You are on page 1of 16

p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783

Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022


Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

EKSISTENSI LURIK PRASOJO KLATEN: SEJARAH DAN FILOSOFI

Asri Kamila Ramadhani1, Sony Sukmawan2


Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

asrikamilar@student.ub.ac.id1, sony_sukmawan@ub.ac.id2*

Abstract
Lurik is one of the traditional crafts in Klaten Regency. The striated craft center is located in Pedan District. the
existence of Lurik Pedan cannot be separated from the role of "Lurik Prasojo". This company is seen as the origin
of lurik in Klaten. In the production process, the tools used for striated weaving are non-machine looms (ATBM)
which are then developed using machine looms (ATM). The products produced are in the form of various motifs,
namely the tumenggungan motif which has a poor feeding pattern, the bribe motif, the liwatan motif, the lasem
motif, and the telu tepuk motif with the lanjuran pattern, and the broken tumbar motif. which is a combination
of two patterns, namely path patterns and poor feeding patterns. This motif has a philosophical meaning in the
form of a human birth process which is expected to create a sense of love and happiness. Lurik craft provides
economic benefits for the community because it can move the economy of the surrounding community. Through
this research, it can be shown that this craft contributes to the existence of lurik in Klaten. The method in this
study is a qualitative method through collecting sources using folklore, observation, and interviews. Through
this method, it can be described (i) the history of Lurik Prasojo; (ii) Production process; (iii) the tools used; (iv)
various types of products; (v) and Lurik Prasojo's Philosophical Motives.
Keywords: Lurik Prasojo; Cultural Heritage; Weaving; Sosio-economic; Creativity

Abstrak
Lurik adalah salah satu kerajinan tradisional di Kabupaten Klaten. Pusat kerajinan lurik terdapat di Kecamatan
Pedan. Keberadaan lurik Pedan tidak dapat dilepaskan dari peran “Lurik Prasojo”. Perusahaan ini dipandnag
sebagai awal mula lurik di Klaten. Dalam proses produksinya, alat yang digunakan untuk menenun lurik berupa
alat tenun bukan mesin (ATBM), yang kemudian berkembang dengan menggunakan alat tenun mesin (ATM).
Produk dihasilkan berupa berbagai macam motif yaitu motif tumenggungan yang memiliki corak pakan malang,
motif bribil, motif liwatan, motif lasem, dan motif telu pat yang memiliki corak lanjuran, serta motif tumbar
pecah yang merupakan kombinasi dua corak, yaitu corak lajuran dan corak pakan malang. Motif tersebut
mempunyai makna filosofi berupa proses kelahiran manusia yang diharapkan dapat mewujudkan rasa kasih
sayang dan kebahagiaan. Keberadaan kerajinan lurik memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat karena dapat
menggerakakan ekonomi masyarakat sekitar. Melalui penelitian ini, dapat menunjukkan bahwa kerajinan ini
memberi kontribusi terhadap eksistensi lurik di Klaten. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
melalui penggumpulan sumber menggunakan folklore, observasi, dan wawancara. Melalui metode ini dapat
dideskripsikan (i) sejarah Lurik Prasojo; (ii) Proses produksi; (iii) alat yang digunakan; (iv) berbagai jenis produk;
(v) dan Filosofi Motif Lurik Prasojo.
Kata Kunci: Lurik Prasojo; Tenun; Warisan Budaya; Sosial-ekonomi; Kreativitas

Pendahuluan ikon atau lambang bahwa seseorang sudah


Kecamatan Pedan adalah salah satu menginjakkan kaki di Kabupaten Klaten,
kecamatan yang terletak di Kabupaten Jawa Tengah. Warisan budaya tersebut
Klaten, Jawa Tengah. Kecamatan yang adalah kain lurik. Terdapat arti lurik di
memiliki 14 kelurahan tersebut memiliki dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut
warisan budaya yang sangat terkenal. dengan deret, garis, lajur, dan baris
Bahkan, warisan budaya tersebut dijadikan (Hariyanto, 2013). Motif baris, deret, garis,

122
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

dan lajur tersebut yang menjadikan Terdapat pernyataan lain dari


penanda bahwa kain tersebut adalah kain Ensiklopedi Nasional Indonesia yang
lurik. Kain lurik diproduksi dengan cara mengatakan bahwa “rik” yang merupakan
menenun. Menenun adalah kegiatan yang penggalan kata lurik mempunyai arti garis
dilakukan untuk menghasilkan kain-kain atau parit, sebagaimana lurik melindungi
lurik. Menenun dilakukan dengan cara pemakainya. Zaman dahulu sangat erat
memenuhi prinsip memintal benang kaitannya antara pakaian upacara adat
antara bagian lurus dengan bagian atau kebudayaan dengan lurik. Akan
melintang (Hariyanto, 2013). Proses tetapi, sekarang ini lurik tidak sebatas
menenun berkaitan erat dengan proses sebagai penutup tubuh semata. Semakin
menganyam, yaitu dengan dikenal orang banyak, produsen lurik pun
menggabungkan bagian lurus dengan mengembangkan kreativitasnya, yaitu
bagian melintang (Hariyanto, 2016). mengolah lurik menjadi invoasi-inovasi
Zaman dahulu menenun masih menarik, contohnya adalah menjadi motif
menggunakan alat manual yang harus dalam sepatu, tas, topi, pernak-pernik
membutuhkan tingkat ketelitian yang pelengkap busana seperti gelang, kalung,
sangat tinggi. Bahkan, tidak ada jaminan dan inovasi lainnya. Inovasi tersebut
bahwa sehari dapat menghasilkan satu bertujuan agar masyarakat mampu
lembar kain lurik karena begitu rumit dan mengubah pandangan mereka terhadap
penuh kehati-hatian dalam kain lurik, yaitu yang awalnya kain lurik
memproduksinya. Alat manual tersebut dipandang sebagai kain kuno dan hanya
sering disebut dengan alat tenun bukan digunakan saat upacara adat atau pantas
mesin (ATBM). Hingga sekarang, masih dipakai oleh orang sepuh saja, ternyata
banyak ATBM yang dapat dijumpai di mampu menembus pasaran milenial.
beberapa desa penghasil kain lurik di Industri pertenunan (ATM/ATBM)
Kabupaten Klaten. ATBM itulah yang menjadi industri terbesar ketiga karena
digunakan sebagai simbol atau ikon Kota memiliki 1.078 unit usaha dengan tenaga
Klaten. Ikon tersebut digambarkan sebuah kerja sebanyak 2.186 orang yang
patung seorang ibu-ibu dengan memakai dijabarkan dalam data Dinas Perindustrian,
atasan lurik dengan bawahan jarik yang Perdagangan, Koperasi, dan UMKM
sedang duduk menenun menggunakan Kabupaten Klaten (Mangifera, 2016).
ATBM yang dapat dijumpai di beberapa Industri tenun menjadi industri yang
titik Kabupaten Klaten. Tentu saja, titik banyak diminati karena kain lurik menjadi
penempatan ikon tersebut diletakkan di salah satu ciri khas Kabupaten Klaten. Hal
wilayah yang ramai dan dijangkau oleh ini dapat menjadikan kain lurik berpotensi
banyak orang, seperti jalanan besar di sebagai warisan budaya dunia kategori tak
bundaran kabupaten, dan di beberapa benda karena merupakan suatu identitas
perbatasan kota tetangga dengan Kota budaya di daerah, yaitu daerah Klaten,
Klaten. Akan tetapi, seiring berjalannya Jawa Tengah. Segala sesuatu peninggalan
waktu dan berkembangnya teknologi kebudayaan dapat disebut warisan budaya
canggih, untuk sekarang ini menenun lurik apabila berhubungan dengan segala
dapat menggunakan alat tenun mesin sesuatu yang berbau sejarah, seni, ilmu
(ATM), khususnya adalah perusahaan- pengetahuan, atau teknologi (Kementrian
perusahaan lurik yang sudah terkenal Pendidikan dan Kebudayaan Republik
karena harus memproduksi lembaran kain Indonesia, 2018). Menurut data di atas,
lurik yang sangat banyak di setiap harinya. kain lurik berpotensi sebagai warisan

