You are on page 1of 22

KESETARAAN GENDER DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

PERSPEKTIF M. SYAHRUR
1Fatimatuz Zahro, 2 Shinta Pramesti K.M.
,2
¹ Institut Agama Islam Negeri Kediri
Email: 1fatimatuz.zahro1305@iainkediri.ac.id, 2shintapramesti71@gmail.com

Abstract
Islam beautifully respects and glorifies the dignity of a woman. This is proven in the Qur'an Surah
an Nisa' verse 11 that women are also entitled to a share in the inheritance. The actual
phenomenon is that currently, women are considered capable of being independent. At the same
time, the concept of inheritance distribution is guided by justice and is not measured by the level
of equality. The problem of gender equality in the distribution of portions of inherited assets is like
a snowball that rolls further and further and raises issues of gender equality that have occurred
to date. The gender gap in inheritance law appears against the background of some parties whose
sense of justice is not fulfilled. The portion of the distribution often triggers disputes between men
and women. This research focuses on applying the inheritance distribution system according to
classical Fiqh Mawaris with Islamic inheritance in KHI and analyzes the problems of gender
equality in Islamic legal inheritance. This study uses a type of normative legal research. This
method focuses on legal principles and finds coherent truths. Legal rules are conceptualized as
norms in a broad scope. Sources from the normative side come from laws and regulations, court
decisions, and doctrines from legal scientists with the approach taken. The concept in this research
is carried out by looking at various points of view and phenomena of doctrinal development in the
science of law. This study concludes that from the portion of the heirs, there are similarities
between classical rose is and KHI. Still, the difference is read in the distribution of inheritance in
classical Islamic law. The compilation of Islamic law is the way to draw lineages based on males
as a result of female offspring which is called dzawil arham is covered by men. In contrast, in the
compilation of Islamic law, the way to draw lineages is based on a bilateral principle so that
female offspring are not covered by men, Islamic inheritance law in Indonesia seeks to reform to
accommodate a sense of justice. However, its efforts it does not necessarily reduce the problems
of gender equality that exist in society.

Keywords: Gender, Inheritance, M. Syahrur

Abstrak
Islam sangat menghormati dan memuliakan martabat seorang wanita. Hal ini terbukti dalam surah
an-Nisa ayat 11 bahwa perempuan juga berhak mendapat bagian dalam warisan. Fenomena
sebenarnya adalah bahwa saat ini, wanita dianggap mampu menjadi mandiri. Pada saat yang sama,
konsep distribusi warisan dipandu oleh keadilan dan tidak diukur oleh tingkat kesetaraan. Masalah
kesetaraan gender dalam distribusi bagian dari aset yang diwariskan seperti bola salju yang
menggelinding lebih jauh dan lebih jauh, dan menimbulkan isu-isu kesetiaan gender yang telah
terjadi sejauh ini. Perselisihan gender dalam hukum warisan muncul di latar belakang beberapa
pihak yang rasa keadilan tidak terpenuhi. Bagian distribusi sering memicu perselisihan antara pria
dan wanita. Penelitian ini berfokus pada penerapan sistem distribusi warisan menurut Fiqh
Mawaris klasik dengan warisan Islam di KHI dan menganalisis masalah kesetaraan gender dalam
warisan hukum Islam. Studi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Metode ini
berfokus pada prinsip-prinsip hukum dan menemukan kebenaran yang koheren. Peraturan-
peraturan hukum dikonsepsi sebagai norma dalam lingkup yang luas. Sumber dari sisi normatif
berasal dari hukum dan peraturan, keputusan pengadilan, dan doktrin dari ilmuwan hukum dengan
pendekatan yang diambil. Konsep dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat berbagai sudut
pandang dan fenomena perkembangan doktrinal dalam ilmu hukum. Studi ini menyimpulkan

25
bahwa dari bagian pewaris, ada kesamaan antara waris klasik dan KHI. Namun, perbedaan itu
dibaca dalam distribusi warisan dalam hukum Islam klasik. Kompilasi Hukum Islam adalah cara
untuk menarik keturunan berdasarkan laki-laki sebagai hasil dari keturunan perempuan yang
disebut dzawil arham yang ditutupi oleh pria. Sebaliknya, dalam Kompilasi Hukum Islam, cara
menarik silsilah didasarkan pada prinsip bilateral sehingga keturunan perempuan tidak ditanggung
oleh laki-laki,, hukum warisan Islam di Indonesia bertujuan untuk mereformasi untuk menampung
rasa keadilan. Namun, upaya mereka tidak selalu mengurangi masalah kesetaraan gender yang ada
di masyarakat.

Kata Kunci: Gender, Waris, M. Syahrur

A. Pendahuluan untuk mendapatkan hak yang setara. Andre


1. Latar Belakang Masalah Fillard berpendapat bahwasanya terdapat
Pada era perkembangan zaman saat tiga golongan masyarakat yang
ini perempuan mampu berperan setara mengemukakan kesetaraan gender tentang
dengan laki-laki walaupun zaman dulu pembagian harta waris yaitu pertama
perempuan hanya sebagai pendamping laki- menggunakan sistem pembagian harta
laki dalam hal memberi nafkah. Fenomena waris setara antara perempuan dan laki-laki.
dimasyarakat banyak perempuan yang Kedua menggunakan sistem pembagian
menjadi pokok acuan ekonomi dalam harta warisan sesuai dengan fiqh Mawaris
keluarga. Perubahan sosial inilah Klasik. Pada konsepsi kesetaraan dalam hal
memunculkan bias gender dalam keinginan waris mereka menggunakan sistem hibah.
perempuan untuk penyamaan pembagian Metode yang dilakukan dengan
harta warisan dengan laki-laki. menghibahkan sebagian dari bagian pihak
Berbicara mengenai gender secara laki-laki kepada perempuan. Ketiga prinsip
historis kedudukan perempuan memang pembagian warisan menurut ilmu faroidh
berada di urutan kedua setelah laki-laki, atau Fiqh Mawaris klasik yaitu laki-laki
keberadaannya dimarjinalkan dan mendapatkan dua bagian dan satu bagian
mendapatkan perlakuan yang tidak layak untuk perempuan.1
contohnya tidak mendapatkan pendidikan Pada hakekatnya sistem hukum waris
dianggap lemah dan dijadikan objek bedasarkan sudut pandang Islam
kekerasan, seiring berjalannya waktu kaum mengembangkan dan memperbaharui
perempuan mulai menunjukkan sistem hukum waris pada masa masyarakat
kebangkitannya dari diskriminasi dan Arab pra Islam. Mereka mengetahui sistem
sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata pembagian harta waris akan tetapi tidak

1
Endah Amalia dan Ashif Az-Zafi, “Penyetaraan https://doi.org/10.21274/ahkam.2020.8.2.213-232. Di
Gender dalam Hal Pembagian Warisan”, Ahkam: Vol 8. akses tanggal 27 Desember 2022,16.03 WIB.
No. 2 (November, 2020). H.213-232,

