Professional Documents
Culture Documents
Artikel Anisa
Artikel Anisa
SKRIPSI
oleh:
ANISA SUPRIATIN
NIM 1701040045
Judul Artikel :Bentuk, Jenis, dan Faktor Penyebab Campur Kode Netizen
dalam Kolom Komentar Channel YouTube Ucup Klaten
Periode Desember 2020
1. Program Studi : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
2. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Universitas : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
4. Identitas Penulis :
a. Nama : Anisa Supriatin
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : 1701040045
d. Alamat : Karangputat, Rt.03/03, Nusawungu, Cilacap, 53283
e. Telepon/HP : 082137740298
f. Email : anisasupriatin08@gmail.com
Penulis,
Anisa Supriatin
NIM 1701040045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, jenis, dan faktor penyebab campur kode
netizen dalam kolom komentar channel YouTube Ucup Klaten periode Desember 2020.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tuturan netizen. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode
simak dengan teknik simak bebas libat cakap. Instrument penelitian yaitu peneliti (human
instrument). Metode analisis data menggunakan metode padan dan metode agih. Berdasarkan
hasil penelitian, ditemukan 477 data dengan perincian sebagai berikut. Campur kode
berbentuk kata benda berjumlah 61, campur berbentuk kata kerja berjumlah 29, campur
berbentuk kata sifat berjumlah 18, campur kode berbentuk kata keterangan 2, campur kode
berbentuk frasa benda berjumlah 9, campur berbentuk frasa kerja berjumlah 11, campur kode
berbentuk frasa sifat berjumlah 6, berbentuk frasa keterangan berjumlah 4, campur kode
berbentuk baster berjumlah 16, campur kode berbentuk pengulangan kata berjumlah 10,
campur kode berbentuk klausa berjumlah 1, campur kode ke dalam (inner code mixing)
berjumlah 82, campur kode ke luar (outer code mixing) berjumlah 16, campur kode campuran
(hybrid code mixing) berjumlah 44. Faktor penyebab campur kode yang ditemukan adalah
fungsi dan tujuan berjumlah 79, penggunaan istilah yang lebih populer berjumlah 60,
keterbatasan penggunaan kode berjumlah 18, dan untuk sekadar bergengsi berjumlah 11.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa di dalam kolom komentar channel YouTube Ucup
Klaten periode Desember 2020 memuat bentuk, jenis, dan faktor penyebab campur kode.
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan oleh para peneliti dan pemerhati masalah bahasa
dalam melakukan penelitian lanjutan.
Kata Kunci: Channel YouTube, Bentuk, Jenis, dan Faktor Penyebab Campur Kode
ABSTRACT
This descriptive qualitative research aimed to find out the forms, types, and causing factors
of netizens code-mixing in the comment section of Ucup Klatens YouTube Channel in
December 2020. The data consisted of netizens' speech, which was gathered using an the
uninvolved conversation observation technique and evaluated using the identification and
distributional methods. Meanwhile, the instrument of this research was the researcher
(human instrument). The findings found 477 data. The forms of code-mixing included 61
nouns, 29 verbs, 18 adjectives, 2 adverbs, 9 noun phrases, 11 verb phrases, 6 adjective
phrases, 4 adverb phrases, 16 basters, 10-word repetitions, 1 clause, 82 inner code-mixing,
16 outer code-mixing, and 44 hybrid code-mixing. On the other hand, 79 functions and
purposes, 60 uses of more popular terminology, 18 limitations of code usage, and 11 for
prestige alone were among the contributing reasons. This research has proven that the forms,
types, and causing factors of code-mixing were included in the comment section of Ucup
Klatens YouTube Channel in December. It is expected that the results can be used by other
language researchers and observers in conducting advanced research.
PENDAHULUAN
Suandi, (2014 : 139) mengungkapkan bahwa campur kode adalah penggunaan suatu
bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan yang disisipi dengan unsur bahasa lain yang
dilakukan secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan akrab. Dalam situasi
berbahasanya yang informal ini, penutur dapat dengan bebas mencampur kode (bahasa atau
ragam bahasa). Campur kode terjadi apabila penutur bahasa memasukkan unsur-unsur bahasa
lain (unsur bahasa daerah) ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
seorang yang berbicara dengan kode utama bahasa Indonesia yang memiliki fungsi
keotonomiannya, sedangkan kode bahasa daerah yang terlibat dalam kode utama merupakan
serpihan-serpihan saja tanpa fungsi keotonomian sebagai sebuah kode (Aslinda dan
Syafyahya, 2010 : 87). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa campur kode
merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur
bahasa satu ke dalam unsur bahasa lain. Dalam hal ini penutur menyisipkan unsur-unsur
bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Misalnya penutur sering menyisipkan
bahasa daerahnya pada saat menggunakan bahasa Indonesia dalam bertutur, maka penutur
tersebut dapat dikatakan telah melakukan campur kode.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk, jenis, dan faktor penyebab campur kode netizen dalam kolom
komentar channel YouTube Ucup Klaten periode Desember 2020. Hal tersebut dilakukan
untuk memberikan pemahaman mengenai bentuk, jenis, dan faktor penyebab campur kode,
terutama yang terdapat dalam kolom komentar channel YouTube Ucup Klaten periode
Desember 2020.
Terdapat dua penelitian yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adi
Nugroho (2011) mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul skripsi “Alih Kode dan Campur Kode Pada
Komunikasi Guru-Siswa di SMA 1 Wonosari Klaten”. Kemudian penelitian yang dilakukan
oleh Jayanti Puspita Dewi (2014) mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dengan judul “Campur
Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X MA
(Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang”. Perbedaan kedua penelitian tersebut
dengan penelitian penulis yaitu bidang kajian yang digunakan, karena penulis meneliti
bentuk, jenis, dan faktor penyebab campur kode, selain itu perbedaannya juga terletak pada
data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian.
Campur kode memiliki beberapa bentuk, seperti yang dikemukakan oleh (Warisman,
2014 : 98). Ia menyatakan ada lima bentuk campur kode, yaitu campur kode akibat
penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata, campur kode akibat penyisipan unsur-unsur
berwujud frasa, campur kode akibat penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster, campur
kode akibat penyisipan unsur-unsur kata berwujud perulangan kata, dan campur kode akibat
penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa. Selain bentuk, campur kode juga terbagi
menjadi beberapa jenis dan faktor penyebab terjadinya campur kode. Suandi (2014: 140)
mengungkapkan berdasarkan unsur serapannya, peristiwa campur kode dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing), campur kode ke luar
(outer code mixing), dan campur kode campuran (hybrid code mixing). Sedangkaan faktor
penyebab campur kode yaitu keterbatasan penggunaan kode, penggunaan istilah yang lebih
populer, fungsi dan tujuan, dan untuk sekadar bergengsi Suandi (2014 : 143 - 146).
Penelitian ini meneliti campur kode netizen di dalam kolom komentar channel
YouTube Ucup Klaten. Kata Netizen berasal dari gabungan kata internet dan citizen (warga,
penduduk), sedangkan netizen adalah pengguna internet, atau juga disebut-sebut sebagai
penghuni yang aktif terlibat di suatu komunitas online yang ada di internet. Aktifitas tersebut
bisa bermacam-macam jenisnya, dari yang sekadar berbincang-bincang dan untuk bersenang-
senang sampai aktivisme yang menuntut perubahan di dunia maya atau bahkan dunia nyata
(Rusmina,2018:22). Inderasari, dkk (2019:38) juga mengungkapkan bahwa netizen atau biasa
disebut sebagai warga net merupakan sebutan bagi mereka yang suka berselancar di internet
atau dunia maya. Mereka memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri dalam media
massa. Melalui media tulis dan lisan netizen selalu berusaha menampilkan jati dirinya dan
menunjukkan eksistensinya di dunia maya.
Dari beberapa pendapat mengenai netizen di atas dapat disimpulkan bahwa netizen
adalah mereka yang mengakses dan menggunakan jaringan internet. Mereka saling
berkolaborasi dan bertukar aspirasi di dunia maya melalui berbagai media sosial (Facebook,
Twitter, YouTube, Whatsap, dan sebagainya). Dengan kata lain netizen adalah aktivis dunia
maya. Dengan kehadiran netizen akan menjadikan dunia maya terasa ramai meskipun
terpisahkan oleh waktu dan jarak antara netizen yang satu dengan netizen yang lainnya.