123
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

budaya dunia karena keberadaannya sejak tahun 1949. Strategi pemasarannya


memberikan dampak sosial ekonomi bagi mampu membuat kain lurik diminati oleh
masyarakat sekitarnya. Beberapa kriteria berbagai kalangan. Berbagai transportasi
warisan budaya tak benda Indonesia dalam umum dengan nomor kendaraan luar
daftar UNESCO adalah memiliki kekhasan daerah sering mendominasi parkiran
dari suatu suku bangsa, memiliki tujuan perusahaan tersebut. Transportasi umum
untuk melestarikan alam, lingkungan, tersebut biasanya berisi rombongan ibu-
memiliki manfaat untuk manusi dan ibu yang berwisata sekaligus berbelanja,
makhluk hidup lainnya, berkontribusi menikmati, atau sekadar melihat berbagai
dalam sosial dan budaya, menjadi sarana koleksi kain lurik maupun inovasi kain lurik
pembangunan yang berkelanjutan, lainnya yang berada di show room
tersebar di beberapa daerah dan mewakili perusahaan tersebut. Selain itu, juga
suatu provinsi, dikelola oleh beberapa banyak dikunjungi oleh siswa atau
komunitas tertentu, dan sudah diwariskan mahasiswa yang datang untuk melakukan
lebih dari satu generasi (Kementrian study tour atau melakukan penelitian.
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Ketika show room mulai dikunjungi
Indonesia, 2018). Apabila pemerintah oleh orang-orang luar daerah, maka secara
daerah dan beberapa komunitas tergerak tidak langsung akan memperkenalkan lurik
untuk bekerja sama mendaftarkan lurik Pedan ke jangkauan lebih luas. Seperti
sebagai salah satu warisan budaya dunia halnya saat pandemi, banyak orang-orang
tidak akan menjadi sesuatu yang sulit yang membutuhkan masker sebagai salah
karena beberapa kriteria telah berada satu hal yang wajib dimiliki. Melihat
pada dalam diri lurik. masker-masker kesehatan jumlahnya
Menurut (Mangifera, 2016) cikal sangat terbatas, maka pemerintah
bakal dan puncak keemasan usaha tenun menganjurkan masyarakat untuk beralih
lurik ATBM Klaten berawal dari Kecamatan ke masker kain dengan beberapa syarat
Pedan pada tahun 1960-1965. Puncak sesuai dengan standar kesehatan. Hal
keemasan usaha tenun tersebut membuat tersebut menjadi peluang beberapa
berbagai produsen tenun memerlukan pengrajin kain, seperti halnya di daerah
pekerja dengan jumlah yang besar, konveksi. Melihat kain-kain yang
sehingga pekerja tidak hanya berasal dari digunakan sebagai masker pada awalnya
lingkup Pedan saja. Pengrajin-pengrajin hanya bermotif polosan, lambat laun
tersebut tersebar di berbagai kecamatan, terdapat masker dengan motif-motif yang
antara lain Cawas, Bayat, Trucuk, dan menarik. Kondisi tersebut dimanfaatkan
Karangdowo. Saat ini, beberapa dengan baik oleh Lurik Prasojo untuk
kecamatan tersebut banyak mendirikan memproduksi masker kain dengan motif
sentra industri di daerahnya masing- lurik. Kehadiran masker kain dengan motif
masing dan banyak yang menggunakan lurik, ternyata mampu bersaing dan
industri kain lurik tersebut menjadi sumber berhasil menarik minat masyarakat luas
ekonomi. yang dibuktikan dengan banyaknya
Menjadi pelopor industri kain lurik, orderan setiap harinya. Selain itu,
Pedan mempunyai sebuah perusahaan keberadaan masker kain lurik dengan
besar yang bergerak di bidang tenun lurik, berbagai macam variasi motif dan aksen
yaitu Lurik Prasojo. Prasojo adalah bordir di dalamnya, tidak hanya berfungsi
perusahaan tenun lurik di Pedan dengan sebagai perlengkapan kesehatan saja, tapi
pola usaha keluarga yang sudah berdiri

