You are on page 1of 10

5th ACE Conference.

28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

AKSESIBILITAS PERGERAKAN PENGHUNI AKIBAT


PENGARUH KONDISI PRASARANA JALAN BERBAGAI
CLUSTER PERUMAHAN DI KOTA PADANG
Yossyafra, Benny Hidayat dan Ari Septa Yuda
Prodi Magister Perencanaan Perumahan dan Permukiman, Program Pascasarjana,
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
Email: yossyafra@eng.unand.ac.id
Email: bennyhidayat@eng.unand.ac.id

ABSTRACT
High housing needs are shown by the increasing number of housing complexes or
residential areas built by housing developers. But the high rate of housing growth is
sometimes not accompanied by the fulfillment of transportation infrastructure standards.
Accessibility to transportation infrastructure and services is important, as part of meeting
several SDG's indicators. At present many housing complexes are built in urban areas,
still lacking the requirements for infrastructure for residential roads and relatively limited
access to transportation services. The research is quantitative qualitative research to
determine the preferences of housing communities to the distance from housing to roads
with appropriate conditions, as well as the number of populations that have access to
public transportation. The results show that most housing clusters in Padang Municipal
have access to roads with proper conditions, and that access to good road infrastructure
has an effect on the level of accessibility and mobility of the residents of the housing. And
the number of housing clusters that have access to good public transportation still needs to
be improved, by providing public transportation service routes.

Keywords : accessibility, residential, road access,

ABSTRAK
Kebutuhan akan rumah yang semakin banyak menjadikan beberapa komplek perumahan
atau kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang perumahan, terkadang
menyediakan kondisi prasarana yang kurang baik atau memiliki akses transportasi yang
rendah. Aksesibilitas terhadap prasarana dan sarana transportasi semakin penting, sebagai
bagian dari memenuhi beberapa tujuan dari SDG‘s. Saat ini banyak komplek perumahan
yang dibangun di kota Padang, kurang memenuhi persyaratan prasana jalan permukiman
dan akses terhadap sarana transportasi yang relative terbatas. Penelitian merupakan
penelitian kualitaitf kuantittif untuk mengetahui preferensi penghuni terhadap jarak
perumahan ke jalan yang kondisinya prasrana jalan yang layak, serta proporsi populasi
yang mendapatkan akses yang nyaman pada transportasi publik. Hasil menunjukan bahwa
sebagian besar cluster perumahan di kota Padang telah memiliki akses terhadap jalan yang
layak, dan diperoleh bahwa akses terhadap prasarana jalan yang baik berpengaruh
terhadap tingkat aksesibilitas dan mobilitas penghuni perumahan tersebut. Serta proporsi
jumlah cluster perumahan yang mendapatkan akses terhadap transportasi public yang baik
masih perlu ditingkatkan, dengan penyediaan rute layanan transportasi public.

Kata Kunci : aksesibilitas, penghuni perumahan, jalan perumahan,

466
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

1. PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk yang besar berdampak terhadap peningkatan kebutuhan


masyarakat terhadap perumahan. Dalam lampiran Buku 1 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 tersebut telah ditetapkan baseline backlog
(kepenghunian) rumah di Indonesia pada Tahun 2014 adalah sebesar 7,6 juta. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 penyediaan perumahan
diharapkan dapat berkurang menjadi sebesar 6,8 juta unit pada akhir 2019. BPS juga
mengatakan bahwa kemampuan (penyediaan) kita ini per tahun kurang lebih 400.000-
500.000 unit, baik yang dilakukan pengembang, masyarakat, pemerintah daerah, swasta
dan seterusnya.

