Professional Documents
Culture Documents
Neni Probosiwi 1*, Nur Fahma Laili1, Tsamrotul ilmi1, Arifani Siswidiasari1
1
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker, Fakultas ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri
Abstrak: Gagal ginjal merupakan suatu penyakit fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau
reproduksi urin. Pasien dengan gagal ginjal terkadang sering diresepkan banyak obat. Banyakknya
penggunaan obat-obat tersebut,dapat meningkatkan resiko interaksi obat. Intraksi obat adalah keadaan
dimana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat,dimana dapat menghasilkan efek meningkat atau
menurun atau menghasilkan efek baru yang tidak dihasilkan oleh obat tersebut. Gambaran jenis dan
jumlah obat lain yang berinteraksi, serta tingkat keparahan interaksi obat pada pasien gagal ginjal rawat
inap di RS X Kota Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental observasional dengan
rancangan deskriptif evaluasi dengan menggunakan sumber data sekunder rekam medis. Teknik
Article History: 60
Received: 29 September 2023
Reviewed: 29 Oktober 2023
Accepted: 27 Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.30737/jafi.v5i1.5181 Probosiwi, et. al.
Jurnal Inovasi Farmasi Indonesia (JAFI) Vol. 5 No. 1, Desember 2023
pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan sejumlah 117
responden sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk
melihat data persentase interaksi obat secara keseluruhan, persentase obat berdasarkan tingkat
keparahan dan persentase berdasarkan mekanisme interaksi. Berdasarkan data demografi di dapatkan
Responden yang paling banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 67 Responden (57,27%), Usia
responden yang paling banyak 46-55 tahun sejumlah 47 responden (40,17%), Responden yang memiliki
penyakit penyerta sejumlah 64 responden (54,70%), Responden yang memiliki resep interaksi obat
sejumlah 43 responden (36,77%) Terdapat Interaksi obat berdasarkan keparahan yang paling banyak
terjadi adalah interaksi Moderate 76 Interaksi (87,35%). Interaksi obat berdasarkan mekanisme
Interaksi Farmakodinamik sebanyak 60 Interaksi (68,97%). Jenis-jenis obat yang paling banyak
berinteraksi pada resep obat pada pasien GGK adalah 1) Cefixime+Furosemid sebanyak 10 (11.49%),
2) Bisoprol+Furosemid sebanyak 6 (6.89%), 3) Bisoprol+Prorenal sebanyak 5 (5.75%), 4)
Atorvastatin+Clopidogrel sebanyak 5 (5.75%), 5) Bic Natrium+Bisoprol sebanyak 5 (5.75%), 6)
Furosemid+Lansoprazole sebanyak 4 (4.60%) dan 7) Lansoprazole+Sucralfate sebanyak 4 (4.60%).
Kata Kunci: Interaksi Obat Potensial, Gagal Ginjal Kronik, Komorbid.
bekerja sama sekali dalam hal penyaringan sering diresepkan banyak obat. Banyaknya
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh meningkatkan resiko interaksi obat. Interaksi
seperti sodium dan kalium di dalam darah dan obat adalah keadaan dimana suatu zat
gangguan fungsi ginjal dalam mengatur menghasilkan efek meningkat atau menurun
keseimbangan cairan dan elektrolit serta atau menghasilkan efek baru yang tidak
kehilangan daya dalam proses metabolisme dihasilkan oleh obat tersebut. Interaksi dapat
yang dapat menyebabkan terjadinya uremia terjadi dari penyalahgunaan yang disengaja
karena penumpukan zat-zat yang tidak bisa atau karena kurangnya pengetahuan tentang
dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang bahan-bahan aktif yang terdapat dalam hal
mengarah pada kerusakan jaringan ginjal terkait [3]. Interaksi obat dianggap penting
yang progresif dan reversible [1]. Gagal ginjal secara klinik bila berakibat meningkatkan
kronik (GGK) merupakan suatu kondisi toksisitas dan atau mengurangi efektivitas
dimana terdapat penurunan fungsi ginjal obat yang berinteraksi terutama bila
karena adanya parenkim ginjal yang bersifat menyangkut obat dengan batas keamanan
kronik dan irreversible. Seseorang yang sempit (indeks terapi yang rendah) [3].
didiagnosis gagal ginjal kronik jika terjadi Indonesia termasuk negara dengan tingkat
kelainan dan kerusakan selama 3 bulan atau penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.
lebih pada ginjal yang ditandai dengan Hasil survei tahun 2013 yang dilakukan oleh
penurunan fungsi ginjal sebesar 78- 85% atau Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)
laju filtrasi glomerulusnya (LFG) kurang dari ada sekitar 12,5% dari populasi atau sebesar
kelainan ginjal. Penurunan LGF akan terus fungsi ginjal. Jumlah penderita gagal ginjal di
disfungsi organ pada saat laju filtrasi setiap tahunnya. Prevalensi gagal ginjal di
glomerulus menurun hingga kurang dari 15 Indonesia sekitar 3,8%. Proporsi terbanyak
di tiga provinsi yaitu provinsi Jawa Barat toksisitas dan atau mengurangi efektifitas
dengan 7.444 pasien baru, kemudian provinsi obat yang berinteraksi sehingga terjadi
Jawa Timur 4.828 pasien baru dan posisi perubahan pada efek terapi. Interaksi obat
terbanyak ketiga diikuti Provinsi DKI yaitu dianggap penting secara klinis bila berakibat
2.973 pasien baru (Riskesdas, 2018). meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi
Prevalensi kasus gagal ginjal kronis pada data efektivitas obat yang berinteraksi terutama
rekam medis pasien rawat inap RS X Kota bila menyangkut obat dengan indeks terapi
Kediri tahun 2022 sebanyak 117 pasien [4]. sempit [6]. Penting bagi para farmasis untuk
Pasien gagal ginjal kronik memerlukan bisa mengidentifikasi interaksi obat apa saja
kombinasi beberapa obat. Pemberian yang bisa berpotensi terjadi antara obat yang
kombinasi obat ini secara umum diharapkan satu dan obat lainnya, dengan mencari dan
dapat memberikan efek yang menguntungkan, mengumpulkan data, maka peneliti dapat
namun di beberapa kasus ditemukan interaksi mengidentifikasi tentang kajian interaksi obat
obat yang mengakibatkan tidak efektifnya yang bisa terjadi pada pasien yang menderita
pengobatan dan munculnya kejadian yang penyakit gagal ginjal. Oleh karena itu, peneliti
tidak diharapkan [5]. Polifarmasi cenderung tertarik melakukan penelitian mengenai hal
terjadi pada pasien gagal ginjal yang tersebut dengan populasi penelitian adalah
disebabkan terdapat beberapa penyakit pasien yang mengidap gagal ginjal kronis di
komplikasi serta penyakit komorbid yang RS X Kota Kediri dan karena belum pernah
kompleks yang mengakibatkan pengobatan ada yang melakukan penelitian yang sejenis
gagal ginjal kronis kompleks dan di RS tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
bervariasinya regimen pengobatan yang mengetahui karakteristik pasien, gambaran
terdiri atas berbagai kelas terapi dan sub terapi jumlah kajian interaksi obat, gambaran jenis
seperti antihipertensi, antidiabetes, anti dan jumlah obat lain yang berinteraksi, serta
anemia dan lainnya sehingga akan tingkat keparahan interaksi obat pada pasien
berpengaruh terhadap menurunnya kualitas gagal ginjal rawat inap di RS X Kota Kediri.
hidup seseorang. Meningkatnya kejadian 2. Metodologi
2.1 Alat dan Bahan
interaksi obat dengan efek yang tidak
diinginkan adalah akibat semakin banyaknya Alat yang digunakan dalam penelitian
dan makin seringnya penggunaan obat-obat ini adalah data rekam medis pasien gagal
yang dinamakan polifarmasi atau multiple ginjal rawat inap di RS X Kota Kediri
drug therapy. Interaksi obat dianggap penting Meliputi umur, jenis kelamin, riwayat
secara klinis jika berakibat meningkatkan penyakit, riwayat penggunaan obat, interaksi
obat ada dan tidak ada interaksi, interaksi kesehatan Universitas kadiri kepada
berdasarkan keparahan minor, moderat, Bankesbanpol dan Dinas kesehatan Kota
mayor dan interaksi obat berdasarkan Kediri.