124
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

juga sebagai penunjang fashion dalam kasus tertentu baik lingkup individu,
kehidupan sehari-hari. kelompok, atau organisasi (Hidayat, 2019).
Penelitian ini berupaya untuk Data penelitian ini berupa tuturan
menjaga dan melestarikan Prasojo sebagai lisan, gerak, isyarat, perilaku budaya yang
salah satu budaya lurik tradisional menguraikan sejarah, proses pengolahan,
Kabupaten Klaten, khususnya Kecamatan peralatan, filosofi, dan produksi kain lurik.
Pedan. Data hasil penelitian diambil Lurik Prasojo, proses pengolahan kain lurik,
dengan menggunakan metode kualitatif perkembangan alat tenun dari tahun ke
dengan pendekatan folklore untuk tahun, filosofi motif Lurik Prasojo, dan hasil
melacak unsur-unsur budaya lisan. Data produksi Lurik Prasojo. Data penelitian
penelitian dikumpulkan dengan teknik diperoleh dari informan yang dipilih
wawancara dan diperoleh dari dengan kriteria, yaitu laki-laki dan
pelaku/penutur langsung yang berkaitan perempuan dengan usia 12-60 tahun,
dengan objek yang sedang diteliti. Teknik berpengalaman atau sedang menekuni
wawancara dengan format terstruktur, bidang tenun lurik, dan bekerja di Lurik
sesekali disisipi pembicaraan yang Prasojo Pedan.
bersahabat. Data penelitian dikumpulkan
Tidak banyak yang mengetahui dengan teknik wawancara tidak
secara detil, terlebih remaja, bahwa terstruktur dan observasi. Wawancara
selembar kain lurik dapat dimanfaatkan tidak terstruktur adalah wawancara yang
menjadi berbagai macam hal. Melalui ide tidak memerlukan panduan wawancara
kreatif dan inovasi yang menarik, selembar secara sistematis, sehingga lebih leluasa
kain lurik dapat diubah menjadi barang dalam melakukan tanya jawab dengan
yang berkualitas, bahkan mampu bersaing narasumber. Dengan teknik observasi,
dengan menyesuaikan kebutuhan barang peneliti melakukan pengumpulan data
pada masa pandemi seperti ini. dengan cara mengamati secara intensif
Pengelolaan kain lurik menjadi beberapa tuturan lisan, gerak, isyarat, perilaku
barang serba guna, secara tidak langsung budaya yang menguraikan sejarah, proses
dapat digunakan sebagai ajang promosi pengolahan, peralatan, filosofi, dan
bahwa kain lurik tidak sebatas menjadi produksi kain lurik Prasojo dari proses
pakaian saja, tetapi dapat disulap menjadi pembuatan hingga hasil produksi.
barang yang dapat digunakan sebagai
penunjang kehidupan sehari-hari dengan Hasil dan Pembahasan
berbagai macam motif yang disesuaikan
dengan pilihan masing-masing. Sejarah Lurik Prasojo
Kabupaten Klaten menjadi pelopor
Metode Penelitian berdirinya usaha tenun lurik sejak puluhan
Penelitian yang bertempat di Kecamatan tahun yang lalu. Hal tersebut menjadikan
Pedan, Kabupaten Klaten ini menggunakan Kabupaten Klaten sebagai kota penghasil
metode kualitatif dengan pendekatan kain tenun lurik, baik tenun lurik ATBM
folkloristik dan kajian budaya. Dalam maupun ATM. Beberapa desa yang
mengumpulkan data, desain studi kasus menjadi sentra pengrajin tenun lurik,
dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa antara lain Pedan, Tlingsing, Cawas, Bayat,
studi kasus akan memberikan kontribusi Trucuk, dan beberapa desa lainnya. Inovasi
yang mendalam dalam menyelesaikan dan produk terbaru masih terus diupayakan
mengungkap permasalahan atas suatu oleh kelompok pengrajin lurik hingga saat

125
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

ini (Pradiatiningtyas, 2019). Akses menuju berbagai macam kebutuhan, seperti taplak
Kota Klaten yang berada di tengah-tengah meja, serbet, sarung, stagen, serta kain
antara dua kota besar, Solo dan panjang yang digunakan untuk kebaya. Di
Yogyakarta, membuat Klaten memiliki bawah pimpinan Bapak Wahyu Suseno
potensi wisata budaya, salah satunya perusahaan ini lebih maju dan
adalah wisata industri lurik Klaten yang berkembang. Akan tetapi, untuk sekarang
diproduksi menggunakan Alat Tenun ini manajer perusahaan telah dipercayakan
Bukan Mesin (ATBM) (Wibowo et al., kepada Maharani Setyawan yang
2018). merupakan menantu dari Bapak
Salah satu perusahaan yang Soemoehartomo.
memproduksi kain lurik di Kecamatan
Pedan adalah Lurik Prasojo. Lurik Prasojo Proses Pengolahan Kain Lurik
adalah sebuah usaha yang bergerak dalam Pembuatan kain lurik melewati beberapa
bidang industri pembuatan lurik dan hasil tahap produksi sebelum menjadi selembar
produk busana dari lurik. Usaha lurik ini kain yang siap pakai. Proses pembuatan
didirikan dalam bentuk CV (Comanditaire kain tenun lurik membutuhkan dua macam
Venootschap). Lurik Prasojo berada di benang, yaitu benang pakan dan benang
bawah naungan CV Kusumatex yang lungsi (Hariyanto, 2013). Benang pakan
didirikan oleh Bapak Soemoehartomo. CV adalah benang yang membentuk motif
Kusumatex merupakan perusahaan yang dimasukkan secara melintang,
perseorangan yang berdiri pada tahun mengarah pada horizontal kain. Sedangkan
1949 dan berlokasi di Desa Pencil, Pedan, benang lungsi adalah benang yang
Klaten, Jawa Tengah. Kusumatex dipasang searah panjang kain.
merupakan cabang dari Koesoema Nanda “Proses-proses yang dilalui cukup panjang,
Putra yang merupakan perusahaan tekstil. dimulai dari proses likas, kelos, cuci,
CV Kusumatex pada awal wenter, kanji, palet, sekir, nyucuk, dan
berdirinya masih menggunakan Alat Tenun yang terakhir adalah proses tenun.”
Bukan Mesin (ATBM) sebagai alat produksi (MS, wawancara 22 Juni 2020).
pembuatan lurik. Seiring berjalannya Beberapa tahapan pengolahan kain
waktu, pada tahun 1965 perusahaan ini lurik yaitu berawal dari proses likas yang
mulai menggunakan alat tenun mesin dilakukan untuk menggulung benang dari
(ATM), tetapi untuk sebagian produk bentuk conex ke dalam bentuk streng.
masih menggunakan alat tenun bukan Benang-benang yang sudah menjadi
mesin (ATBM). Setelah kurang lebih tiga bentuk streng, digulung menjadi bentuk
belas tahun memimpin usahanya, pada bobbin kayu (kletek) yang disebut dengan
pertengahan tahun 1978 Bapak proses kelos. Tujuan dari proses kelos
Soemoehartomo meninggal dunia. adalah untuk memperbaiki mutu benang
Kemudian, usaha tersebut diteruskan oleh dan menyusun bentuk gulungan benang
salah satu putranya, Wahyu Suseno, yang sesuai dengan proses selanjutnya yang
saat itu aktif mengurus perusahaan yang akan dilakukan. Benang-benang tersebut
dikelola ayahnya. selanjutnya memasuki tahap pencucian,
Sekitar tahun 1980 perusahaan sehingga akan tampak putih dan bersih.
sudah lebih berkembang dilihat dari Benang yang sudah bersih akan dilanjutkan
jumlah mesin (ATBM) serta karyawannya. ke tahapan proses wenter (celup), yaitu
Produk yang dihasilkan pada saat itu proses yang dilakukan untuk memberikan
adalah kain lurik yang diproduksi menjadi warna pada benang sesuai dengan warna

126
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

yang diinginkan. Pewarna dalam lurik ini di bagian punggung belakang, sehingga
menggunakan pewarna alami dan buatan. seperti digendong. Ketika proses
Contoh pewarna alami pada pembuatan pembuatan kainnya, penenun berada
lurik, misalnya sepet kelapa dan mahoni, dalam posisi duduk memangku dengan
sedangkan contoh dari pewarna buatan alat tenun tersebut. Namun, untuk saat ini
adalah napthol. kedua alat tersebut tidak digunakan lagi
Benang-benang yang sudah dan pengrajin tenun beralih ke alat tenun
diberikan warna ditambahkan obat kanji bukan mesin (ATBM).
dalam proses kanji supaya bertambah
kekuatannya. Setelah obat kanji meresap, Gambar 1. Alat tenun bukan mesin
tahap selanjutnya adalah Proses Palet yang
mana dalam proses ini benang dipintal
menjadi gulungan kecil-kecil. sekir Benang
yang sudah berbentuk gulungan kecil-kecil
disusun menjadi motif yang diinginkan
yang disebut dengan proses. Proses
tersebut memerlukan keahlian khusus dan
ketelatenan yang luar biasa, sekaligus
menjadi proses yang paling rumit karena
setiap motif kain lurik memiliki rumus
penyusunan yang berbeda-beda. Setelah Sumber: liputan6.com
selesai menyusun motif, desain motif
Menurut (Wijayanti, 2019) pada
tersebut dipindahkan ke alat tenun yang
tahun 1911, Pemerintah Belanda diduga
disebut dengan proses nyucuk. Setelah
memperkenalkan alat tenun bukan mesin
semua siap, dilanjutkan ke Proses Tenun,
di Indonesia untuk yang pertama kali.
yaitu menganyam benang yang mengarah
Penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin
ke panjang dan lebar kain untuk menjadi
(ATBM) masih dimanfaatkan di beberapa
selembar kain lurik yang cantik dan
daerah di Pulau Jawa, seperti beberapa
menarik.
desa di Kabupaten Klaten, yaitu Desa
Bayat, Desa Cawas, Desa Tlingsing, dsb
Perkembangan Alat Tenun Dari Tahun Ke
(Hariyanto, 2013). Penggunaan Alat Tenun
Tahun
Bukan Mesin (ATBM) membutuhkan
Terdapat dua jenis alat yang digunakan
tingkat kejelian yang tinggi karena ATBM
untuk menenun kain lurik di Prasojo, yaitu
digerakkan secara manual menggunakan
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan Alat
kaki dan tangan. Terdapat beberapa
Tenun Mesin (ATM).
kekurangan dari ATBM, yaitu motif yang
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
dihasilkan kurang bervariasi karena
Sebelum menggunakan alat tenun
pengerjaannya secara manual. Selain
bukan mesin (ATBM), alat yang digunakan
terbatas pada motif, ATBM juga
untuk menenun dikenal dengan dua
mempunyai kekurangan pada pewarna.
macam, yaitu tenun bendho dan alat tenun
Akan tetapi, di balik kekurangan itu semua,
gendong. Stagen terbuat dari alat tenun
ATBM inilah yang menjadi ciri khas sebuah
bendho yang berasal dari bambu atau
lurik di Kabupaten Klaten.
batang kayu (Wijayanti, 2019). Alat yang
Menurut (Firman, n.d.) data dari
kedua disebut dengan alat tenun gendong
Dinas Prindustrian, Perdagangan,
karena digunakan dengan cara diletakkan

127
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Koperasi, serta UMKM menunjukkan Gambar 2. Alat tenun mesin


bahwa di Kabupaten Klaten terdapat 8
(delapan) jenis produk unggulan, yang
mana Industri ATBM lurik menduduki
produk unggulan ke-2 di tahun 2014
dengan nilai sebesar Rp2.437.701.000,00.
Bahkan, hal itu berhasil mengalahkan
kedudukan batik yang berada di peringkat
ke-5. Nilai-nilai produk unggulan yang
selalu mengalami peningkatan pesat dari
tahun ke tahun, diharapkan dapat
mendukung kesejahteraan perekonomian Sumber: lurikfabric.com
masyarakat Kabupaten Klaten.
Menurut (Pratomo, 2020) Alat
Alat Tenun Mesin (ATM)
Tenun Mesin (ATM) dapat memproduksi
Lambat laun, lurik semakin dilirik
20 meter/mesin setiap harinya. Terdapat
dan diminati banyak kalangan, sehingga
kesamaan antara penggunaan ATM
pesanan selalu meningkat, baik dari partai
dengan ATBM, yaitu terletak pada saat
besar maupun kecil. Hal itu tidak sesuai
proses persiapan. Perbedaan yang
dengan buruh tenun yang jumlahnya
menonjol antara ATM dengan ATBM
terbatas, karena sebagian dari mereka
terletak pada metode ATM yang
hanya bekerja paruh waktu sebagai
menggunakan mesin dinamo, sedangkan
selingan pekerjaannya utamanya, yaitu
metode ATBM menggunakan proses
bertani atau pulang dari ladang. Menenun
manual, yaitu tenaga kerja manusia. Tidak
menjadi pekerjaan alternatif wanita yang
heran apabila hasil produksi ATM setiap
dikerjakan saat memasuki musim kemarau
harinya bisa mencapai 2x lipat dari hasil
panjang (Hariyanto, 2016). Hal itu
produksi ATBM yang hanya memiliki
membuat para wanita harus mencari
kapasitas produksi 8-10 meter kain per
kerjaan sambilan karena daerahnya yang
hari. Selain itu, keuntungan menggunakan
kekeringan dan kurang subur.
ATM adalah proses pembuatan kain lebih
Maka, solusi dari permasalahan di
canggih, cepat, sehingga dapat
atas adalah bekerja sambilan sebagai
menghasilkan kain yang banyak dengan
pengrajin tenun. Alasan tersebut yang
waktu yang singkat.
akhirnya membuat perusahaan tekstil
Variasi motif yang ditawarkan juga
beralih ke Alat Tenun Mesin karena tidak
bermacam-macam, sehingga kain lurik
bisa selalu mengandalkan pekerjaan buruh
akan tampak lebih berwarna. Namun,
tenun yang musiman. Alat Tenun Mesin
penggunaan alat tenun mesin hanya
dikenal dengan alat tenun modern.
dilakukan di perusahaan besar saja.
Menurut musuh persaingan pengrajin lurik
Sedangkan industri lurik di desa-desa,
tradisional adalah produksi yang dilakukan
terlebih yang menjadikan lurik sebagai
oleh pabrik besar dan produksi lurik
sebuah UMKM, tetap menggunakan ATBM
dengan menggunakan mesin.
sebagai proses pembuatan lurik dalam

kesehariannya.