26
memakai kaidah norma keadilan. daripada perempuan.3
Konstruksi sosial pada sistem kewarisan Term Gender menjadi fenomena
pada masa Arab pra Islam mendudukkan yang novelty dalam kajian hukum Islam
perempuan sebagai pihak yang tidak berhak kontemporer. Oleh karena itu, jika ada
menerima warisan bahkan apabila terdapat yang dibahas dalam konteks hukum Islam,
istri ditinggal wafat suaminya maka harus dipahami bahwa hal itu akan sangat
statusnya menjadi harta warisan dari erat kaitannya dengan Syariah dan Fiqh.
suaminya yang bisa diwariskan kepada Pada penelitian yang ditulis oleh Nashirun
orang lain. dkk. dengan judul Konsep Keadilan dan
Beberapa pakar hukum waris Kesetaraan Gender tentang Pembagian
berpendapat bahwa sistem yang digunakan Harta Waris dalam Persfektif Hukum
masa pra Islam dalam hal pembagian harta Islam menjelaskan bahwa tingkat
warisan hanya berpedoman pada keadailan dalam hukum waris sudah finis
subjektifitas pemegang hak. Pedoman yang ditentukan dalam al-Qur’an. Konsep
mereka gunakan atas dasar kekuatan fisik keadilan berpedoman pada penyesuaian
dan keharusan laki-laki dewasa.2 peran dan tanggung jawab dalam
Perubahan peran antara laki-laki dan keluarganya. Ketentuan yang dilakukan
perempuan ini menciptakan fenomena isu tetap sesuai dengan al-Qur’an tanpa
gender dalam kehidupan social adanya diskriminasi terhadap perempuan.
kemasyarakatan. Fenomena ini Hal ini ditinjau dari peran dan kewajiban
menimbulkan konsepsi pemikiran bagi seorang laki-laki menjadi prioritas utama
perempuan menuntut haknya sesuai dalam menafkahi keluarganya. Pada
dengan perannya dalam keluarga. Hal ini kesimpulannya bahwa tidak ada istilah
menjadi konsepsi hukum Islam tentang gender dalam Islam mengenai hukum
pembagian warisan harus dapat waris.
memperhatikan kebutuhan masyarakat Hal di atas tentu berbeda dengan
guna menginisiasi nilai keadilan bagi penelitan Syaikhu tentang Kewarisan
perempuan saat ini. Dasar acuan yang Islam dalam Persfektif keadilan Gender.
digaungkan yaitu dalam hukum waris Pada penelitiannya bahwa dalam konteks
Islam, terdapat perbedaan cara ijtihad kontemporer tentu bisa menolak
penghitungan pembagiannya. Artinya hukum positivisme Islam. Nilai-nilai
laki-laki mendapat bagian lebih banyak keadilan sudah bergeser melihat fenomena

2
Maimun Nawawi, Pengantar Hukum Kewarisan 122-134,
Islam, (Surabaya: Pustaka Raja, 2016). H. 20. http://dx.doi.org/10.23971/maslahah.v8i2.1323,
3
Syaikhu, "Kewarisan Dalam Prespektif Diakses pada tanggal 31 desember 2022 pukul 08.00
Keadilan Gender", Elmaslahah, Vol.2, No.2 (2018). H. WIB.

27
saat ini. Dasar pemikiran yang dipakai 2. Bagaimana Kesetaraan Gender dalam
adalah jika hak dan kewajiban dalam Pembagian Kewarisan Islam
keluarga berubah maka struktur dalam Kontemporer dalam perspektif M.
hukum Islam juga berubah. Jika laki-laki Syahrur?
dalam keluarga tidak menjadi satu-satunya 3. Teori
bertanggung jawab dalam keluarga Asas Keadilan Dalam Hukum
sebagai pencari nafkah maka konsep Kewarisan Islam
pembagian waris dalam perbandingannya Konsep yang dipakai dalam asas
juga berubah dalam perspektif gender. ini yaitu keadilan. Keadilan dari sudut
Pada penelitian ini sama-sama pandang hukum waris kata merujuk pada
membahas konsep gender dalam hal keseimbangan dalam hak dan kewajiban.
kewarisan akan tetapi fokus kajiannya Keseimbangan tersebut dipandang
berpedoman pada pemikiran M. Syahrur. dalam segi perolehan harta waris
Ia memberikan konsep theory of limit guna berdasarkan keperluan dan kegunaan.4
memecahkan permasalahan yang ada pada Paparan diatas menunjukkan
fenomena gender dalam hukum bahwa konsep gender mengenai harta
kewarisan. Selain berpedoman pada warisan dalam Islam tidak menjadi
pemikiran M. Syahrur juga membahas landasan dalam menentukan
tentang perbedaan hukum waris Islam mendapatkan harta warisan.
masa klasik dan hukum waris di Indonesia Pada Q.S an Nisa’ ayat 11-12
dengan tujuan mendeskripsikan dan dijelaskan bahwa Allah memberikan
membandingkan adanya hukum kausalitas petunjuk tentang bagaimana anak-anak
yang terjadi pada hukum waris yang harus diterima warisan dalam hukum
diintegrasikan dengan fenomena gender. waris Islam. Ayat ini menekankan bahwa
2. Rumusan Masalah laki-laki memiliki hak setara dengan dua
Berdasarkan paparan fenomena perempuan dan bahwa perempuan
tentang hukum waris diatas, maka memiliki hak yang lebih rendah dalam
penelitian ini fokus pada permasalahan hal warisan. Ayat ini juga membahas
berikut: tentang bagaimana warisan harus
1. Bagaimana pembagian harta warisan dibagikan kepada orang tua jika ada, dan
menurut hukum Islam klasik dan bagaimana warisan harus dibagikan jika
hukum Islam di Indonesia? tidak ada anak atau saudara.

4
Maryati Bachtiar, "Hukum Waris Islam http://dx.doi.org/10.30652/jih.v3i01.1026, Diakses pada
dipandang dari Prespektif Hukum berkeadilan gender," tanggal 31 Desember 2022, pukul 09.59 WIB.
Jurnal Ilmu Hukum, Vol 3, No. 1 (2012),

28
Pada ayat ke-176 juga membahas pembagian tersebut secara tekstual
tentang bagaimana hukum waris terlihat tidak seimbang. Sudut pandang
diterapkan dalam kasus dimana Islam, keadilan diukur tidak hanya dari
seseorang tidak memiliki anak atau segi kuantitas harta waris, tetapi
orang tua. Ayat ini menekankan bahwa berdasarkan segi kegunaan dan
pasangan suami-istri harus memperoleh kebutuhan. Dalam hukum waris Islam,
warisan jika suami tidak memiliki anak laki-laki dan perempuan memiliki hak
atau orang tua. Jika suami memiliki yang berbeda dalam hal warisan. Laki-
saudara, saudara tersebut harus laki menerima bagian yang lebih besar
memperoleh bagian dari warisan. dari warisan dibandingkan perempuan,
Dalam hal ini, sangat penting karena dalam tradisi Islam laki-laki
untuk memastikan bahwa warisan dianggap sebagai pemimpin dan pencari
dibagikan sesuai dengan ketentuan nafkah bagi keluarga. Perempuan, pada
hukum waris Islam dan memastikan gilirannya, memiliki hak atas warisan
bahwa warisan dibagikan secara adil dan yang tetap dan tidak dapat dicabut.
sesuai dengan hukum. Namun, meskipun ada perbedaan
Paparan diatas menurut pemikiran dalam jumlah bagian warisan, Islam juga
peneliti dapat disimpulkan bahwa jika menekankan bahwa kebutuhan
ada anak laki-laki, ia akan memperoleh perempuan harus dipenuhi dan
porsi yang sama dengan dua anak dibahagiakan. Dalam hal ini, keluarga
perempuan. Jika hanya ada anak dan masyarakat harus bekerja sama
perempuan, mereka akan memperoleh untuk memastikan bahwa hak
dua pertiga dari harta bersama. Jika perempuan dalam hal warisan dipenuhi
hanya ada satu anak perempuan, ia akan dan mereka dapat hidup dengan martabat
memperoleh separuh dari harta bersama. dan keamanan yang baik.
Jika seseorang memiliki orang tua yang Secara umum, dalam hukum waris
masih hidup, maka mereka akan Islam, kebutuhan setiap individu harus
memperoleh seperdelapan dari harta diakui dan dipenuhi, meskipun ada
bersama. Jika orang tua sudah perbedaan dalam jumlah bagian warisan.
meninggal, maka ibu akan memperoleh Hal diatas apabila dilihat dari sudut
seperdelapan dari harta bersama, dan jika pandang kewajiban dan tanggung jawab
ada saudara, maka ibu akan memperoleh seorang laki-laki dan perempuan harta
seperdelapan setelah dikurangi hibah waris yang didapat walaupun berbeda
atau hutang. akan tetapi kadar manfaat yang
Berdasarkan pengaturan dirasakan sama. Hal tersebut merupakan

