You are on page 1of 8

Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371

Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 197-204

KLASIFIKASI DAERAH LONGSOR BERBASIS PENGOLAHAN CITRA


MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK
Putri Nuriskianti, Kusworo Adi dan Tony Yulianto
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang
Email: putri@st.fisika.undip.ac.id

ABSTRACT
Landslides are natural events that occur due to the ground movement of the earth's surface. The movement
influenced by its constituent such as soil type, land use and intensity of rainfall in some place that causes a material
such as ground was moving. Research on landslide done based on field surveys. The potential of a region in the
category of landslides can be done by mapping parameters - parameters of landslides in the form of a calculation
using the image of a network system that has been trained to predict the condition of an area.
Image processing is done by segmenting color for any information presented in an image of landslides
parameters. The color segmentation results performed labeling process to represent the information in the image.
Then the landslides indices obtained from the manual calculation of weighting parameters. The result of the
calculation is used as an instructional manual for the neural network. Where the value of the index 1 is the lowest
level of landslide or safety category. While the index level 5 is the highest landslide or category of highly vulnerable
to landslides. To process the data from the manual calculation in artificial neural network using backpropagation
algorithm.
The research data was training data and testing of tissue obtained from the manual calculation of
weighting parameters landslides. Network training successfully conducted with a total accuration (index normal
manual landslides and landslide index network) of 100% and accuration of test results 91,2% network. In the
training data used 96 samples of data and test data as much as 34 data.
Keywords: Landslide index, color segmentation, artificial neural network.

ABSTRAK
Bencana longsor merupakan kejadian alam yang terjadi diakibatkan dari pergerakan tanah di permukaan
bumi. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh penyusunnya seperti jenis tanah, penggunaan lahan dan intensitas
hujan disuatu tempat yang menyebabkan suatu material seperti tanah bergerak. Penelitian mengenai longsor
banyak dilakukan berdasarkan survei lapangan. Potensi suatu daerah dalam kategori longsor dapat dilakukan
dengan cara memetakan parameter – parameter perhitungan longsor dalam bentuk suatu citra menggunakan suatu
sistem jaringan yang telah dilatih untuk meramalkan kondisi suatu daerah.
Pengolahan citra dilakukan dengan mensegmentasi warna untuk tiap informasi yang ada dalam suatu citra
parameter kelongsoran. Hasil segmentasi warna tersebut dilakukan proses labeling untuk mewakili informasi dalam
citra. Kemudian diperoleh besar indeks kelongsoran dari hasil perhitungan manual bobot parameter. Hasil
perhitungan manual digunakan sebagai pembelajaran bagi jaringan syaraf tiruan. Dimana nilai indeks 1 tingkat
kelongsoran terendah atau dalam kategori aman. Sedangkan indeks 5 tingkat kelongsoran tertinggi atau kategori
sangat rawan longsor. Untuk mengolah data hasil perhitungan manual tersebut dalam jaringan syaraf tiruan
menggunakan algoritma propagasi balik.
Data penelitian adalah data pelatihan dan pengujian jaringan yang diperoleh dari hasil perhitungan
manual bobot parameter longsor. Pelatihan jaringan berhasil dilakukan dengan akurasi total (indeks longsor
manual normal dan indeks longsor jaringan) 100 % dan akurasi untuk hasil pengujian jaringan 91,2 %. Pada data
pelatihan digunakan 96 sampel data dan data pengusjian sebanyak 34 data.

Kata kunci: Indeks longsor, segmentasi warna, jaringan syaraf tiruan.

PENDAHULUAN Badan Penanggulangan Bencana Daerah.


Informasi yang disajikan merupakan
Kejadian longsor sering terjadi di perhitungan banyaknya daerah yang terancam
wilayah Indonesia khususnya Wilayah Jawa longsor berdasarkan tingkat kecamatan di tiap
Tengah berdasarkan informasi statistik dari kabupaten. Data informasi berdasarkan data

197
Putri Nuriskianti, dkk Klasifikasi Daerah Longsor.....

statistik Badan Penanggulangan Bencana kelongsoran dimana dapat dilakukan otomatis.


Daerah tahun 2013, sampel dapat dilihat dari Selain itu, data pengujian dapat dilakukan
kabupaten Banjarnegara yang memiliki untuk banyak wilayah yang memiliki
prediksi daerah terancam longsor sebanyak 20 kesamaan data untuk parameter kelongsoran
kecamatan dan kabupaten Semarang sebanyak yang dimiliki. Penelitian semacam ini dapat
16 kecamatan. Pada tahun 2014, terdapat memudahkan penelitian yang dilakukan
beberapa kejadian longsor khususnya daerah tentang longsor yang dilakukan secara manual
Jawa Tengah seperti pada bulan Desember di oleh penelti sebelumnya.
wilayah Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Karanganyar [1].
DASAR TEORI
Penelitian tentang longsor sebelumnya
pernah diteliti oleh Ardian tahun 2011 dan Tanah longsor yaitu perpindahan
Catur tahun 2012. Pada penelitian tersebut material pembentuk lereng berupa batuan,
menggunakan parameter ketinggian, bahan rombakan tanah, atau material
kelerengan, jenis tanah, guna lahan, dan curah campuran tersebut, yang bergerak kebawah
hujan untuk menentukan kriteria longsor pada atau keluar lereng akibat gangguan kestabilan
suatu daerah secara manual pada kawasan lereng. Gangguan kestabilan tersebut dapat
tertentu saja. Penelitian terkait longsor dengan dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama
metode pengolahan citra kemudian kemiringan lereng), kondisi batuan atau tanah
dikembangkan dengan menggunakan sistem penyusun lereng, dan kondisi tata guna lahan
jaringan syaraf tiruan yang dikerjakan oleh yang berada diatas lapisan tanah tersebut[2].
Biswajeet tahun 2009 dengan parameter Penelitian untuk mengidentifikasi
kelongsoran yang sama dengan penelitian longsor dapat dilakukan dengan megolah
Bagus dan Cahyono. Penelitian yang informasi yang terdapat dalam citra. Citra
dilakukan oleh Biswajeet ini mampu yakni sebagai fungsi dua dimensi dengan
menghasilkan prediksi kelongsoran secara menggunakan koordinat x dan y sebagai
otomatis menggunakan jaringan syaraf tiruan, koordinat spasial, dan amplitudo dari f pada
namun hasil yang diperoleh masih dengan setiap pasangan koordinat (x,y) yang dikenal
lokasi penelitian didaerah tertentu saja. sebagai derajat keabuaan dari suatu citra pada
Permasalahan dari penelitian titik tersebut. Prinsip aplikasi pengolahan citra
sebelumnya tersebut dapat dikaji ulang dalam digital yaitu untuk meningkatkan informasi
penelitian ini menggunakan jaringan syaraf untuk interprestasi manusia, penyimpanan,
tiruan dengan mengolah informasi data citra transmisi dan representasi dari suatu peralatan
untuk mengidentifikasi kelongsoran suatu persepsi atau yang menghasilkan tanggapan
wilayah. Pengolahan citra yang diterapkan maupun informasi. Citra digital memiliki
menggunakan segmentasi warna dan labeling. sejumlah elemen tertentu yang setiap
Suatu wilayah dapat dikatakan longsor elemennya mempunyai lokasi dan nilai
menggunakan pengolahan citra dengan tertentu[3].
mengembangkan algoritma pada suatu Pengolahan citra dapat dilakukan dengan
perangkat lunak pengolah data berdasarkan segmentasi ruang warna dan proses labeling.
parameter yang dipilih melalui sistem bobot. Proses segmentasi warna yang digunakan
Jaringan syaraf tiruan yang digunakan untuk menggunakan tuang wanra HSV (Hue,
peramalan suatu wilayah kedalam suatu Saturation dan Value) yang
kategori indeks kebencanaan yaitu dengan mempertimbangkan akromatik warna (Amante
propagasi balik. Penelitian menggunakan dan Forsce,)[4]. Hue adalah ukuran panjang
jaringan syaraf tiruan propagasi balik ini gelombang yang menunjukan warna dominan
memiliki kelebihan dalam pengidentifikasian

198
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 197-204

yang diterima oleh pengelihatan sedangkan target, hingga diperoleh bobot yang
saturation adalah banyaknya nilai cahaya diinginkan. Jaringan yang dapat digunakan
putih yang bercampur dengan hue[5]. dalam pembelajaran terawasi salah satunya
yaitu dengan menggunakan propagasi balik[9].
Algoritma tersebut merupakan jaringan syaraf
berlapis yang terdiri dari lapisan input, lapisan
tersembunyi, dan lapisan output. Proses yang
terjadi dalam lapisan tersebut dengan
memasukan input dan mengalikannya dengan
bobot yang sesuai, menggunakan fungsi
transfer nonlinier[7].

Gambar 1. Tiga warna


akromatik (black, gray dan
white) pada sebaran warna HSV
[4]

Pengklasifikasian citra yang pernah


dilakukan yaitu dengan menggunakan Gambar 2. Arsitektur jaringan
beberapa parameter kelerengan, jenis tanah, syaraf tiruan propagasi balik
guna lahan, dan curah hujan dalam dengan satu lapisan tersembunyi
mengidentifikasikan daerah rawan longsor[6]. dan satu output [9]
Parameter tersebut dimasukkan kedalam
jaringan syaraf tiruan untuk menentukan nilai Pada input untuk fungsi aktivasi dari
kelongsoran suatu wilayah secara otomatis.
suatu masukan yang dikalikan dengan suatu
Jaringan syaraf tiruan adalah suatu mekanisme
penimbang (bobot sinanpsis) dan
komputasi yang mampu memperoleh,
mewakili, dan menghitung pemetaan dari kemudian dilakukan penjumlahan dari semua
suatu ruang dengan banyak varian informasi masukan yang telah dibobot tadi. Hasil
yang lain, dan diberi satu set data yang penjumlahan tersebut disebut linear combiner
mewakili pemetaan itu untuk memprediksi . Secara matematis untuk sebuah neuron k
output dari input yang sebelumnya belum dapat dituliskan dalam persamaan (1)
terlihat[7]. (1)
JST dilatih untuk dapat memetakan dan
sekumpulan sampel input-output dengan (2)
akurasi yang tinggi. Pada pengklasifikasian
suatu daerah yang dapat dikatakan longsor dengan adalah sinyal output dari neuron
berdasarkan data referensi yang telah dan adalah nilai threshold. Penggunaan
diperoleh, pembelajaran menggunakan threshold memberikan pengaruh adanya affine
terawasi[8]. Pelatihan tersebut menggunakan transformation terhadap output dari linear
pembelajaran terawasi. Pelatihan pembelajaran combiner[8].
terawasi memiliki data masukan yang akan
dilatih jaringan merupakan pasangan input dan

199
Putri Nuriskianti, dkk Klasifikasi Daerah Longsor.....

METODE PENELITIAN Tabel 2. Parameter jenis tanah [10]


No Jenis Tanah Skor
Penelitian ini menggunakan proses 1 Alluial, Podsolik 1
pengolahan data untuk mendapatkan informasi 2 Mediteran, Regosol 2
dari citra parameter yang digunakan. 3 Andosol, Latosol 3
Pengolahan tersebut yaitu segmentasi warna 4 Litosol 4
dengan ruang warna HSV kemudian dilakukan 5 Grumosol 5
proses labeling dan pemberian skor parameter.
Parameter yang digunakan yaitu kelerengan, Tabel 3. Parameter penggunaan lahan [11]
jenis tanah, tata guna lahan dan curah hujan. No Jenis Lahan Skor
Data penelitian yang dijadikan data latih Sungai, Danau,
1 1
Waduk
sebanyak 96 kecamatan dan 34 kecamatan
2 Hutan 2
sebagai data uji. 3 Kebun, Perkebunan 3
4 Pemukiman, Sawah 4
5 Lahan Terbuka 5

Tabel 4. Parameter curah hujan [10]


No Curah Hujan Skor
1 <1000 mm/thn 1
2 1000-1500 mm/thn 2
3 1500-2000 mm/thn 3
4 2000-2500 mm/thn 4
5 >2500 mm/thn 5
Dari skor parameter dapat diperoleh
nilai indeks kelongsoran dengan menggunakan
metode rangking bobot parameter. Nilai indeks
kelongsoran didapatkan dengan perumusan
pada persamaan (3) merupakan jumlah total
seluruh parameter.
(3)
dengan H adalah indeks kelongsoran atau hasil
nilai bobot dari keempat parameter tersebut, A
Gambar 3. Diagram proses adalah besar kelerengan, B adalah jenis tanah,
identifikasi suatu citra untuk C tata guna lahan didaerah tersebut, dan D
klasifikasi merupakan curah hujan per tahun. Berdasarkan
persamaan (3) indeks kelongsoran dibagi
Pemberian skor pada tiap parameter dilihat kedalam 5 (lima) tingkat kelongsoran pada
pada Tabel 1, 2, 3 dan 4. Tabel 5.

Tabel 1. Parameter lereng [10]


No Nilai Lereng (%) Skor
1 0-8 1
2 8-15 2
3 15-25 3
4 25-40 4
5 >40 5

200
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 197-204

Tabel 5. Indeks kelongsoran HASIL DAN PEMBAHASAN

Skor Tingkat Identifikasi Parameter Kelongsoran


Keterangan
indeks Kelongsoran Pengidentifikasian parameter dari data
1 Aman Skor parameter suatu citra dilakukan dengan segmentasi
pada daerah warna. Segmentasi warna pada penelitian ini
tersebut banyak mengunakan ruang warna HSV. Ruang warna
yang memiliki nilai ini memiliki pendeskripsian tiap jenis warna
yang kecil, yang luas, sehingga memungkinkan untuk tiap
sehingga tempat
informasi diwakilkan oleh sebuah nilai warna.
tersebut dikatakan
aman. Biasanya Persebaran nilai warna yang dimiliki pada data
kelerengan daerah menggunakan sistem warna 8 bit, yaitu
kurang dari 8%. bernilai antara 0 hingga 255. Tiap nilai-nilai
2 Relatif aman Skor parameter inilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
tidak semua bernilai data-data yang terdapat didalam citra.
kecil, ada sebagian Segmentasi ini akan menghasilkan nilai warna
yang bernilai besar yang akan mewakili suatu informasi yang
namun parameter terdapat dalam citra.
tersebut tidak Setelah nilai warna diperoleh maka
berpengaruh besar dilakukan labeling untuk memperikan
terhadap longsor.
informasi pada aplikasi. Kemudian dilakukan
3 Sedang Skor parameter
yang bernilai kecil pemberian skor pada informasi suatu wilayah
dan besar seimbang, berdasarkan masing-masing parameter. Citra
dilihat dari segi pemetaan untuk tiap parameter memerlukan
pengaruhnya pendeskripsian dan pemberian identitas
terhadap longsor masing-masing. Setiap wilayah pun dilakukan
dan besarnya skor segmentasi warna yang sama ditiap parameter.
parameter. Pada penelitian ini citra pemetaan tiap
4 Rawan Skor parameter kabupaten memiliki sebaran warna yang
Longsor besar dan banyak berbeda sesuai dengan informasi yang ada
terletak pada diwilayah tersebut pada setiap parameter
parameter yang
seperti pada Gambar 4.
mempengaruhi
terjadinya longsor.
5 Sangat rawan Skor parameter
longsor memiliki nilai yang
besar disetiap
parameternya.
Memiliki
kelerengan diatas
40%.

Kemudian skor parameter dan indeks


kelongsoran dari 96 kecamatan dijadikan
sebagai data latih dalam jaringan syaraf tiruan Gambar 4. Citra pemetaan parameter (a)
propagasi balik. Algoritma yang digunakan kelerengan; (b) jenis tanah; (c) tataguna lahan;
dalam jaringan menggunakan traingdx. dan (d) curah hujan

201
Putri Nuriskianti, dkk Klasifikasi Daerah Longsor.....

Dari hasil informasi yang dihasilkan tersembunyi yang digunakan, maka


parameter maka akan dihitungkan permasalahan yang kompleks dari suatu input
menggunakan metode rangking bobot dan target dalam data latih dapat lebih mudah
parameter sehingga dihasilkan nilai indeks diselesaikan dibanding dengan layar
kelongsoran. Skor tersebut dimasukkan tunggal[9].
kedalam pengidentifikasian dalam jaringan
sehingga data keluarannya akan dijadikan Pelatihan dan Pengujian Jaringan
sebagai data latih pada jaringan syaraf tiruan Identifikasi daerah longsor ini
yang akan dibuat. menggunakan jaringan dengan sistem yang
memiliki hasil yang optimum. Hasil optimum
Arsitektur Jaringan dapat diketahui dimana nilai bobot terbaik
Jaringan syaraf tiruan yang dibuat yang menghasilkan nilai target error terkecil
dengan menggunakan propagasi balik. dan dengan perulangan jaringan yang tidak
Pelatihan propagasi balik meminimalkan banyak untuk menghasilkan keluaran yang
kesalahan keluaran dari jaringan yang akan diinginkan. Jaringan yang terbaik untuk
dihasilkan. Jaringan tersebut terdiri dari identifikasi permasalahan daerah longsor ini
berbagai lapisan yaitu lapisan input, lapisan dengan menggunakan dua lapisan
tersembunyi, dan lapisan output. Proses yang tersembunyi. Jaringan optimum yang dipilih
terjadi dalam tiap lapisan dengan memasukkan kedalam aplikasi yang dibuat dengan dua
nilai bobot dengan menggunakan fungsi lapisan terembunyi dapat dilihat dalam Tabel
transfer nonlinier, serta hasil akhir dari 6. Oleh karena itu, jaringan dipilih sebagai
jaringan ini menyediakan data referensi untuk pemrosesan data latih dan data uji.
memprediksi nilai keluaran dari nilai masukan Data pelatihan menggunakan 96
yang diberikan [7]. Jaringan syaraf tiruan sampel kecamatan dari 5 kabupaten yang ada
propagasi balik yang dibuat menggunakan di Jawa Tengah. Daerah yang dijadikan data
variasi lapisan tersembunyi untuk memperoleh latih yaitu, kabupaten Banjarnegara,
jaringan yang optimum. Variasi lapisan Kabupaten Batang, Kanupaten Banyumas,
tersembunyi yang diteliti yaitu satu jaringan Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten
dengan lapisan satu tersembunyi, dua lapisan Klaten. Pelatihan tersebut akan menghasilkan
tersembunyi, dan tiga lapisan tersembunyi. pola jaringan syaraf tiruan untuk diujikan pada
data uji. Pengujian dilakukan untuk
Tabel 6. Pola arsitektur jaringan mengidentifikasi 34 kecamatan dari 2
kabupaten pengujian yaitu, kabupaten
Semarang dan kabupaten Tegal. Hasil
pengujian dan perbandingan dengan keluaran
yang didapat dari perhitungan nilai indeks
kelongsoran secara manual menggunakan
metode rangking bobot parameter dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukan terdapat beberapa
hasil yang tidak sesuai dengan hasil
perhitungan secara manual. Dari hasil tersebut
Akurasi pelatihan yang didapat akan dapat diketahui hasil pengujian menggunakan
menghasilkan nilai tingkat kevalidasian yang jaringan yang telah ditetapkan memiliki
lebih tinggi dengan menggunakan banyak akurasi sistem dalam pengujian yang dihitung
lapisan tersembunyi. Hal tersebut dijelaskan menggunakan perumusan akurasi pada
bahwa jika semakin banyak lapisan persamaan (4). Akurasi tersebut menunjukan

202
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 197-204

tingkat keakuratan keluaran dari hasil Akurasi(%)= x100% (4)


pengujian jaringan dibandingkan dengan data
lain yang lebih valid. Pada penelitian ini Akurasi (%)= x 100%
dibandingkan dengan perhitungan indeks = 91,2%
kelongsoran secara manual[12]. Perhitungan jaringan syaraf tiruan yang
dilakukan oleh aplikasi dapat dilihat dengan
Tabel 7. Hasil analisa fungsi hati pasien perhitungan manual jaringan syaraf tiruan
Kabupaten Kecamatan manual Jaringan mengunakan persamaan (5) dan persamaan
Kab. Suruh 3 4 sigmoid bipolar (6)
Semarang
Getasan 4 4
Pringapus 3 3 (5)
Bawen 3 3
Susukan 3 3 (6)
Sumowono 2 2 Data yang dipilih sebagai sampel perhitungan
Tengaran 2 2 manual dapat dilihat pada Tabel 7.
Bringin 3 3
Tuntang 3 4 Tabel 7. Sampel perhitungan manual JST
Banyubiru 2 2 No Inpu Inpu Inpu Inpu Targ
. t1 t2 t3 t4 et
Ungaran 3 3
1 3 2 3 5 2
Ambarawa 3 3 Perhitungan manual jaringan dengan sampel
Jambu 4 4 pada Tabel 7 tersebut akan menghasilkan
Pabelan 2 2 keluaran sebesar 2,0088. Pada jaringan hasi
Bergas 3 3 tersebut dilakukan pembulatan angka sehingga
Kaliwungu 2 2 memiliki nilai 2.
Bancak 3 3
Kab. Tegal Dukuhturi 1 1 KESIMPULAN
Lebaksiu 1 1 Berdasarkan penelitian yang telah
Warureja 1 1
dilakukan untuk melihat potensi longsor
disuatu daerah dengan menggunakan citra
Kramat 1 1
melalui sistem jaringan syaraf tiruan dapat
Bojong 2 3 disimpulkan bahwa:
Pangkah 1 1 1. Indeks kelongsoran yang diperoleh
Balapulang 2 2 memiliki range nilai dari 1 hingga 5.
Dukuhwaru 1 1 Daerah longsor dengan nilai indeks
Adiwerna 1 1 kelongsoran 1 dapat dilihat di
Tarub 1 1 kecamatan Dukuhturi, nilai 2 pada
Slawi 1 1
daerah kecamatan Balapulang, dan 3
untuk kecamatan Bumijawa, ketiga
Surdadi 1 1
kecamatan tersebut terletak di
Pagerbarang 1 1 Kabupaten Tegal. Sedangkan nilai
Bumijawa 3 3 indeks tertinggi yang dihasilkan dari
Jatinegara 2 2 daerah yang dijadikan pengujian yaitu
Kedung 4 terdapat di Kecamatan Jambu dan
3 3
banteng Getasan pada Kabupaten Semarang.
Margasari 1 1