128
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Filosofi Motif Lurik Prasojo


Seperti halnya batik, lurik memiliki Gambar 3. Motif Tumenggungan
berbagai macam motif dengan warna-
warna yang cantik. Berbagai macam corak
dengan variasi warna dan makna
terbentuk menjadi sebuah patron corak.
Cita rasa dan aspirasi budaya pada masa itu
tertuang dalam patron corak yang telah
dihasilkan oleh kepiawaian seorang empu
(Marah dalam (Hariyanto, 2013)). Motif
Tumenggungan, Bribil, Liwatan, Tumbar
Pecah, Lasem, dan Motif Telu Pat adalah
contoh beberapa motif yang sampai saat Sumber: kompasiana.com
ini masih diproduksi oleh beberapa
pengrajin di Kecamatan Pedan, Kabupaten Motif Bribil, Liwatan, Lasem, dan
Klaten, Jawa Tengah (Marah dalam Telu Pat adalah jenis motif yang memiliki
(Hariyanto, 2013)). Motif-motif tersebut corak lajuran, yaitu garis-garis benang
termasuk ke dalam beberapa motif yang searah dengan benang lungsi. Kata Liwatan
masih diproduksi di Lurik Prasojo. dalam bahasa Jawa artinya dilewati. Motif
Motif Tumenggungan liwatan ini digunakan dalam proses tujuh
Motif Tumenggungan adalah motif bulanan atau mitoni. Seorang ibu ketika
yang memiliki corak pakan malang atau memakai motif liwatan dalam prosesi
garis-garis melintang searah dengan mitoni diharapkan bayi dapat lahir ke dunia
benang pakan. Terdapat peraturan khusus dengan selamat. Motif Liwatan juga
pada pemakaian lurik dengan Motif disebut dengan motif lompatan. Jadi,
Tumenggungan, yaitu hanya dapat ketika proses mitoni diharapkan seorang
digunakan oleh bangsawan keraton, Ibu terlewatkan dari bahaya atau sebagai
khususnya tumenggung yang dikeluarkan penolak bala (Suprayitno, 2014).
oleh Keraton Surakarta (Marah dalam
Gambar 4. Motif Liwatan
(Hariyanto, 2013)).
Motif tumenggungan memiliki
filosofi bahwa corak kotak tersebut
melambangkan benteng keraton yang
sempurna. Apabila terdapat seseorang
yang memakai motif tersebut, maka akan
memiliki kepercayaan diri yang sangat kuat
karena sudah terikat dengan kekuatan
magis yang terdapat pada motif tersebut.
Maka dari itu, dahulu motif tumenggungan Sumber: Suprayitno, 2014
hanya digunakan oleh bangsawan keraton
saja. Akan tetapi, saat ini motif Corak Motif Liwatan terbentuk dari
tumenggungan sudah dapat digunakan garis lajur yang mengapit kelompok garis
oleh khalayak umum. bagian tengah pada kedua sisi kain yang
memiliki variasi warna yang berbeda
dengan kelompok garis yang mengapitnya

129
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

(Hariyanto, 2013). Jadi, seolah-olah akan Berbeda dengan ketiga motif di


terdapat dua warna yang mencolok dalam atas yang memiliki corak sama, asal mula
motif tersebut. motif Telu Pat berasal dari nama yang
Sama-sama memiliki corak lajuran, diambil dalam bahasa Jawa telu artinya
Motif Lasem juga berperan pada proses tiga dan pat artinya empat.
mitoni atau upacara tujuh bulan
kehamilan. Gending Jawa memiliki Gambar 7. Motif Telu Pat
beberapa macam nama, salah satunya
digunakan sebagai ide penamaan Motif
Lasem (Adji & Wahyuningsih, 2018). Arti
dalam nama motif tersebut diharapkan
dapat mewujudkan rasa kasih sayang dan
bahagia yang langgeng. Susunan corak
lajur pada motif Lasem adalah memiliki
ukuran garis-garis lajur dan warna yang
sama.
Gambar 5. Motif Lasem
Sumber: fitinline.com

Disebut dengan Motif Telu Pat


karena terlihat jelas bahwa dalam
coraknya terdapat tiga benang membujur
searah dengan benang lungsi dengan
jumlah empat berwarna dasar biru tua
(Roedjiot dalam (Hariyanto, 2013)). Angka
Sumber: Djoemana, 2000 tiga dan empat tersebut menunjukkan
jumlah tujuh yang dipercaya sebagai angka
Beralih dari motif Lasem, menuju keramat dalam kepercayaan Jawa. Angka
macam corak lajuran yang lain, yaitu motif tujuh melambangkan sebuah kemakmuran
Bribil. Menurut (Hariyanto, 2013) motif dan kesejahteraan yang berasal dari Tuhan
Bribil dipadukan dengan dua warna Yang Maha Esa. Motif Telu Pat dihasilkan
benang yang berbeda dengan jalur atau oleh Sri Sultan Hamengku Buwono V yang
tata susunan yang sama. Sampai saat ini, terinspirasi oleh sebuah pesantren di
motif Bribil masih banyak diproduksi. daerah Banten.
Penggunaan lurik dengan motif Bribil
biasanya digunakan untuk menggendong
anak kecil (bayi). Motif Tumbar Pecah
Gambar 6. Motif Bribil Motif Tumbar Pecah adalah kombinasi dari
dua corak, yaitu corak lajuran dan corak
pakan malang. Motif kombinasi antara
corak lajuran dengan corak pakan malang
disebut dengan corak cacahan. Menurut
(Hariyanto, 2013) Motif Tumbar Pecah
termasuk ke dalam corak cacahan karena
terdapat persilangan anatara corak pakan
Sumber: kompasiana.com malang dengan corak lajuran. Motif

