You are on page 1of 7

ISSN : ISSN 2442-4986

An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8 (1) Juni 2021 : 88-94


https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ANN/article/view/4815
LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN ANTARA KUALITAS UDARA RUANG
DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA

LITERATURE REVIEW : LINK BETWEEN SPACE AIR QUALITY AND HEALTH


INTERFERENCE IN WORKERS

Windy Cintya Dewi1*, Mursid Raharjo2, Nur Endah Wahyuningsih3


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
1,2,3

Jl. Prof Sudarto No 13 Tembalang Kota Semarang Jawa Tengah. Indonesia


*Email : windycintya@gmail.com

ABSTRACT
Air is an important component in life. An increase in human activity causes the concentration of
substances in the air to increase. Health problems are one of the consequences caused by indoor air
quality that does not meet health requirements. Air quality must include physical, chemical and
biological qualities. An office is one of the workplace and cannot be separated from the dangers of the
work environment that can affect th safety and health of the employees in it. This research is a
literature review. The method used is to conduct a study of research that falls within the criteria for a
review. From the results of sorting the material, there are seven articles which are then discussed.
According to the National Institute of Occupational Safety anh Health (NIOSH), the causes of indoor
air quality problems are generally caused by a number of things, namely lack of air ventilation presence
of contaminants in the room, contaminants from outside, microbes, building material and other.
Health problems in workers related to indoor air quality can be caused by several factors including
indoor environmental conditions (room temperature, humidity and air flow), building construction
and furniture, processes and tools in buildings, poor air ventilation and worker’s health status and
psychosocial/stress factors.

Keywords: indoor air quality; temperature; humidity; ventilation; health problems

ABSTRAK
Udara merupakan komponen penting dalam kehidupan. Adanya peningkatan aktifitas
manusia menyebabkan konsentrasi zat dalam udara meningkat. Gangguan kesehatan
merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan karena kualitas udara dalam ruang yang
tidak memenuhi syarat kesehatan. Kualitas udara tersebut harus meliputi kualitas fisik, kimia
dan biologi. Perkantoran adalah salah satu tempat kerja dan tidak terlepas dari bahaya
lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan para karyawan di
dalamnya. Penelitian ini merupakan literature review. Metode yang digunakan yaitu
melakukan kajian terhadap penelitian yang masuk dalam kriteria untuk dilakukam review.
Dari hasil pemilahan bahan terdapat tujuh artikel yang kemudian dibahas. Menurut National
Intitute of Occupational Safety dan Health (NIOSH), penyebab timbulnya masalah kualitas
udara dalam ruangan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya
ventilasi udara, adanya sumber kontaminan di dalam ruangan, kontaminan dari luar
ruangan, mikroba, bahan material bangunan dan lain-lain. Gangguan kesehatan pada pekerja
kaitanyya dengan kualitas udara dalam ruang dapat diakibatkan oleh beberapa factor
diantaranya kondisi lingkungan dalam ruang (suhu ruangan, kelembaban dan aliran udara),
konstruksi gedung dan perabot/furniture, proses dan alat –alat dalam gedung, ventilasi
udara yang buruk dan status kesehatan pekerja serta factor psikososial/stress.

Kata kunci : Kualitas Udara Ruang; Suhu; Kelembaban; Ventilasi; Gangguan Kesehatan.

88
Windy Cintya Dewi, Mursid R. dan Nur Endah W; Literatur Review : Hubungan Antara Kualitas Udara Ruang Dengan Gangguan
Kesehatan Pada Pekerja

