You are on page 1of 10

Socialization and Implementation Restructuring Pseudo Thinking

Process for Solving Geometry Problem in Tutoring Institutions

Lutfan Anas Zahir


Universitas Tulungagung
lutfananas@gmail.com

Abstract

The development of learning media areㅤcurrently veryㅤvaried, but inㅤterms of students'


understanding, they have many variety of different grasping powers and result in miss
conception until pseudo-thinking. The purpose of this socialization and implementation is
to provide training for educators in seeing students' thinking processes while at the same
time structuring the thinking processes of students who experience pseudo think. This
Sicoalization and Implementation approach is a qualitative approach with a descriptive
type from sample students. The student subjects for the training are class IX students from
the Tutoring Institution of Tulungagung amounted of three students. Taking the subject
based on the results of the tests that have been carried out. Method Data collection in this
study includes: test question sheets and sheets Interview. Then the data are analyzed and
described according to the steps to diagnose someone with pseudo-thinking or what all
mathematics teachersㅤdo.ㅤThe implementationㅤresults show (1) Pseudo-thinking
inㅤsolving The problem of tangent to a circle is when understanding the problem students
are able to disclose known and inquired informationㅤOn planning problem solving students
are not able to mention the plan which will be used to solve the problem, only to reveal the
concept. At the stage of implementing the problem solving plan, students are only able to
solve problems using concepts that they think are correct with the example of the teacher.
At the stage of re checkingㅤtheㅤstudents have not able to justify the correct answer. But
after getting restructuringㅤstudents can correct mistakesㅤafter understanding theㅤconcept
correctly. (2) The application of restructuring to students who experience pseudoㅤthinking
can provide an arrangement of thinking structures thatㅤare initially lacking andㅤnarrow
into a complete thinkingㅤstructure, soㅤthat studentsㅤcan solve mathematical problems in
aㅤstructured andcorrect manner.

Keywords: Pseudo Thinking, Restructure, Learning Media, Geometry, community


service

Abstrak

Perkembangan media pembelajaran saat ini sangatㅤvariatif, namunㅤdari segi pemahaman


siswa memiliki banyak variasiㅤdaya tangkap yang berbeda-bedaㅤdan mengakibatkan miss
concept hinggaㅤpseudo-thinking. Tujuan dari sosialisasi danㅤimplementasi ini adalah untuk
memberikanㅤpelatihan bagi pendidik dalam melihatㅤproses berpikir siswa sekaligus
menyusunㅤprosesㅤberpikirㅤsiswa yang mengalami pseudoㅤthink. PendekatanㅤSosialisasi
dan Implementasi ini merupakan pendekatanㅤkualitatif denganㅤtipe deskriptif dari sampel
siswa. Mahasiswa yang menjadi subjekㅤpelatihan adalah mahasiswa kelas IX dari Lembaga
Bina Mandiri Tulungagung yangㅤberjumlah tiga orang mahasiswa. Mengambil mata
pelajaran berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan. Metode Pengumpulan data dalam
penelitianㅤiniㅤmeliputi: lembar soal tes dan lembar Wawancara. Kemudian data tersebut
dianalisis dan dideskripsikan sesuai dengan langkah-langkah untuk mendiagnosis seseorang
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
denganㅤpseudo-thinking atau yang dilakukanㅤoleh semua guruㅤmatematika. Hasil
implementasi menunjukkan (1) Berpikir semu dalam menyelesaikan masalah garis singgung
lingkaran adalah ketika memahamiㅤmasalah siswa mampuㅤmengungkapkan informasi
yangㅤdiketahui dan ditanyakan. Padaㅤperencanaan pemecahan masalah siswa tidak
dapatㅤmenyebutkan rencana yang akan digunakan untuk memecahkan masalah,
hanyaㅤmengungkapkan konsepnya. Pada tahap pelaksanaanㅤrencana pemecahan masalah,
siswa hanya mampu menyelesaikanㅤmasalah dengan menggunakan konsep yang menurut
mereka benarㅤdengan contoh yangㅤdiberikan guru. Padaㅤtahap pengecekan ulang siswa
belum dapatㅤmembenarkan jawaban yang benar. Namun setelah mendapatkan
restrukturisasiㅤsiswa dapat memperbaiki kesalahanㅤsetelah memahami konsep dengan
benar. (2) Penerapanㅤrestrukturisasi pada siswa yangㅤmengalami berpikir semu dapat
memberikanㅤsusunan struktur berpikir yang semula kurang dan menyempit menjadi
strukturㅤberpikir yang utuh, sehinggaㅤsiswa dapat menyelesaikan masalahㅤmatematika
secaraㅤterstruktur danㅤbenar.