130
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Tumbar Pecah ini memiliki filosofi yang ibu kelak dapat melahirkan dengan mudah
unik. Terdapat suatu pengharapan ketika dan diberikan kelancaran.
menggunakan Motif Tumbar Pecah ketika
proses mitoni, yaitu diharapkan calon ibu Produk Lurik
dapat melahirkan dengan lancar dan Kain Lurik mengalami perkembangan dari
selamat, seperti semudah memecah tahun ke tahun. Hasil dari produksi lurik
ketumbar (Wardani, 2011). tidak berupa barang monoton saja, tetapi
juga selalu bergerak dan mengeluarkan
Gambar 8. Motif Tumbar Pecah inovasi baru, baik dari aspek bentuk
maupun kegunaannya.
Terdapat dua macam kegunaan
kain yang dimiliki oleh kain tenun lurik,
yaitu sifat profan dan sifat magis. Kain lurik
memiliki sifat profan, yaitu pada
kehidupan masyarakat modern, kain lurik
digunakan untuk memenuhi selera pasar,
tanpa makna-makna simbolis (Hariyanto,
2013). Berawal dari fungsinya sebagai
pelindung tubuh atau pakaian, hasil
produksi kain lurik pada saat ini semakin
Sumber: fitinline.com bervariasi. Sesuatu hal baik yang dapat
diambil hikmahnya adalah kain lurik
Saat melangsungkan prosesi semakin diminati dan mudah diterima
mitoni, terdapat suatu proses di mana ibu dalam lingkup masyarakat, baik rentang
diminta untuk memilih salah satu kain yang usia muda hingga dewasa.
paling tepat digunakan di antara beberapa
kain yang disediakan. Kain yang dipilih Gambar 9. Selimut lurik yang dipajang di show
tersebutlah yang akan digunakan si ibu room bagian depan
sebelum melangsungkan ke prosesi
berikutnya. Kain yang dimaksud adalah
kain lurik Tumbar Pecah. Motif lurik yang
digunakan pada saat proses mitoni
menggunakan motif yang berbeda-beda di
setiap daerahnya, misalnya Surakarta
menggunakan motif tumbar pecah dan
liwatan, sedangkan Yogyakarta
menggunakan motif gedhog (Wuryani,
2013). Akan tetapi, hal itu tetap memiliki
maksud dan tujuan yang sama. Sumber: Dokumentasi pribadi 2021
Tumbar merupakan salah satu
bumbu dapur yang berbentuk lingkaran Hasil produksi lurik yang bervariasi
kecil-kecil dan mudah sekali pecah. Sama dapat dijumpai di show room Lurik Prasojo
seperti sebuah kelahiran, kelahiran yang terletak di Desa Pencil, Kecamatan
merupakan sebuah proses sakral karena Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
sebagai proses awal kehadiran manusia di Sesampainya di show room, pengunjung
dunia. Maka dari itu, diharapkan seorang akan disuguhi dengan beragam hasil lurik

131
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

yang memanjakan mata. Show room buka sampai saat ini kebijakan tersebut masih
setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB. Hari terus berjalan, bahkan ditambahkan hari
kerja maupun hari libur selalu ramai oleh dalam pemakaian seragam lurik. Seragam
pengunjung dari berbagai daerah, terlebih lurik yang pada awalnya hanya dipakai di
adalah ibu-ibu yang menggemari aneka hari Kamis saja, ditambah dengan hari
fashion. Pelayanan yang diberikan tidak Rabu. Juga, terdapat salah satu sekolah
pernah mengecewakan. Meski hanya dasar swasta di Kecamatan Pedan yang
datang dan melihat-lihat sembari menggunakan kain lurik sebagai seragam
memanjakan mata, hal tersebut tidak identitasnya.
menjadi suatu masalah. Ketika melihat-
lihat hasil produksi yang berada di show Gambar 11. Sepatu Wanita Hasil Produksi Lurik
room, pengunjung juga tidak akan diikuti Prasojo
oleh pelayan-pelayan yang sedang bekerja,
sehingga dapat merasa nyaman dan
leluasa menikmati hasil produksi lurik yang
disuguhkan.

Gambar 10. Kain-kain Lurik yang dijual di Lurik


Prasojo

Sumber: Dokumentasi pribadi 2021

Selain menjual lurik dalam bentuk


lembaran kain, Prasojo juga menawarkan
hasil produksi yang tidak kalah menarik.
Hasil produksi tersebut dapat menambah
aksen menawan dalam berpakaian sehari-
Sumber: Dokumentasi pribadi 2021 hari, contonnya adalah sepatu wanita
dengan bahan lurik. Menurut (Adiputra &
Pertama kali saat memasuki show Moningka, 2012) alas kaki yang memiliki
room, pengunjung akan disambut dengan beberapa bagian, seperti sobel, hak, kap
lemari besar yang berisi berbagai macam tali, dan lidah disebut dengan sepatu.
kain lurik. Kain lurik tersebut dapat dibeli Menurut Hutabean (Adiputra & Moningka,
dalam bentuk satuan, tidak harus dalam 2012) berbagai macam sepatu dapat
jumlah besar. Kain lurik biasanya banyak dikelompokkan berdasarkan fungsi dalam
digemari sebagai seragam keluarga. Salah pemakaiannya, yaitu sebagai sepatu
satu hal yang menarik di Kabupaten Klaten dansa, olahraga, santai, resmi, hingga
adalah pegawai negeri dan pengajar di sepatu kerja. Sepatu dengan motif lurik
daerah Klaten diwajibkan menggunakan sangat cocok dipakai ketika menghadiri
seragam lurik di setiap hari tertentu. suatu kondangan atau acara pernikahan.
Menurut (Prapti, 2013) sejak Dibuat dengan model selop dan dilapisi
dikeluarkannya surat keterangan bupati motif lurik di bagian luarnya. Tersedia
pada tahun 2008 mengenai kewajiban PNS dalam ukuran standar Indonesia, yaitu 36-
menggunakan lurik pada saat jam kerja, 40. Warnanya pun bermacam-macam,

132
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

dapat dipilih sesuai dengan selera masing- Selain memproduksi aksesoris


masing. pakaian, Lurik Prasojo juga memproduksi
barang yang sangat dibutuhkan setiap
Gambar 12. Topi pria hasil produksi Lurik Prasojo orang di masa pandemi seperti ini. Barang-
barang tersebut diperlukan ketika
berpergian atau keluar rumah. Terdapat
beberapa barang dengan motif lurik yang
dapat dibawa ketika situasi COVID-19 saat
ini, yaitu masker dan sajadah lurik.
Menurut (Sunaryo, 2020) melihat jumlah
masker kesahatan yang sangat terbatas,
terdapat alternatif lain untuk memenuhi
permintaan pasar yang sangat besar di
Sumber: Dokumentasi pribadi 2021 situasi seperti ini, yaitu dengan
menggunakan masker kain sebagai
Gambar 13. Topi wanita hasil produksi Lurik
pencegahan penularan virus. Masker dan
Prasojo sajadah berbahan dasar kain lurik tersebut
dapat dicuci dan digunakan berulang kali.
Sajadah dengan motif lurik tersebut tidak
sebatas selembar kain yang dibentuk
dalam bentuk sajadah saja. Tetapi,
terdapat gabus tipis yang menambah rasa
empuk dan nyaman ketika dipakai
beribadah.