29
asas norma berdasar pada konsep dewasa dikaitkan dengan lamanya
keadilan dalam Hukum Kewarisan kebutuhan anak yang belum dewasa dan
Islam. Sudut pandang keadilan juga bisa juga terkait dengan perolehan hak waris
dilihat berdasarkan perolehan seperti yang sama, maka kedua manfaat tersebut
yang diterangkan dalam surat an Nisa akan menerima jumlah yang sama. Inilah
ayat 11. Perbedaan perolehan harta waris keadilan hakiki dari sudut pandang nilai
antara orang tua dan anak walaupun ajaran hukum Islam. Pemakaian asas
keduanya memiliki kedudukan yang norma keadilan yang berimbang menjadi
sama. acuan dalam pembagian harta waris.
Permasalahan perbedaan tersebut Kesetaraan Gender
telah ditinjau berdasarkan asas norma Gender adalah istilah sosiologis
yang berdasar baik dari segi hak dan dan psikologis yang digunakan untuk
kewajiban serta tanggung jawab. Hak menggambarkan perbedaan sosial,
waris yang diberikan kepada ahli waris budaya, dan pengalaman yang
pada hakekatnya adalah hak ahli waris berhubungan dengan jenis kelamin
terhadap anggota keluarga atau ahli (biologis). Gender tidak selalu sama
warisnya, menyeimbangkan perbedaan dengan jenis kelamin biologis, karena
kewajiban individu (calon ahli waris) gender mengacu pada peran, tingkah
kepada anggota keluarga (calon ahli laku, harapan, dan norma sosial yang
waris) untuk melanjutkan kewajibannya. diterima oleh masyarakat terhadap laki-
Tanggung jawab laki-laki yang menjadi laki dan perempuan.
kewajibannya adalah istri dan anak- Gender memainkan peran penting
anaknya guna tugas yang harus dalam membentuk identitas individu dan
dilaksanakan. mempengaruhi bagaimana individu
Umur juga bukan penentu diterima dan dipandang oleh masyarakat.
distribusi harta waris. Mengenai Dalam beberapa budaya, ada norma
kebutuhan mendesak, yaitu memperoleh sosial yang kuat yang menentukan apa
hak, ditemukan kesetaraan antara jumlah yang dianggap sebagai perilaku dan
pendapatan besar dan kecil tidak adil, tindakan "laki-laki" atau "perempuan",
tetapi dalam jangka panjang kami dan anak-anak dibesarkan untuk
mempertimbangkan satu kebutuhan memenuhi harapan tersebut.
daripada pembagian warisan, dan ketika Gender juga memiliki dampak
kami tumbuh, anak-anak membutuhkan signifikan pada akses dan partisipasi
materi sebanyak orang dewasa. individu dalam masyarakat, termasuk
Jika tingkat kebutuhan orang akses pendidikan, pekerjaan, dan

30
kesempatan ekonomi. Oleh karena itu, sudut pandang peran, perilaku, tugas,
penting untuk mengejar kesetaraan hak, dan fungsi dalam kehidupan sosial.
gender dan memastikan bahwa setiap Gender adalah dasar untuk menentukan
individu memiliki kesempatan yang kontribusi laki-laki dan perempuan
sama untuk berkembang dan terhadap budaya dan perbedaan antara
berpartisipasi secara penuh dalam anak perempuan dan laki-laki terhadap
masyarakat. Pertama, gender tidak budaya kolektif terkait dengan
alami; kedua, selalu berubah; ketiga, perbedaan dan hubungan sosial.6
tidak permanen; keempat, dapat Kesetaraan gender adalah prinsip
dipertukarkan; dan kelima, universal.5 bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
Gender merupakan sebuah konsep hak yang sama dan harus dipandang
pemikiran pada dekade tahun 1990-an setara dalam segala hal, termasuk
setelah munculnya kelompok feminis. pendidikan, pekerjaan, hak politik, dan
Latar belakang muncul pemikiran ini hak ekonomi. Ini berarti bahwa tidak ada
karena adanya dasar sudut pandang diskriminasi berdasarkan jenis kelamin
ketidakadilan struktural dan kultural dan setiap individu memiliki kesempatan
yang dialami, menanggapi tuntutan sikap yang sama untuk berkembang dan
adil terhadap status perempuan di berpartisipasi secara penuh dalam
berbagai bidang kehidupan. Gender masyarakat. Kesetaraan gender bukan
adalah atribut sosial memainkan peran hanya tentang hak dan kesempatan
penting dalam membentuk identitas individu, tetapi juga mencakup norma
individu dan mempengaruhi bagaimana sosial dan pandangan masyarakat
individu diterima dan dipandang oleh tentang peran gender. Ini membutuhkan
masyarakat. Dalam beberapa budaya, perubahan dalam pandangan dan
ada norma sosial yang kuat yang perilaku yang membatasi kesempatan
menentukan apa yang dianggap sebagai dan peran individu berdasarkan jenis
perilaku dan tindakan "laki-laki" atau kelamin.
"perempuan". Hal ini terkonstruks dalam Penerapan kesetaraan gender
kehidupan sosial kemasyarakatan. membutuhkan upaya yang konsisten dan
Gender bisa dilihat dari kacamata sosial berkesinambungan untuk
antara laki-laki dan perempuan dengan mempromosikan hak dan kesempatan

5
Kementerian Hukum Dan Hak asasi Manusia 6
Dhea Januastasya Audina, “Kesetaraan Gender
RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan dalam Prespektif Hak asasi Manusia”, Nomos: Jurnal
Perlindungan Anak RI, Kementerian Dalam negeri RI Penelitian Ilmu Hukum, Vol.1, No. 6 (2021). H. 226-
Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan 232, https://doi.org/10.56393/nomos.v1i6.602, Diakses
Undang Undang, 2012 pada tanggal 2 Januari 2023 pukul 11.26 WIB.

31
yang sama bagi laki-laki dan perempuan. dan juga adil, dalam bidang
Ini melibatkan pemerintah, sektor pendidikaan adanya program
swasta, masyarakat, dan individu untuk beasiswa, dimana diberikan secara
berkolaborasi dan berkoordinasi untuk adil dan merata antara laki-laki dan
memastikan bahwa prinsip kesetaraan perempuan untuk mendapatkannya.
gender benar-benar diterapkan dalam 2) Partisipasi; Aspek partisipatif adalah
praktik sehari-hari. keterlibatan kelompok atau individu
Secara umum, konsep kesetaraan tertentu dalam penetapan sebuah
gender adalah penting bagi putusan. Hal ini menunjukkan adanya
pembangunan yang inklusif dan keputusan apakah perempuan dan
berkelanjutan, karena memastikan laki-laki memiliki peran yang sama.
bahwa setiap individu memiliki 3) Kontrol; penguasaan atau otoritas
kesempatan yang sama untuk atau kekuatan untuk membuat
berkembang dan berpartisipasi secara keputusan yang ada. Dalam kasus
penuh dalam masyarakat. tertentu, pemegang hak mungkin atau
Pencapaian kesetaraan gender mungkin tidak dianggap dominan
tentu saja ditandai dengan tidak adanya gender.
diskriminasi baik bagi perempuan 4) Manfaat; merupakan suatu kegunaan
maupun laki-laki. Hal ini memastikan yang dapat dirasakan dan dinikmati
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki secara penuh dan optimal. Hal ini
akses yang sama dan setara terhadap memungkinkan keputusan yang
pembangunan, partisipasi dan dibuat untuk penerapan manfaat yang
kesempatan yang luas, kontrol dan adil, terbaik dan adil bagi laki-laki
manfaat. Berikut berbagai indikator dan perempuan.
gender dan kesetaraan:7
1) Adanya Akses; peluang atau B. Metode Penelitian
kesempatan dalam menggunakan Jenis penelitian yang digunakan
sumber daya tertentu. adalah penelitian hukum normatif
Mempertimbangkan dan juga (Normative Legal Research) metode
memperhitungkan bagaimana laki- penelitian yang berfokus pada kaidah-
laki dan perempuan mendapatkan kaidah hukum guna menemukan kebenaran
sumber daya tersebut secara merata koherensi. Kaidah hukum dikonsepkan

