Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Abstrak
A. PENDAHULUAN
(a) Analisa Situasi
Krisisㅤbelajar semakin meningkat karena pandemi covid-19 yang menyebabkan
kehilangan belajar dan belajar. Maka tidak heran jika kehilangan pembelajaran ini
menyebabkan pembelajaran di Indonesia tidak optimal selama dua tahun terakhir. Menurut
data Program for InternationalㅤStudent Assessment (PISA) yang dikaitkan dengan
Organizationㅤfor Economic Co-operation and Development (OECD) yang diluncurkan
pada 2018 membuktikan bahwa kondisiㅤkualitas pendidikan Indonesia sangat rendah
karena skor yang diperoleh olehㅤIndonesia juga rendah, menempatkanㅤIndonesia di urutan
pertama. Peringkat ke-74 dari 79 negara yang menjadiㅤanggota PISA, artinya Indonesia
masuk dalam 10 besar terbawah.
PISA adalah studi untukㅤmengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari
70 negara di dunia. Evaluasi dilakukan tidak hanya melalui daya ingat/hafalan tetapi juga
melalui 3 variabel, yaitu: (1) membaca, untukㅤkemampuan belajar individu (2)
matematika, untuk keterampilan berpikir dan (3) sains, untuk membantu ㅤindividu dalam
mengolah sesuatu. hal baru. Mengapaㅤdemikian? karena menurut PISA ada 3 hal yang
perlu ditekankan oleh sistem pendidikan di suatu negara, yaitu: (1) Mampukah siswa
menghadapi masa depan?; (2) Mampukah mahasiswa melakukan analisis dan penalaran
logis setelah lulus?; dan (3) ㅤDapatkah siswa memiliki kapasitas untuk belajar terus
menerus selama sisa hidup mereka setelah lulus?. Laluㅤapa akibatnya jika skor yang
diperoleh suatu negaraㅤrendah? Dengan rendahnya skor yang diperoleh, PISA menilai
proses adaptasi terhadap hal-hal baruㅤyang dilakukanㅤindividu bisaㅤdibilang cukup
lambat. Melihat hal tersebut, kualitas pendidikan Indonesia ㅤmasih dikatakan rendah.
Dengan ini, pendidikan formal Indonesia tidak membantu kesiapan hidup. Hal ini
dibuktikan dengan persentaseㅤpengangguran yang sangat tinggiㅤdi Indonesia. Maka
diperlukan suatu caraㅤuntuk meningkatkanㅤkualitas pendidikan diㅤIndonesia.
(b) PermasalahanㅤMitra;
Mentorㅤsebagai pemberi tambahan saran pembelajaran di lemnbaga bimbingan
belajar, memiliki tanggung jawab yang ekstra lebih untuk meningkatkan pengetahuan
siswa khususnya pada masa pandemi. Keterbatasan tatap muka dan penyampaian materi
melalui media online mengakibatkan banyak siswa yang tidak focus dan menangkap
pengertian yang berbeda atau bahkan kurang dalam menyerap materi yang diberikan. Pada
dasarnya mentor pada Lembaga bimbingan belajar memberikan pengembangan materi dan
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
cara cepat dan efisien dalam merumuskan dan menyederhanakan masalah untuk diolah dan
dirumuskan, namun karena keterbatasan modal pengetahuanㅤsiswa membuat mentor
kewalahan dan harus meluruskan berbagai missㅤkonsepsi dan pemaknaan yang berbeda
yang di miliki setiap antar siswa.
Faktor-faktor seseorang berpikirㅤpseudo menurut Vinner, (1989) disajikan dalam
tabel berikut:
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Subanjiㅤdan Nusantara (2016) mengkaji kesalahan mengaitkan pemahaman kosep
dan penyelesaian masalah yang ditinjau berdasarkan hubungan antara skema dalam proses
berpikir siswa. Kesalahanㅤpengaitan konsep dan penyelesaian masalah meliputi pseudo
konstruksi, lubang konstruksi, kesalahan berpikir logis, dan kesalahan berpikir analogi.
