

Kata kunci : Budaya keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan

PENDAHULUAN yang kuat dapat membantu lancarnya kinerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam suatu perusahaan. Pelaksanaan budaya

merupakan salah satu aspek perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja suatu

tenaga kerja.1 Di Indonesia telah ditetapkan perusahaan tidak terlepas dari pengaruh gaya

beberapa peraturan Keselamatan dan kepemimpinan pengusaha. Pemimpin yang

Kesehatan Kerja antara lain sebagai berikut dapat merespon kondisi lingkungan organisasi

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang dan mampu melakukan perbaikan secara

Keselamatan Kerja; Peraturan Pemerintah No terus- menerus sesuai dengan tuntutan

50/2012 tentang Penerapan Sistem organisasi.4

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelaksanaan Budaya keselamatan dan

(SMK3). Peraturan-peraturan tersebut kesehatan kerja dalam suatu organisasi dapat

ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan dipengaruhi juga oleh motivasi yang kuat dari

mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.2 seorang pemimpin (Leadership) dan

Program keselamatan dan kesehatan karyawan.Motivasi adalah penggerak

kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling seseorang untuk mengambil tindakan karena

dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan orang tersebut ingin melakukannya. Motivasi

dan kesehatan kerja.Program keselamatan dan merupakan cara mendorong bawahan agar

kesehatan kerja dapat berfungsi dan efektif mereka mau bekerja keras dengan

apabila program tersebut dapat memberikan semua kemampuan dan

terkomunikasikan kepada seluruh lapisan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan

individu yang terlibat. Komunikasi yang baik perusahaan dan mewujudkan budaya

dalam sebuah organisasi sangat berpengaruh keselamatan dan kesehatan kerja

dalam keberhasilan suatu pelaksanaan budaya perusahaan.Motivasi penting karena dengan

keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan. motivasi diharapkan setiap individu karyawan

Aspek komunikasi juga sangat penting dalam mau bekerja keras dan antusias untuk

menjalankan program K3 karena dengan mencapai produktifitas kerja yang tinggi.5

adanya komunikasi K3, para karyawan dapat Komitmen adalah tekad, keinginan dan

memahami informasi-informasi yang penyertaan tertulis pengusaha atau pengurus

64
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017
e-ISSN 2550-0864

kesehatan kerja yang terkait sesuai dengan pada tahun 2011 sebanyak 1.031 perusahaan
Peraturan Pemerintah No 50/2012 tentang dengan jumlah tenaga kerja 56.342.Pada tahun
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan 2012 jumlah perusahaan di Kabupaten Sleman
dan Kesehatan Kerja (SMK3).6 sebanyak 1.080 perusahaan dengan jumlah
Penyebab kecelakaan adalah tenaga kerja sebanyak 59.423 orang.
keterbatasan fasilitas keselamatan kerja dan Sedangkan, pada tahun 2013 jumlah
kelemahan pemahaman faktor-faktor prinsip perusahaan di Kabupaten Sleman sebanyak
yang perlu diterapkan perusahaan.Makna 1.176 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebanyak 66.319 orang, dari data tersebut
memandang setiap karyawan diperusahaan dapat disimpulkan bahwa jumlah perusahaan
memiliki hak atas perlindungan kehidupan kerja dan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Sleman
yang nyaman dan ketenangan dalam mengalami peningkatan selama 3 tahun
melaksanakan pekerjaan.Makna K3 ini belum terakhir.8
sepenuhnya dipahami baik oleh pihak Kasus kecelakaan kerja di Kabupaten
manajemen maupun karyawan.Usaha yang Sleman relatif tinggi. Bahkan, secara kuantitatif
harus ditanamkan adalah kesadaran jiwa selama empat tahun terakhir terus mengalami
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kenaikan, dan kasusnya di atas 100 kejadian,
merupakan bentuk kebutuhan.Budaya sehingga belum bisa mewujudkan zero
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak accident (nihil kecelakaan).Data Dinas Tenaga
hanya menjadi kepentingan pekerja namun Kerja dan Sosial (Disnakersos) Sleman
juga menjadi kepentingan dunia usaha. Secara menyebutkan, kecelakaan kerja hingga
global, ILO memperkirakan sekitar 337 juta Oktober 2013 mencapai 143 kejadian. Angka
kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang ini, meningkat jika dibandingkan tahun
mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja sebelumnya, yaitu 134 kasus atau naik
7, 8
kehilangan nyawa. sembilan kasus.9
Data Kementerian Tenaga Kerja dan Banyak faktor yang mempengaruhi
Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun keselamatan dan kesehatan kerja, banyak pula
2013 di Indonesia tidak kurang dari enam perusahaan yang belum memenuhi standar
pekerja meninggal dunia setiap hari akibat keselamatan dan kesehatan kerja sehingga
kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong banyak mengakibatkan terjadinya kecelakaan
tinggi dibandingkan negara Eropa hanya kerja. Pelaksanaan budaya keselamatan dan
sebanyak dua orang meninggal dua per hari kesehatan kerja sangat bervariasi pada setiap
karena kecelakaan kerja. Sementara menurut perusahaan karena dilandasi oleh model
data Internasional Labour Organization (ILO), program konseptual yang dipakai.
di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 Pelaksanaan tersebut merupakan salah satu
kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian yang aman, sehat, bebas dari kecelakaan kerja
dan cacat seumur hidup.8 dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
Jumlah perusahaan di Kabupaten Sleman dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas

65
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

kerja.Tujuan penelitian ini adalah untuk diolah melalui tahapan coding, kategori dan
mengeksplorasipelaksanaan budaya tematik.Kemudian data dianalisis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada menggunakan tematik konten analisis.
perusahaan-perusahaan di Sleman,
Yogyakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perusahaan pertama yaitu PT Pabrik
METODE Cambric GKBI berlokasi Sleman,Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode PC GKBI memiliki 40 koperasi batik primer
10
kualitatif dengan rancangan studi kasus. yang berlokasi di Indonesia dan beranggotakan
Pemilihan Lokasi penelitian berdasarkan 8000 pengusaha batik perorangan. Unit
kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian personalia perusahaan tidak hanya menangani
adalah 3 perusahaan yang berlokasi di Sleman, urusan dari luar perusahaan tetapi juga
Yogyakarta yaitu PT GE Ligthing Indonesia menangani di bagian produksi dalam hal ini
(Perusahaan 1), PT. Mataram Tunggal Garmen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
(Perusahaan 2) dan Pabrik Cambric GKBI perusahaan. Unit personalia yang menangani
Medari (Perusahaan 3). Setiap perusahaan K3 perusahaan adalah karyawan personalia
memiliki karakteristik berbeda dari aspek yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan K3
penerapan K3. Perusahaan 1 merupakan dan ahli di bidang K3.
perusahaan berskala nasional dengan predikat Personalia yang ditugaskan untuk
terbaik dalam P2K3; Perusahaan 2 merupakan menangani K3 perusahaan akan berhubungan
perusahaan nasional dan telah menerapkan K3 langsung dengan karyawan produksi yang
dan Perusahaan 3 adalah perusahaan lokal bertindak sebagai kepala regu atau fungsional
yang belum sepenuhnya menerapkan K3. di tiap area kerja produksi. Penanganan K3
Kemudian informandalan penelitian ini diambil perusahaan yang dilakukan oleh unit
secara purposive samplingyaitukaryawan personalia dalam hal ini menyediakan fasilitas-
bagian produksi,ahli K3 atau pengurus fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
perusahaan. Jumlah informan perusahaan 1 pada bagian produksi seperti menyediakan alat
yaitu 5 orang karyawan bagian pelindung diri (APD), rambu-rambu K3, dan lain
produksi(Packing, Produksi Lampu, Quility, sebagainya. Selain itu mengadakan rapat P2K3
Packing Pijar, Fire Stand) dan 2 orang ahli K3; dengan pimpinan tiap 6 bulan sekali untuk
jumlah informan perusahaan 2 ialah 5 orang membahas permasalahan K3 yang ada di
bagian produksi (bagian pemotongan, jahit, perusahaan seperti fasilitas keselamatan dan
quality kontrol, seterika dan pengepakan) dan 1 kesehatan kerja (K3) yang diperlu diganti pada
orang pengurus perusahaan selanjutnya tiap area kerja, kecelakaan kerja, pembinaan
jumlah informan perusahaan 3 yaitu 5 orang K3, sosialisasi tentang K3 pada tiap area kerja
bagian produksi dan seorang wakil perusahaan dan lain sebagainya.Unit perdagangan GKBI
sehingga total informan adalah 19 orang. berperan sebagai factory outlet yang
Pengumpulan data dilakukan melalui difokuskan untuk melayani pasar lokal. Namun,
wawancara yang mendalam yang selanjutnya dalam kenyataan juga mampu melayani pasar

66
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017
e-ISSN 2550-0864

lokal. Namun, dalam kenyataan juga mampu Informan penelitian berasal dari 3
melayani pasar luar negeri (export). perusahaan yang berbeda yang berjumlah 19
Perusahaan kedua adalah PT. Mataram orang dengan penjelasan sebagai berikut : 1)
Tunggal Garment Yogyakarta merupakan Perusahaan pertama,PT Pabrik Cambric GKBI
perusahaan konveksi yang berbentuk terdapat 5 informan utama pada bagian
perseroan terbatas (PT) yang berstatus swasta produksi weaving loom III, Loom I AJL, finishing,
nasional yang berlokasi di jalan Balong, dan mekanik dengan lama bekerja di
Donoharjo Ngaglik Sleman.Fasilitas penunjang perusahaan 13-27 tahun danseorang informan
yang disediakan untuk karyawan oleh PT. triangulasi pada bagian personalia yang sudah
Mataram Tunggal garment yakni terdiri atas bekerja selama 24 tahun dan bertanggung
kamar mandi sebanyak 68 kamar untuk seluruh jawab terhadap P2K3 perusahaan; 2)
karyawan, tersedia juga fasilitas pelayanan Perusahaan kedua, PT. Mataram Tunggal
kesehatan disebut dengan UKP (Unit Garment terdapat 5 informan utamapada
kesehatan perusahaan). UKP perusahaan bagian yang berbeda-beda antara lain pada
terdapat 3 perawat yang melayani karyawan bagian cutting, sewing, warehouse, dan
jika karyawan mengalami kejadian kecelakaan sample, dan satu orang dari bagian pengurus
kerja dan UKP tersebut juga bisa digunakan perusahaan; 3) Perusahaan ketiga, PT. GE
karyawan untuk memeriksakan kesehatan. Ligthing Indonesia, terdapat 5 informan utama
Karyawan juga mendapatkan catering makan yang bekerja pada bagian Packing, Produksi
dari pihak perusahaan serta fasilitas lain seperti Lampu, Quility, Packing Pijar, Fire Stand.
Musolla. Kelima informan tersebut selalu mengikuti
Perusahaan ketiga, PT. GE Ligthing pelatihan-pelatihan tentang K3 yang diadakan
Indonesia berada di Sleman, Yogyakarta. perusahan.
Perusahaan ini memiliki Klinik bagi para Penerapan budaya K3 pada perusahaan
karyawan jika terjadi kecelakaan dan di klinik merupakan kombinasi dari beberapa aspek
tersebut terdapat satu dokter dan dua perawat, penting yaitu komunikasi yang dilakukan
tetapi para dokter dan perawat tidak bekerja 24 perusahaan terkait dengan K3 seperti
jam. Selain klinik, PT. GE Lighting Indonesia sosialisasi K3 dalam bentuk slogan atau
juga mempunyai kantor manajemen stres bagi training, pola kepemimpinan perusahaan
para karyawan. Budaya K3 di PT. GE Lighting dalam upaya penerapan K3, wujud komitmen
Indonesia telah dijalankan oleh perusahan dari perusahaan dan karyawan dalam pelaksanaan
awal berdiri pada tahun 1996. Budaya tersebut budaya K3, motivasi dalam upaya penerapan
seperti dengan adanya kesadaran para budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
karyawan dalam pemakaian APD yang teratur pada karyawan dan penyediaan fasilitas yang
dan pelaporan kecelakaan atau kondisi yang dapat menunjang pelaksanaan budaya K3
berbahaya di tempat kerja dari yang terkecil (Lampiran 1).
minimal satu kali 24 jam. Adapun prestasi yang Aspek komunikasi dalam penerapan
terdapat di PT. GE Lighting Indonesia yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
mendapat penghargaan P2K3 terbaik dari diperusahaan dapat berjalan dengan lancar
Kabupaten Sleman.

67
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

diperusahaan dapat berjalan dengan Selanjutnya pola kepemimpinan


lancar karena adanya pengurus K3 perusahaan perusahaan dalam penerapan K3
yang menangani segala proses agar dapat diperusahaan sebagai berikut :Pada
berjalan dengan lancar seperti tampak pada Perusahaan kesatu pemimpin sudah
kuotasi berikut ini : memberlakukan manfaat K3 pada karyawan
dan menerapkan SMK3 pada perusahaan agar
“…disetiap unit itu ada namanya
pelaksanaan K3 berjalan lancar. Berikut
satuan pengendalian atau pengamanan
area masing-masing..misalnya di unit pernyataan yang diungkapkan informan selaku
weaving itu ada satgas P2K3 sendiri itu.. personalia perusahaan:
nah dari pimpinan tersebut itu bisa
menginformasikan ke anak buahnya “Iya..sudah itu.. jadi apapun
sementara dari PPK setempat itu bisa pelaksanaan, sehari-hari itu harus diikuti
dapat informasi melalui eee jalur P2K3 atau keselamatan kerja itu. Jadi, misalnya kalau
lembaga yang sudah sah.. yah sosialisasi dibagian listrik atau bagian kimia dan
sampai ke bawah. Salah satu contoh eee sebagainya berarti sudah otomatis tidak
penggunaan eee itu cara menggunakan usah diperintahkan karena sudah ada..ada
alat pemadam api ringan atau APAR prosedurnya kan harus dilaksanakan.
itu..dari menejemen menghendaki untuk Kalau tidak dilaksanakan nanti kan resiko
sampai kebawah,…”(informan 4) kan pada karyawan. Jadi itu sudah
ditanamkan setiap ee mau apel itu
diingatkan, diingatkan iyaa..”
Selanjutnya pada perusahaan kedua,
komunikasi tentang penerapan K3 yaitu “Ya... manajemen itu kan tergantung
dari kepentingannya.. Kalau misalnya
pentingnya penggunaan APD disampaikan
P2K3 itu membantu perusahaan, pimpinan
langsung dari bagian personalia secara rutin, sehingga kan terjadinya keselamatan dan
yaitu bulanan, setiap 6 bulan sekali bahkan kesehatan kerja..”