7
Zulkifli Ismail, Melani Pita Lestari dkk, https://doi.org/10.47268/sasi.v26i2, Diakses pada
"Kesetaraan Gender Ditinjau dari Sudut Normatif dan tanggal 2 Januari 2023 pukul 11.26 WIB.
Sosiologis," Sasi, Vol. 26, No. 2 (2020). H. 154-161,

32
sebagai norma dalam cakupan yang luas. meninggal dunia kepada ahli
Sumber dari sisi normatif ini berasal dari warisnya.10 Dijelaskan juga dalam
peraturan perundangan undangan, putusan istilah lain yaitu ilmu Faraidh
pengadilan, maupun doktrin dari ilmuan Faridhah secara terminologi syar’i
hukum dengan pendekatan yang berarti sebutan untuk bagian yang
dilakukan.8 ditentukan untuk orang yang berhak
Pendekatan yang digunakan dalam menerimanya.
penelitian ini adalah pendekatan konseptual Hukum Islam tentang
(Conseptual Approach). Dalam pendekatan pembagian harta warisan memiliki
konseptual, peneliti berusaha memahami beberapa syarat yang harus dilakukan.
dan menjelaskan konsep dan prinsip hukum Syarat yang telah ditentukan dalam
Islam dengan cara menganalisis dan nilai ajaran Islam sebagai berikut:
memahami teks-teks hukum Islam, serta 1. Meninggalnya muwaris (orang
mempelajari pandangan dan interpretasi yang berhak untuk memberikan
ulama dan ahli hukum Islam terkenal. hartanya kepada ahli waris).
Tujuan peneliti menggunakan pemikiran Meninggalnya Muwaris sebagai
tersebut guna menyediakan pemahaman akibat meninggalnya Muwaris
yang komprehensif tentang asas-asas dan berarti warisan secara otomatis
prinsip hukum Islam, serta memungkinkan beralih ke ahli waris dalam kondisi
peneliti untuk memahami dan menganalisis tertentu. Kriteria tersebut ada tiga
isu-isu hukum Islam dalam konteks yang macam, yaitu :
lebih luas. 9 a. Meninggal hakiki (sejati)
yaitu meninggalnya
C. Pembahasan seseorang pada dasarnya
1. Pembagian Harta Waris Menurut diketahui orang lain tanpa bukti
Hukum Kewarisan Islam Klasik dan bahwa seseorang telah
Kewarisan Islam di Indonesia meninggal.
a. Hukum Kewarisan Islam Klasik b. mati hukmy (yuridis)
Pengertian waris dalam Islam Secara hukum seseorang
adalah berbagai aturan perpindahan sudah meninggal dunia, tapi
hak milik seseorang yang telah kenyataannya orang tersebut

8
Bahtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang Hukum, dan Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia
: Unpam Press, 2018). H.54. Fakultas Syariah IAIN Kediri, 2022), H.19.
9 10
Sheyla Nichlatus Sovia et al., Ragam Metode Beni Ahmad Saebeni, Fiqh Mawaris,
Penelitian Hukum, (Kediri: Lembaga Studi Hukum (Bandung : Pustaka Setia Bandung , 2015). H. 19.
Pidana, Excellent 12: Solidaritas untuk Penelitian

33
terindikasi masih hidup. Hal ini sangat penting bagi ahli waris dan
seperti ada orang yang mafqud, anak mafqud (hilang tanpa ada
yaitu menghilang dengan tidak keterangan) dan anak yang masih
diketahui keberadaan dan dalam kandungan. Putusan hakim
keadaanya. Setelah menunggu harus segera ditetapkan, karena
beberapa saat, hakim dapat belum bisa dipastikan apakah
memutuskan bahwa orang sosok mafqud masih hidup atau
tersebut meninggal, dengan sudah meninggal. Prinsip-prinsip
pertimbangan tertentu. Bahkan yang digunakan untuk membuat
seorang murtad yang bersekutu keputusan hidup atau mati
dengan musuh-musuhnya, disajikan dalam bab khusus
setelah tiga hari, tanpa tentang orang-orang mafqud. Juga
penyesalan, dapat memutuskan mengenai anak dalam kandungan,
kematiannya oleh hakim. terlepas dari apakah ahli warisnya
Kematian dihitung sejak meninggal atau tidak, apakah dia
tanggal keputusan hakim. sudah hidup dalam kandungan ahli
c. mati takdiri (menurut dugaan) waris, keadaan ini akan dijelaskan
Kematian yang terjadi akibat dalam pasal khusus tentang anak
kekerasan. Misalnya, ibu hamil dalam kandungan.
dipukul perutnya dan diracuni. 3. Tidak adanya penghalang-
Jika bayi lahir mati, penyebab penghalang mewarisi.
kematiannya adalah pemukulan Ada beberapa kendala
ibunya, atau kejadian lain hukum yang menghalangi
membahayakan seseorang untuk menerima
keselamatannya dari luar. warisan, yaitu
Beberapa tahun kemudian, a. ahli waris tidak dapat
dipastikan bahwa dia telah menerima warisan jika
meninggal setelah tidak ada mereka melakukan kejahatan.
berita kematiannya dan b. ahli waris harus membayar
kecurigaan yang kuat akan kepada ahli waris sejumlah
kematiannya. tertentu sebelum ahli waris
2. Pewaris (Ahli Waris) yang masih menerimanya.
hidup pada saat kematian muwaris. c. ahli waris tidak dapat
Ketika ahli waris meninggal, menerima warisan jika dia
ahli waris harus hidup. Syarat ini mengkhianati Allah atau

34
memutuskan hubungan harta ketika perawatan
dengan Islam. jenazah, hutang piutang dan
d. ahli waris yang terlilit hutang wasiat.
tidak dapat menerima warisan. Golongan ahli waris dari
Adapun rukun pembagian pihak laki laki ada sepuluh
warisan ada tiga, yaitu: diantaranya anak laki-laki, cucu laki-
a. Al-Muwaris (orang yang laki dari anak laki-laki, ayah, kakek,
mewariskan harta) dalam saudara laki-laki, keponakan lelaki
kondisi meninggal. dari saudara lelaki, paman (saudara
b. Al-Waris atau ahli waris. Ahli ayah) anak lelaki paman (saudara
waris mrupakan orang yang seayah) suami dan seorang laki-laki
tali persaudaraannya yang memerdekakan hamba sahaya.
ditetapkan berdasarkan Apabila golongan tersebut diatas
kerabat sedarah, perkawinan berkumpul maka yang berhak
(semenda) atau merdekanya mendapatkan harta warisan adalah
seorang budak. Salah satu suami ayah dan anak laki-laki.
syarat dikategorikan menjadi Golongan perempuan ada
ahli waris yaitu dalam tujuh yaitu anak perempuan, cucu
keadaan hidup ketika al perempuan dari anak laki-laki, ibu,
muwaris meninggal. nenek, saudara perempuan, istri dan
c. Al-Maurus atau al-miras, seseorang perempuan yang
yaitu harta warisan. Harta memerdekakan hamba sahaya.
warisan wajib diberikan Apabila golongan dari perempuan
dengan konsep keadilan semuanya berkumpul maka yang
sesuai ketentuan nilai hukum berhak mendapatkan harta warisa
Islam. Baik secara tertulis adalah ibu, istri dan anak
ataupun lisan, amanah orang perempuan.11 Dalil daripada
yang berhak memberikan penjelasan diatas ada dalam Surat An-
harta waris wajib dilakukan Nisa’ ayat 7.12
oleh ahli waris dengan syarat Ulama menggunakan dua
diberikan setelah pengurangan metode dalam mengkaji dalil-dalil

11
Faishal Amin, HM. Bahru Nizar dkk, 12
Q.S. An-Nisa’: 7, Hijaz, Al-Qur’an Al-Karim
Menyingkap Sejuta Permasalahan dalam Fath Al-Qorib Terjemah Tafsir Perkata Edisi Khusus Keluarga Sejuk
(Terjemahan Ringkas , Dalil, Permasalahan dan Nurul Hayat, (Bandung : Sygma Creative Media Corp,
Jawaban, Beserta Referensi Lengkap dengan Makna 2010). H. 77
Ala Pesantren ), ( Kediri; Lirboyo Press, 2016). H. 458

35
Ashabul furud. Masing-masing fard Penjelasan berikutnya adalah
didiskusikan secara mendetail, mula- mengenai penerima bagian tetap dari
mula merujuk pada seperdua bagian keturunan atau kekerabatan juga bisa
untuk golongan yang berhak disebut dengan ashabul furud
mendapatkan harta warisan. nasabiyah yang terdiri dari:14
Kemudian ahli waris mendapat Pertama, bagian anak
seperempat bagian dan seterusnya. perempuan mendapatkan setengah
Kedua menyebutkan Ashabul furud bagian apabila hanya satu orang.
satu per satu berdasarkan kondisi Anak perempuan mendapatkan dua
mereka. pertiga bagian apabila lebih dari
Penulis akan menjelaskan seorang dan menjadi Ashobah
implementasi metode yang kedua bilghoiri jika bersama saudara laki-
yaitu menyebutkan ashabul furudh laki sekandung. Kedua bagian Ibu
beserta jumlah bagian yang diperoleh seperenam, ketiga bagian ayah
ahli waris dan syarat-syarat yang seperenam, keempat bagian cucu
terpenuhi. perempuan dari anak laki laki
Pada kategori ashabul furudh memperoleh setengah bagian, kelima
sababiyah diantaranya adanya saudara perempuan sekandung
pernikahan, bagian suami mendapatkan setengah bagian,
mendapatkan dua macam bagian dari keenam saudara perempuan seayah
peninggalan istrinya yaitu mendapatkan setengah apabila
mendapatkan ½ bagian apabila tidak pewaris tidak bersama saudara
mempunyai keturunan dan perempuan sekandung.
mendapatkan seperempat apabila Asas-asas hukum kewarisan
memiliki keturunan. Kemudian Islam menjadi patokan hukum dalam
bagian istri juga mendapatkan dua penyaluran harta warisan.15 Asas-asas
bagian yaitu bagian seperempat dan tersebut diataranya, Pertama Asas
seperdelapan, seperempat jika istri ijbari (memaksa) yaitu melakukan
tidak memiliki keturunan dan sesuatu yang bertentangan dengan
mendapatkan seperdelapan jika keinginan subjektif. Hal ini dalam
memiliki keturunan. 13 hukum waris terjadi peralihan harta
berdasarkan kebijakan pribadi. Orang

13 15
Muhibbussabry, Fiqh Mawaris, (Medan: Amal Hayati, Rizki Muhammad haris dkk,
Pusdikra Mitra Jaya, 2020). H.38. Hukum Waris , (Medan: CV Manhaji, 2015). H.17.
14
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris dalam
Islam. (Malang: UMM Press, 2018) .H.58.

36
yang mendapatkan warisan tidak dalam mengatur ukuran yang telah
dapat (selama hidup) menolak atau ditentukan oleh Allah SWT.
mencegah pengalihan tersebut tanpa c. Segi penerima peralihan harta
tindakan hukum atau manifestasi niat waris sudah ditentukan sesuai
dari ahli waris. ketentuan dalam hukum Islam.
Perolehan harta kepada ahli Orang lain diluar ketentuan
waris secara otomatis menurut tersebut tidak berhak untuk
ketetapan Allah SWT tanpa adanya mendapatkanya berdasarkan Q.S.
penghalang digantungkan pada an Nisa ayat 11, 12, dan 176.
kehendak pewaris atau ahli waris. Kedua Asas bilateral, yaitu
Unsur paksaan tidak bisa dijadikan kedua belah pihak ahli waris baik
sebagai landasan materiil dalam keturunan dari laki-laki maupun
kaidah penerimaan harta waris. Unsur perempuan memiliki hak yang sama
Ijbari menekankan tidak adanya berdasarkan QS an Nisa ayat 7, 12, 22
konsep hutang yang diwariskan dan 176.
sehingga ahli waris tidak dikenai Ketiga Asas Individual, yaitu
beban dalam hal hutang piutang. Ahli harta warisan diberikan untuk
waris mempunyai kewajibannya kepemilikan terpisah. Setiap ahli
untuk membayarkan utang pewaris waris mendapatkan bagiannya
dengan harta peninggalannya. Asas sendiri-sendiri tanpa adanya ikatan
ijbari dalam hukum Islam dapat khusus dengan ahli waris lainya. Hal
dilihat dari beberapa segi: ini didasarkan konsep ushul fiqh
a. Tata cara pemberian harta ahliyatu al wujub bahwa setiap
dilakukan atas dasar pribadi manusia sebagai pribadi memiliki
pewaris dan tidak dialihkan orang kemampuan untuk memikul hak dan
lain kecuali Allah SWT. Ahli waris kewajiban.
tidak wajib memberi amanah apa Keempat Asas Keadilan
pun sebelum mereka meninggal, berimbang. Keadilan dalam hukum
dan ahli waris juga tidak harus waris keseimbangan antara hak dan
menuntut harta warisan. kewajiban, antara yang telah dicapai
b. Segi ukuran dalam pembagian dengan kebutuhan dan
harta warisan telah ditetapkan kemanfaatannya. Keseimbangan
dalam al Quran dan Hadits. Ahli antara hak dan kewajiban tentu
waris tidak mempunyai wewenang menjadi tolak ukur yang harus
diperhatikan guna terciptanya rasa

37
keadilan dan qanaah dalam kewarisan serta segala istilah
menerima. Dengan cara ini, laki-laki terhadapnya disebutkan dalam pada
dan perempuan diberi hak yang sama pasal 171 Kompilasi Hukum Islam
dalam hal tanggung jawab mereka dijelaskan tentang makna hukum
dalam kehidupan keluarga dan warisan dan ruang lingkupnya. Makna
masyarakat. Harta warisan yang yang terkandung di dalamnya yaitu
diterima tentu seimbang berdasarkan a. Hukum pengalihan hak waris (tirkah)
tanggung jawab mereka yang berbeda kepada ahli waris menentukan siapa
dalam keluarga. yang berhak menjadi ahli waris dan
Kelima, asas kematian. besarnya masing-masing bagian.
Pengalihan harta dari satu orang ke b. Pewaris merupakan orang yang
orang lain terjadi jika orang yang dinyatakan meninggal berdasarkan
memiliki harta meninggal dunia. Pada keputusan Pengadilan Agama Islam
asas hukum waris Islam hanya boleh mempunyai ahli waris dan harta
menggunakan satu bentuk pewarisan, peninggalan.
yaitu pewarisan dengan kematian. c. Ahli waris adalah orang mempunyai
2. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia hubungan darah atau hubungan
Sistem pembagian harta warisan perkawinan dengan pewaris,
dalam Fiqh Mawaris klasik dengan beragama Islam dan tidak terhalang
Kompilasi Hukum Islam terdapat karena hukum untuk menjadi ahli
perbedaan namun perbedaan tidak waris;
bertentangan dengan Fiqh yang sudah d. Harta peninggalan merupakan harta
ada. Dari sisi bagian bagian pasti tidak yang ditinggalkan oleh pewaris baik
ada perbedaan yang menjadi perbedaan yang berupa harta benda yang
adalah acara pembagiannya karena di menjadi miliknya maupun hak-
dalam kompilasi hukum Islam mengenal haknya;
konsep harta bersama tersebut dihasilkan e. Harta warisan merupakan harta
oleh pasangan suami dan istri selama bawaan ditambah bagian dari harta
pernikahan mereka belum terjadi adanya bersama setelah digunakan untuk
perceraian. Cara pembagiannya adalah keperluan pewaris selama sakit
jumlah harta peninggalan dibagi menjadi sampai meninggalnya, biaya
dua kemudian baru dibagikan kepada pengurusan jenazah (tajhiz),
ahli waris sesuai dengan bagian pasti. pembayaran utang dan pemberian
Bahasan menyangkut pengertian untuk kerabat;
hukum warisan, ruang lingkup