Keywords: Berpikir Pseudo, Restrukturisasi, Media Pembelajaran, Geometri,


Pengabdian Masyarakat

A. PENDAHULUAN
(a) Analisa Situasi
Krisisㅤbelajar semakin meningkat karena pandemi covid-19 yang menyebabkan
kehilangan belajar dan belajar. Maka tidak heran jika kehilangan pembelajaran ini
menyebabkan pembelajaran di Indonesia tidak optimal selama dua tahun terakhir. Menurut
data Program for InternationalㅤStudent Assessment (PISA) yang dikaitkan dengan
Organizationㅤfor Economic Co-operation and Development (OECD) yang diluncurkan
pada 2018 membuktikan bahwa kondisiㅤkualitas pendidikan Indonesia sangat rendah
karena skor yang diperoleh olehㅤIndonesia juga rendah, menempatkanㅤIndonesia di urutan
pertama. Peringkat ke-74 dari 79 negara yang menjadiㅤanggota PISA, artinya Indonesia
masuk dalam 10 besar terbawah.
PISA adalah studi untukㅤmengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari
70 negara di dunia. Evaluasi dilakukan tidak hanya melalui daya ingat/hafalan tetapi juga
melalui 3 variabel, yaitu: (1) membaca, untukㅤkemampuan belajar individu (2)
matematika, untuk keterampilan berpikir dan (3) sains, untuk membantu ㅤindividu dalam
mengolah sesuatu. hal baru. Mengapaㅤdemikian? karena menurut PISA ada 3 hal yang
perlu ditekankan oleh sistem pendidikan di suatu negara, yaitu: (1) Mampukah siswa
menghadapi masa depan?; (2) Mampukah mahasiswa melakukan analisis dan penalaran
logis setelah lulus?; dan (3) ㅤDapatkah siswa memiliki kapasitas untuk belajar terus
menerus selama sisa hidup mereka setelah lulus?. Laluㅤapa akibatnya jika skor yang
diperoleh suatu negaraㅤrendah? Dengan rendahnya skor yang diperoleh, PISA menilai
proses adaptasi terhadap hal-hal baruㅤyang dilakukanㅤindividu bisaㅤdibilang cukup
lambat. Melihat hal tersebut, kualitas pendidikan Indonesia ㅤmasih dikatakan rendah.
Dengan ini, pendidikan formal Indonesia tidak membantu kesiapan hidup. Hal ini
dibuktikan dengan persentaseㅤpengangguran yang sangat tinggiㅤdi Indonesia. Maka
diperlukan suatu caraㅤuntuk meningkatkanㅤkualitas pendidikan diㅤIndonesia.

(b) PermasalahanㅤMitra;
Mentorㅤsebagai pemberi tambahan saran pembelajaran di lemnbaga bimbingan
belajar, memiliki tanggung jawab yang ekstra lebih untuk meningkatkan pengetahuan
siswa khususnya pada masa pandemi. Keterbatasan tatap muka dan penyampaian materi
melalui media online mengakibatkan banyak siswa yang tidak focus dan menangkap
pengertian yang berbeda atau bahkan kurang dalam menyerap materi yang diberikan. Pada
dasarnya mentor pada Lembaga bimbingan belajar memberikan pengembangan materi dan
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
cara cepat dan efisien dalam merumuskan dan menyederhanakan masalah untuk diolah dan
dirumuskan, namun karena keterbatasan modal pengetahuanㅤsiswa membuat mentor
kewalahan dan harus meluruskan berbagai missㅤkonsepsi dan pemaknaan yang berbeda
yang di miliki setiap antar siswa.
Faktor-faktor seseorang berpikirㅤpseudo menurut Vinner, (1989) disajikan dalam
tabel berikut:

Tabel 1. Faktor-faktor Penyebab Berpikir Pseudo

Faktor-faktor Penyebab Indicatorㅤ(Minimal satu indicator terjadi)


Salahㅤsatuㅤpersiapanㅤpembelajaranㅤtidak
1
dilaksanakan
Kurangnya Komitmen Kurangnyaㅤfokus ketika memperoleh pengetauan
Kognitif 2
kognitif
3 Mudah menyerahㅤapabila menyelesaikan soal
Meresponㅤsebuah gagasan secara terburu – buru
1 atau spontanㅤtanpa memeriksa kebenaran
responnya.
Hilangnya Tahap Kontrol
Mengabaikan salah satu komponenㅤyang harus
2 diketahui pada informasi atauㅤgagasan yang
diperoleh
Mencoba – cobaㅤmenghafal informasi baru tanpa
mengaitkanㅤdengan informasi yang diperoleh
Menyukai Hafalan 1
sebelumnyaㅤbaik berupa konsep,fakta atau prinsip
dalam matematika
Kurangnya Pemahaman Salah satu konsep prasyarat tidak dipahami dengan
1
Konsep Prasayarat benar.
Menyelesaikanㅤsoal sebagaimana prosedur
1
penyelesaianㅤyang biasa digunakan sebelumnya.
Faktor Kebiasaan
Lebih yakinㅤmenggunakan prosedur penyelesaian
2
soal tertentu, meskipun tidak dituntut oleh soal.

(c) Solusi yang Ditawarkan


Prosesㅤberpikir adalah salah satu cara yang digunakan ㅤdalam pemikiran dan
merespon terhadapㅤinformasi atau suatu peristiwa Ormrod (2009). Menurut Stacey (2006)
kemampuan berpikir secaraㅤmatematis dapat dipergunakan untuk berbagai penyelesaian
masalah, sains, teknologi, perekonomian dan pengembangan ㅤperekonomian. Lebih jauh
stacey menganggap bahwa dalam halㅤmatematika haruslahㅤberpikir secara matematis
serta berguna bagi guru untukㅤpembelajaran. Proses berpikir secara matematis dapat
ditandai ketika seorang tersebutㅤmelakukan penyelesaian kasus kasus yang khusus, dapat
memprediksi hasil, melihat pola-pola dan hubungannya, serta mengkomunikasikan alasan
dari suatu hasil.
Penanggulangan padaㅤkesalahanㅤstrukturㅤbepikir siswa, Wibawaㅤ(2017)
mendefinisikan restrukturisasi sebagai proses merestrukturisasi proses ㅤberpikir siswa
menjadi strukturㅤberpikir yang lengkapㅤdanㅤmempunyai pemahaman yang dalam.
Restrukturisasiㅤpada struktur berpikir merupakan penataan ulang struktur berpikir siswa
saat terjadi kesalahan pada penyelesaian masalah, sehingga guru dapat memberikannya
restrukturisasi melalui proses disequilibrasi, conflicㅤcognitif, danㅤscaffolding (Wibawa,
2014).