sampai satu tahun sekali. Sementara itu, pada


perusahaan ketiga budaya K3 menjadi darah Kemudian pada perusahaan kedua

daging para karyawan dikarenakan dari awal pemimpin terlibat aktif dalam mengarahkan

bekerja para karyawan selalu diingatkan oleh bawahan dan bersifat terbuka, semantara pada

atasan dan selalu melaporkan kondisi yang perusahaan ketiga pemimpin melakukan

tidak aman ditempat kerja.Selain informasi monitoring secara berkala pada setiap bagian

pemimpin menginformasikan P2K3 kepada perusahaan untuk mendeteksi secara dini

para karyawan.Ada salah satu informasi yang faktor risiko yang mungkin terjadi pada proses

selalu di patuhi oleh para karyawan yaitu tidak produksi. Pada perusahaan ketiga, pola

merokok selama bekerja. kemimpinan yang diberikan dalam penerapan


budaya K3 pada karyawan sangat baik dengan
“… jadi budaya K3 sudah menjadi dibuktikan adanya karyawan yang
darah daging mereka kalau tidak memiliki
melaporkankan kondisi bahaya yang terjadi
budaya itu pasti gak mau
dilaporin.”(Informan Tringulasi 1) seperti jarak terlalu tinggi, kabel listrik terlalu
“…dengan dilakukan training-
pendek dan batu menghalangi jalan di dalam
training,,sekarang yang lebih adanya
peraturan ditempat kerja yang berkaitan perusahan dan keamanan saat bekerja.
dengan K3 perusahan dan sekarang ada Aspek komitmen dalam penerapan
kemajuan dengan terdapat TV seperti
gambaran kerja dengan aman itu seperti budaya K3 perusahaan adalah sebagai berikut:
(informan Triangulasi 2)

68
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017
e-ISSN 2550-0864

Aspek komitmen dalam penerapan hasil wawancara mendalam diperusahaan ke-3


budaya K3 perusahaan adalah sebagai berikut: berikut ini
Hasil penelitian pada ketiga perusahaan
menunjukkan bahwa semua perusahaan “…membangun motivasi
penghargaan bukan hanya melalui kata-
berkomitmen dan menghimbau kepada semua kata,, selain itu melalui dorongan RRA
karyawan untuk selalu menggunakan APD seperti karyawan yang baik diberikan
penghargaan agar lebih baik,, karyawan
pada saat bekerja, mematuhi peraturan melaporkan bahaya kita kasih
perusahaan dan selalu berhati-hati dalam penghargaan,,” (Informan triangulasi 1)
bekerja. Bahkan pada perusahaan ketiga (PT
“Untuk karyawan motivasinya bagus,,
GE Ligthing Indonesia) berupaya menghindari berkaitan dengan training-training tadi,
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat salah satu cara untuk karyawan inisiatif
bekerja dengan aman caranya dengan
kerja yaitu dengan penganan masalah dan melaporkan kecelakaan yang tidak
melakukan tindakan lanjut, pelaporan atau aman…” (Informan Triangulasi 2)
teguran dan peringatan kepada karyawan agar
menggunakan fasilitas perusahan seperti APD Pekerja dimotivasi untuk menghentikan
dengan baik agar terlindungi dari bahan yang pekerjaan orang yang tidak aman. Seperti yang
berhaya dan kecelakaansaat bekerja. Lebih dijelaskan oleh informan triangulasi harus
jauh lagi untuk menghindari terjadinya terlibat aktif atau interaksi yang baik dalam
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja upaya menghindari kecelakaan kerja dan
perusahaan memberikan reward bagi penyakit akibat kerja seperti terlihat pada kotak
karyawan yang melaporkan jika ada terjadinya tabel berikiut ini :
kecelakaan. Nampak pada kuotasi dibawah ini
“…Setiap hari ada inspeksi langsung
dengan karyawan berupa untuk interaksi
“…Jika ada karyawan yang dengan karyawan dengan membawa
melaporkan akan diberi reward,,laporan kamera dan catatan atau buku, semua
dari yang parah hingga yang sepele. bahaya atau kecelakaan dilaporkan…”
(Informan tringaluasi 1) (Informan triangulasi 1)

Kemudian Motivasi dalam penerapan “… Ada pelaporan safety consen,,ada


timbal balik dengan karyawan,,saya harus
budaya K3 menghasilkan informasi sebagai menemui orang itu, mana yang menjadi
berikut : yang memotivasi karyawan dan safety consen dan minta teman lain
dimasukkan bisa menambah safety
perusahaan dalam penerapan keselamatan
consen kemudian dilakukan dengan
adalah untuk menciptakan lingkungan kerja inspeksi harian, tiap hari kami ada inspeksi
harian (Informan triangulasi 2)
yang sehat dan selamat, adanya aturan dan
sanksi yang diterapkan oleh perusahaan,
Dalam penelitian ini, ketiga perusahaan
pemimpin selalu melakukan monitoring tentang
yang diteliti telah menyediakan APD untuk
penggunaan APD, pemimpin selalu memotivasi
semua karyawan.Kemudian fasilitas dari
karyawan untuk menggunakan APD dan
perusahaan yang diberikan kepada karyawan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
selanjutnya dalah klinik perusahaan.Semua
Seperti tampak pada kuotasi yang diambil dari
perusahaan yang diteliti memiliki fasilitas