38
f. Wasiat merupakan pemberian suatu hubungan perkawinan. Tirkah dipahami
benda dari pewaris kepada orang lain sebagai warisan ahli waris sebelum
tanpa lembaga yang akan berlaku dikeluarkan untuk biaya pemakaman,
setelah pewaris meninggal dunia; pelunasan hutang seumur hidup, dan
g. Hibah merupakan pemberian suatu pembayaran wasiat.16
benda secara sukarela dan tanpa 3. Problematika Kesetaraan Gender
imbalan dari seseorang kepada orang Dalam Hukum Kewarisan Islam
lain yang masih hidup untuk dimiliki; Kata gender berasal dari bahasa
h. Anak angkat merupakan anak yang inggris yaitu “gender”. Istilah gender
dalam pemeliharaan untuk hidup pertama kali diperkenalkan oleh Robert
sehari-hari, biaya pendidikan dan Stoller (1968) untuk memisahkan sifat
sebagainya beralih manusia berdasarkan definisi sifat sosio-
tanggungjawabnya dari orang tua asal kultural dari definisi yang berasal dari
kepada orang tua angkatnya sifat fisiko-biologis. Dalam pendekatan
berdasarkan putusan Pengadilan; ilmu sosial, Aan Oakley (1972) juga
i. Baitul Mal adalah Balai harta sangat membantu dalam
Keagamaan. mengembangkan konsep dan
Pasal 171 huruf (a) KHI pemahaman gender. Gender
menegaskan fungsi atau tujuan dari mendefinisikan gender sebagai
ditiadakannya hukum warisan. Dengan konstruksi sosial atau atribut yang
kata lain, adanya pengaturan tersebut dikenakan pada orang dan dikonstruksi
berarti telah terjabarnya hak-hak oleh budaya manusia. Oakley (1972)
keperdataan mengenai harta tersebut mendefinisikan Sex, Gender and Society
berarti telah terjabarnya hak-hak menyatakan bahwa seks berarti
keperdataan mengenai harta tersebut perbedaan yang tidak bersifat biologis,
berupa Hak untuk menerima harta dari tidak ilahi.17
orang tertentu timbul karena adanya Hukum keluarga merupakan satu-
hubungan khusus antara dia, penerima satunya bidang hukum yang
hak, dan orang yang memiliki harta itu. dipertahankan oleh umat Islam sejak
Dalam hukum waris Islam, suatu masuk dan diterimanya Islam dalam
hubungan dapat berupa hubungan masyarakatnya. Berbeda dengan bidang
keluarga, hubungan persusuan, atau hukum lainnya, hukum keluarga Islam

16
H.A Sukris Sarmadi,”Hukum Waris Islam 17
Suharjuddin,” Kesetaraan Gender”
Indonesia :Perbandingan Kompilasi Hukum Islam dan (Purwokerto: Pena Persada, 2020). H.14
fiqh Sunni”(Jogjakarta: Aswaja Presindo,2013). H.19

39
berlaku dengan berbagai alasan. zaman dan target realisasi klaim
Penerapan hukum keluarga Islam sering perempuan atas status hukum.18
dianggap sebagai identitas Muslim Berdasarkan pendekatan sejarah
individu atau komunitas tertentu. Tetapi bahwa perkembangan sejarah hukum
hal yang sama berlaku ketika intervensi waris Islam dilatarbelakangi oleh hukum
pemerintah diperlukan untuk lokal masyarakat Arab pra-Islam. Suku
menyelesaikan masalah keluarga. individu terbentuk dari laki-laki dewasa
Konsisten dengan intervensi pemerintah, yang menelusuri keturunan mereka dari
dilakukan upaya untuk mereformasi nenek moyang yang sama melalui
kaidah peraturan hukum keluarga, yang geneologi keluarga laki-laki. Suatu bani
disadur dari sudut pandang ilmiah yang terikat oleh aturan-aturan lisan yang
terdapat dalam kitab-kitab Fiqh klasik. berkembang sebagai manifestasi jiwa
Upaya tersebut harus dilakukan di dan karakternya. Aturan-aturan ini
satu sisi untuk keberlangsungan hukum membantu melindungi warisan suku
keluarga Islam, dan di sisi lain, untuk dengan memperkuat kekuatan militer
memenuhi kepentingan dan tuntutan suku, membatasi hak suksesi bagi
kekinian dari pihak-pihak tertentu, kerabat laki-laki dari almarhum, dan
seperti perempuan, yang selalu dianggap memastikan bahwa putra dan keturunan
dan ditempatkan pada posisi yang lebih mereka menempati urutan pertama.19
rendah atau terpinggirkan. Tidak Sistem matrilineal ini menurut peneliti
terkecuali hukum waris Islam, dan bahwa pembagian warisan kepada ahli
beberapa negara telah mengubah aturan waris hanya dilakukan pada geneologi
hukum waris Islam mereka. dari ibu. Sistem hukum waris di Arab
Upaya upaya pembaharuan praIslam sangat tidak adil dan
dibersamai dengan apa yang disebut diskriminatif terhadap wanita.
dengan kodifikasi hukum, tujuannya Perempuan tidak memiliki hak atau
adalah Menciptakan standar hukum bagian dalam pembagian harta warisan,
untuk mencapai kepastian hukum dan dan seringkali dipaksa untuk menikah
menyelesaikan persoalan-persoalan dengan saudara laki-laki atau anggota
kekinian yang muncul akibat perubahan keluarga lain untuk memastikan bahwa
harta mereka tetap dalam keluarga.

18
Euis Nurlailawati,” Menuju Kesetaraan dalam 19
Mahkamah Agung, Himpunan Peraturan
Aturan Kewarisan Islam Indonesia : Kedudukan anak Perundang-undangan yang Berkaitan dengan
Kandung VS Saudara Kandung ”dalam “ Problematika Kompilasi Hukum Islam dengan Pengertian dan
Hukum Kewarisan Islam Kontemporer ”(Jakarta: Pembahasanya, 2011. H. 421
Puslitbang Kehidupan keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI,2012).