Demand yang tinggi, kadang menciptakan kondisi penyediaan perumahan dengan


sistem kebut dan asal jadi saja, sehingga ada cluster perumahan yang terbangun dengan
kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan, air minum, drainase dan
limbah, taman bermain, sarana umum seperti mesjid dll yang kurang memadai.
Permasalah pada prasarana jalan pada perumahan dan kawasan permukiman, seperti
perkerasan jalan yang dibangun hanya dari tanah atau kerikil kasar; atau jenis
perkerasan sirtu atau macadam yang asal jadi; atau lebar jalan masuk yang sempit yang
tidak bisa dilalui bersamaan oleh kendaraan dari berlawanan arah; atau lokasi
perumahan terbangun yang kadang jauh (akses rendah) dari jalan arteri/ kolektor
dikarena harga lahan yang murah, sehingga kemungkinan mengakibatkan aksesibilitas
menjadi rendah. Penyebab permasalahan diatas dengan alasan meminimalkan biaya
pembangunan sarana dan prasasrana, supaya harga rumah dapat terjangkau bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Meskipun aturan mengenai standar minimum
prasarana yang disediakan pengembang untuk membangun sebuah perumahan telah ada,
namun dalam pelaksanaannya kadang jauh dari harapan.

Kota Padang sebagai kota besar (jumlah penduduknya mendekati satu juta jiwa) di
pantai barat pulau Sumatera, tumbuh menjadi kota yang pertambahan lahan
perumahannya yang relative tinggi (Yossyafra, dkk, 2018). Dari beberapa penelitian
terdahulu dinyatakan bahwa lokasi perumahan, sangat berpengaruh kepada tingkat
aksesibilitas penghuni perumahan, demikian juga bahwa kondisi prasarana jalan,
diyakini akan mempengaruhi pada aksesibilitas. Aksesibilitas terhadap prasarana dan
sarana transportasi semakin penting, sebagai bagian dari memenuhi beberapa tujuan dari
SDG‘s. Pertanyaan penelitian ini adalah apakah kondisi prasarana jalan pada cluster
perumahan eksisting di kota Padang, berpengaruh pada aksesibilitas penghuni?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis aksesibiltas penghuni perumahan
sehari-hari dengan kondisi prasarana jalan yang ada; (2) mengetahui apakah kondisi
prasarana jalan perumahan berpengaruh terhadap aksesibilitas penghuni. Penelitiaan ini
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan
keputusan pengembangan prasarana jalan perumahan, untuk mewujudkan penyedian
perumahan yang baik memenuhi kebutuhan penghuni kedepannya.

467
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

2. AKSESIBILITAS DAN PRASARANA JALAN PERUMAHAN

2.1 Aksesibilitas Penghuni Perumahan

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan adanya interaksi satu sama lain baik
dalam hubungan secara sosial maupun ekonomi membutuhkan adanya sebuah prasarana
yang dapat menunjang pergerakannya. Begitu juga para penghuni cluster/ komplek
perumahan juga melakukan aktifitas harian. Aktifitas penghuni akan mengakibatkan
pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam rentang jarak dan waktu tempuh
yang berbeda. Prasarana jalan sebagai infrastruktur yang menghubungkan satu daerah
dengan daerah lain, diyakini berperan sangat besar mendukung aktifitas penghuni
tersebut. Kondisi jalan yang baik akan berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu lintas.

Menurut Khisty (2005), aksesibilitas adalah suatu konsep yang mengukur tingkat
kenyamanan dalam melakukan pergerakan antara dua tempat, sebagai akibat interaksi
antara tataguna lahan dan sistem jaringan transportasi. Aksebilitas perorangan biasanya
diukur dengan cara menghitung jumlah lokasi kegiatan (disebut juga peluang –
opportunity) yang tersedia pada jarak tertentu dari rumah orang tersebut dan
memfaktorkan jumlah tersebut dengan jarak diantaranya. Indeks aksesibilitas
merupakan ukuran seberapa banyak tujuan potensial yang tersedia bagi seseorang dan
semudah apa orang tersebut dapat mencapainya. Aksesibilitas suatu tempat dari tempat
tempat lainnya didalam suatu kota dapat diukur dengan cara yang sama. Agar
aksesibilitas tersebut meningkat tentunya diperlukan adanya sarana dan prasarana
penunjang yang memadai. Sarana dapat berupa kendaraan seperti mobil, bus, motor,
sepeda, sedangkan prasarananya dapat berupa jalan raya, rambu lalu lintas, jembatan,
terminal dan infrastruktur lainnya.

Bintarto (1989) mengatakan salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat
aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang
tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada
daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat, begitu pula sebaliknya.
Tamin (2000) mengatakan indikator aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika
suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua
tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah.
Selain jarak dan waktu, biaya juga dapat menunjukan indikator aksesibilitas. Biaya
dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai
ukuran untuk hubungan transportasi. Widyonarso dkk (2014), melakukan kajian tentang
tingkat aksesibilitas fasilitas sosial berdasarkan konsep unit lingkungan di Perumnas
Banyumanik kota Semarang. Siregar (2012) meneliti tentang tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pembangunan jalan lingkungan di kelurahan Dwikora kecamatan
Medan Helvetia kota Medan tahun 2012, dan menyatakan bahwa nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat masuk pada ―kategori baik‖.

2.2 Pedoman Prasarana Jalan Perumahan

Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan),
Dirjen Cipta Karya, 1998 dan Standar Nasional Indonesia SNI 03-1733-2004 – Tata

468
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, yang dikeluarkan oleh Badan


Standardisasi Nasional (2004), menyatakan bahwa jalan perumahan yang baik harus
dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara
sepeda dan pengendara kendaraan bermotor serta didukung oleh ketersediaan
pendukung jalan seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, dll.

Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, mengenai standar minimal


penampang melintang jalan lokal sekunder, spesifikasinya lebar jalan minimal 6,5m
dengan rincian badan jalan minimal 4,5m, lebar bahu jalan kiri 1m dan kanan 1m
(Pemerintahan Republik Indonesia, (2004)). Untuk bahu jalan sebaiknya dicor juga
dengan kualitas beton yang lebih rendah yaitu K-175. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan, pengertian jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel (Pemerintah Republik Indonesia, (2006)). Kemudian, berdasarkan Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Setiap perumahan seharusnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang layak
seperti jalan, drainase, air bersih, tempat ibadah, dll. Ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang tersebut yang menjadi faktor penentu pemilihan lokasi perumahan yang akan
ditempati. Namun dikarenakan keterbatasan lahan ataupun dana, para pengembang
dalam penyediaan sarana dan prasarana tersebut sering kali tidak terpenuhi dengan baik
sehingga menjadi mengganggu kenyamanan penghuni perumahan tersebut.

2.3 Teori dan Pengukuran Persepsi dan Kepuasan Pengguna

Eboli dan Mazulla, (2008) menyatakan bahwa Kualitas pelayanan merupakan kumpulan
beberapa persepsi publik akan suatu jasa yang dapat diukur dari persepsi dan ekspektasi
pengguna terhadap bentuk pelayanan sehingga kualitas pelayanan tersebut dapat
teridentifikasi dengan mempertimbangkan kepentingan dan kepuasan pengguna
layanan. Kotler (1995) menjelaskan kepuasan pelanggan atau pengguna sebagai tingkat
perasaan seseorang saat membandingkan kualitas barang atau jasa yang diterima dengan
ekspektasinya. Selanjutnya harapan itu dibandingkan dengan persepsinya terhadap
kinerja yang diterimanya. Jika harapannya lebih tinggi daripada kinerja produk tersebut
maka pengguna tersebut merasa tidak puas. Sebaliknya jika harapannya sama atau lebih
rendah dibandingkan kinerja produk yang diterimanya maka pengguna tersebut akan
merasa puas.

3. METODOLOGI

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah jenis penelitian deskriptif, dengan gabungan
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dengan jenis penelitian ini diperkirakan mampu
untuk menjelaskan temuan penelitian sebagai upaya untuk menggambarkan kondisi
eksisting prasarana jalan perumahan di kota Padang serta keinginan penghuni

469
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

perumahan terhadap prasarna jalannya. Serta diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan dalam menyusun rumusan kebijakan penyediaan prasarana jalan
perumahan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun tahapan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan berupa landasan teori mengenai topik ini dikumpulkan melalui