69
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

pelayanan kesehatan.Klinik ini berada di dalam melalui penyampaikan informasi tentang


perusahaan dan memberikan pelayanan pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri
secara gratis kepada karyawan. Pelayanan (APD), sosialisasi K3, pelatihan dan adanya
kesehatan yang terdapat di perusahaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
merupakan fasilitas yang disediakan oleh Kerja (P2K3) perusahaan. Aspek komunikasi
perusahaan guna untuk keperluan juga sangat penting dalam menjalankan
pemerikasaan kesehatan karyawan dan program K3 karena dengan adanya komunikasi
apabila terjadi kecelakaan kerja fasilitas K3, para karyawan dapat memahami informasi-
pelayanan kesehatan tersebut diharapkan informasi yang berhubungan dengan
dapat memberikan pertolongan pertama keselamatan pekerjaannya. Komunikasi ini
kapada para karyawan, sebagaimana yang bisa berbentuk rapat-rapat K3, safety talk,
disampaikan oleh informan triangulasi sebagai poster K3, rambu-rambu K3, papan
berikut : pengumuman dan pelatihan-pelatihan K3.3
Implementasi yang efektif selain membutuhkan
“Untuk kesehatan awal ini tidak
memeriksa ada persyaratan dia harus komunikasi yang jelas, juga yang konsisten.
sehat dari dokter tetapi tetapi nanti di Proses transmisi yang baik namun dengan
perjalanan nya kita apa namanya
pemeriksaan berkala setahun 2 kali itu dari, perintah yang tidak konsisten akan
itu yang di harapkan itu memang dari menyebabkan membingungkan pelaksanaan.
dokter yang memiliki sertifikasi Pernyataan yang dilontarkan oleh
hiperkes.”(informan utama ada
perusahaan ke-2). sebagian besar informan merupakan bukti
bahwa bentuk komunikasi K3 sangat penting
Untuk menunjang pelaksanaan budaya K3 dalam perusahaan, tetapi masih ada yang
di perusahaan, makapada perusahaan kesatu jarang menggunakan atau memanfaatkan
disediakan fasilitas higiene dan sanitasi bentuk dari komunikasi K3 diperusahaan. Hal
lingkungan,tempat pembuangan sampah yang ini menjelaskan bahwa program komunikasi K3
bekerja sama dengan dinas PU, instalasi yang telah dijalankan belum memberikan hasil
pengolahan limbah perusahaan, fasilitas MCK yang baik dalam menumbuhkan budaya K3
bagi karyawan dan kantin perusahaan. para pekerja sehingga memerlukan perbaikan
Sementara diperusahaan kedua disediakan didalam strategi pelaksanaannya.11
fasilitas kamar mandi, catering, dan Pemimpin adalah seseorang yang dengan
mushola.Kemudian di perusahaan ketiga wewenang kepemimpinannya mengarahkan
terdapat pemeriksaan higiene makanan setiap bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
harinya sebelum disajikan kepada pekerja pekerjaanya dalam mencapai tujuan. 2 1
untuk melihat jumlah kebutuhan kalori yang Kepemimpinan berkaian dengan proses yang
diberikan. Pemeriksaan dilakukan oleh tim disengaja dari seseorang untuk menekankan
nutrisi yang berada diperusahan. pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain
Proses komunikasi informasi dan edukasi untuk membimbing, membuat struktur,
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja memfasilitasi aktivitas dan hubungan didalam
(K3) pada perusahaan pertama disampaikan kelompok atau organisasi. Kepemimpinan

