Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Abstrak
42
Bagaimana peran dua protein ini dalam (10 mg/ml), diinkubasi selama 90 menit pada
fisiologi dinding sel masih kurang jelas suhu 37ºC. Ekstraksi DNA dilakukan dengan
dipahami karena belum ada mutan tunggal larutan jenuh Tris–Fenol/Kloroform–
dari kedua gen yang telah diteliti. Gen ripA Isoamilalkohol (1:1).
dan ripB dikode oleh operon bisistronik
dengan ripA proksimal terletak di depan Studi literatur
promotor, yang keduanya dikendalikan oleh
dua komponen sistem MtrAB. Koleksi dan kultivasi isolat
43
selanjutnya diukur secara kuantitatif dengan DNA M. tuberculosis hasil amplifikasi
menggunakan spektrofotometer dengan dianalisis menggunakan elektroforesis gel
panjang gelombang 260 nm. DNA hasil agarose. Gel agarose dibuat dengan
isolasi selanjutnya di running dalam gel menggunakan 1% (b/v) agarose yang
elektroforesis untuk menguji kualitasnya. dilarutkan dalam buffer TBE (0.09M Tris–
Borate, 0.2 mM EDTA, pH 8). Sebanyak 20
2.3 Desain Primer Gen ripA, Amplifikasi µl larutan DNA dan 2 µl loading buffer
dan Optimalisasi Kondisi Polymerase (gliserol 50% dan bromofenolblue 0.025%)
Chain Reaction (PCR) dimasukkan ke dalam agarose. Marker DNA
Desain primer akan dilakukan mengacu yang digunakan adalah pUC 18 DNA marker
pada gen ripA M. tuberculosis dari database (SIGMA) clanOXI74 DNA marker
GeneBank (The National Center for (PHARMACIA). Elektroforesis dilakukan
Biotechnology Information) dan beberapa dengan menggunakan tegangan listrik 100
literatur lainnya. Alignment urutan DNA volt selama 60 menit. Selanjutnya lempeng
dilakukan menggunakan program MEGA5. agarose disinari dengan ultraviolet
Desain primer menggunakan primer- menggunakan UV Transilluminator.
BLAST. Daerah spesifik untuk gen ripA Pengambilan gambar dilakukan dengan
diamati satu persatu agar dapat mendesain kamera digital.
primer spesifik. Produk PCR yang didapatkan
Amplifikasi gen ripA dilakukan selanjutnya disekuensing untuk dianalisis
menggunakan primer hasil desain. Sebanyak urutan basa nukleotidanya. Sekuensing
dua setengah mikroliter DNA sampel dilakukan pada Lembaga Genetica Science di
diamplifikasi dalam campuran 36,85 µl H2O, Singapura.
5 µl 10x buffer, 1 µl MgCl2, 4 µl dNTP, 0,15
µl Taq DNA polymerase dan masing–masing 2.4 Analisis Data
0,25 µl primer reverse dan primer forward. Data hasil sekuensing berupa ABI file
Amplifikasi dilakukan sebanyak 45 siklus dari gen ripA dilakukan pengeditan secara
dengan temperatur PCR 94°C selama 1 menit manual menggunakan program BioEdit versi
(denaturasi), 58°C selama 1 menit 7.0.9. Hasil pengeditan sekuens dimasukkan
(annealing), 72°C selama 1 menit (elongasi). dalam software nucleotide BLAST (Basic
Pada akhir siklus, proses elongasi Local Alignment Search Tool) dari NCBI
diperpanjang selama 10 menit. untuk melihat homologi dengan spesies
Pengukuran konsentrasi DNA dilakukan terdekat.
menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi Pohon filogenetik diperoleh dengan
ditentukan dengan rumus: [DNA] = A260 x 50 menggunakan Metode Neighbor–joining,
x faktor pengenceran. Dimana A260 = nilai dimana kalkulasi matrik jarak genetic dengan
absorbansi pada panjang gelombang 260 nm; model Kimura–2 parameter yang
50 = larutan dengan nilai absorbansi 1.0 diimplementasikan pada pairwise distance
sebanding dengan 50 µg untai ganda DNA calculation dengan Bootstrap 1000 ulangan
per ml. Kemurnian DNA diketahui dengan dalam program Molecular Evolutionary
mengukur perbandingan rasio absorbansi Genetics Analysis (MEGA) software versi 7.