203
Putri Nuriskianti, dkk Klasifikasi Daerah Longsor.....

2. Hasil pemberian labeling dan skor [5] Munir, R., 2004, Pengolahan Citra
pada tiap label ini kemudian dibuat Digital, Informatika, Bandung.
program melalui jaringan syaraf tiruan
menggunakan sistem propagasi balik. [6] Bagus, B.P. dan Cahyono, A.B., 2010,
Jaringan pelatihan terbaik yang Studi Tentang Identifikasi Longsor
dihasilkan memiliki nilai optimum Menggunakan Citra Landsat dan Aster
pada target error terkecil sebesar 0,001 (Studi Kasus: Kabupaten Jember),
dengan iterasi mencapai 401 selama Jurnal, ITS, Surabaya.
3,3 sekon. Jaringan syaraf yang dibuat
pada program uji tersebut [7] Biswajeet, P dan Lee, S., 2009,
menggunakan arsitektur jaringan Landslide Risk Analysis Using Artificial
dengan dua lapisan tersembunyi Neuron Network Model Focussing on
dengan satu output dengan hasil Different Training Sites, Jurnal,
akurasi pengujian sebesar 91,2%. International Journal of Physical
Sciences Vol. 4 (1), pp. 001-015,
SARAN Januari, 2009.
Banyaknya data referensi yang
digunakan sebagai sampel citra untuk daerah [8] Suyanto, 2014, Artificial Intelligence:
di seluruh Jawa Tengah hendaknya dapat Searching, Reasoning, Planning,
diperoleh sehingga data pelatihan akan Learning Revisi Kedua, Informatika,
semakin beragam. Selain itu, penelitian ini Bandung.
pada dominasi parameter dapat dikaji lebih
lanjut untuk mendapatkan nilai yang lebih [9] Siang, J.J, 2005, Jaringan Syaraf Tiruan
akurat dengan memerlukan data yang lebih dan Pemrogrammannya Menggunakan
banyak. Matlab, ANDI, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA [10] Ardian, J. N., Sukojo, B., dan Sari, I.L.,
2011, Pemetaan Daerah Rawan Longsor
[1]. BPBD, 2014, Rekapitulasi Data Daerah Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem
Rawan Bencana Provinsi Jawa Tengah, Informasi Geografis, Jurnal, ITS,
BPBD Jawa Tengah, Semarang. Surabaya.

[2]. Catur, U., Fahrudin dan Suwarsono, [11] Firdauzi, A.K., 2005, Pemanfaatan
2012, Pemetaan Indeks Resiko Gerakan Penginderaan Jauh dan Sistem
Tanah Menggunakan Citra DEM SRTM Informasi Geografis Untuk Pembuatan
dan Data Geologi di Kecamatan Peta Rawan Bencana Tanah Longsor
Pejawaran Kabupaten Banjarnegara, (Studi Kasus: Kabupaten Situbondo),
LAPAN, Jakarta. Teknik Geomatika, ITS, Surabaya.

[3]. Prasetyo, E., 2011, Pengolahan Citra [12] Sandra, 2006, Aplikasi Jaringan Syaraf
Digital dan Aplikasinya menggunakan Tiruan untuk Pendugaan Mutu Mangga
Matlab, ANDI, Yogyakarta. Segar secara Non-Destruktif. Jurnal
Teknologi Pertanian. Vol. 6 No. 1 66-72,
[4]. Amante, J.C. dan Fonseca, M.J., 2012, Universitas Andalas, Padang.
Fuzzy Color Space Segmentation to
Identify the Same Dominant Colors as
Users, ;in Proc. DMS, pp.48-53.

204

You might also like