70
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017
e-ISSN 2550-0864

mempengaruhi keselamatan kerja. Penelitian Tangung jawab ini tidak dapat dialihkan
di PT KRM menjelaskan bahwa saat pemimpin namun dapat dilimpahkan (cascade) secara
masih bersifat pasif, contohnya dengan beruntun ketingkat yang lebih rendah.14
bertindak saat sudah terjadi kecelakaan.12 Komitmen dan keterlibatan pemimpin
Untuk mengatasi permasalahan ini PT. KRM merupakan hal yang paling penting dalam
mulai menerapkan pencapaian SMK3 dan menggerakkan partisipasi pekerja terhadap
salah satu programnya adalah behavioral pemenuhan perilaku kerja aman untuk
based safety yang didalamnya terdapat mencapai budaya K3. Komitmen pemimpin
pelatihan untuk bertindak aktif dalam yang tinggi akan menjamin aspek K3 bisa
pelaksanaan K3.12 terpadu baik dalam struktur organisasi.15
Pola kepemimpinan yang baik sangat Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
dibutuhkan dalam suatu perusahaan dan dari kerja merupakan salah satu bentuk upaya
hasil wawancara mendalam yang dilakukan untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa sehat, bebas dari kecelakaan kerja yang pada
pemimpin menjalankan tugasnya sebagai akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
pemimpin dalam hal pelaksanaan keselamatan produktivitas kerja. 1 6 Selanjutnya untuk
dan kesehatan kerja perusahaan dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja dapat
memberikan sosialisasi dan evaluasi pada saat dilakukan beberapa hal sebagai berikut
rapat K3 berlangsung. Seorang pemimpin memakai alat pelindung diri dengan sungguh-
berperan menentukan program kegiatan yang sungguh tanpa paksaan tentang APD,
didasarkan pada asumsi dasar organisasi, atau menyadari betapa pentingnya keselamatan
konsep manajemen yang digunakan.13Bila kerja, dan mematuhi segala peraturan yang
perilaku bawahan sesuai dengan program yang berlaku di tempat kerja.17
telah ditetapkan oleh pemimpin, nilai yang Hasil penelitian pada ketiga perusahaan
diperolehnya tinggi.Sebaliknya, apabila menunjukkan bahwa semua perusahaan
perilaku individu dalam organisasi jauh dari berkomitmen dan menghimbau kepada semua
kebenaran sebagaimana yang tertuang dalam karyawan untuk selalu menggunakan APD
program kerja yang dibuat oleh pemimpin, di pada saat bekerja, mematuhi peraturan
13
situ nilainya rendah. perusahaan dan selalu berhati-hati dalam
Salah satu organisasi profesional K3 di bekerja. Bahkan pada perusahaan ketiga (PT
USA, International Association Of Safety GE Ligthing Indonesia) berupaya menghindari
Professional (IASP) menetapkan prinsip K3 terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
adalah tanggung jawab menejemen atau kerja yaitu dengan penganan masalah dan
perusahaan merupakan bagian yang paling melakukan tindakan lanjut, pelaporan atau
bertanggung jawab mengenai K3.14 teguran dan peringatan kepada karyawan agar
Manajemen perusahaan bertanggungjawab menggunakan fasilitas perusahan seperti APD
terhadap semua aktivitas usaha termasuk dengan baik agar terlindungi dari bahan yang
aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang berbahaya dan kecelakaansaat bekerja.
timbul dari proses atau aktivitas operasinya. Prosedur keselamatan kerja merupakan

71
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

salah satu faktor yang dapat meminimalisasi didasari atas keinginan manusia untuk mencari
kecelakaan yang disebabkan oleh kondisi yang keuntungan-keuntungan tertentu. Motivasi
tidak aman karena dapat memberikan positif merupakan proses pemberian motivasi
gambaran dan batasan yang jelas terhadap atau usaha pembangkitan motif, dimana hal itu
13
penerapan program keselamatan kerja. diarahkan pada usaha untuk mempengaruhi
Kemudian, adanya kepengurusan P2K3 juga orang lain agar dia bekerja secara baik dan
merupakan komitmen perusahaan terhadap antusias dengan cara memberikan keuntungan
pelaksanaan budaya K3, selain semua eleemn tertentu. 2) Motivasi negatif sering dikatakan
di perusahaan juga perlu memahami tentang sebagai motivasi yang bersumber dari rasa
manfaat P2K3 diperusahaan. Kemudian takut, misalnya jika tidak bekerja akan muncul
komitmen perusahaan untuk menyediakan Alat rasa takut dikeluarkan, tidak diberi gaji dan lain
Pelindung Diri pada setiap karyawan, disiplin sebagainya. 3) Motivasi dari dalam timbul pada
mentaati aturan perusahaan terkait dengan diri pekerja waktu dia menjalankan tugas-tugas
penerapan K3.18 Budaya perusahaan yang atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri
diterapkan dalam perusahaan akan pekerja itu sendiri. 4) Motivasi dari luar adalah
memberikan jaminan tumbuhnya kreativitas motivasi yang muncul sebagai akibat adanya
pada semua level, maka para pegawai tidak pengaruh yang ada diluar pekerjaan dan dari
akan terjebak dalam aktivitas yang rutin dan luar diri pekerja itu sendiri.5.21
mampu meningkatkan produktivitas dan Para pekerja harus diberi motivasi untuk
kreativitasnya. Budaya perusahaan menggerakkan pelaksanaan K3 secara nyata
memberikan kontribusi positif terhadap dilapangan.Saling mengingatkan dan
tumbuhnya output yang dihasilkan para mengharapkan tindakan.15 Perlu ditanamkan
karyawan yang sekaligus mencerminkan bahwa tanggung jawab K3 bukan hanya untuk
meningkatnya produktivitas. Untuk diri sendiri tetapi juga terhadap diri rekan-rekan
mewujudkan nilai-nilai dari perusahaan sekerjanya. Dengan meningkatnya kegairahan,
tersebut, sebelumnya seorang karyawan keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan
membutuhkan keamanan dalam maka dapat dipastikan motivasi kerja karyawan
pekerjaannya.19 Seorang karyawan pasti ingin dapat meningkat.Berdasarkan uraian yang
agar pekerjaannya dapat terlepas dari risiko, telah ditetapkan sebelumnya dapat
dan untuk memastikan hal tersebut maka disimpulkan bahwa keselamatan dan
diperlukan suatu manajemen yang dapat kesehatan kerja berkontribusi terhadap
meminimalkan risiko sehingga pekerja dapat motivasi kerja karyawan. Dengan adanya
berkomitmen secara penuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang
perusahaan. Hal inilah yang membuat sebuah diberikan oleh perusahaan maka diharapkan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja motivasi kerja dari karyawan dapat berjalan
sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan.9,20 sesuai dengan yang diinginkan oleh
Motivasi yang mempengaruhi manusia perusahaan.1
organisasional dalam bekerja atau mungkin Fasilitas atau sarana dan prasarana
menjauhi pekerjaan adalah 1) Motivasi positif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