http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Subanjiㅤdan Nusantara (2016) mengkaji kesalahan mengaitkan pemahaman kosep
dan penyelesaian masalah yang ditinjau berdasarkan hubungan antara skema dalam proses
berpikir siswa. Kesalahanㅤpengaitan konsep dan penyelesaian masalah meliputi pseudo
konstruksi, lubang konstruksi, kesalahan berpikir logis, dan kesalahan berpikir analogi.
Pseudo konstruksi terjadi ketika siswa memberikan solusi seakan-akan benar namun
sebenarnya tidak sesuaiㅤdenganㅤsubstansiㅤkonsepㅤatau seolah-olah salah namun
pada dasarnya siswa dapat menjelaskannya secara benar sesudah refleksi. ㅤLubang
konstruksiㅤmuncul pada skema yang belumㅤterkontruksi didalam struktur pemikiran
siswa. Kesalahanㅤberpikir logis muncul ketika asumsi yang dibuatㅤoleh siswa dianggap
benar tetapiㅤsebenarnya salah secara konsepㅤdan tidak realita. Kesalahanㅤberpikir analogi
terjadi pada siswa yang memberikan analogi tetapi berdasarkan asumsi yang membuat
jawabanya tidak tepat.
Penelitianㅤsebelumnyaㅤtentang pengungkapan permasalahan kesalahan siswa
dalam penyelesaianㅤgemoteri (Biber, Korkmaz, & Tuna, 2013; Zuya & Kwalat, 2015),
menyimpulkanㅤkesalahan yang diakibatkan oleh siswa ketika memecahkan masalah
matematika: ㅤ(1) tanpa fokus sifat-sifat geometrisnya siswa melihat pada tampilan fisik
gambar geometris; (2) gagalㅤmenggabungkan sifat-sifat geometri dengan pengetahuan lain
yang diperlukan untukㅤmenyelesaikan masalah, dan (3) siswa berpendapat bahwa sifat
geometri itu umum dan tidak berbeda pada kondisi lain. Menurut Zuya (2015),
permasalahan geometri dikarenakanㅤmiskonsepsi, pengetahuan dan penalaran yang belum
memenui, dan kesalahan dasar perhitungan. Namun, penelitian-penelitian tersebut sebatas
mengungkap permasalahanㅤsiswaㅤyang mengalami kesalahan-kesalahan penyelesaian
masalah yang dilakukannya, ㅤbelum mengungkap struktur berpikir siswa yang mengalami
kesalahan dan upaya mengatasi permasalahan tersebut secara mendalam.
Dengan memperhatikan perbedaanㅤhasil penelitian sebelumnya dan uraian pada
latar belakang dan kajian hasilㅤpenelitian, sosialisasi dan implementasi mengenai
restrukturisasi proses berpikirㅤpseudo siswa dalamㅤmenyelesaikan geometri dianggap
sangat menarik dan berpotensiㅤdalam pengembangan pembelajaran untuk meluruskan dan
memberikan pengetahuanㅤpenuh terhadap siswa yangㅤmelakukan pseudo berpikir.
Berkaitan dengan uraian tersebut diatas sosialisasi dan implementasi yang akan
dilakukan adalah : 1) Mencariㅤstudi kasus langsung, ㅤbagaimana proses berpikir pseudo
siswa dalam menyelesaikanㅤmasalah garisㅤsinggung lingkaran (Geometri) ?, dan 2)
Bagaimana penerapan restrukturisasi proses berpikir siswa yang mengalami pseudo
berpikir pada garis singgungㅤlingkaran? Agar pembahasan dalam Sosisalisasi dan
penerapan ini tidak meluasㅤmaka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Sample sosialisasi adalah siswa kelas IX LembagaㅤBinaㅤMandiri Tulungagung
yang telah menempuh materi garis singgung danㅤlingkaran
2. Studi kasus yaitu menganalisa tentang proses berpikir seseorang dalam
memecahkan permasalahanㅤmatematika melalui kajian hasil tes dan wawancara.
Dokumen hasil tes tersebut kemudian dijadikan sebuah acuan untuk memilih
subjek yang akanㅤditeliti mengenai prosesㅤberpikirnya berdasarkan hasil tes
yang dikerjakanya. Restrukturisasi akan dilakukan kepada siswa yang melakukan
pseudo berpikir yangㅤdiketahuiㅤsetelahㅤwawancara

B. PELAKSANAAN DAN METODE


Kegiatan pengabdian dilaksanakan selama duaㅤhari yaitu tanggal 11 dan 12 Februari 2022
di Lemabaga Bina Mandiri Tulungagung. Peserta kegiatan adalah Mentor-Mentor
matematika 5 orang. Secara umum metode pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap evaluasi. Berikut ini adalah desain pelaksanaan
pengabdian:

Persiapan Pelaksanaan Evaluasi


http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1. Pemaparanㅤmateri meliputi current situation, tantangan Global PISA, dan Strategi
Restrukturisasi Psedudo Thinking.
2. Workshop implementasi meliputi : subjek, instrument, Teknik pengumpulan data,
dan analisa data
3. Tahap pelaksanaan impelemntasi :
a. Identifikasi kesalahan berpikir melalui wawancara
b. Penataan ulang struktur berpikir melalui disequilibrasi, conflict, cognitive,
dan scaffolding
c. Pemberian soal tes eassay geometri
d. Analisa data
1.Data tes
2.Data Wawancara
e. Hasil proses berpikir pseudo setiap siswa di restrukturisasi berdasarkan
tahapan Polya oleh mentor.
f. Evaluasi
Mentor melalukan Evaluasi terhadap siswa dapat memahami, merancang
dan memeriksa Kembali jawaban yang telah mereka buat dengan tepat
sesuai dengan rentetan konteks berpikir

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Program Pengabidan Kepada Masyarakat dilaksanakan dalam 2 tahapan yang terdiri dari
2 hari. Pada hari pertama yaitu Pemaparan materi meliputi current situation, tantangan Global
PISA, dan Strategi Restrukturisasi Psedudo Thinking dan di hari kedua Workshop
implementasi meliputi : subjek, instrument, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Pada tahap peratama mentor dikumpulkan dan diberi wawasan terkait, serta melakukan
diskusi untuk pembuatan instrument wawancara dan soal tes Bersama dengan pemateri. Karena
sifatnya kelas terbatas maka implementasi rekstrukturisasi pseudo berpikir siswa dikerjakan
dalam bentuk tim oleh seluruh mentor yang terdiri oleh 5 orang.
Pada hari kedua tim melakukan implementasi pengumpulan data kepada peserta didik
siswanya dan menentukan sample berdasarkan ujian soal tes matematika bidang Geomtri.

Tabel 2. Kisi – KisiㅤValidasi SoalㅤTes


No. Indikator Deskripsi
1 AspekㅤPetunjuk Petunjukㅤdapat dipahami
a. Soalㅤsesuai dengan indikator representasi
2 Aspek isi visual
b. Dirumuskan dengan singkat dan jelas
a. Soalㅤtidak menimbulkan penafsiran
ganda
3 AspekㅤBahasa b. Menggunakan bahasa yang sederhana
c. Mudahㅤdimengerti dan menggunakan
katakataㅤyang dikenal siswa

Mentor melalakukan seleksi sample berdasarkan keasalahan pengerjaan soal essay yang
selanjutnya dilakukan wawancara tidak terstrukturㅤagar pertanyaanㅤdari wawancara bisa
berkembang tergantung dari jawaban subjekㅤsaat penelitian. Hasilㅤwawancara diperiksa
keabsahannya kemudian dianalisis. Analisisㅤyang dilakukan mentor adalah sebagai berikut:

a) Tahap Reduksi.
http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Hasilㅤwawancara diperiksaㅤkeabsahan data kemudianㅤdianalisis. Analisis yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1) ㅤMemutar hasil rekaman wawancara
agar peneliti dapat menulis hasilㅤwawancara secara tepat sesuai dengan yang
diungkapㅤsubjek pada saatㅤwawancara; 2) Mentranskip hasil wawancara subjek; 3)
Memeriksa kembali hasil transkip dengan mendengar kembali ucapan-ucapan saat
wawancaraㅤberlangsung.
b) Menyajikan data.
Penyajian dataㅤdilakukan dalam penelitian ini adalah menuliskan sekumpulan data
dan mengidentifikasi dataㅤmengenai proses berpikir pseudo subjek dalam
memecahkan masalah, ㅤkemudian menarikㅤkesimpulan. Data yang dipaparkan
adalah data yang diperoleh dari menganalisis setiap subjekㅤdanㅤmendeskripsikan
proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah.
c) Menarik Kesimpulan.
Penarikan kesimpulanㅤdilakukan dengan kategorikan subjek dalam suatu klasifikasi
kemampuan subjekㅤdalam menyelesaikan soal tes sesuai dengan langkah-langkah
penyelesaian Polya, ㅤyaitu : 1) Subjek dikatakanㅤdapat memahami masalah jika
memenuhi indikator-indikatornya, yaitu diantaranya : a) Siswa dapat memahami
maksud soal; b) Siswa dapatㅤmengungkapkan apaㅤyang diketahui dari soal; c) Siswa
dapat mengungkapkan apaㅤyang ditanyakan dari soal dan d) Siswa dapat memahami
apakah keterangan yangㅤdiberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan. 2)
Subjek dikatakan dapatㅤmenyusun rencana penyelesaian, jika memenuhi indikator-
indikatornya, yaitu diantaranya: a) Siswa dapat mencari atau mengingat masalah yang
pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan;
b) Siswa mengetahui rumus mana yang akan digunakan dalam menyelesaikan
masalah ini. 3) Subjek dikatakan dapat melaksanakan penyelesaian, jika memenuhi
indikator-indikatornya, yaitu diantaranya: a) Siswa dapat menyelesaikan masalah
sesuai dengan rencana yang telah di buat; b) Siswadapat melaksanakan langkah-
langkah penyelesaianㅤsecara terperinci. 4) Subjek dikatakan memeriksa kembali, jika
memenuhi indikator- indikatornya, yaitu diantaranya: a) Siswa memeriksa apakah
langkahㅤyangㅤditerapkan tepat; b) Siswa memeriksaㅤatau mengecekㅤkembaliㅤhasil
yang di peroleh dan c) Siwa dapat menyimpulkanㅤjawaban yangㅤdiperoleh.

Proses Analisa data berulang hingga seluruh siswa dan Mentor Berhasil membentuk
kerangka berpikir pseudo siswa dalam tahapan polya sebagai berikut:

Tabel 3.
Hasil Pembentukan Mentor Proses Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi sample pertama

Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi


Tahapan Polya
Pseudo Restrukturisasi Hasil
Memahami kurangㅤmemhamai Pemberianㅤ Subjek telahㅤ
masalah salah satu konsep scaffoldingㅤ memahamiㅤ
prasyaratㅤterkait sisi- terkaitㅤpanjang busur kedudukan
sisiㅤpada QPㅤ garisㅤQP pada
bangunㅤgeometry berkedudukanㅤ sebagai bangun sebagai
denganㅤbenar diagonal diagonalㅤlayang-
sesuaiㅤdengan layang dan tidak
jawaban wawancara termasukㅤbususr
lingkaran

http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Merencanakan menyelesaikanㅤsoal Pemberian Mampuㅤ
pemecahan sebagaimanaㅤprosedur scaffolding merencanakan
masalah penyelesaianㅤyang konsepㅤyang penyelesaianㅤ
biasa digunakan telahㅤdipahami masalahㅤdengan
sebelumnyaㅤsesuai bahwaㅤQP terletak terstruktur
denganㅤjawaban didalam
wawancara lingkaranㅤdan bukan
penyusun
bangunㅤlingkaran
Melaksanakan hilangnya tahap pemberian mampu
perencanaan kontrolㅤsesuaiㅤdengan conflictㅤcognitive mengkaitkan apa
masalah jawaban wawancara untukㅤmengkaitkan yang diketahui
faktor-faktor yang olehㅤsoal untuk
diketahui ㅤsoal menentukan
untukㅤmenentukan langkahㅤsolusi
solusi. yangㅤterstruktur
danㅤbenar
Memeriksa mengalamiㅤpseudo Pemberian Mampuㅤ
kembali solusi berpikirㅤkarena faktor Disequilibrasiㅤsetelah memeriksa
yang kebiasaanㅤsesuai tiga kembaliㅤ
diperoleh dengan jawaban tahapanㅤsebelumnya jawabannya
wawancara mencapaiㅤkondisi sesuai dengan
tidakㅤpseudo. konsep danㅤ
langkah yang
terstrukturㅤ
dengan benar

Tabel 4.
Hasil Pembentukan Mentor Proses Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi sample kedua

Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi


Tahapan Polya
Pseudo Restrukturisasi Hasil
Memahami kurangㅤ memhamai Pemberian Subjek telah
masalah salahㅤsatu konsep scaffoldingㅤterkait memahami sisi-sisi
prasyaratㅤyaitu kebutuhan sebagai
pendeskripsian informasiㅤyang informasiㅤuntuk
informasi- dapat digunkaan menghitung luas
informasiㅤsoal untukㅤmenentukan bangunㅤOPRQ
denganㅤbenar luas layang-layang
sesuaiㅤdengan
wawancara
Merencanakan konsep prasyarat tidak Pemberian Mampu
pemecahan dipahami denganㅤbenar scaffoldingㅤterkait merancang
masalah yang ditunjukan pada penggunaan penyelesaian
wawancara informasi- denganㅤinformasi-
danㅤpenggunaan informasiㅤagar informasiㅤyang
penyelesaian yang biasa terkoneksi ada untuk
digunakan menemukan
sebelumnyaㅤpada solusi.
faktorㅤkebiasan

http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
sesuaiㅤdengan
wawancara
Melaksanakan tidak dipahami pemberian conflict mampu
perencanaan denganㅤbenar yang cognitiveㅤuntuk mengkaitkanㅤapa
masalah ditunjukankan mengkaitkan yang diketahui
padaㅤwawancara faktorfaktorㅤyang oleh soalㅤuntuk
danㅤkurangnya diketahuiㅤsoal menentukan
komitmen untuk menentukan langkahㅤsolusi
kognitifㅤyang solusi. yangㅤterstruktur
mengakibatkan danㅤbenar sesuai
mudahㅤmenyerah dengan wawancara
dalamㅤmenyelesaiakn
soal yang ditunjukan
padaㅤwawancara

Memeriksa meresponㅤsebuah Pemberian Mampu


kembali solusi gagasan terburu-buru Disequilibrasi memeriksa
yang atau spontanㅤtanpa setelahㅤtiga kembali
diperoleh memeriksaㅤkebenaran tahapan jawabannyaㅤsesuai
responnyaㅤsesuai dengan sebelumnya dengan konsep dan
wawancara mencapaiㅤkondisi langkahㅤyang
tidak pseudo. terstruktur dengan
benar serta tidak
menyerahㅤdan
menemukan
semangatㅤdalam
mengerjakan soal

Tabel 5.
Hasil Pembentukan Mentor Proses Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi sample ketiga

Berpikir Pseudo dan Restrukturisasi


Tahapan Polya Pseudo Restrukturisasi Hasil
Memahami kurang Pemberian Mampu memahami
masalah memhamai scaffoldingㅤterkait sisi kedudukanㅤsetiap
salahㅤsatu segitigaㅤpada layang- sisiㅤpadaㅤlayanglayang
konsep layang.
prasyarat sisi
segitigaㅤpada
bangun-bangun
geometri
denganㅤbenar
sesuaiㅤdengan
jawaban
wawancara

http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
Merencanakan penyelesaian soal pemberian Mampuㅤmerancang
pemecahan sebagaimana scaffoldingㅤuntuk penyelesaian dengan
masalah prosedur mengkaitkan faktor- informasiinformasi
penyelesaian faktor yangㅤdiketahui yangㅤadaㅤuntuk
yangㅤbiasa soalㅤuntuk menemukan solusi.
digunakan menentukan solusi.
sebelumnya
sesuaiㅤdengan
faktor kebiasaan
padaㅤwawancara
Melaksanakan Mampu Subjekㅤdariㅤawal -
perencanaan menunjukan sudah mampu untuk
masalah langkah-langkah menentukanㅤlangkah-
penyelesaian langh dariㅤrencana,
secara terperinci, pada tahap ini subjek
sehinggaㅤpada benarbenarㅤtidak
tahapㅤini siswa berpikir pseudo
tidakㅤmengalami karenaㅤdapat
pseudo berpikir. menjustifikasi alasan
dari setiap langkah
yangㅤdigunakan.

Memeriksa kehilanganㅤtahap Pemberian Mampuㅤmemeriksa


kembaliㅤsolusi kontrolㅤsehingga Disequilibrasiㅤsetelah kembaliㅤjawabannya
yang diperoleh membuat gagasan tiga tahapan sesuaiㅤdengan konsep
secaraㅤterburu- sebelumnyaㅤmencapai danㅤlangkah yang
buru atau spontan kondisi tidakㅤpseudo. terstruktur dengan
tanpaㅤmemeriksa benar
kebenaran
responnya sesuai
wawancara

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengabdian kepadaㅤmasyarakat tentang restrukturisasi proses
berpikir pseudo mentor menjadi pahamㅤtentan gpentingnya memahami karakteristik setiap
siswa, karena setiap siswa memilikiㅤpemahaman pseudo yang berbeda beda. Terlebih pada
pasca covid-19 membuat para mentor kewalahan karena memiliki keterbatasan pertemuan
dan di tuntut untuk memberikan konsep pemahaman mendalam yang seharusnya siswa juga
mendapatkannya secara intens di sekolah.
Hal tersebut tentu mendapatkan respon baik oleh para mentor dan pemiliki Lembaga
karena dengan adanya PkM ini memberikan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat bagi
mentor pengajar khususnya matematika dalam meningkatkan kompetensi tidak hanya
melalui media pembelajaran tetapi juga melalui pendekatan psikologi.
Pada peneliti selanjutnya dalam mengimplementasikan penelitian di sarankan
menggunakan sample yang lebih besar seperti sekolah atau universitas untuk mendapatkan
variative hasil yang lebih besar. Selain itu juga dapat memberikan kajian pada setiap bidang
ilmu matematika untuk di terapkan treatment kepada siswa/mahasiswa dalam
mendefragmenting proses berpikir mereka agar tidak terjadi miss konsepsi berlanjut.
Ucapanㅤterimakasih disampaikan pada LPPMㅤUniversitasㅤTulungagung yang telah
mendanai pelaksanaan kegiatan pengabdian dan pihak Lembaga Bina Mandiri yang telah
memberikan izin serta membantuㅤmenyediakan tempat pelaksanaan kegiatan. Selainㅤitu,

http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita
disampaikan terimakasih kepadaㅤpihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga
kegiatan pengabdian ini dapat berjalan dengan baik.

E. DAFTAR PUSTAKA

Biber, C., Korkmaz, S., & Tuna, A. (2013). Theㅤmistakes and the misconceptions of the
eighthㅤgrade students on the subject of angles. EuropeanㅤJournalㅤof Science and
MathematicsㅤEducation, 1(2), 50–59.

Ormrod, J. E. (2016). Psikologi Pendidikan Membantu SiswaㅤTumbuh danㅤBerkembang.


6th edition. Erlangga.

Blitzer, R. B. (2022). ThinkingㅤMathematically, 8th Edition. Pearson.

Subanji, S., & Nusantara, T. (2016). Thinking Processㅤof Pseudo Construction in


Mathematics Concepts. ㅤInternational Education Studies, 9(2), 17

Vinner, S. (1997). TheㅤPseudo-Conceptual and theㅤPseudo-Analytical Thought Processes


in Mathematics Learning. Educational Studies in Mathematics, 34(2), 97–129.

Wibawa, K. A. (2014). DefragmentingㅤBerpikir Pseudo Siswa Dalam Memecahkan


Masalah Limit,

Wibawa, K. A., Nusantara, ㅤT., ㅤSubanji, S., ㅤ& Parta, I. N. (2017). Fragmentationㅤof
Thinking Structure?s Students toㅤSolving the Problem of Application Definite Integral in
Area. International Education Studies, 10(5), 48.

Zuya, E., & Kwalat, S. (2015). ㅤTeacher’s Knowledge ofㅤStudents about Geometry.
InternationalㅤJournal of Learning, Teaching and, 13(3), 100–114.

http://ejournal.unita.ac.id/index.php/janita

You might also like