PENDAHULUAN berhubungan dengan bangunan itu sendiri,


Udara merupakan komponen penting dalam perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan
kehidupan. Selain oksigen terdapat zat –zat lain yang sebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban,
terkandung dalam udara, seperti karbon monoksida, pertukaran udara dan hal-hal yang berhubungan
karbon dioksida, formaldehid, jamur, virus dan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam
sebagainya. Zat tersebut jika masih dalam batas ruangan, misalnya merokok. Banyaknya aktifitas di
normal akan dinetralisasi. Peningkatan konsentrasi gedung berpengaruh pada meningkatnya jumlah
zat tersebut dalam udara disebabkan oleh factor polutan dalam rungan.
aktifitas manusia (1). Pengelompokan udara ada dua Mikroorganisme yang berasal dalam
jenis yaitu udara luar ruangan (outdoor air) dan udara ruangan misalnya serangga, bakteri, kutu binatang
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam peliharaan dan jamur. Mikroba pencemar udara ini
ruangan adalah udara di dalam suatu bangunan dapat berupa khamir dan kapang. Mikroorganisme
yang dihuni atau ditempati untuk satu periode yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan
sekurang-kurangnya 1 jam oleh orang dengan istilah bioaerosol6. Bioaerosol dalam ruangan dapat
berbagai status kesehatan yang berlainan (2). Kualitas berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi dari
udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan dalam ruangan, dari luar ruangan dapat berupa
manusia karena hampir 90% manusia berada dalam jamur yang berasal dari organisme yang membusuk,
ruangan (3). Sebanyak 400 sampai 500 juta orang tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkai binatang,
khususnya di negara yang sedang berkembang bakteri Legionella yang berasal dari soil-borne yang
seringkali berhadapan dengan masalah polusi udara menembus ke dalam ruang, alga yang tumbuh dekat
dalam ruangan (4). Ruangan disini dapat berarti kolam/danau dan masuk ke dalam ruangan melalui
sebuah kantor, sekolah, fasilitas transportasi, pusat hembusan angin dan jentik-jentik serangga di luar
perbelanjaan, rumah sakit dan rumah hunian. ruang dapat menembus bangunan tertutup.
Kualitas udara dalam ruangan mendapat perhatian Sedangkan kontaminasi dari dalam ruang banyak
khusus karena dapat menimbulkan gangguan terjadi pada kelembaban antara 25-75%. Pada kisaran
kesehatan pada manusia. Kualitas udara dalam ini spora jamur akan meningkat dan terjadi
ruang yang baik dapat dicapai dan dipertahankan peningkatan jamur dan sumber kelembaban di dalam
dengan memperhatikan sistem ventilasi ruangan, atau di sekitar ruangan misalnya tandon air dan bak
desain dan bentuk ruangan serta manajemen air di kamar mandi (6).
polutan. Masalah yang sering didapatkan dari Perkantoran merupakan salah satu tempat
berbagai penelitian mengenai kualitas udara ruang kerja dan tidak terlepas dari berbagai potensi bahaya
meliputi tiga komponen umum yang diurutkan lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi
berdasarkan frekuensi kejadiannya yaitu yang keselamatan dan kesehatan para karyawan di
tertinggi adalah ventilasi yang tidak adekuat, dalamnya. Dalam rangka mendukung terwujudnya
kontaminasi kimia dan terendah adalah kontaminasi upaya keselamatan dan kesehatan kerja di gedung
mikrobiologi (5). perkantoran diperlukan standar penyelenggaraan
Menurut International Institute of Occupational keselamatan, kesehatan kerja, lingkungan kerja,
Safety and Health (NIOSH) 1997 yang dikutip oleh sanitasi dan ergonomi perkantoran (7). Gangguan
Depkes RI (2005), penyebab timbulnya masalah kesehatan pada pekerja kaitannya dengan kualitas
kualitas udara dalam ruangan pada umumnya udara dalam ruang dapat diakibatkan oleh beberapa
disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya factor diantaranya kondisi lingkungan dalam ruang
ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminan di (suhu ruangan, kelembaban dan aliran udara),
dalam ruangan (16%), kontaminan dari luar ruangan konstruksi gedung, perabot/furniture, proses dan
(10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%), alat-alat dalam gedung, ventilasi udara yang buruk
dan lain-lain (13%). Penyebab polusi udara bisa dan status kesehatan para pekerja serta factor
berasal dari bahan alamiah maupun bahan sintesis. psikososial/stress (1). Sesuai Permenkes Nomor 48
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan Tahun 2016 tentang standar keselamatan dan

89
Windy Cintya Dewi, Mursid R. dan Nur Endah W; Literatur Review : Hubungan Antara Kualitas Udara Ruang Dengan Gangguan
Kesehatan Pada Pekerja

kesehatan pekerja perkantoran disebutkan bahwa debu pm (2,5). Tujuan penelitian ini untuk
standar k3 perkantoran meliputi keselamatan kerja, mengetahui kualitas udara dalam ruang perkantoran
kesehatan kerja, kesehatan lingkungan kerja dengan parameter fisik dan kimia serta melakukan
perkantoran dan ergonomi perkantoran. Standar evaluasi berdasarkan Permenkes No 48 tahun 2016
tersebut ditujukan untuk mencegah dan mengurangi tentang kesehatan dan keselamatan kerja
penyakit akibat kerja dan penyakit lain, kecelakaan perkantoran.
kerja pada karyawan dan menciptakan perkantoran
yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong BAHAN DAN METODE
produktifitas kerja (7). Penelitian yang telah Penelitian ini merupakan sebuah study
dilakukan pada oleh Moch Sahri, dkk pada tahun literatur review. Pengertian Systematic Literature
2019 dengan judul Penilaian Kualitas Udara Ruang Review merupakan istilah yang sering digunakan
pada Gedung Perkantoran di Surabaya untuk merujuk pada metodologi penelitian atau riset
menggunakan metode penelitian observasional, tertentu dan pengembangan yang dilakukan untuk
sampel yang diambil 11 ruangan pada salah satu mengumpulkan serta mengevaluasi penelitian yang
gedung perkantoran di Surabaya dengan parameter terkait pada fokus topik tertentu. Kata kunci yang
yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia. digunakan dalam studi ini yaitu “kualitas udara
Hasil dari penelitian yaitu dari sampel yang diukur, 9 ruang, suhu, kelembaban, ventilasi, gangguan
diantaranya tidak memenuhi standar penerangan, 5 kesehatan.” yang telah dilakukan oleh peneliti
ruangan tidak memenuhi standar suhu ruangan dan sebelumnya yang dapat dipertanggung jawabkan
7 ruangan tidak memenuhi standar kelembaban, 3 secara ilmiah. Tulisan yang dicari dan digunakan
ruangan tidak memenuhi standar parameter HOCH dalam penulisan ini adalah tulisan yang
dan 4 ruangan tidak memenuhi standar parameter diterbitkan mulai dari tahun 2010 sampai tahun
2021 dari berbagai sumber jurnal baik nasional
maupun internasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Variabel Dan Hasil Penelitian


Penulis Tujuan Desain Variabel Hasil
Esi Liyastuti Mengetahui hubungan Cross sectional Temperature, Tidak ada hubungan
2010 antara jumlah koloni kelembaban, antara jumlah mikroba
mikroorganisme udara jenis kelamin, udara dalam ruang
dalam ruang dengan kebiasaan dengan kejadian SBS
Sick Building Syndrome merokok,
(SBS) di B2TKS status gizi,
masa kerja.

Cahyatri Menganalisis Cross sectional Suhu ruang, Suhu berpengaruh


Rupisianing hubungan kualitas kelembaban, signifikan terhadap
Candrasari dan udara dalam ruang jumlah CO, terjadinya keluhan
J Mukono dengan keluhan yang jumlah debu, kesehatan berupa iritasi
2013 dirasakan oleh jumlah total kulit. Makin tinggi suhu
penghuni Lembaga koloni per m3 memiliki risiko 0,634 kali
Pemasyarakatan Kelas udara (kuman lebih besar untuk
II A Sidoarj dan jamur) terjadinya iritasi kulit.

90
Windy Cintya Dewi, Mursid R. dan Nur Endah W; Literatur Review : Hubungan Antara Kualitas Udara Ruang Dengan Gangguan
Kesehatan Pada Pekerja

-
Evi Wulandari Mengetahui faktor apa Analitik Suhu ruang,
- Ada hubungan antara
2013 saja yang berhubungan observasional pencahayaan,
suhu, pencahayaan,
dengan keberadaan dengan kelembaban,
kelembaban dan
Streptococcus di udara rancangan kepadatan
sanitasi ruangan
pada rumah susun Cross sectional hunian,
dengan keberadaan
Kelurahan Bandarharjo sanitasi ruangan
Streptococcus
Kota Semarang
- Tidak ada hubungan
antara kepadatan
hunian dengan
keberadaan
Streptococcus

Wawan Supra Mengetahui gambaran Cross sectional Angka kuman Angka kuman melebihi
Wismana. kualitas mikrobiologi udara, baku mutu sesuai
2016 udara kamar operasi, suhu udara, jenis Kepmenkes No 1204
karakteristik karyawan kelamin, usia tahun 2004 yaitu di atas
dan keluhan kesehatan karyawan, masa 10 CFU/m3.
kerja, Suhu udara memenuhi
lama kerja standar baku mutu
Keluhan karyawan yang
terbanyak adalah
keluhan karena iritasi
kulit, sebanyak 50%
responden
Mayoritas keluhan
dirasakan oleh karyawan
perempuan sebasar 53,8%
Eka Mengetahui kualitas Penelitian Waktu Angka kuman melebihi
Sukmawaty, udara dalam ruang kualitatif pengambilan batas yang ditentukan
et. Al berdasarkan jumlah dengan metode sampel, sesuai Kepmenkes No
2017 koloni yang diperoleh purposive jumlah 1405 tahun 2004 yaitu
dan mengetahui sampling pengunjung RS, melebihi 500 CFU/m3.
karakteristik koloni kelembaban, Tingginya jumlah koloni
bakteri yang suhu udara, dipengaruhi waktu
ditemukan di ruang pencahayaan pengambilan sampel
perawatan VIP Anak Ruangan dengan jumlah
RSUD H. Padjongga bakteri paling tinggi ada
Daeng Ngalle di Ruangan anak kelas II
yaitu sebesar 5584,09
CFU/m3.

Isharyadi Menganalisis kualitas Cross sectional Suhu ruang, Dari penelitian ini, hasil
Putra, et, al. mikroorganisme udara kelembaban, yang didapat bahwa :
2018 dalam ruang pencahayaan, 1. Ada hubungan antara
administrasi Gedung angka total suhu ruang,
Menara Universitas mikroorganisme, kelembaban ruang,
Muslim Indonesia. gangguan dan angka total

91
Windy Cintya Dewi, Mursid R. dan Nur Endah W; Literatur Review : Hubungan Antara Kualitas Udara Ruang Dengan Gangguan
Kesehatan Pada Pekerja

Kesehatan. mikroorganisme
udara terhadap
gangguan kesehatan,
dengan nilai p-value
0,001 (0,001<0,05)
2. Tidak ada hubungan
antara pencahayaan
ruang dengan angka
total mikroorganisme
udara terhadap
gangguan kesehatan
dengan nilai p value
0,156 (0,156>0,05)

Erna Mengetahui besarnya Penelitian Laju inhalasi, Pengambilan sampel


Handayani, et risiko paparan angka observasional lama pajanan, dilakukan pada 103 titik
al. kuman udara terhadap dengan frekuensi sampel di 13 Puskesmas.
2020 kesehatan petugas menggunakan pajanan, Hasil pengukuran jumlah
Puskesmas metode durasi pajanan, kuman yang terbawa
menggunakan Microbial Microbial Risk berat badan, udara pada setiap lokasi
Risk Assessment (MRA) Assessment konsentrasi pengambilan sampel
(MRA) angka kuman menunjukkan bahwa di
udara beberapa lokasi
didapatkan hasil yang
melebihi standar yang
disyaratkan oleh ACGHI
yaitu 500 CFU / m3.,
Hasil pengukuran kuman
44 titik sampel (42,72%)
melebihi ambang batas
dan 59 titik sampel
(57,28%) memenuhi
ambang batas. Tertinggi
di Puskesmas
Karangmalang

PEMBAHASAN dalam ruangan karena faktor kelembaban,


Kualitas Udara Ruang keberadaan mikroorganisme, merupakan penyebab
Kualitas udara dalam ruang yang baik utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia
didefinisikan sebagai udara yang bebas bahan (WHO, 2009). Penyakit yang berhubungan dengan
pencemar penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau bioaerosol dapat berupa penyakit infeksi seperti flu,
terganggunya kesehatan penghuni. Temperatur dan hipersensitivitas (asma, alergi) dan toxicoses, yaitu
kelembaban ruangan juga mempengaruhi toksin dalam udara di ruangan yang terkontaminasi
kenyamanan dan kesehatan penghuni. Manusia yang menjadi penyebab gejala SBS (Sick Building
menghabiskan sebagian besar waktu, sepanjang hari, Syndrome) (8).
dalam ruangan di rumah, kantor, sekolah, fasilitas Sesuai Permenkes Nomor 48 tahun 2016
kesehatan, atau tempat publik lainnya. Kualitas tentang standar keselamatan dan kesehatan pekerja
udara yang kita hirup di gedung-gedung merupakan perkantoran disebutkan bahwa standar K3
faktor penentu penting dari kesehatan. Polusi udara perkantoran meliputi keselamatan kerja, kesehatan
92
Windy Cintya Dewi, Mursid R. dan Nur Endah W; Literatur Review : Hubungan Antara Kualitas Udara Ruang Dengan Gangguan
Kesehatan Pada Pekerja