Gambar 14. Sajadah lurik produksi Lurik Prasojo

Sumber: Dokumentasi pribadi 2021

Topi dapat digunakan untuk


melindungi kepala dari terik panas atau
sekadar sebagai penutup kepala saja
(Maesaroh, 2019). Akan tetapi, saat ini topi
tidak hanya sebagai penutup kepala saja,
juga berfungsi salah satu aksesoris
penunjang penampilan. Lurik prasojo juga
memproduksi topi dengan motif kain lurik,
baik untuk model laki-laki maupun
perempuan. Selain topi sebagai pelindung Sumber: Dokumentasi pribadi 2021
rambut atau kepala, Lurik Prasojo juga
memproduksi bando rambut untuk
perempuan. Aksesoris-aksesoris tersebut
dapat digunakan sebagai aksen pelengkap
dalam berbusana.

133
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Gambar 15. Masker lurik bordir produksi Lurik Gambar 17. Kotak tisu dengan motif lurik produksi
Prasojo Lurik Prasojo

Sumber: Dokumentasi pribadi 2021

Sumber: Dokumentasi pribadi 2021


Gambar 18. Alas bantal lurik produksi Lurik Prasojo

Setelah disuguhkan perlengkapan


pribadi untuk dipakai di masa pandemi
seperti ini, Lurik Prasojo juga menyediakan
berbagai produk untuk keperluan rumah
tangga. Barang-barang tersebut sangat
cocok untuk melengkapi keperluan ruang
tamu, seperti tempat tisu, sarung bantal
sofa, dan bantal tipis yang digunakan untuk Sumber: Dokumentasi pribadi 2021
alas duduk di kursi kayu. Barang-barang
tersebut dapat dijumpai di show room Lurik Prasojo selain memproduksi
Lurik Prasojo dengan harga yang barang-barang perlengkapan pribadi dan
bermacam-macam sesuai dengan kualitas keperluan rumah tangga, juga
barang yang diproduksi. memproduksi aneka pakaian pria dan
wanita. Pakaian dengan desain unik
Gambar 16. Bantal sofa dengan sarung motif lurik
produksi Lurik Prasojo
ditambah dengan motif lurik yang sangat
cantik, akan terlihat fashionable ketika
dipakai. Tidak hanya itu saja, jas dengan
motif lurik juga diproduksi oleh Lurik
Prasojo. Jas tersebut dapat digunakan
ketika menghadiri suatu acara pernikahan
dalam adat Jawa. Jas lurik dengan berbagai
macam warna tersebut ditawarkan
seharga Rp750.000-Rp1.500.000.
“Kalau jas ini dijual dengan harga di atas
Rp700.000, Mbak. Sekitar rentang harga
Rp750.000-Rp1.500.000,”
(Pegawai show room Lurik Prasojo,
wawancara 06 Desember 2020)
Sumber: Dokumentasi pribadi 2021 Harga-harga yang ditawarkan di
show room Lurik Prasojo bervariasi. Akan
tetapi, tidak ada perbedaan harga untuk
pengunjung dari dalam ataupun luar

134
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

daerah. Harga yang dipasang sudah diperuntukkan sebatas orang tua. Berbagai
menjadi harga tetap dan tidak bisa macam hasil produksi lurik berkembang
ditawar. Murah atau mahalnya hasil seiring berjalannya waktu dan
produksi tergantung pada barang tingkat membuktikan bahwa lurik bukanlah
rumit dan banyaknya kain dalam proses sesuatu yang kuno. Ketika lembaran kain
pembuatan. Meskipun demikian, hasil tersebut berada di tangan yang tepat, akan
produksi Lurik Prasojo tetap diminati oleh dapat dikelola dengan baik menjadi barang
berbagai kalangan, bahkan dari yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
masyarakat luar daerah yang rela jauh- Ketika berkunjung ke show room Prasojo,
jauh datang mengunjungi show room tak puas rasanya jika hanya datang dan
untuk membeli produk Lurik Prasojo. Hal mencuci mata. Membawa pulang salah
itu membuktikan bahwa Lurik Prasojo satu dari koleksinya, secara tidak langsung
tetap memperhatikan mutu dan kualitas dapat membantu memperkenalkan dan
barang yang diproduksi. melestarikan oleh-oleh khas Pedan.
Ketika memakai barang dengan
Gambar 19. Pakaian produksi Lurik Prasojo yang bahan dasar lurik, berarti harus mampu
dipajang di manekin merawat barang tersebut sebaik mungkin.
Proses perawatan kain lurik dapat
dilakukan dengan mengetahui cara
mencuci kain dengan benar. Sebelum
dicuci, harus dapat memastikan bahwa
kain lurik tersebut tidak luntur, agar tidak
mengenai pakaian yang lainnya. Agar kain
lurik dapat teruji kekuatan zat
pewarnanya, dapat dicoba dengan cara
menggoyang-goyangkan kain lurik ke
dalam air jernih untuk beberapa saat
Sumber: Dokumentasi pribadi 2021
(Desviyanto, 2017). Ketika hasil air
berubah menjadi keruh, berarti zat
Gambar 20. Jas pria produksi Lurik Prasojo pewarna pada kain tersebut akan mudah
luntur. Maka dari itu, ketika mencuci
jangan lupa dipisahkan dengan pakaian
yang lain. Akan tetapi, apabila hasil air
tetap bening, maka zat pewarna pada kain
tersebut cukup kuat dan aman untuk dicuci
dengan mencampur pakaian yang lain.
Selain mengenali kain yang mudah
luntur, kain dengan kualitas non super
quality akan cenderung mengalami
penyusutan setelah dicuci. Maka dari itu,
Sumber: Dokumentasi pribadi 2021 solusi yang dapat digunakan adalah
menyuci kain lurik sebelum dijahit untuk
Beberapa barang yang diproduksi dijadikan busana. Ketika mencuci kain
oleh Lurik Prasojo, membuktikan bahwa tenun, pakailah deterjen atau sabun yang
lurik tidak hanya diproduksi sebagai cukup. Bahkan, disarankan memakai air
lembaran kain saja. Juga, lurik tidak biasa saja. Pemakaian deterjen atau sabun

135
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

cuci berlebihan akan memperngaruhi Prasojo, mampu menarik minat


kualitas kain lurik. Selain itu, penyucian masyarakat dalam menggunakan produk
kain lurik yang pertama tersebut berfungsi warisan budaya. Hal itu secara tidak
untuk menghilangkan sisa zat pewarna langsung dapat memperkenalkan Lurik
yang terdapat dalam kain. Selesai mencuci, Prasojo ke khalayak umum dan dapat
kain lurik dapat dijemur dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
diangin-anginkan. Penjemuran kain di Tidak ada salahnya sebagai warga negara
bawah terik matahari langsung akan yang baik turut menggunakan produk lokal
membuat warna kain semakin pudar. berkualitas yang tidak kalah bersaing
dalam pasaran luas.