Pseudo konstruksi terjadi ketika siswa memberikan solusi seakan-akan benar namun
sebenarnya tidak sesuaiㅤdenganㅤsubstansiㅤkonsepㅤatau seolah-olah salah namun
pada dasarnya siswa dapat menjelaskannya secara benar sesudah refleksi. ㅤLubang
konstruksiㅤmuncul pada skema yang belumㅤterkontruksi didalam struktur pemikiran
siswa. Kesalahanㅤberpikir logis muncul ketika asumsi yang dibuatㅤoleh siswa dianggap
benar tetapiㅤsebenarnya salah secara konsepㅤdan tidak realita. Kesalahanㅤberpikir analogi
terjadi pada siswa yang memberikan analogi tetapi berdasarkan asumsi yang membuat
jawabanya tidak tepat.
Penelitianㅤsebelumnyaㅤtentang pengungkapan permasalahan kesalahan siswa
dalam penyelesaianㅤgemoteri (Biber, Korkmaz, & Tuna, 2013; Zuya & Kwalat, 2015),
menyimpulkanㅤkesalahan yang diakibatkan oleh siswa ketika memecahkan masalah
matematika: ㅤ(1) tanpa fokus sifat-sifat geometrisnya siswa melihat pada tampilan fisik
gambar geometris; (2) gagalㅤmenggabungkan sifat-sifat geometri dengan pengetahuan lain
yang diperlukan untukㅤmenyelesaikan masalah, dan (3) siswa berpendapat bahwa sifat
geometri itu umum dan tidak berbeda pada kondisi lain. Menurut Zuya (2015),
permasalahan geometri dikarenakanㅤmiskonsepsi, pengetahuan dan penalaran yang belum
memenui, dan kesalahan dasar perhitungan. Namun, penelitian-penelitian tersebut sebatas
mengungkap permasalahanㅤsiswaㅤyang mengalami kesalahan-kesalahan penyelesaian
masalah yang dilakukannya, ㅤbelum mengungkap struktur berpikir siswa yang mengalami
kesalahan dan upaya mengatasi permasalahan tersebut secara mendalam.
Dengan memperhatikan perbedaanㅤhasil penelitian sebelumnya dan uraian pada
latar belakang dan kajian hasilㅤpenelitian, sosialisasi dan implementasi mengenai
restrukturisasi proses berpikirㅤpseudo siswa dalamㅤmenyelesaikan geometri dianggap
sangat menarik dan berpotensiㅤdalam pengembangan pembelajaran untuk meluruskan dan
memberikan pengetahuanㅤpenuh terhadap siswa yangㅤmelakukan pseudo berpikir.
Berkaitan dengan uraian tersebut diatas sosialisasi dan implementasi yang akan
dilakukan adalah : 1) Mencariㅤstudi kasus langsung, ㅤbagaimana proses berpikir pseudo
siswa dalam menyelesaikanㅤmasalah garisㅤsinggung lingkaran (Geometri) ?, dan 2)
Bagaimana penerapan restrukturisasi proses berpikir siswa yang mengalami pseudo
berpikir pada garis singgungㅤlingkaran? Agar pembahasan dalam Sosisalisasi dan
penerapan ini tidak meluasㅤmaka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Sample sosialisasi adalah siswa kelas IX LembagaㅤBinaㅤMandiri Tulungagung
yang telah menempuh materi garis singgung danㅤlingkaran
2. Studi kasus yaitu menganalisa tentang proses berpikir seseorang dalam
memecahkan permasalahanㅤmatematika melalui kajian hasil tes dan wawancara.
