You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE

II DENGAN FOKUS STUDI KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT: ULKUS


DIABETIK DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Arifa Dewi Fitriani 1) Shobirun, MN 2) Sri Utami Dwiningsih, MNS 3)


Program Studi DIII Keperawatan Semarang
Poltekkes Kemenkes Semarang
Email : arifadewif@gmail.com

Background-Type 2 diabetes mellitus (DM) is one of the chronic diseases that


occur as a result of the pancreas being unable to produce insulin or when the body's
sensitivity to insulin decreases. DM prevalence in Indonesia in 2018 has increased
from 6.9% to 8.5%. Based on the results of the preliminary study in Tugurejo
General Hospital Semarang, there were 237 patients with type II DM who
underwent hospitalization in 2017 and about 42 patients with diabetic ulcer
complications. Diabetic ulcer is a chronic complication of diabetes mellitus due to
hyperglycemia which causes vascular abnormalities and neuropathic disorders.
Purpose-Describe nursing care damage to skin integrity with wound care in
diabetic ulcer clients with type II DM in Tugurejo Hospital. Methode-The method
used is descriptive method with a case study approach in the form of nursing care
processes ranging from assessment, diagnosis, planning, action and evaluation that
have been carried out on January 14-19th 2019 at RSUD Tugurejo Semarang.
Result-After nursing care for the two patients, getting the results of the problem
has not been resolved so that the intervention continues, such as observing the
characteristics of the wound, doing wound care, checking blood sugar, avoiding
stress on the wound area, collaborating with the diet and collaborating with
therapists. Conclusion-After 6x24 hours of nursing care, different results were
obtained in the two patients who were affected by wound care techniques. So it is
advisable to treat the wound with a modern dressing according to the condition of
the wound.
Keywords: type 2 DM, diabetic ulcer. Damage to skin integrity

Latar Belakang-Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit


kronis yang terjadi akibat pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau ketika
tingkat sensivitas tubuh terhadap insulin menurun. Prevalensi DM di Indonesia
pada tahun 2018 mengalami kenaikan dari 6.9% menjadi 8.5%. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan di RSUD Tugurejo Semarang didapatkan kasus penderita DM
tipe II yang menjalani rawat inap pada tahun 2017 sebanyak 237 pasien dengan
komplikasi ulkus diabetik sekitar 42 pasien. Ulkus diabetik merupakan komplikasi
kronik diabetes melitus akibat hiperglikemi yang menyebabkan kelainan pembuluh
darah dan gangguan neuropati. Tujuan-Menggambarkan asuhan keperawatan
kerusakan integritas kulit dengan perawatan luka pada klien ulkus diabetik dengan
DM tipe II di RSUD Tugurejo. Metode-Metode yang digunakan yaitu metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus berupa proses asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi yang telah dilakukan
pada tanggal 14-19 Januari 2019 di RSUD Tugurejo Semarang. Hasil-Setelah
dilakukan asuhan keperawatan pada ke dua pasien di dapatkan hasil masalah belum
teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu observasi karakteristik luka, lakukan
perawatan luka, lakukan pemeriksaan gula darah, hindari penekanan pada daerah
luka, kolaborasi pemberian diit dan kolaborasi pemberian terapi penujang.
Simpulan-Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6x24jam didapatkan hasil
yang berbeda pada kedua pasien yang dipengaruhi oleh teknik perawatan luka.
Sehingga disarankan agar melakukan perawatan luka dengan balutan modern sesuai
kondisi luka.

Kata kunci : DM tipe 2, ulkus diabetik, kerusakan integritas kulit.

Pendahuluan glukosa dalam darah yang terjadi


Diabetes Mellitus merupakan akibat kelainan sekresi insulin atau
suatu gangguan metabolisme menurunnya kerja insulin (Adhiarta
karbohidrat, protein dan lemak yang 2011 dan American Diabetic
ditandai oleh peningkatan kadar Association 2012). Diabetes mellitus
dibagi menjadi dua tipe utama yaitu 2014). Ulkus diabetik dapat
tipe 1 dan tipe 2. Diabetes Melitus menyebabkan komplikasi neuro
(DM) tipe 2 merupakan salah satu maupun vaskuler yang berdampak
penyakit kronis yang terjadi akibat buruk adanya gangren dan bahkan gas
pankreas tidak mampu memproduksi gangren yang akhirnya dilakukan
insulin atau ketika tingkat sensivitas tindakan amputasi. Untuk mencegah
tubuh terhadap insulin menurun tindakan amputasi proses
(Elpriska, 2016). penyembuhan luka pada ulkus
Prevalensi DM di Indonesia diabetik sangat bergantung pada
pada tahun 2018 mengalami kenaikan perawatan luka yang diberikan,
dari 6.9% menjadi 8.5% (Riskesdas, dimana teknik perawatan luka yang
2018). Prevalensi penderita DM di tepat dapat membantu proses
Provinsi Jawa Tengah pada tahun penyembuhan luka lebih cepat, dan
2016 adalah 16.42% (Profil penanganan luka diabetik secara
Kesehatan Jawa Tengah 2016). efektif (Ismail & Irawaty, 2009).
Sedangkan kasus penderita DM tipe II Untuk mendukung hal tersebut maka
di Kota Semarang mencapai 17037 diperlukan pengelolaan ulkus kaki
penderita pada tahun 2017 (Profil diabetik.
Kesehatan Semarang 2017). Sekitar Pengelolaan ulkus kaki
15% penderita DM akan mengalami diabetik meliputi penanganan iskemia
komplikasi ulkus diabetik terutama dengan meningkatkan perfusi
ulkus di kaki dan sekitar 14-24% jaringan, debridemen untuk
pasien UKD akan memerlukan mengeluarkan jaringan nekrotik,
amputasi, dengan angka rekurensi perawatan luka untuk menghasilkan
50% setelah tiga tahun (Yuanita, moist wound healing, off-loading kaki
2011). yang terkena, intervensi bedah,
Ulkus diabetik merupakan pananganan komorbiditas dan infeksi,
komplikasi kronik diabetes melitus serta pencegahan rekurensi luka
akibat hiperglikemi yang (Yuanita, 2011). Perawatan kaki yang
menyebabkan kelainan pembuluh baik dapat mencegah dan mengurangi
darah dan gangguan neuropati (Aftria, komplikasi kaki diabetik hingga 50%
(American Diabetic Association menggambarkan pelaksanaan asuhan
2012). keperawatan pada dua pasien yang
Berdasarkan hasil studi mengalami kerusakan integritas kulit
pendahuluan di Rumah Sakit Daerah pada pasien DM tipe II. Instrumen
Tugurejo Semarang didapatkan kasus yang digunakan yaitu format
penderita DM tipe II yang menjalani penilaian luka menggunakan Bates-
rawat inap pada tahun 2017 sebanyak Jensen Wound Assessment Tool dan
237 pasien dengan komplikasi ulkus Diabetic Foot Ulcer Assessment
diabetik sekitar 42 pasien (Rekam Scale serta format asuhan
Medis RSUD Tugurejo). keperawatan.
Oleh karena itu, karya tulis ini Hasil dan Pembahasan
diharapkan dapat menggambarkan
Hasil pengkajian pada kedua
pengelolaan ulkus kaki diabetik untuk
pasien menunjukkan adanya luka
mengurangi terjadinya kerusakan
yang tidak sembuh-sembuh. Luka
integritas kulit, infeksi maupun
yang tidak sembuh-sembuh pada
amputasi sehingga perlu dilakukan
kedua pasien DM tersebut menurut
studi kasus dengan judul “Asuhan
Clyton, (2009) dan Sumpio (2010)
Keperawatan pada pasien Diabetes
dalam Tarwoto (2012) dikarenakan
Mellitus Tipe 2 dengan fokus studi
adanya hiperglikemia atau kadar
Kerusakan Integritas Kulit: Ulkus
glukosa darah tinggi dan tidak
Diabetik di RSUD Tugurejo
terkontrol yang menyebabkan
Semarang.”
gangguan saraf dan gangguan aliran
Metode
darah. Peningkatan kadar gula darah
Metode penulisan yang
mengakibatkan darah menjadi pekat
digunakan dalam studi kasus ini
dan mengakibatkan kerusakan
adalah metode deskriptif. Metode
vaskuler yang menyebabkan
deskriptif yaitu suatu metode yang
gangguan aliran darah sehingga
bertujuan untuk mendeskripsikan
kebutuhan nutrisi dan metabolisme di
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
area tersebut tidak tercukupi
masa kini (Nursalam, 2009).
menyebabkan luka yang tidak
Penulisan karya tulis ini
sembuh-sembuh. Menurut Kartika
(2015) untuk mengatasi adanya luka mekanik, hipertermia, hipotermia,
yang tidak sembuh-sembuh akibat kelembapan dan terapi radiasi.
glukosa darah yang tinggi yaitu Dengan demikian penyebab luka pada
dengan manajemen penatalksanaan kedua pasien sesuai dengan teori yaitu
ulkus. Manajemen ulkus meliputi akibat faktor mekanik berupa gesekan
mempersiapkan dasar ulkus dengan saat kecelakaan dan digaruk
menghilangkan faktor penghambat menggunakan sisir. Menurut Kartika
ulkus itu sendiri, kemudian prinsip (2015) offloading atau menghindari
3M ( mencuci ulkus, membuang penenkanan pada daerah luka
jaringan mati, dan memilih topikal merupakan salah satu cara untuk
therapy ), dan perencanaan perawatan dapat membantu proses
ulkus dengan TIME management. penyembuhan luka. Solusi untuk hal
Pemilihan dressing atau topikal ini yaitu hindari penekanan pada
therapy yang tepat pada perawatan daerah luka.
ulkus juga perlu digunakan untuk Kondisi luka pada kedua
menunjang kesembuhan pada proses pasien terdapat perbedaan. Pada
penyembuhan. Solusi untuk hal ini pasien 1 terdapat luka dalam tanpa
yaitu dengan menggunakan melibatkan abses yang termasuk
manajemen penatalaksanaan ulkus dalam grade 2 sedangkan pada pasien
berupa perawatan luka yang ssuai 2 terdapat luka dalam dengan
dengan kondisinya. melibatkan abses yang masuk dalam
grade 3. Sesuai dengan teori
Sedangkan faktor terjadinya
klasifikasi ulkus kaki diabetik
luka pada kedua pasien sama yaitu
menurut Wagner dalam Sigh, Pai, &
adanya faktor mekanik berupa
Yuhhui (2013) bahwa luka dalam
gesekan akibat kecelakaan dan
tanpa abses termasuk dalam grade 2
digaruk terus menerus menggunakan
dan luka dalam dengan abses
sisir. Yunita (2015) menyatakan
termasuk dalam grade 3. Lebih lanjut
bahwa faktor resiko terjadinya
bahwa Sigh, Pai, & Yuhhui (2013)
ulserasi (proses luka terbuka yang
mengatakan perbedaan grade yang
sulit sembuh) diakibatkan oleh agen
dialami oleh pasien dapat disebabkan
farmaseutik, cedera kimiawi, faktor
oleh kontrol glukosa darah yang Bau pada luka pasien 2 lebih
buruk, frekuensi terjadinya luka, menyengat daripada pasien 1. Hal ini
manajemen nutrisi yang tidak adekuat menurut Yunita (2015) bau pada luka
dan juga manajemen luka yang buruk. menunjukkan adanya jumlah bakteri
Solusi untuk hal ini yaitu melakukan yang tinggi dan adanya tanda infeksi
pengkajian luka secara komprehensif, pada luka. Menurut Waspadji (2011)
melakuakn perawatan luka sesuai kontrol infeksi merupakan jenis
kondisi luka serta kontrol glukosa pengetahuan jenis mikroorganisme
darah dan manajemen nutrisi. Luka pada ulkus sehingga dapat dilakukan
pada kedua pasien juga terdapat penyesuaian antibiotik yang
eksudat, tetapi pada pasien 1 digunakan dengan tetap melihat hasil
termasuk eksudat serosa sedangkan biakan kuman dan resistensinya.
pada pasien 2 termasuk eksudat Solusi untuk hal ini adalah dengan
purulen. Menurut Yunita (2015) kontrol infeksi pemberian antibiotik.
perbedaan eksudat pada kedua pasien Respon kedua pasien dalan
menunjukkan adanya tanda-tanda pengkajian nutrisi juga berbeda. Data
terjadinya infeksi. Di dalam eksudat pada pasien 2 yang tidak ada pada
serosa mengandung serum dan sedikit pasien 1 yaitu adanya mual, muntah
sel leukosit, sedangkan eksudat yang diiringi dengan turunnya kadar
purulent mengandung leukosit, gula darah pada pasien 2 secara
jaringan mati dan bakteri yang hidup drastis dan penghentian insulin. Hal
maupun mati serta berwarna lebih ini sesuai dengan teori American
keruh. Menurut Kartika (2015) salah Diabetes Association (2012)
satu penatalaksaan ulkus yaitu dengan gastroparesis lebih sering terjadi pada
debridement atau membuang jaringan mereka yang telah didiagnosis kadar
yang mati. Dalam eksudat sendiri gula darah tinggi selama bertahun-
terdapat kandungan jaringan mati dari tahun dibandingkan yang baru saja
bakteri sehingga harus dilakukan terdiagnosa. Kadar glukosa darah
debridement. Solusi untuk hal ini yang tinggi dapat menyebabkan saraf
yaitu dengan dilakukan debridement. vagus berhenti bekerja atau rusak
sehingga otot-otot lambung dan usus
tidak bekerja secara normal dan karakteristik luka. Menurut teori
pergerakan makanan terhambat dan Wiajaya dan Putri (2013) pengkajian
berhenti yang dapat menyebabkan luka perlu dilakukan karena sebagai
gejala seperti mual dan mintah. dasar dalam menentukan intervensi
Menurut American Diabetes lain yang sesuai dengan kondisi luka.
Association (2012) penatalaksanaan Luka penderita DM cenderung
yang penting untyuk gastroparesis mengalami perubedaan dibandingkan
terkait dengan diabetes melitus yaitu luka pada umumnya yang meliputi
mengatur glukosa darah sebaik gambaran luka yang jelas, bau yang
mungkin termasuk dengan pemberian khas, dan lamanya proses
insulin maupun obat-obatan oral serta penyembuhan. Pada kedua pasien
manajemen nutrisi. Solusi untuk didapatkan hasil yang berbeda namun
menangani hal ini sesuai dengan teori telah sesuai dengan klasifikasi
yaitu kontrol glukosa darah, penilaian luka ulkus kaki diabetik
pemberian terpai serta manajemen berdasarkan Wagner.
nutrisi. Tindakan berikutnya yaitu
Setelah dilakukan analisa data perawatan luka sesuai dengan kondisi
dan pengkajian fisik pada kedua luka. Pada kedua pasien telah
pasien dirumuskan fokus diagnosa dilakukan perawatan luka dengan
keperawatan yaitu kerusakan teknik modern dressing pada pasien 1
integritas kulit berhubungan dengan dan teknik konvensional pada pasien
faktor mekanik (gesekan). 2. Langkah-langkah yang dilakukan
Tindakan sesuai dengan yaitu membersihkan luka dengan
rencana tindakan yang telah disusun, cairan fisiologis normal salin (NaCl
pelaksanaan tindakan keperawatan 0,9%) yang efektif karena perawatan
dilaksanakan selama enam hari. luka sesuai dengan kandungan garam
Dalam pelaksanaannya, seluruh dalam tubuh, tidak toksik terhadap
rencana keperawatan kerusakan jaringan dan tidak menghambat
integritas kulit telah dilakukan sesuai proses pernyembuhan luka Thomas
dengan rencana yang telah dibuat (2007) dalam Suwarto (2013). Setelah
yang pertama yaitu observasi dibersihkan lukanya juga mengangkat
sisa balutan balutan yang menempel banyak. Lebih lanjut dijelaskan oleh
pada luka yang bertujuan untuk Kartika (2015) bahwa kelembapan
mempercepat proses penyembuhan yang seimbang mendukung dalam
luka dan mengganti dengan balutan penyembuhan luka. Tindakan
baru. Debridemen yang dilakukan selanjutnya yaitu menutup luka
yaitu debridement mechanical yaitu dengan menggunakan balutan steril
perawatan luka menggunakan kassa dan menggantinya setiap hari.
dan cairan NaCl 0,9% kemudian Tindakan menutup luka dengan
menggunting cairan nekrotomi, pada menggunakan balutan steril dapat
kedua pasien ditemukan adanya dilakukan untuk mengurangi paparan
eksudat jadi debridement yang mikroorganisme (Potter & Perry,
dilakukan yaitu untuk mengangkat 2005).
eksudat. Hal ini sesuai menurut teori Tindakan selanjutnya yaitu
Kartika (2015) yaitu salah satu memonitor gula darah sewaktu pasien
penatalaksaan ulkus yaitu dengan setiap hari. Pemantauan kadar gula
debridement atau membuang jaringan darah sewaktu terus dilakukan agar
yang mati. Setelah dilakukan pasien terhindar dari keadaan
debridement pada pasien kemudian hiperglikemi. Menurut teori Hastuti
diberikan hidrogel pada pasien 1 dan (2008) kadar gula darah yang tinggi
tampon pada pasien 2. Menurut menyebabkan kuman dapat tumbuh
Kartika (2015) pemberian hidrogel subur dan menghambat proses
pada pasien 1 ini sudah tepat karena penyembuhan luka. Teori ini sesuai
hidrogel mampu menciptakan dan dengan hasil pemantauan kedua
mempertahankan lingkungan yang pasien yaitu hasil gula darah ke dua
moist dan digunakan pada luka pasien selama 6 hari terpantau tinggi
dengan drainase yang sedikit. Akan sehingga mempengaruhi proses
tetapi pemberian tampon pada pasien penyembuhan luka.
2 kurang tepat dan seharusnya diganti Tindakan selanjutnya yaitu
dengan dressing berbahan alginates memantau pemberian nutrisi. Pasien
karena sangat tepat digunakan untuk Ny. Sa mengatakan hanya habis ½
luka dengan drainase sedang hingga porsi dan terkadang masih suka
minum teh manis sedangkan pasien pasien ditemukan perbedaan
Ny.Su terlihat menghabiskan ¼ porsi pengkajian pada sistem metabolisme
dari diit rumah sakit. Memantau yaitu pasien 2 mengeluh adanya rasa
nutrisi pasien dapat dilakukan untuk mual yang tidak ditemukan pada
mengethaui sejauh mana kepatuhan pasien 1. Perbedaan lain yaitu
pasien dalam mematuhi diitnya, karakteristik luka pada kedua pasien.
sebagaimana yang dikatakan oleh Intervensi dilakukan selama 6x24
Perkeni (2011) bahwa kepatuhan diit jam. Intervensi yang diberikan yaitu
DM mempunyai fungsi pengkajian luka, perawatan luka
mempertahankan berat badan normal. sesuai dengan kondisi luka, monitor
Lebih lanjut Ekaputra (2013) gula darah, monitor status nutrisi,
mengatakan bahwa malnutrisi dapat hindarkan penekanan pada luka, dan
menyebabkan terhambatnya proses kolaborasi pemberian terapi
penyembuhan luka dan meningkatkan penunjang.
terjadinya infeksi. Pada evaluasi hasil yang
Tindakan berikutnya yaitu pemberian dilakukan menunjukkan adanya
terapi berdasarkan advis dari dokter. perubahan skor pada bates-jensen
Antibiotik yang diberikan pada pasien wound assessment tool maupun pada
harus sesuai dengan hasil biakan pengkajian luka menggunakan
kuman dan resistensinya (Waspadji, diabetic foot ulcer assessment scale.
2014). Dalam implementasi ini terapi Pada pasien 1 menunjukkan lebih
yang diberikan pada kedua pasien banyak perubahan daripada pasien 2
sudah sesuai dengan kondisi hal ini dikarenakan teknik perawatan
mikroorganisme dan resistensinya. luka yang diberikan. Sementara itu
Simpulan dan Saran hasil yang diharapkan belum sesuai
Simpulan berdasarkan hasil dengan kriteria hasil dikarenakan
pengkajian menunjukkan bahwa adanya faktor penyembuh luka yang
kedua pasien mengalami adanya luka kurang terkontrol seperti tingginya
yang tidak sembuh-sembuh, luka kadar glukosa darah dan manajemen
terjadi di kaki akibat gesekan dan nutrisi yang tidak adekuat. Faktor lain
adnaya riwayat DM. Pada kedua yang belum dimonitor yaitu keadaan
oksigenasi pada daerah luka. Saran Provinsi Jawa Tengah tahun
yang diberikan selama melakukan 2016. Semarang : Dinas
asuhan keperawatan dengan Kesehatan Jawa Tengah.
gangguan integritas kulit terutama
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
pada perawatan luka sebaiknya teknik
(2017). Profil kesehatan Kota
perawatan luka serta pemilihan
Semarang tahun 2017. (online).
balutan/dressing pada luka lebih
(http://www.dinkes-
diperhatikan. Selain itu monitor kadar
kotasemarang.go.id, diakses
oksigen pada daerah luka juga
tanggal 15 Agustus 2018).
diperlukan untuk menunjang
presentasi penyembuhan luka. Ekaputra, E. (2013). Evolusi

Daftar Pustaka Manajemen Luka. Jakarta:

Adhiarta. (2011). Penatalaksanaan Trans Info Media.

kaki diabetik. Artikel dalam Elpriska. (2016). Pengaruh stres,


forum diabetes nasional V. dukungan keluarga dan
Diterbitkan oleh pusat manjemen diri terhadap
informasi ilmiah departemen komplikasi ulkus kaki diabetik
ilmu penyakit dalam. Bandung : pada penderita DM tipe 2. Idea
Fk UNPAD. Nursing Journal. Vol VII (1) :

Aftria, M. (2014). Honey as a topical 20-2.

treatment for diabetic foot Gitarja , W. S. (2015). Perawatan


ulcer. J Majority. Vol. 3 (7) : luka certified wound care
81-82. clinician sssociate student

American Diabetes Asociation. handbook CWCCA. Yayasan

(2012). Diagnosis and Wocare Indonesia.

clasification of diabetes Handayani, L.T. (2016). Studi meta


mellitus. Diabetes Care. 35(1) : analisis perawatan luka diabetes
61-69 dengan modern dressing. The

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Indonesian Journal of Health

(2016). Profil Kesehatan Scienc. Vol 6 No. 2


Hastuti, T, R. (2008). Faktor-faktor Singh S, Pai DR, Yuhhui C (2013)
resiko ulkus diabetik pada Diabetic Foot Ulcer - diagnosis
penderita diabetes melitus. and management. Clinical
Tesis magister epidemiologi research on foot & ankle. 1(3),
program pasca sarjana 2.
Universitas Diponegoro
Tarwoto, Ns,S.Kep, M.Kep, dkk
Semarang. (online) diakses
(2012). Keperawatan medikal
pada 20 Maret 2018
bedah gangguan sistem
Kartika, Ronald. W. (2015). endokrin. Jakarta: Trans Info
Perawatan luka kronis dengan Media.
modern dressing. CDK-230, 42,
Waspadji, Sarwono. (2011). Diabetes
546-550.
melitus, penyulit kronik dan
Kementrian Kesehatan Republik komplikasinya dalam
Indonesia. (2018). Riset Soegondo, S., Soewondo, P.,
kesehatan dasar tahun 2018. Subekti., Pentalaksanaan
Indonesia. Kementrian diabetes melitus terpadu.
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Nursalam. (2009). Konsep dan
penerapan metodologi Wijaya S. Andra dan Putri M. Yessie.
penelitian ilmu keperawatan (2013). Keperawatan medikal
edisi 2. Jakarta: Salemba bedah 2. Yogyakarta: Nuha
Medika. Medika.

Rekam Medis dan Informasi Yunita, S. (2013). Perawatan luka


Kesehatan RSUD Tugurejo diabetes berdasar konsep
Semarang. (2017). Prevalensi managemen luka modern dan
penderita DM Tipe 2 di rawat penelitian terkini. Yogyakarta:
inap RSUD Tugurejo Graha Ilmu.
Semarang.

You might also like