Simpulan
Lurik Prasojo merupakan salah satu produk Referensi
unggul Kabupaten Klaten yang mampu Abrori, Fajar. (2018). Lurik Pedan,
bersaing di pasaran dan bernilai tinggi. Penyambung Hidup Warga Era
Dibuat dengan sepenuh hati dan teliti oleh Perjuangan.
pengrajin lurik menggunakan alat tenun https://www.liputan6.com/regional/
bukan mesin (ATBM) dan alat tenun mesin read/3268007/lurik-pedan-
(ATM). Seiring berjalannya waktu, minat penyambung-hidup-warga-era-
seseorang terhadap kain lurik mulai perjuangan
meningkat. Hal ini menjadikan lurik Adiputra, R., & Moningka, C. (2012).
sebagai salah satu warisan budaya karena Gambaran Perilaku Konsumtif
keberadaannya mampu memberikan Terhadap Sepatu Pada Perempuan
dampak sosial ekonomi bagi masyarakat Dewasa Awal. Psibernetika, 5(2), 76–
sekitarnya. 90.
Lurik Prasojo, lapangan pekerjaan Adji, P. S., & Wahyuningsih, N. (2018). Kain
yang didirikan oleh Soemoehartomo, Lurik: Upaya Pelestarian Kearifan
mampu bertahan dan berkembang Lokal. Atrat, 6(2), 129–136.
menjadi perusahaan besar dan menuai Desviyanto, R. (2017). Skripsi Aplikatif Film
kejayaan. Proses-proses yang dilewati Dokumenter "Lurik Klaten Menjaga
semasa hidup Soemoehartomo, hingga Asa" (Periode Maret-Juli) [Universitas
meninggal dunia dan dilanjutkan oleh Mercu Buana Yogyakarta].
putranya, Wahyu Suseno, menunjukkan http://eprints.mercubuana-
bahwa dalam mencapai kesuksesan yogya.ac.id/990/
tidaklah dilalui dengan sesuatu yang Diahastuti, Ayu. (2022). Lurik itu Batik?
instan. Berawal dari fungsi lurik sebagai Lirik Lurik dalam Larik.
pelindung bagi pemakainya, kini sudah https://www.kompasiana.com/diah
diperluas menjadi barbagai barang serba mustakaweni/5f7616e88ede4842e03
guna yang siap pakai dan menunjang bb003/lurik?page=3&page_images=1
kebutuhan sehari-hari. Motif-motif cantik Djoemena, Nian S. (2000) Lurik: Garis-garis
yang tertuang dalam selembar kain pun Bertuah: The Magic Stripes. Jakarta:
tidak hanya berfungsi sebagai hiasan saja. Djambatan.
Akan tetapi, motif-motif tersebut juga Firman, A. (n.d.). Strategi Pengembangan
memiliki filosofi masing-masing. Produk Unggulan Lurik. 159–168.
Dengan terus berkembangnya Fitinline. (2019). Makna Tersembunyi di
inovasi-inovasi yang dilahirkan Lurik balik 8 Corak Kain Lurik serta Tips

136
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 29 no 1 Copyright @2022
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Memilih dan Merawatnya. Kain Tenun Lurik ATBM Klaten.


https://fitinline.com/article/read/ma SPEED-Sentra Penelitian Engineering
kna-tersembunyi-dibalik-8-corak- Dan …, 12(1), 1–7.
kain-lurik-serta-tips-memilih-dan- Prapti, D. (2013). Menjaga Kearifan Lokal
merawatnya/ Kabupaten Klaten Melalui
Hariyanto, I. (2013). Tenun Lurik Dalam Pembelajaran Fisika dengan Metode
Kehidupan Masyarakat Jawa. Corak, Nyamantik.
2(2), 121–129. Pratomo, S. A. (2020). Identifikasi Hak
https://doi.org/10.24821/corak.v2i2. Kekayaan Intelektual, Pengetahuan
2334 Tradisional, dan Ekspresi Budaya
Hariyanto, I. (2016). Mengenal Tenun Lurik Tradisional (PTEBT) Lurik Klaten.
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis
Pedan Klaten. Badan Penerbit ISI (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 5,
Yogyakarta. 335–346.
Hidayat, T. (2019). Pembahasan Studi Sunaryo, D. (2020). Pembuatan Masker
Kasus Sebagai Bagian Metodologi Kain Sebagai Pencegahan Penularan
Penelitian. ResearchGate, August, 1– Virus serta Mengoptimalkan
13. Pendapatan di Masa Pandemi COVID-
https://www.researchgate.net/public 19 bagi Masyarakat di Desa Sukaratu.
ation/335227300_Pembahasan_Stud Jurnal Abdidas, 1(4), 183–192.
i_Kasus_Sebagai_Bagian_Metodologi https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i
_Penelitian 4.40
Imama. (2019). Larik-Larik Lurik Pedan Suprayitno, S., & Ariesta, I. (2014). Makna
Klaten. Simbolik Dibalik Kain Lurik Solo-
https://www.denaiguna.com/2019/ Yogyakarta. Humaniora, 5(2), 842-
03/larik-larik-lurik-pedan- 851.
klaten.html Wardani, N. D. A. K. (2011). Kain Lurik
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pedan dan Upaya Pelestarian (Kasus
Republik Indonesia. (2018). Warisan Industri Kain Lurik Pedan “Yu Siti”
Budaya Tak Benda. Desa Burikan Kecamatan Cawas
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/f Kabupaten Klaten. Universitas Negeri
ormulir-warisan-budaya-tak-benda/ Semarang.
Maesaroh, I. (2019). Kualitas Topi dengan Wibowo, E. C. K., Aditia, P., & Swasty, W.
Teknik Kait (Crochet). TEKNOBUGA: (2018). Buku Panduan Wisata Budaya
Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, Kabupaten Klaten. Kalatanda : Jurnal
7(2), 126–132. Desain Grafis Dan Media Kreatif, 1(1),
Mangifera, L. (2016). Strategi 57.
Pengembangan Industri Lurik sebagai https://doi.org/10.25124/kalatanda.v
Produk Unggulan Daerah Klaten. 1i1.1368
http://eprints.umsida.ac.id/127/ Wijayanti, A. E. (2019). Industri Lurik ATBM
Mudzakir. (2021) Lurik Mahakarya Tempo Pedan 1983-1997. Ilmu Sejarah, 4(3).
Doeloe. https://lurikfabric.com/kain- Wuryani, S. (2013). Lurik Dan Fungsinya Di
lurik-mahakarya-tempo-doeloe/ Masa Lalu. Ornamen, 10 No 1, 81–
Pradiatiningtyas-UBSI, D. (2019). Peran 100.
Instagram Sebagai Pemasaran Digital

137

You might also like