Para netizen yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah netizen yang ada
di media sosial YouTube dengan nama channel yaitu Ucup Klaten. Kindarto (2008:1)
mengartikan bahwa YouTube adalah sebuah portal website yang menyediakan layanan video
sharing. User yang telah mendaftar bisa meng-upload video miliknya ke server YouTube agar
dapat dilihat oleh khalayak internet di seluruh dunia. Video yang diupload biasanya
merupakan video-video pribadi para penggunanya. Bukan video pribadi saja, bahkan video
klip artis Hollywood, Bollywood, dan video dari seluruh mancanegara bisa dicari di
YouTube. Mereka yang kreatif dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah dari YouTube, dari
hasil video yang mereka upload dan apabila telah bekerja sama dengan YouTube. YouTube ini
merupakan perusahaan milik Google yang diciptakan oleh tiga orang pencetus, mereka
adalah mantan karyawan Paypal (website online komersial) yaitu Chad Hurley, Steve Chen,
dan Jawed Karim.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti mendeskripsikan
data dan fakta secara menyeluruh berupa bentuk, jenis, dan faktor penyebab campur kode
dari komentar para netizen di channel YouTube Ucup Klaten. Penelitian kualitatif bersifat
alamiah yang bertujuan untuk meneliti suatu masalah dengan merumuskan masalah terlebih
dahulu kemudian melakukan penelitian dengan cara mendalam. Peneliti dalam hal ini juga
melakukan pengamatan dan pencatatan dalam proses penelitian yang dilakukannya. Menurut
Monique Henink, dkk (dalam Haryono, 2020 : 36) penelitian kualitatif merupakan sebuah
pendekatan yang mengizinkan peneliti untuk mengamati pengalaman secara mendetail,
dengan menggunakan metode yang spesifik seperti pengamatan, wawancara mendalam, dan
metode spesifik lainnya. Penelitian kualitatif memungkinkan peneliti untuk menentukan
identifikasi isu dari perspektif peneliti, serta memahami makna dan interpretasi yang
dilakukan terhadap perilaku, peristiwa, atau objek. Denzin dan Lincoln (dalam Haryono,
2020 : 36-37) mengungkapkan dalam praktiknya, penelitian ini meneliti manusia dalam
setting natural keseharian, sehingga peneliti bisa mengidentifikasi bagaimana pengalaman
dan perilaku mereka yang tidak bisa terlepas dari konteks kehidupan mereka.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode simak dengan teknik simak
bebas libat cakap (SBLC). Dalam teknik SBLC, peneliti tidak terlibat dalam dialog,
konverensi, atau imbal wacana, jadi peneliti tidak ikut serta dalam proses pembicaraan yang
dilakukan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 2015 : 204). Peneliti berperan
sebagai pemerhati serta mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan bukan apa yang
sedang dibicarakan oleh orang-orang yang sedang melakukan proses dialog. Dalam teknik
SBLC alat yang digunakan adalah peneliti sendiri, namun peneliti tidak terlibat langsung
untuk menentukan dan memunculkan data penelitian, peneliti berperan sebagai pemerhati
terhadap data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang bersumber dari luar
dirinya. Penelitian ini yaitu peneliti sendiri (human instrument) yang berfungsi untuk
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan atas temuannya. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan adalah suatu metode penelitian
bahasa yang digunakan untuk menentukan kaidah dalam tahap analisis data penelitian yang
alat penentunya dari luar bahasa. Alat penentu tersebut diantaranya yaitu kenyataan atau
segala sesuatu (bersifat luar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa, organ
wicara pembentuk bunyi bahasa, langue lain, perekam dan pengawet bahasa (tulisan), serta
mitra wicara. Sedangkan metode agih adalah metode penelitian yang alat penentunya justru
bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 2015 : 15-18). Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dasar dalam metode padan (teknik PUP), teknik
dasar metode agih (teknik BUL), dan teknik lanjutan metode agih (teknik ganti).
Campur Kode Diakibatkan oleh Keterbatasan Penggunaan Istilah yang Lebih Populer
Campur kode diakibatkan oleh penggunaan istilah yang lebih populer berjumlah 60.
Salah satunya ditunjukan oleh salah satu komentar dari netizen, yaitu aditya dwi : Piye mas
kok viewermu soyo medun? Ttp semangat tim uk (16a_video tayangan 1 Desember 2020).
Pada komentar di atas termasuk peristiwa campur kode yang disebabkan oleh penggunaan
istilah yang lebih populer. Hal ini dapat dilihat dari penyisipan kata viewer yang berasal dari
bahasa asing (Inggris). Penutur memilih untuk menggunakan kata viewer karena dianggap
lebih populer khususnya di dunia maya. Kata viewer memiliki padanan arti ‘penonton’ dalam
bahasa Indonesia.
REFERENSI
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.
Dewi, J.P. 2014. Campur Kode Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi
Siswa Kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. (skripsi).
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Haryono, Cosmas Gatot. 2020. Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi. Sukabumi:
CV Jejak.
Inderasari, Elen., Ferdian Achsani, dan Bini Lestari. 2019. Bahasa Sarkasme Netizen dalam
Komentar Akun Instagram Lambe Turah. Jurnal Semantik, 8(1): 38
Kindarto,A.2008. Belajar Sendiri YouTube Menjadi Mahir Tanpa Guru. Jakarta: PT Elex
Media Komputerindo.
Nugroho, Adi. 2011. Alih Kode dan Campur Kode pada Komunikasi Guru-Siswa di SMA
Negeri 1 Wonosari Klaten. (skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Rusmina,S.H. 2018. Etika Komunikasi Verbal Netizen dalam Penggunaan Ruang Publik
pada Kolom Komentar Serambinews.com. (skripsi). Banda Aceh: Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.