berbagai cara dan metode, serta diperoleh dari berbagai sumber literatur.
2. Penyusunan instrument questioner dan design pertanyaan untuk responden,
3. Pengumpulan data sekunder, didapatkan dari instansi yang berkaitan dengan
topik penelitian, dan sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
peta wilayah dan jaringan jalan kota Padang, peta yang terdiri dari data Lokasi
Perumahan; Pengukuran jarak akses dari jalan arteri ke lokasi Perumahan; Peta
Jaringan jalan kota Padang berdasarkan fungsi jalan.
4. Pengumpulan data Primer. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
primer adalah menyebarkan questioner pada penghuni dengan menggunakan
panduan wawancara, selama penelitian berlangsung. Untuk data primer,
diajukan 25 pertanyaan yang diberikan kepada 200 responden yang tinggal di
perumahan. Pertanyaan tersebut dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut:
a. Karakteristik responden, terdiri dari pertanyaan tentang: Gender, Umur,
Pekerjaan, jumlah anggota keluarga, penghasilan, kepemilikan rumah;
b. Lokasi Perumahan, terdiri dari pertanyaan tentang: dasar pemilihan
perumahan;
c. Karakteristik perjalanan, terdiri dari pertanyaan tentang: jumlah anggota
keluarga yang harus melakukan perjalanan, jenis kendaraan, jarak
perjalanan;
d. Kondisi prasarana jalan, terdiri dari pertanyaan tentang: lebar, jenis &
kondisi permukaan, panjang jalan
5. Analisis pengaruh kondisi jalan terhadap aksesibilitas penghuni perumahan, dari
tinjauan: Jarak akses masuk; Jenis perkerasan dan kondisi permukaan; Lebar
akses masuk. Metoda dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif dengan
cara memberi nilai/skor masing-masing variabel menggunakan skala Likert
(untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang sesuatu hal), mempunyai gradasi: (1) tidak penting / tidak puas,
(2) kurang penting / kurang puas, (3) cukup penting / cukup puas, (4) penting /
puas (5) sangat penting / sangat puas
6. Kesimpulan.

4. DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambaran kondisi dan jenis perkerasan dari prasarana jalan menuju perumahan
diperlihatkan pada Gambar.1. Ada beberapa jenis jenis perkerasan yang biasa digunakan
pada jalan akses perumahan, a.l.: kerikil, beton, aspal, macadam, dll. Deskriptif
karakteristik penghuni perumahan yang berhasil dikumpulkan dari penyebaran
questioner adalah sebagai berikut (detail pada Gambar.2):

 Responden yang mengisi questioner berasal dari sembilan dari sebelas


kecamatan yang ada di kota Padang. Responden terbanyak berdomisili di

470
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

kecamatan Padang Utara (24%), Nanggalo (20%) dan Kuranji (20%). Dengan
92% dari responder, memiliki rumah mereka.

Gambar 1. Berbagai kondisi prasarana jalan akses (seperti: kerikil, tanah, beton dan
aspal) menuju perumahan atau kawasan permukiman.

 Pekerjaan dari responder didominasi oleh Pengusaha (36%), Pegawai Negeri


Sipil (20%) dan Pegawai Swasta (16%), dan pekerjaan yang lainnya adalah TNI/
Polri, Pegawai BUMN, BUMD, namun ada yang tidak memiliki pekerjaan (4%).
 Penghasilan penghuni terbanyak adalah antara Rp.2 juta hingga Rp.4 juta (25%)
dan lebih dari Rp.10 juta (25%), namun masih berpenghasilan kecil dari Rp.2
juta sekitaa 4,2%.
 Jumah anggota keluarga terbanyak dari total responder adalah lima orang (36%),
kemudian empat dan enam orang (masing-masing 28%).

(a)

(b) (c)
Gambar 2. Diagram pie detail dari (a) sebaran lokasi perumahan, berdasarkan kecamatan, (b)
jenis pekerjaan kepala keluarga, (c) besar pengasilan kepala keluarga.

471
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

Sedangkan kondisi jalan perumahan menurut penghuni dijelaskan sebagai berikut


(detail pada Gambar.3):

 Panjang jalan akses masuk ke perumahan sangat bervariasi, ada yang pendek
dari 200m hingga ada yang lebih dari 2km. Panjang jalan akses masuk yang
kurang dari 200m sebanyak 44%, sedangkan untuk yang panjang lebih dari 1km
hanya sekitar 8%. Sebagian besar (lebih 80%) panjang jalan akses berjarak
kurang dari 400m, kurang 20% yang berjarak lebih dari 600m.
 Lebih dari 95% jalan akses perumahan telah menggunakan perkerasan aspal, dan
beton, kurang dari 5% jalan yang masih tanah atau kerikil.
 Lebih dari 90%, kondisi dari jalan akses sedang, baik dan baik sekali, hanya
sekitar 8% dengan kondisi buruk.
 Lebih dari sepertiga dari jalan akses ke perumahan, lebar jalannya masih kurang
dari 4m, hal ini perlu menjadi perhatian, karena pada kondisi emergensi, seperti
jika terjadi kebakaran maka akan menyulitkan akses masuk bagi mobil pemadam
kebakaran, hal ini masih perlu diperhatikan. Hanya sekitar 4% dari jumlah jalan
akses perumahan yang memiliki lebar lebih dari 8m.

Gambar 4.1.

Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Digram pie dari kondisi Jalan Akses ke Perumahan (a) panjang jalan (b) jenis lapisan
permukaan jalan (c) kondisi permukaan jalan (d) lebar jalan.

Kemudian dekriptif dari karakteristik perjalanan dari penghuni perumahan detailnya


digambarkan pada Gambar 4.

 Sekitar 32% dari total responden menyatakan bahwa ada tiga anggota keluarga
mereka yang melakukan perjalanan setiap harinya, kemudian berturut-turut 20%
untuk empat anggota keluarga, dan 16% untuk dua dan lima anggota keluarga.
 Lebih dari 78% penghuni melakukan perjalanan ke tempat kerja yang berjarak
kurang dari 7,50km dengan detail: sebanyak 26% melakukan perjalanan kurang
dari 2,00km, dan terbanyak 30,4% untuk perjalanan antara 2,50 km hingga

472
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

hingga 5,00km. Hal ini menunjukan bahwa jarak dari rumah ketempat pekerjaan
menjadi pertimbangan dominan dari penghuni perumahan.
 Lebih dari 50% penghuni, menggunakan kendaraan sepeda motor menuju
tempat pekerjaan. Sedangkan moda shared dari angkutan umum hanya sekitar
8,3% dari keseluruhan responder. Hal ini menjadi tantangan bagi penyedia
angkutan umum untuk bisa memperbesar penggunaan kendaraan umum bagi
penghuni perumahan di kota Padang.

(a)

(b) (c)

Gambar 4. Digram pie dari karakteristik perjalanan penghuni (a) jumlah keluarga yang
melakukan perjalanan sehari-hari, (b) jarak rumah dan tempat kerja, (c) jenis kendaraan
yang digunakan ketempat kerja.

Penilaian responden penghuni terhadap kondisi prasarana jalan akses masuk perumahan
yang mereka lalui adalah 56% merasa sudah puas, sedangkan ada 46% menyatakan
belum puas. Ketidakpuasan tersebut dengan alasan antara lain: jalan masih banyak
berlubang, berlubang dan tidak rata, sangat parat dan sempit, macet, jika hujan air
tergenang. Kemudian jawaban penghuni mengenai pertanyaan, apakah akan bertambah
jumlah perjalanan ketika kondisi prasarana jalan akses menuju perumahan semakin
baik?. Sekitar 96% dari responder menjawab: akan tetap seperti sekarang, tidak akan
bertambah. Sedangkan jawaban, akan bertambah jumlah perjalanan mereka dengan
perbaikan prasarana jalan ada sekitar 8% dari penghuni.

Pada penelitian ini analisis dilanjutkan dengan penilaian terhadap kepuasan penghuni
perumahan terhadap prasarana jalan akses menuju perumahan mereka. Beberapa atribut
yang dianalisis adalah (1) kualitas jalan, (2) aksesibilitas, (3) sarana dan prasarana
pendukung jalan (bahu jalan, drainase), (4) lebar, (5) kemudahan menjangkau lokasi.
Kelima atribut dinilai dengan membagi menjadi lima skala penilaian, hasilnya
responden menilai bahwa ke lima atribut yang diatas dinilai pada skala tertinggi, yaitu
merupakan atribut yang ―sangat penting‖ diperhatikan. Kemudian penghuni menilai
tingkat kepuasan penghuni terhadap ke lima atribut diatas, dan responden
mengelompokan pada skala ―puas‖ tehadap empat atribut dari jalan yang ada

473
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

diperumahan mereka, yaitu: kualitas jalan, aksesibilitas, lebar, dan kemudahan


menjangkau lokasi. Sedangkan kondisi atribut ―sarana dan prasarana pendukung jalan
(bahu jalan drainase ‖ dirasakan ―cukup puas‖.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bagian pembahasan, bahwa sebagian besar
cluster perumahan di kota Padang telah memiliki akses terhadap jalan relative layak,
namun dengan lebar jalan yang relative sempit (<4m), dan permukaan jalan perlu
ditingatkan. Jarak perumahan ke tempat kerja relative dekat (2,5-5km) dominasi
penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan yang digunakan ketempat kerja. Bahwa
kondisi prasarana jalan, tidak berpengaruh terhadap tingkat aksesibilitas dan mobilitas
penghuni perumahan tersebut, karena penghuni sudah punya pola pergerakan sendiri.
Serta proporsi jumlah cluster perumahan yang mendapatkan akses terhadap transportasi
public yang baik masih perlu ditingkatkan. Penghuni menilai pada tingkat kepuasan
skala ―puas‘ terhadap tehadap empat atribut dari jalan yang ada diperumahan mereka
yaitu: kualitas jalan, aksesibilitas, lebar, dan kemudahan menjangkau lokasi. Sedangkan
kondisi atribut sarana dan prasarana pendukung jalan (bahu jalan, drainase, dll.),
dirasakan pada skala cukup puas. Pemerintah Kota Padang kedepan tetap berfokus pada
peningkatan kualitas, mutu dan pelayanan terhadap sarana dan prasarana pendukung
jalan (bahu jalan, drainase, dll), sehingga menjadi infrastruktur yang optimal
dimanfaatkan masyarakat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional, (2004). Standar Nasional Indonesia SNI 03-1733-2004 –


Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Bintarto. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, (2003). Perencanaan Perkerasan Jalan
Beton Semen. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, (2004). Penentuan Klasifikasi Fungsi
Jalan di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah
Ditjen Cipta Karya (1998), Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem
Jaringan dan Geometri Jalan), Ditjen Cipta Karya
Eboli, L., dan G. Mazzulla. 2008. An SP Experiment for Measuring Service Quality in
Public Transport. Transportation Planning and Technology 31(5): 509-523
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Keputusan menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 248/KPTS/M/2015 tentang
Penetapan ruas jalan dalam jaringan primer menurut fungsinya sebagai jalan
arteri (JAP) dan jalan kolektor-1 (JKP-1). Jakarta
Khisty C. J., dan B. Kent Lall. 2005. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi. Jilid I Jakarta:
Penerbit Erlangga.

474
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

Kotler, P. 1995. Marketing jilid II. Penerbit Erlangga, Jakarta


Menteri Perumahan Rakyat, 2008. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 22 tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Bidang Perumahan Rakyat
Pemerintah Republik Indonesia, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
34 tahun 2006 tentang Jalan
Pemerintahan Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 tentang
Jalan.
Pemerintahan Republik Indonesia, 2011. Undang-undang nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 –
Lampiran Buku – I.
Siregar, D.E, dan Kariono (2015), Evaluasi Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pembangunan Jalan Lingkungan Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan
Helvetia Kota Medan Tahun 2012. Jurnal Administrasi Publik. vol.3 no.1, hal.20-
38
Tamin O.Z. 2000. Perencanaan Dan Pemodelan Transportasi. Penerbit ITB
Widyonarso, E.S., Yuliastuti, N., (2014). Tingkat Aksesibilitas Fasilitas Sosial
Berdasarkan Konsep Unit Lingkungan di Perumnas Banyumanik Kota Semarang.
Jurnal Ruang vol.2 no.4. hal.351-360
Yossyafra, Noer M., Hakimi R., Reza M. 2018. A Challenge in Providing Housing Land
and Sustainable Agricultural Land; An Effort to Meet The Backlog of Housing
and Food Security in West Sumatra. International Journal on Advanced Science
Engineering Information Technology, vol.8 no.6 hal.2696-2701

7. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Program Pascasarjana Universitas Andalas,


atas pembiayaan riset ini, dengan nomor kontrak No. 36/ UN.16.17/PP.HGB/PPs/2018.

475

You might also like