(OD) pada panjang gelombang 260 dan 280 Sekuen sampel yang dibandingkan dengan
(Sambrook dan David, 1989). beberapa koleksi GenBank M. tuberculosis.
44
3. HASIL DAN DISKUSI terdapat di dalam NCBI. Gambar 2
3.1 Isolasi DNA menunjukkan beberapa pasang kandidat
Proses isolasi total genom DNA primer. Beberapa pasang primer ini
merupakan tahap mempersiapkan total DNA selanjutnya dipilih berdasarkan pada panjang
genom yang akan digunakan sebagai cetakan primer, jumlah basa G dan C (GC content).
pada proses amplifikasi gen ripA. Hasil total Tabel 1, merupakan pasangan primer yang
genom M. tuberculosis yang diisolasi tidak dipilih karena memiliki panjang optimal
dapat terdeteksi menggunakan elektroforesis. primer PCR, yaitu 20 basa, dan jumlah basa
Hal ini dapat disebabkan konsentrasi DNA G dan C nya berkisar aatara 40–60% (Ye et
pada sampel yang terlalu rendah. Walaupun al., 2012). Perhitungan ini penting dalam
demikian, hasil pengamatan menentukan primer, karena di dalam untai
spektrofotometer menunjukkan DNA DNA, pasangan nukleotida G dan C memiliki
memiliki tingkat kemurnian dengan nilai tiga ikatan hidrogen. Sedangkan, pasangan
1.57. Selanjutnya, untuk membuktikan basa A dan T memiliki dua ikatan hidrogen.
apakah sampel mengandung DNA, maka Apabila jumlah basa G dan C mendekati
hasil isolasi digunakan sebagai cetakan PCR. angka 80%, maka ketika proses melting (suhu
lele) PCR berjalan, untai ganda DNA akan
3.2 Karakterisasi Struktur dengan X-Ray sulit terpisah atau terdenaturasi. Hal ini dapat
Diffraction (XRD) menyebabkan kegagalan proses PCR. Lorenz
Keberhasilan dalam melakukan desain (2012) menyebutkan bahawa suhu ketika
primer pada PCR ditentukan oleh analisis DNA mengalami denaturasi berperan penting
Bioinformatika (Robertson dan Phillips, dalam spesifitas dan kestabilan proses
2008). Desain primer gen ripA diperoleh dari penempelan primer.
sekuens gen ripA M. tuberculosis yang
Forward 5'–ATTCCGTCGGCTTTGAGTGT–3
Reverse 5’–CGGCGGATCACGTATTCAGA–3’
Primer yang didesain selanjutnya diuji seperti yang disajikan pada Gambar 2.
cobakan pada sampel total genom DNA M. Elektroforesis gen ripA hasil PCR
tuberculosis. Beberapa optimasi kondisi PCR menunjukkan adanya pita tunggal pada
dilakukan untuk memperoleh kondisi yang beberapa sampel yang diamplifikasi dengan
optimal. Jika kondisi PCR berjalan dengan panjang sekitar 912 bp.
baik, maka hasilnya dapat divisualisasikan
45
Gambar 2. Hasil Analisis Primer–BLAST Gen ripA M. tuberculosis
Semua pita pada Gambar 3 terlihat tebal, 3.3 Sekuensing Hasil Amplifikasi Gen
bentuk rapi dan sangat jelas. Hal ini Rip A dan Analisis Urutan
menandakan bahwa primer dan suhu Nukleotida
annealing yang digunakan sudah tepat. Pita Gen ripA merupakan protein penyusun
berada di kisaran 912 bp, sesuai dengan dinding sel lapisan peptidoglikan dan
analisis primer–BLAST yang dilakukan. menjadi bagian dari faktor virulensi pada M.
Hasil amplifikasi ini selanjutnya dijuji ke tuberculosis (Forrellad et al., 2013). Kedua
tahap sekuensing. fragmen produk PCR yang disekuensing
(forward dan reverse) selanjutnya dianalisis
menggunakan prosedur bioinformatika.
Tahap pertama adalah mengetahui kemiripan
(similarity) sekuens sampel dengan urutan
sekuens DNA yang ada di dalam NCBI.
Untuk mengetahui apakah hasil desain
primer menyandi gen ripA M. tuberculosis,
1000 bp
800 bp maka dilakukan analisis BLAST. Gambar 4
dan 5. merupakan hasil sekuensing gen ripA
dibandingkan dengan beberapa sekuen DNA
yang ada pada NCBI. Data sekuens yang
didapat disejajarkan (multiple alignment)
dengan data yang tersimpan dalam NCBI.
Sampel (mikro) 10 10 10 5
Proses ini berfungsi untuk mencari
MQ water (mikro) 0 0 0 5 similaritas suatu nukleotida. Analisis ini juga
LD 6x 3 3 3 3 memberikan informasi mengenai spesies
Jumlah volume 13 13 13 13
bakteri lain yang memiliki kesamaan urutan
DNA dengan gen ripA M. tuberculosis.
Gambar 3. Hasil Elektroforesis gen ripA Informasi dari analisis BLAST anatara lain
dengan Primer Spesifik Sebanyak Tiga Score dan Query. Score menunjukkan jumlah
Pengulangan Menunjukkan Adanya Pita kemiripan segmen gen ripA hasil sekuensing
Tunggal. Marker 100 bp DNA Ladder. dengan urutan database dari NCBI. Nilai ini
46
menggambarkan keakuratan nilai penjajaran (Altschul, 2005). Gambar 4 memperlihatkan
urutan nukleotida gen ripA. Semakin tinggi bahwa distribusi urutan DNA hasil
nilai Score yang diperoleh, maka semakin sekuensing memiliki nilai atau tingkat
tinggi homologi dari sekuens yang didapat keakuratan tertinggi (≥200).
Gambar 4. Distribusi Hasil Analisis BLAST Hasil Sekuensing Gen ripA pada Isolat M.
tuberculosis
Gambar 5. Hasil Sekuensing Gen ripA Dibandingkan dengan Beberapa Sekuen DNA yang
Ada pada NCBI
47
menggunakan Metode Bootstrap sebanyak memiliki kekerabatan dengan beberapa isolat
1000 kali ulangan. M. bovis.
Berdasar pada Gambar 6 diketahui isolat
M. tuberculosis H37rv yang digunakan
48
doi:10.1371/journal.ppat.1003197.g00 Sambrook J and David WR. 1989. Molecular
8. Cloning: A Laboratory Manual. Cold
Forrellad MA, Klepp LI, Gioffre A, Garcia Spring Harbor Laboratory Press. New
JS, Morbidoni HR, Santangelo MP, York.
Cataldi AA, Bigi F. 2013. Virulence Vincent AT, Nyongesa S, Morneau I, Reed
factors of the Mycobacterium MB, Tocheva EI, and Veyrier FJ. 2018.
tuberculosis complex. Virulence, 4(1): The mycobacterial cell envelope: a
3–66. relict from the past or the result of
Martinelli DJ and Pavelka MS. 2016. The recent evolution. Frontiers in
ripA and ripB peptidoglycan Microbiology, 9:2341. doi:
endopeptidases are individually 10.3389/fmicb.2018.02341.
nonessential to Mycobacterium Ye J, Coulouris G, Zaretskaya I, Cutcutache
smegmatis. Journal of Bacteriology, I, Rozen S, and Madden TL. 2012.
198(9): 1464–1475. Primer–BLAST: A tool to design
Robertson, AL. and Phillips AR. 2008. target–specific primers for polymerase
Integrating PCR theory and chain reaction. BMC Bioinformatics,
bioinformatics into a research–oriented 13 (134): doi: 10.1186/1471–2105–13–
primer design exercise. CBR life 134.
Sciences Education, 7 (1): 89–95.
49
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
50