40
Dengan diterimanya Islam, sistem Untuk menetapkan bahwa konsep
hukum waris mengalami perubahan pewarisan dua banding satu tidak
yang signifikan dan adil. Al-Qur'an melanggar konsep keadilan dan
memperkenalkan prinsip adil dan tidak persamaan, perlu diperhatikan beberapa
diskriminatif dalam pembagian harta hal. Pertama, kita harus
warisan, dan memberikan hak kepada membandingkannya dengan konteks
wanita untuk memperoleh bagian dalam kehidupan sosial masyarakat. Dari sini
pembagian harta warisan. Ini merupakan dapat kita lihat bahwa definisi syariah
perubahan besar dan merupakan langkah tentang hak waris bagi perempuan cukup
penting dalam peningkatan status wanita adil karena perempuan memiliki hak
dalam masyarakat Arab. waris. Ini berarti bahwa Islam
Menjelang masa renaissans Islam, menetapkan bahwa laki-laki dan
struktur sosial masyarakat Hijaz perempuan memiliki kedudukan yang
mengalami perubahan, terutama di sama dalam hal warisan. Kedua, untuk
wilayah Mekkah dan Madinah. Keluarga menjawab pertanyaan mengapa terjadi
inti menggantikan etnisitas sebagai unit perbedaan sosial secara kuantitatif antara
dasar masyarakat. Turunnya kitab al- laki-laki dan perempuan, perlu
Qur'an sebagai pedoman menciptakan diperhatikan lingkungan sosial
revolusi hukum tentang warisan yang kehidupan keluarga pada saat itu, yaitu
ditekankan pada ikatan pasangan suami beban mencari nafkah dan penghidupan
dan istri, dan antara orang tua serta anak. seluruhnya ditanggung oleh laki-laki
Aturan-aturan ini memiliki tujuan perlu untuk melihat masalah. 20
khusus untuk memberikan proteksi dan Perbedaan rasio 2:1 ini bukan
keadilan bagi perempuan dalam hal karena masalah gender, tetapi karena
waris. Dengan demikian, hukum waris perbedaan tugas dan tanggung jawab
al-Qur’an terhadap Arab pra-Islam yang dipikul laki-laki yang lebih tinggi
sebagai reformasi hukum adat kesukuan. dari perempuan dalam konteks
Dari perspektif sosio-historis, asbabun masyarakat Islam. Semakin besar beban
nuzul ayat tentang hukum waris Islam yang dipikul seseorang, semakin besar
sebagai respon memperbaiki sistem pula hak yang dimilikinya. Ada beberapa
kekeluargaan dan hukum waris yang ada hal yang perlu diperhatikan dalam
sebelumnya.

20
Anjar Kususianah, "Keadilan Gender Dalam (2021). H.63-82. https://doi.org/10.14421/al-
Kewarisan Islam: Kajian Sosiologis Historis,” mazaahib.v9i1.2293, Diakses 29 Desember 2022, 13.07
Almazaahib Jurnal Perbandingan Hukum, Vol. 9. No. 1 WIB.

41
ukuran 2 banding 1 mengenai hukum konsekuensi sosial dan ekonomi bagi
waris: masing-masing penerima warisan.
a. Konteks historis: Ayat Al-Qur'an Oleh karena itu, penting untuk
mengenai hukum waris diturunkan memahami dan mempertimbangkan
pada masa tertentu dengan konsekuensi sosial dan ekonomi dari
lingkungan dan situasi tertentu. Oleh pembagian harta warisan.
karena itu, penting untuk memahami Menurut Muhammad Syahrur, ia
konteks historis dan situasi saat ayat mengembangkan teori yang dikenal
tersebut diturunkan. dengan The Theory of Limit. Menurut
b. Interpretasi yang adil: Penting untuk Syahrur, hukum waris dalam Islam
memahami bahwa Al-Qur'an seharusnya dipahami sebagai suatu
menekankan adil dan tidak sistem yang adil dan memberikan hak
diskriminatif dalam pembagian harta yang sama bagi semua anggota keluarga,
warisan. Oleh karena itu, ukuran 2 tidak hanya terbatas pada laki-laki saja.
banding 1 harus diterapkan secara adil Syahrur juga menekankan pentingnya
dan tidak diskriminatif. interpretasi terhadap hukum waris dalam
c. Kehidupan modern: Dalam Islam seiring dengan perubahan dan
kehidupan modern, situasi dan perkembangan zaman. Dalam
lingkungan masyarakat berubah, dan pandangannya, hukum waris adalah
mungkin memerlukan interpretasi bentuk dari redistribusi harta benda
yang berbeda. Oleh karena itu, dalam masyarakat, sehingga setiap
penting untuk memahami bagaimana anggota masyarakat dapat merasakan
ukuran 2 banding 1 dapat diterapkan manfaat dari harta tersebut.
dalam situasi dan lingkungan modern. Metode baru ini meliputi analisis
d. Konsultasi dengan ahli: Dalam hal linguistik, analisis matematis, dan
hukum waris, sangat penting untuk interpretasi hermeneutik. Menurut
berkonsultasi dengan ahli hukum Syahrur, merujuk pada pasal waris,
Islam untuk memahami dan terlihat masih ada persoalan yang belum
menerapkan hukum waris secara terselesaikan, seperti pembagian 2:1
benar. antara laki-laki dan perempuan.21
e. Konsekuensi sosial dan ekonomi: Mengenai teori limit yang
Pembagian harta warisan memiliki digunakan dalam membaca ayat-ayat

21
Muhammad ali Murtadho,"Keadilan Gender 4. No. 1 (2018). H.173-188, http://dx.doi.org/
Dalam Hukum Pembagian Waris Islam Prespektif The 10.22373/equality.v4i1.4487, Diakses pada tanggal 29
Thery Of limit Muhammad Syahrur," Gender Equality: Desember 2022, 14.41 WIB.
International Journal Of Child and Gender studies, Vol

42
silsilah, ayat silsilah Syahrur memahami Pada pelatihan Paralegal LKBH
batasan-batasan ketentuan Allah yang Fakultas syariah IAIN Kediri pada hari
tidak dapat dilanggar tetapi memiliki Selasa tanggal 27 Oktober 2020 Dr.
ranah ijtihad yang dinamis, fleksibel, dan Abdul Jamil S.H., M.H menjelaskan
tangguh. Dalam batas-batas hukum ini, bahwa Fiqh tidak boleh bersifat saklek
masyarakat manusia tidak hanya bebas, atau kaku, fiqh semestinya bersifat
tetapi berkewajiban untuk fleksibel sesuai dengan perkembangan
mengembangkan dan membuat hukum zaman. Oleh karenanya dalam Hukum
sesuai dengan konvensi sosial dan Kewarisan Islam Di Indonesia (KHI)
kondisi sosial politik. Pada QS. An-Nisa mengenal konsep harta bersama, yang
ayat 11 menjelaskan bahwa Allah mana jika harta waris dibagikan harta
memberi keutamaan bagi laki-laki dalam bersama dibagi menjadi dua terlebih
harta benda. Artinya laki-laki dahulu kemudian sisanya dibagi menurut
mendapatkan dua kali lipat dari bagian masing masing. Tentu saja hal ini
perempuan. Dalam hal ini, Syahrur tidak lantas membuat porsi 2;1 setara
menjelaskan bahwa laki-laki adalah menjadi 1;1 akan tetapi konsep harta
batas atas dan tidak dapat dijumlahkan, bersama lebih mengakomodir rasa
sedangkan perempuan adalah batas keadilan yang sebelumnya belum
bawah, sehingga dalam kondisi tertentu, terpenuhi. Perbedaan dengan sistem
perempuan dapat memiliki bagian yang pembagian Fiqh Mawaris klasik adalah
lebih banyak. dari konsep harta bersama yang telah
Menurut hemat penulis penulis jelaskan sebelumnya, dalam Fiqh
memperhatikan pemaparan diatas Mawaris klasik tidak ada konsep tersebut
bahwasanya problematika tentang harta peninggalan yang sudah dikurangi
kesetaraan gender telah diakomodir dan dengan perawatan jenazah, hutang dan
diterapkan rasa keadilannya oleh wasiat langsung dibagikan kepada para
undang-undang kewarisan Islam yang ahli waris.
ada di Indonesia dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI) walaupun belum D. Kesimpulan
sepenuhnya sempurna, diperkuat oleh Dari penjabaran diatas sehubungan
pendapat dari Muhammad Syahrur dengan problematika kesetaraan gender
bahwasanya proporsi perempuan dapat dalam pembagian harta waris hukum
memperoleh lebih banyak bagian dalam kewarisan Islam melalui pendekatan konsep
kondisi tertentu. asas keadilan dan konsep harta bersama