72
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017
e-ISSN 2550-0864

dalam pelaksanaan budaya Keselamatan dan yang sesuai dengan hak dan martabatnya
Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan. sehingga mampu bekerja secara aktif dan
Pengadaan fasilitas yang layak, seperti produktif, tenaga kerja dapat bekerja dengan
gedung, tanah, dan peralatan perkantoran akan produktif sehingga dapat meningkatkan hasil
menunjang dalam keberhasilan implementasi produksi. Dengan demikian dapat menambah
suatu program atau kebijakan. Dengan keuntungan bagi tenaga kerja, yaitu berupa
penyediaan APD ini, harapannya karyawan kenaikan gaji atau jaminan sosial bagi
bisa terhindar dari kecelakaan kerja dan kesejahteraan
penyakit akibat kerja.Fasilitas seperti APD yang Kemudian fasilitas dari perusahaan yang
disediakan oleh perusahan dan dipakai oleh diberikan kepada karyawan selanjutnya dalah
tenaga kerja harus memenuhi syarat klinik perusahaan. Semua perusahaan yang
pembuatan, pengujian dan sertifikat.22 APD diteliti memiliki fasilitas pelayanan kesehatan.
bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan, Hal ini sesuai dengan pengertian klinik
tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena perusahaan adalah tempat untuk memberikan
dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun pelayanan terutama pada bidang kesehatan
kecelakaan pada waktu bekerja. kerja minimal peningkatan, pencegahan
Alat Pelindung Diri (APD) berperan penting pengobatan dan pemulihan yang di
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. selenggarakan oleh perusahaan atau badan
Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
memiliki peranan dan kedudukan yang penting klinik perusahaan berfungsi untuk memeliharan
sebagai pelaku pembangunan. Menggunakan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja,
APD merupakan kewajiban para pekerja atau membantu perusahaan menentukan kebijakan
buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek dalam bidang kesehatan kerja serta untuk
atau bangunan sebuah gedung. Kewajiban itu meningkatkan produktivitas karyawan, adapun
sudah disepakati oleh pemerintah melalui jenis pelayanan kesehatan kerja di klnik tempat
Depertemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. kerja antara lain meliputi pelayanan promotif,
Alat-alat demikian harus memenuhi preventif, kuratif dan rehabilitatif. 2 3 , 2 4 , 2 5
persyaratan tidak mengganggu kerja dan Selanjutnya hal karyawan atas keselamatan
memberikan perlindungan efektif terhadap dan kesehatan di jamin oleh perusahaan
jenis bahaya.22 tempat dia berkerja sesuai dengan pernyataan
Penggunaan APD memiliki peranan dalam UU Nomor 13 tahun 2003, yaitu setiap
penting karena bermanfaat tidak hanya bagi tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
tenaga kerja, tetapi juga bermanfaat bagi atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
perusahaan. Adapun manfaat APD bagi tenaga pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang
kerja adalah tenaga kerja dapat bekerja dengan sesuai dengan martabat manusia dan moral
lebih aman karena dapat terhindar dari agama.
17
berbagai bahaya kerja. Tenaga kerja dapat Secara sederhana, fasilitas yang diberikan
mencegah kecelakaan akibat kerja, tenaga perusahaan terkait dengan implementasi K3
kerja dapat memperoleh derajat kesehatan berbeda-beda tetapi tetap mengacu pada faktir

73
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

risiko bahaya yang dapat terjadi di tempat dan sebagai sarana untuk meningkatkan
kerja.Penyediaan fasilitas tersebut akan produktivitas perusahaan
mendorong karyawan untuk bekerja tetapi tetap
selamat dan sehat. Fasilitas ini juga tidak DAFTAR PUSTAKA
terlepas dari kesadaran karyawan sendiri untuk 1. Aisyah, N, Al-Musadieq, M, Mukzam, D.
memanfaatkannya dengan baik atau tidak. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan
KESIMPULAN DAN SARAN (Studi Pada Karyawan Bagian Instalation

Implementasi budaya K3 pada Dan Maintenance PT. Berca Schindler Lifts

perusahaan-perusahaan di Yogyakarta Surabaya) [Skripsi]. Surabaya: Universitas

berbeda-beda. Hal ini tidak terlepas dari peran Brawijaya Malang; 2013

komunikasi seperti pola komunikasi antara 2. Undang-undang No 1 tahun 1970 Tentang

pemimpin dengan karyawan, motivasi Keselamatan Kerja Bab IX Pasal 13

perusahaan dan karyawan dalam penerapan Tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat

K3 serta fasilitas dari perusahaan seperti Kerja

penyediaan Alat Pelindung Diri sangat penting 3. Mahdaniah, Russeng, S, Rahim, R.