kerja, kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan Kontaminasi mikrobiologi


ergonomi perkantoran. Standar tersebut ditujukan Kontaminasi mikrobiologi dalam gedung
untuk mencegah dan mengurangi penyakit akibat merupakan masalah yang umum dan kadang
kerja dan penyakit lain, kecelakaan kerja pada menjadi serius di wilayah-wilayah yang memiliki
karyawan dan menciptakan perkantoran yang aman, kelembaban tinggi (lebih 60%). Kontaminasi
nyaman dan efisien untuk mendorong produktifitas mikrobiologi dalam gedung seringkali merupakan
kerja. akibat dari terbentuknya kelembaban yang cepat dari
berbagai sumber, seperti air hujan, genangan air
Ventilasi dalam sistem pengatur udara ruang, dan pendingin.
Ventilasi merupakan kondisi sirkulasi udara Dalam banyak kasus, bukti nyata pertumbuhan
keluar masuk dalam suatu ruangan. Ventilasi yang kapang biasanya merupakan bukti yang cukup untuk
tidak adekuat merupakan penyebab tunggal yang menentukan adanya kontaminasi mikrobiologis
paling utama dalam keluhan mengenai kualitas dalam Gedung.
udara dalam ruang. Umumnya, masalah ventilasi Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai
memungkinkan meningkatnya kontaminasi dalam alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat
ruang kerja hingga pada tingkat yang dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja,
mengganggu ataupun menurunkan kenyamanan namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi
pada pekerja. Dampaknya terhadap kesehatan dapat tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak.
terjadi terutama pada pekerja yang lebih rentan. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara
Kebanyakan masalah kualitas udara dalam ruang dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan
seringkali disebabkan oleh lebih dari satu kondisi berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai
yang saling mempengaruhi. Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building
Syndrome (TBS).
Kelembaban Sumber pencemaran udara dalam ruangan
Kelembaban relative udara adalah menurut penelitian The National Institute of
perbandaingan jumlah uap air dalam udara dengan Occupational Safety and Health (NIOSH) dirinci
jumlah air maksimum yang dapat dikandung oleh menjadi 5 sumber meliputi:
udara tersebut dalam suhu yang sama dan 1. pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam
dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban ruangan gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan
yang dianggap nyaman adalah 40- 60%. Bila pembersih ruangan;
kelembaban ruangan di atas 60% akan menyebabkan 2. pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya
berkembangbiaknya organisme patogen maupun gas buangan kendaraan bermotor, cerobong asap
organisme yang bersifat alergen. Namun bila dapur karena penempatan lokasi lubang ventilasi
kelembaban ruangan di bawah 40% (misalnya 20- yang tidak tepat;
30%) dapat menimbulkan ketidaknyamanan, iritasi 3. pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti
mata, dan kekeringan pada membran mukosa (misal formaldehid, lem, asbestos, fibreglass, dan bahan
tenggorokan) (4). lainnya;
4. pencemaran mikroba meliputi bak teri, jamur,
Suhu ruang virus atau protozoa yang dapat ditemukan di
Suhu udara sangat berperan dalam saluran udara dan alat pendingin ruangan beser
kenyamanan bekerja, suhu ruang kerja yang terlalu ta seluruh sistemnya; dan
dingin dapat menimbulkan gangguan bekerja bagi 5. kurangnya udara segar yang masuk karena
karyawan, seperti gangguan konsentrasi sedangkan gangguan ventilasi udara dan kurangnya
suhu yang panas dapat menyebabkan heat stress serta perawatan sistem peralatan ventilasi (10).
menurunkan kualitas udara dalam ruang dan
mempengaruhi kenyamanan manusia yang tinggal Gangguan Kesehatan
atau bekerja dalam ruang kerja (9). Ruangan merupakan suatu tempat aktivitas
manusia di mana hampir 90% dari waktu yang ada