43
yang telah dijelaskan oleh peneliti dapat undang-undang kewarisan Islam adalah
ditarik kesimpulan. ketidakadilan dalam pembagian warisan
1. Ditinjau dari porsi bagian bagian ahli antara laki-laki dan perempuan,
waris terdapat persamaan antara diskriminasi terhadap perempuan dalam
mawaris klasik dan KHI namun hal pengakuan hak warisan, dan masih
perbedaan terbaca tentang Pembagian adanya praktik-praktik tradisional yang
Warisan dalam Hukum Islam Klasik dan mengabaikan hak-hak perempuan dalam
Penyusunan Hukum Islam adalah cara hal kewarisan. Untuk mengatasi masalah
menarik garis nasab didasarkan pada tersebut, diperlukan upaya-upaya untuk
laki-laki akibatnya keturunan perempuan meningkatkan kesadaran masyarakat
yang disebut dzawil arham tertutup oleh tentang prinsip kesetaraan gender dan
laki-laki sedangkan dalam Kompilasi hak-hak perempuan dalam hal kewarisan,
Hukum Islam cara menarik garis nasab serta perlu adanya tindakan konkret dari
adalah berdasarkan asas bilateral pemerintah dan lembaga-lembaga terkait
sehingga keturunan perempuan tidak untuk memperbaiki implementasi
tertutup oleh laki-laki. undang-undang kewarisan Islam agar
2. Pernyataan Syahrur mengenai laki-laki lebih sejalan dengan prinsip kesetaraan
sebagai batas atas dan perempuan sebagai gender.
batas bawah tidak selaras dengan prinsip
kesetaraan gender. Prinsip kesetaraan DAFTAR PUSTAKA
gender menyatakan bahwa laki-laki dan
Amalia, Endah Amalia, and Ashif Az Zafi.
perempuan memiliki hak yang sama ‘Penyetaraan Gender Dalam Hal
dalam berbagai aspek kehidupan, Pembagian Warisan’. Ahkam: Jurnal
Hukum Islam Vol. 8, No. 2. 2020.
termasuk dalam hal kewarisan. Undang- https://doi.org/10.21274/ahkam.2020.
undang kewarisan Islam yang ada di 8.2.213-232. Diakses tanggal 27
Desember 2022, 16.03 WIB.
Indonesia dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) telah mengakomodasi Audina, Dhea Januastasya. ‘Kesetaraan
Gender Dalam Perspektif Hak Asasi
prinsip kesetaraan gender dalam Manusia’. Nomos: Jurnal Penelitian
pembagian harta warisan antara laki-laki Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 4. 2022.
https://doi.org/10.56393/nomos.v1i6.6
dan perempuan. Meskipun demikian, 02. Diakses pada tanggal 2 Januari
implementasi undang-undang tersebut 2023 pukul 11.26 Waktu Indonesia
Barat.
masih belum sempurna dan masih
terdapat beberapa masalah dan tantangan Bachtiar, Maryati. “Hukum Waris Islam
dipandang dari Prespektif Hukum
dalam penerapannya. Beberapa masalah berkeadilan gender”, Jurnal Ilmu
yang sering dihadapi dalam penerapan Hukum, Vol 3. No. 1. 2012.
http://dx.doi.org/10.30652/jih.v3i01.1

44
026. Diakses 31 Desember 2022,09.59 http://dx.doi.org/10.22373/equality.v4i
WIB. 1.4487. Diakses 29 Desember 2022,
14.41 WIB.
Bahtiar. Metode Penelitian Hukum.
Tangerang: Unpam Press, 2018. Mustari, Abdillah. Hukum Kewarisan Islam.
Makassar: Alaudin university Press,
Cahyani, Tinuk Dwi. Hukum Waris dalam 2013.
Islam. Malang: UMM Press, 2018.
Nawawi, Maimun. pengantar Hukum
Haris, Amal Hayati, Rizki Muhammad dkk. Kewarisan Islam. Surabaya: Pustaka
Hukum Waris. Medan: CV Manhaji, Raja, 2016.
2015.
Nizar, Faishal Amin, HM.Bahru dkk.
Kementerian Hukum Dan Hak asasi Manusia Menyingkap Sejuta Permasalahan
RI, Kementerian Pemberdayaan dalam Fath Al-Qorib (Terjemahan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ringkas, Dalil, Permasalahan dan
Kementerian Dalam negeri RI Jawaban, Beserta Referensi Lengkap
Parameter Kesetaraan Gender Dalam dengan Makna Ala Pesantren). Kediri;
Pembentukan Undang Undang, 2012. Lirboyo Press, 2016.

Kompilasi Hukum Islam Indonesia, Nurlailawati, Euis. “Menuju Kesetaraan dalam


Kementerian Agama RI Direktorat Aturan Kewarisan Islam Indonesia :
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kedudukan anak Kandung VS Saudara
Direktorat Bina KUA dan Keluarga Kandung ”dalam Problematika Hukum
Sakinah tahun, 2018. Kewarisan Islam Kontemporer.
Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Kususianah, Anjar. “Keadilan Gender Dalam keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kewarisan Islam: Kajian Sosiologis Kementerian Agama RI, 2012.
Historis.” Almazaahib Jurnal
Perbandingan Hukum, Vol. 9. No 1. Q.S. An-Nisa’: 7, Hijaz, Al-Qur’an Al-Karim
2021. https://doi.org/10.14421/al- Terjemah Tafsir Perkata Edisi Khusus
mazaahib.v9i1.2293. Diakses 29 Keluarga Sejuk Nurul Hayat.
Desember 2022, 13.07 WIB. Bandung: Sygma Creative Media
Corp, 2010.
Lestari, Zulkifli Ismail, Melani Pita dkk. Saebeni, Beni ahmad. Fiqh Mawaris.
“Kesetaraan Gender Ditinjau Dari Bandung: Pustaka Setia Bandung ,
Sudut Normatif Dan Sosiologis”. Vol. 2015.
26. No. 2 (2020).
https://doi.org/10.47268/sasi.v26i2. Sarmadi, H.A Sukris. Hukum Waris Islam
Diakses pada tanggal 2 Januari 2023 Indonesia: Perbandingan Kompilasi
pukul 11.26 WIB. Hukum Islam dan fiqh Sunni.
Jogjakarta: Aswaja Presindo, 2013.
Muhibbussabry. Fiqh Mawaris. Medan:
Pusdikra Mitra Jaya, 2020. Sovia, Sheyla Nichlatus, Abdul Rouf
Hasbullah, Andi Ardiyan Mustakim,
Murtadho, Muhammad ali. “Keadilan Gender Mochammad Agus Rachmatulloh
Dalam Hukum Pembagian Waris Islam Setiawan, Pandi Rais, Moch Choirul
Prespektif The Thery Of limit Rizal, and others. Ragam Metode
Muhammad Syahrur.” Gender Penelitian Hukum. Kediri: Lembaga
Equality: International Journal of Studi Hukum Pidana, Excellent 12:
Child and Gender studies, Vol. 4. No. Solidaritas untuk Penelitian Hukum,
1. 2018. dan Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi

45
Manusia Fakultas Syariah IAIN Kediri, Syaikhu. “Kewarisan Dalam Prespektif
2022. Keadilan Gender” Elmaslahah Vol. 2.
No. 2. 2018.
Suharjuddin. Kesetaraan gender. Purwokerto: http://dx.doi.org/10.23971/maslahah.v
Pena Persada, 2020. 8i2.1323. Diakses pada tanggal 31
desember 2022 pukul 08.00 WIB

46

You might also like