dalam membudayakan K3. Pada perusahaan Gambaran Penerapan Sistem Manajemen

berskala nasional penerapan budaya K3 lebih Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)

menonjol dibandingkan perusahaan berskala Pada PT. Tunas Muda Jaya Kalimantan

lokal dan setiap perusahaan mempunyai sisi Timur [Laporan Praktek Kerja Lapangan];

kekurangan dan kelebihan.1) perusahaan 2013

pertama sebagai perusahaan lokal telah 4. Uha, N. Budaya organisasi kepemimpinan

menerapkan program keselamatan dan dan kinerja. Jakarta: Kencana; 2013

kesehatan kerja (K3), tetapi budaya 5. Hasibuan, P. Organisasi & Motivasi Dasar

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) masih Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi

kurang; 2) perusahaan kedua berskala nasional Aksara; 2014

telah menerapkan budaya K3 seperti pemimpin 6. Mentang, F. Evaluasi Penerapan Sistem

selalu mengingatkan karyawan dalam hal Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan

informasi K3, dan adanya fasilitas APD bagi Kerja Pada Peningkatan Fasilitas PT.

karyawan; 3) perusahaan ketiga skala nasional Trakindo Utama Balikpapan. Jurnal Sipil

mendapat penghargaan dari Bupati sebagai Statik. Pt. Trakindo Utama Balikpapan.

Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan 2013; 1(5) : 318-328

Kerja (P2K3) terbaik; perusahaan ini secara 7. International Labour Organization

umum sudah menerapkan budaya K3 mulai (ILO). Pertumbuhan Ekonomi di

dari stuktur organisasi sampai proses produksi Indonesia, Jakarta; 2012

Penerapan budaya K3 di perusahaan dapat 8. International Labour Organization (ILO).

menjadi indikator untuk meningkatkan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Se-

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dunia, Pers Bersama : Jakarta ; 2014

74
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017
e-ISSN 2550-0864

9. Setiawan, H. Pengaruh Budaya Organisasi 17. Kurniawati D. Keselamatan dan Kesehatan


dan Program K3 pada Produktivitas Kerja Bidang Teknologi Informasi,
Karyawan PT. KAI Bandung. Jurnal Surakarta: Aksarra Sinergi Media; 2013
Trikonomika. 2009 ; 8 (1) : 39-45 18.Kusuma, J. Pelaksanaan Program
10. Saryono, Anggraeni M D. Metodologi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, K a r y a w a n P T. B i t r a t e x I n d u s t r i e s
Yogyakarta: Nuha Medika; 2013 Semarang; 2010
11. Dananjaya, U, Wiguna, A, Indriyani, R. 19. Kurniawidjaja L. M. Teori Dan Aplikasi
Pengaruh Program Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja, Jakarta: Universitas
Terhadap Budaya Keselamatan Kerja Pada Indonesia (UI-Press); 2012
Pekerja Proyek Di Daerah Terpencil (Studi 20.Liliyana O. W. Persepsi Terhadap Risiko
Kasus Di Lingkungan Total E&P Indonesia Ditinjau Dari Pengetahuan, Motivasi,
Di Kalimantan Timur). Prosiding Seminar Ketrampilan Keselamatan Dan
N a s i o n a l M a n a j e m e n Te k n o l o g i Kewsehatan Kerja (K3) Pada Karyawan PT.
XVIII.Program Studi MMT-ITS, Surabaya Sarana Karya Kabupaten Buton Provinsi
27 Juli 2013. ISBN : 978-602-97491-7-5 Sulawesi Tenggara ; 2012
12. Lisnanditha,Y. Pengaruh Kepemimpinan, 2 1 .H a s i b u a n , P. M a n a j e m e n D a s a r,
budaya keselamatan kerja, dan iklim kerja Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi
terhadap perilaku keselamatan kerja: Studi Aksara ; 2008
kasus di PT. Karma Yudha Ratu Motor 22. Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan
(KRM). Universitas Indonesia; 2012 Kerja di Industri,Yogyakarta: Graha Ilmu;
13. Sholilah,Q & Kuncoro,W. Keselamatan 2012
Kesehatan Kerja (Konsep, perkembangan, 23. Depkes RI. Pedoman Klinik di Tempat
& implementasi Budaya Keselamatan). Kerja/Perusahaan.Cetakan ke III :
Jakarta : EGC; 2013 Departemen Kesehatan RI; 2007
14. Alamsyah D, Muliawati R. Pilar Dasar 24. Ciptaningsih, F, Ekawati, Kurniawan, B.
Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan
Medika; 2013 Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di
15. Somad I. Teknik Efektif dalam Perusahaan Industri Baja. Jurnal
Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat 2014; 2 (4) : 259-
Kesehatan, Jakarta : PT. Dian Rakyat; 2013 266
16. Andani H. Ilmu Kesehatan Masyarakat, 25. Cristina, WK, Djakfar, L, Thoyib, A.
Yogyakarta : Nuha Mendika; 2011 Pengaruh Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja
Proyek Konstruksi, Jurnal Rekayasa Sipil.
2012; 6 (1) : 102-111

75
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864

76

You might also like