Dokumen hasil tes tersebut kemudian dijadikan sebuah acuan untuk memilih
subjek yang akanㅤditeliti mengenai prosesㅤberpikirnya berdasarkan hasil tes
yang dikerjakanya. Restrukturisasi akan dilakukan kepada siswa yang melakukan
pseudo berpikir yangㅤdiketahuiㅤsetelahㅤwawancara
Mentor melalakukan seleksi sample berdasarkan keasalahan pengerjaan soal essay yang
selanjutnya dilakukan wawancara tidak terstrukturㅤagar pertanyaanㅤdari wawancara bisa
berkembang tergantung dari jawaban subjekㅤsaat penelitian. Hasilㅤwawancara diperiksa
keabsahannya kemudian dianalisis. Analisisㅤyang dilakukan mentor adalah sebagai berikut:
a) Tahap Reduksi.
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Hasilㅤwawancara diperiksaㅤkeabsahan data kemudianㅤdianalisis. Analisis yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1) ㅤMemutar hasil rekaman wawancara
agar peneliti dapat menulis hasilㅤwawancara secara tepat sesuai dengan yang
diungkapㅤsubjek pada saatㅤwawancara; 2) Mentranskip hasil wawancara subjek; 3)
Memeriksa kembali hasil transkip dengan mendengar kembali ucapan-ucapan saat
wawancaraㅤberlangsung.
b) Menyajikan data.
Penyajian dataㅤdilakukan dalam penelitian ini adalah menuliskan sekumpulan data
dan mengidentifikasi dataㅤmengenai proses berpikir pseudo subjek dalam
memecahkan masalah, ㅤkemudian menarikㅤkesimpulan. Data yang dipaparkan
adalah data yang diperoleh dari menganalisis setiap subjekㅤdanㅤmendeskripsikan
proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah.
c) Menarik Kesimpulan.
Penarikan kesimpulanㅤdilakukan dengan kategorikan subjek dalam suatu klasifikasi
kemampuan subjekㅤdalam menyelesaikan soal tes sesuai dengan langkah-langkah
penyelesaian Polya, ㅤyaitu : 1) Subjek dikatakanㅤdapat memahami masalah jika
memenuhi indikator-indikatornya, yaitu diantaranya : a) Siswa dapat memahami
maksud soal; b) Siswa dapatㅤmengungkapkan apaㅤyang diketahui dari soal; c) Siswa
dapat mengungkapkan apaㅤyang ditanyakan dari soal dan d) Siswa dapat memahami
apakah keterangan yangㅤdiberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan. 2)
Subjek dikatakan dapatㅤmenyusun rencana penyelesaian, jika memenuhi indikator-
indikatornya, yaitu diantaranya: a) Siswa dapat mencari atau mengingat masalah yang
pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan;
b) Siswa mengetahui rumus mana yang akan digunakan dalam menyelesaikan
masalah ini. 3) Subjek dikatakan dapat melaksanakan penyelesaian, jika memenuhi
indikator-indikatornya, yaitu diantaranya: a) Siswa dapat menyelesaikan masalah
sesuai dengan rencana yang telah di buat; b) Siswadapat melaksanakan langkah-
langkah penyelesaianㅤsecara terperinci. 4) Subjek dikatakan memeriksa kembali, jika
memenuhi indikator- indikatornya, yaitu diantaranya: a) Siswa memeriksa apakah
langkahㅤyangㅤditerapkan tepat; b) Siswa memeriksaㅤatau mengecekㅤkembaliㅤhasil
yang di peroleh dan c) Siwa dapat menyimpulkanㅤjawaban yangㅤdiperoleh.
Proses Analisa data berulang hingga seluruh siswa dan Mentor Berhasil membentuk
kerangka berpikir pseudo siswa dalam tahapan polya sebagai berikut:
Tabel 3.