93
Windy Cintya Dewi, Mursid R. dan Nur Endah W; Literatur Review : Hubungan Antara Kualitas Udara Ruang Dengan Gangguan
Kesehatan Pada Pekerja

dihabiskan manusia di dalam ruangan, jauh lebih yang sedang menderita penyakit yang ditularkan
lama dibandingkan di udara terbuka. Beberapa gejala melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh
yang sering dirasakan pada 20-30% pekerja dalam berkerja, Lantai dibersihkan dengan antiseptik; dan
suatu ruangan dengan adanya kejadian sick building Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan
syndrome adalah sakit kepala, kelelahan, iritasi mata, baik.
iritasi tenggorokan, iritasi hidung, iritasi kulit, batuk
kering, sukar konsentrasi, perasaan mual, UCAPAN TERIMAKASIH
mengantuk, dan adanya hipersensitivitas terhadap Ucapan terima kasih disampaikan kepada
bau (10,11). Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan
Dampak pencemaran udara dalam ruangan Universitas Diponegoro Semarang serta kedua dosen
terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau pembimbing saya (Bp. Murisd Raharjo dan Ibu Nur
organ tubuh yang kontak langsung dengan udara Endah Wahyuningsih).
meliputi organ sebagai berikut :
1. Iritasi selaput lendir: Iritasi mata, mata pedih, DAFTAR PUSTAKA
mata merah, mata berair 1. Laila Fitria et al. Kualitas Udara dalam Ruang
2. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, Perpustakaan Universitas “X” Ditinjau dari Kualitas
sakit menelan, gatal, batuk kering Biologi, Fisik dan Kimiawi.Makara Kesehatan.
3. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, 2008;12(2):76-82
lemah/capai, mudah tersinggung, sulit 2. Suharyo Widagdo, 2009. Kualitas Udara Dalam
berkonsentrasi Ruang Kerja. Epsilon. 2009;13(3):86-89.
4. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas 3. Susanna D, et al. Kesehatan dan Lingkungan.
berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat
5. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal Universitas Indonesia; 1998.
6. Gangguan saluran cerna: Diare/mencret 4. Tjandra Yoga. Polusi Udara dan Kesehatan. Jakarta
7. Lain-lain: Gangguan perilaku, gangguan saluran : Arcen;1992.
kencing, sulit belajar 5. Lunau F, Reynolds GL. Indoor Air Quality and
Ventilation. London : Selper Ltd; 1990.
KESIMPULAN DAN SARAN 6. Environmental Protection Agency. Indoor Air
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Facts. No. 4(revised) Sick Building Syndrome (SBS).
dilakukan review dapat diperoleh kesimpulan bahwa United : Environmental Protection Agency
terdapat hubungan antara kualitas udara ruang (Online)
(parameter fisik, kimia dan biologi) terhadap http://www.epa.gov/iaq/pubs/sbs.html.2007)
gangguan kesehatan pada pekerja. 7. Kementerian Kesehatan. Permenkes RI no 48 tahun
Rekomendasi yang dikemukakan oleh 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
NIOSH untuk mencegah kontaminasi mikrobiologi Pekerja Perkantoran. Jakarta;2016
adalah sebagai berikut: harus dicegah masuknya air 8. Pujiastuti L, dkk. Kualitas Udara Dalam Ruang.
ke dalam ruang. Atap ataupun bahan bangunan Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,
lainnya harus diperbaiki untuk mencegah masuknya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1998.
air hujan ke dalam bangunan; semua sistem ventilasi 9. Mukono. 2014. Pencemaran Udara dalam Ruangan.
harus didisain dan dipelihara agar dapat mencegah Surabaya: Airlangga University Press; 2014.
terjadinya genangan air; adanya kontaminasi 10. Burge, P.S. Sick Building Syndrome. Occupational
mikrobiologi yang terlihat (kasat mata) di dalam Environmental Medical Journal.2004;61:185-190
sistem ventilasi ataupun bahan bangunan lainnya, 11. Wahab SA. Sick Building Syndrome in Public
harus segera dihilangkan, dan sistem ventilasi harus Buildings and Workpalces.
selalu dibersihkan secara periodik dengan bahan anti Heidelberg:Springer;2011
mikroba.Agar angka kuman di dalam udara ruang
tidak melebihi batas persyaratan maka perlu
dilakukan beberapa tindakan antara lain karyawan

94

You might also like