mekanisme. 2.2.2 Tahap Pelaksanaan
2.2 Alur Penelitian Penelusuran arsip data berupa rekam
Penelitian ini merupakan penelitian non medis pasien Gagal Ginjal yang rawat inap di
eksperimental observasional dengan RS X Kota Kediri. Pengambilan data dan
rancangan deskriptif evaluative dengan pencatatan data rekam medis di ruang
menggunakan sumber data sekunder rekam administrasi medis, dilanjutkan dengan
medis. Teknik pengambilan sampel transkrip data yang dikumpulkan ke dalam
berdasarkan metode purposive sampling. komputer. Pemilihan data sekunder yang
Sampel yang digunakan sesuai dengan telah dikumpulkan dipilah sesuai kriteria
kriteria inklusi yaitu pasien gagal ginjal inklusi dan eksklusi. Data sekunder berupa
kronis dengan usia 18-70 tahun, data rekam rekam medis tersebut selanjutnya ditelaah
medis pasien gagal ginjal kronis dan beberapa data berupa identitas pasien berupa
menjalani terapi hemodialisa baik dengan (nomor rekam medis dan nama pasien),
atau tanpa penyakit penyerta yang menjalani karakteristik pasien (jenis kelamin, usia,
rawat inap di RS X Kota Kediri, Pasien yang diagnosa primer, diagnosa sekunder, dan
memiliki rekam medis berisi informasi penyakit penyerta), serta data penggunaan
lengkap, jelas dan dapat terbaca (nomor obat terapi pada pasien (nama obat, kekuatan
rekam medis, nama, jenis kelamin, usia, dosis, sediaan, dosis, rute, regimen pemberian).
rute pemberian obat, obat yang diberikan
2.2.3 Tahap Akhir
selama durasi pengobatan). Kriteria
Tahap akhir melakukan pengolahan
ekslusinya adalah Pasien gagal ginjal kronik
data dan penarikan kesimpulan dan
yang dirujuk ke rumah sakit lain, pasien gagal
mempersentasikan hasil penelitian.
ginjal kronis yang meninggal selama
2.3 Analisis Data
perawatan dan pasien gagal ginjal kronis
Analisis data dilakukan secara
yang pulang paksa pada saat perawatan.
deskriptif dengan cara mendeskripsikan
Jalanya penelitian sebagai berikut :
setiap variabel penelitian. Data yang
2.2.1. Tahap Persiapan
dianalisis ditampilkan dalam bentuk tebel
Tahap awal yang dilakukan adalah
presentase tiap variabel. Data yang dianilisis
pengurusan izin pra penelitian dilanjutkan
secara univariat meliputi : karakteristik jenis
dengan permohonan izin dari fakultas ilmu
kelamin, usia dan penyakit penyerta, karena adanya perbedaan struktur anatomi
distribusi profil penggunaan obat pada pasien saluran kemih perempuan lebih pendek
gagal ginjal kronis dan distribusi interaksi dibanding dengan laki-laki [8]. Perbedaan
obat bisa dua obat atau lebih yang terjadi hormon antara pria dan wanita dapat
pada pasien gagal ginjal kronis yang memainkan peran penting dalam
menjalani rawat inap [7]. perkembangan gagal ginjal kronis. Hormon
estrogen, yang lebih banyak terdapat pada
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian dilakukan di RS X Kota wanita, dapat memiliki efek pelindung pada
Kediri pada bulan Maret-April 2023. Sampel fungsi ginjal, namun juga dapat
yang digunakan sebanyak 117 responden meningkatkan risiko gangguan autoimun
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. yang dapat merusak ginjal. Estrogen dapat
mempengaruhi respon inflamasi dan imun
Tabel 1. Data Karakteristik Responden
Persentase tubuh. Estrogen yang berlebihan atau tidak
Jenis Kelamin Frekuensi (%) seimbang dapat merangsang respons imun
Laki-Laki 50 42,73 yang menyebabkan peradangan, yang pada
Perempuan 67 57,27
gilirannya dapat memengaruhi kesehatan
Total 117 100
ginjal. Banyak penyakit autoimun, seperti
Persentase
Usia Frekuensi (%) lupus eritematosus sistemik dan penyakit
26-35 tahun 13 11,11 autoimun lainnya, lebih umum terjadi pada
36-45 tahun 27 23,07 wanita. Kondisi ini dapat merusak ginjal dan
46-55 tahun 47 40,17 meningkatkan risiko gagal ginjal kronis.
>55 tahun 30 25,65 Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit
Total 117 100 autoimun yang lebih umum terjadi pada
Berdasarkan hasil penelitian dari 117
perempuan. Estrogen dapat berkontribusi
responden pada tabel 1 menunjukkan
pada aktivasi sistem kekebalan yang
mayoritas responden pasien GGK berjenis
berlebihan, yang dapat merusak jaringan
kelamin perempuan. Hasil penelitian ini
ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal lupus
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
[9]. Penelitian oleh Hill dkk (2016) tentang
Makmur et al., 2022 dalam penelitianya yang
Global prevalence of Chronic Kidney Disease,
dilakukan di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
A systematic review and meta-analysis yang
bahwa perempuan lebih rentan mengalami
didapatkan hasil bahwa penyakit ginjal kronis
gagal ginjal kronis karena perempuan lebih
lebih banyak diidap oleh jenis kelamin
rentan mengalami infeksi saluran kemih
perempuan dibanding dengan jenis kelamin
laki-laki [10]. Hal tersebut sejalan dengan Penurunan ini diprediksi sekitar 1%
penelitian oleh Arifa dkk (2017) yang juga per tahun (Centers for Disease Control and
mendapatkan hasil yang sama yaitu jumlah Prevention, 2019) GGK pada orang dewasa
responden dengan jenis kelamin perempuan akhir disebabkan faktor pertambahan usia.
lebih banyak dibandingkan dengan responden Seiring bertambahnya usia, fungsi ginjal
dengan jenis kelamin laki-laki [11]. Hal cenderung mengalami penurunan alami [13].
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat Ginjal memiliki kapasitas regenerasi yang
hubungan yang bermakna antara penyakit terbatas, sehingga kerusakan akibat paparan
ginjal kronis dengan karakteristik jenis faktor risiko selama bertahun-tahun dapat
kelamin. Hakim (2020) menuliskan bahwa akhirnya menyebabkan gagal ginjal kronis
klasifikasi usia menurut Kementerian pada usia dewasa. Orang dewasa seringkali
Kesehatan sebagai berikut: 1) masa balita: 0– telah terpapar faktor risiko seperti tekanan
5 tahun; 2) masa kanak-kanak: 5–11 tahun; 3) darah tinggi, diabetes, obesitas, dan merokok
masa remaja awal: 12–16 tahun; 4) masa selama bertahun-tahun. Akumulasi kerusakan
remaja akhir: 17–25 tahun; 5) masa dewasa ginjal akibat faktor-faktor ini dapat
awal: 26–35 tahun; 6) masa dewasa akhir: 36– meningkatkan risiko gagal ginjal kronis.
45 tahun; 7) masa lansia awal: 46–55 tahun; Orang dewasa umumnya memiliki lebih
8) masa lansia akhir: 56–65 tahun; dan 9) banyak kondisi kesehatan kronis, seperti
masa manula : > 65 tahun. Berdasarkan tabel penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.
1 bahwa distribusi usia responden penyakit Kondisi-kondisi ini dapat saling
GGK paling banyak di rentan usia 46-55 mempengaruhi dan menyebabkan kerusakan
tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan ginjal [14]. Kebiasaan makan yang tidak sehat,
penelitian yang dilakukan oleh Arianti A dkk pola makan berlebihan, kurangnya aktivitas
tahun 2020 bahwa usia lansia awal 46-55 fisik, dan kebiasaan merokok dapat
tahun dan masa lansia akhir >55 tahun memperburuk risiko penyakit ginjal pada
memiliki resiko terbesar untuk mengidap orang dewasa. Faktor lain disebabkan oleh
gagal ginjal [12]. Hal ini terjadi dikarenakan genetik dimana apabila ada riwayat keluarga
penyakit GGK ini semakin meningkat dengan penyakit ginjal, risiko seseorang dapat
resikonya dengan bertambahnya usia lebih tinggi. Paparan faktor lingkungan
seseorang. Setelah usia 40 tahun, filtrasi berisiko tinggi, seperti polusi dan paparan zat
ginjal semakin menurun dari waktu ke waktu. kimia beracun, dapat menumpuk dalam tubuh
dan memengaruhi kesehatan ginjal [15].
menggunakan drugs.com dan aplikasi elektrolit, terutama kadar kalium dalam darah,
Stockley. Berdasarkan tabel 4 dapat maka risiko ketidakseimbangan elektrolit
diinterpretasikan bahwa jenis-jenis obat yang dapat meningkat [18]. Kedua obat ini
paling banyak berinteraksi pada resep obat memiliki potensi untuk mempengaruhi fungsi
pada pasien adalah 1) Cefixime+Furosemid ginjal. Penggunaan bersamaan dapat
sebanyak 10 (11.49%), 2) meningkatkan risiko nefrotoksis (kerusakan
Bisoprol+Furosemid sebanyak 6 (6.89%), 3) ginjal). Karena itu, penggunaan obat-obatan
Bisoprol+Prorenal sebanyak 5 (5.75%), 4) ini bersamaan perlu diawasi dengan cermat,
Atorvastatin+Clopidogrel sebanyak 5 terutama pada pasien dengan gangguan ginjal
(5.75%), 5) Bic Natrium+Bisoprol sebanyak atau risiko gangguan ginjal. Furosemid yang
5 (5.75%), 6) Furosemid+Lansoprazole memiliki efek diuretik bisa mempengaruhi
sebanyak 4 (4.60%) dan 7) kadar cefixime dalam tubuh. Peningkatan
Lansoprazole+Sucralfate sebanyak 4 (4.60%). eliminasi urin dapat mengurangi konsentrasi
Interaksi obat berdasarkan keparahan yang obat dalam darah dan mengurangi efek
paling banyak terjadi adalah interaksi antibakterinya. Furosemid dapat
Moderate 76 Interaksi (87,35%). Interaksi mempengaruhi penyerapan cefixime di
obat berdasarkan mekanisme Interaksi saluran pencernaan juga dan mempercepat
Farmakodinamik sebanyak 60 Interaksi ekskresi cefixime melalui ginjal. Ini bisa
(68,97%). Cefixime dan Furosemid adalah hal mengurangi efek antibiotik cefixime [19].
yang penting untuk diperhatikan karena dapat Interaksi antara Bisoprolol dan Furosemid
mempengaruhi efektivitas dan keamanan juga perlu diperhatikan karena keduanya
pengobatan. Cefixime adalah antibiotik adalah jenis obat yang berbeda dan dapat
golongan cephalosporin yang digunakan mempengaruhi tubuh dengan cara yang
untuk mengobati infeksi bakteri, sedangkan berbeda. Bisoprolol adalah obat golongan
furosemid adalah diuretik yang digunakan beta blocker yang digunakan untuk mengobati
untuk mengurangi kelebihan cairan dalam tekanan darah tinggi dan masalah jantung
tubuh. Interaksi yang terjadi antara cefixime tertentu. Penggunaan bersamaan bisoprolol
dan furosemid adalah gangguan kadar dan furosemid dapat memiliki efek sinergis
elektrolit. Furosemid dapat menyebabkan dalam menurunkan tekanan darah. Oleh
peningkatan pengeluaran elektrolit seperti karena itu, pemantauan tekanan darah secara
kalium, natrium, dan magnesium dari tubuh. teratur diperlukan untuk mencegah penurunan
Jika digunakan bersamaan dengan cefixime, tekanan darah yang terlalu besar [20].
yang bisa mengganggu keseimbangan Atorvastatin dan clopidogrel adalah dua jenis