Hasil Pembentukan Mentor Proses Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi sample pertama
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Merencanakan menyelesaikanㅤsoal Pemberian Mampuㅤ
pemecahan sebagaimanaㅤprosedur scaffolding merencanakan
masalah penyelesaianㅤyang konsepㅤyang penyelesaianㅤ
biasa digunakan telahㅤdipahami masalahㅤdengan
sebelumnyaㅤsesuai bahwaㅤQP terletak terstruktur
denganㅤjawaban didalam
wawancara lingkaranㅤdan bukan
penyusun
bangunㅤlingkaran
Melaksanakan hilangnya tahap pemberian mampu
perencanaan kontrolㅤsesuaiㅤdengan conflictㅤcognitive mengkaitkan apa
masalah jawaban wawancara untukㅤmengkaitkan yang diketahui
faktor-faktor yang olehㅤsoal untuk
diketahui ㅤsoal menentukan
untukㅤmenentukan langkahㅤsolusi
solusi. yangㅤterstruktur
danㅤbenar
Memeriksa mengalamiㅤpseudo Pemberian Mampuㅤ
kembali solusi berpikirㅤkarena faktor Disequilibrasiㅤsetelah memeriksa
yang kebiasaanㅤsesuai tiga kembaliㅤ
diperoleh dengan jawaban tahapanㅤsebelumnya jawabannya
wawancara mencapaiㅤkondisi sesuai dengan
tidakㅤpseudo. konsep danㅤ
langkah yang
terstrukturㅤ
dengan benar
Tabel 4.
Hasil Pembentukan Mentor Proses Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi sample kedua
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
sesuaiㅤdengan
wawancara
Melaksanakan tidak dipahami pemberian conflict mampu
perencanaan denganㅤbenar yang cognitiveㅤuntuk mengkaitkanㅤapa
masalah ditunjukankan mengkaitkan yang diketahui
padaㅤwawancara faktorfaktorㅤyang oleh soalㅤuntuk
danㅤkurangnya diketahuiㅤsoal menentukan
komitmen untuk menentukan langkahㅤsolusi
kognitifㅤyang solusi. yangㅤterstruktur
mengakibatkan danㅤbenar sesuai
mudahㅤmenyerah dengan wawancara
dalamㅤmenyelesaiakn
soal yang ditunjukan
padaㅤwawancara
Tabel 5.
Hasil Pembentukan Mentor Proses Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi sample ketiga
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Merencanakan penyelesaian soal pemberian Mampuㅤmerancang
pemecahan sebagaimana scaffoldingㅤuntuk penyelesaian dengan
masalah prosedur mengkaitkan faktor- informasiinformasi
penyelesaian faktor yangㅤdiketahui yangㅤadaㅤuntuk
yangㅤbiasa soalㅤuntuk menemukan solusi.
digunakan menentukan solusi.
sebelumnya
sesuaiㅤdengan
faktor kebiasaan
padaㅤwawancara
Melaksanakan Mampu Subjekㅤdariㅤawal -
perencanaan menunjukan sudah mampu untuk
masalah langkah-langkah menentukanㅤlangkah-
penyelesaian langh dariㅤrencana,
secara terperinci, pada tahap ini subjek
sehinggaㅤpada benarbenarㅤtidak
tahapㅤini siswa berpikir pseudo
tidakㅤmengalami karenaㅤdapat
pseudo berpikir. menjustifikasi alasan
dari setiap langkah
yangㅤdigunakan.
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
disampaikan terimakasih kepadaㅤpihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga
kegiatan pengabdian ini dapat berjalan dengan baik.
E. DAFTAR PUSTAKA
Biber, C., Korkmaz, S., & Tuna, A. (2013). Theㅤmistakes and the misconceptions of the
eighthㅤgrade students on the subject of angles. EuropeanㅤJournalㅤof Science and
MathematicsㅤEducation, 1(2), 50–59.
Wibawa, K. A., Nusantara, ㅤT., ㅤSubanji, S., ㅤ& Parta, I. N. (2017). Fragmentationㅤof
Thinking Structure?s Students toㅤSolving the Problem of Application Definite Integral in
Area. International Education Studies, 10(5), 48.
Zuya, E., & Kwalat, S. (2015). ㅤTeacher’s Knowledge ofㅤStudents about Geometry.
InternationalㅤJournal of Learning, Teaching and, 13(3), 100–114.
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita